• Tidak ada hasil yang ditemukan

Matinya rasa kepedulian sosial (bagian 1).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Matinya rasa kepedulian sosial (bagian 1)."

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

Matinya

Rasa

Kepedulian

Sosial

'Bagian

P€rtf,fit?,:::;

dari

Dua

Tulisan

:,

Oleh

:

Hendra

Kurniawan

TIDAK

seperti Hari Ibu yang di-kenal banyak orang. tanggal 22

De-sember juga diperingati sebagai Hari Sosial. Peringatan Hari Sosial sering

kali

dikaitkan dengan

Hari

Kesetia-kawanan Sosial Nasional (HKSN)

yang diperingati

pada tanggal 20 Desemtier. Kedua

hari

ini

menjadi momentum bangkitnya rasa

kepeduli-an sosial dalam masyarakat.

Hendak-nya rasa kepedulian marnpu mengge-rakkan masyarakat untuk mengatasi berbagai fenomena sosial yang

dijum-pai sehari-hari agar tidak meluas

men-jadi

permasalahan yang lebih

rumir

Dalam

kehidupannya

sehari-hari,

manusia memang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dan ling-kungannya. Sesuai dengan kodrat-nya bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain.

Honn lntnini

socias me-nempatkan manusia sebagai

pribadi-pribadi

yang

perlu

memahami

keteradaannya

di

antara orang lain.

Dunia

ini

harus dipandang sebagai

dunia bersama (ntit-+velt) dan

tiap-tiap

manusia pada hakikatnya ada

bersama deugan manusia lafu

(nit-seln). Maka manusia harus r-nampu

hidup

berdampingan dengan yang lain dalam kehidupan bersama yang

saling menghormati.

Keceriderungan

yang

terjadi

dalam era globalisasi sekarang ini

ialah

mengerucutnya rasa

primor-dialisme suku dan agama. Belum lagi

dalam konteks

politik,

munculnya

otonomi daerah

juga

menimbulkan potensi bangkitnya

politik

identitas, bahaya pecah

belah, dan konflik.

Dalam ranah yan-e lebih sempit dan

pribadi, rasa egoisme yang tinggijuga

menjadi faktor penguat bagi

muncul-nya tatanan asosial dan, sikap tidak peduli.' Tentunya tuntutan

perubah-an harus dimulai dari tiaptiap individu

yang kemudian mengarah pada

terba-ngunnya

kebiasaan

yang positif

dalam masyarakat.

Masyarakat

kita

sekarang

ini

masih

memiliki

banyak kebiasaan

buruk. Salah satu visualisasi

seder-hana mengenai

itu

dapat kita

saksi-kan

dalam sebuah tayangan iklan komersial

di

televisi. Di,eambarkan seorang gadis

cilik

dengan

cerdas-nya menyapa seoran-q bapak yang menyerobot antrean den-ean meng-gunakan bahasa Inggris. Gadis

ini

mengira

si

bapak

itu

tidak

paharn

bahasa

Indonesia

karena

di

situ sudah .tertempel

suatu

himbauan dalam bahasa Indonesia agar meng-antre. Iklan

ini

kalau kita renungkan merupakan sindiran bagi kebiasaan

main

serobot

yang

secara sadar maupun

tidak

sering terjadi dalam

kehidupan sehari-hari.

Kebiasaan serobot

tidak

hanya soal antre, tragedi Bintaro

2

belum lama

ini

kembali mengingatkan kita

akan rendahnya kesadaran sosial masyarakaf. J angankan memperhati

-kan keselamatafi orang lain,

kesela-matao

diri

se4diri

juga

tidak diper-hatikan. Tabrakan antara

KRL

de-n-ean truk tangki minyak diduga terjadi

karena pengemudi

truk

yang

nrc-rnaksakan diri untuk menyeberaug rel

dengan menerobos palan-e

perlintas-an yang h4rnpir menutup. Pengernudi mengabaikan alann peringatan bahwa

kereta

akan lewat. Upaya

penye-lamatan ju-ea

tidak

serta rnerta di-lakukan, bahkan ada seorang saksi

mata

yang begitu

tabrakan terjadi

justru

segera

mengambil

kamera unruk rnengabedikan peristiwa itu.

Dari aspek kesadaran sosial, satu

hal yang patut disyukuri dari tra-eedi

KRL

tersebut

ialah

masih banyak pihak yang memiliki jiwa sosial tin ggi

dengan

berani

tarnpil

sebagai penyelamat dalam situasi krisis- Kita

tersentuh mendengar kisah totalitas

yang dimiliki oleh masinis dan krunya

yang rela

mengorbankan

nyawa

demi

keselamatan

penumpan-e

dengan

meminta

penumPang

di

-eerbong depan segera

pindah

ke -eerbong belakang.

**+

Hendra Kurniawan MPd,

Dosen

Pendidikan Sejarah

Universitas Sanata

Dhsrma

Yogyakarta.

Sabtu

Wage,21

Desember

.2013

I{ALAMAII4

Matinya

Rasa

Kepedulian

Sosial

Oleh

:

Hendra

Kurniawan

tanpa mempedulikan

keberadaan

orang

lain

di

lingkungannya.

Mulai lunturnya rasa kepedulian

sosial

tidak

hanya menggejala di

kalangan masyarakat bawah. Pada rartah

politis

tergerusnya sikap

so-sial dapat dilihat dari tingkah polah

para pemimpin yang juga lebih asyik dengan dirinya sendiri tanpa peduli

nasib rakyatnya. Sudah

bukan

rahasia lagi apabila para pengendali

politik negeri ini tanpa tedeng aling-aling melakukan korupsi berjama.ah.

Korupsi

memang sudah tersistem,

ditambah

lagi

dengan adanya

oto-nomi daerah, maka

praktik

korupsi

pun

ikut

merarnbah

ke

daerah-daerah.

Jika

yang menjadi fokus

para

pemimpin

kita

tidak jauh-jauh dari harta, tahta, dan wanita, maka tak

ayal

lagi

tatanan

politik

negara

ini

hanya

dipenuhi oleh

keegoisan-keegoisan dan kepentingan pribadi belaka. Sikap peduli dan rendah hati

para pemimpin sqkedar menjadi tren

saat menjelang pemilu atau pilkada.

Dengan demikian

pemilu

maupun

pilkada diselenggarakan hanya

se-bagai momentum formalitas

demo-krasi

dan

alat

meraih

kekuasaan belaka.

Pesta demokrasi menjadi jauh

dari

tujuan mulianya

yaitu

sebagai

sarana

untuk

sungguh-sungguh

mengupayakan pembentukan suatu

pemerintahan

yang

menampung

aspirasi

dan

mengedepankan

ke-pentingan

rakyat.

Matinya

rasa

sosial para

pemegang kekuasaan

negara

ini

berujung

pada

terben-tuknya

negara

kleptokrasf

yang

hanya berusaha menciptakan ke-nyarpanan

dan

kenikmatan hidup

bagi kaurn elite. Jikaini sampai terjadi

maka habislah sudah cita-cita bagi

terbentuknya suatu'

welfare

state.

Berusaha mengetuk

hati

dan

menyadarkan oran-e

lain

itu

sulit.

Maka

jalan terbaik untuk

rpeng-hidupkan kembali kepedulian sosial

dan

jiwa

keikhlasan dapat kita mulai dari diri kita sendiri. Sebagai

pribadi-pribadi,

kita perlu

menghadirkan kembali kodrat kita sebagai makhluk

sosial. Dimulai dari

diri

kita, dari hal kecil maka cita-c ita membangun habi -tus baru yang mengedepankan rasa

sosial dan komunal dalam

hidup

bermasyardkat

bisg

tercapai. Rasa kepedulian sosial

perlu

diintemali-sasikan hingga ke dalarn alambawah sadar manusia sehingga

tidak

akart

ada manusia yang menjadi serigalr

bagi manusia lainnya.

***

Hendra Kurniawan MPd,

Doserr

Pendidikan Sejarah

Universitas

Sanata

.Dharwa

Yogyakarta.

:ffi

,.

ga$

i a

n,,l.t

k'hi

i'lt

1'

:.

til.;.r,i'."dari.i.DuC,,TU I iSah,,.,',,.'..,

BEBERAPA warga dibantu

apa-rat keamanan dan tentara juga

mem-berikan pertolongan meskipun situasi

di tempat kejadian masih berbahaya.

Kita

meman-e

tidak

bisa

pula

menutup

mata terhadap

masih

adanya sikap kepedulian sosial di

sana-sini.

Akan tetapi

di

banyak

tempat masih sering

ditemukan kebiasaan-kebiasaan masyarakat

yang tidak

mencerminkan

sikap

kepedulian sosial.

Hal

ini

muncul

_.bukan

sekedar alasan

kemajuan

teknologi

dan

zaman

yang

telah berubah, justru faktor dari dalam

diri

menjadi lebih berperan. Gejala indi-vidualisme dan narsisme membuat

orang

tidak

lagi

memperhatikan kondisi

di

sekitanya. Tiap-tiap

pri-badi saatini memiliki kecenderungan

Referensi

Dokumen terkait

Saya sangat menyadari bahwa Pesan ini datang kepada Anda pada saat yang sulit: pandemi melanda kita seperti badai dahsyat yang tak terduga; ini merupakan masa

Bahasa tersebut sejak lama digunakan sebagai bahasa perantara (lingua franca) atau.. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional C 5 bahasa

Tak ada kesempatan lagi bagi si Cambuk Setan dan Iblis Pedang Perak untuk mengejar, karena lesatan Rangga begitu cepat Sehingga dalam waktu sekejap mata saja, Pendekar Rajawali

Pengertian demokratis dimaksud berjalan aman dan tertib, juga pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, baik gubernur dan wakilnya maupun bupati dan

Sıralarsak; temel, kolon, döşeme, kiriş, merdiven, perde duvar ve betonarme çatılara kalıp yapılmalıdır..

Faktor yang berhubungan dengan pengobatan kusta antara lain pengetahuan penderita, kepatuhan minum obat, dukungan keluarga, akses terhadap pelayanan kesehatan dan peran

Secara perbandingan, keluasan kawasan tanah pertanian komoditi adalah lebih kurang 7 kali ganda daripada keluasan tanah untuk tanaman makanan di Semenanjung

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di peroleh, maka dapat disimpulkan bahwa Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Rawat Jalan Pusat