• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Penelitian dan Pengukuran Pendidikan

oleh :

Eliza Merina NIM 1303081

PROGRAM STUDI PENELITIAN DAN PENGUKURAN PENDIDIKAN SEKOLAH PASCA SARJANA

(2)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

ELIZA MERINA 1303081

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMK

KEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing,

Dr. Budi Susetyo, M. Pd NIP. 195809071987031001

Mengetahui,

Plt. Ketua Program Studi Penelitian dan Pengukuran Pendidikan Sekolah Pascasarjana UPI,

(3)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMK KEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan

tersebut, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan

adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap

keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2015

Yang membuat pernyataan,

Eliza Merina

(4)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMK KEAHLIAN

NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Oleh : Eliza Merina NIM 1303081

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan sebuah perangkat tes kognitif yang valid dan reliabel untuk pengukuran kompetensi profesional calon-calon guru SMK Keahlian NKPI melalui prosedur yang benar. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah riset dan pengembangan.Prosedur yang dilalui dalam penelitan ini yaitu : identifikasi tujuan pengukuran, pengembangan spesifikasi tes, penulisan butir soal, penelaahan butir tes (uji validitas), uji coba tes 1, analisa butir tes 1, uji reliabilitas, uji coba tes 2, analisa butir tes 2, dan perakitan bentuk akhir tes. Pada awal pembuatan spesifikasi tes dan penulisan butir, jumlah butir yang dikembangkan berjumlah 65 butir tes. Seiring proses pengembangan tes dilakukan, jumlah butir tes mengalami degradasi (penurunan). Setelah melalui tahap telaah butir (uji validitas) yang dilakukan oleh 3 orang ahli di bidang NKPI, butir tes mengalami pengurangan 5 butir tes sehingga tersisa 60 butir tes untuk dirakit menjadi perangkat tes uji coba 1. Uji coba 1 dilakukan terhadap 30 responden, kemudian dilanjutkan dengan analisis butir 1 yang terdiri dari tingkat kesukaran, daya diskriminasi butir, dan efektivitas distraktor.Dari analisis tersebut, jumlah butir soal pun mengalami pengurangan hingga tersisa 29 butir tes untuk dirakit menjadi perangkat tes uji coba 2. Dari hasil uji coba 1 pun dilakukan uji reliabilitas hingga diperoleh nilai sebesar 0,71 yang menunjukkan bahwa perangkat tes tergolong reliabel. Uji coba 2 dilakukan terhadap 100 orang responden, kemudian diteruskan dengan analisa butir 2, kembali lagi butir soal mengalami pengurangan hingga tersisa 19 butir tes untuk dirakit menjadi perangkat tes bentuk akhir.

(5)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

DEVELOPMENT OF COGNITIVE TEST DEVICE FOR MEASURING

THE FUTURE TEACHER’S COMPETENCE IN NAUTICAL SCIENCE

OF FISHING VESSEL AT VOCATIONAL HIGH SCHOOL

By: Eliza Merina NIM 1303081

This research aimed todevelop a valid and reliable cognitive test device for measuring theprofessional competence of the futureteachers in the fishing vessel nautical sciencewithaproper procedure. The method used in this study was research and development method with the following procedures: identification of measurement purposes, the development of test specifications, item writing, item review of the test (validitytest), trial test 1, items analysis 1, reliability test, trial test 2, items analysis 2 , and the construction of the final test device. At the beginning of the development of test specifications and test item writing, therewere 65 test items being developed and as the development going, the number of test items was decreasing. After being tested by3 experts in the fishing vessel nautical science, the items have been reduced to 60 test items which then were beingconstructedto be the 1sttrial test device.Following this, the 1stitems analysis was carried out in accordance to classical test theory which consists the level of difficulties, item discrimination, and effectiveness of distractors. From this analysis the number of items has been reduced to 29 test items which wereconstructed to be2nd trial test device. Reliability test was conducted for the 1sttrial test.The result showed that the reliability coefficient is 0.71 which indicated that the 1sttrial testwasa reliable test. The 2nd trial test was conducted and followed bythe 2nd items analysis which left 19 test items to be constructedas a final form test devices.

(6)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

(7)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 4

C. Batasan Masalah Penelitian ... 5

D. Rumusan Masalah Penelitian ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Pengembangan Perangkat Tes ... 6

B. Domain Kognitif ... 10

C. Pendidikan Profesi Guru ... 12

D. SMK Keahlian Nautika Kapal Penangkap Ikan ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

A. Metode Penelitian ... 19

B. Definisi Operasional ... 19

C. Prosedur Penelitian ... 21

D. Analisis Data ... 23

(8)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Identifikasi Tujuan Penelitian ... 32

B. Pengembangan Spesifikasi Tes ... 32

C. Penulisan Butir Soal ... 35

D. Penelaahan Butir Tes (Uji Validitas) ... 36

E. Uji Coba Tes 1 ... 37

F. Analisa Butir Tes 1 ... 38

G. Uji Reliabilitas ... 41

H. Uji Coba Tes 2 ... 42

I. Analisa Butir Tes 2 ... 43

J. Perakitan Bentuk Akhir Tes ... 45

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 48

A. Simpulan ... 48

B. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50

(9)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Paket Keahlian Nautika Kapal Penangkapan Ikan (NKPI)

dalam Spektrum Kurikulum Pendidikan Menengah Kejuruan

SMK 2013 ... 16

Tabel 2.2 Struktur Kurikulum SMK Paket Keahlian NKPI ... 16

Tabel 3.1 Tingkat Kesukaran Menurut Witherington ... 26

Tabel 3.2 Kriteria Evaluasi Daya Diskriminasi Menurut Ebel (1979) ... 27

Tabel 4.1 Penelaah Butir Tes ... 36

Tabel 4.2 Hasil Analisa Butir 1 ... 39

Tabel 4.3 Hasil Analisa Butir 2 ... 44

(10)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

(11)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. KI-KD Mata Pelajaran Dasar Program Keahlian (C2) ... 53

Lampiran 2. KI-KD Mata Pelajaran Paket Keahlian (C3) ... 63

Lampiran 3. Kurikulum Pendidikan Sarjana (S1) Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap (TMPT) ... 75

Lampiran 4. Tabel Spesifikasi Tes ... 84

Lampiran 5. Tabel Penyusunan Butir Tes ... 96

Lampiran 6. Form Uji Validitas ... 114

Lampiran 7. Hasil Uji Validitas ... 128

Lampiran 8. Perangkat Uji Coba Tes 1 ... 130

Lampiran 9. Hasil Analisis Butir Tes 1 dan Uji Reliabilitas ... 138

Lampiran 10. Perangkat Uji Coba Tes 2 ... 151

Lampiran 11. Hasil Analisis Butir Tes 2 ... 155

(12)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

(13)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Seorang guru dalam menjalankan profesinya wajib memiliki kualifikasi akademik,

kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta

memilikikemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikannasional.Diantara

beberapa syarat tersebut terdapat satu syarat yang menarik untuk dipelajari lebih

jauh dan sangat penting dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya secara

profesional yaitu kompetensi. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008

Tentang Gurudalam Pasal 3 Ayat 1 menjelaskan bahwa kompetensi merupakan

seperangkat pengetahuan, keterampilan,dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati,

dikuasai,dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakantugas

keprofesionalan. Selanjutnya pada Pasal 3 Ayat 2 dijelaskan pula bahwa

kompetensi gurumeliputi kompetensi pedagogik, kompetensikepribadian,

kompetensi sosial, dan kompetensiprofesional yang diperoleh melalui pendidikan

profesi.

Demikian peraturan yang telah dirumuskan pemerintah, namun pada praktiknya di

lapangan masih banyak ditemukan guru-guru yang belum memenuhi kriteria yang

ditetapkan tersebut. Memang bukanlah hal yang mudah untuk mengetahui secara

pasti berapa banyak guru di Indonesia yang telah dan belum memiliki kompetensi

sebagai guru.

Keberadaan guru di sekolah sebagai tenaga profesional memegang peranan

penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional.Syaripudin dan Kurniasih

(2014 : 70) menjelaskan bahwa seorang guru adalah seorang pendidik yang

memiliki berbagai peranan diantaranya sebagai teladan bagi anak didiknya,

(14)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

atau pamong, sebagai fasilitator, sebagai evaluator, dan sebagai pengelola

kegiatan belajar/pembelajaran.

Adanya guru-guru yang tidak kompeten dapat menyebabkan kegiatan

pembelajaran tidak berjalan sesuai yang diharapkan dan tujuan pembelajaran pun

akan menjadi sulit dicapai. Permasalahan ini bila dibiarkan akan menghasilkan

lulusan-lulusan yang tidak berkualitas. Bila demikian maka sekolah pun akan

mendapatkan penilaian yang kurang baik. Hal ini akan terlihat pada proses

akreditasi sekolah yang terancam hasilnya menjadi kurang baik atau tidak sesuai

harapan.

Lulusan-lulusan yang tidak berkualitas akan mendatangkan permasalahan

tersendiri. Merekaakan sulit bersaing ketika akan melanjutkan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi dan kalaupun tidak melanjutkan pendidikan mereka pun

akan kesulitan bersaing dalamdunia usaha/dunia industri (DU/DI). Padahal

khususnya untuk pendidikan kejuruan semacam Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK), mencetak lulusan yang siap kerja merupakan tujuan utamanya. Hal ini

pada akhirnya akan membuat tingkat pengangguran semakin meningkat.

Melihat permasalahan tersebut,upaya-upaya untuk memastikan bahwa setiap guru

harus memiliki kompetensi guru menjadi mutlak diperlukan. Perlu dibuat suatu

sistem untuk menyeleksi guru-guru yang kompeten dan layak untuk menjalankan

profesi sebagai guru. Adanya Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) diharapkan

dapat mewadahi kepentingan tersebut. Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 87 Tahun 2013 Tentang Program Pendidikan Profesi Guru

Prajabatan mensyaratkan seorang guru harus memiliki sertifikat profesi guru.

Untuk itu calon-calon guru harus mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG)

terlebih dahulu dan lulus dengan memperoleh sertifikat profesi guru sebelum

mereka bisa menjadi seorang guru. Untuk penentuan lulus atau tidaknya, para

calon guru harus melalui ujian kelulusan sehingga diperlukan adanya perangkat

(15)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

SMK Paket Keahlian Nautika Kapal Penangkap Ikan (NKPI) merupakan salah

satu pendidikan formal menengah kejuruan yang ada dalam spektrum pendidikan

kejuruan di Indonesia. Bagaimana usaha penangkapan ikan di laut dapat dilakukan

dengan efektif dan efisien dari segi metode, teknik, waktu, dan biaya secara

bertanggung jawab dalam upaya pelestarian lingkungan merupakan bidang kajian

dari pendidikan kejuruan ini. Jumlah SMK Paket Keahlian NKPI ini tidak sedikit

di Indonesia. Dari website http://datapokok.ditpsmk.net/ diperoleh data SMK

Paket Keahlian NKPI yang ada di Indonesia terdapat 190 sekolah. Banyaknya

sekolah menengah kejuruan yang membuka Paket Keahlian NKPI ternyata tidak

sebanding dengan ketersediaan guru yang kompeten pada paket keahlian tersebut.

Sehingga menjadi penting bahwa setiap guru SMK Paket Keahlian NKPI harus

mengikuti Program Pendidikan Profesi Guru (PPG).

Saat ini Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan(LPTK) penyelenggara PPG

untuk Paket Keahlian NKPI adalah Universitas Negeri Semarang (UNNES), Jawa

Tengah. Keharusan setiap guru SMK Keahlian NKPI mengikuti Program

Pendidikan Profesi Guru (PPG) menuntut kesiapan segala perangkat yang dapat

mendukung terlaksananya program tersebut. Saat ini perangkat tes yang dapat

digunakan untuk mengukur kompetensi dalam rangka menyeleksi calon-calon

guru SMK Keahlian NKPI setelah mengikuti Program Pendidikan Profesi Guru

(PPG) belum dibuat secara terstandar berdasarkan kaidah penulisan tes yang valid

dan reliabel. Sehingga hal ini menjadi permasalahan yang akan diangkat dalam

penelitian ini.

Sebagai mahasiswa pasca sarjana (S2)Program Studi Penelitian dan Pengukuran

Pendidikan, penulis merasa tertarik untuk melakukan sebuah penelitian dalam

mengembangkan perangkat tes tersebut. Terlebih penulis pun sempat mendalami

bidang keahlian NKPIsemasa studi sarjana (S1 Pemanfaatan Sumberdaya

(16)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

harus memiliki bidang keahlian atau latar belakang pendidikan yang sesuai

dengan butir tes yang dibuatnya (Susetyo, 2011 : 73).

Membuat perangkat tes yang terstandar bukanlah hal yang mudah dilakukan.

Terdapat beberapa prosedur yang harus dilalui. Mulai dari menentukan tujuan

penyusunan perangkat tes, membuat spesifikasi tes, penulisan butir tes, pengujian

terhadap perangkat tes (validitas dan reliabilitas), analisis butir tes, hingga

perangkat tes dicetak dan siap untuk digunakan. Pengujian pun memiliki beberapa

teknik yang dapat dilakukan. Sehingga memerlukan suatu upaya khusus untuk

menghasilkan perangkat tes yang terstandar. Maka dari itu, penelitian ini

ditujukan untuk mengembangkan sebuah perangkat tes kognitif yang terstandar

untuk pengukuran kompetensi guru-guru SMK Paket Keahlian NKPImelalui

prosedur yang benar.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Gurudalam Pasal 3

Ayat 2 disebutkan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Perangkat tes yang akan dikembangkan dalam penelitian ini tidak dimaksudkan

untuk mengukur seluruh kompetensi tersebut, namun khusus kompetensi

profesional dari calon-calon guru NKPI saja.

Pada Pasal 3 Ayat 7 dijelaskan bahwa kompetensi profesional merupakan

kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan,

teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya

meliputi penguasaan:

a. materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program

satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang

(17)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

b. konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang

secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan,

mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.

Dengan demikian, perangkat tes yang akan dikembangkan dalam penelitian ini

akan mengukur sejauhmana penguasaan para calon guru NKPI secara kognitif

terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang NKPI.

C. Batasan Masalah

Perangkat ukur yang akan dikembangkan dalam penelitian ini berupa perangkat

tes kognitif yang dapat digunakan untuk mengukur kompetensi profesional

calon-calon guru SMK Keahlian NKPIpada saat seleksi akhir Program Pendidikan

Profesi Guru (PPG).

D. Rumusan Masalah Penelitian

Dari uraian tersebut dapat dirumuskan bahwa yang menjadi pokok permasalahan

dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penyusunan perangkat tes kognitif

terstandar bagi calon guru SMK Keahlian NKPI melalui prosedur yang baku

sehingga dapat diperoleh perangkat tes yang valid dan reliabel.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan sebuah perangkat

tes kognitifyang valid dan reliabel untuk pengukuran kompetensi profesional

calon-calon guruSMK Keahlian NKPI melalui prosedur yang benar.

(18)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Hasil penelitian berupa perangkat tes kognitif ini diharapkan dapat membantu

pelaksanaantes kelulusan pada Program PPG untuk mengukur kompetensi

calon-calon guru SMK Keahlian NKPI.Perangkat tes kognitif ini juga diharapkan dapat

dimanfaatkan bagi siswa, guru, maupun para pengambil kebijakan (stake

(19)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian awal yang bertujuan untuk mengembangkan

sebuah perangkat tes kognitif. Dari penelitian ini tidak menutup kemungkinan

dilakukannya penelitian lanjutan baik untuk perbaikan perangkat tes yang telah

tersusun ataupun untuk pengembangan perangkat tes lainnya. Beranjak dari itu

maka metode penelitian yang sesuai digunakan dalam penelitian ini adalah riset

dan pengembangan. Ali (2011 : 394) menjelaskan bahwa “riset dan

pengembangan (research and development) pada hakikatnya merupakan suatu

proses dalam mengembangkan dan memvalidasi perangkat tertentu yang menjadi

produknya ...” Metode penelitian ini sering juga disebut dengan pengembangan

berbasis riset.

Lebih lanjut dijelaskan oleh Ali (2011 : 395) bahwa dalam bidang pendidikan dan

pelatihan, riset dan pengembangan merupakan suatu proses pengembangan

perangkat pembelajaran yang dilakukan melalui serangkaian riset yang

menggunakan berbagai metode dalam suatu siklus yang melewati berbagai

tahapan. Perangkat yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa perangkat

tes/alat ukur, sementara upaya memvalidasi perangkat tersebut dilakukan melalui

proses uji validitas dan reliabilitas.

B. Definisi Operasional

Untuk memudahkan pemaknaan dari istilah-istilah dalam penelitian ini, maka

(20)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Perangkat tes kognitif adalah suatu perangkat pertanyaan yang dirancang untuk

memperoleh informasi mengenai sejauh mana kemampuan kognitif subjek

penelitian.

Kompetensi guru SMK adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan,dan

perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai,dan diaktualisasikan oleh guru

SMK dalam melaksanakantugas keprofesionalan.

Paket Keahlian Nautika Kapal Penangkap Ikan adalah suatu kelompok ilmu

dalam spektrum SMK yang mempelajari mengenai kegiatan penangkapan ikan di

laut yang mencakup ilmu tentang kelautan, pelayaran, dan teknik penangkapan

ikan yang bertanggung jawab.

Pengembangan perangkat tes kognitif untuk pengukuran kompetensi guru

SMKPaket Keahlian Nautika Kapal Penangkap Ikan adalah suatu proses dalam

mengembangkan dan memvalidasi perangkat pertanyaan yang dirancang untuk

memperoleh informasi mengenai sejauh mana kemampuan kognitif terkait

kegiatan penangkapan ikan di laut dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru SMK

(21)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dengan menempuh tahapan-tahapan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian

Rangkaian kegiatan penelitian ini akan diawali dengan mengidentifikasi tujuan

dari pengukuran yang akan dilakukan. Identifikasi tujuan merupakan penegasan

tujuan pengukuran yang akan dicapai oleh tes yang diikuti oleh pembatasan

kawasan ukur, yakni pendefinisian lingkup materi ukur yang hendak diungkap

(Azwar, 2013 : 55). Tujuan pengukuran harus dibuat spesifik dan konkret agar

batasan tujuan pengukuran menjadi jelas. Setiap tes memiliki tujuan

masing-masing dan sangat mungkin berbeda satu sama lain, sehingga satu tes yang sama

mungkin tidak akan sesuai untuk digunakan pada dua pengukuran dengan tujuan

yang berbeda.

Dari tujuan pengukuran yang spesifik dan konkret, dapat disusun suatu tabel

spesifikasi. Tabel spesifikasi tes berupa tabel yang memuat sekaligus uraian isi tes

(22)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dan tingkat kompetensi yang akan diungkap pada setiap bagian isi. Tabel ini

merupakan suatu pedoman yang akan menjaga agar penulisan butir tetap terarah

pada tujuan pengukuran tes dan tidak keluar dari batasan isi (Azwar, 2013 :

69).Tabel spesfikasi ini akan dibuat dengan mengacu pada kurikulum SMK 2013

(khususnya materi-materi terkait kelompok C2 dan C3), KKNI, dan kurikulum

pendidikan sarjana.

Penulisan butir merupakan kegiatan menerjemahkan kisi-kisi dalam bentuk

operasional.Untuk memperoleh hasil tes yang berkualitas diperlukan butir-butir

yang baik dalam suatu perangkat tes sehingga dapat mengungkap kemampuan

yang sebenarnya dan bukan kemampuan yang semu dari responden. Penulisan

butir tes merupakan penciptaan kreatifitas yang menuntut kombinasi dari berbagai

kemampuan yang dikembangkan melalui latihan, pengalaman, penguasaan bentuk

tes, dan teknik penulisan butir tes (Susetyo, 2011 : 79 – 80). Butir tes yang akan

ditulis dalam penelitian ini berbentuk pilihan ganda yang termasuk dalam bentuk

tes obyektif.

Pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun akan ditelaah oleh para pakar

(professional judgement) sebagai uji validitas. Suatu tes dapat dikatakan

mempunyai validitas yang tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya

atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud

dikenakannya tes tersebut. Suatu tes yang menghasilkan data yang tidak relevan

dengan tujuan diadakannya pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki

validitas rendah (Azwar, 2013 : 173 – 174). Uji validitas yang akan dilakukan

pada penelitian ini adalah validitas isi. Pengujian validitas isi tidak melalui

analisis statistika tetapi menggunakan analisis rasional. Pada pengujian ini setiap

butir dikaji kesesuaiannya dengan indikator, materi, dan tujuan pengukuran yang

ditentukan dalam tabel spesifikasi. Selain itu, penelaahan juga dilakukan dengan

(23)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Bloom. Dari hasil penelaahan oleh para pakar tersebut, pertanyaan-pertanyaan

akan dipilah dan disusun ke dalam perangkat tes untuk kemudian diujicobakan.

Dengan perangkat tes yang telah lulus uji validitas ujicoba dilakukan. Responden

dalam ujicoba akan diupayakan yang memiliki karakter serupa dengan peserta tes

yang dituju. Sebab itu, para mahasiswa tingkat akhir pada Program Studi

Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap(S1) dan guru-guru SMK Paket

Keahlian NKPImerupakan responden yang sesuaipada ujicoba ini.

Terhadap hasil ujicoba tersebut akan dilakukan analisis butir untuk dijadikan

dasar dalam memilah pertanyaan-pertanyaan mana saja yang berkualitas. Analisis

butir pada penelitian ini akan dilakukan sesuai teori ujian klasik yang terdiri dari

tingkat kesukaran, daya diskriminasi butir, dan efektivitas distraktor.Kualitas tes

sangat ditentukan oleh kualias butir-butirnya. Tes yang berkualitas tinggi dengan

jumlah sedikit akan lebih berguna daripada tes yang berkualitas rendah dengan

jumlah banyak. Sebab tes yang berkualitas rendah akan memberikan hasil

pengukuran yang menyesatkan.

Setelah butir-butir tes dianalisis, secara keseluruhan perangkat tes akan diuji tingat

ketetapannya/keajegannya dengan uji reliabilitas. Uji reliabilitas dilakukan

dengan melakukan perhitungan statistika. Dari hasil perhitungan akan diperoleh

sebuah nilai yang disebut dengan indeks reliabilitas. Dari indeks reliabilitas inilah

akan diketahui kestabilan dari perangkat tes tersebut.

Untuk memperoleh perangkat tes yang valid dan reliabel, maka perangkat tes akan

diujicobakan kembali terhadap responden uji coba yang lain. Seperti halnya pada

uji coba yang pertama, pada hasil ujicoba akan dilakukan analisis butir tes

kembali. Hasil dari pengulangan tersebut, perangkat tes dipilah dan disusun

(24)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

D. Analisis Data

Pada beberapa tahapan penelitian ini akan diperlukan adanya

perhitungan-perhitungan guna menganalisis kualitas dari perangkat tes yang tersusun.

Analisis-analisis tersebut adalah :

1. Uji Validitas

Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila tes

tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang tepat

dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut. Suatu tes yang

menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan diadakannya pengukuran

dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah.

Sisi lain yang sangat penting dalam konsep validitas adalah kecermatan

pengukuran. Suatu tes yang validitasnya tinggi tidak saja akan menjalankan

fungsi ukurnya dengan tepat akan tetapi juga dengan kecermatan tinggi, yaitu

kecermatan dalam mendeteksi perbedaan-perbedaan kecil yang ada pada

atribut yang diukurnya.

Pengertian validitas sangat erat kaitannya dengan tujuan pengukuran. Tidak

ada validtas yang berlaku secara umum untuk semua tujuan pengukuran.

Suatu tes hanya menghasilkan ukuran yang valid untuk satu tujuan

pengukuran saja yang spesifik. Oleh karena itu, suatu tes yang valid guna

pengambilan suatu keputusan dapat saja tidak valid sama sekali untuk

pengambilan keputusan dengan tujuan lain dan kelompok yang lain.

Pada dasarnya estimasi validitas dilakukan dengan menggunakan teknik

analisis korelasional. Namun tidak semua pendekatan validitas memerlukan

analisis statistika. Tipe validitas yang berbeda menghendaki cara analisis

(25)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Pada penelitian ini uji validitas yang akan digunakan adalah uji validitas isi.

Pengujian validitas isi tidak melalui analisis statistika tetapi menggunakan

analisis rasional. Salah satu cara yang praktis untuk melihat apakah validitas

isi telah terpenuhi adalah dengan melihat apakah butir-butir dalam tes telah

ditulis sesuai dengan spesifikasi tesnya yaitu telah sesuai dengan batasan

domain ukur yang telah ditetapkan semula dan memeriksa apakah

masing-masing butir telah sesuai dengan indicator perilaku yang hendak

diungkapnya. Pengujian validitas isi ini sangat penting dan harus dilakukan

dengan seksama pada waktu pelaksanaan penelaahan butir oleh para ahli

(Azwar, 2013 : 173 – 175).

Terdapat beberapa teknik dalam melakukan perhitungan validitas isi, namun

pada penelitian ini teknik yang digunakan adalah dengan persentase butir

yang cocok dengan indikator/tujuan. Perhitungan kecocokan terhadap

validitas isi dilakukan dengan menghitung besarnya persentase pada

pernyataan cocok, yaitu “persentase kecocokan suatu butir dengan

tujuan/indikator” berdasarkan penilaian guru/dosen atau ahli (Noer (1987 :

112) dalam Susetyo (2011 : 92). Butir tes yang dianggap cocok oleh penilai

diberi nilai 1 (satu), sedangkan butir tes yang dianggap tidak cocok oleh

penilai diberi nilai 0 (nol). Kemudian jumlah penilai yang merasa cocok akan

dijumlahkan dan dipersentasekan terhadap jumlah penilai. Bila dirumuskan

menjadi seperti berikut :

� � � = × %

dimana :

f = frekuensi cocok menurut penilai

Σf = jumlah penilai

Butir tes dinyatakan valid jika kecocokannya dengan indikator mencapai

lebih besar dari 50% (Susetyo, 2011 : 92).

(26)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tingkat kesukaran butir merupakan rasio antara penjawab butir dengan benar

dan banyaknya penjawab butir. Secara teoritik dikatakan bahwa tingkat

kesukaran butir sebenarnya merupakan probabilitas empirik untuk lulus butir

tertentu bagi kelompok responden tertentu. Formulasi tingkat kesukaran butir

adalah :

p = ni / N

dimana :

ni = banyaknya responden yang menjawab butir dengan benar

N = banyaknya responden yang menjawab butir

Dalam menghitung tingkat kesukaran butir (p) tidak membedakan antara

Kelompok Unggul dan Kelompok Asor. Semakin besar nilai p semakin

mudah butir soal bagi responden, begitupun semakin kecil nilai p semakin

sukar butir soal bagi responden. Besaran nilai p yang secara umum dianggap

ideal berada di sekitar 0,50. Namun nilai ini tidak mutlak, sebab nilai p yang

terbaik adalah yang sesuai dengan tujuan tes (Azwar, 2013 : 134 – 137).

Sementara Witherington (Susetyo, 2011 : 154) membagi tingkat kesukaran

menjadi beberapa kategori seperti berikut.

Tabel 3.1 Tingkat Kesukaran Menurut Witherington

Rentang Tingkat Kesukaran

0, 00 ≤ P ≤ 0,24 Sukar

0, 25 ≤ P ≤ 0,74 Sedang

0, 75 ≤ P ≤ 1,00 Mudah

3. Analisis Daya Diskriminasi Butir

Daya diskriminasi butir adalah kemampuan butir dalam membedakan antara

(27)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

mempunyai kemampuan rendah (Kelompok Asor). Formulasi daya

diskriminasi butir adalah :

d = (niU / NU) – (niA/NA)

dimana :

niU = banyaknya responden dari kelompok unggul yang menjawab benar

NU = banyaknya responden dari kelompok unggul yang menjawab

niA = banyaknya responden dari kelompok asor yang menjawab benar

NA = banyaknya responden dari kelompok asor yang menjawab

Semakin besar perbedaan antara proporsi penjawab benar dari kelompok

unggul dan dari kelompok asor, semakin besarlah daya diskriminasi suatu

butir. Daya diskriminasi maksimal tercapai apabila seluruh responden

kelompok unggul dapat menjawab dengan benar (niU=NU) sedangkan tidak

seorang pun responden kelompok asor dapat menjawab dengan benar (niA =

0). Dengan demikian harga d = 1 – 0 = 1.

Secara matematik, daya diskriminasi butir (d) besarnya akan berkisar mulai

dari -1 sampai +1, namun hanya harga d yang positif saja yang memiliki arti

dalam analisis butir. Nilai d yang berada di sekitar 0 menunjukkan daya

diskriminasi yang rendah. Nilai d yang negatif menunjukkan informasi yang

diberikan butir menyesatkan. Nilai d yang ideal adalah yang sebesar mungkin

mendekati angka 1 (Azwar, 2013 : 137 – 139).

Menurut Thorndike et. al. (1991) dalam Azwar (2013 : 139) butir yang

memiliki nilai d lebih besar dari 0,50 dapat dianggap butir yang berdaya

diskriminasi baik. Sementara butir yang memiliki nilai d kurang dari 0,20

dapat dianggap butir yang berdaya diskriminasi rendah bahkan tidak berguna.

Sementara menurut Nunnally (Dali S (1992 : 7) dalam Susetyo (2011 : 161))

koefisien korelasi di atas 0,20 sudah dianggap cukup baik dalam menetapkan

(28)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Ahli lain, Ebel (1979) dalam Azwar (2013 : 140), menyarankan kriteria

evaluasi daya diskriminasi dalam empat kategori sebagai berikut.

Tabel 3.2 Kriteria Evaluasi Daya Diskriminasi Menurut Ebel (1979)

Daya Diskriminasi Evaluasi

0,40 atau lebih Bagus sekali

0,30 – 0,39 Lumayan bagus tapi mungkin masih perlu peningkatan

0,20 – 0,29 Belum memuaskan, perlu diperbaiki

Kurang dari 0,20 Jelek dan harus dibuang

4. Analisis Efektivitas Distraktor

Efektivitas distraktor-distraktor yang ada pada suatu butir dianalisis dari

distribusi jawaban pada setiap alternatif yang disediakan. Efektifitas

distraktor diperiksa untuk melihat apakah semua distraktor atau semua pilihan

jawaban yang bukan kunci telah berfungsi sebagaimana mestinya, yaitu

apakah distraktor-distraktor tersebut telah dipilih oleh banyak atau semua

responden kelompok asor dan hanya sedikit atau tidak ada responden

kelompok unggul yang memilihnya.

Efektifitas distraktor dilihat dari dua kriteria, yaitu :

a. Distraktor dipilih oleh siswa dari kelompok asor

b. Pemilh distraktor tersebar relatif proporsional pada masing-masing

distraktor yang ada.

Seorang penulis soal memang harus berusaha membuat distraktor yang

tampak jelas salahnya bagi subjek kelompok unggul akan tetapi sulit

dibedakan dari kunci jawaban oleh subjek kelompok asor. Akan sangat ideal

apabila butir yang disusun dapat dijawab benar oleh semua subjek kelompok

(29)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

merata. Namun, butir yang memiliki pola penyebaran jawaban ideal seperti

itu dapat dikatakan tidak pernah ada. Model-model penyebaran jawaban yang

mendekati ideal pun sudah dianggap sangat memuaskan.

Dalam memeriksa efektifitas distraktor umumnya lebih banyak menggunakan

proporsi atau persentase jawaban bagi setiap alternatif sebagai ganti frekuensi

jawaban dikarenakan proporsi dapat dibandingkan langsung antara satu butir

dengan butir yang lain tanpa tergantung terhadap jumlah responden. Proporsi

bagi setiap alternatif diperoleh dengan membagi frekuensi jawaban pada

setiap pilihan dengan jumlah subjek dari masing-masing kelompok sehingga

proporsi yang diperoleh merupakan proporsi dalam kelompok masing-masing

(kelompok unggul dan kelompok asor). Penyajian dalam bentuk proporsi

akan memberikan gambaran yang lebih cermat terutama apabila jumlah

subjek kelompok unggul dan kelompok asor tidak sama (Azwar, 2013 : 141-

146).

5. Uji Reliabilitas

Ide pokok dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu

pengukuran dapat dipercaya. Hasil ukur adalah dapat dipercaya apabila dalam

beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh

hasil yang relatif sama, kalau aspek yang diukur dalam diri subjek memang

belum berubah. Pengertian relatif menunjukkan bahwa ada toleransi terhadap

perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil pengukuran. Bila perbedaan itu

besar dari waktu ke waktu, maka hasil pengukuran itu tidak dapat dipercaya.

Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empirikditunjukkan oleh suatu angka

yang disebut koefisien reliabilitas (rxx’). Walaupun secara teoritik besarnya

koefisien reliabilitas berkisar antara 0 sampai 1,00, akan tetapi pada

kenyataannya koefisien sebesar 1,00 tidak pernah dijumpai. Di samping itu,

walaupun koefisien korelasi dapat saja bertanda positif (+) ataupun negatif (-)

(30)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

artinya karena interpretasi reliabilitas selalu mengacu pada yang positif.

Begitupun dengan koefisien reliabilitas yang positif tetapi mendekati harga 0,

tidak ada artinya dalam interpretasi reliabilitas.

Estimasi reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan konsistensi internal (internal consistency). Estimasi reliabilitas

dengan pendekatan konsistensi internal didasarkan pada data dari sekali

pengenaan satu bentuk alat ukur pada sekelompok subjek (single trial

administration).

Koefisien reliabilitas alpha Cronbach digunakan untuk butir yang politomi,

sehingga sering digunakan untuk tes berbentuk essay. Namun demikian

koefisien reliabilitas jika menggunakan skor butir yang dikotomi, 1 dan 0,

akan menjadi koefisien reliabilitas Kuder-Richardson (Susetyo, 2011 : 120).

Susetyo (2011 : 116-117) kembali menjelaskan bahwa Kuder Richardson

menggunakan perhitungan secara langsung pada seluruh butir tes dan tidak

membagi butir tes ke dalam belahan dua, tiga, dan sebagainya. Perhitungan

koefisien korelasi KR menghendaki kesetaraan pada semua butir tes dalam

perangkat ukur. Kekurangsetaraan semua butir tes mengakibatkan terjadinya

interkorelasi diantara butir menjadi rendah, karena butir tes kurang setara

maka koefisien korelasi menjadi rendah. Oleh karena itu koefisien reliabilitas

Kuder Richardson tergolong koefisien korelasi batas bawah terutama pada

rumus yang ke 20.

Data yang dipergunakan dalam perhitungan KR berbentuk dikotomi, maka

variansi butir yang diperlukan dalam perhitungan dapat disederhanakan

menjadi :

σ12

= p1q1 atau Σσ12 = Σp1q1

(31)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

ρKR 20 =

Σpq = jumlah perkalian jawaban benar dengan salah

ρKR20 = koefisien reliabilitas

σA2 = varian skor tes

σA2 =

N X2−( X)2 N2

Suatu perangkat tes dinyatakan reliabel jika telah mencapai

sekurang-kurangnya memperoleh koefisien korelasi sebesar 0,50. Di samping itu, besar

kecilnya koefisien reliabilitas pada perangkat tes ditentukan juga oleh standar

pada cabang keilmuan masing-masing (Susetyo, 2011 : 107).

E. Responden Uji Coba

Perangkat tes ini dikembangkan untuk mengukur kompetensi dalam rangka

menyeleksi calon-calon guru SMK Keahlian NKPI setelah mengikuti Program

Pendidikan Profesi Guru (PPG). Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2013 Tentang Program

Pendidikan Profesi Guru Prajabatan dijelaskan bahwa yang berhak menjadi

peserta program PPG adalah lulusan S1 Kependidikan dan S1/DIV

Nonkependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru.Mengingat hal

(32)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

adalah para mahasiswa tingkat akhir pada Program Studi Teknologi dan

Manajemen Perikanan Tangkap (TMPT) (S1) dan guru-guru SMK Paket Keahlian

(33)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa :

1. Pengembangan perangkat tes melalui prosedur yang baku dapat menghasilkan

perangkat tes yang valid dan reliabel. Prosedur yang dilalui dalam penelitan

ini yaitu : identifikasi tujuan pengukuran, pengembangan spesifikasi tes,

penulisan butir soal, penelaahan butir tes (uji validitas), uji coba tes 1, analisa

butir tes 1, uji reliabilitas, uji coba tes 2, analisa butir tes 2, dan perakitan

bentuk akhir tes.

2. Pada awal pembuatan spesifikasi tes dan penulisan butir, jumlah butir yang

dikembangkan berjumlah 65 butir tes. Seiring proses pengembangan tes

dilakukan, jumlah butir tes mengalami degradasi (penurunan). Setelah

melalui tahap telaah butir (uji validitas) yang dilakukan oleh 3 orang ahli di

bidang NKPI, butir tes mengalami pengurangan 5 butir tes sehingga tersisa 60

butir tes untuk dirakit menjadi perangkat tes uji coba 1. Setelah uji coba 1

dilakukan dilanjutkan dengan analisis butir 1. Pada tahapan ini butir soal pun

mengalami pengurangan hingga tersisa 29 butir tes untuk dirakit menjadi

perangkat tes uji coba 2. Uji coba 2 dilakukan dan diteruskan dengan analisa

butir 2, kembali lagi butir soal mengalami pengurangan hingga tersisa 19

butir tes untuk dirakit menjadi perangkat tes bentuk akhir.

3. Perhitungan reliabilitas dilakukan secara manual dengan menggunakan

software MS Excel dan secara otomatis dengan bantuan software

ITEMAN.Estimasi reliabilitas yang dilakukan secara manual dalam penelitian

ini menggunakan pendekatan konsistensi internal (internal consistency) yaitu

dengan perhitungan reliabilitas Kuder Richardson (KR20).Baik dari

(34)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Nilai koefisien reliabilitas diperoleh nilai sebesar 0,71. Nilai ini lebih besar

dari 0,50 sehingga perangkat tes tergolong reliabel.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian ini, penulis sangat berharap adanya penelitian

lanjutan seperti berikut ini :

1. Adanya penelitian serupa ini, namun dengan jumlah butir soal lebih banyak

dan jumlah responden juga lebih banyak. Sehingga diperoleh lebih banyak

butir soal yang valid dan reliabel. Dengan demikian perangkat tes dapat

benar-benar siap digunakan untuk mengukur kompetensi profesional

calon-calon guru SMK Keahlian NKPI pada saat seleksi akhir Program Pendidikan

Profesi Guru (PPG).

2. Adanya penelitian untuk mengembangkan perangkat tes bidang Nautika

Kapal Penangkap Ikan (NKPI) yang ditujukan untuk mengukur kompetensi

ditinjau dari domain psikomotoriknya. Perangkat tes tersebut dapat

dikembangkan bagi siswa ataupun dapat pula bagi calon-calon guru SMK

NKPI.

3. Adanya penelitian untuk mengembangkan perangkat tes bidang Nautika

Kapal Penangkap Ikan (NKPI) yang ditujukan untuk mengukur penguasaan

terhadap suatu alat tangkap, baik dari domain kognitif maupun psikomotorik.

Perangkat tes tersebut dapat dikembangkan untuk proses seleksi penerimaan

(35)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2011). Memahami Riset Prilaku dan Sosial. Bandung : Pustaka Cendekia

Utama.

Anderson, L. dan Krathwohl, D.R. (2010). Kerangka Landasan Untuk

Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen (Revisi Taksonomi Pendidikan

Bloom). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Anonim. (2008). Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru.

Diakses dari website http://www.setneg.go.id

Anonim. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 87 Tahun 2013 Tentang Program Pendidikan Profesi

Guru Prajabatan. Diakses dari website http://www.setneg.go.id

Azwar, S. (2013). Tes Prestasi : Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi

Belajar (Edisi Kedua). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2012). Relibilitas dan Validitas (Edisi Keempat). Yogyakarta : Pustaka

Pelajar.

Direktorat PSMK. (2014). Data Pokok SMK Paket Keahlian Nautika Kapal

Penangkapan Ikan (NKPI). Diakses dari website

http://datapokok.ditpsmk.net/ pada tanggal 4 November 2014 pukul 20.30.

Kartowagiran, B. (2009). Pengantar Teori Tes Klasik. Makalah. Yogyakarta :

Pasca Sarjana UNY.

Susetyo, B. (2011). Menyusun Tes Hasil Belajar. Bandung : CV Cakra.

Syaripudin, T. dan Kurniasih. (2014). PedagogikTeoritis Sistematis. Bandung :

(36)

Eliza Merina, 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT TES KOGNITIF UNTUK PENGUKURAN KOMPETENSI CALON GURU SMKKEAHLIAN NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung : UPI PRESS.

Zainul, A. dan Nasoetion, N. (1993). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta :

Gambar

Gambar 3.1  Skema Prosedur Penelitian
Tabel 3.1 Tingkat Kesukaran Menurut Witherington
Tabel 3.2 Kriteria Evaluasi Daya Diskriminasi Menurut Ebel (1979)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Metode penambahan bahan baku ( standard addition method ) merupakan metode yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel

[r]

Referensi Personil Inti dari Pengguna jasa (Pelaksana, Pembantu pelaksana, Estimator, Teknisi beton, Petugas K-3, Logistik serta Administrasi dan Keuangan). 10

Hasil evaluasi dapat dilihat pada website LPSE Kabupaten Kendal: http//lpse.kendalkab.go.id/. Demikian pengumuman dari kami harap

Current Rate Method — this is current practice; selectively introduces current value accounting and allows gains and losses to bypass the income statement. • Translation exposure

yang ditemukan di lokasi penelitian yaitu di seni musik FISS