iv ABSTRAK
EFEK ANTIDIARE INFUSA DAUN TEH HIJAU (Camellia sinensis L Kuntze) PADA MENCIT
GALUR Swiss Webster JANTAN
Yovita Triyana, 2009 Pembimbing Utama : Rosnaeni, Dra., Apt Pembimbing Pendamping : Sylvia Soeng, dr., M.Kes
Diare merupakan penyakit dengan angka morbiditas dan mortilitas yang tinggi. Pengobatan yang paling penting terhadap diare dan komplikasi dehidrasi adalah rehidrasi. Masyarakat pedesaan sering menggunakan ramuan bahan alami untuk mengobati diare, antara lain meminum seduhan teh salah satunya teh hijau. Tujuan penelitian untuk mengetahui efek antidiare Infusa Daun Teh Hijau (IDTH). Desain penelitian eksperimental sungguhan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) bersifat komparatif. Penelitian menggunakan metode proteksi terhadap diare oleh oleum ricini. Hewan coba yang digunakan 25 ekor mencit, yang dialokasikan menjadi 5 kelompok secara acak (n=5). Kelompok I, II, dan III berturut-turut diberi IDTH dosis 894 mg/kgBB, 1788 mg/kgBB, dan 3576 mg/kgBB. Kelompok IV dan V masing-masing diberi Carboxy Metyl Cellulose (CMC 1%) dan loperamid (0.26mg/kgBB). Data yang diukur berat feses (mg), frekuensi defekasi, dan konsistensi feses. Analisis data untuk berat feses dan frekuensi defekasi dengan ANOVA dilanjutkan uji Duncan, sedangkan konsistensi feses dianalisis dengan uji Kruskal Wallis H dilanjutkan uji Mann-Whitney U (α=0.05). Hasil penelitian berat feses-frekuensi defekasi kelompok II, dan III berturut-turut 54.40 mg-.54, dan 20.60 mg-.34 berbeda signifikan dengan kelompok kontrol 139.00 mg–1.16 (p<0.05). Kelompok III memperlihatkan perbaikan konsistensi feses. Kesimpulan IDTH berefek antidiare dengan mengurangi berat feses, mengurangi frekuensi defekasi, dan memperbaiki konsistensi feses mencit galur Swiss Webster jantan.
v
Yovita Triyana, 2009 1st Tutor : Rosnaeni, Dra., Apt 2nd Tutor : Sylvia Soeng, dr., M.Kes
Diarrhea is one of diseases that have a high level of morbidity and mortality. The treatment which is the most important for diarrhea and complication of dehydration is rehydration. Villagers are usually using herbal treatment to cure diarrhea, such as drinking a cup of tea, which is using green tea. The purpose of this research was to determine the effects of anti-diarrhea of Green Tea Leaves Infusion. The study design with a real experimental that used “Completely Randomized Design” was comparative. The experimental used the method of protection against diarrhea by Oleum ricini. The experimental animals, which were used in this research, were 25 mice, that were allocated into 5 random groups (n=5). The dosages of Green Tea Leaves Infusion that were given to group I, II, and III were 894 mg/kg of their weight, 1788 mg/kg of their weight, and 3576 mg/kg of their weight. Carboxy Metyl Cellulose (CMC) 1% was given to group IV, whereas group V was given loperamid (0.26 mg/ kg of their weight). The data that were measured were the weight of feces (mg), the frequency of defecation, and the consistency of feces. Analysis of the weight of feces and the frequency of defecation used ANOVA and followed by Duncan test, while the consistency of defecation used Kruskal Wallis H and followed by Mann-Whitney U test (α=0.05). The results of weight of feces and the frequency of defecation for group II, and III were 54.40 mg-.54, and 20.60 mg-.34. Those results were differ significantly in the control group of 139.00 mg–1.16 (p<0.05). Group III showed the improvement of consistency of feces. The conclusion of this research were Green Tea Leaves Infusion has an anti-diarrhea effect with reducing the weight of feces, reducing the frequency of defecation, and improving the consistency of mice Swiss Webster male strain’s feces.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih karunia yang begitu besar sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan pada waktunya. Karya Tulis Ilmiah ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas semua bantuan, bimbingan, dan dorongan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini, diantaranya kepada:
1. Rosnaeni, Dra., Apt. selaku dosen pembimbing utama yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membantu, membimbing, memberikan nasihat, dan dukungan moril kepada penulis dari awal hingga akhir pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Sylvia Soeng., dr., M.Kes selaku dosen pembimbing pendamping yang juga turut meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membantu, membimbing, memberikan nasihat, dan dukungan moril kepada penulis dari awal hingga akhir pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Diana K. Jasaputra., dr., M.Kes., Kepala Bagian Laboratorium Farmakologi yang telah memberi izin atas tempat melakukan penelitian. 4. Rekan kerja penelitian, Yan Leo Tambunan dan Intan Merdekadini
Ginting atas bantuan, semangat dan kerjasamanya dalam perjuangan saat melakukan penelitian dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Pak Nana Tjahyana, Pak Kristiono, Ibu Yuli dan Pak Deni yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
6. Hendri Lesmana, ST yang telah memberikan sumbangan pikirannya dalam penyusunan kalimat bahasa inggris, serta senantiasa memberikan doa, semangat dan waktu untuk mendengarkan keluh kesah penulis.
vii
dukungan dan bantuannya dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari pembaca agar Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi lebih baik dan dapat berguna bagi setiap pembacanya.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memenuhi maksud, tujuan, serta manfaatnya bagi perkembangan ilmu kedokteran. Terima kasih, Tuhan Yesus memberkati.
Bandung, Desember 2009
viii DAFTAR ISI
JUDUL …….……….……….……...
LEMBAR PERSETUJUAN ……….
SURAT PERNYATAAN ….………
ABSTRAK ………. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ………... 1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah…...………...
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ………... 1.5.1 Kerangka Pemikiran ………... 1.5.2 Hipotesis Penelitian ………... 1.6 Metodologi Penelitian ……… 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian……….
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………... 2.1 Anatomi dan Fisiologi ……….
2.1.1 Anatomi Kolon... 2.1.2 Fisiologi... 2.1.2.1 Fungsi Sekresi Usus Halus... 2.1.2.2 Fungsi Sekresi dan Eksresi Kolon... 2.1.3 Mekanisme Defekasi...
ix
2.2.4 Klasifikasi Diare ………. 2.2.5 Patofisiologi Diare ………. 2.2.6 Komplikasi Diare ……….. 2.3.4 Proses Pengolahan Teh Hijau ……… 2.3.5 Manfaat Teh Hijau... 2.3.6 Kandungan Kimia Teh... 2.3.6.1 Substansi Fenol ..……… 2.3.6.2 Substansi Bukan Fenol...
3.1.1 Subjek Penelitian ………...………
3.1.2 Tempat dan Waktu Penelitian ……..……….
3.2Metodologi Penelitian ………...
3.2.1 Desain Penelitian ……….... 3.2.2 Variabel Penelitian ……….….
3.2.2.1Definisi Konsepsional Variabel ………. 3.2.2.2 Definisi Operasional Variabel ………
x
3.2.3 Besar Sampel Penelitian ……….………….
3.2.4 Prosedur Kerja ………..………
3.2.4.1 Persiapan Bahan Uji ………... 3.2.4.2 Persiapan Hewan Coba ………...
3.2.4.3 Cara Kerja ………..
3.2.5 Cara Pemeriksaan ………..
3.2.6 Metode Analisis………..
3.2.7 Aspek Etik Penelitian……….
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……….
4.1 Hasil Penelitian ………. 4.1.1 Hasil Pengukuran Berat Feses...
4.1.2 Hasil Pengukuran Frekuensi Defekasi………... 4.1.3 Hasil Penilaian Konsistensi Feses………..
4.2 Pembahasan………... 4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ………...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………...…………....
5.1 Kesimpulan Utama ... 5.2 Kesimpulan Tambahan... 5.3 Saran...
DAFTAR PUSTAKA ………...
LAMPIRAN ………..
RIWAYAT HIDUP ………..
xi
Tabel 4.1 Rerata Berat Feses Mencit Setelah Diberikan Perlakuan ………... Tabel 4.2 Rerata Berat Feses Mencit Setelah Ditransformasikan ………….. Tabel 4.3 Hasil ANOVA Berat Feses Mencit Setelah Diberikan Perlakuan ... Tabel 4.4 Hasil Uji Duncan Rerata Berat Feses Mencit Setelah Diberi
Perlakuan ………... Tabel 4.5 Rerata Frekuensi Defekasi Setelah Diberikan Perlakuan ………..
Tabel 4.6 Rerata Frekuensi Defekasi Setelah Ditransformasikan …………..
Tabel 4.7 Hasil ANOVA Frekuensi Defekasi Mencit Setelah Diberikan Perlakuan………... Tabel 4.8 Hasil Uji Duncan Rerata Frekuensi Defekasi Mencit Setelah
Diberi Perlakuan….………...
Tabel 4.9 Persentase Konsistensi Feses Setelah Diberikan Perlakuan ……..
Tabel 4.10 Hasil Uji Kruskal-Wallis H Konsistensi Feses ………... Tabel 4.11 Hasil Uji Mann-Whitney U Konsistensi Feses...
44 45 45
46 47 47
48
xii DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Kolon …….………..
Gambar 2.2 Tanaman Teh ………... Gambar 2.3 Camellia sinensis var. assamica... Gambar 2.4 Teh Hijau ………... Gambar 2.5 Teh Oolong... Gambar 2.6 Teh Hitam... Gambar 2.7 Rumus Bangun Katekin...
xiii
Lampiran 4 Proses Infundasi ………... Lampiran 5 Data Hasil Penelitian .………... Lampiran 6 Data Hasil Uji Statistik………....
60 LAMPIRAN
Lampiran 1:
Perhitungan Dosis Infusa Daun Teh Hijau, Loperamid.
1. Dosis Infusa Daun Teh Hijau
Dosis daun teh untuk manusia adalah 20 g daun teh segar Daun teh segar yang didapat adalah 15.24 gram
Setelah dikeringkan didapatkan 5.24 gram daun teh kering
Faktor Konversi untuk mencit ke manusia adalah 0.0026
Konversi dari manusia ke mencit 20 gram: 20 g x 0.0026 = 0.052 gram = 52 mg Dosis mencit 52 mg/ mencit 20 gram:
(5.24 gram/15.24 gram)x 52 mg = 17.88 mg
Pada penelitian ini yang digunakan adalah dosis dengan kelipatan 1,2 dan 4 Dosis 1 : 17. 88 mg/ mencit 20 gram
Untuk per kgBB = 1000/20 x 17.88 = 894 mg/kgBB
Dosis 2 : (2 x dosis 1) = 2 x 894 mg/kgBB = 1788 mg/kgBB Dosis 3 : (4 x dosis 1) = 4 x 894 mg/kgBB = 3576 mg/kgBB Diberikan pada mencit sebanyak 0.5 ml
Untuk dosis 3 : (100/0.5)x 71.52 mg = 14.304 mg
Timbang 14.304 gram daun teh kering + 110 ml aquadest + CMC 1% kemudian lakukan infundasi
Untuk dosis 2 : dilakukan pengenceran dari 5 ml dosis 3 + 5 ml aquadest menjadi 10 ml dosis 2
Untuk dosis 1 : dilakukan pengenceran dari 2,5 ml dosis 3 + 7.5 ml aquadest menjadi 10 ml dosis 1
2. Dosis Loperamid
Sediaan 2 mg/tablet
62
Konversi manusia ke mencit = 0.0026
Dosis loperamid pada mencit 20 gram = 2 mg x 0.0026 = 0.0052
Dosis loperamid per kgBB mencit = 1000/20 x 0.0052 = 0.26
Alur Penelitian
Pemesanan 30 ekor mencit galur Swisss Webster jantan umur 8 minggu dengan karakteristik feses normal dari Laboratorium Farmasi Institut Teknologi
Bandung.
Mencit diadaptasikan di laboratorium selama seminggu dan diberi makan pellet serta minum akuades.
25 ekor mencit memenuhi syarat dialokasikan ke dalam 5 kelompok.
IDTH D1
IDTH D2
IDTH D3
Kontrol Pembanding
Diberi perlakuan dan diamati selama 6 jam dengan parameter berat feses, frekuensi
defekasi dan konsistensi feses.
0,5 ml p.o
64
Lampiran 4:
Proses Infundasi
Infusa Daun Teh Hijau (Green Tea)
1. Simplisia yang telah dihaluskan sesuai dengan derajat kehalusan yang ditetapkan dicampur dengan air secukupnya dalam sebuah panci.
2. Panci dipanaskan di dalam tangas air selama 15 menit
3. Dihitung mulai suhu di dalam panci mencapai 90 0 C, sambil sekali-sekali diaduk.
4. Infus diserkai sewaktu masih panas melalui kain flanel.
Data Hasil Penelitian
Data Berat Feses Mencit Setelah Induksi dan Perlakuan
Keterangan:
Kelompok I : diberi bahan uji IDTH D1 (894 mg/kgBB) Kelompok II : diberi bahan uji IDTH D2 (1788 mg/kgBB) Kelompok III: diberi bahan uji IDTH D3 (3576 mg/kgBB) Kelompok IV: kontrol diberi suspensi CMC 1%
Kelompok V: pembanding, diberi loperamid (0.26 mg/kgBB)
data hasil pengamatan berat feses selama 6 jam
66
Data Frekuensi Defekasi Setelah Induksi dan Perlakuan
FREKUENSI MENIT KE
No Kelompok 30 60 90 120 150 180 210 240 300 360 rata-rata
Kelompok I : diberi bahan uji IDTH D1 (894 mg/kgBB) Kelompok II : diberi bahan uji IDTH D2 (1788 mg/kgBB) Kelompok III: diberi bahan uji IDTH D3 (3576 mg/kgBB) Kelompok IV: kontrol diberi suspensi CMC 1%
KONSISTENSI FESES MENIT KE
Kelompok I : diberi bahan uji IDTH D1 (894 mg/kgBB) Kelompok II : diberi bahan uji IDTH D2 (1788 mg/kgBB) Kelompok III: diberi bahan uji IDTH D3 (3576 mg/kgBB) Kelompok IV: kontrol diberi suspensi CMC 1%
68
Lampiran 6
Data Hasil Uji Statistik Efek Infusa Daun Teh Hijau Sebagai Antidiare Pada
Mencit Galur Swiss Webster Jantan
METODE PROTEKSI DIARE TERHADAP OLEUM RICINI
1. Berat Feses Setelah Induksi
Oneway
Descriptives
Rerata Berat Feses Asli
5 81 .8 0 42 .6 99 19 .0 96 28 .7 8 13 4.82 45 15 5
5 54 .4 0 32 .3 54 14 .4 69 14 .2 3 94 .5 7 1 89
5 20 .6 0 22 .3 00 9.97 3 -7.09 48 .2 9 4 53
5 13 9.00 47 .9 84 21 .4 59 79 .4 2 19 8.58 10 1 21 4
5 45 .8 0 30 .1 53 13 .4 85 8.36 83 .2 4 0 74
25 68 .3 2 52 .8 73 10 .5 75 46 .5 0 90 .1 4 0 21 4 IDT H do sis 1
IDT H do sis 2
IDT H do sis 3
Kon tro l
P emban din g
T otal
N Mea n Std. Deviatio n Std. Erro r Lo wer Bou nd Upp er Bou nd 95 % Co nfidence In terval fo r
Mea n
Minim um Maxim u m
Test of Ho m og eneity of Varian ces
Rerat a Berat Feses Asli
.781 4 20 .550
Rerat a Berat Fe se s Asli
40 77 7.440 4 10 19 4.360 7.74 8 .001
26 31 6.000 20 13 15 .8 00 67 09 3.440 24
Between Gro ups With in Grou ps To ta l
Su m of S qua res df Mea n Squ are F Sig.
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Rerat a Berat Feses Asli
Duncana
5 20 .6 0
5 45 .8 0 45 .8 0
5 54 .4 0 54 .4 0
5 81 .8 0
5 13 9.00
.178 .152 1.00 0
Kelompo k P erlak uan
IDT H do sis 3
P embandin g
IDT H do sis 2
IDT H do sis 1
Kon t ro l
Sig.
N 1 2 3
Su bset fo r a lp ha = .05
Means fo r groups in ho mogen eous subset s are disp layed.
70
2. Berat Feses Setelah Ditransformasikan
Oneway
Descriptives
Log Rerat a Berat Feses
5 .95 .309 .138 .57 1.33 1 1
Le vene Sta tistic df1 df2 Sig.
ANOVA
Log Rerat a Berat Feses
3.18 4 4 .796 7.03 2 .001
2.26 4 20 .113
5.44 8 24
Between Gro ups
With in Gro ups
To ta l
Homogeneous Subsets
Kelompo k P erlak uan IDT H do sis 3
Mea ns fo r groups in ho mogen eous subset s are disp la yed. Uses Ha rm onic Mea n Sam p le S ize = 5 .000 . a.
3. Frekuensi Defekasi Setelah Induksi
72
Te st of Ho m og eneity of Varian ces
Rerat a Frekuensi Asli
1.18 8 4 20 .346
Le vene Sta tistic df1 df2 Sig.
ANOVA
Rerat a Frekuensi Asli
2.15 4 4 .538 7.98 8 .001
1.34 8 20 .067
3.50 2 24
Between Gro ups
With in Gro ups
To ta l
Su m of S qua res df Mea n Squ are F Sig.
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Rerat a Frekuensi Asli
Duncana
Kelompo k P erlak uan
P embandin g
Means fo r groups in ho mogen eous subset s are disp layed.
Oneway
Descriptives Log Rerat a Frekuensi
5 .18 .047 .021 .12 .24 0 0
5 .13 .077 .034 .04 .23 0 0
5 .10 .066 .029 .02 .18 0 0
5 .26 .047 .021 .20 .32 0 0
5 .09 .067 .030 .00 .17 0 0
25 .15 .086 .017 .12 .19 0 0
IDT H do sis 1
IDT H do sis 2
IDT H do sis 3
Kon t ro l P emban din g T ot al
N Mea n Std. Deviatio n Std. Erro r Lo wer Bou nd Upp er Bou nd 95 % Co nfidence In terval fo r
Mea n
Minim um Maxim u m
Test of Ho m og eneity of Varian ces
Log Rerat a Frekuensi
.534 4 20 .712
Levene Sta tistic df1 df2 Sig.
ANOVA
Log Rerat a Frekuensi
.100 4 .025 6.57 5 .002
.076 20 .004
.177 24
Between Gro ups
With in Gro ups
To ta l
74
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Log Re ra t a Frekuen si
Dunc ana
5 .09
5 .10
5 .13 .13
5 .18 .18
5 .26
.262 .227 .066
Kelompo k P erlak uan P embandin g
IDT H do sis 3
IDT H do sis 2
IDT H do sis 1
Kon t ro l
Sig.
N 1 2 3
Su bset fo r a lp ha = .05
Mea ns fo r groups in ho mogen eous subset s are disp la yed. Uses Ha rm onic Mea n Sam p le S ize = 5 .000 . a.
5. Konsistensi Feses Setelah Induksi
Crosstabs
Case Pro cessing Su m m ary
94 10 0.0% 0 .0% 94 10 0.0%
Kelomp ok P erla kuan * Kon sist en si Fe ses
N Percent N Percent N Percent
Va lid Missin g To ta l
0 3 20 23
Expected Cou nt
% of To ta l
Coun t
Expected Cou nt
% of To ta l
Coun t
Expected Cou nt
% of To ta l
Coun t
Expected Cou nt
% of To ta l
Coun t
Expected Cou nt
% of To ta l
Coun t
Expected Cou nt
% of To ta l
ko nsist ensi 0 ko nsist ensi 1 ko nsist ensi 2 Kon sist en si Feses
T ot al
ko nsist ensi 0
ko nsist ensi 1
ko nsist ensi 2
T ot al Kelomp ok P erla kuan
76
Te st Statisticsa,b
8.03 2
Kruskal Wallis T est a.
Groupin g Variable: Ko nsist e nsi Feses b.
Te st Statisticsa
34 5.50 0
84 1.50 0
-.313
.755
Man n-Whitney U
Wilco xon W
Z
A sym p. Sig. (2 -ta iled )
ko nsist ensi feses
Mann-Whitney Test
P oint P rob ability
ko nsiste nsi feses
78
Man n-Whitn ey U
Wilco xon W Kelomp ok P erlak uan
1
Te st Statisticsb
19 .0 00
85 .0 00
-4.56 7
.000
.000a Man n-Whitney U
Wilco xon W
Not c orrected for ties. a.
Mann-Whitney Test
Rank s
17 18 .4 7 31 4.00
11 8.36 92 .0 0
28 Kelomp ok P erlak uan
2
Te st Statisticsb
26 .0 00
92 .0 00
-3.42 0
.001
.001a Man n-Whitney U
Wilco xon W
Not c orrected for ties. a.
80 Man n-Whitn ey U
Wilco xon W Kelomp ok P erlak uan
4
Te st Statisticsb
28 .0 00
94 .0 00
-4.79 8
.000
.000a Man n-Whitney U
Wilco xon W
Not c orrected for ties. a.
Mann-Whitney Test
Rank s
23 21 .9 6 50 5.00
17 18 .5 3 31 5.00
40 Kelomp ok P erlak uan
1
Te st Statisticsb
16 2.00 0
31 5.00 0
-1.31 9
.187
.371a Man n-Whitney U
Wilco xon W
Not c orrected for ties. a.
Grou ping Variable: Kelo m po k Perlak uan b. Kelomp ok P erlak uan
82
Te st Statisticsb
17 .5 00
95 .5 00
-4.78 0
.000
.000a Man n-Whitney U
Wilco xon W
Not c orrected for ties. a.
Grou ping Variable: Kelo m po k Perlak uan b. Kelomp ok P erlak uan
2
Te st Statisticsb
24 .0 00
10 2.00 0
-3.70 9
.000
.000a Man n-Whitney U
Wilco xon W
Not c orrected for ties. a.
83
Alamat : Jl. Setra Indah III no. 25 Bandung Riwayat Pendidikan:
1999 lulus SDK Paulus Bandung
2002 lulus SMP Santo Aloysius Bandung 2005 lulus SMAK Trimulia Bandung
2006-sekarang Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pola hidup sebagian masyarakat Indonesia yang kurang peduli akan sanitasi dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, antara lain diare, penyakit kulit, penyakit yang menyerang saluran pernafasan, penyakit yang ditularkan oleh nyamuk. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair, kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya, lebih dari 200 gram atau 200 ml/24jam, dan frekuensinya lebih dari 3 kali per hari. Diare menurut Perhimpunan Gastroenterologi Indonesia (PGI) adalah berat feses lebih dari 200 gram per hari atau kandungan air pada feses lebih dari 200 cc per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/ tanpa disertai lendir dan darah. Diare dapat disebabkan oleh infeksi (bakteri, parasit, virus) dan non-infeksi (Josia Ginting, 2004; PGI, 2009).
Tingginya morbiditas dan mortalitas diare disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kesehatan lingkungan yang belum memadai, keadaan gizi yang belum memuaskan, kepadatan penduduk, keadaan sosial ekonomi maupun pendidikan dan perilaku masyarakat yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi penyakit diare ini. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya
berusia di bawah tiga tahun 19 per 100.000 penduduk. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2006 menunjukkan kejadian diare pada semua usia di Indonesia adalah 423 per 1.000 penduduk dan terjadi 1-2 kali pertahun pada anak-anak berusia di bawah 5 tahun (Depkes RI, 2003).
Pengobatan yang paling penting terhadap diare dan komplikasi dehidrasi adalah rehidrasi. Apabila dehidrasi sudah dapat diatasi, penggunaan terapi rehidrasi oral dapat dikombinasi dengan obat antidiare. Masyarakat yang belum terjangkau pelayanan kesehatan formal, sering menggunakan ramuan bahan alami untuk mengobati diare, antara lain: daun teh, daun salam, daun jambu biji, sambiloto, rimpang kunyit, dan temulawak (Sunoto, 1990).
Teh (Camellia sinensis) merupakan tanaman yang sudah tidak asing lagi bagi masyarkat, karena seduhan teh merupakan minuman sehari-hari. Teh selain sebagai minuman penyegar, juga banyak digunakan sebagai minuman kesehatan, antara lain sebagai antioksidan, antikanker, menurunkan berat badan, mencegah parkinson dan alzheimer, menurunkan tekanan darah, mencegah karies gigi, dan lain-lain (Andi Nur Alam Syah, 2006).
Kandungan aktif dalam daun teh antara lain katekin, kafein (2-3%), theobromin, theofilin, tanin (Tanin mengandung zat epigallocatechin-3-gallate (EGCG)), L-theanine, minyak atsiri, dan flavonoid. Secara umum berdasarkan proses pengolahannya, teh dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu teh hijau (green tea), teh oolong, dan teh hitam. Teh hijau lebih banyak digunakan untuk minuman kesehatan, karena dalam proses pengolahannya tidak mengalami fermentasi, sehingga kandungan katekin tidak mengalami perubahan. Teh hitam pada pengolahannya mengalami oksidasi, sehingga kadar katekin menjadi lebih rendah. Katekin terdiri dari epicatechin (EC), epigallocatechin-3-gallate (EGCG), epigalocatechin (EGC), dan epicatechin -gallate (ECG). Senyawa-senyawa ini
merupakan polifenol yang larut dalam air, tidak berwarna serta memberikan rasa pahit dan bersifat astringens (Fulder, 2004; Setiawan Dalimartha, 2001).
3
1.2Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas, identifikasi masalah penelitian adalah sebagai berikut:
1. Apakah Infusa Daun Teh Hijau (IDTH) berefek antidiare dengan mengurangi berat feses mencit galur Swiss Webster jantan.
2. Apakah IDTH berefek antidiare dengan mengurangi frekuensi defekasi mencit galur Swiss Webster jantan.
3. Apakah IDTH berefek antidiare dengan memperbaiki konsistensi feses mencit galur Swiss Webster jantan.
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penelitian ini adalah ingin mengetahui bahan alami yang mempunyai efek antidiare.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek antidiare dari infusa daun teh hijau pada mencit galur Swiss Webster jantan.
1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah
Manfaat akademis adalah untuk memperluas cakrawala pengetahuan farmakologi tumbuhan obat khususnya teh hijau sebagai antidiare.
Manfaat praktis penelitian diharapkan dapat memberikan penjelasan kepada pembaca mengenai manfaat teh hijau sebagai obat alternatif antidiare.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan feses berbentuk cair atau
Perhimpunan Gastroenterologi Indonesia (PGI) adalah berat feses lebih dari 200 gram per hari atau kandungan air pada feses lebih dari 200 cc per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/ tanpa disertai lendir dan darah. Diare dapat disebabkan oleh infeksi (bakteri, parasit, virus), dan non-infeksi. Berdasarkan waktu, WHO membagi diare menjadi diare akut dan diare kronik. Diare yang berlangsung kurang dari 14 hari disebut diare akut. Sedangkan diare yang berlangsung lebih dari 14 hari disebut diare kronik (Josia Ginting, 2004; WHO, 1990; PGI, 2009). Prinsip utama pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan mengatasi defisit cairan dan elektrolit serta mengganti cairan yang hilang. Upaya rehidrasi oral yaitu absorbsi natrium dapat terjadi dengan adanya beberapa molekul hasil cerna makanan misalnya glukosa dan asam amino. Penyerapan ini tetap dipertahankan walaupun terdapat toksin bakteri yang menghambat absorpsi Natrium oleh cAMP. Kelompok obat yang sering kali digunakan pada diare adalah kemoterapeutika, obstipansia (zat-zat penekan peristaltik, astringensia, adsorbensia), dan spasmolitika. Kemoterapeutika biasa digunakan untuk terapi kausal yakni memberantas bakteri penyebab diare, seperti antibiotika, sulfonamida, dan furazolidon. Adsorben dapat mengikat dan melumpuhkan toksin bakteri, astringensia bekerja dengan cara menciutkan selaput lendir usus, dan zat-zat penekan peristaltik memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus. Suatu obat dikatakan efektif sebagai antidiare apabila dapat mengurangi berat feses, mengurangi frekuensi defekasi, meningkatkan konsistensi feses (Sunoto, 1990; Tan, HT & Kirana Rahardja, 2002).
Pada penelitian ini, hewan coba diinduksi dengan oleum ricini yang diberikan peroral. Kandungan utama dari oleum ricini adalah trigliserida akan mengalami hidrolisis di dalam usus halus oleh lipase pankreas menjadi gliserin dan asam risinoleat. Zat ini bekerja mengurangi absorpsi cairan dan elektrolit serta menstimulasi peristaltik usus (Phyto Medica, 1993).
5
terutama epigallocatechin-3-gallate, memiliki efek astringen dengan cara menciutkan mukosa usus serta membatasi pengeluaran cairan (Brunetton, 1999; Fulder, 2004).
Tanin dapat mengendapkan protein pada membran sel enterosit, menurunkan motilitas usus, dan menurunkan sekresi usus, sehingga dapat mengurangi kehilangan cairan yang merupakan aspek penting dari pengobatan diare. Lapisan yang dibentuk dari pengendapan protein dalam permukaan mukosa dari enterosit tersebut dapat menghalangi perkembangan mikroorganisme, hal ini menjelaskan aksi antiseptik yang dimiliki tanin dapat mengobati diare (Almeida, 1995).
Katekin dalam teh yaitu EGCG dapat menghambat produksi Prostaglandin yang distimulasi oleh Oleum ricini. Flavonoid misalnya quersetin dapat menghambat motilitas usus dan sekresi hidroelektrolitik melalui jalur penghambatan pembentukan prostaglandin (Hasan Mukhtar, 2000; Meite, 2009).
1.5.2 Hipotesis penelitian:
1. Infusa Daun Teh Hijau (IDTH) berefek antidiare dengan mengurangi berat feses mencit galur Swiss Webster jantan.
2. IDTH berefek antidiare dengan mengurangi frekuensi defekasi mencit galur Swiss Webster jantan.
3. IDTH berefek antidiare dengan memperbaiki konsistensi feses mencit galur Swiss Webster jantan.
1.6 Metodologi Penelitian
Desain penelitian eksperimental sungguhan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) bersifat komparatif.
Data yang diukur berat feses (mg), frekuensi defekasi, dan konsistensi feses.
dilanjutkan uji Mann-Whitney U (α=0.05).
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran
55 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Utama
1. Infusa Daun Teh Hijau (IDTH) berefek antidiare dengan mengurangi berat feses mencit galur Swiss Webster jantan.
2. IDTH berefek antidiare dengan mengurangi frekuensi defekasi mencit galur Swiss Webster jantan.
3. IDTH berefek antidiare dengan memperbaiki konsistensi feses mencit galur Swiss Webster jantan.
5.2 Kesimpulan Tambahan
1. Dosis yang berefek untuk mengurangi berat feses dan frekuensi defekasi hanya dosis 3576 mg/kgBB.
2. Konsistensi feses hanya diperbaiki oleh dosis 3576 mg/kgBB.
5.3 Saran
Penelitian ”Efek Infusa Daun Teh Hijau Sebagai Antidiare Pada Mencit Galur Swiss Webster Jantan”, merupakan penelitian pendahuluan, yang perlu dilanjutkan
dengan menggunakan :
56
A. Kumar, R. Ilavarasan2, T. Jayachandrani1, M. Decaraman1, P. Aravindhan1, N., et al. 2009. Phytochemicals Investigation on a Tropical Plant, Syzygium cumini from Kattuppalayam, Erode District, Tamil Nadu, South India. Pakistan Journal of Nutrition 8 (1): 83-85
Almeida, Baldisserotto, Foleto, Karnikowski. 1995. Analysis of antidiarrhoeic effect of plants used in popular medicine. Rev. Saúde Pública vol.29 no.6
Andi Nur Alamsyah. 2006. Taklukkan penyakit dengan teh hijau. Jakarta: Agro Media Pustaka. hal 34-36,46-58
Anonim, http://www.interna.or.id, 2005
Anonim, http://www.Wyeth.com, 2009
Arif Hartoyo. 2003. Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan. Jakarta: Kanisius. hal 12-19, 28
Brunetton J.1999. Tea. Pharmacognosy Phytochemistry Medicinal Plants. 2nd ed. Intercept Ltd UK, Lavoisier Publishing Inc. New York. 1075-8
Brunton, Laurence L., Lazo, John S., Parker, Keith L. 2006. Opioid Analgesics. In Gutstein. H: Goodman & Gillman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics. 11th ed. USA: Mc Graw Hill. p. 570-71
______. 2006. Agents Used for Diarrhea, Constipation, and Inflammatory Bowel Disease; Agents Used for Biliary and Pancreatic Disease. In Jafri. S:
Goodman & Gillman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics. 11th ed.
USA: Mc Graw Hill. p. 997
Dadan Rohdiana. 2009. Teh ini Menyehatkan Telaah Ilmiah Populer. Bandung: Penerbit Alfabeta. hal 70-74, 9-17, 41-49
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Survei Kesehatan Rumah Tangga Tahun 2003. http://bankdata.depkes.go.id/Profil/INDEX.HTM
57
Djoehana Setyamidjaja. 2000. Teh Budi Daya dan Pengolahan Pascapanen. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. hal 11-12
Field M. et al. Intestinal electrolyte transport and diarrhoeal disease. N Engl J Med 1989; 321: 879-83
Fulder, S. 2004. Khasiat Teh Hijau. Terjemahan Trisno Rahayu Wilujeng. Edisi 1. Jakarta: Prestasi Pustaka. hal. vii,xi, 15, 41-43
Guyton and Hall. 1997. Transpor dan Pencampuran Makanan dalam Saluran Pencernaan. Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi IX. Jakarta: EGC. h.1010-1011
______. 1997. Fungsi Sekresi dari Saluran Pencernaan. Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi IX. Jakarta: EGC. h.1034
______. 1997. Pencernaan dan Absorpsi dalam Traktus Gastrointestinal. Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi IX. Jakarta: EGC. h.1049, 1056-1057
Hadi sujono. 2002. Gastroenterologi. Edisi 7. Bandung: PT. Alumni. hal 40-41
Hasan Mukhtar, Katiyar, S.K., Challa., McCormick, T.S., Cooper K.D. 1999. Prevention of UVB-induced immunosuppresion in mice by the green tea polyphenol (-)-epigallocatechin-3-gallate may be associated with alterations in IL-10 and IL-12 production. Carcinogenesis, 20(11):2117-2124
Hernani, Mono Rahardjo. 2005. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Jakarta: Penebar Swadaya. hlm 69-70
Imai, K., and Nakachi, C. 1995. Cross sectional study of effects of drinking green tea on cardiovascular and liver disease. British Medical Journal 18 (March): 693-696
IPTEK. 2005. http: //www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?mnu=2&id=159, 5 Juli 2008
Josia Ginting, Khalid Huda Sagala, Umar Zein. 2004. Diare Akut Disebabkan Bakteri.http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-umar5.pdf. 26 Oktober 2004
Junquiera L.C., Carneiro J. 2003. Basic Histology, 10th ed. Lange, New York
bidang pertanaman, peternakan, perikanan, industri dan hayati. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. hal 10-12
Kuo, Lin-Po., Hsu, Ling-Ya., and Lin, Ching-Chun. 2005. The chemopreventive effects of natural products against human cancer cells. International Journal of Applied Science and Engineering. 3(3):203-214
Kuriyama, S., Hozawa, A., Ohmori, K., Shimazu, T., Matsui, T., Ebihara, S., et al. 2006. Green tea consumption and cognitive function: a crosssectional study from the Tsurugaya Project. American Journal of Clinical Nutrition 83(2): 355-361
Marcellus Simadibrata. 2006. Diare Akut. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. h.408-413
Nagao, T., Komine, Y., Soga, S., Meguro, S., Hase, T., et al. 2005. Ingestion of a tea rich in catechins leads to a reduction in body fat and malondialdehyde-modified LDL in men. American Journal of Clinical Nutrition 81(1):122-129
Nakayama, M., Suzuki, K., and Toda, M. 1993. Inhibition of The Infectivity of Influenza Virus by Tea Polyphenols. Antiveral Research 21: 289-299
Noni Soraya. 2007. Sehat dan Cantik Berkat Teh Hijau. Jakarta: Penebar Plus. hal 5-11
Pearce, E. 2005. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Terjemahan Sri Yuliani Handoyo. Jakarta: PT Gramedia. hal 193-197
PGI. 2009. Konsensus Penatalaksanaan Diare Akut Pada Dewasa Di Indonesia
Samman, S., Sandstrom, B., Toft B.M., Bukhave, K., Jensen, M., et al. 2001. Green tea or rosemary extract added to foods reduces nonheme-iron absorption. American Journal of Clinical Nutrition. 73(3): 607-612
Setiawan Dalimartha. 2001. Atlas tumbuhan obat Indonesia. Jakarta: Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. hal. 150-153
S Meite, JDN’guessan, C Bahi, H F Yapi, A J Djaman and F Guede Guina. 2009.
Antidiarrheal Activity of the Ethyl Acetate Extract of Morinda morinoiles in Rats. Tropical Journal of Pharmaceutical Research. 8 (3): 201-207. http://www.tjpr.org June 2009
59
Stensvold, I., Tverdal, A., and Solvoll, K. 1992. Tea consumption. relationship to cholesterol, blood pressure, and coronary and total mortality. Preventive Medicine 21(4): 546-53
Sumali Wiryowidagdo. 2005. Kimia & Farmakologi Bahan Alam. Edisi 2. Jakarta: EGC. hal 204-206
Sunoto. 1990. Buku Ajar Diare. Jakarta: DEPKES R.I DITJEN PPM & PLP. hal 21-24
Tan H.T dan Kirana Raharja. 2002. Obat-obat penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek sampingnya. Jakarta: Elex Media Komputindo. Hal 272-278, 287
WHO. Programme for the control of diarhoeal disease. A manual for the treatment of acute diarrhoea.(WHO/CDD/SER/80.2 REV.2). Geneva. World Health Organization, 1990
Yam, T.S., Hamilton-Miller, J.M.T., and Shah, S. 1998. The effect of a component of tea (Camellia sinensis) on methicillin resistance, PBP2 synthesis, and β-lactamase production in Staphylococcus aureus. Journal of Antimicrobial Chemotherapy 42:211-216