Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
iv HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN
UCAPAN TERIMAKASIH……… i
ABSTRAK……… ii
DAFTAR ISI……… iv
DAFTAR TABEL……… vii
DAFTAR GAMBAR………... ix
DAFTAR LAMPIRAN……… x
BAB I PENDAHULUAN……… 1
A. Latar Belakang Penelitian………... 1
B. Rumusan Masalah……….. 6
C. Tujuan Penelitian……… 7
D. Manfaat Penelitian……….. 7
E. Sistematika Penelitian………. 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA……….. 10
A. Pembelajaran Sains Bagi Anak Usia Dini……….. 10
B. Keterampilan Proses Sains Pendidikan Anak Usia Dini……… 16
C. Model Perolehan Konsep………... 27
1. Definisi Model Perolehan Konsep (Concept Attainment)……….. 27
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
D. Penelitian yang Relevan……… 33
BAB III METODE PENELITIAN………. 35
A. Metode dan Desain Penelitian………. 35
1. Metode dan Pendekatan Penelitian………... 35
2. Desain Penelitian………..……. 36
B. Lokasi dan Subjek Penelitian……….. 37
1. Lokasi Penelitian……….... 37
2. Subjek Penelitian……….. 37
C. Definisi Operasional Variabel………. 38
D. Instrument Penelitian……….. 39
1. Kisi-kisi Instrumen……… 39
2. Uji Coba Instrumen……… 39
E. Prosedur Penelitian……….. 52
F. Teknik Pengumpulan Data………. 57
1. Observasi………57
2. Wawancara……… 59
G. Teknik Analisis Data………... 59
1. Analisis Data………. 59
2. Hipotesis……… 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... 62
A. Kondisi Awal Keterampilan Proses Sains Anak Kelas B di TK Negeri Pembina Cimahi Sebelum Diterapkan Model Perolehan Konsep (Concept Attainment).. 62
1. Hasil Pre Test………. 62
a. Kemampuan Awal Kelompok Kontrol……… 62
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
vi
1. Hasil Post Test………...………… 67
a. Kemampuan Akhir Kelompok Kontrol……….. 67
b. Kemampuan Akhir Kelompok Eksperimen………... 70
C. Pengaruh dari Penerapan Perolehan Konsep (Concept Attainment) Terhadap Keterampilan Proses Sains Anak Kelas B di TK Negeri Pembina Cimahi…... 73
1. Uji Normalitas……….. 73
2. Uji Homogenitas……….. 74
3. Uji Signifikansi………. 77
D. Pembahasan Hasil Penelitian……….. 77
1. Kemampuan Awal Siswa Sebelum Diterapkan Model Pembelajaran Perolehan Konsep (Concept Attainment)……….. 77
2. Kemampuan Awal Siswa Sebelum Diterapkan Model Pembelajaran Perolehan Konsep (Concept Attainment)……….. 81
3. Pengaruh dari Penerapan Perolehan Konsep (Concept Attainment) Terhadap Keterampilan Proses Sains Anak Kelas B di TK Negeri Pembina Cimahi.. 84
BAB V SIMPULAN DAN SARAN………. 88
A. Simpulan……….. 88
B. Saran ………... 90
DAFTAR PUSTAKA……….. 91
LAMPIRAN-LAMPIRAN……….. 93
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Keys Of Process Skills……… 19
Tabel 2.2 Keterampilan Proses Sains yang Dilatihkan……….. 23
Tabel 2.3 Tahapan Pengajaran Model Perolehan Konsep ………. 29
Tabel 3.1 Data Siswa………... 37
Tabel 3.2 Kisi-kisi Keterampilan Proses Sains Anak………. 41
Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Keterampilan Proses Sains Anak………... 45
Tabel 3.4 Pedoman Wawancara……….. 45
Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Uji Validitas Instrumen Keterampilan Proses Sains Anak Taman Kanak-kanak……… 47
Tabel 3.6 Rincian Validitas Item……….. 49
Tabel 3.7 Hasil Reliabilitas……… 50
Tabel 3.8 Kriteria Reliabilitas……… 52
Tabel 3.9 Jadwal Pelaksanaan Penelitian………. 53
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
viii
Tabel 4.3 Hasil Statistik Tes Awal Kelompok Kontrol……… 64
Tabel 4.4 Kemampuan Awal Kelas Eksperimen……….. 64
Tabel 4.5 Kategori Kemampuan Siswa……… 66
Tabel 4.6 Hasil Statistik Tes Awal Kelompok Eksperimen………. 66
Tabel 4.7 Kemampuan Akhir Kelas Kontrol………. 68
Tabel 4.8 Kategori Kemampuan Siswa……… 69
Tabel 4.9 Hasil Statistik Tes Akhir Kelompok Kontrol………...……… 69
Tabel 4.10 Kemampuan Akhir Kelas Eksperimen………. 70
Tabel 4.11 Kategori Kemampuan Siswa……… 71
Tabel 4.12 Hasil Statistik Tes Awal Kelompok Eksperimen……… 72
Tabel 4.13 One Sample Kolomogrov-Smirnov……….. 74
Tabel 4.14 Test of Homogeneityof Variance………. 75
Tabel 4.15 Group Statistics……… 76
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Ruang Lingkup Pembelajaran Siswa………. 13
Gambar 2.2 Dampak-dampak Instruksional dan Pengiring dari Model Perolehan Konsep……… 32
Gambar 4.1 Grafik Histogram Nilai Pre Testkelompok kontrol……….. 64
Gambar 4.2 Grafik Histogram Nilai Pre Testkelompok eksperimen………... 67
Gambar 4.3 Grafik Histogram Nilai Post Testkelompok kontrol………. 70
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
x
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A INSTRUMEN DAN HASIL PENELITIAN……… 93
LAMPIRAN B RENCANA KEGIATAN HARIAN……… 132
LAMPIRAN C ADMINISTRASI PENELITIAN……… 135
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Menurut Peraturan Menteri No. 58 Tahun 2009, bahwa yang dimaksud
dengan anak usia dini merupakan individu yang berada pada pada rentang usia 0
– 6 tahun. Perkembangan anak berlangsung secara berkesinambungan yang berarti bahwa tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan
meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif pada tahap selanjutnya.
Perkembangan anak yang dicapai merupakan integrasi aspek pemahaman
nilai-nilai agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa, dan sosial-emosional (Peraturan
Menteri No. 58 Tahun 2009). Dalam mencapai perkembangannya, anak
memerlukan rangsangan dan stimulus yang baik dan sesuai dengan pembinaan
yang diberikan oleh orang tua dan sekolah.
Menurut Peraturan Menteri No. 58 Tahun 2009, bahwa yang dimaksud
dengan Pendidikan Anak Usia Dini adalah :
. “Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.”
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diperoleh gambaran mengenai
pentingnya pembelajaran di sekolah karena bertujuan untuk membantu anak
untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
Sekolah merupakan jembatan penghubung bagi anak memperoleh
pengetahuannya secara terkonsep. Dimana di dalamnya terdapat pendidik yang
berperan sebagai kunci utama pengendali perkembangan. Merujuk pada
pendapat Amien dalam Nugraha (2008, hlm. 135)”bahwa guru sebaiknya tak
hanya berperan sebagai transform of knowledge, tapi juga seharusnya sebagai
transfer of knowledge sekaligus sebagai transform of knowledge ; juga transfer
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
objek belajar dan bagaimana menempatkan anak sebagai subjek belajar dalam
pengembangan pembelajaran.”
Masa usia dini merupakan masa dimana anak mampu belajar mengenai
hal-hal di sekitarnya. Ia mulai belajar mengamati, menyelidiki, mencoba hal-hal-hal-hal
baru, dan lain sebagainya. Kemampuan ini merupakan dasar untuk ia mulai
belajar sebuah konsep yang kelak akan memperkaya pengetahuan dan berguna
bagi kehidupannya kelak. Kemampuan-kemampuan dasar ini merupakan
kemampuan dasar dalam sains.
Sains sebagai mata pelajaran yang cukup kompleks bagi anak, memerlukan
kemampuan dan keaktifan lebih dari siswa untuk bisa memproses pengetahuan.
Sains bagi anak usia dini, memang memiliki batasan tersendiri dan
menggunakan materi-materi yang dekat dengan kehidupan anak. Namun di sisi
lain, pengalaman belajar sains mampu memberikan manfaat terhadap
kemampuan kognitif anak. Dimana anak mampu belajar dengan memanfaatkan
potensi-potensi sains yang ada dalam dirinya.
Adapun pentingnya pembelajaran sains bagi anak usia dini diantaranya
sebagai berikut :
„‟Menurut Sumaji, pembelajaran sains bagi anak usia dini diharapkan mampu berdampak bagi meningkatnya kecerdasan dan pemahaman anak tentang alam beserta isinya serta segala ragam rahasianya. Pembelajaran sains bagi anak usia dianggap penting karena mampu meningkatkan kematangan perkembangan anak menjadi lebih utuh, tak hanya domain kognitif yang terbina, tetapi juga motoris dan afeksinya secara seimbang. Bahkan lebih jauh, diharapkan dengan pengembangan pembelajaran sains yang memadai (adequate) akan tumbuh dan berkembang kreativitas dan kemampuan berpikir kritis, yang semuanya sangat bermanfaat bagi aktualisasi dan kesiapan anak untuk menghadapi perannya yang lebih luas
dan kompleks pada masa yang akan datang (Nugraha, 2008, hlm. 26).‟‟
Cullingford (dalam Samatowa, 2008, hlm. 9), mengatakan jika
pembelajaran sains sebaiknya disajikan dengan hafalan dan pemahaman konsep.
Anak harus diberi kesempatan untuk mengembangkan sikap ingin tahu dan
berbagai penjelasan logis. Sedangkan Claxton (dalam Samatowa, 2008, hlm. 9),
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lebih berkelakukan seperti seorang ilmuwan bagi diri mereka sendiri, dan jika
mereka diperbolehkan dan didorong untuk melakukan hal itu.
Menurut Nugraha (2008, hlm. 119), bahwa yang terpenting dalam
pembelajaran sains bagi anak adalah mengerti proses sains, karena dari proses
itulah akan melahirkan pengalaman belajar dan pembentukan sikap secara
simultan dan terpadu. Dari pendapat tersebut dapat diambil makna jika yang
terpenting dalam pembelajaran sains bagi anak adalah mengenai proses. Hal ini
juga sejalan dengan pendapat Hodgson dan Scanlon (1985, hlm. 18), jika “one of the dimension of science is the processes by which knowledge is acquired.”
Dapat dimaknai jika proses merupakan dimensi dari sains dan merupakan cara
untuk memperoleh ilmu atau pengetahuan.
Penguasaan proses sains diperlukan anak dalam pembelajaran sains.
Penguasaan inilah yang kemudian akan berkembang menjadi sebuah
keterampilan atau kemahiran dalam proses sains. Keterampilan proses sains
adalah semua keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh,
mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip,
hukum-hukum dan teori-teori sains, baik berupa keterampilan mental, keterampilan
fisik (manual) maupun keterampilan sosial (Nugraha, 2010, hlm. 120). Jadi
maknanya adalah bahwa keterampilan proses sains merupakan keterampilan
yang mampu membuat potensi individu berkembang.
Menurut Harlen dkk. (1990, hlm. 3.5) jika “process skills also develop and so enable to deal with progressively more sophisticated ideas and contexts and
make the children more rigorous, more focused, more systematic, more
quantitative, and more conscious.” Berdasarkan pendapat tersebut, dapat
diperoleh sebuah makna jika keterampilan proses juga mampu mengembangkan
ide-idenya, lebih teliti, lebih fokus dan lebih sistematis.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan jika pengembangan
kemampuan proses sains anak memiliki dampak yang positif bagi
perkembangan anak. Kemampuan keterampilan proses tersebut mampu
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memberikan kesempatan anak untuk menciptakan sekaligus memahami konsep.
Tingginya kemampuan dan sikap sains yang dimiliki anak mencerminkan akan
semakin terampilnya anak dalam mengenali obyek sains, berpikir logis dan
mengikuti prosedur kerja sesuai standar kerja ilmiah yang dipersyaratkan
(Nugraha, 2008, hlm. 32).
Namun, dampak-dampak positif dari keterampilan proses tersebut tidak
akan ada jika tidak ada peran guru yang mampu mengemas pembelajaran
dengan baik. Menurut Mujtaba (2012), tak jarang guru-guru di sekolah
khususnya di Indonesia menekankan pembelajaran dengan metode yang
konvensional yang tidak memberikan ruang pengalaman belajar yang
menunjang kemampuan anak. Menurut Mujtaba ( 2012) praktik pembelajaran
sains di Pendidikan Anak Usia Dini saat ini adalah masih sering ditemukan
metode ceramah bagi anak. Kebiasaan mengajar para guru dalam mengajar
mengarah kepada hal membaca dan menulis yang menghambat kemampuan
anak dalam kreativitas dan memecahkan masalah.
Seraya dengan pendapat diatas, bahwa fenomena pembelajaran sains bagi
anak usia dini saat ini berdasarkan hasil pengamatan peneliti di TK Negeri
Pembina Cimahi adalah kurangnya pengalaman yang diberikan kepada anak
untuk menggali akan konsep secara mandiri. Tak jarang guru membawa contoh
dari materi yang hendak diajarkan seperti membawa garam dan gula untuk
mengenalkan konsep rasa. Guru-guru masih sering bertindak untuk
menyampaikan konsep kepada anak mengenai asin atau manis, tanpa
memberikan kesempatan kepada anak untuk menggali sendiri mengenai konsep
rasa asin atau manis itu sendiri. Anak-anak di TK ini pun belum menunjukkan
keterampilan proses sains yang baik. Sebagian besar dari siswa belum
menunjukkan kemampuan dalam mengamati, menggolongkan, mengukur dan
menjelaskan yang cukup baik. Kesempatan bagi anak untuk mampu melatih
kemampuan-kemampuan tersebut juga masih sangat sedikit, contohnya seperti
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis bagi anak untuk mampu melatih
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memberikan kesempatan bagi anak untuk terlibat inilah yang memicu masih
rendahnya keterampilan proses sains anak.
Aplikasi pembelajaran sains dengan berdasar pada keterampilan proses
sains memerlukan sebuah pendekatan pembelajaran atau metode pengajaran
yang mendukung keaktifan siswa. Mengacu pada pendapat yang diungkapkan
Joyce, (2009, hlm. 7) bahwa :
Guru yang sukses bukan sekadar penyaji yang kharismatik dan persuasif. Lebih jauh, guru yang sukses adalah mereka yang melibatkan para siswa dalam tugas-tugas tersebut secara produktif. Sedangkan para pembelajar efektif mampu menggambarkan informasi, gagasan, dan kebijaksanaan dari guru-guru mereka dan menggunakan sumber-sumber pembelajaran secara efektif. Dengan demikian, peran utama dalam mengajar adalah mencetak para pembelajar yang handal (powerful learners).
Konsep pembelajar yang handal (powerful learners) inilah yang menjadi
dasar keterampilan proses sains yang juga menjadi dasar dari terciptanya model
perolehan konsep. Model perolehan konsep sendiri, memiliki kerangka
pemikiran yaitu adanya proses penemuan konsep secara mandiri dari anak
dengan berbagai sifat-sifat yang telah guru hadirkan sebelumnya di dalam kelas
(Joyce, 2009, hlm. 125). Ini bisa dilakukan guru dengan cara menghadirkan
contoh-contoh konkret dari sebuah konsep, hanya dalam hal ini guru hanya
bertindak sebagai fasilitator. Guru hanya menghadirkan contoh dari konsep rasa
seperti garam atau gula, namun tanpa memberi konsep terlebih dahulu dan
memberi kesempatan kepada anak untuk menggali konsep itu sendiri. Hal ini
juga yang menjadi pendorong Lori Kindrachuck untuk menciptakan sebuah
model pembelajaran yang mampu mendorong keaktifan belajar siswa (Joyce.
dkk, hlm. 119).
Menurut Joyce, dkk (2009, hlm.139), perolehan konsep (concept
attainment) merupakan sebuah model pembelajaran yang membantu anak untuk
memahami sebuah konsep berdasarkan hasil analisanya dengan cara
membandingkan dan membedakan contoh-contoh yang berisi karakteristik dan
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diajak untuk mampu berpikir kritis untuk mampu memahami dan memperoleh
sebuah konsep melalui penemuan dan pemahamannya sendiri. Menurut Joyce,
dkk (2009, hlm.139),” model ini juga dapat berguna dalam membuka bidang
konseptual baru dengan cara melakukan rangkaian penelitian pada siswa baik
secara individu maupun kelompok.“
Model perolehan konsep (concept attainment) ini mampu membantu anak
untuk mampu membangun pengetahuannya secara mandiri. Selain itu juga
membantu anak untuk mengembangkan kemampuan analisisnya. Hal ini sejalan
dengan toeri dari Bruner mengenai metode belajar penemuan (discovery
learning). Menurut Bruner dalam Winataputra,dkk (2008, hlm.3.18)
”mengungkapkan jika belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan.” Agar belajar menjadi bermakna, dan memiliki struktur informasi
yang kuat, siswa harus aktif mengidentifikasi prinsip-prinsip kunci yang
ditemukannya sendiri, bukan hanya menerima penjelasan dari guru saja.
Adapun manfaat dari pembelajaran dengan proses penemuan yang
dilakukan oleh siswa yang dalam hal ini merupakan model penerapan konsep
(concept attainment) menurut Ambarsari, dkk (2013) adalah mengetahui
kebermaknaan sebuah pembelajaran, pengetahuan yang didapat cenderung
mudah diingat dan dipahami, meningkatkan kemampuan siswa dalam
kemampuan memecahkan masalah, menciptakan motivasi belajar siswa, dan
meningkatkan kemapuan penalaran siswa.
Untuk melihat lebih jauh mengenai pengaruh penerapan model
pembelajaran ini maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Model Perolehan Konsep (concept attainment) Terhadap Peningkatan Keterampilan Proses Sains Anak di TK Negeri Pembina Cimahi”.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Bagaimana kondisi awal keterampilan proses sains anak kelas B di TK
Negeri Pembina Cimahi sebelum diterapkan metode perolehan konsep
(concept attainment) ?
2. Bagaimana kondisi akhir keterampilan proses sains anak kelas B di
TK Negeri Pembina Cimahi setelah diterapkan metode perolehan konsep
(concept attainment) ?
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari penerapan metode
perolehan konsep (concept attainment) terhadap keterampilan proses sains
anak kelas B di TK Negeri Pembina Cimahi ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari
penerapan metode perolehan konsep (concept attainment) terhadap keterampilan
proses sains anak kelas B di TK Negeri Pembina Cimahi.
2. Tujuan Khusus
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a.Mengetahui kondisi awal keterampilan proses sains anak kelas B di TK
Negeri Pembina Cimahi sebelum diterapkan metode perolehan konsep
(concept attainment).
b.Mengetahui kondisi akhir keterampilan proses sains anak kelas B di TK
Negeri Pembina Cimahi setelah diterapkan metode perolehan konsep
(concept attainment).
c.Mengetahui apakah terdapat pengaruh dari penerapan metode perolehan
konsep (concept attainment) terhadap keterampilan proses sains anak di TK
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat memberikan
beberapa manfaat sebagaimana akan diuraikan sebagai berikut :
1. Bagi peneliti, yaitu :
a. Peneliti dapat memperoleh gambaran mengenai pengaruh dari penerapan
model perolehan konsep (concept attainment) terhadap peningkatan
keterampilan proses sains anak.
b. Memberikan pengalaman bagi peneliti dalam melakukan sebuah
penelitian yang baik sehingga mampu memberikan gambaran data dari
sebuah penelitian.
2. Bagi siswa, yaitu :
a. Memberi kesempatan yang lebih luas bagi anak untuk memperoleh
konsep secara mandiri
b. Memberikan metode atau model pembelajaran yang berbeda bagi anak
c. Mampu memotivasi secara lebih dalam pembelajaran sains di sekolah.
3. Bagi pendidik, yaitu :
a. Memberi pengetahuan dan wawasan lebih kepada pendidik mengenai
model pembelajaran yang baru dalam pendidikan anak usia dini yaitu
model perolehan konsep (concept attainment)
b. Memberi pengetahuan dan wawasan mengenai model pembelajaran
perolehan konsep (concept attainment) yang diharapkan mampu
meningkatkan keterampilan proses anak usia dini.
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Memberikan sumbangan positif bagi pembelajaran di sekolah melalui
pengayaan model pembelajaran yang baru
b. Peningkatan wawasan bagi para pendidik mengenai model pembelajaran
pembelajaran perolehan konsep (concept attainment) yang diharapkan
mampu meningkatkan keterampilan proses anak usia dini.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan :
Secara umum, dalam bab ini terdiri dari bagian latar belakang penelitian,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan
skripsi yang secara keseluruhan menggambarkan mengenai penelitian yang
dilaksanakan dan akan dijabarkan dalam bab selanjutnya.
Bab II Kajian Pustaka :
Secara umum, dalam bab ini terdiri dari beberapa kajian pustaka yang
berkaitan dengan penelitian diantaranya pembelajaran sains bagi anak usia dini,
keterampilan sains anak usia dini dan model perolehan konsep.
Bab III Metode Penelitian :
Bab ini berisi tentang beberapa hal yang terkait dengan metode penelitian
yang digunakan seperti metode dan pendekatan penelitian, lokasi dan subjek
penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, prosedur penelitian,
teknik pengumpulan data, dan teknik alanisis data.
Bab Temuan dan Pembahasan :
Secara umum, dalam bab ini berisi tentang hasil temuan penelitian dan
pembahasan mengenai kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan.
Bab V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi :
Bab ini merupakan bab terakhir dan berisi tentang simpulan dari kegiatan
penelitian, pembahasan penelitian dan temuan penelitian, dan berisi tentang
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode dan Pendekatan Penelitian
Penelitian yang hendak dilakukan oleh penulis merupakan penelitian
dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan suatu proses
menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat
menemukan keterangan mengenai apa yang ingin peneliti inginkan (Margono,
2004 hlm.105). Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini
digunakan metode penelitian eksperimen. “Penelitian eksperimental
merupakan penelitian yang menggunakan suatu percobaan yang dirancang
secara khusus guna membangkitkan data yang diperlukan untuk menjawab
pertanyaan penelitian” (Margono, 2004, hlm.110).
Hal di atas selaras dengan pernyataan Sudjana, dkk (1989, hlm.3)
mengenai hakikat penelitian dipandang sebagai upaya menjawab
permasalahan secara sistematik dengan metode-metode tertentu melalui
pengumpulan data empiris mengolah dan menarik kesimpulan atas jawaban
masalah tersebut Sedangkan menurut Syamsudin, dkk (2006, hlm.2)
“mengungkapkan jika penelitian dapat diartikan sebagai cara pengamatan atau
inkuiri dan mempunyai tujuan untuk mencari jawaban permasalahan atau
proses penemuan, baik discovery maupun invention.” Sehingga dapat
disimpulkan jika penelitian merupakan upaya pemecahan masalah dengan
menggunakan metode-metode tertentu untuk memperoleh jawaban atas sebuah
permasalahan tertentu.
Menurut Sugiyono (2012, hlm.3), metode penelitian dapat diartikan
sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dengan kegunaan
tertentu. Secara umum, penelitian itu sendiri merupakan upaya pengambilan
data dengan tujuan tertentu. Dalam pelaksanaannya, penelitian ini
membutuhkan strategi atau cara meperoleh datanya, yang kita kenal sebagi
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian eksperimen yang sederhana mengandung tiga ciri pokok, yaitu
(Sudjana dkk. 1989, hlm.119) :
a. “Adanya variabel bebas yang dimanipulasikan
b. Adanya pengendalian/pengontrolan semua variabel lain kecuali
variabel bebas
c. Adanya pengamatan/pengukuran terhadap variabel terikat sebagai efek
variabel bebas. “
2. Desain Penelitian
Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
eksperimen kuasi dengan pola non equivalent control group design atau
pretes-postes yang tidak relevan (Sudjana dkk. 1989). Desain ini
menggunakan dua kelompok, satu diantaranya diberikan perlakuan
eksperimen. Dua kelompok yang diambil dianggap sama dalam semua aspek
yang relevan dan perbedaannya hanya terdapat dalam perlakuan yang
diberikan. Pada akhir penelitian kedua kelompok ini diukur penguasaan
konsepnya dengan alat ukur yang sama yaitu instrumen penelitian mengenai
kterampilan proses sains anak. Hasil kedua pengukuran digunakan sebagai
data penelitian yang kemudian dianalisis. Hasil pengukuran ini dibandingkan
untuk melihat efek dari penerepan model penerapan konsep.
Alasan peneliti menggunakan motode penelitian eksperimen adalah karena
peneliti hendak mengetahui mengenai sebuah pengaruh dari sebuah model
pembelajaran bagi peserta didik atau dalam hal ini sebagai objek
penelitian.Metode ini membantu peneliti untuk mendapatkan hasil nyata
dengan bentuk angka sebagai perhitungan pengaruh dari model pembelajaran
perolehan konsep (concept attainment) ini pada anak.
Desain eksperimen menunjuk kepada kerangka konseptual, bagaimana
eksperimen itu dilaksanakan.Menurut Sudjana dkk. (1989, hlm. 31), “terdapat
dua fungsi desain eksperimen : (1) memberikan kesempatan untuk
membandingkan kondisi yang dituntut oleh hipotesis penelitian, (2)
memungkinkan peneliti membuat interpretasi dari hasil studi melalui analisis
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sebagai gambaran rancangan penelitian kuasi eksperimen dengan pola
non equivalent control group design akan digambarkan sebagai berikut
(Sugiyono, 2007, hlm. 116) :
Gambar 1. Eksperimen Pola Non Equvalent Control Group Design
Keterangan :
O1 : Pengukuran kemampuan awal kelompok eksperimen
O2 : Pengukuran kemampuan akhir kelompok eksperimen
X : Pemberian perlakuan/treatment
O3 : Pengukuran kemampuan awal kelompok kontrol
O4 : Pengukuran kemampuan akhir kelompok control
B. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di TK Negeri Pembina Cimahi yang terletak di
Jalan Kerkof Kota Cimahi.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa TK B dari TK Negeri Pembina
Cimahi.Di TK Negeri Pembina Cimai terdapat dua kelas B yaitu kelas B Apel
dan kelas B Strawberry dengan jumlah masing-masing anak tiap kelasnya
sebanyak 19 dan 17 orang. Adapun perbandingan jumlah siswa perempuan
dan laki-laki kelas B adalah sebagai berikut :
No. Kelas Jumlah
Murid
Jumlah Murid Laki-laki
Jumlah Murid Perempuan
1. Apel (Kel. B1) 19 8 11
2. Strawberi (Kel. B2) 17 7 10
O
1x
O
2Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam penelitian ini, dua kelas yang digunakan sebagai kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol memiliki karakteristik yang hampir sama
yanitu dilihat dari tingkat kognitif, usia rata-rata, serta jumlah siswa di tiap
kelompok yang hamper sama. Mengingat kesamaan karakteristik seluruh
siswanya, untuk itu peneliti menggunakan seluruh siswa kelas B TK Negeri
Pembina Cimahi.
Setelah dilakukan pengundian, didapatkan hasil kelas Apel sebagai
kelompok eksperimen dan kelas Strawberry sebagai kelompok kontrol.
Masing-masing kelompok diberi pre test dan post test. Pre test diberikan
sebelum materi pembelajaran disampaikan. Tujuan diberikannya pre test
sebelum pembelajaran adalah untuk mengetahui keadaan awal masing-masing
kelompok. Post test diberikan setelah seluruh materi pembelajaran
disampaikan oleh guru, tujuannya untuk mengetahui keadaan akhir
masing-masing kelompok setelah diberikan treatment.
C. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Model Perolehan Konsep (X)
Menurut Joyce. dkk (2009, hlm.139), merupakan sebuah model
pembelajaran yang membantu anak untuk memahami sebuah konsep
berdasarkan hasil analisanya dengan cara membandingkan dan
membedakan contoh-contoh yang berisi karakteristik dan buka
karakteristik dari sebuah objek. Melalui model pembelajaran ini, anak
diajak untuk mampu berpikir kritis untuk mampu memahami dan
memperoleh sebuah konsep melalui penemuan dan pemahamannya
sendiri. Dalam model pembelajaran ini, guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk mampu menggali mengenai sebuah konsep secara
mandiri.
Model pembelajaran perolehan konsep (concept attainment) dalam
pelaksanaannya meliputi beberapa tahapan pembelajaran yaitu tahapan
penyajian data dan identifikasi konsep, tahapan pengujian pencapaian
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ini berguna untuk menguji kemampuan anak, pemahaman anak dan juga
memunculkan keaktifan anak dalam pemebelajaran.
2. Keterampilan Proses Sains Anak Usia Dini (Y)
Keterampilan proses sains adalah semua keterampilan yang
diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan dan menerapkan
konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum dan teori-teori sains, baik
berupa keterampilan mental, keterampilan fisik (manual) maupun
keterampilan sosial (Nugraha, 2010, hlm. 120). Jadi maknanya adalah
bahwa keterampilan proses sains merupakan keterampilan yang mampu
membuat potensi individu berkembang.Adapun keterampilan proses
sains meliputi (Hurlen, dalam Rustaman, 2009) :
a. Keterampilan mengamati
a. Keterampilan menafsirkan
b. Keterampilan meramalkan
c. Keterampilan menggunakan alat dan bahan
d. Keterampilan mengelompokkan
e. Keterampilan menerapkan konsep
f. Keterampilan mengkomunikasikan
g. Keterampilan mengajukan pertanyaan
D. Instrumen Penelitian 1. Kisi-kisi Instrumen
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk memproleh
hasil data penelitian.Instrumen penelitian ini juga disebut sebagai teknik
penelitian.Adapun dalam pelaksanaan penilitian ini, peneliti akan
menggunakan pedoman observasi dan pedoman wawancara. Pedoman
observasi akan memudahkan peneliti untuk mendapatkan gambaran mengenai
kemampuan anak berkaitan dengan keterampilan proses sainsnya.
Dimensi atau variabel keterampilan proses tersebut kemudian
dikembangkan oleh peneliti ke dalam beberapa indikator keterampilan proses
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengamati sejauh mana kemampuan awal dan akhir dari keterampilan proses
sains anak.
Instrumen keterampilan proses sains anak dalam penelitian in
menggunakan teknik skala Guttman dengan jenis pengukuran skala 0-1 . Skala
Guttman merupakan skala pengukuran dengan data yang diperoleh dapat
berupa interval atau rasio, dalam skala Guttman hanya ada dua interval “ya
-tidak”, “benar-salah”, “positif-negatif”, “muncul-tidak muncul”, dan lainnya. Adapun tabel kisi-kisi instrumen keterampilan proses sains adalah sebagai
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.2 Kisi-kisi Keterampilan Proses Sains
No Keterampilan Proses Sains
Indikator Pernyataan Kemunculan Keterangan
Ya Tidak
larut dan tidak larut
5. Anak mampu
mengetahui ciri-ciri
yang membedakan
dari benda larut dan
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.3 KRITERIA PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Pernyataan
Keterampilan Proses
Sains Anak
Kriteria Penilaian
1 0
Muncul Tidak Muncul
Sedangkan pedoman wawancara dalam penelitian ini ditujukan untuk
melihat kondisi awal dari keterampilan proses sains anak di TK Negeri
Pembina Cimahi. Adapun pedoman wawancara yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
Tabel 3.4 PEDOMAN WAWANCARA
No. Rangkaian Pertanyaan Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bagaimana gambaran pembelajaran sains di
TK Negeri Pembina Cimahi ini ?
Bagaimana sistem pembelajaran sains di TK
Negeri Pembina Cimahi ini ?
Apa saja alat-alat dan kelengakapan
pembelajaran sains di TK Negeri Pembina
Cimahi ini ?
Bagaimana kemampuan belajar sains
anak-anak di TK Negeri Pembina Cimahi ini ?
Apakah anak mampu mengikuti pembelajaran
sains dengan baik ?
Apakah anak mampu menunjukkan
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Uji Coba Instrumen a. Uji Validitas Item
Penelitian ini dilakukan setelah diadakan uji coba instrument untuk
menentukan apakah instrument tersebut layak dipakai. Pengujian validitas
dan reabilitas instrument penelitian dilakukan melalui expert judgment. Uji
coba instrument yang kemudian dilakukan uji reabilitas, yang kemudian
dihitung dengan program SPSS 20.
Dalam penelitian ini diperlukan pedoman observasi untuk mampu
mengukur keterampilan proses sains anak. Untuk mengukur keterampilan
proses sains ini, pedoman observasi perlu divalidasi. Penelitian validitas
dilakukan dengan membandingkan atau mengkorelasikan antara hal yang
dinilai dengan kriterianya. Adapun langkah-langkah perhitungan validitas
adalah sebagai berikut :
1. Menghitung validitas bertujuan untuk mengukur ketepatan subjek
penelitian yang dilakukan. Untuk menguji validitas instrumen ini
digunakan rumus korelasi point biserial (r pbis) (Ireene, 1993, hlm.
359-360) dan Glass and Stanley, 1970, hlm. 169-170) dalam
(Setiasih, 2010, hlm. 114) dengan gambaran sebagai berikut :
Keterangan :
Mp : rata-rata skor anak yang memperoleh 1
Mt : rata-rata skor total
Sdt : simpangan baku skor total
p : proporsi jawaban benar terhadap semua jawaban anak
q : 1- p
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penentuan keputusan item diterima (valid) atau tidak valid
didasarkan pada uji hipotesa dengan kriteria sebagai berikut : jika r
hitung positif dan r hitung = > 0,3 maka butir item valid, dan jika r
hitung negatif dan r hitung < 0,3 maka butir item tidak valid. Pada
tahap awal, instrumen melalui tahap judgement oleh ahli terkait
mengenai keterampilan proses sains. Uji coba tes keterampilan proses
sains anak dilakukan di TAAM Daarul Muhsiniin di Komplek Bukit
Permata Cimahi Kabupaten Bandung Barat. Penelitian dilakukan
terhadap siswa TK B di sekolah ini dengan jumlah 10 siswa.
Berikut disajikan hasil rekapitulasi uji validitas keterampilan
proses sains :
Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Uji Validitas Instrumen Keterampilan Proses Sains Anak Taman Kanak-kanak
Nomor Item r pbis Validitas
1 0.8 Valid
2 0.67 Valid
3 0.88 Valid
4 0.46 Valid
5 0.57 Valid
6 0.59 Valid
7 -0.31 In Valid
8 -0.42 In Valid
9 0.76 Valid
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
11 0.47 Valid
12 0.42 Valid
13 0.73 Valid
14 0.67 Valid
15 0.67 Valid
16 0.42 Valid
17 -0.17 In Valid
18 0.3 Valid
19 0.64 Valid
20 0.49 Valid
Setelah perhitungan validitas dilakukan, diketahui kriteria valid
yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, dan 20
sedangkan butir item yang memiliki kriteria tidak valid yaitu nomor 7,
8 dan 17 sehingga item yang tidak valid dianggap tidak dipergunakan
lagi (hapus).
Berdasarkan tabel 3.5 di atas diperoleh item yang valid dan item
yang tidak valid. Secara lebih rinci penyebaran item yang valid dan
tidak valid pada setiap aspek dapat dilihat pada tabel 3.6 di bawah ini :
Tabel 3.6 Rincian Validitas Item
No. Aspek Item Valid Invalid
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu mengamati/observasi
2. Mengelompokkan/klasifikasi 3,4,5,6 -
3. Menafsirkan/interpretasi - 7, 8
4. Meramalkan/prediksi 9,10 -
5. Mengajukan pertanyaan 11,12 -
6. Berhipotesis 13,14 -
7. Menggunakan alat/bahan 15,16 -
8. Menerapkan konsep 18 17
9. Berkomunikasi 19,20 -
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 178) reliabilitas
menunjukpada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebutsudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya,
yang reliabel akanmenghasilkan data-data yang dapat dipercaya juga.
Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka
berapa kali pun diambil, hasilnya tetap akan sama. Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan teknik reliabilitas internal yaitu dengan
Rumus yang digunakan untuk mencari reabilitas pada penelitian ini
menggunakan rumus KR 20. Rumus KR 20 adalah rumus untuk uji
reliabilitas item yang mirip dengan cronbach alpha. Rentang nilainya
berada diantara 0 sampai dengan 1.Semakin mendekati 1 maka
semakin reliabel. Para ahli menyatakan bahwa nilai KR 20 > 0,90
dapat dinyatakan bahwa soal reliabel.
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan :
r KR20 = Koefisien korelasi dengan KR20
k = jumlah butir soal
p = proporsi jawaban benar pada butir tertentu
q = proporsi jawaban salah pada butir tertentu ( q = 1 – p )
s2 = varians skor total
Berikut hasil relibilitas yang perhitungannya menggunakan KR-20.
Rincian tabel 3.7 hasil reabilitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel. 3.7 Hasil Reabilitas
Nomor Item Reliabilitas Kriteria
1 1 Reliabilitas Sangat Tinggi
2 1 Reliabilitas Sangat Tinggi
3 1 Reliabilitas Sangat Tinggi
4 1 Reliabilitas Sangat Tinggi
5 1 Reliabilitas Sangat Tinggi
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9 1 Reliabilitas Sangat Tinggi
10 1 Reliabilitas Sangat Tinggi
11 1 Reliabilitas Sangat Tinggi
12 0.95 Reliabilitas Sangat Tinggi
13 1 Reliabilitas Sangat Tinggi
14 1 Reliabilitas Sangat Tinggi
15 1 Reliabilitas Sangat Tinggi
16 1 Reliabilitas Sangat Tinggi
18 1 Reliabilitas Sangat Tinggi
19 1 Reliabilitas Sangat Tinggi
20 1 Reliabilitas Sangat Tinggi
Adapun titik tolak ukur koefisiensi reabilitas (Guilford, 1956, hlm.
145) yang digunakan dalam penelitian yang disesuaikan dengan item
penelitian ini yaitu sebagai berikut :
Tabel 3.8
Kriteria Reliabilitas
KR 20 Kategori Koefisien
0.80 < r11 1.00 Reliabilitas Sangat Tinggi
0.60 < r11 0.8 Reliabilitas Tinggi
0.40 < r11 0.6 Reliabilitas Sedang
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu -1.00 r11 0.20 Reliabilitas Sangat Rendah
E. Prosedur Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan sebuah penelitian awal
yang bertujuan untuk mengetahui data awal. Hal-hal yang dilakukan oleh peneliti
adalah :
1. Permohonan izin penelitian kepada kepala sekolah yang hendak dijadikan
objek penelitian
2. Observasi dan wawancara untuk mendapatkan gambaran data mengenai
lokasi dan objek penelitian kepada pihak sekolah
Tahapan pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan adalah :
a. Tahapan Perencanaan
Dalam tahapan ini, terdapat beberapa hal yang akan dilakukan oleh
peneliti yaitu :
1. Membuat perencanaan pembelajaran di TK yang dikenal sebagai RKH
(Rencana Kegiatan Harian)
2. Mempersiapkan hal-hal yang berhubungan dengan berjalannya
kegiatan pembelajaran di kelas yaitu model dan contoh konsep
3. Menyiapkan pedoman observasi yang digunakan untuk mengamati
kegiatan pembelajaran di kelas
4. Mempersiapkan lembar penilaian berupa lembar observasi dan lembar
kerja siswa (LKS)
Adapun jadwal pelaksanaan penelitian yang terdiri dari pre test dan
post test adalah sebagai berikut :
Tabel 3.9
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tanggal
1. Senin,
11 Mei 2015
Pre Test Strawberry - Membedakan benda kasar dan halus
-Keterampilan observasi benda kasar
dan halus
-Keterampilan bertanya benda kasar
dan halus
-Keterampilan Mengkomunikasikan
benda kasar dan halus
-Keterampilan mengukur benda kasar
dan halus
-Keterampilan menafsirkan benda
kasar dan halus
-Keterampilan observasi benda larut
dan tidak larut
-Keterampilan bertanya benda larut
dan tidak larut
-Keterampilan Mengkomunikasikan
benda larut dan tidak larut
-Keterampilan mengukur benda larut
dan tidak larut Keterampilan
menafsirkan benda larut dan tidak
larut
-Keterampilan mengklasifikasikan
benda larut dan tidak larut
3. Senin, 25
Mei 2015
Post Test Apel -Membedakan benda larut dan tidak
larut
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dan tidak larut
-Keterampilan bertanya benda larut
dan tidak larut
-Keterampilan Mengkomunikasikan
benda larut dan tidak larut
-Keterampilan mengukur benda larut
dan tidak larut
-Keterampilan menafsirkan benda
kasar dan halus
-Keterampilan mengklasifikasikan
benda larut dan tidak larut
4. Selasa, 26
Mei 2015
Post Test Strawberry -Membedakan benda larut dan tidak
larut
-Keterampilan observasi benda larut
dan tidak larut
-Keterampilan bertanya benda larut
dan tidak larut
-Keterampilan Mengkomunikasikan
benda larut dan tidak larut
-Keterampilan mengukur benda larut
dan tidak larut
-Keterampilan menafsirkan benda larut
dan tidak larut
-Keterampilan mengklasifikasikan
benda larut dan tidak larut
b. Tahapan Pelaksanaan Pre test
Pelaksanaan penelitian ini sesuai dengan prosedur penelitian
eksperimen :
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Adapun kegiatan pra eksperimen sebagai berikut :
a. Kelompok kontrol sebanyak 17 siswa dari kelas B Strawberry
b. Kelompok eksperimen sebanyak 19 siswa dari kelas B Apel.
2. Kegiatan menyeimbangkan kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol atau kegiatan matching
Setelah subjek penelitian ditentukan, peneliti mengontrol variable non
eksperimen dengan cara mengadakan matching. Variabel-variabel yang
diseimbangkan sebagai berikut :
a. Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini
b. Nilai pre test pembelajaran
c. Pengajar (guru) dan proses pembelajaran.
3. Melaksanakan analisis hasil matching.
Setelah data tentang variabel non eksperimen diseimbangkan, langkah
berikutnya data-data tersebut dianalisis untuk mendapatkan hasil, apakah
kedua subjek penelitian telah memiliki kondisi yang seimbang dalam
variabelnya. Dari hasil analisis data tentang variabel-variabel yang
diseimbangkan sebagai berikut :
a. Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini
b. Nilai pre test pembelajaran
c. Pengajar (guru) dan proses pembelajaran
Ternyata variabel-variabel non eksperimen yang dikontrol telah
menunjukkan kondisi yang seimbang.
c. Kegiatan Treatment
Setelah kedua kelompok diberikan pre test dan telah dianggap
sepadan, maka tahap selanjutnya adalah melakukan treatment. Tahap ini
terbagi atas dua macam seperti berikut:.
1. Tahap persiapan treatment
Mempersiapkan alat, bahan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
pelaksanaan pemberian perlakuan.
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tahap memberikan perlakuan menurut jadwal yang ada. Kegiatan
treatment yang dilakukan adalah menerapkan model pembelajaran
perolehan konsep (concept attainment).
3. Tahapan Pelaksanaan Post Test
Berdasarkan prosedur penelitian, tahap akhir dalam penelitian ini
adalah post test. Post tes bertujuan untuk memperoleh data kemampuan
akhir dan mengetahui ada tidaknya pengaruh dari treatment yang dilakuan.
Berdasarkan waktu penelitian, perlakuan diberikan sebanyak 4 kali
bagi kelompok eksperimen yaitu dengan menerapkan model pembelajaran
perolehan konsep. Masing-masing perlakuan dilaksanakan dalam satu hari
pembelajaran. Sedangkan untuk pre test dilakukan dua kali, yaitu 1 kali
pertemuan di kelas kontrol dan 1 kali pertemuan di kelas eksperimen.
Begitu pula dengan post test, post test dilakukan sebanyak dua kali
pertemuan, 1 kali pertemuan di kelas kontrol dan 1 kali pertemuan di kelas
eksperimen.
Dalam penelitian ini pemberian treatment atau perlakuan untuk
kelompok eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran
perolehan konsep (concept attainment) yaitu dengan menunjukkan contoh
benda yang termasuk dalam kelompok tertentu dan yang tidak. Pada
kelompok kontrol, menggunakan model pembelajaran seperti biasa yang
digunakan oleh guru kelas.
Dalam penelitian ini dilakukan pengendalian variabel lain dalam
upaya agar pelaksanaan eksperimen ini yang berbeda hanyalah treatment
atau perlakuannya saja. Diharapkan apabila terjadi perbedaan atau
persamaan hasil belajar benar-benar karena treatment yang diberikan.
Dalam arti tidak mendapat pengaruh dari variabel lain sehingga dapat
dibuktikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model perolehan
konsep (concept attainment) mampu meningkatkan keterampilan proses
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi
Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah dengan
teknik observasi dan wawancara. Menurut Sujiono, (2005, hlm.12.20),
observasi atau pengamatan merupakan suatu cara untuk mengumpulkan
keterangan atau informasi tentang sesuatu dengan cara melihat,
mendengarkan, dan mengamati semua peristiwa, mencatatnya secara cermat
dan teliti yang dilakukan oleh pengamat (observers) terhadap objek/orang
yang diamati (observe viewer). Pengamatan merupakan suatu metode yang
paling langsung untuk mengetahui proses pembelajaran dan perkembangan
anak didik khususnya anak usia dini.
Sedangkan tujuan dari observasi menurut Sujiono (2005, hlm.12.20)
diantaranya :
1. Memahami perilaku anak
Pengamatan dilakukan terhadap anak usia dini karena anak usia dini
belum mempunyai kemampuan membaca dan menulis. Mereka juga
belum dapat mengungkapkan diri dan perasaannya seperti anak-anak
yang sudah lebih tua.
2. Mengevaluasi perkembangan anak
Melalui observasi dapat dipertimbangkan perilaku anak secara umum
dengan tujuan untuk melihat kemajuan anak secara menyeluruh
sehingga memudahkan pemahaman perkembangan anak selanjutnya
dan menentukan langkah/tindakan yang sesuai untuk anak
selanjutnya.
Observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah untuk
melihat keterampilan proses sains anak. Berkaitan dengan penelitian ini,
peneliti akan melihat ada atau tidaknya pengaruh dari penerapan metode
perolehan konsep (concept attainment) terhadap keterampilan proses sains
anak. Dalam pelaksanaan penelitian, untuk mendapatkan data yang baik
diperlukan sebuah pengamatan untuk mengetahui kemampuan anak.
Penerapan metode perolehan konsep ini lebih menitikberatkan pada
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengelompokkan, mengkomunikasikan, bertanya dan lain sebagainya.Maka
dari itu, teknik pengumpulan data yang mampu mendukung memberikan data
yang sesuai adalah melalui teknik observasi.
Adapun keterampilan-keterampilan proses sains yang akan diamati dan
dinilai perkembangannya mengacu pada pendapat Devereux, J (2000),
diantaranya sebagai berikut :
1. Keterampilan Mengamati (Observing)
2. Keterampilan Mengajukan Pertanyaan (Raising Question)
3. Keterampilan Mengukur (Measuring)
4. Keterampilan Membuat Hipotesis (Hypothesizing)
5. Keterampilan Membuat Rencana (Planning)
6. Keterampilan Memprediksi (Interpreting)
7. Keterampilan Mengkomunikasikan (Communicating)
Keseluruhan keterampilan sains tersebut akan diamati dimulai dari tahap
pretes hingga tahap pos tes dan akan ditarik kesimpulan terkait adanya
pengaruh metode perolehan konsep (concept attainment) terhadap
keterampilan proses sains anak usia dini di kelas B TK Negeri Pembina
Cimahi.
2. Wawancara
Teknik pengumpulan data kedua yang digunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara. Wawancara yang dilaksanakan merupakan upaya untuk
memperoleh data awal dari kondisi awal keterampilan proses sains anak di TK
Negeri Pembina Cimahi. Wawancara ini diajukan pada para pendidik di TK
Negeri Pembina Cimahi.
Menurut Sukmadinata (2012, hlm. 216), wawancara atau interviu
(interview) merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang
banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif
kuantitatif yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara lisan dalam
pertemuan tatap muka secara individual.
Hal-hal yang akan ditekankan dalam wawancara ini adalah mengenai
gambaran pembelajaran sains di TK Negeri Pembina Cimahi, sistem
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kelengakapan pembelajaran sains di TK Negeri Pembina Cimahi ini,
kemampuan belajar sains anak-anak di TK Negeri Pembina Cimahi ini,
kondisi awal keterampilan proses sains anak di TK Negeri Pembina Cimahi
ini, kemampuan anak dalam mengikuti pembelajaran sains, ketertarikan anak
pada pembelajaran sains.
G. Teknik Analisis Data 1. Analisis Data
Data yang akan dianalisis, merupakan hasil data dari observasi yang telah
dilakukan sebelumnya. Tahap pertama adalah mengumpulkan data dari tahap
pretes dari kelas kontrol dan eksperimen, lalu hasilnya disajikan dalam sebuah
tabel keterampilan sains anak.Lalu tahap selanjutnya adalah mengumpulkan
data dari tahap postes. Setelah keseluruhan tahap ini dilakukan, maka akan
didapatkan sebuah rata-rata (mean) yang bisa menunjukkan ada tidaknya
pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
Menurut Suwanda (2011, hlm.2) mengungkapkan jika “analisis adalah
suatu tindakan atau usaha untuk menarik kesimpulan dari data hasil
eksperimen.Dalam hal ini menggunakan analisis statistika”. Tujuan analisis
data dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data yang nyata mengenai
ada tidaknya pengaruh dari penerapan metode perolehan konsep (concept
attainment) terhadap keterampilan sains anak usia dini. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif.
Menurut Winarsunu (2006 : 29) mean adalah angka yang diperoleh
dengan membagi jumlah nilai (X) dengan jumlah individu atau jumlah
responden (N). Sedangkan menurut Sugiyono (2007:42) mean merupakan
teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai rata-rata dari
kelompok tersebut. Menurut Winarsunu (2006:31) adapun rumus yang
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan :
X = mean (nilai rata-rata)
∑fX = jumlah skor seluruh responden
N = jumlah responden
Apabila mean tes akhir kelas eksperimen (Xe) lebih besar dari kelas
kontrol (Xk) , maka terdapat pengaruh positif variabel bebas terhadap variabel
terikat. Namun apabila mean dari kelas eksperimen (Xe) sama dengan
atau lebih kecil dari mean kelas kontrol (Xk) maka tidak ada pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat. Maka akan didapatkan ketentuan
bahwa apabila :
1. Xe > Xk , maka ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat.
2. Xe ≤ Xk , maka tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
2. Hipotesis
Berdasarkan kajian yang dikemukakan di atas, maka berikut ini
merupakan hipotesis penelitian yang diajukan berdasarkan permasalahan yang
telah dijabarkan:
Ho = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan
metode perolehan konsep (concept attainment) terhadap
keterampilan proses sains anak di TK Negeri Pembina Cimahi.
Ha = Terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan metode
perolehan konsep (concept attainment) terhadap keterampilan
proses sains anak di TK Negeri Pembina Cimahi.
Dengan kesimpulan :
a. Jika Xe > Xk, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan metode
perolehan konsep (concept attainment) terhadap keterampilan
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Jika Xe ≤ Xk, maka Ha ditolak dan Ho diterima, artinya tidak
terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan metode
perolehan konsep (concept attainment) terhadap keterampilan
Zia Rizqi Mahmudah, 2015
PENGARUH MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT ATTAINMENT) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis, temuan dan pembahasan hasil penelitian quasi
eksperimen yang dilaksanakan di TK B TK Negeri Pembina Cimahi,
diperoleh simpulan bahwa penerapan model perolehan konsep (concept
attainment) mampu meningkatkan ketermpilan proses sains anak.
1. Kemampuan awal siswa TK Negeri Pembina Cimahi dalam kemampuan
keterampilan proses sainsnya ditunjukjan dengan hasil nilai pre test
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kemampuan awal
keterampilan proses sains kelompok kontrol adalah siswa dengan kategori
sedang adalah 5 orang dengan presentase sebanyak 35% dan siswa dengan
kategori rendah sebanyak 12 orang dengan presentase sebanyak 65%.
Sedangkan kemampuan awal keterampilan proses sains kelompok
eksperimen adalah siswa dengan kategori rendah sebanyak 14 orang atau
sebanyak 74% dan dengan kategori sedang sebanyak 5 orang dengan
presentase 26% . Maka dapat disimpulkan bahwa hampir tidak ada beda
antara kedua kelompok data tersebut, karena perbedaan yang kecil. Dapat
diartikan bahwa nilai awal antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol hampir sama.
2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, model perolehan konsep mampu
membantu meningkatkan kemampuan keterampilan proses sains anak.
Pada kegiatan awal penelitian, masih banyak yang merasa asing dengan
kegiatan penemuan dan penelitian sederhana. Namun setelah diterapkan
treatment, kemampuan anak semakin terlihat. Hal ini ditunjukkan juga
dengan keaktifannya dalam mengikuti pembelajaran di kelas yang
membuktikan adanya kemampuan dalam keterampilan proses sainsnya.
Pada hasil post test yang telah dilakukan, didapatkan rata-rata hasil
kelompok control dan eksperimen. Hasil akhirnya adalah ada tabel group