• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan prototipe perangkat pembelajaran geometri materi bangun datar sederhana berdasarkan teori van Hiele untuk siswa kelas II sekolah dasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan prototipe perangkat pembelajaran geometri materi bangun datar sederhana berdasarkan teori van Hiele untuk siswa kelas II sekolah dasar."

Copied!
190
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN PROTOTIPE PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI MATERI BANGUN DATAR SEDERHANA BERDASARKAN

TEORI VAN HIELE UNTUK SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR

Sisilia Bety Ratnasari Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang berawal dari adanya potensi dan masalah terkait kurangnya pemahaman siswa kelas II di SD Negeri Sendangadi 2 terhadap macam dan unsur bangun datar sederhana. Potensi yang ada adalah konsep bangun datar sederhana dapat membantu mengembangkan kecerdasan matematis-logis dan ruang-visual siswa. Masalah yang ada pada siswa adalah 48% belum paham macam-macam segitiga, 30% belum paham macam-macam segiempat, 43% belum paham sisi lingkaran, dan 39% belum paham sudut lingkaran karena model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi. Maka peneliti mengembangkan prototipe dengan tujuan untuk menjelaskan proses pengembangan dan mendeskripsikan kualitas produk yang dikembangkan.

Penelitian dan pengembangan (R & D) ini menggunakan 6 langkah menurut Sugiyono meliputi: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, dan (6) uji coba produk. Produk yang dihasilkan berupa prototipe perangkat pembelajaran geometri materi bangun datar sederhana untuk kelas II SD berdasarkan lima fase van Hiele yaitu: (1) fase informasi, (2) fase orientasi langsung, (3) fase penjelasan, (4) fase orientasi langsung, dan (5) fase integrasi. Prototipe telah divalidasi dengan skor rata-rata 3,75 dengan kategori sangat baik, sehingga layak diujicobakan.

Uji coba terbatas dilakukan di SD Negeri Sendangadi 2 pada tanggal 16 Desember 2015. Peneliti hanya mengujicobakan pembelajaran tentang macam-macam segi empat berdasarkan lima fase van Hiele. Dari fase integrasi, peneliti mendapatkan data bahwa siswa memahami macam-macam segi empat (persegi dan persegi panjang). Data tersebut ditunjukkan dari fase integrasi yaitu 28% siswa mendapat nilai 60, 50% siswa mendapat nilai 70, 14% siswa mendapat nilai 80 dan 7% siswa mendapat nilai 93.

Kata kunci: pengembangan, perangkat pembelajaran, bangun datar sederhana, van

(2)

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF LEARNING GEOMETRY INSTRUMENT PROTOTYPE ABOUT BASIC GEOMETRIC SHAPES BASED VAN HIELE

THEORY FOR 2ND GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOL

Sisilia Bety Ratnasari Sanata Dharma University

2016

This research started from the potential and problems related to a lack of understanding second grade students of SD Negeri Sendangadi 2 about various and basic geometric shapes elements. The potential is basic geometric shapes concept can help students to develop logical-mathematical intelligence and visual-space. The problems are 48% of students do not understand the various triangular, 30% of student do not understand the various quadrilateral, 43% of students do not understand the circle, and 39% of students do not understand the angle circle because of learning model which used by teacher is less variation. Researcher then develop the prototype with the aim to explain the development process and describe the quality of the products developed.

This research and development (R & D) used 6 steps by Sugiyono, which named: (1) the potential and problems, (2) data collection, (3) the design of the product, (4) design validation, (5) the revision of the design, and (6) testing the product. The product is instrument prototype of geometry learning based on the five phases of van Hiele which named: (1) information phase, (2) direct orientation phase, (3) explication phase, (4) free orientation phase, and (5) integration phase. The prototype has been validated with the average score of 3.75, the result mean excellent category then deserves tested.

Limited trial implementable at SD Negeri Sendangadi 2 on 16 December 2016. Researcher just implement a learning instrument the various of quadrilateral based on five phases of van Hiele. From the last phase mean the integration phase, researcher get data that students understand the various of quadrilateral (square and rectangular). The data is showed on the integration phase, 28% of students get scored 60, 50% of students get scored 70, 14% of students get scored 80 and 7% of students get scored 93.

(3)
(4)

PENGEMBANGAN PROTOTIPE PERANGKAT

PEMBELAJARAN GEOMETRI MATERI BANGUN DATAR

SEDERHANA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

UNTUK SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Sisilia Bety Ratnasari NIM: 121134101

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)

i

PENGEMBANGAN PROTOTIPE PERANGKAT

PEMBELAJARAN GEOMETRI MATERI BANGUN DATAR

SEDERHANA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

UNTUK SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Sisilia Bety Ratnasari NIM: 121134101

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(6)
(7)
(8)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus

Kedua orangtuaku tercinta yang selalu mendoakan dan mendukungku.

Kakakku tersayang yang selalu memberiku semangat.

Para sahabat yang bersedia berjuang bersama dan saling memberikan semangat.

(9)

v

MOTTO

Urusan kita dalam kehidupan bukanlah mendahului orang lain, tetapi maju

mendahului diri sendiri.

(Stuart B. Johnson)

Janganlah menjadi diri anda sendiri. Jadilah lebih besar daripada diri anda yang

kemarin.

(10)
(11)
(12)

viii

ABSTRAK

PENGEMBANGAN PROTOTIPE PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI MATERI BANGUN DATAR SEDERHANA BERDASARKAN

TEORI VAN HIELE UNTUK SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR

Sisilia Bety Ratnasari Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang berawal dari adanya potensi dan masalah terkait kurangnya pemahaman siswa kelas II di SD Negeri Sendangadi 2 terhadap macam dan unsur bangun datar sederhana. Potensi yang ada adalah konsep bangun datar sederhana dapat membantu mengembangkan kecerdasan matematis-logis dan ruang-visual siswa. Masalah yang ada pada siswa adalah 48% belum paham macam-macam segitiga, 30% belum paham macam-macam segiempat, 43% belum paham sisi lingkaran, dan 39% belum paham sudut lingkaran karena model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi. Maka peneliti mengembangkan prototipe dengan tujuan untuk menjelaskan proses pengembangan dan mendeskripsikan kualitas produk yang dikembangkan.

Penelitian dan pengembangan (R & D) ini menggunakan 6 langkah menurut Sugiyono meliputi: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, dan (6) uji coba produk. Produk yang dihasilkan berupa prototipe perangkat pembelajaran geometri materi bangun datar sederhana untuk kelas II SD berdasarkan lima fase van Hiele yaitu: (1) fase informasi, (2) fase orientasi langsung, (3) fase penjelasan, (4) fase orientasi langsung, dan (5) fase integrasi. Prototipe telah divalidasi dengan skor rata-rata 3,75dengan kategori sangat baik, sehingga layak diujicobakan.

Uji coba terbatas dilakukan di SD Negeri Sendangadi 2 pada tanggal 16 Desember 2015. Peneliti hanya mengujicobakan pembelajaran tentang macam-macam segi empat berdasarkan lima fase van Hiele. Dari fase integrasi, peneliti mendapatkan data bahwa siswa memahami macam-macam segi empat (persegi dan persegi panjang). Data tersebut ditunjukkan dari fase integrasi yaitu 28% siswa mendapat nilai 60, 50% siswa mendapat nilai 70, 14% siswa mendapat nilai 80 dan 7% siswa mendapat nilai 93.

Kata kunci: pengembangan, perangkat pembelajaran, bangun datar sederhana, van

(13)

ix

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF LEARNING GEOMETRY INSTRUMENT PROTOTYPE ABOUT BASIC GEOMETRIC SHAPES BASED VAN HIELE THEORY FOR 2ND GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY

SCHOOL

Sisilia Bety Ratnasari Sanata Dharma University

2016

This research started from the potential and problems related to a lack of understanding second grade students of SD Negeri Sendangadi 2 about various and basic geometric shapes elements. The potential is basic geometric shapes concept can help students to develop logical-mathematical intelligence and visual-space. The problems are 48% of students do not understand the various triangular, 30% of student do not understand the various quadrilateral, 43% of students do not understand the circle, and 39% of students do not understand the angle circle because of learning model which used by teacher is less variation. Researcher then develop the prototype with the aim to explain the development process and describe the quality of the products developed.

This research and development (R & D) used 6 steps by Sugiyono, which named: (1) the potential and problems, (2) data collection, (3) the design of the 3.75, the result mean excellent category then deserves tested.

Limited trial implementable at SD Negeri Sendangadi 2 on 16 December 2016. Researcher just implement a learning instrument the various of quadrilateral based on five phases of van Hiele. From the last phase mean the integration phase, researcher get data that students understand the various of quadrilateral (square and rectangular). The data is showed on the integration phase, 28% of students get scored 60, 50% of students get scored 70, 14% of students get scored 80 and 7% of students get scored 93.

(14)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

atas berkat rahmat dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul “Pengembangan Prototipe Perangkat Pembelajaran Geometri Materi Bangun Datar Sederhana Berdasarkan Teori van Hiele untuk Siswa Kelas II

Sekolah Dasar”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Peneliti menyadari bahwa

penyusunan skripsi ini mendapat banyak dukungan dan bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J.,S.S.,BST.,M.A selaku Ketua Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum selaku dosen pembimbing 1 yang telah

membimbing peneliti dengan penuh kesabaran serta memberikan kritik,

saran, semangat, dan dorongan yang positif dalam menyelesaikan skripsi.

4. Christiyanti Aprinastuti, S.Si.,M.Pd selaku dosen pembimbing 2 yang

telah memberi pengarahan dan nasehat dalam membimbing peneliti

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Para validator yang telah berkenan membantu dalam proses validasi

instrumen dan produk.

6. Sumayarti, S.Pd.,S.D selaku Kepala Sekolah SD Negeri Sendangadi 2

yang memberikan ijin dalam melakukan penelitian di SD Negeri

(15)
(16)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

2.1.1 Pembelajaran Matematika ... 13

2.1.2 Teori van Hiele ... 19

2.1.3 Pembelajaran Kontekstual ... 24

2.1.4 Teori Inteligensi Ganda Howard Gardner ... 25

2.2 Penelitian yang Relevan ... 27

2.2.1 Penelitian tentang Pembelajaran Berdasarkan Teori van Hiele . 27 2.2.2 Peta Konsep Penelitian yang Relevan ... 30

(17)

xiii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

4.1 Hasil Penelitian ... 53

4.2 Pembahasan ... 78

BAB V PENUTUP ... 84

5.1 Kesimpulan ... 84

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 84

5.3 Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86

(18)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Lembar Observasi ... 40

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Pra-Penelitian untuk Guru ... 41

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Pra-Penelitian untuk Siswa ... 41

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Lembar Validasi Angket Pra-Penelitian Guru untuk Dosen Ahli ... 42

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Lembar Validasi Angket Pra-Penelitian Siswa untuk Dosen Ahli ... 43

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Lembar Validasi Produk untuk Dosen Ahli ... 44

Tabel 3.7 Kisi-Kisi Lembar Validasi Produk untuk Guru ... 45

Tabel 3.8 Instrumen Tes Fase Informasi ... 47

Tabel 3.9 Instrumen Tes Fase Orientasi Langsung ... 47

Tabel 3.10 Instrumen Tes Fase Penjelasan ... 48

Tabel 3.11 Instrumen Tes Fase Orientasi Bebas ... 48

Tabel 3.12 Instrumen Tes Fase Integrasi ... 49

Tabel 3.13 Kriteria Penilaian Produk ... 51

Tabel 4.1 Rekapan Hasil Observasi Pembelajaran ... 54

Tabel 4.2 Rekapan Hasil Angket oleh Guru ... 56

Tabel 4.3 Persentase Ketidaktercapaian Angket Pra-Penelitian Siswa... 57

Tabel 4.4 Persentase Ketidaktercapaian Kisi-Kisi Angket Pra-Penelitian Siswa ... 58

Tabel 4.5 Rekapan Hasil Validasi Produk oleh Dosen Ahli ... 62

Tabel 4.6 Rekapan Hasil Validasi Produk oleh Guru ... 63

Tabel 4.7 Rata-rata Skor Validasi ... 66

(19)

xv

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Peta Konsep Penelitian yang Relevan ... 30 Bagan 3.1 Langkah-langkah Penelitian Pengembangan

(20)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Segitiga Sama Sisi ... 16

Gambar 2.2 Segitiga Sama Kaki ... 16

Gambar 2.3 Segitiga Sembarang (sisi) ... 17

Gambar 2.4 Segitiga Siku-siku ... 17

Gambar 2.5 Segitiga Sembarang (sudut) ... 17

Gambar 2.6 Persegi ... 18

Gambar 2.7 Persegi Panjang ... 18

Gambar 2.8 Lingkaran ... 19

Gambar 4.1 Siswa melakukan tanya jawab mengenai isi lagu ... 68

Gambar 4.2 Siswa menemukan perbedaan bentuk benda dengan mengamati kertas HVS dan ubin lantai ... 68

Gambar 4.3 Siswa melakukan observasi dan mencatat hasilnya ... 69

Gambar 4.4 Siswa mempresentasikan hasil observasinya ... 71

Gambar 4.5 Siswa menyusun puzzle persegi dan persegi panjang ... 72

Gambar 4.6 Siswa menggambar rumah impian dan salah satu hasil gambaran siswa ... 73

Gambar 4.7 Siswa mengerjakan soal evaluasi ... 74

Gambar 4.8 Siswa merangkum materi pembelajaran ... 75

(21)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN 1. HASIL ANALISIS KEBUTUHAN OBSERVASI ... 89

1.1Lembar Observasi ... 89

1.2Hasil Analisis Kebutuhan Observasi I ... 90

1.3Hasil Analisis Kebutuhan Observasi II ... 91

LAMPIRAN 2. HASIL ANGKET PRA-PENELITIAN ... 92

2.1Lembar Angket Pra-Penelitian untuk Guru ... 92

2.2Hasil Angket Pra-Penelitian oleh Guru ... 94

2.3Lembar Angket Pra-Penelitian untuk Siswa ... 98

2.4Hasil Angket Pra-Penelitian oleh Siswa ... 100

2.5Rekapan Skor Hasil Angket Pra-Penelitian Siswa ... 102

LAMPIRAN 3. HASIL VALIDASI ANGKET PRA-PENELITIAN ... 103

3.1Lembar Validasi Angket Pra-Penelitian Guru untuk Dosen ... 103

3.2Hasil Validasi Angket Pra-Penelitian Guru oleh Dosen ... 105

3.3Lembar Validasi Angket Pra-Penelitian Siswa untuk Dosen ... 107

3.4Hasil Validasi Angket Pra-Penelitian Siswa oleh Dosen ... 109

LAMPIRAN 4. HASIL VALIDASI PRODUK ... 111

4.1Lembar Validasi Produk untuk Dosen ... 111

4.2Hasil Validasi Produk oleh Dosen ... 113

4.3Lembar Validasi Produk untuk Guru ... 115

4.4Hasil Validasi Produk oleh Guru ... 118

LAMPIRAN 5. HASIL PEKERJAAN SISWA PADA SETIAP FASE ... 121

5.1Hasil Pekerjaan Siswa pada Fase Informasi ... 121

5.2Hasil Pekerjaan Siswa pada Fase Orientasi Langsung ... 125

5.3Hasil Pekerjaan Siswa pada Fase Penjelasan ... 126

5.4Hasil Pekerjaan Siswa pada Fase Orientasi Bebas ... 127

5.5Hasil Pekerjaan Siswa pada Fase Integrasi ... 131

5.6Rekap Nilai Soal Evaluasi ... 134

5.7Hasil Rubrik Penilaian ... 135

LAMPIRAN 6. PERANGKAT PEMBELAJARAN YANG DIUJI- COBAKAN ... 136

6.1Silabus ... 136

6.2Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 139

6.3Rubrik Penilaian ... 149

6.4Lembar Kerja Siswa ... 154

LAMPIRAN 7. FOTO PRAKTEK UJI COBA PRODUK ... 166

(22)

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab I ini terdiri dari enam bagian. Enam bagian tersebut yaitu: latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

spesifikasi produk, dan definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

sekolah dasar. Beth dan Piaget (dalam Runtukahu, 2014: 28) mengatakan bahwa

yang dimaksud dengan matematika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan

berbagai struktur abstrak dan hubungan antar struktur tersebut sehingga

terorganisasi dengan baik. Tujuan pembelajaran matematika di SD yaitu agar

siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam

kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika juga bertujuan untuk

mengembangkan kecerdasan matematis-logis. Kecerdasan matematis-logis

merupakan kemampuan untuk menangani bilangan dan perhitungan, pola,

pemikiran logis dan ilmiah (Lwin,dkk, 2008: 43). Materi yang dipelajari dalam

matematika salah satunya adalah geometri. Geometri adalah cabang matematika

yang mempelajari hubungan di dalam ruang (Haryono, 2014: 139). Siswa perlu

belajar geometri agar mereka dapat menggunakan matematika secara lebih luas

dalam kehidupannya dan sebagai dasar untuk belajar matematika lanjutan

(Runtukahu, 2013: 149). Tujuan mempelajari geometri diantaranya adalah untuk

mengembangkan kemampuan berfikir logis, mengembangkan intuisi keruangan,

menanamkan pengetahuan untuk materi yang lain, dan dapat membaca serta

(23)

datar merupakan salah satu bagian dari kajian geometri. Batasan materi bangun

datar yang diajarkan pada kelas bawah hanya sebatas pengenalan berbagai bentuk

bangun datar. Materi bangun datar yang diajarkan pada kelas II khususnya

meliputi pengenalan macam-macam bentuk bangun datar sederhana (segitiga,

segiempat, dan lingkaran) dan pengenalan unsur-unsur (sisi dan sudut) segitiga,

segiempat, dan lingkaran. Berdasarkan buku pelajaran matematika kelas II, siswa

kelas II harus memahami tentang macam-macam bentuk bangun datar sederhana

(segitiga, segiempat, dan lingkaran) dan siswa mengetahui unsur-unsur (sisi dan

sudut) segitiga, segiempat, dan lingkaran. Apabila siswa memahami konsep

tentang bangun datar sederhana maka akan dapat mengembangkan kecerdasan

ruang-visual siswa. Kecerdasan ruang-visual merupakan kemampuan untuk

memvisualisasikan gambar di dalam kepala seseorang atau menciptakannya dalam

bentuk dua atau tiga dimensi (Armstrong, 2002: 20).

Pada saat peneliti melaksanakan kegiatan Program Pengamatan

Lingkungan (Probaling), peneliti berkesempatan untuk melakukan pengamatan

pembelajaran matematika di kelas II tentang materi bangun datar sederhana.

Berdasarkan pengamatan selama Probaling, peneliti mengamati kecenderungan

guru mengajar tentang materi bangun datar sederhana dengan metode ceramah,

tanya jawab, dan pemberian tugas. Guru kurang memaksimalkan penggunaan

media dalam menjelaskan materi dan siswa kurang diberi kesempatan untuk

mengeksplorasi media tersebut. Guru juga tidak menerapkan model pembelajaran

tertentu dalam mengajarkan materi, guru hanya menerapkan pembelajaran yang

konvensional dan saat pembelajaran yang tampak seperti menerapkan model

(24)

tampak pada beberapa siswa yang masih bingung dalam membedakan

macam-macam bentuk segitiga dan namanya saat mempelajari materi segitiga. Siswa juga

masih kesulitan membedakan dan memahami sudut dan sisi persegi dan persegi

panjang saat mempelajari materi segi empat. Kesulitan siswa dan cara mengajar

guru tersebut tentunya dapat menimbulkan miskonsepsi pada pemahaman

macam-macam bentuk bangun datar dan unsur-unsur bangun datar.

Peneliti bersama teman-teman penelitian kolaboratif membagi angket

kepada 11 guru kelas yang terdiri dari guru 1 guru kelas I, 2 guru kelas II, 2 guru

kelas III, 2 guru kelas IV, dan 4 guru kelas V. Pembagian angket tersebut

bertujuan untuk menetahui metode, model, dan media yang digunakan saat

mengajarkan materi geometri sekaligus menanyakan tentang kesulitan yang

dihadapi siswa dalam mempelajari materi geometri. Data yang diperoleh dari 11

guru kelas tersebut secara keseluruhan dominan menggunakan metode ceramah,

diskusi, demonstrasi, dan presentasi dalam mengajarkan materi geometri. Model

pembelajaran yang dominan diterapkan yaitu model pembelajaran kontekstual

atau CTL.

Peneliti menggarisbawahi pernyataan guru kelas II yang mengatakan jika

siswa memiliki kesulitan dalam siswa masih kesulitan membedakan

macam-macam bentuk segitiga maupun segiempat, siswa juga belum bisa

membentuk/menggambarkan bangun datar secara simetris, dan masih ada

beberapa siswa yang kesulitan membedakan sisi dan sudut bangun datar. Peneliti

kemudian memberikan angket kepada siswa untuk memperkuat data tersebut.

Angket diberikan kepada siswa kelas III di SD Negeri Sendangadi 2 pada

(25)

datar sederhana di kelas II pada semester genap. Data yang peneliti peroleh adalah

sebagai berikut: dari jumlah keseluruhan 23 siswa, 48% siswa belum paham

tentang macam-macam segitiga, 30% siswa belum paham tentang macam-macam

segiempat, 43% siswa belum paham tentang sisi lingkaran, dan 39% siswa belum

paham tentang sudut lingkaran. Kesulitan belajar tersebut hendaknya harus

segera diatasi agar masalah yang menunjukkan bahwa siswa belum memahami

konsep geometri dengan benar dapat diminimalisir dengan menggunakan model

pembelajaran geometri yang sesuai.

Berdasarkan data-data tersebut, peneliti tertarik untuk mengembangkan

prototipe perangkat pembelajaran geometri materi bangun datar sederhana

berdasarkan teori van Hiele untuk siswa kelas II sekolah dasar. Peneliti

menerapkan teori van Hiele karena van Hiele adalah seorang ahli matematika

yang khusus mencetuskan teori tentang tahapan berpikir geometri siswa dalam

mempelajari geometri. Teori pembelajaran van Hiele terdiri dari lima tingkatan/

level cara pemahaman ide-ide ruang, yakni level 0 (visualisasi), level 1 (analisis),

level 2 (deduksi informal), level 3 (deduksi), dan level 4 (ketepatan). Seseorang

bisa memahami konsep geometri berdasarkan level-level tertentu apabila

pemahaman berdasarkan level-level tertentu tersebut dikemas dalam pembelajaran

dengan menginterasikan lima fase van Hiele meliputi: 1) fase informasi, 2) fase

orientasi langsung, 3) fase penjelasan, 4) fase orientasi bebas, dan 5) fase

integrasi. Oleh karena itu, judul penelitian ini adalah “Pengembangan Prototipe

Perangkat Pembelajaran Geometri Materi Bangun Datar Sederhana Berdasarkan

(26)

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana proses pengembangan prototipe perangkat pembelajaran

geometri bangun datar sederhana berdasarkan teori van Hiele untuk siswa

kelas II Sekolah Dasar?.

1.2.2 Bagaimana kualitas prototipe perangkat pembelajaran geometri model van

Hiele dalam membantu siswa kelas II memahami konsep bangun datar

sederhana?.

1.3 Tujuan Penelitian

1.2.3 Untuk menjelaskan proses pengembangan prototipe perangkat

pembelajaran geometri bangun datar sederhana berdasarkan teori van

Hiele untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.

1.2.4 Untuk mengembangkan dan mendeskripsikan kualitas prototipe perangkat

pembelajaran geometri model van Hiele dalam membantu siswa kelas II

memahami konsep bangun datar sederhana.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:

1.4.1 Bagi Siswa

1.4.1.1Membantu memahami materi tentang bangun datar sederhana dengan

mudah melalui penerapan teori van Hiele dalam pembelajaran.

1.4.1.2Mendapat pengalaman baru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran

(27)

1.4.2 Bagi Guru

1.4.2.1Menambah pengetahuan baru dalam meningkatkan pemahaman siswa

dalam mempelajari konsep bangun datar sederhana menggunakan teori

van Hiele.

1.4.2.2Menambah wawasan baru dalam menerapkan pembelajaran yang inovatif

menggunakan teori van Hiele.

1.4.2.3Mengetahui dan memahami tingkatan berpikir geometri siswa dalam teori

van Hiele.

1.4.3 Bagi Sekolah

1.4.3.1Menambah sumber referensi dan informasi tentang teori van Hiele yang

diterapkan dalam prototipe perangkat pembelajaran.

1.4.4 Bagi Peneliti

1.4.4.1Menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman baru dalam

melakukan penelitian Research and Development (R&D) dengan

menerapkan teori van Hiele.

1.5 Spesifikasi Produk

Produk yang dikembangkan ini mengambil materi bangun datar sederhana

untuk kelas II Sekolah Dasar dengan menggunakan model pembelajaran van

Hiele. Penelitian ini akan mengembangkan prototipe perangkat pembelajaran

yang terdiri dari 3 bagian, yaitu:

1.5.1 Bagian 1: bahan ajar menggunakan model pembelajaran van Hiele

Bahan ajar ini dikembangkan sesuai dengan 5 fase van Hiele, yaitu: 1) fase

informasi, 2) orientasi langsung, 3) penjelasan, 4) orientasi bebas, dan 5) integrasi.

(28)

pembelajaran, yakni pembelajaran 1 dengan materi segitiga, pembelajaran 2

dengan materi segi empat, dan pembelajaran 3 dengan materi lingkaran. Bahan

ajar memuat langkah-langkah pembelajaran dan dilengkapi dengan foto atau

gambar media yang digunakan dalam pembelajaran. Bahan ajar juga memuat

kekhasan tahapan berpikir geometri siswa berdasarkan teori van Hiele yakni pada

level visualisasi.

1.5.2 Bagian 2: Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

1.5.1.1Silabus

Silabus disusun berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) untuk kelas bawah yang menggunakan pendekatan tematik. Silabus ini

disusun menggunakan tabel yang memiliki komponen: standar kompetensi,

kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,

penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus yang dibuat memuat rincian

kegiatan inti pembelajaran selama tiga pembelajaran. Kegiatan inti pada setiap

pembelajaran dalam silabus ini menunjukkan fase-fase dalam model pembelajaran

van Hiele pada mata pelajaran matematika yang dikaitkan dengan mata pelajaran

SBK dan IPA. Format silabus KTSP dapat dilihat pada lampiran 6.1.

1.5.2.1.1Standar Kompetensi

Standar kompetensi adalah kualifikasi kemampuan peserta didik yang

menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang

diharapkan dicapai pada mata pelajaran tertentu. Standar kompetensi

(29)

1.5.2.1.2Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan minimal yang harus

dimiliki peserta didik dalam rangka menguasai SK mata pelajaran tertentu.

Kompetensi Dasar dipilih dari yang tercantum dalam Standar Isi.

1.5.2.1.3Materi pembelajaran

Materi pembelajaran adalah materi pokok yang digunakan untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

1.5.2.1.4Kegiatan Pembelajaran

Langkah kegiatan pada silabus menggunakan pendekatan tematik pada 2

mata pelajaran lain yaitu SBK dan IPA yang dikaitkan dengan pokok

bahasan bangun datar sederhana pada mata pelajaran Matematika dan

memadukan fase-fase pembelajaran berdasarkan teori van Hiele. Kegiatan

pembelajaran pada silabus ini menguraikan langkah-langkah inti dalam

pembelajaran pada setiap pembelajaran.

1.5.2.1.5Penilaian

Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan

instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data. Penilaian dalam

kegiatan pembelajaran ini menyesuaikan dengan indikator yang akan

dicapai dalam pembelajaran.

1.5.2.1.6Alokasi Waktu

Alokasi waktu ini diberikan untuk setiap kompetensi yang akan dicapai.

Satu jam pelajaran (1 JP) berdurasi 35 menit. Setiap muatan pelajaran

(30)

1.5.2.1.7Sumber belajar

Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media,

narasumber, alat, dan bahan. Sumber belajar ini berupa media cetak atau

elektronik dan lingkungan alam serta sosial.

1.5.2.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Prototipe perangkat pembelajaran yang dikembangkan memuat 3 RPP

tentang materi bangun datar sederhana untuk kelas II. RPP disusun dengan

menerapkan 5 fase model pembelajaran van Hiele yang terdiri dari: 1) fase

informasi, 2) orientasi langsung, 3) penjelasan, 4) orientasi bebas, dan 5) integrasi

dalam langkah-langkah kegiatan pembelajaran. RPP terdiri dari 3 pembelajaran.

RPP pembelajaran 1 dengan materi macam-macam segitiga yang dikaitkan dengan

mata pelajaran SBK. RPP pembelajaran 2 dengan materi segi empat (persegi dan

persegi panjang) yang dikaitkan dengan mata pelajaran SBK. RPP pembelajaran 3

dengan materi unsur lingkaran yang dikaitkan dengan mata pelajaran IPA. RPP

yang dikembangakan memiliki komponen identitas, standar kompetensi,

kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi, model/ pendekatan/

metode pembelajaran, media/ alat/ sumber belajar, langkah-langkah kegiatan

pembelajaran, dan penilaian. Format RPP dapat dilihat pada lampiran 6.2.

1.5.2.2.1Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang operasional

yang ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Tujuan

pembelajaran dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional dari

(31)

1.5.2.2.2Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran dikembangkan dengan

mengacu pada materi pokok yang ada dalam silabus. Materi yang dibahas

dalam kegiatan pembelajaran adalah pelajaran matematika materi

macam-macam bangun datar segitiga, segiempat, dan unsur lingkaran serta

dikaitkan dengan pelajaran SBK materi seni rupa, dan pelajaran IPA

materi kegunaan panas dan cahaya matahari.

1.5.1.2.3Model, pendekatan, dan metode pembelajaran

Model, pendekatan, dan metode pembelajaran pembelajaran merupakan

cara atau strategi yang digunakan dalam menyampaikan materi

pembelajaran. Pembelajaran ini menggunakan model pembelajaran van

Hiele. Metode pembelajaran yang digunakan adalah dengan tanya jawab,

ceramah, observasi, diskusi kelompok, kerja kelompok, presentasi, dan

pemberian tugas.

1.5.1.2.4Media, alat, bahan dan sumber belajar

Media, alat, bahan dan sumber belajar merupakan komponen pendukung

pembelajaran yang memudahkan siswa dalam mempelajari materi dan

menanamkan konsep. Pembelajaran menggunakan media, alat, bahan dan

sumber belajar yang ada di sekitar siswa, lingkungan kelas maupun

sekolah. Media dalam pembelajaran bersifat kontekstual, sehingga

menggunakan benda-benda konkret di sekitar siswa. Media yang

(32)

siku-siku, dan sembarang), segi empat (persegi dan persegi panjang), dan

lingkaran sehingga membantu siswa memahami konsep geometri.

1.5.1.2.5Langkah-langkah kegiatan pembelajaran

Kegiatan ini merupakan serangkaian langkah-langkah pembelajaran yang

menerapkan fase-fase model pembelajaran van Hiele yang terdiri dari: 1)

fase informasi, 2) orientasi langsung, 3) penjelasan, 4) orientasi bebas, dan

5) integrasi pada mata pelajaran matematika materi macam-macam bangun

datar segitiga, segiempat, dan unsur lingkaran serta dikaitkan dengan

pelajaran SBK materi seni rupa, dan pelajaran IPA materi kegunaan panas

dan cahaya matahari. Kegiatan pada RPP meliputi kegiatan awal, akhir,

dan penutup. RPP juga dilengkapi dengan rubrik penilaian untuk

mengetahui tingkat pemahaman siswa.

1.5.1.2.6Penilaian

Rubrik penilaian memuat penilaian yang diperoleh dari penjabaran

kompetensi dasar pada RPP yang berupa penilaian yang mengacu pada

penilaian kognitif, keterampilan, dan sikap yang diperoleh selama proses

pembelajaran yang berupa rubrik penilaian. Penilaian juga diperoleh dari

pemberian soal evaluasi pada setiap akhir pembelajaran dalam setiap

pertemuan untuk memperoleh komponen penilaian pemahaman siswa.

Penilaian soal evaluasi berupa penghitungan skor dari hasil jawaban siswa

dengan menggunakan rumus yang telah dicantumkan pada lembar rubrik

(33)

1.5.2 Bagian 3: Lembar Kerja Siswa

Komponen pada LKS memuat identitas sekolah pada bagian atas, tujuan

pmbelajaran yang terletak pada awal sebelum kegiatan pembelajaran. LKS

ini memuat aktifitas siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran

baik secara mandiri maupun kelompok. Setiap kegiatan siswa di LKS

disesuaikan dengan kegiatan yang mengacu pada 5 fase van Hiele. LKS

juga dilengkapi dengan gambar yang menarik supaya siswa terdorong

untuk melakukan kegiatan pada LKS.

1.6 Definisi Operasional

1.6.1 Prototipe adalahbentuk asli atau bentuk dasar suatu produk.

1.6.2 Matematika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan dasar-dasar

penghitungan, pengukuran, dan penggambaran bentuk objek.

1.6.3 Pembelajaran geometri adalah bagian dari matematika yang mempelajari

tentang bangun-bangun yang ada hubungannya antara titik, garis dan

bidang.

1.6.4 Fase van Hiele adalah lima tahapan pembelajaran dalam model

pembelajaran van Hiele yang terdiri dari: 1) informasi (information), 2)

orientasi langsung (directed orientation), 3) penjelasan (explication), 4)

orientasi bebas (free orientation), dan 5) integrasi (integration).

1.6.5 Bangun datar adalah bagian dari bidang datar yang dibatasi oleh

garis-garis lurus dan lengkung.

1.6.6 Siswa kelas II adalah peserta didik yang berada pada umur sekitar 8-9

(34)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II ini terdiri dari 4 bagian yaitu kajian pustaka, penelitian yang

relevan, kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian.

2.1 Kajian Teori

Kajian teori akan membahas empat bagian. Bagian pertama pembelajaran

matematika. Bagian kedua teori pembelajaran van Hiele. Bagian ketiga

pembelajaran kontekstual. Bagian keempat teori intelegensi ganda Howard

Gardner.

2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1Pengertian Matematika

Matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein atau mathema yang

berarti “belajar atau hal yang dipelajari,” sedangkan dalam bahasa Belanda,

matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang semuanya berkaitan dengan

penalaran (Susanto, 2013: 186). Beth dan Piaget (dalam Runtukahu, 2014: 28)

menjelaskan bahwa matematika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan

berbagai struktur abstrak dan hubungan antar struktur tersebut sehingga

terorganisasi dengan baik. Pengertian matematika lain juga diungkapkan oleh

Kline (dalam Runtukahu, 2014: 28) bahwa matematika adalah pengetahuan yang

tidak berdiri sendiri tetapi dapat membantu manusia untuk memahami dan

memecahkan permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. Berdasarkan uraian di atas

maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah pengetahuan tentang berbagai

struktur abstrak dan hubungan antar struktur tersebut sehingga dapat membantu

(35)

2.1.1.2Tujuan Matematika

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

Sekolah Dasar. Pembelajaran matematika sangat diperlukan bagi siswa sejak di

jenjang Sekolah Dasar. Permendiknas (dalam Wijaya, 2012: 7) menyebutkan

bahwa tujuan pembelajaran matematika yaitu supaya siswa memiliki kemampuan

sebagai berikut: 1) memahami konsep matematika yakni menjelaskan keterkaitan

antar konsep dan mengaplikasikan konsep dalam pemecahan masalah; 2)

menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika

dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan

pernyataan matematika; 3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan

memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan

menafsirkan solusi yang diperoleh; 4) mengkomunikasikan gagasan dengan

simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah;

5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran matematika sangat penting dan diperlukan bagi siswa. Materi yang

dipelajari dalam matematika salah satunya adalah geometri. Geomeri merupakan

bagian dari pembelajaran matematika. Materi geometri terdiri dari materi tentang

bangun datar dan bangun ruang.

2.1.1.3Geometri

Geometri adalah cabang matematika yang mempelajari hubungan di dalam

ruang (Haryono, 2014:139). Tujuan pengajaran geometri menurut Zeeman (dalam

Mateya, 2008: 10) adalah: 1) untuk mengembangkan kesadaran spasial, intuisi

(36)

keluasan pengalaman geometris bangun 2 dan 3 dimensi; 3) untuk

mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan untuk menggunakan

sifat dan teorema geometri; 4) untuk mengembangkan keterampilan menerapkan

geometri melalui pemodelan dan pemecahan masalah dalam konteks dunia nyata;

5) untuk mendorong pengembangan dan penggunaan dugaan, penalaran deduktif

dan bukti; 6) untuk mengembangkan ICT yang berguna (teknologi komunikasi

informasi) khusus dalam konteks geometris; 7) untuk menimbulkan sikap positif

terhadap matematika; 8) untuk mengembangkan kesadaran tentang warisan

sejarah dan budaya geometri di masyarakat, dan aplikasi kontemporer geometri.

Siswa perlu belajar geometri agar mereka dapat menggunakan matematika secara

lebih luas dalam kehidupannya dan sebagai dasar untuk belajar matematika

lanjutan (Runtukahu, 2014: 149).

Pengajaran geometri di Sekolah Dasar dimulai dari bangun-bangun datar

(bangun dua dimensi) kemudian bangun-bangun ruang (bangun tiga dimensi)

(Runtukahu, 2014: 150). Bangun datar yang dipelajari siswa SD antara lain adalah

segitiga, segiempat, dan lingkaran. Materi bangun datar yang diajarkan kelas II

SD meliputi pengenalan macam-macam bentuk bangun datar sederhana (segitiga,

persegi, persegi panjang, dan lingkaran) dan pengenalan unsur-unsur (sisi dan

sudut) segitiga, persegi, persegi panjang, dan lingkaran.

2.1.1.4Bangun Datar Sederhana

Bangun datar atau bangun dua dimensi adalah kurva tertutup sederhana

yang terletak pada bidang (Runtukahu, 2014: 153). Jenis bangun datar diantaranya

ialah persegi, persegi panjang, segitiga, jajar genjang, trapesium, layang-layang,

(37)

ialah bangun datar sederhana yang terdiri dari segitiga, persegi, persegi panjang,

dan lingkaran.

2.1.1.4.1Segitiga

Segitiga adalah bangun geometri yang dibuat dari tiga sisi yang berupa

garis lurus dan tiga sudut (Djuwita, 2015: 8). Besar jumlah sudut pada segitiga

adalah 1800. Segitiga memiliki beberapa bentuk. Berdasarkan sisinya, segitiga

dibedakan menjadi 3 yaitu:

1) Segitiga sama sisi, adalah segitiga yang ketiga sisinya sama panjang dan

ketiga sudutnya sama besar (Djuwita, 2015: 10). Sifat-sifat segitiga sama

sisi yaitu: 1) mempunyai tiga sisi yang sama panjang, 2) mempunyai tiga

sudut sama besar yaitu 600, 3) mempunyai tiga simetri putar, 4)

mempunyai tiga simetri lipat.

Gambar 2.1 Segitiga sama sisi

2) Segitiga sama kaki, adalah segitiga yang dua dari tiga sisinya sama

panjang dan memiliki dua sudut yang sama besar (Djuwita, 2015: 12).

Sifat-sifat segitiga sama kaki yaitu: 1) mempunyai sepasang sisi yang

sama panjang, 2) mempunyai sudut lancip yang sama besar dan saling

berhadapan, 3) mempunyai satu simetri lipat dan simetri putar.

(38)

3) Segitiga sembarang (sisi), adalah segitiga yang sisinya tidak sama

panjang (Djuwita, 2015: 16). Sifat-sifat segitiga sembarang yaitu sisinya

tidak sama panjang.

Gambar 2.3 Segitiga sembarang (sisi)

Berdasarkan sudutnya, segitiga dibedakan menjadi 2 macam yaitu:

1) Segitiga siku-siku, adalah segitiga yang salah satu besar sudutnya sama

dengan 900 dan sisi di depan sudut 900 disebut sisi miring atau hipotenusa

(Djuwita, 2015: 14). Sifat-sifat segitiga siku-siku yaitu: 1) salah satu

sudutnya adalah sudut siku-siku sebesar 900, 2) mempunyai satu sisi

miring, 3) tidak mempunyai simetri lipat dan simetri putar, 4) mempunyai

dua sisi yang saling tegak lurus.

Gambar 2.4 Segitiga siku-siku

2) Segitiga sembarang (sudut), adalah segitiga yang sudutnya tidak sama

besar (Djuwita, 2015: 16). Sifat-sifat segitiga sembarang yaitu ketiga

sudutnya tidak sama besar.

Gambar 2.5 Segitiga sembarang (sudut)

2.1.1.4.2Persegi

Persegi adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh empat buah

(39)

2015: 4). Sifat-sifat persegi yaitu: 1) mempunyai empat titik sudut, 2) mempunyai

empat sudut siku-siku 900, 3) mempunyai dua diagonal yang sama panjang, 4)

mempunyai empat simetri lipat, 5) mempunyai empat simetri putar. Contoh benda

yang berbentuk persegi adalah ubin, saputangan, dll.

Gambar 2.6 Persegi

2.1.1.4.3Persegi Panjang

Persegi panjang adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh dua

pasang rusuk yang masing-masing sama panjang dan sejajar dengan pasangannya,

dan memiliki empat buah sudut siku-siku (Djuwita, 2015: 6). Sifat-sifat persegi

panjang yaitu: 1) sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar, 2) sisi-sisi

persegi panjang saling tegak lurus, 3) mempunyai empat sudut siku-siku 900, 4)

mempunyai dua diagonal yang berpotongan di satu titik, 5) mempunyai dua

simetri lipat, 6) mempunyai dua simetri putar. Contoh benda yang berbentuk

persegi panjang adalah papan tulis, uang kertas, pintu rumah, dll.

Gambar 2.7 Persegi Panjang

2.1.1.4.4Lingkaran

Lingkaran adalah kurva tertutup sederhana beraturan, membagi bidang

menjadi bagian luar dan bagian dalam (Djuwita, 2015: 28). Sifat-sifat lingkaran

(40)

3) memiliki simetri lipat dan simetri putar yang jumlahnya tak terhingga. Contoh

benda berbentuk lingkaran adalah uang koin, roda, dll.

Gambar 2.8 Lingkaran

Materi geometri tentang bangun datar sederhana yang merupakan salah

satu materi yang penting untuk dipelajari dalam matematika hendaknya dipelajari

dengan cara yang tepat. Pembelajaran geometri dalam pengajarannya dapat

menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan konsep pembelajaran

geometri. Salah satu model pembelajaran yang secara khusus dapat diterapkan

dalam pembelajaran geometri yaitu model pembelajaran berdasarkan teori van

Hiele. van Hiele merupakan tokoh matematika yang ahli dalam teori tentang

konsep pembelajaran geometri.

2.1.2 Teori Pembelajaran van Hiele 2.1.2.3Sejarah van Hiele

Teori van Hiele dicetuskan oleh dua tokoh pendidikan matematika dari

Belanda, yaitu Pierre van Hiele dan isterinya yaitu Dina van Hiele yang

mengungkapkan tentang proses perkembangan kognitif yang dilalui siswa dalam

mempelajari geometri (Mason, 2002: 4). van Hiele telah mengadakan penelitian di

lapangan, melalui observasi dan tanya jawab, kemudian hasil penelitiannya ditulis

dalam disertasi pada tahun 1954. Penelitian yang dilakukan oleh van Hiele

melahirkan beberapa kesimpulan mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif anak

dalam memahami geometri. Penelitian tersebut mereka selesaikan bersama di

(41)

menyelesaikan disertasinya, Pierre van Hiele kemudian mengklarifikasi,

mengubah, dan memajukan teorinya sehingga muncullah teori pembelajaran van

Hiele (Crowley, 1987: 1).

Teori van Hiele telah diakui secara internasional dan memberikan

pengaruh yang kuat dalam pembelajaran geometri di sekolah. Uni Soviet dan

Amerika Serikat adalah contoh negara yang telah mengubah kurikulum geometri

berdasar pada teori van Hiele. Uni Soviet melakukan perubahan kurikulum

menjadi sesuai dengan teori van Hiele pada tahun 1960-an, sedangkan di Amerika

Serikat pengaruh teori van Hiele mulai terasa sekitar permulaan tahun 1970-an.

Sejak tahun 1980-an, terjadi peningkatan minat penelitian yang memusatkan pada

teori van Hiele (Crowley, 1987: 1). Penelitian-penelitian yang telah dilakukan

tersebut membuktikan bahwa penerapan teori van Hiele memberikan dampak

yang positif dalam pembelajaran geometri.

2.1.2.4Tahapan Berpikir Geometri menurut van Hiele

Model pembelajaran van Hiele memiliki hierarki lima tingkat dari cara

dalam pemahaman ide-ide ruang. Tiap tingkatan menggambarkan proses

pemikiran yang diterapkan dalam konteks geometri. Tingkatan-tingkatan tersebut

menjelaskan tentang cara kita berpikir dan jenis ide-ide geometri yang kita

pikirkan. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing tahapan berpikir geometri

menurut van Hiele (Walle, 2007: 151-154) :

a) Level 0: Visualisasi

Siswa-siswa pada tingkatan awal ini mengenal dan menamakan

bentuk-bentuk berdasarkan pada karakteristik luas dan tampilan dari bentuk-bentuk-bentuk-bentuk

(42)

dirasakan, dibentuk, dipisahkan, atau digunakan dengan beberapa cara oleh siswa.

Tujuan umum tingkatan ini yaitu menelusuri bagaimana bentuk-bentuk serupa

atau berbeda, serta menerapkan ide-ide ini untuk membuat berbagai kelompok

dari bentuk-bentuk (baik secara fisik maupun mental).

b) Level 1: Analisis

Objek-objek pemikiran pada level 1 berupa kelompok-kelompok bentuk

bukan bentuk-bentuk individual. Siswa pada tingkat analisis dapat menyatakan

semua bentuk dalam golongan selain bentuk satuannya. Siswa juga mulai

mengerti bahwa kumpulan bentuk tergolong serupa berdasarkan sifat/ ciri-cirinya.

Hasil pemikiran pada tingkat 1 adalah sifat-sifat dari bentuk.

c) Level 2: Deduksi Informal

Objek pemikiran pada tingkat 2 adalah sifat-sifat dari bentuk. Siswa pada

tingkat 2 akan dapat mengikuti dan mengapresiasi pendapat-pendapat informal,

deduktif tentang bentuk dan sifat-sifatnya. Hasil pemikiran pada level 2 adalah

hubungan diantara sifat-sifat objek geometri.

d) Level 3: Deduksi

Objek pemikiran pada tingkat 3 berupa hubungan diantara sifat-sifat objek

geometri. Siswa pada tingkat ini mampu bekerja dengan pernyataan-pernyataan

abstrak tentang sifat-sifat geometri dan membuat kesimpulan lebih berdasarkan

pada logika daripada naluri.

e) Level 4: Ketepatan

Objek pemikiran pada tingkat 4 berupa sistem-sistem deduktif dasar dari

geometri. Tingkat teratas dalam tingkatan van Hiele, objek-objek perhatian adalah

(43)

pemikiran dari tingkat 4 berupa perbandingan dan perbedaan diantara berbagai

sistem-sistem geometri dasar.

Siswa kelas II termasuk ke dalam level 0 yaitu visualisasi. Penekanan pada

level 0 terdapat pada bentuk-bentuk yang dapat diamati, dirasakan, dibentuk,

dipisahkan, atau digunakan dengan beberapa cara oleh siswa. Sehingga kegiatan

pembelajaran mengarahkan siswa untuk mengeksplorasi benda-benda disekitar

siswa yang dapat diamati dan dirasakan sendiri oleh siswa.

2.1.1.2Lima Fase Model Pembelajaran van Hiele

van Hiele menegaskan bahwa kemajuan melalui tingkat lebih tergantung

pada usia atau pematangan metode, instruksi organisasi, konten dan bahan yang

digunakan merupakan area penting yang menjadi perhatian pedagogis. Mengatasi

masalah ini, van Hiele mengungkapkan lima fase urutan pembelajaran yaitu

penyelidikan, orientasi langsung, penjelasan, orientasi bebas, dan integrasi

(Crowley, 1987: 5), berikut adalah penjelasannya:

a) Fase 1: Penyelidikan/ Informasi

Fase awal ini, guru dan siswa terlibat dalam percakapan dan aktivitas

tentang obyek belajar pada tingkat ini. Pengamatan dilakukan, pertanyaan

dimunculkan, dan tingkat spesifik kosakata diperkenalkan. Tujuan dari kegiatan

ini adalah guru belajar memahami pengetahuan yang siswa miliki tentang topik

yang dibahas dan siswa belajar tentang arah penyelidikan lebih lanjut yang akan

diambil.

b) Fase 2: Orientasi Langsung

Siswa mengeksplorasi topik pembelajaran melalui bahan-bahan yang telah

(44)

pengkonstruksian. Kegiatan ini secara bertahap harus mengungkapkan kepada

siswa struktur karakteristik pada fase ini. Oleh karena itu, banyak materi akan

menjadi tugas singkat yang dirancang untuk memperoleh respon tertentu.

c) Fase 3: Penjelasan

Pada fase ini, untuk membangun pengalaman siswa sebelumnya, siswa

saling mengekspresikan dan bertukar pandangan yang muncul tentang topik yang

telah diamati dengan kata-kata mereka sendiri. Guru membantu siswa dalam

menggunakan kosa kata yang benar dan akurat dan guru memperkenalkan

istilah-istilah matematika yang relevan. Selain untuk membantu siswa dalam

menggunakan bahasa yang akurat dan tepat, peran guru menjadi lebih minim. Hal

ini terjadi selama fase ini sehingga sistem hubungan pada tingkat ini mulai

menjadi jelas.

d) Fase 4: Orientasi Bebas

Siswa menerapkan hubungan-hubungan yang sedang mereka pelajari

untuk memecahkan soal dan memeriksa tugas yang lebih terbuka (open-ended).

Siswa dengan mengorientasikan diri di bidang investigasi, banyak hubungan

antara obyek penelitian menjadi eksplisit bagi siswa.

e) Fase 5: Integrasi

Siswa meringkas/ membuat ringkasan dan mengintegrasikan apa yang

telah dipelajari, dengan mengembangkan gambaran dari suatu jaringan baru

objek-objek dan relasi-relasi. Pada akhir fase kelima, siswa telah mencapai tingkat

baru pemikiran. Domain baru pemikiran menggantikan yang lama, dan siswa siap

(45)

Secara kolektif, lima fase tersebut membuat masa, yang merupakan proses

pembelajaran yang mengarahkan siswa dari satu tingkat ke tingkat berikutnya.

Siswa harus dialihkan melalui setiap fase dalam rangka mengembangkan

pemahaman konsep (Martin, 2007: 23).

Model pembelajaran van Hiele yang telah diuraikan di atas tidak terlepas

dari pembelajaran yang kontekstual. Hal tersebut terbukti dari sumber belajar dan

media yang digunakan dalam model pembelajaran van Hiele. Sumber belajar dan

media yang digunakan diperoleh dari pengalaman siswa dan lingkungan sekitar

siswa.

2.1.3 Pembelajaran Kontekstual

Pengertian dari pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and

Learning) menurut Nurhadi (dalam Rusman, 2011: 189) adalah konsep belajar

yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan

situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pengertian lain dari pembelajaran

kontekstual menurut Johnson (dalam Sugiyanto, 2011: 14) adalah sebuah proses

pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi

akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek

akademik dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Tujuan

pembelajaran kontekstual adalah untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan

kemampuan (skill) yang lebih realistis karena inti pembelajaran ini adalah untuk

mendekatkan hal-hal yan teoritis ke praktis (Taniredja, 2014: 50). Berdasarkan

(46)

kontekstual adalah sebuah konsep belajar dalam pendidikan yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan

menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka

pelajari.

Penerapan model pembelajaran van Hiele dalam pembelajaran matematika

materi geometri yang telah diuraikan, secara garis besar bertujuan untuk

mengembangkan kecerdasan atau inteligensi yang dimiliki setiap siswa. Salah

satu teori yang membahas tentang macam-macam kecerdasan yang dimiliki setiap

orang adalah Howard Gardner. Howard Gardner mengungkapkan ada sembilan

kecerdasan atau inteligensi ganda yang dimiliki setiap orang.

2.1.4 Teori Intelegensi Ganda Howard Gardner 2.1.4.1 Pengertian Intelegensi

Kemampuan atau intelegensi merupakan kemahiran atau keterampilan

yang ditunjukkan seseorang dalam memecahkan persoalan dan kesulitan yang

ditemunya dalam kehidupan (Suparno, 2004: 21). Gardner mendefinisikan

inteligensi sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan

produk yan mempunyai nilai budaya (Armstrong, 2002: 19). Menurut Gardner,

inteligensi seseorang bukan hanya dapat diukur dengan tes tertulis, melainkan

lebih cocok dengan cara begaimana orang tersebut memecahkan persoalan dalam

hidup nyata. Inteligensi seseorang dapat dikembangkan melalui pendidikan dan

intelegensi itu banyak jumlahnya.

2.1.4.2 Inteligensi Ganda

Teori intelegensi ganda (multiple intellegences) dikembangkan oleh

(47)

dan profesor pendidikan dari Graduate School of Education, Harvard University,

Amerika Serikat. Gardner mengusulkan dalam bukunya “Frames of Mind : The Theory of Multiple Intelligences”, bahwa kecerdasan memiliki sembilan

komponen dan menamakan kesembilan komponen tersebut sebagai sembilan

kecerdasan ganda (Lwin,dkk, 2008: 2). Sembilan kecerdasan ganda yang

diungkapkan oleh Howard Gardner adalah: 1) inteligensi linguistik (linguistic

intelligence), 2) inteligensi matematis-logis (logical mathematical intelligence),

3) inteligensi ruang-visual (spatial intelligence), 4) inteligensi kinestetik-badani

(bodily-kinesthetic intelligence), 5) inteligensi musikal (musical intelligence),

6) inteligensi interpersonal (interpersonal intelligence), 7) inteligensi

intrapersonal (intrapersonal intelligence), 8) inteligensi lingkungan (naturalist

intelligence), dan 9) inteligensi eksistensial (existential intelligence). Penelitian ini

bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan matematis-logis dan kecerdasan

ruang-visual.

2.1.4.2.1 Kecerdasan matematis-logis (logical mathematical intelligence)

Kecerdasan matematis-logis merupakan kemampuan untuk menangani

bilangan, perhitungan, pola, pemikiran logis dan ilmiah (Lwin,dkk, 2008: 43).

Cara mengembangkan kecerdasan matematis-logis yang dimiliki siswa adalah

siswa dapat dilatih membuat simbol, membuat kesimpulan dari konkret ke

abstrak, membuat garis besar jalan pikiran, membuat grafik, mengurutkan

bilangan, berhitung, membiasakan problem solving. Hal tersebut membantu siswa

untuk mengembangkan penalaran dengan selalu melihat sebab-akibatnya

(Suparno, 2004: 67). Pada penelitian ini siswa diarahkan untuk mengembangkan

(48)

menghitung jumlah sisi dan sudut macam-macam bangun datar sederhana

(segitiga, segi empat, dan lingkaran).

2.1.4.2.2 Kecerdasan ruang-visual (spatial intelligence)

Kecerdasan ruang-visual merupakan kemampuan untuk

memvisualisasikan gambar di dalam kepala seseorang atau menciptakannya dalam

bentuk dua atau tiga dimensi (Armstrong, 2002: 20). Cara mengembangkan

kecerdasan ruang-visual yang dimiliki siswa adalah siswa dapat dilatih

membayangkan sesuatu bentuk/ benda di otaknya, berlatih dengan warna,

menggambar, membuat peta, membangun suatu bangun petak-petak yang

mengembangkan gambaran, mematung, bermain mencari jejak, mengamati

gambar 3 dimensi sesuai dengan situasi kelas (Suparno, 2004: 70). Pada penelitian

ini siswa diarahkan untuk mengembangkan kecerdasan ruang-visual dalam materi

bangun datar sederhana dengan mengenal dan memahami bentuk benda 2 dimensi

yang merupakan bangun datar sederhana (segitiga, segi empat, dan lingkaran).

2.2 Penelitian yang Relevan

2.2.1 Penelitian tentang Pembelajaran Berdasarkan teori van Hiele

Peneliti memaparkan 4 hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

tentang pembelajaran menggunakan model van Hiele yang relevan dengan

penelitian yang dilakukan peneliti. Berikut ini adalah penjelasan dari keempat

penelitian tersebut.

Penelitian yang pertama dilakukan oleh Lonnie pada tahun 2002 dengan

(49)

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol melalui penerapan teori van Hiele.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuasi eksperimen. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa penerapan teori van Hiele memberikan dampak positif yang

nyata pada hasil kinerja kelompok eksperimen dan hasil tersebut ditunjukkan

dalam persentase hasil nilai pre-test dan post-test.

Penelitian yang kedua dilakukan oleh Pareka pada tahun 2014 dengan

judul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran van Hiele terhadap

Kemampuan Memahami pada Kosep Geometri Bangun Datar dalam Pelajaran

Matematika Kelas V SD”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

penggunaan model pembelajaran van Hiele terhadap kemampuan memahami pada

konsep geometri bangun datar. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Hasil

penelitian menujukkan bahwa penggunaan model pembelajaran van Hiele

berpengaruh terhadap kemampuan memahami. Kemampuan memahami

kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan kelompok kontrol.

Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Sasmita, dkk pada tahun 2012

dengan judul “Pengaruh Teori Belajar van Hiele dalam Pembelajaran Geometri

terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V di Desa Sinabun”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang mengikuti

pembelajaran geometri dengan teori van Hiele dan kelompok siswa yang

mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester genap tahun

pelajaran 2012/2013 di desa Sinabun. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuasi

eksperimen. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil belajar kelompok siswa

(50)

pada hasil belajar kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran geometri dengan

menggunakan pembelajaran konvensional.

Penelitian yang keempat dilakukan oleh Kusumawati pada tahun 2015

dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Geometri Materi

Lingkaran Berdasarkan Teori van Hiele untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan perangkat pembelajaran,

untuk menghasilkan perangkat pembelajaran geometri dan untuk mengetahui hasil

implementasi perangkat pembelajaran geometri materi lingkaran berdasarkan teori

van Hiele untuk siswa kelas V Sekolah Dasar. Penelitian ini merupakan jenis

penelitian pengembangan (R & D). Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi

siswa yang diperoleh sebelum menggunakan teori van Hiele lebih rendah

dibanding setelah siswa menggunakan teori van Hiele.

Keempat penelitian yang telah dipaparkan di atas digunakan peneliti untuk

menambah referensi terhadap penelitian yang menggunakan model van Hiele

dalam pembelajaran geometri di sekolah dasar. Semua penelitian relevan yang

dipaparkan tersebut menunjukkan hasil bahwa terdapat peningkatan dan pengaruh

terhadap penelitian yang dilakukan. Semua penelitian yang dipaparkan sudah

relevan dengan penerapan model pembelajaran van Hiele dalam pembelajaran

geometri, namun penelitian-penelitian tersebut belum ada yang membahas tentang

pengaruh atau penerapan model pembelajaran van Hiele terhadap kemampuan

memahami konsep geometri bangun datar di kelas bawah. Oleh karena itu,

peneliti memutuskan untuk membuat penelitian baru untuk melengkapi,

(51)

2.2.1 Peta Konsep Penelitian yang Relevan

Bagan 2.1 Peta Konsep Penelitian yang Relevan Lonnie (2002)

Teori van Hiele meningkatkan hasil kinerja siswa yang tampak pada nilai post-test kelompok eksperimen.

Pareka (2014)

Model pembelajaran van Hiele meningkatkan kemampuan memahami konsep bangun datar siswa kelas V.

Yang akan diteliti

Ratnasari, Sisilia Bety (2016)

“Pengembangan Prototipe Perangkat Pembelajaran Geometri Materi Bangun Datar Sederhana Berdasarkan Teori van Hiele untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar”

Sasmita, dkk (2012) Hasil belajar siswa kelas V yang mengikuti pembelajaran geometri menggunakan teori

van Hiele lebih baik daripada

siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional.

(52)

2.3 Kerangka Berpikir

Penelitian Lonnie (2002) menginspirasi peneliti jika teori van Hiele

meningkatkan hasil kinerja siswa yang tampak pada nilai post-test kelompok

eksperimen. Penelitian Pareka (2014) menginspirasi peneliti jika model

pembelajaran van Hiele meningkatkan kemampuan memahami konsep bangun

datar siswa kelas V. Menurut penelitian Sasmita (2012), hasil belajar siswa pun

bisa lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Selain itu, menurut

penelitian Kusumawati (2015), prestasi siswa dalam mempelajari materi lingkaran

dapat meningkat. Keempat penelitian tersebut menjadi acuan peneliti untuk

mengembangkan prototipe perangkat pembelajaran kelas II tentang bangun datar

sederhana, khususnya mengenai macam dan unsur bangun datar segitiga, segi

empat (persegi dan persegi panjang), dan lingkaran dengan menerapkan model

pembelajaran van Hiele. Ada 3 perangkat pembelajaran yang peneliti

kembangkan. Pembelajaran I tentang materi mengenal macam-macam segitiga,

pembelajaran II tentang materi mengenal macam-macam segi empat, dan

pembelajaran III tentang materi unsur-unsur lingkaran.

Prototipe perangkat pembelajaran tersebut peneliti susun untuk menjawab

permasalahan siswa di SD Negeri Sendangadi 2. Permasalahan yang ada ialah

siswa belum paham tentang macam-macam segitiga, macam-macam segiempat,

dan unsur (sisi dan sudut) lingkaran. Prototipe perangkat pembelajaran tersebut

peneliti kembangkan juga untuk menjawab kebutuhan guru yang memerlukan satu

contoh model pembelajaran yang dapat membantu siswa memahami materi

(53)

Prototipe perangkat pembelajaran peneliti kembangkan dengan

memperhatikan tingkat berpikir siswa kelas II yang termasuk ke dalam level 0

yaitu visualisasi. Tujuannya adalah mengarahkan siswa untuk mengeksplorasi

benda-benda berbentuk bangun datar sederhana di sekitar siswa dengan

mengamati dan merasakan sendiri bentuk benda tersebut. hal tersebut menjadi

acuan bagi peneliti dalam menyusun RPP menggunakan lima fase van Hiele yaitu:

1) fase informasi, 2) fase orientasi langsung, 3) fase penjelasan, 4) fase orientasi

bebas, dan 5) fase integrasi.

2.4 Pertanyaan Penelitian

2.4.1 Bagaimana proses pengembangan prototipe perangkat pembelajaran

geometri bangun datar sederhana berdasarkan teori van Hiele untuk siswa

kelas II Sekolah Dasar?

2.4.2 Bagaimana kualitas prototipe perangkat pembelajaran geometri model van

Hiele dalam membantu siswa kelas II memahami konsep bangun datar

Gambar

Gambar 2.1 Segitiga sama sisi
Gambar 2.5 Segitiga sembarang (sudut)
Gambar 2.6 Persegi
Gambar 2.8 Lingkaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jaringan MPLS yang menggunakan label forwarding menjadikan label sebagai identifier yang digunakan pada paket dalam suatu jaringan MPLS terdiri atas 20 bit, berbeda

[r]

Jika seorang pekerja dipilih secara rawak daripada kumpulan itu, nyatakan kebarangkalian.. bahawa pekerja yang dipilih itu

type tcpConnect dest-ipaddr <ip tujuan> dest-port 21 control disable. timeout 1000

Pengelola Perkebunan harus memastikan bahwa penggunaan lahan ketentuan yang berlaku atau ketentuan lainnya yang perkebunan telah sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang

Subjek Retribusi Pasar Grosir dan/ atau Pertokoan adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/ menikmati pelayanan penyediaan fasilitas pasar grosir berbagai

Justeru, permasalahan ini telah mendorong guru-guru untuk meneroka wadah teknologi yang terkini seperti Ruang Pembelajaran Pelajar (Students’ Learning Space(SLS)) dan

tingkat margin sebagai variabel paling dominan mempengaruhi Alokasi Dana pihak ketiga pada UKM adalah benar adanya, dengan asumsi bahwa dari kedua variabel independen (