Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI
TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN
SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
(Studi Kuasi Eksperimen pada Peserta Didik Kelas XII SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015)
TESIS
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
oleh
Susilowati
NIM 1201341
PROGRAM STUDI
BIMBINGAN DAN KONSELING
SEKOLAH PASCASARJANA
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Efektivitas Bimbingan Kelompok
Melalui Teknik Role Playing untuk Peningkatan Self Awareness Siswa kelas XII SMA
Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung Tahun Ajaran
2014-2015 ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung
resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau
ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Agustus 2015
Yang Membuat Pernyataan
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
SUSILOWATI
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
(Studi Kuasi EksperimenTerhadap Peserta Didik Kelas XII
SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Pelajaran 2014/ 2015)
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing I
Prof. Dr. A. Juntika Nurihsan, M.Pd NIP 19660601 199103 1 005
Pembimbing II
Dr. Ilfiandra, M.Pd NIP 1972112 4199903 1 003
Mengetahui,
Ketua Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Konseling
Universitas Pendidikan Indonesia
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Susilowati. (2015). Efektivitas Bimbingan Kelompok Melalui Teknik Role Playing untuk Peningkatan Self Awareness Peserta Didik (Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Peserta Didik Kelas XII SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2014-2015. Pembimbing I : Prof. Dr. H. A. Juntika Nurihsan, M.Pd. Pembimbing II: Dr. Ilfiandra, M.Pd. Tesis. Bimbingan dan Konseling. Universitas Pendidikan Indonesia.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena rendahnya tingkat kesadaran diri individu yang merasa tidak mengenal dirinya, mudah cemas, tidak percaya diri, selalu menyalahkan lingkungan di sekitarnya, kurang bertanggungjawab dan tidak memiliki komitmen untuk mencapai tujuan hidupnya. Penelitian ini bertujuan meningkatkan self awareness peserta didik melalui bimbingan kelompok dengan teknik role playing. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, metode kuasi eksperimen dengan desain penelitian pretest-posttest design non equivalent. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner self awareness berdasarkan teori Thomas Shelley Duval, Paul Silvia dan Neal Lalwani (2001). Partisipan penelitian adalah 30 peserta didik kelas XII SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung dengan self awareness kategori rendah yang dibagi kedalam kelompok eksperimen (8 L : 8 P) dan kelompok kontrol (7 L : 7 P). Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik non probability sampling. Teknik analisis data menggunakan uji perbandingan 2 rata-rata Wilcoxon dan Man Whitney test. Hasil analisis data menunjukkan terdapat peningkatan skor self awareness assessment setelah diberikan perlakuan bimbingan kelompok dengan teknik role playing. Karena p value 0,002 < 0,05 (α), maka disimpulkan bimbingan kelompok dengan teknik role playing efektif untuk peningkatan self awareness peserta didik.
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Susilowati. (2015). Effectiveness Group Guidance through Role Playing Techniques to Increase Self Awareness Students (Quasi Experimental Research in Grade XII of SMA Laboratory UPI Bandung Academic Year 2014-2015). Supervisor I: Prof. Dr. H. A. Juntika Nurihsan., M.Pd. Supervisor II: Dr. Ilfiandra, M.Pd. Thesis. Department of Guidance and Counselling. Indonesia University of Education.
This research based on phenomenon an individual who had a lower level of awareness, felt anxious, insecure, always blaming others, less responsible and did not have the commitment to achieve the goals of their life. This study aimed to increase student’s self awareness through group guidance with role playing techniques. This research used a quantitative approach with quasi-experimental method pretest-posttest design non equivalent. Data was collected by self awareness questionnaires based on theory of Thomas Shelley Duval, Paul Silvia dan Neal Lalwani (2001). Study participants were 30 students of 12th grade High School Laboratorium Percontohan UPI Bandung who had indicates lower self awareness categories and divided into experimental group (8 M : 8 F) and control group (7 M : 7 F). The research samples was done by using non probability sampling and used difference between two means Wilcoxon and Man Whitney technique analysis. The result showed that group guidance with role playing technique was effective to increase student’s self-awareness, because p value 0,002 < 0,05 (α).
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN……….. i
ABSTRAK……….. ii
KATA PENGANTAR……… iv
UCAPAN TERIMA KASIH………. v
DAFTAR ISI……….. viii
DAFTAR GAMBAR………. xi
DAFTAR TABEL……….. xii
DATAR LAMPIRAN……… xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian………... 1
1.2 Identifikasi Masalah Penelitian………... 9
1.3 Rumusan Masalah Penelitian……….. 10
1.4 Tujuan Penelitian……… 10
1.5 Manfaat Penelitian……….. 11
1.6 Struktur Organisasi Tesis……… 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling ……….. 13
2.2 Bimbingan Kelompok………. 15
2.2.1 Pengertian Bimbingan Kelompok………. 15
2.2.2 Tujuan Bimbingan Kelompok………... 19
2.2.3 Manfaat Bimbingan Kelompok………. 20
2.2.4 Prosedur dan Langkah Bimbingan Kelompok…….. 21
2.2.5 Teknik Bimbingan Kelompok………... 22
2.3 Teknik Role Playing………... 24
2.3.1 Dasar Teori Role Playing………... 24
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.3.3 Tahapan Pelaksanaan Role Playing……….. 28
2.4 Kajian Teori Self Awareness………. 30
2.4.1 Definisi Self Awareness……….. 30
2.4.2 Dimensi Self Awareness………. 34
2.4.3 Teknik Meningkatkan Self Awareness………. 35
2.5 Hasil Penelitian Terdahulu……….. 37
2.6 Asumsi Penelitian……… 38
2.7 Kerangka Berpikir Penelitian……….. 39
2.8 Hipotesis Penelitian………. 40
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Desain Penelitian………... 41
3.2 Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian………. 42
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………. 43
3.3.1 Variabel Penelitian……… 43
3.3.2 Definisi Operasional………. 44
3.4 Pengembangan Instrumen Penelitian……….. 46
3.4.1 Penyusunan Instrumen Self Awareness……….. 46
3.4.2 Kisi-Kisi Instrument Self Awareness……… 47
3.4.3 Pedoman Skoring……….. 50
3.5 Uji Coba Instrumen dan Pengumpulan Data ………. 51
3.5.1 Uji Kelayakan Instrumen Self Awareness…………... 51
3.5.2 Uji Validitas Instrument Self Awareness……… 52
3.5.3. Uji Reliabilitas Instrument Self Awareness ………. 3.5.4 Kategori Tingkat Self Awareness……….. 3.6 Teknik Pengumpulan Data……….. 55 57 57 3.7 Rancangan Intervensi Bimbingan Kelompok Melalui Teknik Role Playing untuk Peningkatan Self Awareness Peserta Didik………. 58
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.2 Dinamika Perubahan Self Awareness Peserta Didik……. 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian……….
4.4 Uji Efektivitas Bimbingan Kelompok Melalui Teknik Role Playing Untuk Peningkatan Self Awareness Peserta
Didik……….
4.5 Keterbatasan Penelitian……….
75 86
95
100
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Simpulan……….. 101
5.2 Rekomendasi………... 102
DAFTAR PUSTAKA………. 104
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Self Awarenes Sebelum Validitas…. 48
Tabel 3.2 Dimensi Self Awarenes...………... 49
Tabel 3.3 Kategori Skor Self Awarenes ………. 51
Tabel 3.4 Hasil Pengujian Validitas ...……… 53
Tabel 3.5
Tabel 3.6
Hasil Uji Reliabilitas ...………...
Kategori Tingkat Self Awareness……….
56
57
Tabel 4.1 Gambaran Umum Self Awareness Peserta didik Kelas XII
SMA Laboratorium Percontohan UPI ……… 70 Tabel 4.2 Gambaran Dimensi Self Awareness ……… 71
Tabel 4.3 Gambaran Self Awareness Kategori Rendah ……….. 73
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Hasil Pretest Self Awareness Assesment...………
Hasil Pretest-Posttest Self Awareness Assesment………….
74
96
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Uji Efektivitas Self Awareness Peserta Didik SMA Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran
2014-2015...………
Uji Efektivitas Dimensi Self Awareness Peserta Didik SMA Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran
2014-2015...………
97
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. SK PEMBIMBING
Lampiran 2. SK JUDGMENT
Lampiran 3. Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 4. Skala Self Awareness
Lampiran 5. SLKBK
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Manusia memiliki kapasitas yang unik untuk dapat merenungkan status
quo mereka menuju ideal. Kapasitas ini didukung oleh kemampuan dari setiap
individu untuk membayangkan masa depan yang lebih baik dari masa lalu,
mengevaluasi alternatif perkembangan diri, mengidentifikasi masalah dan
keinginan untuk maju menuju ideal yang lebih dikenal dengan istilah self
reflection.
Greg C. Ashley (2012, hlm. 3) mengungkapkan proses terhadap self
reflection pikiran dan introspeksi dapat membatasi konstruksi kesadaran diri atau
self awareness seseorang. Meskipun konseptualisasi kesadaran diri berbeda-beda,
namun hal tersebut merupakan kemampuan untuk memusatkan perhatian kedalam
diri serta mempelajari diri sendiri seolah-olah melihat kedalam cermin.
Self awareness sebagai konsep diri sangat penting artinya, karena individu
dapat memandang diri dan dunianya, yang tidak hanya berpengaruh terhadap
perilakunya, tetapi juga tingkat kepuasan yang diperoleh dalam hidupnya. Setiap
individu tentu memiliki awareness terhadap dirinya sendiri, tetapi terkadang
mereka tidak mengetahui apakah awareness tersebut positif atau negatif.
Individu yang memiliki self awareness positif akan memiliki dorongan
mandiri lebih baik dan dapat mengenal serta memahami dirinya sendiri untuk
dapat berperilaku efektif dalam berbagai situasi. Dalam hal ini individu dapat
menerima dirinya apa adanya dan mampu melakukan introspeksi diri serta lebih
mengenal dirinya.
Jika individu tidak memiliki kesadaran diri untuk mengenal dirinya
sendiri, maka individu tersebut tentunya tidak memiliki tanggung jawab untuk
melaksanakan keputusannya. Individu yang memiliki self awareness negatif tidak
akan memiliki kestabilan dan keutuhan diri, serta tidak dapat mengenal dirinya
dengan baik. Damasio (2000, hlm. 24) menyatakan bahwa kesadaran diri didasari
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
internal dalam diri. Kualitas kesadaran diri merupakan keadaan lebih jelas dan
jernihnya pengalaman sadar individu mengenai keadaan disini dan saat ini (here
& now) yang secara efektif menyadari ingatan masa lalu dan mengantisipasi masa
depan.
Self awareness sangat penting karena ketika memahami diri sendiri dengan
baik, maka kita memiliki pengalaman untuk melihat keunikan dalam diri sendiri.
Self awareness merupakan langkah yang diyakini dapat mengantarkan individu
mendapatkan keberhasilan hidup dengan membuat suatu tujuan atas apa yang
diinginkan. Individu yang sedang berada dalam kondisi self awarenes memiliki
kemampuan memonitor diri, yakni mampu membaca situasi sosial dalam
memahami diri, memahami orang lain dan mengerti harapan orang lain terhadap
dirinya. Perilaku yang ditampilkan akan mengenal dan menyadari sepenuhnya
nilai dan tujuan yang ingin dicapai dalam hidup, kekuatan serta kelemahan diri
serta hubungan antara perasaan dan tingkah laku.
Aspek self awareness dalam kehidupan sehari-hari sangat menpengaruhi
individu dalam melakukan aktivitasnya. Penetapan visi kesadaran akan kekuatan
dan kelemahan tidak akan berarti bila individu tidak melakukan aksi melalui
perasaan (affect), tingkah laku (behavior) dan pemikiran (cognition). Aktivitas
yang di lakukan hendaknya mempertimbangkan ketiga hal tersebut sehingga dapat
mencapai tujuan individu.
Kemampuan self awareness tersebut tidak hanya menyangkut aspek
perkembangan pribadi sosial, tetapi juga menyangkut aspek akademis yang akan
mengantarkan manusia sebagai peserta didik pada pencapaian standar akademis
yang optimal. Kehidupan peserta didik saat usia remaja cenderung memilih segala
sesuatu yang diinginkan secara cepat tanpa harus melewati sebuah proses,
sehingga mereka terlihat tidak suka berjuang dan berusaha. Hal ini tidak menjadi
suatu tanda bahwa semua remaja tidak produktif dan aktif, karena dalam
perkembangannya sebagai seorang remaja, banyak hal yang terlibat untuk
menjadikan mereka sebagai individu yang potensial dalam meningkatkan setiap
kompetensi yang dimiliki.
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan stress (storm and stress). Remaja memiliki keinginan bebas untuk
menentukan nasib sendiri. Apabila keinginan mereka terarah dengan baik,
diharapkan seorang peserta didik dapat memiliki motivasi untuk belajar secara
mandiri. Hal ini dapat mempengaruhi peserta didik tersebut dalam mewujudkan
potensi dirinya menjadi seseorang yang menakjubkan. Pada masa topan badai ini,
perubahan yang sering terjadi biasanya disebabkan oleh kemajuan teknologi,
pengaruh lingkungan sekitar atau peserta didik merasa tidak menjadi diri sendiri,
sehingga peserta didik tidak memiliki self awareness atau kesadaran diri. Salah
satu hal yang harus dilakukan para pendidik dalam membentuk pribadi insan
kamil adalah dengan menumbuhkan self awareness peserta didik yang merupakan
konsep diri dari seseorang.
Peserta didik yang memiliki self awareness atau kesadaran diri akan
memberikan perhatian pada diri sendiri, perasaannya, nilai, maksud, dan evaluasi
dari orang lain. Self awareness membantu peserta didik untuk mengetahui
kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri dan menyadari bahwa tingkah laku
dikendalikan oleh pikiran sendiri.
Berbagai konseptualisasi kesadaran diri telah muncul dari waktu ke waktu
dengan formulasi yang baru dan menambahkan nuansa pada versi sebelumnya.
Duval dan Wicklund (1972, hlm. 2) menyatakan dalam teori objective self
awareness (OSA), bahwa individu secara berkala memusatkan perhatian ke dalam
diri dan memulai proses perbandingan untuk menilai diri terhadap standar yang
menonjol (misalnya: perilaku atau kemajuan menuju tujuan). Hasil kemungkinan
perbandingan seperti itu akan menjadi identifikasi diri/standar gap, yang pada saat
tertentu akan menyebabkan dampak negatif (Ickes, Wicklund, & Ferris, 1973,
hlm. 1).
Ada beberapa dimensi standar perbandingan yang terlibat pada proses
introspeksi dan evaluasi diri, seperti: 1) perilaku kesenangan terhadap masa lalu,
sekarang, dan masa depan, 2) kepekaan terhadap perasaan batin, 3) pengakuan
terhadap perbuatan positif dan negatif, 4) perilaku introspektif, 5) kecenderungan
untuk membayangkan diri sendiri, 6) kesadaran penampilan fisik seseorang dan
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Buss, 1975, hlm. 523).
Self awareness atau kesadaran diri peserta didik pada masa tersebut akan
mengalami perubahan yang dramatis, mereka sangat rentan terhadap pendapat
orang lain. Peserta didik menganggap orang lain selalu memberikan kritik,
sehingga secara tidak langsung mereka selalu melihat situasi di luar diri mereka
sendiri. Berdasarkan situasi tersebut, perkembangan peserta didik yang dilalui
menuntut kreatifitas dan keragaman berpikir dari peserta didik melalui pendidikan
formal, sehingga dapat meningkatkan potensi individu yang merupakan ciri
universal manusia sejak lahir. Hanya sedikit individu yang dapat menemukan
kembali potensi kreatif sehingga meningkatkan motivasi dan mempunyai nilai
melalui self awareness.
Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam
UU No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat (1) yang menyebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Jika kita cermati lebih mendalam apa yang terkandung dalam UU No.20
Tahun 2003 tentang tujuan pendidikan nasional tersebut, tampak jelas bahwa
penampilan perilaku remaja yang tidak memiliki self awareness sangat tidak
diharapkan, karena tidak sesuai dengan dengan sosok pribadi manusia Indonesia
yang dicita-citakan, yaitu: 1) beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, 2) berakhlak mulia, 3) memiliki pengetahuan dan keterampilan, 4) memiliki
kesehatan jasmani dan rohani, 5) memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri,
serta 6) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Peserta didik tidak hanya ikut dalam proses pembelajaran saja, dengan
layanan bimbingan dan konseling sudah sepantasnya peserta didik diarahkan
kepada pencapaian tujuan pendidikan nasional. Untuk membantu mencapai tujuan
pendidikan nasional itu salah satu komponen terpenting adalah peserta didik dapat
mengoptimalisasikan semua potensi yang dimiliki, terampil secara pribadi dan
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan pemaparan di atas bimbingan dan konseling dipandang
sebagai suatu proses perkembangan (developmental process) yang menekankan
kepada upaya membantu individu dalam seluruh fase perkembangannya yang
menyangkut aspek-aspek vokasional, pendidikan, pribadi dan sosial (Shertzer &
Stone,1971, hlm. 76 ; Myrick dalam Kartadinata, 1996, hlm. 99; dan Supriadi,
1997, hlm. 7, Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan, 2008, hlm. 53).
Dalam tahap perkembangannya peserta didik SMA kelas XII merupakan
remaja yang memiliki kompetensi secara pribadi dan sosial untuk: 1) menghargai
diri sendiri dan orang lain, 2) menata tujuan dari hasil yang ingin dicapai, 3)
memiliki pertahanan dan kemampuan untuk dapat menyelamatkan diri (Nandang
Rusmana, 2009, hlm. 155).
Self awareness merupakan salah satu cara untuk mengendalikan perilaku
yang menyertai emosi tertentu. Emosi merupakan suatu reaksi mental dan
psikologis yang muncul secara spontan ketika individu berhadapan dengan suatu
kondisi. Sarlito Wirawan (2000, hlm. 30) mengungkapkan bahwa sejatinya pada
manusia normal terdapat empat jenis emosi dasar yaitu: senang, sedih, marah dan
takut. Keempat emosi ini kemudian berkembang menjadi berbagai emosi seperti
terkejut, cemas, malu, jijik, dan sebagainya. Emosi sendiri sebenarnya tidak memiliki muatan “benar” atau ”salah” karena ini merupakan reaksi manusiawi dalam menghadapi sesuatu.
Hal ini yang membuat self awareness menjadi penting dalam menjadikan
peserta didik mandiri dan bertanggung jawab atas pilihan hidupnya. Berdasarkan
kompetensi yang dimilikinya, diharapkan peserta didik SMA kelas XII bisa
memahami keadaan internal dirinya. Proses kesadaran diri tersebut berupa refleksi
yang dilakukan secara sadar untuk memikirkan hal-hal yang diinginkan
bersamaan dengan emosi-emosi mengenai pengalaman tersebut.
Diharapkan peserta didik yang memiliki self awareness tinggi mengetahui
dirinya secara lebih baik, memahami emosi-emosinya dan mampu mengetahui
perasaan emosinya pada suatu moment tertentu. Individu yang memiliki self
awareness akan memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan situasi yang
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
situasi sosial dalam rangka memahami orang lain terhadap dirinya (Rohman,
2006, hlm. 27).
Fenomena yang terjadi di sekolah saat ini, peserta didik tidak dapat
mengontrol emosinya atau sering bersikap agresif, kasar terhadap orang lain,
bertengkar, keras kepala dan suasana hatinya sering berubah-ubah, sering
mengolok-olok, bertemperamen tinggi dan juga melakukan pelanggaran tata tertib
di sekolah. Selain itu peserta didik yang memasuki fase remaja di sekolah banyak
yang merasa cemas dan depresi, hal tersebut terlihat pada perilaku peserta didik
yang sering merasa takut, gugup, sedih dan merasa tidak dicintai oleh lingkungan
sekitar.
Hal ini terjadi karena secara esensial ada 2 macam kemampuan dalam
kehidupan seorang individu, yaitu: kemampuan berpikir (thinking skill) dan
kemampuan bersosialisasi (social skill). Menurut WHO (NCERT, 2005, hlm. 1),
self awareness merupakan bagian pertama dari 10 core Life Skills yang diikuti
oleh emphaty, critical thinking, creative thinking, decision making, problem
solving, effective communication, interpersonal relationship, coping with stress
and dealing with emotion.
Dalam perkembangannya, peserta didik akan lebih lama berada di sekolah
yang merupakan tempat pendidikan untuk dapat mengembangkan diri melalui
layanan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling memiliki empat jenis
layanan, yaitu: 1) layanan dasar bimbingan, 2) layanan responsif, 3) layanan
perencanaan individual, 4) dukungan sistem. Semua layanan ini merupakan
kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada individu pada umumnya,
dan peserta didik pada khususnya di sekolah dalam rangka membantu peserta
didik mengembangkan potensinya secara optimal. Layanan bimbingan konseling
merupakan layanan yang dianggap tepat untuk memberikan kontribusi pada
peserta didik untuk meningkatkan self awareness peserta didik akan pentingnya
moral yang baik.
Upaya menangkal dan mencegah perilaku yang tidak diharapkan ini
merupakan wilayah bimbingan dan konseling yang harus dilakukan secara
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang mempengaruhinya. Hal ini harus dilakukan mengingat bimbingan dan
konseling wajib membantu mengembangkan potensi peserta didik dan
memfasilitasi mereka secara sistematik dan terprogram untuk mencapai standard
kompetensi kemandirian.
Bimbingan dan konseling pribadi-sosial menurut Yusuf dan Nurihsan
(2005, hlm. 11) merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi serta
ragam permasalahan yang dialami individu. Bimbingan dan konseling merupakan
usaha membantu peserta didik agar dapat memahami dirinya, baik potensi
maupun kelemahan-kelemahannya. Menurut Yusuf dan Nurihsan (2011, hlm. 14),
tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial peserta
didik, sebagai berikut: 1) memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri
dan orang lain, 2) bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau
menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya, 3) memiliki
kemampuan berinteraksi sosial, yang diwujudkan dalam bentuk hubungan
persahabatan, persaudaraan, atau silaturahmi dengan sesama manusia.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Laboratorium
Percontohan UPI, melalui observasi, wawancara dan need assessment diperoleh
kesimpulan sementara bahwa peserta didik kurang mampu mengenal dirinya
sendiri, sehingga apapun yang dilakukan saat ini lebih mengarah kepada situasi
diluar kendali mereka. Hal ini terlihat pada saat memberikan bimbingan klasikal
dan kelompok, peserta didik belum menyadari potensi diri sendiri untuk mencapai
tujuan hidupnya serta mengalami kendala dalam hubungan dengan teman sebaya.
Wawancara dengan Guru BK kelas XII dan membaca hasil psikotes pada
saat peserta didik memasuki SMA Laboratorium Percontohan UPI juga dilakukan
oleh peneliti. Dari proses tersebut terdapat 16 peserta didik kelas XII, belum
mengenal apa sebenarnya yang diinginkan dengan rasa tanggung jawab melalui
tingkat kesadaran diri yang tinggi dan peserta didik juga memiliki keterbatasan
interaksi antara kelompok teman sebaya.
Berdasarkan situasi di atas, maka teknik bimbingan yang dapat dilakukan
untuk peningkatan self awareness peserta didik adalah perkembangan melalui visi
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menitik beratkan pada pencegahan dan pengembangan, bukan pada korektif atau
teurapetik. Pengembangan bertujuan untuk perkembangan optimal individu
melalui rekayasa lingkungan yang berkembang. Outreach, tidak hanya membantu
individu yang bermasalah, tetapi meliputi ragam dimensi yang cukup besar.
Teknik yang dapat digunakan dalam pendekatan perkembangan ini adalah
pembelajaran, pertukaran informasi, bermain peran, tutorial dan konseling. (Muro
and Kottman, 1995, hlm. 5 dalam Yusuf dan Nurihsan).
Berdasarkan pemaparan di atas, maka bantuan yang dapat dilakukan untuk
peningkatan self awareness peserta didik adalah layanan bimbingan konseling
melalui bimbingan kelompok dengan teknik role playing. Konsep dasar
bimbingan kelompok dikatakan sebagai inti kegiatan secara keseluruhan dan
biasanya bersifat kelompok. Tekniknya dilakukan secara berkelompok terhadap
sejumlah individu untuk menerima bimbingan yang dimaksudkan. Aktivitas
kelompok diarahkan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri
dan pemahaman lingkungan, penyesuaian diri, serta pengembangan diri.
Bimbingan kelompok dilaksanakan jika masalah yang dihadapi peserta didik
mempunyai kesamaan atau saling mempunyai hubungan serta mereka bersedia
dilayani secara kelompok (Hartinah, 2000, hlm. 5).
Bimbingan kelompok dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
melalui teknik sosiodrama, psikodrama, informasi, diskusi dan role playing. Role
playing merupakan permainan gerak yang terdapat suatu tujuan, aturan dan
sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, dalam Mudairin, 2003, hlm. 2).
Teknik role playing menjadi pilihan peneliti dalam melakukan intervensi karena
merupakan suatu alat belajar untuk meningkatkan keterampilan-keterampilan dan
pengertian-pengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan
memerankan situasi-situasi yang paralel dengan yang terjadi dalam kehidupan
sebenarnya (Romlah, 2001, hlm. 34). Role playing dapat menjalankan situasi
yang diperankan sesuai dengan kehidupan yang sebenarnya dan sesuai dengan apa
yang dialami oleh peserta didik.
Menurut Jeremy Harmer yang dikutip Budden, penggunaan role playing
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
peserta didik, yaitu: 1) meningkatkan motivasi, 2) belajar untuk mengungkapkan
diri, 3) memberi kesempatan yang luas untuk berbicara. Sehingga pada
kenyataannya, role playing ini dapat meningkatkan kemampuan self awareness
dalam berkomunikasi, inisiatif dan bekerja sama dalam memecahkan suatu
masalah.
Teknik role playing di dalam peningkatan self awarenesss bertujuan
untuk mencapai nilai pribadi sosial peserta didik dan nilai terhadap diri sendiri
yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan potensi diri. Teknik role playing
ini juga sangat efektif untuk memfasilitasi peserta didik dalam mempelajari
perilaku sosial dan nilai-nilai dalam proses peningkatan self awareness.
1.2. Identifikasi Masalah Penelitian
Kurangnya kemampuan peserta didik dalam kesadaran diri, terlihat dengan
jelas saat mereka menjalani kegiatan sehari-hari seperti: datang ke sekolah tidak
tepat waktu, tidak menyelesaikan tugas sekolah, tidak mentaati aturan sekolah dan
sulit menetapkan tujuan untuk menentukan pilihan program studi, fakultas,
maupun menentukan perguruan tinggi tempat mereka melanjutkan pendidikannya
dan dalam hubungan antar teman sebaya.
Ketidakmampuan tersebut ditunjukkan dengan sikap yang biasa karena
peserta didik tidak menyadari bahwa hal tersebut harus dihindari. Peserta didik
juga mengalami rasa ketakutan dan selalu menyalahkan orang lain ketika tidak
bisa menyelesaikan tugas dan kewajibannya pada saat proses belajar mengajar,
misalnya: tidak bisa menyelesaikan soal matematika maka peserta didik akan
langsung menyalahkan guru mata pelajaran, tanpa melihat kedalam diri sendiri
apakah peserta didik telah belajar dengan baik.
Melihat adanya situasi tersebut, maka timbul pandangan dengan
menggunakan orang lain sebagai kriteria untuk menilai konsep diri kita, hal ini
terjadi pada saat kita berinteraksi. Setiap orang akan memiliki pandangan sendiri
tentang kita. Hal ini akan membantu melihat dari sudut pandang orang lain
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Perasaan peserta didik menjadi suatu sumber energi dalam belajar,
disamping motivasi belajar. Peserta didik yang kecerdasan emosinya baik, akan
merasa senang, bergairah dan semangat dalam belajar, disamping motivasi belajar
yang dimiliki oleh peserta didik. Kesadaran peserta didik untuk dapat melakukan
kegiatan pembelajaran harus ditingkatkan untuk mencapai tujuan dari peserta
didik sendiri dalam meningkatkan kompetensinya. Peserta didik juga diharapkan
dapat belajar dari setiap pengalaman yang dilalui dengan melakukan introspeksi
diri.
Fokus penelitian ini berkaitan dengan hubungan antara kesadaran diri
dengan kompetensi peserta didik didalam melaksanakan proses belajar disekolah
untuk meningkatkan potensi peserta didik melalui bimbingan kelompok dengan
teknik role playing. Peserta didik SMA kelas XII diharapkan dapat
bertanggungjawab atas tujuan dan masa depan mereka saat memutuskan pilihan
hidupnya setelah lulus SMA melalui kesadaran diri yang dilakukan sehari-hari.
1.3. Rumusan Masalah Penelitian
Dengan menetapkan fokus penelitian pada upaya peneliti untuk
memberikan bimbingan kelompok melalui teknik role playing dalam peningkatan
self awareness peserta didik, maka pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Seperti apakah kecenderungan self awareness peserta didik Kelas XII SMA
Laboratorium Percontohan UPI Bandung sebelum mendapatkan bimbingan
kelompok melalui teknik role playing.
2. Seperti apakah kecenderungan peserta didik Kelas XII SMA Laboratorium
Percontohan UPI Bandung sesudah mendapatkan bimbingan kelompok
melalui teknik role playing.
3. Apakah bimbingan kelompok melalui teknik role playing efektif untuk
peningkatan self awareness peserta didik Kelas XII SMA Laboratorium
Percontohan UPI Bandung.
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian bertujuan menghasilkan rumusan layanan bimbingan kelompok
dengan teknik role playing untuk peningkatan self awareness peserta didik Kelas
XII SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung. Adapun tujuan khusus dari
penelitian ini adalah mengkaji dan memperoleh gambaran empirik tentang:
1. Profil self awareness peserta didik Kelas XII SMA Laboratorium
Percontohan UPI Bandung sebelum mendapatkan bantuan melalui bimbingan
kelompok.
2. Dinamika self awareness terhadap perkembangan peserta didik Kelas XII
SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung sebelum dan sesudah
mendapatkan bantuan melalui bimbingan kelompok.
3. Efektivitas bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik role playing
untuk peningkatan self awareness peserta didik Kelas XII SMA Laboratorium
Percontohan UPI Bandung.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoretis :
1. Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu BK,
khususnya yang berkaitan dengan teknik bimbingan kelompok dan dinamika
perkembangan self awareness peserta didik Kelas XII SMA Laboratorium
Percontohan UPI Bandung.
2. Memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu BK khususnya yang
berkaitan dengan teknik bimbingan kelompok.
3. Memberikan bukti empirik tentang adanya dinamika self awareness terhadap
peserta didik Kelas XII SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung.
Manfaat Praktis :
1. Peserta didik dapat memahami dinamika self awareness beserta strategi
pengembangannya melalui bimbingan kelompok dengan teknik role playing.
2. Sebagai alternatif bagi Guru BK, untuk dapat meningkatkan keahlian mereka
dalam memberikan bantuan bimbingan terhadap peserta didik melalui
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Kepala Sekolah dapat memfasilitasi terlaksananya bimbingan kelompok
melalui teknik role playing sehingga dapat terjadi peningkatan self awareness
peserta didik.
1.6. Struktur Organisasi Tesis
Penelitian ditulis dalam lima bab, dengan struktur organisasi pada halaman
berikutnya.
1. Bab I Pendahuluan mencakup uraian dari latar belakang penelitian; identifikasi
masalah penelitian; rumusan masalah penelitian; tujuan penelitian; manfaat
penelitian; dan struktur organisasi tesis.
2. Bab II Kajian Pustaka mencakup uraian konsep atau teori utama dan teori-teori
turunannya dalam bidang yang dikaji; hasil penelitian terdahulu dan hasil
temuannya; asumsi penelitian; kerangka berpikir dan hipotesis.
3. Bab III Metode Penelitian mencakup pembahasan secara berurutan tentang
pendekatan penelitian; metode penelitian; desain penelitian; lokasi dan subjek
penelitian; definisi operasional tentang variabel-variabel penelitian; instrumen
penelitian; teknik pengumpulan data dan analisisnya.
4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan mendiskusikan temuan penelitian
dengan menggunakan dasar teoritik yang telah dibahas dalam Bab II dan berisi
uraian tentang dua hal utama yaitu; hasil pengolahan atau analisis data dalam
bentuk temuan penelitian; dan pembahasan atau analisis temuan penelitian.
5. Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi mencakup penafsiran dan pemaknaan
terhadap hasil analisis temuan penelitian yang disajikan dalam bentuk
kesimpulan; dan rekomendasi yang ditujukan kepada pihak sekolah; dosen
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan dan Desain Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang
menekankan pada data berupa angka-angka (numerical) yang pengolahan datanya
dilakukan dengan metode statistik. Pada konteks penelitian ini, pendekatan
kuantitatif ditujukan untuk mengetahui perbedaan perubahan antara sebelum dan
sesudah dilakukan tindakan (treatment). Tujuan akhir dari penelitian ini adalah
melihat keefektifan bimbingan kelompok melalui teknik role playing untuk
peningkatan self awareness peserta didik. Kerangka isi dan komponen program
disusun berdasarkan kajian teoritis tentang konsep self awareness, layanan
bimbingan kelompok, kajian penelitian terdahulu yang relevan, analisis
permasalahan self awareness dan kajian empiris tentang kondisi aktual bimbingan
kelompok yang berkaitan dengan perilaku self awareness peserta didik di tempat
penelitian. Guna menguji efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik role
playing untuk peningkatan self awareness peserta didik kelas XII SMA
Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun ajaran 2014-2015, maka peneliti
menggunakan metode penelitian quasi eksperimen. Penelitian eksperimen kuasi
merupakan penelitian percobaan yang membandingkan dua kelompok sasaran
penelitian, satu kelompok diberi perlakuan tertentu (eksperimen) dan satu
kelompok dikendalikan pada suatu keadaan (kontrol) sebagai pembanding. Subjek
penelitian (peserta didik) secara alami telah terbentuk dalam satu kelompok (satu
kelas), sehingga tidak memungkinkan diadakan pengambilan subjek penelitian
secara acak dari populasi yang.
Melalui pretest yang dilakukan dan juga instrument yang telah diadaptasi
maka peneliti mendapatkan profil self awareness peserta didik. Kemudian
dilakukan intervensi terhadap peserta didik yang memiliki self awareness yang
rendah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas program bimbingan
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
self awareness peserta didik kelas XII SMA Laboratorium Percontohan UPI
Bandung Tahun ajaran 2014-2015.
Desain yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pre and posttest design
non equivalent yang memiliki ciri-ciri: 1) ada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, 2) subjek penelitian diambil tidak secara acak dari populasi,
tetapi diambil dari seluruh subjek yang telah dibentuk secara alami dalam suatu
kelompok. Sampel penelitian menggunakan seluruh subjek dalam suatu kelompok
(intac group) untuk diberi perlakuan (treatment). Dua kelompok yang ada diberi
pretest, kemudian pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan (treatment)
berupa teknik role playing dan terakhir diberikan posttest kepada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
Desain Penelitian Kuasi Eksperimen
Pretest Treatment Posttest
Kelompok AO _____AO1_________X__________AO2_________ ___________________________________________
Kelompok BO _______BO1________O__________ BO2_________
Gambar 3.1
(Creswell, 2008 page 314)
Keterangan :
AO : Kelompok Eksperimen BO : Kelompok Kontrol
AO1, BO1 : pretest (sebelum perlakuan) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
AO2, BO2 : posttest (setelah perlakuan) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
X : Teknik role playing O : No treatment
3.2. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Laboratorium Percontohan UPI yang
berlokasi di Jl. Dr. Setiabudi no. 229 Kampus Universitas Pendidikan Indonesia
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kelas XII IPA dan IPS. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XII
IPS-2 yang berjumlah 30 orang peserta didik. Asumsi pemilihan peserta didik
kelas XII adalah: 1) Peserta didik kelas XII berada dalam rentang usia remaja,
yaitu berkisar antara 17-18 tahun yang merupakan periode transisi perkembangan
antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa, yang melibatkan
perubahan-perubahan baik secara biologis, kognitif, maupun sosio emosional, 2) Peserta
didik kelas XII berada pada kategori “remaja” berada pada proses pencarian jati
diri, terkadang remaja tidak mengenal dirinya sendiri dan apa yang diinginkanya,
sehingga mereka berada pada kategori self awareness yang rendah.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik non-probability
sampling dimana setiap sampel tidak memiliki kesempatan yang sama untuk
dipilih. Secara spesifik teknik yang dilakukan dalam pengambilan sampel ini
adalah purposive sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan atas
pertimbangan tertentu.
Setelah diperoleh sampel yang memenuhi kriteria, maka sampel tersebut
dibagi kedalam dua kelompok penelitian yakni kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Dalam penelitian ini yang menjadi pertimbangan dalam
pemilihan sampel adalah peserta didik yang teridentifikasi memiliki kesadaran diri
yang rendah. Dari data pretest yang dilakukan pada populasi teridentifikasi 73
peserta didik termasuk dalam kategori sedang dan 19 peserta didik termasuk
dalam kategori rendah. Dalam menentukan jumlah sampel penelitian yang
mengacu pada Cresweel (2008), estimasi jumlah penelitian dapat dilakukan
dengan menggunakan seluruh subjek dalam suatu kelompok (intac grup) untuk
diberi perlakuan (treatment). Pada situasi ini peneliti mengambil sampel kelas XII
IPS 2 yang berjumlah 30 orang, sehingga jumlah sampel kelompok eksperimen 16
orang dan kelompok kontrol 14 orang.
3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian ini memuat dua variabel, yaitu variabel terikat dan variabel
bebas. Variabel terikat adalah self awareness, sedangkan variabel bebas adalah
bimbingan kelompok melalui teknik role playing.
3.3.2 Definisi Operasional
a. Self Awareness
Pengembangan penelitian mengenai self awareness dimulai diakhir tahun
1960 dan awal tahun 1970, psikologi sosial mempelajari mengenai self
focused yang menggambarkan sifat diri dan harga diri. Duval and Wicklund
(1972), dalam A theory of objective self awareness (OSA), mengatakan bahwa
pemahaman diri bisa dilakukan melalui evaluasi diri. Memahami diri dalam
hal ini adalah melalui, pikiran, perasaan dan tingkah laku melalui suatu proses
yang melihat kedalam diri dan standard kebenaran yang ada (Duval & Silvia,
2001, hlm. 4). Selain itu kesadaran diri (self awareness) didefinisikan sebagai
suatu kecerdasan emosional didalam diri seorang individu (Goleman, 1995
dan 1998; Boyatzis, 1999). Self Awareness merupakan kemampuan untuk
menyadari dan memahami emosi, perasaan, pikiran tentang suasana hati dan
dorongan hati yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu serta
menyadari pengaruh perasaannya dalam berinteraksi dengan orang lain.
Kesadaran diri dapat mengetahui apa yang dirasakan seseorang pada suatu
saat, dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri
sendiri dan memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri, dan
kepercayaan diri yang kuat.
Menurut Brigham (dalam Sosiawan, 2009) self awareness merupakan
keadaan pada manusia ketika mengarahkan perhatiannya ke dalam untuk
memfokuskan pada diri sendiri atau derajat perhatian yang diarahkan ke dalam
untuk memusatkan perhatian pada aspek diri. Self awareness dapat berfokus
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Secara pribadi dimana individu fokus pada aspek yang relatif terjadi pada
diri sendiri seperti mood, persepsi dan perasaan. Individu yang memiliki
self awareness jenis ini dominan akan lebih cepat memproses informasi
yang mengacu pada dirinya dan memiliki gambaran tentang diri sendiri
yang lebih konsisten dikenal dengan private self awareness.
2. Secara umum dimana individu fokus pada aspek tentang diri yang tampak
atau terlihat pada orang lain seperti penampilan dan tindakan sosial.
Individu yang memiliki self awareness seperti ini akan cenderung
menaruh perhatian pada identitas sosialnya dan reaksi orang lain pada
dirinya, sehingga disebut dengan public self awareness.
Secara operasional definisi self awareness dalam penelitian ini adalah
komponen kecerdasan emosional yang pertama dan mempunyai satu
pemahaman emosi kekuatan, kelemahan, kebutuhan dan pendorong diri
sendiri yang dilakukan dengan kesadaran diri. Self awareness individu yang
tinggi bukan berarti mencerminkan individu tersebut sangat kritis atau tidak
realistis, namun mereka cenderung lebih jujur dengan diri mereka sendiri.
Individu dengan kesadaran diri yang tinggi akan mengetahui bagaimana
perasaan mereka mempengaruhi diri sendiri, orang lain dan kinerja mereka.
Dengan demikian bila orang sadar diri, maka individu tersebut mengetahui
bahwa dirinya bisa mengatasi perasaannya sendiri dan akan mengalihkan rasa
frustasi dan emosi pada hal yang lebih membangun.
b. Bimbingan Kelompok melalui Teknik Role Playing
Bimbingan kelompok merupakan teknik bimbingan yang menggunakan
kelompok dalam upaya memberikan bantuan kepada individu (Surya dan
Natawidjaja, 1986, hlm. 103). Teknik kelompok yang dimaksud disini adalah
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
keperluan pencapaian tujuan bimbingan. Sejalan dengan pendapat sebelumya,
Rusmana (2009, hlm. 13) mendefinisikan bimbingan kelompok sebagai berikut.
Bimbingan kelompok sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu melalui suasana kelompok yang memungkinkan setiap anggota untuk belajar berpartisipasi aktif dan berbagi pengalaman dalam upaya pengembangan wawasan, sikap dan atau keterampilan yang diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya masalah atau dalam upaya pengembangan diri.
Sementara itu teknik role playing adalah suatu alat belajar untuk
meningkatkan keterampilan dan pengertian mengenai hubungan antar manusia
dengan jalan memerankan situasi-situasi yang paralel dengan apa yang terjadi
dalam kehidupan sebenarnya (Romlah, 2001, hlm. 34). Role playing digunakan
untuk membantu individu dalam meningkatkan pemahaman yang lebih baik
terhadap diri mereka sendiri, orang lain, atau untuk latihan perilaku (Brown, 1994,
hlm. 58).
Teknik role playing yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebuah
kegiatan yang memainkan suatu peran yang dipimpin oleh pemandu (fasilitator)
yang bertujuan untuk menciptakan spontanitas dan kreativitas untuk
menghilangkan tekanan-tekanan yang menghambat peserta didik kelas XII SMA
Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun ajaran 2014-2015. Hal ini
dilakukan agar peserta didik mengekspresikan dirinya dengan melakukan
eksplorasi atas wawasan mengenai dirinya sendiri serta mengembangkan
kemampuan mengenal diri sendiri melalui tahapan bermain peran seperti yang
sudah dijelaskan dalam Bab 2.
3. 4. Pengembangan Instrumen Penelitian
3.4.1. Penyusunan Instrumen Self Awareness
Pengembangan instrumen pada penelitian ini mengadaptasi instrument
penelitian tentang indikator self awareness dengan melakukan translation.
Didalam pengembangan angket ini disampaikan bahwa self awareness, adalah
kemampuan seseorang yang ada didalam hati untuk dapat menguasai dirinya.
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Self Awareness dari Allan & Waclawski (1999); Atwater & Yammarino (1992);
Goleman (1998b); Judge et al, (2003); Parker & Kram (1993); Sosik & Megerian
(1999); Cools & Van den Broeck (2007). Ada 5 area penting didalam self
awareness yang dapat membangun kesuksesan seorang individu didalam
meningkatkan potensi dirinya:
1. Kecerdasan Emosi (Emotional Intelligence): Mengidentifikasi
kesadaran emosi dan cara mengontrolnya; kemampuan untuk dapat
mengatur diri sendiri dan hubungan dengan orang lain.
2. Nilai-nilai Pribadi (Personal Values): Mengidentifikasi standar
pribadi dan penilaian moral; dinamika terhadap perilaku seseorang
yang merupakan kesatuan dari sikap, orientasi dan tingkah laku
dalam pribadi orang tersebut misalnya: baik-buruk, berguna-tidak
berguna, diinginkan-tidak diinginkan, benar-salah, bermoral-tidak
bermoral.
3. Gaya Kognitif (Cognitive Style): Mengidentifikasi perolehan
informasi dan melakukan evaluasi; mengacu pada perilaku individu
dalam mengumpulkan dan memproses informasi. Bentuk proses yang
terjadi biasanya melalui interpretasi, menghakimi atau melakukan
respon terhadap informasi tersebut.
4. Orientasi terhadap perubahan (Orientation Toward Change):
Mengidentifikasi penyesuaian dan tanggung jawab; fokus pada
metode yang digunakan individu untuk mengatasi perubahan dalam
lingkungan mereka.
5. Evaluasi Diri (Core Self Evaluation): Mengidentifikasi atribut
kepribadian yang mendasar seperti: self esteem, self efficacy, self
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
individu tersebut; membangun aspek penting dari kepribadian untuk
dapat dikembangkan.
3.4.2. Kisi-kisi Instrumen Self Awareness
Kuesioner ini terdiri dari 5 dimensi self awareness. Setiap bagian ada
pernyataan dan pertanyaan untuk mengukur tingkatan self awareness dari peserta
didik SMA yang masing-masing terdiri dari: kecerdasan emosi 12 item, nilai
pribadi 36 item, gaya kognitif 18 item, orientasi terhadap perubahan 29+16 item,
evaluasi diri 12 item, seperti yang terlihat dalam tabel dibawah:
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Self Awareness Sebelum Validitas
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4 Orientasi
diadaptasi oleh penulis seperti disebutkan dalam tabel dibawah ini :
Tabel 3.2
Dimensi Self Awareness
No Dimensi Aspek Penjabaran
1 Kecerdasan
mendiagnosa dan mengenali emosi diri.
2. Kemampuan untuk mengontrol emosi diri.
3. Kemampuan untuk mengenali emosi sendiri pada saat moral yang dilakukan merupakan dinamika terhadap perilaku seseorang yang merupakan kesatuan dari sikap, orientasi dan tingkah laku dalam pribadi orang tersebut misalnya: baik-buruk, berguna-tidak berguna, diinginkan-berguna-tidak 1. Mengidentifikasi
standard pribadi 2. Pertimbangan
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Mengidentifikasi
Gaya kognitif didasari oleh peningkatan individu dalam melihat, menafsirkan dan merespon informasi dengan cara tertentu. Gaya kognitif didasari oleh 2
1. Tolerance of Ambiguity, akan melihat kemampuan individu untuk dapat mengatasi situasi yang tidak pasti dan terkadang sulit untuk mengambil suatu keputusan.
2. Locus of Control, sikap individu untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
2. 2. Kepuasan terhadap peningkatan 3. hasil kerja.
4. 3. Kepuasan terhadap peningkatan 5. prestasi.
4.Kebahagiaan hidup, bermanfaat, mampu,
stabil dan bisa mengontrol dirinya
dalam bersosialisasi.
3.4.3.Pedoman Skoring
Skala yang dipergunakan dalam kuesioner self awareness ini mengacu
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ini merupakan alat untuk memperoleh kategori rendah, sedang dan tingginya self
awareness peserta didik. Pengelompokkan data untuk profil self awareness
peserta didik SMA kelas XII berdasarkan tiga kategori yaitu tinggi, sedang,
rendah. Berdasarkan hasil adaptasi yang dilakukan oleh peneliti, tabel dibawah
ini adalah kategori yang ada untuk self awareness assessment:
Tabel 3.3
Kategori Skor Self Awareness Assessment
Rentang Skor Kategori Kualifikasi
> 60 Top quartile Peserta didik menyadari dan
memahami emosi yang terjadi pada dirinya. Mereka mengetahui batas-batas norma yang perlu dijaga dan berpikir untuk mengelola emosi yang dirasakan agar perilakunya masih berada dalam ambang batas tersebut.
56-59 Second quartile Peserta didik tersebut
menyadari emosi apa yang mereka rasakan namun cenderung menerima begitu saja emosi yang sedang terjadi dan tidak memahami emosi tersebut lebih jauh. Pada akhirnya mereka tidak berusaha untuk beradaptasi dengan emosi yang muncul.
51-55 Third quartile Peserta didik pada kategori
rendah memiliki
karakteristik self awareness yang selalu tenggelam
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam emosinya dan tidak mampu keluar dari situasi ini, mereka tidak
memahami emosinya
sendiri sehingga bisa mudah larut terbawa emosi.
3. 5. Uji Coba Instrumen dan Pengumpulan Data
3.5.1. Uji Kelayakan Instrumen Self Awareness
Untuk melihat validitas isi instrument penelitian ini, maka dilakukan
judgment oleh bapak Dr. Nur Hudayah, M.Pd. ahli yang diminta untuk
memvalidasi materi (content), konstruk (construct) dan redaksi instrument
penelitian yang diadaptasi oleh peneliti untuk mengukur tingkat self awareness
peserta didik kelas XII SMA.
Hasil uji validasi ini berupa penilaian pada setiap item instrument yang
dikelompokkan dalam kualifikasi memadai atau tidak memadai. Sebelum
melakukan uji validitas terlebih dahulu dilakukan uji keterbacaan pada peserta
didik kelas XII yang tidak menjadi sampel penelitian.
Uji keterbacaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keterbacaan dari
tiap item pernyataan. Berdasarkan hasil diskusi, peneliti melakukan beberapa
perubahan dalam penyusunan kalimat agar mudah dimengerti dan dipahami,
cukup akurat dan memiliki tata bahasa yang baik dan terbebas dari
kesalahan-kesalahan teknis lainnya (Crocker & Algina, 1986).
3.5.2.Uji Validitas Instrumen Self Awareness
Hal pertama yang dilakukan sebelum melakukan penelitian yaitu menguji
validitas kuesioner yang digunakan. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil
kuesioner yang diberikan kepada responden, yang masuk ke dalam sampel,
kemudian dilakukan pengujian terhadap kuesioner untuk mengukur tingkat
kebaikan kuesioner.
Validitas menunjukkan sejauh mana relevansi pertanyaan terhadap apa
Susilowati, 2015
EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tingkat penafsiran kesesuaian hasil antara instrumen dengan tujuan yang
diinginkan oleh suatu instrumen (Creswell, 2012, hlm. 159). Tingkat validitas
kuesioner diukur berdasarkan koefisien validitas yang dalam hal ini menggunakan
koefisien korelasi item-total yang terkoreksi. Uji Validitas dalam penelitian
dijelaskan sebagai suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi atau arti
sebenarnya yang diukur. Paling tidak yang dapat kita lakukan dalam menetapkan
validitas suatu instrument pengukuran adalah menghasilkan derajat yang tinggi
dari kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang kita yakini dalam
pengukuran.
Pengujian validitas item pada instrumen self awareness ini menggunakan
uji validitas nominal dan ordinal, karena indikator yang terdapat dalam 5 dimensi
menggunakan rumus yang berbeda untuk menguji pertanyaan yang diajukan
kepada responden melalui software program SPSS versi 20. Oleh karena itu
korelasi yang digunakan seperti tersaji dalam tabel dibawah ini:
Tabel 3.4
2,4,6,7,8,9,10,12 Pearson 8 1,3,5, 11