• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Upaya Meningkatkan Kinerja Guru di MIN 2 Tanggamus Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Upaya Meningkatkan Kinerja Guru di MIN 2 Tanggamus Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Diajukan Kepada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Dalam Manajemen Pendidikan Islam

Oleh : HADIJAH NPM : 1422030029

Pembimbing I : Dr. Hasan Mukmin, MA Pembimbing II : Dr. Nasir, M.Pd

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM PASCASARJANA

(2)

ii Nama : HADIJAH

NPM : 1422030029 Program Studi : Ilmu Tarbiyah

Konsentrasi : Manajemen Pendidikan Islam

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang berjudul : “ KEPEMIMPINAN

KEPALA MADRASAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU DI MIN 2 TANGGAMUS KECAMATAN GISTING KABUPATEN

TANGGAMUS ” adalah benar karya saya, kecuali yang disebutkan sumbernya.

Apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Bandar Lampung, 15 Januari 2016 Yang menyatakan,

HADIJAH

(3)

dan membina guru agar menjadi guru yang profesional dan memiliki prestasi dan kinerja dan kecakapan mengajar. Guru merupakan komponen yang paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral. Figur yang satu ini akan senantiasa menjadi sorotan strategis ketika berbicara masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar. Dengan adanya guru yang profesional maka tujuan yang lebih jauh, yaitu perbaikan hasil belajar siswa akan tercapai. Hal ini merupakan tugas kepala sekolah sebagai pemimpin untuk membantu guru dalam meningkatkan profesionalitas dan kinerja guru. Sementara masih banyak guru yang dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran belum sesuai harapan. Oleh karena itu Penulis perlu mengkaji tentang pola Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam usaha untuk meningkatkan kinerja guru di MIN 2 Tanggamus.

Penelitian ini secara khusus untuk mengetahui bagaimana kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di MIN Tanggamus, faktor- faktor yang dapat mempengaruhi dan faktor - faktor yang dapat meningkatkan kinerja guru, yang diharapakan. Dengan mengetahui itu semua maka dapat diberikan beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para kepala sekolah, khususnya dalam meningkatkan kinerja guru di sekolahnya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan pengumpulan datanya dengan menggunakan teknik observasi partisipan, wawancara, dan dokumentasi. Untuk analisis data menggunakan tiga alur kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

(4)

Judul Tesis : KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU DI MIN 2 TANGGAMUS KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS

Nama Mahasiswa : HADIJAH NPM : 1422030029 Program Studi : Ilmu Tarbiyah

Konsentrasi : Manajemen Pendidikan Islam

Telah diujikan dalam Ujian Tertutup pada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Raden Intan Lampung.

Bandar Lampung, 20 Desember 2015 MENYETUJUI

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Hasan Mukmin, MA Dr.Nasir, M.Pd

NIP. -196104211994031002 NIP. -196904052009011003

MENGETAHUI

Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Islam

Dr. H. Jamal Fahri, M. Ag

(5)

Tesis yang berjudul “KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU DI MIN 2 TANGGAMUS

KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS”, ditulis oleh :

HADIJAH , NPM.1422030029, telah diujikan dalam Ujian Tertutup dan disetujui untuk diajukan dalam Ujian Terbuka pada Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.

Tim Penguji

Ketua : Prof. Dr. Idham Khalid, M.Ag ………...

Sekretaris : Dr. Jamal Fakhri, M.Ag ………

Penguji I : Dr. Yetri, M.Pd ………

Penguji II : Dr. Hasan Mukmin, M.Ag ………

(6)

UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU DI MIN 2 TANGGAMUS

KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS” ditulis oleh : HADIJAH,

NPM 1422030029, telah diujikan dalam sidang ujian terbuka Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Raden Intan Lampung.

Tim Penguji

Ketua : Prof. Dr. Idham Khalid, M.Ag ………....

Sekretaris : Dr. Jamal Fakhri, M.Ag ………

Penguji I : Dr. Yetri, M.Pd ………

Penguji II : Dr. Hasan Mukmin, M.Ag ………

Direktur Program Pascasarjana

Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Raden Intan Lampung

Prof. Dr. H. Idham Khalid, M. Ag NIP. 19601020 198803 1 005

(7)

b ẓ

t „

ṡ g

j f

h q

kh k

d l

ż m

r n

z w

s h

sy „

ṣ y

(8)

viii viii Maddah

Maddah atau vocal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu :

Harkat dan huruf Harkat dan tanda

----

ā

----

î

----

û

Pedoman transilterasi ini dimodifikasi dari : tim Puslitbang Lektur Keagamaan,

Pedoman Transilterasi Arab Latin, Proyek Pengkajian dan Pengembangan Lektur Pendidikan Agama, Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya kepada penulis, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini guna memperoleh gelar magister dalam

bidang Manajemen Pendidikan Islam dari Program Studi Ilmu Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung.

Shalawat dan salam semoga Allah SWT tetap curahkan kepada junjungan kita

Nabi Muhammad SAW yang telah membawa risalah Islam sehingga dapat menjadi bekal hidup kita baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian tesis ini banyak memperoleh dukungan , bimbingan, motivasi dan kontribusi dari berbagai pihak, oleh karena itu

penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Idham Khalid, MA. selaku Direktur Program Pascasarjana IAIN

Raden Intan Lampung

2. Dr. H. Jamal Fahri, M.Ag. selaku ketua Program Studi Manajemen Pendidikan

Islam Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.

3. Dr. Hasan Mukmin, MA dan Dr. Nasir, M.Pd selaku dosen pembimbing yang

dengan rela telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing

dan mengarahkan penulis dalam menyusun tesis ini.

(10)

penelitian.

5. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan tesis

ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Tiada ucapan yang dapat penulis haturkan kecuali Jazâkumullâh khairan katsîran semoga amal baiknya dibalas oleh Allah SWT.

Tak lupa saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari

pembaca demi kesempurnaan tesis ini. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Amîn ya Rabbal âlamîn.

Bandar Lampung, Januari 2016 Penulis

(11)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Guru dan Karyawan MIN 2 Tanggamus ... 91

Tabel 2 Rekap Siswa MIN 2 Tanggamus ... 92

Tabel 3 Daftar Sarana dan Barang …... 93

(12)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ………..

HALAMAN JUDUL ……….

PERNYATAAN ORISINILITAS ………

ABSTRAK ………..

HALAMAN PERSETUJUAN………...

HALAMAN PENGESAHAN ………

PEDOMAN TRANSLITERASI ………...

KATA PENGANTAR ………

DAFTAR TABEL………...

DAFTAR ISI………

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………...

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ……….

C. Rumusan Masalah ……….

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ………..

E. Kerangka Fikir ………..

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kepemimpinan Kepala Sekolah ………..

1. Pengertian Kepemimpinan ………

a. Teori Kepemimpinan ………..

b. Tipe-tipe Kepemimpinan ………

c. Gaya Kepemimpinan………...

d. Kepemimpinan Efektif ………

e. Ciri-ciri Kepemimpinan Efektif ………..

2. Kepemimpinan Kepala Sekolah ………

a. Standar Kompetensi Kepala Sekolah ………..

b. Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru …..

B. Kinerja Guru ………...

1. Pengertian Kinerja Guru ………...

2. Indikator Kinerja Guru ……….

a. Perencanaan Kegiatan Pembelajaran ………..

b. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran ………..

c. Penilaian Kegiatan Pembelajaran ………

3. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru ………

(13)

xiii

a. Motivasi ……….

b. Kepemimpinan Kepala Sekolah ……….

4. Kompetensi Guru ………..

5. Penilaian Kinerja Guru ……….

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ………...

B. Sumber Data/Subyek Penelitian ………

C. Teknik Pengumpulan Data ………

D. Teknik Analisis Data ……….

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Penyajian Data ……….

1. Sejarah Berdirinya MIN 2 Tanggamus ……….

2. Kepemimpinan Kepala Sekolah ………

3. Kinerja guru ………...

B. Analisis Data ………...

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah ………

2. Kinerja guru ………...

BAB V PENUTUP

A . Kesimpulan ………..………

B. Rekomendasi ………..………

DAFTAR PUSTAKA ………..………...

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan masalah yang berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan

hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang satu. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Rupert C. Lodge bahwa pengertian luas

pendidikan “life is education, and education is life” berarti bahwa seluruh proses

hidup dan kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan. Segala pengalaman

sepanjang hidupnya memberikan pengaruh pendidikan baginya.1

Guru merupakan komponen yang paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama, figur yang satu ini akan senantiasa menjadi sorotan strategis ketika berbicara

masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan, guru memegang peran utama dalam pembangunan

pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal disekolah, guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan prosees belajar mengajar. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya

pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan terus menerus. Pembentukan profesi guru dilakukan melalui

program pendidikan pra-jabatan (pre-service education) maupun program dalam

1

(15)

jabatan (inservice education). Namun tidak semua guru yang dididik di lembaga

pendidikan terlatih dengan baik dan berkualitas (well training dan well qualified).2

Guru merupakan salah satu unsur manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia.

Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal dasar sekaligus menjadi kunci keberhasilan pembangunan nasional jika sumber-sumber daya manusia Indonesia dalam jumlah yang besar tersebut dapat ditingkatkan mutu dan

pendayagunaanya.3

Dalam Undang-undang RI No. 14 Th. 2005 tentang guru dan dosen Bab

II pasal 6 disebutkan bahwa: “Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional

bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan

pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang

demokratis dan bertanggung jawab”.4

Dalam memasuki era globalisasi yang ditandai dengan persaingan yang

semakin ketat di segala bidang kehidupan, maka salah satu tujuan Pendidikan nasional dirancang agar dapat mewujudkan manusia Indonesia yang handal, mandiri, dan mampu bersaing di arena global. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

2

Piet A. Sahertian, Konsep Da sar Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia , (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 128

3 E. Mulyasa, Implementasi KTSP Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi

Aksara, Cet. III, 2009), h. 87

4 Undang- Undang RI No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, (Jakarta : DPR RI, 2005),

(16)

mengharuskan orang untuk terus belajar. Terlebih bagi seorang guru yang mempunyai tugas mendidik dan mengajar peserta didiknya. Oleh karena itu,

kemampuan mengajar seorang guru harus senantiasa ditingkatkan, antara lain melalui pembinaan dan pelatihan dalam menyusun rencana pembelajaran,

melaksanakan program pembelajaran dan mengevaluasi hasil pembelajaran dengan benar.

Di sisi lain, pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong para guru

untuk terus-menerus belajar menyesuaikan diri dengan kondisi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mobilitas masyarakat yang bersifat semakin

global. Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan sumber daya guru yang mau tumbuh dan berkembang, serta peka atau tanggap terhadap kondisi sekolah, sehingga

dapat melakukan fungsinya secara professional.

Guru sebagai pelaksana program kegiatan-kegiatan sekolah mempunyai peran utama yang sangat penting dalam menentukan ketercapaian tujuan kegiatan

tersebut. Bagaimanapun lengkap dan modernnya fasilitas sekolah yang berupa gedung, perlengkapan, alat kerja dan metode-metode kerja, serta dukungan

masyarakat. Akan tetapi apabila manusia yang bertugas menjalankan program sekolah tersebut kurang partisipatif, maka akan sulit untuk mencapai tujuan pendidikan yang direncanakan.

Demikian pula sekolah merupakan lembaga pendidikan yang betugas membimbing dan membina generasi muda untuk dapat hidup di masyarakat yang

(17)

keterampilan-keterampilan tertentu yang diterima dari sekolah belum merupakan jaminan bagi peserta didik untuk dapat hidup di masyarakat sesuai dengan yang

dicita-citakan.5

Hal ini dapat disebabkan dalam menempuh proses pendidikan di sekolah

terkadang banyak kendala dan masalah yang muncul. Salah satunya adalah kinerja guru yang belum maksimal dalam mendidik peserta didiknya di sekolah. Guru melaksanakan tugas-tugas yang berbeda sesuai dengan tiga fungsi, yaitu sebagai

pendidik, pengajar/pelatih, dan pembimbing. Secara umum, tugas pokok guru sebagai pendidik adalah mendewasakan peserta didik, sebagai pengajar/pelatih

adalah melaksanakan pembelajaran, dan sebagai pembimbing adalah menyelaraskan

perkembangan peserta didik.6

Bertolak dari uraian di atas, partisipasi aktif guru sangat menentukan jalannya kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah, baik kegiatan pokok sebagai pengelola pendidikan maupun kegiatan-kegiatan lain yang diselenggarakan

sekolah sebagai kegiatan tambahan yang masih sebagai penunjang dalam pengembangan kegiatan pembelajaran di lingkungan sekolah. Dalam kenyataan yang

terjadi di lapangan, masih banyak guru yang belum menguasai materi ajar yang akan disampaikannya didalam kelas, hal ini mengakibatkan ketidaksiapan guru dalam mengajar, jelas ini merupakan masalah yang harus dihilangkan dalam pendidikan.

Ketidakmampuan guru biasanya trletak pada pemilihan metode mengajar yang

5 M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : PT Remaja

Rosda Karya, Cet. XIII, 2004), h. 184

6

(18)

dilakukannya. Metode mengajar, adalah alat yang merupakan bagian dari perangkat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar- mengajar. Dan karena strategi

belajar mengajar merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan-tujuan

belajar, maka metode mengajar merupakan alat untuk mencapai tujuan belajar. Sumber daya guru pun secara normal tidak akan produktif jika tidak

diarahkan dan dikelola dengan baik melalui organisasi yang sistematis. Maka pemberdayaan dan pengorganisasian guru dalam suatu aktivitas tertentu menjadi

suatu keharusan bagi setiap lembaga pendidikan. Oleh karena itu, sebaik-baiknya

kurikulum, fasilitas, sarana dan prasarana pembelajaran, tetapi jika kualitas

gurunya rendah maka sulit untuk menda patkan hasil pendidikan yang bermutu tinggi. Maka dari itu, kajian tentang kinerja guru masih merupakan hal penting untuk

dibahas di dalam tulisan ini, yang hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar (legal

aspect) dalam upaya perancangan dan pengembangan kinerja dan kepemimpinan guru dalam pembelajaran.

Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah kinerja guru pada lembaga sekolah ditinjau dari peran sertanya dalam segala aspek, khususnya pada tingkat partisipasi guru dalam keberlangsungan kegiatan sekolah secara menyeluruh. Dalam

hal ini yang dimaksud adalah mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pada evaluasi dalam pendidikan. Kegiatan sekolah merupakan rangkaian kegiatan

(19)

dalam kegiatan sekolah, maka rangkaian kegiatan sekolah dibagi dalam beberapa bidang ; kurikulum, kesiswaan, sarana prasarana, hubungan sekolah dan masyarakat,

personalia, keuangan, dan layanan khusus.

Sehubungan dengan tingkat partisipasi guru dalam kegiatan sekolah, Kast

dan Rosenweigh menyatakan bahwa setiap guru berada pada tingkat unjuk kerja

yang berbeda-beda. Tingkat unjuk kerja akan berdampak pada tingkat partisipasi guru yang digambarkan dalam suatu kontinum dengan rentangan tingkat rendah

sampai tinggi.7 Guru yang mempunyai kinerja tinggi ditunjukkan dengan : (1)

kemampuan menyusun atau merencanakan program; (2) kemampuan melaksanakan

program; dan (3) kemampuan mengevaluasi pelaksanaan program.8

Partisipasi guru pada kegiatan sekolah untuk menunjukkan kinerjanya dapat meningkat dari waktu ke waktu dan setiap personal berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Tingkat kinerja guru dalam kegiatan sekolah

dipengaruhi oleh banyak faktor seperti usia, masa kerja, iklim organisasi, d an tingkat motivasi berprestasi.

Adapun beberapa faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi guru dalam kegiatan sekolah antara lain: motivasi kerja guru, dan prilaku

kepemimpinan kepala sekolah.9 Aktifitas guru di luar sekolah akan memberikan

7 Hikmat, Manajemen Pendidikan, (Bandung : CV. Pustaka Setia, Cet I, 2009), h. 286. 8

Direktorat Jenderal peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Penilaian Kinerja Guru, (Jakarta : Depdiknas, 2008), h. 3

9 Stephen P. Robbins, Essential of Organizationa l Beha vior, 5th

(20)

dampak pada keaktifan guru dalam kegiatan sekolah, khususnya jika seorang guru dengan komitmen yang rendah. Guru mempunyai beban tugas yang cukup

berat, sebab sebagai manusia bermasyarakat guru akan dihadapkan pada kondisi sosial ekonomi pada masyarakat dan keluarganya. Disisi lain, tidak

hanya mempunyai tugas mengajar, tetapi guru juga mempunyai tugas mendidik dalam menumbuhkan serta mengembangkan jiwa peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas, profesi guru dihadapkan pada berbagai problem

yang dilematis. Di suatu sisi harus berkembang sebagai insan berkeluarga di masyarakat, tetapi di sisi lain guru sebagai pengajar dan pendidik dituntut

mempunyai kinerja yang baik dan professional serta berperan aktif dalam keberlangsungan lembaga sekolah. Dengan demikian diperlukan faktor-faktor

yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap peduli dan partisipasi aktif dalam mengemban tugas di sekolah. Adapun faktor yang mempunyai kontribusi dalam meningkatkan kinerja guru diantaranya adalah kepemimpinan kepala sekolah

sebagai pemimpin tertinggi di lembaga sekolah dan motivasi kerja guru dalam memberikan rangsangan untuk berperan aktif dalam kegiatan sekolah.

Oleh sebab itu peran kepala sekolah sangatlah penting dalam menentukan keberhasilan, yaitu tercapainya tujuan sekolah, serta tujuan dari para individu yang ada dalam lingkungan sekolah, harus memahami dan menguasai

peranan organisasi dan hubungan kerja sama antar individu. Kepala sekolah yang berprestasi apabila mereka memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang

(21)

seseorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah.

Sebagai kepala sekolah yang ditugaskan untuk memimpin dan

membawahi para pegawainya sangat dituntut kepiawaiannya dalam mengelola dan mengorganisir lembaga pendidikan yang dijalankannya sehingga apa yang menjadi

tujuan pendidikan dapat tercapai secara optimal. Karena itulah kepala sekolah berkewajiban untuk memberikan bimbingan dan pembinaan terhadap bawahannya khususnya guru dalam rangka meningkatkan kinerja dan kepemimpinan profesional

guru.

Romli Ardi menjelaskan fungsi kepemimpinan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. Yang termasuk fungsi-fungsi kepemimpinan yaitu: membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama dengan penuh kebebasan, membantu kelompok untuk mengorganisasikan diri yaitu ikut memberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam menetapkan tujuan, membantu kelompok dalam menentapkan kerja, bertanggung jawab dalam mengambil keputusan bersama dengan kelompok, dan terakhir bertanggung jawab dalam mengemukakan dan mempertahankan

eksistensi organisasi.10

Sementara itu Wahjosumidjo mengemukakan fungsi-fungsi kepemimpinan yaitu: membangkitkan kepercayaan dan loyalitas bawahan, mengkomunikasikan

gagasan kepada orang lain, dengan cara mempengaruhi orang lain, menciptakan perubahan secara efektif di dalam kelompok, dan menggerakkan orang lain, sehingga

secara sadar orang lain tersebut mau melakukan apa yang dikehendaki.11

Peran kepemimpinan kepala sekolah dalam mengarahkan, mempengaruhi dan memotivasi guru-guru untuk ikut serta berpartisipasi pada seluruh rangkaian

10

Romli Ardi, Hand Out Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta: PPS UHAMKA, 2001), h

11

(22)

kegiatan sekolah sebagai upaya untuk mencapai tujuan yang direncanakan, maka gaya atau prilaku kepemimpinan harus sesuai dengan kondisinya. Kepala sekolah

tidak hanya bertanggung jawab atas kelancaran jalannya sekolah secara teknis akademis saja, tetapi juga memikirkan pertumbuhan dan perkembangan sekolahnya,

memikirkan hubungan sekolah dengan masyarakat, hubungan guru dengan wali murid, dan juga mempunyai wewenang untuk memperbaiki kualitas pendidikan, kinerja guru dan kepemimpinan profesional guru di sekolahnya melalui tugasnya

sebagai pemimpin.

Burhanuddi menegaskan, bahwa kepemimpinan pada hakikatnya

merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk membina, membimbing, dan mengarahkan orang lain agar dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.12

Lebih lanjut Gorto menyatakan bahwa kepala sekolah merupakan pimpinan

pendidikan yang mengorganisasikan sumber-sumber daya insani dan sumber daya

fisik untuk mencapai tujuan organisasi pendidikan secara efektif dan efisien.13

Partisipasi guru dalam rangkaian kegiatan sekolah merupakan implementasi

dari kinerja yang dipengaruhi oleh motivasi kerjanya. Motivasi kerja yang tinggi menyebabkan seseorang melakukan pekerjaannya dilakukan dengan senang hati dan

dorongan yang kuat untuk melaksanakannya.14

12 Burhanuddin, Profesi Keguruan, (Malang: IKIP Malang, 1997), h. 42

13 Gorton, R.A. School Administration: Challenge and Oportunity for Leadership, (Dubuque

Lowa: MWC Brown Company Publishers. 1976), h. 207

14

(23)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, motivasi dapat menimbulkan seseorang berprilaku tertentu dalam mencapai tujuan tertentu pula.

Berkaitan dengan hal tersebut, Robbins menyatakan bahwa motivasi juga

mempengaruhi seseorang dalam melakukan pekerjaannya. Seseorang yang

bermotivasi akan mampu melaksanakan segala tugas dan tanggung jawabnya

dengan baik tanpa harus dipantau oleh pimpinan.15

Lebih rinci Owen menegaskan bahwa secara umum motivasi dibedakan atas

dua jenis, meliputi motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik yaitu dorongan yang berasal dari dalam diri sendiri. Sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan dorongan yang berasal dari luar diri seseorang. Motivasi instrinsik muncul karena adanya dorongan dalam diri seseorang untuk memperoleh kebutuhan yang harus dipenuhi, keinginan untuk mengetahui dan merasakan sesuatu. Motivasi ekstrinsik muncul karena adanya dorongan atau pengaruh dari luar untuk melakukan suatu pekerjaan

seperti adanya rangsangan berupa imbalan.16

Dalam penelitian ini penulis akan mengangkat masalah tentang bagaimana

kepemimpinan kepala sekolah dalam upaya meningkatkan kinerja guru dengan lokasi penelitian di MIN 2 Tanggamus Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus.

Berdasarkan hasil pra survey yang telah penulis lakukan di MIN 2 Tanggamus

Kecamatan Gisting diketahui bahwa kepemimpinan kepala sekolah secara umum telah berjalan cukup baik, dimana kepala sekolah memiliki motivasi yang tinggi

untuk memajukan sekolah yang dipimpinnya. Hal tersebut seperti yang telah disampaikan oleh salah seorang guru, beliau menjelaskan:

15 Robbins, S.P, Organization Behavior : Conceps, Controversies, Aplication, (New Jersey :

Prentice Hall, 1998), h. 37

16 Owens, R.G. Organizational Behavior in Education, Englewood Cliffs, (New Jersey: Prentice

(24)

“Bapak kepala madrasah adalah sosok pemimpin yang membangun, beliau berkeinginan agar sekolah yang dipimpinnya menuju perkembangan yang lebih baik, artinya bahwa madrasah ini harus selalu meningkat dan berprestas dalam segala hal, baik akademik maupun non akademik. Hal itu selalu beliau sampaikan pada saat rapat-rapat kordinasi dewan guru, di sisi lain beliau adalah seorang pemimpin yang supel dan terbuka, tidak bertindak secara otoriter, beliau akan meminta pendapat kepada dewan guru dalam menempatkan orang-orang yang

dapat membantunya dalam menjalankan tugas”.17

Keterangan di atas memberikan pemahaman bahwa kepala MIN 1 Tanggamus

tipikal pemimpin yang tidak otoriter, beliau akan menempatkan orang-orang yang dalam menjalankan tugas dan jabatan kepada orang yang berkompeten untuk

menjalankannya, serta dalam membuat job deskription dalam semua pekerjaan

dibagi sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya masing-masing, sesuai dengan hasil kesepakatan rapat dewan guru. Dengan demikian peneliti melihat bahwa sosok

kepemimpinan kepala MIN 2 Tanggamus merupakan sosok yang ideal dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai kepala madrasah.

Sementara untuk kinerja guru di MIN 1 Tanggamus berdasarkan hasil observasi dan wawan cara diperoleh data sebagi berkut:

“bahwa guru cenderung hanya sekedar menjalankan tugas semata, artinya

sekedar hanya menjalankan tugas sebagai guru bukan sebagai seorang

pendidik. Hal ini terbukti dengan ; pertama, guru hanya membuat RPP ketika

akan ada pemeriksaan saja. Kedua, guru belum sepenuhnya mampu membuat

rencana pembelajaran dengan segala komponennya, artinya guru hanya

meng-"copy paste" RPP yang sudah ada saja tanpa ada upaya pengembangan dan penyesuaian dengan kondisi siswa. Demikian pula ketika dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran meskipun guru sudah membuat RPP hanya saja

terkadang masih tidak sesuai dengan yang tertuang di dalam RPP”.18

17

Samarudin, S.Pd.I, Guru MIN 1 Tanggamus, Wawancara, Tanggal 15 Nopember 2015

(25)

Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, maka penelitian ini berangkat dari

masalah tentang belum optimalnya kinerja guru di MIN 2 Tanggamus, meskipun

Kepala sekolah sudah melakukan aspek-aspek kepemimpinannya dengan baik,

diantaranya adalah memberikan bimbingan, mengarahkan, memotivasi, dan memfasilitasi. Ada kecenderungan dari dewan guru tidak melaksanakan tugas

dengan baik sebagaimana mestinya. Diantaranya adalah banyak guru yang mengajar tidak melengkapi perangkat pembelajaran, ada pula guru yang mengajar tidak sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, dan banyak guru yang tidak aktif dan

partisipatif dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan melakukan penelitian yang

berjudul Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam upaya Meningkatka n Kinerja

Guru di MIN 2 Tanggamus Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil survey awal dalam penelitian ini, maka identifikasi

permasalahannya adalah :

a. Kepala sekolah sudah memerintahkan untuk membuat perangkat

pembelajaran, tetapi tidak semua guru membuat perangkat pembelajaran.

b. Kepala sekolah sudah memberikan arahan dan bimbingan, tetapi partisipasi

guru terhadap kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah baik dalam

(26)

c. Guru dalam pelaksanaan pembelajaran, tidak sesuai dengan apa yang tertuang dalam RPP.

d. Dalam melakukan evaluasi guru tidak sepenuhnya menjalankan semua

unsur evaluasi

2. Batasan Masalah

Mengingat begitu luas permasalahan yang ada maka agar penulisan tesis ini lebih terarah dan tidak terlalu luas pembahasannya, penulis membatasi

masalahnya pada :

a. Kepemimpinan kepala sekolah dan

b. Kinerja guru di MIN 2 Tanggamus.

C. Rumusan Masalah

Sedangkan yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di MIN 2 Tanggamus Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus ?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan diatas, yang secara umum untuk mendeskripsikan, menganalisa, dan

(27)

2. Kegunaan Penelitian

Dalam penelitian yang penulis lakukan, berusaha mendapatkan

temuan- temuan yang lebih mendasar dan menyeluruh serta komprehensif sesuai dengan tema penelitian, serta diharapkan dengan hasil penelitian ini akan

terungkap bagaimana seharusnya kepala sekolah berupaya agar kinerja guru ada peningkatan, sehingga akan bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis :

a. Bagi pimpinan / kepala sekolah dalam melaksanakan tugas kepemimpinan-

nya, utamanya yang berkaitan dengan peningkatan kinerja guru.

b. Bagi tenaga pendidik (guru) agar senantiasa menyadari akan pentingnya

peningkatan kinerja sebagai komitmen dalam melaksanakan tugas guna mencapai tujuan sekolah.

c. Bagi peneliti selanjutnya sebagai bahan rujukan untuk penelitian yang sama

atau penelitian yang lebih luas pada umumnya.

Sedangkan secara praktis manfaat penelitian ini dapat memunculkan

sesuatu yang baru serta menambah wawasan dan pemahaman dalam bidang kepemimpinan khususnya di lembaga pendidikan. Dengan demikian baik secara

teoritis maupun praktis manfaat penelitian ini adalah untuk menambah wawasan dan prilaku bagaimana seharusnya pemimpin sebuah lembaga baik sebagai kepala sekolah itu sendiri, komite sekolah, guru dan karyawan sehingga sumber

(28)

E. Kerangka Pikir

Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok

sedemikian rupa, sehingga tercapailah tujuan dari kelompok itu.19 Sudarwan Danim

mendefinisikan kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu

atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan -tujuan

yang telah ditetapkan sebelumnya.20

Islam memandang bahwa kepemimpinan harus dipegang oleh sosok yang mampu dan dapat menempatkan diri sebagai pembawa obor kebenaran

dengan memberi contoh teladan yang baik, karena dia sebagai uswatun hasanah.21

maka dapat dikatakan bahwa seorang pemimpin itu dilihat dari perilakunya

sehari-hari. Bagaimana cara seorang pemimpin itu memimpin bawahannya dan bagaimana seorang pemimpin memerintah dan menjalankan perannya. Seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya mampu menggugah pengikutnya

untuk mencapai kinerja yang memuaskan.

Sementara kinerja merupakan efek logis pegawai (seorang atau sekelompok

orang) yang didorong oleh atribusi-atribusi baik yang bersifat internal maupun eksternal. Atribusi yang bersifat internal dihubungkan dengan sifat pegawai itu sendiri, misalnya kepemimpinan, skill, sikap, komitmen, integritas, kematangan,

19 N.A. Ametembun, Kepemimpinan Pendidikan, (Malang: IKIP Malang, 1975), h. 1

20 Sudarwan Danim, Kepemimpinan Pendidikan: Kepemimpinan Jenius (IQ+ EQ), Etika,

Perilaku Motivasional, dan Mitos, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 6

21

(29)

kesadaran, motivasi, minat, dan lain-lain. Atribusi yang bersifat eksternal atau situasional dihubungkan dengan lingkungan seperti tingkat kesulitan tugas, suasana

kerja, lingkungan kerja, kepemimpinan, insentif, organisasi kerja, dan lain-lain. Kedua jenis faktor atribusi inilah yang menentukan kinerja pegawai itu baik atau

buruk.

Kinerja pegawai dikaitkan dengan kultur masyarakat Indionesia, dari berbagai pengamatan kondisi empirik yang ada di berbagai organisasi kerja, menunjukkan

kecenderungan bahwa sebagian besar pegawai akan rajin bekerja jika pemimpin melihat pegawai bekerja, dan hal sebaliknya terjadi jika pemimpin tidak mel ihat

pegawai bekerja, atau tidak ada di tempat kerja maka kinerja yang ditunjukkan pegawai cenderung kurang produktif, dan hasilnya kurang maksimal. Senada dengan

fenomena di atas, masih banyak pegawai bekerja dengan hanya melepas rodi, artinya kerja asal datang dan tiap bulan mengambil gaji, dan kondisi ini menjadi pergunjingan negatif di kalangan masyarakat. Keadaan tersebut dapat dijadikan

paradigma empirik bahwa kinerja pegawai terkait erat dengan pemimpin atau kepemimpinan di suatu organisasi kerja, baik pemerintah maupun swasta.

Pertanyaannya, mengapa kinerja pegawai kurang baik dan hasil kerjanya rendah jika pemimpin tidak ada di tempat kerja?, bagaimana upaya pemimpin menerapkan kepemimpinannya agar masalah kinerja pegawai di suatu organisasi kerja yang

bernuansa kurang baik, kurang produktif, atau hasil kerjanya kurang optimal dapat direduksi sehingga kinerja pegawai menjadi lebih baik dan hasil kerjanya

(30)

Diketahui bahwa kinerja guru merupakan faktor penting dalam lembaga pendidikan dan perlu terus ditingkatkan, karena indikator keberhasilan dan baiknya

suatu lembaga pendidikan adalah dilihat dari baiknya kinerja dan meningkatnya hasil kerja pegawainya (dalam hal ini guru). Untuk meningkatkan kinerja yang baik dan

hasil kerja yang meningkat di suatu organisasi kerja, pegawai harus memenuhi persyaratan atau memiliki : (1) keahlian dan kemampuan dasar, yaitu sekelompok kemampuan, yang meliputi kemampuan komunikasi, kemampuan teknik,

kemampuan konseptual, (2) kualitas pribadi yang meliputi mental, fisik, emosi, watak sosial, sikap, komitmen, integritas, kesadaran, serta perilaku yang baik, (3)

kemampuan administrasi meliputi kemampuan menganalisis persoalan, memberi pertimbangan, pendapat, keputusan, mengatur sumberdaya, dan berbagai macam

kegiatan, lapang dada, sabar, berpartisipasi aktif dalam berbagai aktifitas, dan

motivasi yang tinggi.22

Kinerja pegawai yang baik harus ditopang oleh kualitas profesional dalam

melaksanakan tugas. Perwujudan kualitas profesional harus ditopang oleh jiwa profesionalisme sebagai sikap mental pegawai yang senantiasa mendorong dirinya

untuk mewujudkan dirinya sebagai pegawai yang profesional. Kualitas profesional ditunjukkan oleh lima indikator, yaitu (1) keinginan untuk selalu menempatkan perilaku yang mendekati standar ideal, (2) meningkatkan, dan memelihara citra

profesi, (3) keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional yang dapat meningkatkan kualitas pengetahuan dan keterampilan,

22

(31)

(4) mengejar kualitas dan cita-cita profesi, (5) memiliki kebanggaan terhadap

profesi.23

Berdasarkan uraian di atas maka tulisan ini disusun dengan menawarkan konsep teoritis dan praktis untuk menjawab pertanyaan tentang

bagaimana kepemimpinan kepala sekolah yang dapat meningkatkan kinerja guru di suatu lembaga pendidikan. Kepemimpinan di suatu lembaga pendidikan harus

meliputi hal-hal yang dapat mengatasi kelemahan bawahannya, diantaranya :

1. Pemberian perintah terhadap pegawai 2. Pengarahan terhadap pegawai

3. Bimbingan terhadap pekerjaan pegawai.24

Selanjutnya dari sisi kinerja pegawai yang baik merupakan suatu langkah

menuju tercapainya tujuan organisasi. Sehubungan dengan tingkat kinerja guru

dalam kegiatan sekolah, setiap guru berada pada tingkat unjuk kerja yang berbeda- beda. Tingkat unjuk kerja akan berdampak pada tingkat partisipasi guru yang digambarkan dalam suatu kontinum dengan rentangan tingkat rendah sampai tinggi.

Guru yang mempunyai kinerja tinggi ditunjukkan dengan : a. Kemampuan menyusun atau merencanakan program;

b. Kemampuan melaksanakan program; dan

c. Kemampuan mengevaluasi pelaksanaan program.25

23

Surya Abadi, Kepemimpinan Masa Depan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), h. 32

24

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h. 5

25 Direktorat Jenderal peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Penilaian Kinerja

(32)

Timbulnya permasalahan dalam kinerja disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah motivasi, komunikasi, dan persepsi negatif guru tentang

perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut atas keberlangsungan kegiatan pendidikan di sekolah. Padahal apabila guru memiliki motivasi berprestasi yang

tinggi, komunikasi antar personal terbangun dengan harmonis, dan persepsi negatif terhadap perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pendidikan direduksi menjadi perspsi positif maka dengan sendirinya akan terbangun kinerja yang positif.

Berangkat dari konsep di atas, maka dibuatlah suatu kerangka pikir yang bertujuan memudahkan pemahaman tentang konsep yang digunakan

[image:32.612.116.528.214.629.2]

dalam penelitian ini, yakni dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1

Kerangka Pikir Penelitian

Kepemimpinan Kepala Sekolah:

1. Memberi pengaruh

2. Memberi perintah

3. Memberi arahan

4. Memberi bimbingan

Kinerja Guru

1. Perencanaan Program

Kegiatan Pembelajaran

2. Pelaksanaan kegiatan

Pembelajaran

3. Evaluasi / Penilaian

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin, Profesi Keguruan, (Malang: IKIP Malang, 1997)

Direktorat Jenderal peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Penilaian

Kinerja Guru, (Jakarta : Depdiknas, 2008)

Direktorat Jenderal peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Penilaian

Kinerja Guru, (Jakarta : Depdiknas, 2008)

E. Mulyasa, Implementasi KTSP Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, (Jakarta:

Bumi Aksara, Cet. III, 2009)

Gorton, R.A. School Administration: Challenge and Oportunity for Leadership,

(Dubuque Lowa: MWC Brown Company Publishers. 1976)

Hikmat, Manajemen Pendidikan, (Bandung : CV. Pustaka Setia, Cet I, 2009)

Ira Diana, Kinerja Pegawai Perusahaan, (Jakarta : Bina Aksara, 2003)

Khatib Pahlawan Kayo, Kepemimpinan Islam dan Da'wah, (Jakarta: Amzah, 2005)

M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : PT

Remaja Rosda Karya, Cet. XIII, 2004)

N.A. Ametembun, Kepemimpinan Pendidikan, (Malang: IKIP Malang, 1975)

Owens, R.G. Organizational Behavior in Education, Englewood Cliffs, (New Jersey:

Prentice Hall, Inc. 1991)

Piet A. Sahertian, Konsep Da sar Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka

Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002)

Robbins, S.P, Organization Behavior : Conceps, Controversies, Aplication, (New

Jersey : Prentice Hall, 1998)

(34)

Stephen P. Robbins, Essential of Organizationa l Behavior, 5th ed. (San Diego State

University) Terj. Oleh : Halida, S.E. Dewi Sartika, S.S. Prinsip-prinsip

Prilaku rganisasi, (Jakarta : Erlangga, 2002)

Sudarwan Danim, Kepemimpinan Pendidikan: Kepemimpinan Jenius (IQ+ EQ),

Etika, Perilaku Motivasional, dan Mitos, (Bandung: Alfabeta, 2010)

Surya Abadi, Kepemimpinan Masa Depan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2003)

Undang- Undang RI No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, (Jakarta : DPR RI, 2005), Bab II pasal 6

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2002)

(35)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Kepemimpinan Kepala Sekolah

1. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan berasal dari kata "pimpin" yang berarti tuntun, bina atau bimbing, dapat pula berarti menunjukan jalan yang baik atau benar, tetapi dapat pula

berarti mengepalai pekerjaan atau kegiatan.1 Kepemimpinan dapat pula didefinisikan

sebagai seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan,

kepercayaan, kohormatan, dan kerja sama yang bersemangat dalam mencapai tujuan

bersama.2 Sedangkan menurut Stephen P. Robbins “Kepemimpinan adalah

kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk pencapaian tujuan ”.3

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah pemimpin diartikan sebagai

pemuka, penuntun (pemberi contoh) atau penunjuk jalan. Jadi secara fisik

pemimpin itu berada di depan. Tetapi pada hakekatnya, di manapun tempatnya, seseorang dapat menjadi pemimpin dalam memberikan pimpinan. Hal ini sesuai

dengan ungkapan Ki Hajar Dewantoro yang terkenal “ing ngarso sung tulodo, ing

madyo mangun karso, tut wuri handayaniartinya, jika ada di depan memberikan contoh, di tengah-tengah memberikan dorongan/motivasi, sedangkan apabila berada

di belakang dapat memberikan pengaruh yang menentukan.

Dalam bahasa Inggris, istilah kepemimpinan disebut dengan leadership.

1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta: PN Balai

Pustaka, 1990), h. 684

2

Rivai, Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta: Cahaya Ilmu, 2003), h. 3

3

(36)

Seiring dengan istilah tersebut, Soehardjono4 memaparkan istilah kepemimpinan

(leadership) secara etimologis, leadership berasal dari kata “to lead” (bahasa: Inggris) yang artinya memimpin. Selanjutnya timbullah kata “leader” artinya

pemimpin yang akhirnya lahir istilah leadership yang diterjemahkan menjadi

kepemimpinan.

Anoraga mengartikan “Kepemimpinan sebagai hubungan dimana satu orang

yakni pemimpin mempengaruhi pihak lain untuk bekerja sama secara sukarela dalam

usaha mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan untuk mencapai hal yang

diinginkan oleh pimpinan tersebut”.5

Freeman, dan Gilbert, menyatakan “leadership is the process of directing and

influencing the task related activities of group members. Kepemimpinan adalah

proses dalam mengarahkan dan mempengaruhi para anggota dalam berbagai aktivitas yang harus dilakukan. Lebih jauh lagi, Griffin membagi pengertian

kepemimpinan menjadi dua konsep, yaitu sebagai proses, dan sebagai atribut. 6

Sebagai proses, kepemimpinan difokuskan kepada apa yang dilakukan oleh para pemimpin, yaitu proses di mana para pemimpin menggunakan pengaruhnya untuk

memperjelas tujuan organisasi bagi para pegawai, bawahan, atau yang dipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai tujuan tersebut, serta membantu menciptakan suatu budaya produktif dalam organisasi. Adapun dari sisi atribut, kepemimpinan

4

Soehardjono, Kepemimpinan: Suatu tinjauan singkat tentang Pemimpin dan Kepemimpinan serta Usaha -usaha Pengemba nga nnya, (Malang: APDN Malang Jawa Timur, 1998), h. 127

5 Anoraga, Pendekatan Kepemimpinan Lembaga Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional,

1990), h. 2

6 Usman Husaini, Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,

(37)

adalah kumpulan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Oleh karena itu, pemimpin dapat didefinisikan sebagai seorang yang memiliki

kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain tanpa menggunakan kekuatan, sehingga orang-orang yang dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok yang layak

memimpin mereka.

Menurut Wahjosumidjo, dalam praktek organisasi, kata “memimpin”

mengandung konotasi menggerakkan, mengarahkan, membimbing, melindungi,

membina, memberikan teladan, memberikan dorongan, memberikan bantuan, dan

sebagainya.7

Sebagian besar definisi mengenai kepemimpinan mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan menyangkut sebuah proses pengaruh sosial yang sengaja dijalankan

seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktivitas-aktivitas serta hubungan- hubungan di dalam sebuah kelompok atau organisasi.

Para pakar manajemen telah banyak memberikan tentang pengertian dan teori

kepemimpinan dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien, hal tersebut disebabkan organisasi tidak dapat dipisahkan dengan kepemimpinan.

Berhasil tidaknya suatu organisasi salah satunya ditentukan oleh kepemimpinan yang memimpin organisasi, bahkan maju mundurnya suatu organisasi sering diidentikkan dengan perilaku kepemimpinan dari pimpinannya. Dengan demikian, pemimpin

harus bertanggung jawab terhadap pelaksanaan organisasi atau lembaga yang dipimpin, hal ini menempatkan posisi pemimpin yang sangat penting dalam suatu

7

(38)

organisasi atau pada lembaga tertentu.

Sementara itu Nawawi mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan

menggerakkan, memberi motivasi, dan mempengaruhi orang-orang agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan melalui

keberanian mengambil keputusan tentang kegiatan yang harus dilakukan.8

Sedangkan menurut Sadle9 kepemimpinan adalah suatu proses atau aktifitas

mempengaruhi perilaku yang menjadi panutan interaksi antara pemimpin dan

pengikut serta pencapaian tujuan yang lebih riil dan komitmen bersama dalam pencapaian tujuan dan perubahan terhadap budaya organisasi yang lebih maju.

Menurut Yukl dalam Husaini Usman, beberapa definisi tentang kepemimpinan

yang dianggap cukup mewakili selama seperempat abad adalah sebagai berikut:

10

a. Kepemimpinan adalah perilaku dari seseorang individu yang memimpin

aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama.

b. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam suatu

situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi ke arah pencapaian tujuan satu atau beberapa tujuan tertentu.

c. Kepemimpinan adalah pembentukan awal serta pemiliharaan struktur dalam

harapan dan interaksi.

d. Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit, pada dan

berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi.

e. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah

kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan.

f. Kepemimpinan adalah sebuah proses memberikan arti (pengarahan yang

berarti) terhadap usaha kolektif, dan yang mengakibatkan kesediaan untuk.

8

Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Haji Masagung, 1987), h. 81

9

Romad, Kepemimpinan Pendidikan, (Bandung: Cahaya Ilmu, 2010), h. 43

10

(39)

melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran.

11

Dari definisi-definisi kepemimpinan yang berbeda-beda tersebut, pada dasarnya mengandung kesamaan asumsi yang bersifat umum seperti : (1) di dalam

satu fenomena kelompok melibatkan interaksi antara dua orang atau lebih, (2) di dalam melibatkan proses mempengaruhi, dimana pengaruh yang sengaja digunakan oleh pemimpin terhadap bawahan.

Berdasarkan uraian tentang definisi kepemimpinan di atas, terlihat bahwa unsur kunci kepemimpinan adalah pengaruh yang dimiliki seseorang dan pada

gilirannya akibat pengaruh itu bagi orang yang hendak dipengaruhi. Peranan penting dalam kepemimpinan adalah upaya seseorang yang memainkan peran sebagai pemimpin guna mempengaruhi orang lain dalam organisasi/lembaga tertentu untuk

mencapai tujuan. Menurut Wirawan, “mempengaruhi” adalah proses dimana orang

yang mempengaruhi berusaha merubah kompetensi, perilaku, nilai-nilai, norma-

norma, kepercayaan, pikiran dan tujuan yang dipengaruhi secara sistematis.12

Kepemimpinan dalam Islam adalah perilaku interaktif yang mampu mempengaruhi individu-individu untuk melaksanakan tugasnya dalam rangka

memberikan arahan, petunjuk yang lebih baik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, mengembangkan, memegang teguh, dan menjaga kepercayaan yang dipercayakan kepadanya. Begitu juga dengan peran kepala sekolah sebagai

pemimpin harus mampu untuk meningkatkan peran strategis dan teknis dalam

11 Ibid., h. 279 12

(40)

meningkatkan kualitas lembaga yang dipimpinnya. Hal lain yang pelu diperhatikan juga adalah kepemimpinan kepala sekolah sebagai agen perubahan dalam

meningkatkan kualitas keagamaan sangat penting . Karena dengan dasar agama seluruh warga/komunitas sekolah dapat menjalankan aktifitas pembelajaran dan

pergaulan di lingkungan masyarakat dengan didasari oleh nilai-nilai keislaman. Dengan demikian kepemimpinan mempunyai proses yang muncul pada setiap individu, sebagaimana hadits Rasulullah SAW:

(41)

dipimpinnya. (HR. Bukhari dan Muslim).

13

Pada dasarnya, hadits di atas berbicara tentang etika kepemimpinan dalam Islam. Dalam hadis ini dijelaskan bahwa etika paling pokok dalam kepemimpinan

adalah tanggungjawab. Semua orang yang hidup di muka bumi ini disebut sebagai pemimpin. Karenanya, sebagai pemimpin, mereka semua memikul tanggungjawab, sekurang-kurangnya terhadap dirinya sendiri. Seorang suami bertanggungjawab atas

istrinya, seorang bapak bertanggungjawab kepada anak-anaknya, seorang majikan betanggung jawab kepada pekerjanya, dst.

Akan tetapi, tanggungjawab di sini bukan semata-mata bermakna melaksanakan

tugas lalu setelah itu selesai dan tidak menyisakan dampak (atsar) bagi yang

dipimpin. Melainkan lebih dari itu, yang dimaksud tanggungjawab di sini adalah

lebih berarti upaya seorang pemimpin untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pihak

yang dipimpin. Karena kata râ„a sendiri secara bahasa bermakna gembala dan kata

râ-„inberarti pengembala. Ibarat pengembala, ia harus merawat, memberi makan dan

mencarikan tempat berteduh binatang gembalaannya. Singkatnya, seorang penggembala bertanggung jawab untuk mensejahterakan binatang gembalaannya.

Tapi cerita gembala hanyalah sebuah tamsil, dan manusia tentu berbeda dengan binatang, sehingga menggembala manusia tidak sama dengan menggembala binatang. Anugerah akal budi yang diberikan Allah SWT kepada manusia merupakan kelebihan

tersendiri bagi manusia untuk mengembalakan dirinya sendiri, tanpa harus

13

(42)

mengantungkan hidupnya kepada penggembala lain. Karenanya, pertama -tama yang disampaikan oleh hadits di atas adalah bahwa setiap manusia adalah pemimpin yang

bertanggung jawab atas kesejahteraan dirinya sendiri, atau dengan kata lain, seseorang mesti bertanggungjawab untuk dirinya sendiri, tanpa mengantungkan

hidupnya kepada orang lain.

Dalam Islam karena kepemimpinan erat kaitannya dengan pencapaian cita-cita maka kepemimpinan itu harus ada dalam tangan seorang pemimpin yang beriman.

Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 28 :















Artinya: Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya kepada

Allah lah kembali (mu).(Q.S. Ali Imron; 28). 14

Dan hakekat kepemimpinan antara lain kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama yang positif, juga adanya

unsur-unsur orang yang memimpin, yang dipimpin, adanya organisasi dan adanya tujuan yang ingin dicapai bersama.

Dalam ajaran Islam baik ayat maupun hadits banyak yang menjelaskan tentang

14

(43)

kepemimpinan baik langsung atau tidak langsung diantaranya surat An Nahl ayat 36 yang menjelaskan tentang hakekat diutusnya para Rasul kepada manusia sebenarnya

hanyalah untuk memimpin umat dan mengeluarkannya dari kegelapan kepada cahaya (petunjuk) yang benar dengan menunjukkan akidah yang benar.













Artinya: Dan sungguh Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang

mendustakan (rasul-rasul). (An-Nahl : 36) 15

Bertolak dari pengertian kepemimpinan tersebut, terdapat tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu unsur manusia, sarana, dan tujuan. Untuk dapat mem-

perlakukan ketiga unsur tersebut secara seimbang, seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan kepemimpinannya. Pengetahuan dan keterampilan ini dapat diperoleh dari

pengalaman belajar secara teori ataupun dari pengalamannya dalam praktek selama

15

(44)

menjadi pemimpin. Namun secara tidak disadari seorang pemimpin dalam memperlakukan kepemimpinannya menurut caranya sendiri, dan cara-cara yang

digunakan itu merupakan pencerminan dari sifat-sifat dasar kepemimpinannya.

Dengan demikian, kepemimpinan adalah hal yang berhubungan dengan proses

menggerakkan, memberikan tuntunan, binaan dan bimbingan, menunjukkan jalan, memberi keteladanan, mengambil resiko, mempengaruhi dan meyakinkan pihak lain.

Dari definisi-definisi di atas, paling tidak dapat ditarik kesimpulan bahwa

kepemimpinan adalah masalah sosial yang di dalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik

dengan cara mempengaruhi, membujuk, memotivasi dan mengkoordinasi.

Dari sini dapat dipahami bahwa tugas utama seorang pemimpin dalam

menjalankan kepemimpinannya tidak hanya terbatas pada kemampuannya dalam melaksanakan program-program saja, tetapi lebih dari itu yaitu pemimpin harus mempu melibatkan seluruh lapisan organisasinya, anggotanya atau masyarakatnya

untuk ikut berperan aktif sehingga mereka mampu memberikan kontribusi yang positif dalam usaha mencapai tujuan.

a. Teori Kepemimpinan

Teori kepemimpinan yang berkembang selama ini ingin mengetahui bagaimana terjadinya keefektifan kepemimpinan dalam organisasi. Sehingga

berbagai hasil penelitian menemukan teori bahwa kepemimpinan dapat dilihat dari pribadi pemimpin, prilaku pemimpin, situasi budaya organisasi, hubungan pemimpin

(45)

meningkatkat keefektifan dalam mengelola sekolah, maka beberapa hal penting yang harus dimiliki kepala sekolah sebagai pemimpin yaitu kemampuan politis,

kemampuan pengajaran, kemampuan interpersonal dan kemampuan teknis.16

Kepala sekolah harus mampu memberikan peran sebagai seorang inisiator, inspirator, partisipator dan motivator kepada guru, siswa, dan karyawan untuk

sama-sama menciptakan sinergisitas dalam meningkatkan kinerja lembaga untuk

mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan.17 Teori kepemimpinan juga

membicarakan bagaimana seseorang menjadi pemimpin atau bagaimana timbulnya seorang pemimpin. Kepemimpinan tidak lagi dipahami secara organik tetapi merupakan dimensi organisasi yang mempunyai kontribusi untuk membangun budaya

organisasi yang sehat.18

Ada beberapa teori tentang kepemimpinan, di antaranya ialah :

a. Teori Genetis

Teori ini mengatakan bahwa pemimpin besar (great leader) dilahirkan, bukan

dibuat (leader are born, and not made),19 penganut teori ini mengatakan bahwa

seorang pemimpin akan terbentuk dengan sendirinya karena ia telah dilahirkan dengan bakat pemimpin. Dalam keadaan bagaimana pun seorang ditempatkan pada

suatu waktu ia akan menjadi pemimpin karena ia dilahirkan untuk itu. Artinya takdir

16 Rasmianto, Kepemimpinan Kepala Sekolah Berwawasan Visioner -Transformatif Dalam

Otonomi Pendidikan, (Malang: Jurnal el-Harakah, 2003), h. 17

17 Ibrahim Bafadal, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, dari Sentralisasi Menunju

Desentra lisasi, (Jakarta: PT. Bumi Askara, 2006), h. 44

18 Mulyadi, Peran Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Mengembangkan Budaya

Madra sah, (Malang: el-Hikmah, 2010), h. 44

19

(46)

telah menetapkan ia menjadi pemimpin. Mitos ini berbahaya bagi perkembangan regenerasi pemimpin karena yang dipandang pantas menjadi pemimpin adalah orang

yang memang dari sananya dilahirkan sebagai pemimpin, sehingga yang bukan dilahirkan sebagai pemimpin tidak memiliki kesempatan menjadi pemimpin.

b. Teori Sosial

Teori ini menyatakan bahwa pemimpin-pemimpin itu harus disiapkan dan

dibentuk, Jika teori genetis mengatakan bahwa "leaders are born and not

made", maka penganut-penganut sosial mengatakan sebaliknya yaitu "Leaders are

made and not born".

Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa setiap orang akan dapat menjadi pemimpin apabila diberi pendidikan dan kesempatan untuk itu.

c. Teori Ekologis

Teori ini merupakan penyempurnaan dari kedua teori genetis dan teori sosial. Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa seseorang hanya dapat

menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirnya telah memiliki bakat- bakat kepemimpinan, bakat mana kemudian dikembangkan melalui pendidikan

yang teratur dan pangalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk

mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu. 20

d. Teori Kontingensi

Selain ketiga teori tersebut, muncul pula teori keempat yaitu Teori Kontigensi atau Teori Tiga Dimensi. Penganut teori ini berpendapat bahwa, ada tiga

20

(47)

faktor yang turut berperan dalam proses perkembangan seseorang menjadi pemimpin atau tidak, yaitu: (1) Bakat kepemimpinan yang dimilikinya. (2) Pengalaman

pendidikan, latihan kepemimpinan yang pernah diperolehnya, dan (3) Kegiatan sendiri untuk mengembangkan bakat kepemimpinan tersebut. Teori ini disebut

dengan teori serba kemungkinan dan bukan sesuatu yang pasti, artinya seseorang dapat menjadi pemimpin jika memiliki bakat, lingkungan yang membentuknya,

kesempatan dan kepribadian, motivasi dan minat yang memungkinkan untuk menjadi

pemimpin.

Menurut Ordway Tead, bahwa timbulnya seorang pemimpin, karena : (1) Membentuk diri sendiri (self constituded leader). (2) Dipilih oleh golongan, artinya ia

menjadi pemimpin karena jasa-jasanya, karena kecakapannya, keberaniannya dan sebagainya terhadap organisasi. (3) Ditunjuk dari atas, artinya ia menjadi pemimpin

karena dipercaya dan disetujui oleh pihak atasannya.21

b. Tipe-Tipe Kepemimpinan 1) Tipe Otokratik

Tipe pemimpin otokratik adalah tipe pemimpin yang memperlakukan organisasi yang dipimpinnya sebagai milik pribadi. Sehingga hanya

kemauannya sajalah yang harus berlangsung dan kurang mau memperhatikan kritik dari bawahannya. Ia berfikir bahwa mereka yang dipimpin itu semata- mata bawahannya. Oleh sebab itu, biasanya ia tertutup terhadap kritik, saran dan pendapat

21

(48)

orang lain. ia beranggapan bahwa seolah-olah pikiran dan pendapatnyalah yang

paling benar, karena itu harus dilaksanakan dan dipatuhi secara mutlak.22 .

2) Tipe Paternalistik

Kepemimpinan paternalistik adalah model kepemimpinan yang mana

pemimpin menganggap orang yang dipimpin tidak pernah dewasa, karenanya ia jarang memberikan kesempatan kepada yang dipimpinnya untuk mengembangkan daya kreasi, inisiatif dan mengambil keputusan dalam bidang tugas yang

dibebankan kepadanya. Kepemimpinan model ini lebih menonjolkan figur, dan biasanya jika figurnya wafat, maka organisasi akan menjadi stagnan, mundur atau

runtuh. Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang

bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris.23

3) Tipe Kharismatik

Kepemimpinan kharismatik adalah suatu kemampuan untuk menggerakan orang lain dengan mendayagunakan kelebihan atau keistimewaan dalam sifat

kepribadian yang dimiliki oleh seorang pemimpin.24

4) Tipe Laissez Fair e

Pola kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari pola kepemimpinan otokrasi. Perilaku yang dominan dalam kepemimpinan ini adalah perilaku kompromi. Pemimpin dalam pola kepemimpinan ini berkedudukan sebagai simbol atau

22 Sondang P. Siagian. Tipe-tipe kepemimpinan, (Jakarta: Gramedia pustaka utama, 2009),

h. 63

23

Ibid., h. 64

24

(49)

perlambang organisasi. Kepemimpinan dijalankan dengan memberikan kebebasan kepada semua anggota organisasi dalam menetapkan keputusan dan pelaksanaannya

menurut kehendak masing-masing. Kepemimpinan ini juga disebut kepemimpinan

bebas kendali.25

5) Tipe Demokratis

Kepemimpinan demokratis adalah sebuah model kepemimpinan yang mana pemimpinnya berusaha menyinkronkan antara kepentingan dan tujuan organisasi

dengan kepentinagn dan tujuan orang yang dipimpinannya. Pemimpinmodel ini biasanya lebih mengutamakan kerjasama. Ia lebih terbuka, mau dikritik dan

menerima pendapat dari orang lain. dalam mengambil keputus

Gambar

Tabel 1  Data Guru dan Karyawan MIN 2 Tanggamus  ................................
Gambar 1  Kerangka Pikir Penelitian
gambaran yang sebenarnya yang ditemukan peneliti di lapangan yaitu tentang
Tabel  1
+4

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : Analisis Kesulitan Pemecahan Masalah Matematika Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar Berdasarkan Langkah-Langkah Polya Ditinjau dari Kemampuan

jumlah lima belas buah, sedangkan kita ada empat puluh satu orang dengan Pangeran," prajurit pengawal itu memberi penjelasan pada Randasitagi. Tak usah kalian

Kesimpulan : Tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara social engagement dengan fungsi kognitif pada lansia di Posyandu Lanjut Usia Mekar Sari RW V

Dengan mengetahui pemberdayaan ekonomi yang ada di pondok pesantren Al-Fatah dan kontribusinya terhadap kesejahteraan pondok, maka diharapkan dapat menjadi informasi

Segala puji Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, peneliti mengucap syukur atas segala nikmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

masing-masing basis data yang diintegrasikan.. Objek ini dibuat dalam bentuk aplikasi dengan ekstensi. dll. Sehingga bisa digunakan kembali berbagai macam apikasi, baik

yang secara langsung di dilakukan di sekolah maupun kelompok kerja melalui tagihan berupa Lembar Kerja yang telah disusun sesuai dengan kegiatan pada ON.

Andiri Mata Oleo itu seorang gadis yang sejak bayi diangkat anak oleh raksasa perempuan. Gadis itu tidak menyadari bahwa dia selalu hadir dalam mimpi-mimpi seorang pemuda