• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN

SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR Skripsi

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknologi Agroindustri

Oleh:

GINTA AULIA LANTIKA NIM:1106361

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

(2)

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN

SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Oleh:

Ginta Aulia Lantika

Sebuah skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

© Ginta Aulia Lantika 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN GINTA AULIA LANTIKA

“EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRITERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN

SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR”

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I,

Dr. Sri Handayani, M.Pd NIP. 19660930 199703 2 001

Pembimbing II,

Dwi Lestari Rahayu, S.T.P. M.Si NIP. 1982 1222 2015042002

Mengetahui,

Ketua Prodi Pendidikan Teknologi Agroindustri

FPTK UPI

Dr. Yatti Sugiarti, M.P.

(4)

Ginta Aulia Lantika, 2015

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN

SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

GINTA AULIA LANTIKA NIM 1106361

ABSTRAK

. Sekolah Menengah Kejuruan menuntut siswa agar siap bekerja. Oleh karena itu, diperlukan proses pembelajaran yang dapat menunjang mereka untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan sesuai kompetensinya. Salah satunya dengan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbingyang dapat menumbuhkan keterampilan siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penerapan model pembelajaran konvensionaldan hasil belajar siswa dengan penerapan model inkuiri terbimbing dengan penerapan model pembelajaran konvensionalpada kompetensi penggunaan suhu tinggi dan suhu rendah. Metode

penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian quasy eksperiment dengan jumlah

sampel sebanyak 78 orang siswa kelas X TPHP yang terbagi menjadi 2 kelas terdiri dari

39 siswa di SMKN 1 Mundu. Instrumen penelitian terdiri dari soal tes tertulis (pretest dan

posttest), lembar evaluasi diri, lembar evaluasi antar siswa, lembar observasi, dan lembar penilaian praktikum. Hasil yang diperoleh adalah, 1) Model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik dibandingkan model pembelajaran konvensional pada kompetensi dasar penggunaan suhu tinggi dan suhu rendah 2) Hasil belajar model pembelajaran inkuiri terbimbing pada ranah kognitif (tes tertulis) siswa yang telah mencapai nilai di atas KKM sebanyak 35 dari 39 orang siswa sehingga masuk kategori sangat baik. Dan hasil belajar model pembelajaran konvensional belum mencapai nilai di atas KKM. Hasil belajar pada ranah afektif (penilaian diri, penilaian antar siswa) masuk dalam kategori baik karena, sebagian besar konteks pencapaian kompetensi mencapai hasil di atas 75%, dan hasil belajar pada ranah psikomotor (lembar penilaian praktikum) masuk kategori baik karena, nilai rata-rata keseluruhan sebesar 89,5 maka seluruh siswa dikatakan kompeten karena telah memiliki seluruh aspek psikomotorik dalam kompetensi dasar penggunaan suhu tinggi dan suhu rendah

(5)

Ginta Aulia Lantika, 2015

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

GUIDED INQUIRY LEARNING MODEL EXPERIMENT ON BASIC COMPETENCE OF HIGH TEMPERATURE AND LOW TEMPERATURE

USING TO INCREASE STUDY RESULT

ABSTRACT

The Vocational Schools demand the students prepared for the work. Therefore, it is required a learning process that could facilitate the students of knowledge and skills based on each competence. One of the methods is guided inquiry learning model application that could stimulate student's skills. This research aims to know guided inquiry learning model application compare with conventional learning model application and students study result with conventional learning model application and students study result with guided inquiry model application with conventional learning model application on high temperature and low temperature competence application. The research used method is quasy experiment research method with a sample of 78 X TPHP students divided into 2 classes consist of 39 students of 1 Mundu State Vocational School. The research instrument consist of writing paper test (pretest and posttest), self-evaluation paper, inter-students evaluation paper, observation paper, and practical work assessment paper. The results are, 1) Guided inquiry learning model is better than conventional learning model on basic competence of high temperature and low temperature using. 2) Guided inquiry learning model study result in cognitive aspect (writing test) showed 35 students exceeded above KKM score out of 39 students, which means it includes into very good category, while conventional learning model study result did not achive KKM score. The affective aspect study result (self-assessment, inter-students assessment) included into good category because most of competence achievement context was achieved above 75% and psycomotor study result (practical work assessment paper) reached good category because the average score is 89,5. So all of the students is considered competence because they had psycomotoric aspect on basic competence of high temperature and low temperature using.

(6)

Ginta Aulia Lantika, 2015

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ii

1.2Identifikasi Masalah ... 2

1.3Batasan Masalah... 3

1.4Rumusan Masalah ... 3

1.5Tujuan Penelitian ... 3

1.6Manfaat Penelitian ... 4

1.7Sistematika Penulisan ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

2.1 Model Pembelajaran ... 7

2.2 Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 7

2.3 Karakteristik Pembelajaran Inkuiri ... 9

2.4 Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 10

2.5 Belajar dan Pembelajaran ... 12

2.6 Hasil Belajar ... 13

2.7 Mata Pelajaran Dasar Proses Pengolahan Hasil Pertanian dan Perikanan ... 14

2.8 Penelitian Terdahulu ... 14

2.9 Kerangka Pemikiran ... 17

2.10 Hipotesis Penelitian ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian ... 20

3.2 Metode Penelitian dan Desain Penelitian ... 20

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 22

3.4 Definisi Operasional ... 22

3.5 Instrumen Penelitian ... 23

3.6 Prosedur Penelitian ... 24

3.7 Pengujian Instrumen ... 25

3.8 Teknik Pengolahan Data ... 30

(7)

Ginta Aulia Lantika, 2015

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

iii

3.10 Analisis Gain Normalisasi ... 32

3.11 Uji Normalitas ... 34

3.12 Uji Homogenitas Data ... 35

3.13 Uji Hipotesis ... 36

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 38

4.1 Hasil Penelitian ... 38

4.1.1 Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 38

4.2 Hasil Belajar ... 39

4.3 Pembahasan ... 44

4.3.1 Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 44

4.4 Hasil Belajar ... 47

4.5 Perbandingan Hasil Belajar Menggunakan Metode Konvensional dan Model Inkuiri Terbimbing ... 59

4.6 Uji N-Gain ... 58

4.7 Uji Normalitas ... 62

4.8 Uji Homogenitas ... 63

4.9 Uji Hipotesis ... 64

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 66

5.1 Simpulan ... 66

5.2 Implikasi dan Rekomendasi ... 66

(8)

Ginta Aulia Lantika, 2015

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tahap Pembelajaran Pada Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ...

Tabel 2.2 Perbedaan Teacher Centered dan Learning Centered ... 12

Tabel 3.1 Kriteria Validitas Soal ... 26

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 26

Tabel 3.3 Interpretasi Reliabilitas ... 27

Tabel 3.4 Rentang Nilai Tingkat Kesukaran dan Klasifikasinya ... 28

Tabel 3.5 Hasil Uji Tingkat Kesukaran... 29

Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda Soal ... 30

Tabel 3.7 Hasil Uji Daya Pembeda ... 30

Tabel3.8 Kategori Tafsiran Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Terhadap Materi Pembelajaran ... 31

Tabel 3.9 Kriteria Penilaian Sikap ... 32

Tabel 3.10 Kategori Tafsiran Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Terhadap Materi ... 33

Tabel 3.11 Tingkat Perolehan Gain Skor ... 33

Tabel 3.12 Tabel Penolong Menghitung Harga Chi ... 34

Tabel 4.1 Rekapitulasi Skor Pretest dan Posttest Peserta Didik yang Diberikan Perlakuan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dan Pembelajaran Konvensional... 47

Tabel 4.2 Tabel Frekuensi Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 48

Tabel 4.3 Tabel Frekuensi Pembelajaran Kelas Kontrol ... 48

Tabel 4.4 Uji Normalitas Data ... 63

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Varian ... 63

Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis ... 64

(9)

Ginta Aulia Lantika, 2015

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 18 Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian... 21 Gambar 4.1 Persentase Hasil Observasi Sikap Peserta Didik Berdasarkan Konteks

Pencapaian

Kompetensi Pertemuan 1 Kelompok Inkuiri Terbimbing ... 40 Gambar 4.2 Persentase Hasil Observasi Sikap Peserta Didik Berdasarkan Konteks

Pencapaian

Kompetensi Pertemuan 1 Kelompok Konvensional ... 40 Gambar 4.3 Persentase Hasil Observasi Sikap Peserta Didik Berdasarkan Konteks

Pencapaian

Kompetensi Pertemuan 2 Kelompok Inkuiri Terbimbing ... 41 Gambar 4.4 Persentase Hasil Observasi Sikap Peserta Didik Berdasarkan Konteks

Pencapaian

Kompetensi Pertemuan 2 Kelompok Konvensional ... 41 Gambar 4.5 Aspek Observasi Keterampilan Peserta Didik Kelompok Konvensional ... 41 Gambar 4.6 Aspek Observasi Keterampilan Peserta Didik Kelompok Eksperimen ... 41 Gambar 4.7 Persentase Hasil Observasi Sikap Peserta Didik Berdasarkan Konteks

Pencapaian

Kompetensi Pertemuan 3 Kelompok Inkuiri Terbimbing ... 43 Gambar 4.8 Persentase Hasil Observasi Sikap Peserta Didik Berdasarkan Konteks

Pencapaian

Kompetensi Pertemuan 3 Kelompok Konvensional ... 43 Gambar 4.9Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Konvensional 60 Gambar 4.10 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas

Konvensional

... 60

(10)

Ginta Aulia Lantika, 2015

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus ... 70

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 73

Lampiran 3 Lembar Observasi Tahap Pelaksanaan Model Pembelajran Inkuiri Terbimbing ... 119

Lampiran 4 Lembar Observasi Penilaian Keterampilan Praktikum ... 125

Lampiran 5 Soal Pretest dan Posttest ... 127

Lampiran 6 Lembar Penilaian Diri (Afektif) ... 131

Lampiran 7 Lembar Penilaian Antar Peserta Didik ... 132

Lampiran 8 Lembar Observasi Penilaian Keterampilan Praktikum ... 133

Lampiran 9 Dokumentasi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Konvensional ... 135

Lampiran 10 Uji Validitas Soal ... 137

Lampiran 11 Uji Reliabilitas ... 139

Lampiran 12 Uji Tingkat Kesukaran Soal ... 140

Lampiran 13 Uji Daya Pembeda ... 141

Lampiran 14 Hasil Pretest Peserta Didik Kelompok Eksperimen ... 142

Lampiran 15 Hasil Pretest Peserta Didik Kelompok Konvensional ... 146

(11)

1

Ginta Aulia Lantika, 2015

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekolah Menengah Kejuruan merupakan suatu lembaga pendidikan kejuruan

yang memiliki tugas mempersiapkan peserta didiknya dengan pengetahuan dan

keterampilan pada bidang tertentu agar peserta didiknya siap memasuki dunia kerja atau

dunia usaha. Dari pernyataan atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir kritis

dan pengetahuan sangat penting karena bisa membuat siswa lebih terampil dalam

memecahkan masalah yang diberikan dalam pembelajaran bahkan dalam kehidupan

sehari-hari. Hal inilah yang menyebabkan mata pelajaran dasar-dasar proses pengolahan

hasil pertanian dan perikanan harus dikonstruksi khususnya pada hasil belajar ranah

kognitif siswa dapat benar-benar terjadi dalam prosesnya. Seperti yang dikemukakan

Hawa (2010) berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat penting bagi setiap

orang yang digunakan untuk memecahkan masalah kehidupan dengan berpikir serius,

aktif, teliti dalam menganalisis semua informasi yang mereka terima dengan

menyertakan alasan yang rasional sehingga setiap tindakan yang akan dilakukan adalah

benar.

Fakta di lapangan menunjukan hal berbeda. Sebagaimana hasil studi pendahuluan

yang dilakukan di SMK 1 Mundu Cirebon. Berdasarkan hasil pengamatan di kelas,

proses pembelajaran yang berlangsung masih berorientasi pada guru yang

menyampaikan materi, sedangkan siswa berperan sebagai penerima informasi saja. Hal

tersebut mengakibatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran masih dikatakan

kurang dimana siswa kurang memberikan pendapat dan memberikan gagasannya,

mengajukan pertanyaan, dan menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Fakta tersebut

menunjukan bahwa kemampuan berpikir siswa masih kurang dilatihkan secara optimal,

sehingga berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa.

Berdasarkan permasalahan di atas, perlu adanyaupayapenerapan suatu model

pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif sekaligus

dapat mengembangkan keterampilan berpikir siswa agar lebih memahami setiap materi

(12)

2

Ginta Aulia Lantika, 2015

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

model pembelajaran yang layak diterapkan untuk mengembangkan keterampilan berpikir

kritis, karena inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran yang memberikan siswa

kebebasan berpikir dan memungkinkan siswa untuk menggunakan segala potensinya,

terutama proses mentalnya untuk menemukan sendiri konsep-konsep atau prinsip-prinsip

dalam dasar-dasar proses pengolahan pertanian dan perikanan serta dapat melatih proses

mental lainnya sehingga dapat mempersiapkan sumber daya manusia (human recources)

yang kompeten untuk memasuki dunia kerja dan menjadi tenaga kerja yang produktif

sebagaimana yang tertera undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional. Adapula penerapan model pembelajaran ceramah, karena penelitian

ini bertujuan untuk membandingkan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing

dan model pembelajaran ceramah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, sehingga

dibutuhkan dua kelas eksperimen yang akan diukur peningkatan prestasi belajarnya.

Penulis merasa perlu untuk melakukan suatu penelitian yang memfokuskan pada

penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar

ranah kognitif siswa.

1.2Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah pada penelitian ini adalah:

1. Penerapan pendekatan pembelajaran yang belum sesuai dengan karakteristik mata

pelajaran.

2. Proses pembelajaran konvensional yang diterapkan cenderung menjadikan siswa

pasif.

3. Siswa kurang terdorong untuk berfikir kritis dalam pembelajaran.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Subyek penelitian adalah siswa kelas X TPHPi 1 dan X TPHPi 3 pada program

Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian dan Perikanan di SMK Negeri 1

(13)

3

Ginta Aulia Lantika, 2015

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Pelaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing diterapkan pada kompetensi

dasar menerapkan prinsip penggunaan suhu rendah dan suhu tinggi serta

melakukan proses penggunaan suhu rendah dan suhu tinggi.

3. Penilaian hasil belajar siswa meliputi aspek kognitif (berupa pre test dan post

test), afektif dan psikomotor.

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah secara umum dalam dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana hasil belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran inkuiri

terbimbing?

2. Bagaimana hasilbelajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran

konvensional?

3. Apakah ada perbedaan yang signfikan hasil belajar siswa antara model

pembelajaran Inkuiri terbimbing dengan kelas kontrol (metode ceramah)dalam

meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini antara lain:

1. Mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri

terbimbing.

2. Mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran

ceramah.

3. Mengetahui adakah perbedaan hasil belajar antara model pembelajaran inkuiri

terbimbing dengan model pembelajaran konvensionaldalam meningkatkan hasil

belajar siswa.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bukti bahwa

pembelajaran inkuiri terbimbing berpotensi meningkatkan hasil belajar aspek kognitif

siswa yang nantinya dapat memperkaya hasil penelitian sejenis yang telah dilakukan

sebelumnya dan dapat digunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan, seperti

(14)

4

Ginta Aulia Lantika, 2015

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dosen di PTAG dan lain-lain. Manfaat-manfaat yang diharapkan penulis adalah sebagai

berikut:

1. Bagi Guru

a. Dapat memberikan gambaran kepada guru mengenai penerapan

model inkuiri terbimbing untuk menilai kognitif,afektif dan

psikomotor siswa.

b. Memudahkan guru dalam proses penilaian siswa.

2. Bagi Siswa

a. Melatih siswa untuk menilai secara jujur dan objektif terhadap diri

sendiri maupun temannya.

b. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memberikan pendapat

serta pengetahuan terhadap dirinya sendiri maupun temannya.

c. Meningkatkan motivasi siswa untuk lebih baik lagi dalam belajar.

d. Siswa mengetahui kelebihan dan kekurangannya.

3. Bagi Penulis

a. Dapat memberikan gambaran mengenai penerapan model

pembelajaran ikuiri terbimbing.

b. Memberikan pengalaman kepada penulis khususnya dalam

penelitianmengenai penerapan model pembelajaran inkuiri

terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar sebagai bahan

rujukan untuk penelitian selanjutnya.

1.7 Sistematika Penulisan

Struktur organisasi penulisan dalam skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab yaitu

BAB I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi

masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

sistematika penulisan. Pada BAB II berisi tentang teori-teori yang melatar belakangi

penelitian ini, seperti model pembelajaran inkuiri terbimbing, teori belajar dan

pembelajaran, teori pembelajaran, hasil belajar, mata pelajaran dasar proses pengolahan

hasil pertanian dan perikanan, penelitian yang relevan, kerangka berfikir, asumsi

penelitian dan hipotesis penelitian. BAB III berisi tentang desain dan metode penelitian,

paradigma penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional, instrumen

(15)

5

Ginta Aulia Lantika, 2015

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

model pembelajaran. BAB IV hasil penelitian dan pembahasan. BAB V berisi tentang

(16)

17

Ginta Aulia Lantika, 2015

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

1.1 Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini yaitu dilaksanakan di SMK Negeri 1 MunduCirebon

yang beralamat di Jl. Kalijaga Mundupesisir No.1 Cirebon, yang dilaksanakan pada

bulan Agustus 2015. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X TPHPi 1 dan X TPHPi 3

SMK Negeri 1 Mundu sebanyak 39 orang.

1.2 Metode Penelitian dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Pada penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian

kuantitatif dengan pendekatan eksperimen. Menurut Sugiyono (2011) metode kuantitatif

merupakan metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu

konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis.Pendekatan eksperimen ini

berupa Quasi Experimental Design.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi

Experimental Design. Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari

True Experimental Design. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak

dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang

mempengaruhi pelaksanaan eksperimen(Sugiyono, 2011).

Bentuk desain quasi eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Nonequivalent Control Group Design. Desain ini hampir sama dengan pretest-postest

control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2011). Pada penelitian ini

menggunakan dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas

eksperimen akan diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran inkuiri

terbimbingdan pada kelas kontrol menggunakan metode konvensional.

Perbedaan rata-rata nilai test akhir (posttest) pada kelas eksperimen dan pada

(17)

18

Ginta Aulia Lantika, 2015

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hasil belajar yang signifikan antara kedua kelas tersebut. Tabel 3.1 menggambarkan

desain penelitian yang digunakan.

Desain Penelitian

O

1 X

O

2

O

3

O

4

Keterangan :

01 = Hasil pengukuran sebelum diberikan perlakuan

02 = Hasil pegukuran setelah diberikan perlakuan

03 = Hasil pengukuran sebelum diberikan perlakuan

04 = Hasil pegukuran setelah diberikan perlakuan

(Sugiyono, 2011)

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Jenis instrumen tes berupa pilihan ganda dengan jumlah butir soal sebanyak 15

butir. Tahapan selanjutnya melaksanakan uji validitas dan reliabilitas instrumen, yang

bertujuan untuk mengetahui ketepatan instrumen sebagai alat ukur penelitian. Selain itu

juga diuji daya pembeda soal dan tingkat kesukaran soal.

Pretest metode pembelajaran inkuiri posttest

 Praktikum model inkuiri terbimbing

Kelas X TPHP

tinggi)  Pretest metode konvensional posttest

 Praktikum model konvensional

Kelas X TPHP Kelas Kontrol

Analisis

(18)

19

Ginta Aulia Lantika, 2015

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Sugiyono (2011) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.Menurut Sugiyono (2011)

sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut.Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X Teknologi Pengolahan Hasil

Pertanian dan Perikanan di SMK Negeri 1Mundu dan sampel yang digunakan pada

penelitian ini merupakan siswa kelas X TPHP 1 sebanyak 39 orang dan XTPHP 3

sebanyak 39 orang yang sedang mempelajari mata pelajaran Dasar Proses Pengolahan

Hasil Pertanian dan Perikanan.

3.4 Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran pada beberapa istilah yang

digunakan dalam penelitian ini, berikut adalah beberapa definisi istilah-istilah yang

digunakan dalam penelitian ini.

1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing melibatkan siswa dalam menjawab

pertanyaan-pertanyaan guru. Siswa melakukan penyeledikan, sedangkan guru

membimbing mereka kearah yang tepat/benar. Dalam model pembelajaran ini.

Guru perlu memiliki keterampilan memberikan bimbingan, yakni mendiagnosis

kesulitan siswa dan memberikan bantuan dalam memecahkan masalah yang

mereka hadapi. Model inkuiri terbimbing (guided inquiry) masih memegang

peranan guru dalam memilih topik/bahasan, pertanyaan dan menyediakan materi.

Akan tetapi siswa diharuskan untuk mendesain atau merancang penyelidikan,

menganalisa hasil dan sampai kepada simpulan ( Erlina, 2011)

2. Hasil belajar siswa adalah perubahan prilaku siswa yang meliputi aspek kognitif,

afektif, dan psikomotorik kearah yang lebih baik dari sebelumnya. Hasil belajar

ranah kognitif yang dimaksud menggunakan konsep taksonomi bloom meliputi

aspek hapalan (C1), aspek pemahaman (C2), aspek penerapan (C3).Ketiga aspek

itu diukur dengan instrument tes tertulis berupa soal pilihan ganda yang

dilaksanakan sebelum siswa mengalami kegiatan belajar (pretest) dan setelah siswa

mengalami kegiatan belajar (posttest).

(19)

20

Ginta Aulia Lantika, 2015

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Instrumen merupakan komponen kunci dalam suatu penelitian. Instrumen

penelitian adalah sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian. Jenis instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Tes Tertulis (pretest dan post-test)

Tes tertulis merupakan instrument penelitian yang digunakan untuk

mengumpulkan data kuantitatif. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat

lain yangdigunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan

bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006). Pengumpulan data penelitian diperoleh dari hasil pretest dan posttest.Pretest diberikan sebelum subjek

mendapatkan perlakuan sedangkan posttest diberikan setelah subjek mendapatkan

perlakuan.

Tes tertulis menggunakan soal tes berbentuk pilihan ganda mengenai materi

menerapkan prinsip penggunaan suhu tinggi dan penggunaan suhu rendah yang dipelajari

siswakelas X TPHP. Tes tersebutdigunakan untuk mengetahui hasil pembelajaran siswa

pada kelas kontrol dan eksperimen.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi sikap dan kenerja digunakan untuk memperoleh informasi

mengenai keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing dari segi siswa dilihat dari

sikap (afektif) dan kinerja (psikomotorik). Penilaian Lembar observasi yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu berupa lembar observasi penilaian diri, lembar penilaian teman

sejawat dan lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

3.6 Prosedur Penelitian

Terdapat beberapa tahap yang dilakukan dalam penelitian yaitu persiapan, tahap

pelaksanaan, dan tahap pengolahan dan analisis data. Secara umum kegiatan pada setiap

tahapan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Observasi, dilaksanakan dengan mewawancarai guru mata pelajaran terkait hal-hal

yang berhubungan dengan proses belajar mengajar pelajaran Dasar Proses Pengolahan

Hasil Pertanian dan Perikanan dengan kompetensi dasar Menerapkan Prinsip

penggunaan suhu tinggi dan penggunaan suhu rendah.

b. Studi literatur, dilakukan agar mendapatkan informasi yang dapat dijadikan landasan

(20)

21

Ginta Aulia Lantika, 2015

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Mempelajari silabus berkaitan dengan materi kompetensi dasar menerapkan prinsip

penggunaan suhu tinggi dan penggunaan suhu rendah untuk mengetahui kompetensi

yang ingin dicapai.

d. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

e. Membuat instrumen yang digunakan dalam penelitian dengan model pembelajaran

inkuiri terbimbing.

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah tahap persiapan dilakukan maka tahapan selanjutnya yaitu pelaksanaan

penelitian dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:

a. Mencari data informasi dari sekolah tentang penentuan kelas TPHP 1 dan TPHP 3,

untuk membantu dalam penentuan sampel subjek penelitian yang diharapkan

mempunyai kesetaraan dari tingkat afektif dan kognitif

b. Dilakukan 3 kali pertemuan.

c. Pertama pemberian pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan soal dan

alokasi waktu yang sama. Tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui

kemampuan awal sebelum dilakukan treatment.

d. Pemberian treatment sebanyak 1 kali dengan alokasi waktu 5 x 45 menit setiap

pertemuan. Treatment menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada

kelas X TPHP 1 dan model pembelajaran konvensional pada kelas X TPHP 3.

e. Pelaksanaan treatment diberikan dengan mekanisme kelas kontrol mendapatkan

pengajaran menggunakan penerapan metode konvensional, sedangkan kelas

eksperimen mendapatkan pengajaran menggunakan penerapan model Inkuiri

Terbimbing.

f. Pemberian posttest pada kelas eksperimen dan kontrol dengan soal dan alokasi waktu

yang sama, dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan ranah kognitif setelah

diberikan treatment.

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Setelah melakukan kegiatan pada tahap pelaksanaan, proses selanjutnya yaitu

tahapan pengolahan dan analisis data, dengan mekanisme kegiatan antara lain:

a. Mengolah data hasil pretest dan posttest.

b. Menganalisis hasil pretest dan posttest pada setiap kelas apakah terdapat perbedaan.

c. Menguji normalitas data hasil pretest dan posttest pada setiap kelas.

(21)

22

Ginta Aulia Lantika, 2015

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Menguji Homogenitas data antara kedua kelas.

f. Menguji hipotesis apakah terdapat peningkatan hasil belajar atau tidak pada kelas

eksperimen.

g. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data

h. Membuat laporan penelitian.

3.7Pengujian Instrumen 1. Validitas Butir Soal

Validitas tes merupakan tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes (Munaf,

2001). Menurut Sugiyono (2011) valid berarti instrument tersebut dapat digunakan

untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.Pada penelitian ini untuk mengetahui

validitas butir soal suatu tes dapat digunakan teknik korelasi Pearson Product

Moment yaitu:

Keterangan:

rxy = Koefisien antara variabel X dan variabel Y

X = Skor tiap item dari responden uji coba variabel X

Y = Skor tiap item dari responden uji coba variabel Y

N = Jumlah responden

(Arikunto, 2010)

Besarnya koefisien korelasi yang menunjukkan nilai validitas suatu soal ditunjukkan

oleh tabel 3.1.

Tabel 3.1 Kriteria Validitas Soal

Koefisien Korelasi Kriteria Validitas

0,81 – 1,00

2. Hasil Uji Validitas Instrumen

(22)

23

Ginta Aulia Lantika, 2015

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada taraf signifikan 5% dan dk = n-2 di dapat ttabel = 0,444. Hasil analisis

masing-masing butir soal dari instrumen uji coba seperti ditunjukan pada tabel 3.2

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Instrumen

Interprestasi Jumlah Soal

Nomor Butir Soal

Valid 15 7,10,16,17,18,22,23,24,29,30,31,32,35,38,39

Tidak Valid 25 1,2,3,4,5,6,8,9,11,12,13,14,15,19,20,21,25,26,27,28,

33,34,35,36,37,40

Berdasarkan hasil pengujian validitas menunjukan jumlah butir soal yang valid

yaitu 15 soal, sedangkan untuk butir soal yang tidak valid sebanyak 25 soal.

Berdasarkan 15 soal yang valid peneliti akan mengambil untuk diujikan kepada kelas

kontrol dan kelas eksperimen sebagai tes soal pretest dan posttest. Soal yang valid ini

telah memenuhi indikator yang dirancang peneliti sesuai dengan taksonomi blom

yaitu aspek hapalan (C1), aspek pemahaman (C2) dan aspek penerapan (C3), yang

dapat dilihat pada Lampiran 10.

3. Reliabilitas Butir Soal

Reliabilitas tes merupakan tingkat konsistensi suatu tes, yaitu sejauh mana

suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang konsisten (tidak

berubah-ubah) walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda (Munaf,2001). Uji

realibilitas pada penelitian menggunakan rumus KR. 20 (Kuder dan Richardson).

r

i

=

[

K = Jumlah item dalam instrumen

pi = Proposisi banyaknya subyek yang menjawab pada item 1

qi = 1 - pi

St2 = Varians total (Sugiyono, 2011)

Tolak ukur yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan

derajatreliabilitastes dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.3 berikut:

(23)

24

Ginta Aulia Lantika, 2015

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Koefisien korelasi Kriteria

0,81 <r11 ≤ 1,00 Sangat Tinggi 0,61 <r11 ≤ 0,80 Tinggi 0,41 <r11 ≤ 0,60 Cukup

0,21 <r11 ≤ 0,40 Rendah 0,00 <r11 ≤ 0,20 Sangat Rendah

(Arikunto, 2006)

Hasil uji reliabilitas terhadap instrumen penelitian pada sampel sebanyak 20

siswa dan taraf signifikansi 5% diperoleh rtabel sebesar (0,444). Sedangkan, hasil

perhitungan menunjukan rhitung (r11) sebesar (0,947).

Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas, maka dapat dikatakan bahwa

instrumen penelitian ini memiliki reliabilitas dengan kategori sangat tinggi, dimana r11

(0,947) > rtabel (0,444). Oleh karena itu instrumen tes yang digunakan memiliki tingkat

konsisten yang baikpengolahan instrumen uji reliabilitas dapat dilihat pada lampiran 11.

4. Tingkat Kesukaran Soal

Uji tingkat kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesulitan pada

instrument setiap butir soal. Tingkat kesukaran soal dapat diketahui dengan cara melihat

proporsi jumlah subjek yang menjawab benar untuk setiap butir soal, persamaan yang

digunakan adalah sebagai berikut.

� =��

Keterangan:

P = Indeks Kesukaran

B = Banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar

JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

(Arikunto, 2012)

Untuk menentukan apakah soal tersebut dikatakan baik atau tidak baik sehingga

perlu direvisi, digunakan kriteria seperti ditunjukkan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Rentang Nilai Tingkat Kesukaran dan Klasifikasinya

Rentang Nilai Tingkat Kesukaran Klasifikasi

0,70  TK  1,00 Mudah

(24)

25

Ginta Aulia Lantika, 2015

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Sudjana, 2011)

Berdasarkan hasil uji tingkat kesukaran soal, klasifikasi sukar memiliki jumlah

soal sebanyak 3, untuk klasifikasi sedang sebanyak 7, dan untuk klasifikasi mudah

sebanyak 6 soal. Tabel 3.5 tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau

kemampuan siswa dalam menjawabnya. Berdasarkan pengujian tersebut porposi

siswa dalam menjawab setiap butir soal kebanyakan ada pada klasifikasi sedang.

Pengolahan instrumen uji tingkat kesukaran dapat dilihat pada lampiran 12.

Tabel 3.5 Hasil Uji Tingkat Kesukaran

Indeks

0,31-0,70 Sedang 7 7,16,18,24,29,32,35

0,71-1,00 Mudah 5 10,17,22,31,39

5. Daya Pembeda

Daya pembeda merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa

antara yang berkemampuan tinggi dengan siswa yangberkemampuan rendah(Arikunto,

2012). Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal digunakan rumus sebagai

berikut:

� =�� −� = � − �

Keterangan:

D = Daya Pembeda

Ja = Banyaknya peserta kelompok atas

Jb = Banyaknya peserta kelompok bawah

Ba = Banyaknya kelompok peserta atas yang menjawab soal dengan

benar

Bb = Banyaknya kelompok peserta bawah yang menjawab soal dengan

benar

Pa = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

Pb = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

(25)

26

Ginta Aulia Lantika, 2015

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.6Kriteria Daya Pembeda Soal

Nilai Daya Pembeda Kriteria

D<0 Tidak Baik (Dibuang)

0,00 ≤D< 0,20 Jelek

0,20 ≤ D<0,40 Cukup

0,40 ≤ D<0,70 Baik

0,70 ≤ D≤ 1,00 Baik Sekali (Arikunto, 2006)

Berdasarkan uji daya pembeda, Jumlah soal yang berkatagori baik sekali

berjumlah 0, berkategori baik sebanyak 0, berkatagori cukup sebanyak 4 soal,

berkatagori jelek sebanyak 10 soal, dan untuk soal yang harus dibuang sebanyak 1

soal. Tabel 3.7 pengolahan instrumen uji daya pembeda dapt dilihat pada lampiran 13.

Tabel 3.7 Hasil Uji Daya Pembeda

Indeks DP Klasifikasi Jumlah Soal

Nomor Butir Soal

0,71-1,00 Baik Sekali - -

0,41-0,70 Baik - -

0,21-0,40 Cukup 4 7,16,32,38

0,00-0,20 Jelek 10 10,17,18,22,23,29,30,31,35,39 DP<0

(negative)

Harus Dibuang 1 24

3.8 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data (analisis data) dilakukan untuk mengetahuipeningkatan hasil

belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Analisis

dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

1. Analisis tes hasil belajar

Pemeriksaan hasil tes setiap siswa dilakukan dengan memberi skor 1 untuk

jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Setelah pemberian skorterhadap setiap

(26)

27

Ginta Aulia Lantika, 2015

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masing-masing siswa dan mengkonversinya dalam bentuk nilai dengan rumus

(Sukardi,2008), berikut :

Kemudian, nilai seluruh siswa yang diperoleh dirata-ratakan menggunakan

rumus (Sukardi,2008), yaitu:

x = � �

�� �� �� �� �

Rata-rata nilai siswa yang telah diperoleh kemudian dikonversikan pada tabel

dibawah ini :

Tabel 3.8 Kategori Tafsiran Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Terhadap Materi

Pembelajaran

Nilai Rata-rata Keterangan

40-55 Sangat Rendah

56-65 Rendah

66-75 Sedang

76-85 Tinggi

86-100 Tinggi Sekali (Sukardi, 2008)

Rata-rata nilai yang diperoleh kemudian dikelompokan dalam tabel distribusi

frekuensi, yaitu dengan langkah-langkah (Utsman, 2012) sebagai berikut:

(1) Mencari range (R), yaitu penyebaran/jangkauan, dengan rumus :

R = Xt – Xr + 1

Keterangan :

R : range

Xt : nilai tertinggi

Xr : nilai terendah

(2) Menentukan kelas/kelompok, yaitu dengan menggunakan rumus:

K = 1+ 3,3Log N

Keterangan:

K : kelompok

N: banyak data

(3) Menghitung lebar kelas (interval kelas) yang disimbolkan dengan i dan

(27)

28

Ginta Aulia Lantika, 2015

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

i =

Keterangan:

R :range

K : kelompok

(4) Menentukan batas kelas (batas bawah nyata dan batas atas nyata) dengan rumus

berikut:

Batas bawah = ujung bawah – 0,5 Batas atas = ujung atas + 0,5

3.9 Teknik Analisis Data Hasil Observasi Afektik dan Psikomotorik a) Analisis Penilaian Sikap

Menurut Permendiknas No. 41 Tahun 2007, penilaian sikap dihitung dengan

menggunakan rentang 1-4 dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.9 Kriteria Penilaian Sikap

Penilaian Kriteria

4 Jika empat indikator yang diamati terlihat 3 Jika tiga indikator yang diamati terlihat 2 Jika dua indikator yang diamati terlihat 1 Jika satu indikator yang diamati terlihat

Nilai Akhir (NA) pada penilaian sikap ditentukanmenggunakan modus, yaitu nilai yang

banyak muncul pada aspek yang diamatidalam penilaian sikap.

b)Analisis Penilaian Praktikum

Hasil penilaian praktikum dihitung dengan menggunakan rumus (Sukardi, 2008),

yaitu:

Nilai = � �� ��

� � � x 100

Rata-rata nilai siswa yang telah diperoleh kemudian dikonversikan pada tabel

dibawah ini :

Tabel 3.10 Kategori Tafsiran Rata-rataHasil Belajar Siswa terhadap Materi

Nilai Rata-rata Keterangan

(28)

29

Ginta Aulia Lantika, 2015

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

56-65 Rendah

Hasil uji gain menunjukan tingkat pemahaman siswa tentang materi pelajaran

yang telah diberikan, sedangkan untuk mengetahui efektifitas peningkatan hasil

belajar yaitu dihitung menggunakan teknik Normalized Gain.

Nilai Gain (peningkatan) merupakan data yang diperoleh dari selisih pretest dan

post-test yang diberikan kepada siswa. Pengujian peningkatan dilakukan dengan

menggunakan rumus gain skor ternormalisasi. Rumus Normalized Gain sebagai

berikut:

<g> = � − � �

� − � �

Keterangan:

<g> ``: gain skor ternormalisasi

Post test ``: skor hasil post test

Pre test ``: skor hasil pre test

Skor maksimum`: skor tertinggi

Tingkat perolehan gain skor ternormalisasi dikategorikan kedalam tiga kategori,

yaitu:

Tabel 3.11Tingkat Perolehan Gain Skor

No. Nilai Gain Kriteria

dilakukan analisis peningkatan hasil belajar siswa.Peningkatan hasil belajar siswa

dihitung berdasarkan persentase hasil belajar siswa, yang kemudian hasil analisis

tersebut dideskripsikan.

Adapun rumus untuk menghitung persentasi hasil belajar siswa (Nurhasan,

(29)

30

Ginta Aulia Lantika, 2015

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Persentase Hasil Belajar = � � �� ��

� � � �� x100

3.11 Uji Normalitas

Pada penggunaan statistik parametris mensyaratkan bahwa data setiap variable

yang dianalisis harus berdistribusi normal, oleh karena itu sebelum pengujian hipotesis

dilakukan terlebih dahulu pengujian normalitas data (Sugiyono, 2011).Untuk mengetahui

apakah data berdistribusi normal, maka digunakan uji distribusi chi kuadrat ( �2).

Langkah-langkah pengujian normalitas dengan Chi Kuadrat adalah sebagai

berikut (Sugiyono, 2011) :

a. Merangkum data seluruh variabel yang akan diuji normalitasnya.

b. Menentukan jumlah Kelas Interval

c. Menentukan panjang interval kelas

Panjang Kelas

=

� � � −� � � �

6 ℎ � �

d. Menyusun tabel distribusi frekuensi, yang sekaligus merupakan tabel penolong

untuk menghitung harga Chi Kuadrat. Berikut ini tabel distribusi frekuensi dan

tabel penolong untuk menghitung harga Chi Kuadrat hitung pada tabel 3.12

Tabel 3.12 Tabel Penolong Menghitung Harga Chi

Interval - ( - )2

�− �

e. Menghitung frekuensi yang diharapkan ( ), dengan cara mengalikan persentase

luas tiap bidang kurva normal dengan jumlah anggota sampel.

f. Memasukan harga-harga ke dalam tabel kolom , sekaligus menghitung harga -

harga ( 0- )2 dan 0− ℎ

g. Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat Tabel. Bila harga

Chi Kuadrat lebih kecil ( ) dari harga Chi Kuadrat tabel, maka distribusi data

dinyatakan normal, dan bila lebih besar (>) dari harga Chi Kuardrat tabel, maka

(30)

31

Ginta Aulia Lantika, 2015

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.12 Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas ini dilakukan agar dapat mengetahui apakah varians-varians

dalam populasi tersebut homogen atau tidak dilakukan untuk mengetahui sejauh

mana kedua kelas ini memiliki varians yang sama atau penguasaan materi yang

homogen.. Adapun langkah-langkah pengolahan uji homogenitas data sebagai

berikut :

a. Mencari nilai F dengan rumus :

F = � � � � � �

(Sugiyono, 2011)

b. Menentukan derajat kebebasan

dk1 = n1-1 ; dk2 = n2-1

c. Menentukan nilai Ftabel pada taraf signifikansi 5% dari responden.

d. Penentuan kriteria.

Varians dianggap homogen bila Fhitung< Ftabel. Pada taraf kepercayaan 0,95 dengan

derajat kebebasan dk1 = n1-1 dan dk2 = n2-1, maka kedua varians diangggap sama

(homogen).

3.13 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis ini menggunakan uji satu pihak (one Tail Test). Pengujian

satu sisi (one tail) digunakan jika parameter populasi dalam hipotesis dinya-takan lebih

besar (>) atau lebih kecil (<).Pada penelitian ini hipotesisnya yaitu :

 H0: Tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang menggunakan model

pembelajaran problem based learning dibandingkan dengan siswa yang

menggunakan metode

konvensional.

 Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang menggunakan model

pembelajaran inkuiri terbimbing dibandingkan metode konvensional.

Pada penelitian ini, jumlah sampel antara kedua kelas, yaitu kelas kontrol dan

(31)

32

Ginta Aulia Lantika, 2015

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

homogen. pada penelitian ini untuk menguji hipotesis menggunakan rumus pooled

varian seperti berikut:

(Sugiyono, 2011)

Keterangan :

�̅

1 = Nilai rata rata kelompok kontrol

�̅

2 = Nilai rata rata kelompok eksperimen

S = Simpangan baku (Standar Deviasi) n1 = Jumlah responden control

n2 = Jumlah responden eksperimen

Setelah melakukan uji t, selanjutnya dibandingkan dengan nilai t table. Jika

dilihat dari statistik hitung (thitung) dengan statistik tabel (ttabel), maka penarikan

kesimpulan ditentukan dengan aturan sebagai berikut :

Jika : t hitung < dibandingkan t tabel maka, Ha ditolak

t hitung > dibandingkan t tabel maka, Ha diterima

ttabel didapat pada taraf nyata 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) yang

digunakan pada jumlah sampel yang berbeda dan varian yang homogen yaitu, dk = n1

(32)

57

Ginta Aulia Lantika, 2015

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisa dan pembahasan terhadap pembelajaran

dengan model inkuiri terbimbing terhadap prestasi belajar peserta didik pada kompetensi

dasar penggunaan suhu rendah dan penggunaan suhu tinggi di SMKN 1 Mundudapat

diambil simpulan sebagai berikut:

1. Pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan pencapaian kompetensi

peserta didik pada aspek afektif, psikomotorik dankognitif terlihat dari prestasi

hasil belajar siswa yang mendapatkan

nilai di atas KKM sebesar 90%..

2. Peningkatkan pada kelas konvensional memang tinggi tetapi tidak seperti kelas

eksperimen. Data nya yang lebih signifikan bisa dilihat dari N-Gain

3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar peserta didik yang

diterapkan inkuiri terbimbing dan peserta didik yangditerapkan pembelajaran

konvensional berdasarkan hasil uji

hipotesis (uji-t).

5.2 Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, implikasi dan rekomendasi

yang dapat diberikan yaitu :

Bagi guru :

Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat digunakan sebagai alternatif

pembelajaran dan bahan ajar pada kompetensi dasar yang sesuai. Pada

tahap pelaksanaan praktikum pada inkuiri terbimbing guru harus

membuat team teaching agar mempermudah penilaian setiap

pesertadidik.Dan pada saat pelajaran dimulai pada pembelajaran inkuiri

terimbing, guru harus lebih banyak menggunakan waktu yang banyak.

Bagi peserta didik :

Sebelum pembelajaran berlangsung peserta didik seharusnya

membaca materi belajar dari modul praktikataupun sumber lain

tentang materi yang terkait, agarpembelajaran berlangsung dengan

(33)

58

Ginta Aulia Lantika, 2015

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bagi peneliti selanjutnya:

Penggunaan inkuiri terbimbing bisa digunakan pembelajaran yang

mempunyai pokok bahasan dengan karakteristik yang sama dengan

penggunaan suhu tinggi dan suhu rendah untuk meningkatkan

(34)

1

Ginta Aulia Lantika, 2015

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, Y. (2012). Penerapan model guided inquiry dalam pemeblajaran

induksi magnet untuk meningkatkan keterampilan akademik dan prestasi

belajar siswa.Skripsi. Upi Bandung.tidak diterbitkan.

Amir, T. M. (2009).Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning.Jakarta:

Kencana

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Bandung:

Rineka Cipta

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Azizah,dkk.(2011). Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Untuk M eningkatkan

Keterampilan Proses Sains Dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X.C Di

MAN 2 Jember. Jurnal. Universitas Jember. Vol.3 nomor:3 2011

Daryanto (2002). Evaluasi Pendidikan.Jakarta : PT. Rineka Cipta

Destiani, D.2011. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan

self-monitoring untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMP pada

pmbelajaran fisika.Skripsi.Upi Bandung.tidak diterbitkan.

Erlina, S. (2011). Pengaruh Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Terhadap

Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Listrik Dinamis. Skripsi. UIN

Jakarta.

Hake, R. (1998). Interactive-engagement methode in introductory mechanics

course. [Online]. Tersedia:

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf [20 April 2015].

Hamalik, Oemar. (2010). Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara

Kementrian pendidikan dan kebudayaan (2003). Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta : Kemendikbud

Khumaedah, K. (2013). Perbandingan penerapan model pembelajaran guided

inquiry dengan interactive demonstration dalam meningkatkan prestasi

belajar fisika siswa SMA . Skripsi FPMIPA UPI Bandung : tidak

(35)

2

Ginta Aulia Lantika, 2015

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KOMPETENSI DASAR PENGGUNAAN SUHU RENDAH DAN SUHU TINGGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual (Konsep dan Aplikasi).

Bandung : PT.Refika Aditama

Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan

Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Pendidikan Indonesia.

Nurfajriah. (2011).Penerapan model pembelajaran guided inquiry dan modified

inquiry pada pembelajaran fisika untuk meningkatkan prestasi belajar

siswa kelas X SMA.Skripsi.Upi Bandung.tidak diterbitkan.

Sudjana, N. (2011) Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Sugihartono, dkk.(2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Sugiyono.(2011). MetodePenelitianKuantitatif, Kualitatifdan R&D.

Bandung:Alfabeta.

Suryobroto (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah Wawasan Baru, Berupa

Metode Pendukung, dan Beberapa Komponen Layanan Khusus. Jakarta:

Rieke Cipta

Syah, Muhibbin. (2008). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Ustman, R.F. (2013). Panduan Statistika Pendidikan, Jogjakarta : Diva Press

Winataputra, Udin, S. (2001). Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta:

Gambar

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian
Tabel 3.1 Kriteria Validitas Soal
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Instrumen
Tabel 3.4 Rentang Nilai Tingkat Kesukaran dan Klasifikasinya
+6

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Implementasi grading kualitas kopi dengan teknik image processing bisa diimplementasikan dengan menggunakan sample kopi arabica, teknik treshold mampu membaca grading

Identifikasi DRPs penggunaan obat sistem pencernaan dan sistem pernapasan pada pasien stroke diperoleh 24 kasus, yang terdiri dari 23 kasus dosis kurang, 2 kasus dosis

Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Santri Putra Dan Santri Putri Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Pada MTs Berbasis

bahwa untuk menjamin obyektivitas dan transparansi proses mutasi PNS masuk atau mutasi PNS keluar dan mutasi PNS antar Perangkat Daerah maka dipandang perlu

Wilayah yang dimaksud dalam pengertian di atas adalah bukan hanya wilayah geografis atau wilayah dalam arti sempit, melainkan dalam arti luas. Wilayah dalam arti

PENGARUH KADAR SERAT PADA OLAHAN DODOL DENGAN PENAMBAHAN BUAH MENGKUDU1. ( Morinda citrifolia

Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih komunitas atau kelompok yang secara kultural terpisah serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda