• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem pakar penentuan pasal-pasal tindakan kesusilaan menggunakan Forward Chaining.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sistem pakar penentuan pasal-pasal tindakan kesusilaan menggunakan Forward Chaining."

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Tidak sedikit kasus tindak pidana yang dapat terselesaikan. Berdasar data

indonesia.go.id terdapat 4790 kasus dilaporkan, 1749 dapat terselesaikan dan sisanya

tidak dapat terselesaikan. Hal ini disebabkan proses pemeriksaan oleh penyidik masih

dilakukan secara konvensional dan pendokumentasian sangkaan maupun pasal-pasal

masih manual. Proses penyidikan untuk penetapan tersangka dan penentuan pasal

memerlukan waktu yang cukup lama. Sistem pakar penentuan pasal-pasal tindakan

kesusilaan dibangun untuk mendokumentasikan sangkaan dan penentuan pasal tindak

pidana agar memudahkan penyidik menyelesaikan proses penyidikan.

Materi hukum sebagai basis pengetahuan untuk sistem pakar ini diambil dari

Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), dengan permasalahan hukum tindak

pidana kejahatan terhadap kesusilaan. Hukum pidana memuat aturan-aturan hukum

yang mengikat kepada perbuatan-perbuatan yang memenuhi syarat tertentu suatu

akibat yang berupa pidana. Aturan-aturan yang dimuat dalam KUHP merupakan

sangkaan (pertanyaan) untuk dijawab oleh pelaku. Proses perunutan sangkaan

menggunakan forward chaining, yaitu proses perunutan yang dimulai dengan

menampilkan kumpulan data atau fakta yang meyakinkan menuju konklusi akhir.

Pengujian dilakukan menggunakan kriteria Azwar yang terbagi dalam tiga

kategori, yaitu : tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan hasil pengujian tersebut

didapat bahwa sistem pakar ini dapat menentukan pasal tindak pidana kesusilaan

berdasarkan sangkaan-sangkaan yang didapat dari pelaku dalam proses penyidikan.

Sistem pakar juga cukup membantu pihak kepolisian untuk mendokumentasikan data

penyidikan berupa sangkaan, pasal, identitas pelaku dan korban.

(2)

ABSTRACT

There were many criminal acts that could not be solved. Based on

http://indonesia.go.id there were 4790 cases. 1749 of 4790 cases can be solved

succesfully and the rest could not be solved. It was due to process of examination

which were done by the investigators were still being undertaken in an conventional

way and the documentation of suspicions had not been digitalized yet. The

determination of the suspect and the article took a long time to accomplish. This

expert system was built to help the investigators resolving those determinations

process.

The knowledges of this expert system was taken from Kitab Undang-undang

Hukum Pidana (KUHP), which were focused on the criminal law of decency. The

criminal law contained the rules of law which bound on the activities that fulfill the

specification of criminal act. The rules that contained in KUHP were suspicions or

questions that supposed to be answered by the suspect. The tracking process of

suspicions were based on forward chaining method. Therefore, the tracking process

was begun from presenting the collection of data or facts which convinced to get the

final conclusion.

The system was evaluated by using Azwar criteria that were divided into three

categories : high, medium, and low. The results of the evaluation, this expert system

was able to determine the article of criminal law based on the suspicions obtained

from the suspect in determining process. Thus, the expert system could help police

department to documented the data of investigation such as suspicions, articles,

identity of the suspect and the victim.

(3)

i

HALAMAN JUDUL

SISTEM PAKAR PENENTUAN PASAL-PASAL TINDAKAN KESUSILAAN MENGGUNAKAN FORWARD CHAINING

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Program Studi Teknik Informatika

Disusun oleh :

Benedicta Maria Laras Anggrahini

115314063

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

ii

HALAMAN JUDUL (English)

The Expert System to Determine Article Act of Decency Using Forward Chaining

A Thesis

Presented as Partial Fulfillment of The Requirements

To Obtain Sarjana Komputer Degree

In Informatics Engineering Study Program

Created By :

Benedicta Maria Laras Anggrahini

115314063

INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM DEPARTMENT OF INFORMATICS ENGINEERING

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY

(5)

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

(6)

iv

HALAMAN PENGESAHAN

(7)

v

(8)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

(9)

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tugas akhir ini saya persembahkan untuk :

Tuhan Yesus Kristus, sebagai sumber kekuatan, doa, dan harapan.

Mereka yang terkasih,

Bapak F.X. Abdul Hadi

+

dan Ibu Sri Widaryati yang sudah banyak

berkorban, tidak pernah berhenti memberikan doa serta dukungan.

Sahabat seperjuangan dan partner setia yang sudah memberikan

(10)

viii

HALAMAN MOTTO

Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai

kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.

(Matius 6:34)

“In every darkness, there's a light. In every struggle, there's a way. In every faith, there's a hope...”

(Anmol Andore)

“Don't cry because it's over, smile because it happened.”

(11)

ix

ABSTRAK

Tidak sedikit kasus tindak pidana yang dapat terselesaikan. Berdasar data indonesia.go.id terdapat 4790 kasus dilaporkan, 1749 dapat terselesaikan dan sisanya tidak dapat terselesaikan. Hal ini disebabkan proses pemeriksaan oleh penyidik masih dilakukan secara konvensional dan pendokumentasian sangkaan maupun pasal-pasal masih manual. Proses penyidikan untuk penetapan tersangka dan penentuan pasal memerlukan waktu yang cukup lama. Sistem pakar penentuan pasal-pasal tindakan kesusilaan dibangun untuk mendokumentasikan sangkaan dan penentuan pasal tindak pidana agar memudahkan penyidik menyelesaikan proses penyidikan.

Materi hukum sebagai basis pengetahuan untuk sistem pakar ini diambil dari Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), dengan permasalahan hukum tindak pidana kejahatan terhadap kesusilaan. Hukum pidana memuat aturan-aturan hukum yang mengikat kepada perbuatan-perbuatan yang memenuhi syarat tertentu suatu akibat yang berupa pidana. Aturan-aturan yang dimuat dalam KUHP merupakan sangkaan (pertanyaan) untuk dijawab oleh pelaku. Proses perunutan sangkaan menggunakan forward chaining, yaitu proses perunutan yang dimulai dengan menampilkan kumpulan data atau fakta yang meyakinkan menuju konklusi akhir.

Pengujian dilakukan menggunakan kriteria Azwar yang terbagi dalam tiga kategori, yaitu : tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan hasil pengujian tersebut didapat bahwa sistem pakar ini dapat menentukan pasal tindak pidana kesusilaan berdasarkan sangkaan-sangkaan yang didapat dari pelaku dalam proses penyidikan. Sistem pakar juga cukup membantu pihak kepolisian untuk mendokumentasikan data penyidikan berupa sangkaan, pasal, identitas pelaku dan korban.

(12)

x

ABSTRACT

There were many criminal acts that could not be solved. Based on http://indonesia.go.id there were 4790 cases. 1749 of 4790 cases can be solved succesfully and the rest could not be solved. It was due to process of examination which were done by the investigators were still being undertaken in an conventional way and the documentation of suspicions had not been digitalized yet. The determination of the suspect and the article took a long time to accomplish. This expert system was built to help the investigators resolving those determinations process.

The knowledges of this expert system was taken from Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), which were focused on the criminal law of decency. The criminal law contained the rules of law which bound on the activities that fulfill the specification of criminal act. The rules that contained in KUHP were suspicions or questions that supposed to be answered by the suspect. The tracking process of suspicions were based on forward chaining method. Therefore, the tracking process was begun from presenting the collection of data or facts which convinced to get the final conclusion.

The system was evaluated by using Azwar criteria that were divided into three categories : high, medium, and low. The results of the evaluation, this expert system was able to determine the article of criminal law based on the suspicions obtained from the suspect in determining process. Thus, the expert system could help police department to documented the data of investigation such as suspicions, articles, identity of the suspect and the victim.

(13)

xi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan

berkat serta penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

dengan judul “Sistem Pakar Penentuan Pasal-Pasal Tindakan Kesusilaan

Menggunakan Forward Chaining”. Penulisan tugas akhir ini diajukan untuk

memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik

Informatika Universitas Sanata Dharma.

Pada proses penulisan tugas akhir ini, tidak lupa penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Yang terkasih, kedua orang tua, Bapak F.X. Abdul Hadi+ dan Ibu Sri

Widaryati yang sudah rela berkorban, memberikan doa serta dukungan

kepada penulis.

2. Bapak Eko Hari Parmadi, S.Si., M.Kom. selaku dosen pembimbing, yang

telah sabar dalam membimbing, memberikan inspirasi dan motivasi

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Bapak Alb. Agung Hadhiatma, S.T., M.T. dan Bapak Drs. Johanes Eka

Priyatma M.Sc., Ph.D. selaku dosen penguji yang telah memberikan

masukan untuk tugas akhir ini.

4. Bapak Aiptu F.X. Rusgiyanta, Bapak Brigadir Bambang Purwoko dan

seluruh anggota polisi di Polsek Gondokusuman selaku narasumber yang

sudah memberikan masukan dan bantuan materi KUHP untuk dapat

menyelesaikan studi ini.

5. Teman-teman seperjuangan terbaik : Priska, Dion, Beny, Rio, Dio, Rossy,

Bagus, Agung, Sisil, Pasca, Monik, Lukas, Dwi, Rintan yang selalu

bersama-sama tertawa walaupun sedang lelah, selalu membantu

memberikan masukan untuk penulis.

6. Partner setia : Siska, Ulul, Glen yang selalu memberi dukungan, memberi

tempat untuk bersandar, dan selalu direpotkan selama penulis mengerjakan

(14)
(15)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL (English) ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

HALAMAN MOTTO ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

1.4. Batasan Masalah ... 4

1.5. Metodologi Penelitian ... 4

1.6. Sistematika Penulisan ... 5

(16)

xiv

2.2. Runut Maju (Forward Chaining) ... 9

2.3. Tabel Keputusan dan Pohon Keputusan ... 10

2.4. Konversi Menjadi Kaidah Produksi ... 11

2.5. KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) ... 12

2.5.1. Tindak Pidana Pasal Kesusilaan... 12

BAB III ... 20

METODOLOGI DAN PERANCANGAN SISTEM ... 20

3.1. Metodologi dan Prosedur Pengembangan Sistem ... 20

3.2. Deskripsi Sistem ... 20

3.3. Model Analisis ... 22

3.3.1. DFD ... 22

3.3.2. Conceptual Design ... 24

3.3.3. Matriks Pasal-Pasal yang disangkaan ... 26

3.3.4. Pohon Keputusan ... 37

3.3.5. Kaidah Produksi ... 38

3.4. Model Desain ... 43

3.4.1. Interface... 43

BAB IV ... 54

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN ... 54

4.1. Implementasi ... 54

4.1.1. Login ... 54

4.1.2. Halaman Utama Penyidik ... 54

4.1.3. Proses Input Data Pelapor ... 55

4.1.4. Proses Input Peristiwa ... 56

4.1.5. Proses Input Data Pelaku dan Data Korban ... 56

4.1.6. Proses Penyidikan ... 57

4.1.7. Mengedit Data Pasal ... 58

4.1.8. Mengedit Data Kasus ... 59

4.1.9. Menambah Sangkaan (Pertanyaan) ... 59

4.1.10. Kelola Sangkaan (Pertanyaan) ... 60

4.1.11. Menambah Pasal ... 61

(17)

xv

4.1.13. Mencetak Hasil... 62

4.1.14. Halaman Bantuan Penyidik ... 63

4.1.15. Halaman Utama User ... 64

4.1.16. Halaman Data Pasal User ... 64

4.1.17. Halaman Data Kasus User ... 65

4.1.18. Halaman Bantuan User ... 66

4.2. Pengujian ... 67

4.2.1. Hasil Pengujian oleh Pakar ... 67

4.2.2. Hasil Pengujian oleh User ... 72

BAB V ... 78

KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

5.1. Kesimpulan ... 78

5.2. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Pohon Keputusan... 11

Gambar 3. 1 Diagram Konteks... 21

Gambar 3. 3 DFD Level 1 ... 22

Gambar 3. 4 DFD Level 2 Proses 2 Kelola Data Kesusilaan ... 23

Gambar 3. 5 DFD Level 2 Proses 3 Kelola Kasus ... 23

Gambar 3. 6 ER Diagram ... 24

Gambar 3. 7 Tabel Relasi ... 25

(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Tabel Keputusan ... 10

Tabel 3. 1 Tabel Matriks Sangkaan... 26

Tabel 4. 1 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 1 ... 67

Tabel 4. 2 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 2 ... 67

Tabel 4. 3 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 3 ... 68

Tabel 4. 4 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 4 ... 68

Tabel 4. 5 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 5 ... 68

Tabel 4. 6 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 6 ... 68

Tabel 4. 7 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 7 ... 69

Tabel 4. 8 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 8 ... 69

Tabel 4. 9 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 9 ... 69

Tabel 4. 10 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 10 ... 69

Tabel 4. 11 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 11 ... 70

Tabel 4. 12 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 12 ... 70

Tabel 4. 13 Tabel Pengujian Pakar ... 71

Tabel 4. 14 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 1 ... 72

Tabel 4. 15 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 2 ... 72

Tabel 4. 16 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 3 ... 72

Tabel 4. 17 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 4 ... 72

Tabel 4. 18 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 5 ... 73

Tabel 4. 19 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 6 ... 73

Tabel 4. 20 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 7 ... 73

Tabel 4. 21 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 8 ... 73

Tabel 4. 22 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 9 ... 74

Tabel 4. 23 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 10 ... 74

Tabel 4. 24 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 11 ... 74

Tabel 4. 25 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 12 ... 74

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara hukum yang memiliki

peraturan hukum pidana yaitu KUHP (Kitab Undang-undang Hukum

Pidana). Terdapat ratusan pasal yang mengatur hukum pidana di

Indonesia. Hukum pidana memuat aturan-aturan hukum yang

mengikatkan kepada perbuatan-perbuatan yang memenuhi syarat tertentu

suatu akibat yang berupa pidana. Aturan hukum mengandung larangan

dan ancaman pidana yang sudah ditentukan oleh pihak yang berwenang.

Ancaman pidana dapat diberlakukan terhadap seseorang maupun

kelompok yang melakukan pelanggaran tindakan pidana. Masing-masing

dari tindakan pidana tersebut mempunyai jeratan pasal dan putusan

hukuman yang berbeda.

Sebelum ditetapkan menjadi tersangka dan dijatuhi dengan

hukuman dilakukan terlebih dahulu proses pemeriksaan yang dilakukan

oleh penyidik. Pemeriksaan difokuskan terhadap hal yang menyangkut

persoalan hukum dan mengarah ke kesalahan tindak pidana yang

dilakukan pelaku. Proses pemeriksaan ini masih dilakukan secara

konvensional sehingga memakan waktu yang cukup lama.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik D.I. Yogyakarta jumlah

tindakan kriminal (konvensional) di Polda D.I. Yogyakarta tahun

2010-2012 mencapai 20.524 kasus. Bahkan berita di KRJogja.com pada

tanggal 31 Desember 2013 menjelaskan bahwa 'crime indeks' naik 118

kasus (5,97 persen) dari tahun lalu menjadi 2.094 kasus. Secara kualitas

pada dasarnya masih terkendali dan kondusif, meskipun secara kuantitas

masih ada kasus-kasus yang mengalami peningkatan serta masih adanya

permasalahan yang belum terselesaikan. Menurut Kapolda DIY Brigjen

(21)

turun dari tahun lalu, 877 kasus. Sementara yang mengalami kenaikan

diantaranya pembunuhan (9 menjadi 12 kasus), aniaya berat (35 menjadi

39), pemerasan/pengancaman (42 menjadi 53), narkoba (241 menjadi

305), curanmor (494 menjadi 691), temuan senpi (5 menjadi 17), dan

KDRT (86 menjadi 109). Komnas Perempuan mencatat telah terjadi

4.845 kasus perkosaan di Indonesia pada tahun 1998 hingga 2010.

Sedangkan di lingkup DIY, Rifka Annisa sebagai Koordinator Divisi

Pendampingan telah menerima 131 laporan pemerkosaan dan 71 laporan

pelecehan seksual pada 2009 hingga 2012. Khusus tahun ini, Januari

hingga September 2013, ada 32 kasus perkosaan dan 10 kasus pelecehan

seksual. Dari angka tersebut, rata-rata usia korban yakni 14-16 tahun,

bahkan ada pula yang tiga tahun. Kasus pemerkosaan dan kenakalan

remaja selama tahun 2014 di DIY meningkat dari tahun sebelumnya.

Wakapolda DIY Kombes Imam Sugianto memaparkan kasus

pemerkosaan yang tahun 2013 sejumlah 16 laporan kasus, tahun ini naik

menjadi 21 laporan kasus. Sementara kasus kenakalan remaja naik dari 10

kasus menjadi 20 kasus.

Berdasarkan data indonesia.go.id perincian kasus kejahatan di

wilayah Hukum Mapolda DIY mengalami kenaikan. Tahun 2010 ada 276

kasus dan dapat diselesaikan sebanyak 51 kasus atau sebesar 18,3 %.

Tahun 2011 terdapat 381 kasus dan dapat diselesaikan sebanyak 138

kasus atau 36,22 %.

Pelaporan kasus yang masuk ke Polresta Yogyakarta tahun 2010

berjumlah 1.210 kasus dapat diselesaikan sebanyak 466 kasus, tahun

2011 terjadi 1.176 kasus telah dapat diselesaikan 320 kasus. Polres

Sleman tahun 2010 laporan yang masuk 877 kasus , diselesaikan 254 dan

tahun 2011 terjadi 929 kasus diselesaikan sebanyak 333 kasus. Polres

bantul: pada semester I Tahun 2011 laporan yang masuk 387 kasus,

diselesaikan 176 kasus. Polres Kulonprogo 176 kasus, dapat diselesaikan

sebanyak 112 kasus dan Kabupaten Gunungkidul laporan yang masuk

(22)

Runut Maju (Forward Chaining) merupakan proses perunutan

yang dimulai dengan menampilkan kumpulan data atau fakta yang

menuju konklusi akhir. Penalaran dimulai dari premis-premis atau

informasi masukan (if) dahulu kemudian menuju konklusi atau derived

information (then). Data atau fakta yang dikumpulkan berupa sangkaan

yang didapat oleh penyidik dari pelaku. Sangkaan tersebut diubah

menjadi premis untuk mendapatkan pasal yang disangkakan (konklusi)

kepada pelaku.

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa banyak kasus tidak

terselesaikan. Di sisi lain jumlah kasus kejahatan dari tahun ke tahun

cenderung meningkat. Pendokumentasian kasus dan pasal-pasal yang

disangkakan kepada pelaku menjadi penting untuk memudahkan penyidik

dalam melakukan proses penyidikan. Sistem pakar penentuan pasal-pasal

tindakan kesusilaan menggunakan forward chaining diharapkan dapat

membantu penyidik dalam menyelesaikan kasus kesusilaan dengan lebih

cepat dan mudah.

1.2. Rumusan Masalah

Masalah yang ingin diselesaikan pada penelitian ini adalah :

a. Bagaimana mendokumentasikan kasus dan pasal-pasal sangkaan agar

penyidik dapat menyelesaikan penyidikan kasus kesusilaan dengan

mudah dan cepat?

b. Bagaimana menerapkan forward chaining dalam sistem pakar penentuan

pasal-pasal tindakan kesusilaan?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Membuat sistem yang mampu mendokumentasikan kasus dan

pasal-pasal sangkaan.

b. Membuat sistem pakar penentuan pasal-pasal tindakan kesusilaan

(23)

Manfaat penelitian ini adalah :

a. Membantu penyidik dalam mendokumentasikan kasus dan

pasal-pasal sangkaan

b. Memudahkan penyidik dalam menentukan pasal-pasal sangkaan

1.4. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Kasus-kasus kriminal yang diselesaikan hanya pada kasus

kesusilaan

2. Pengguna sistem pakar ini adalah penyidik sebagai admin dan

anggota kepolisian sebagai user

3. Sistem pakar ini dikembangkan menggunakan forward chaining

sedangkan representasi basis pengetahuan menggunakan kaidah

produksi (IF-THEN)

1.5. Metodologi Penelitian

1. Studi Pustaka

Mencari referensi yang berasal dari berbagai sumber yang ada

seperti dari buku, jurnal ilmiah dan artikel internet terutama yang

berkaitan dengan topik permasalahan yang akan diteliti. Referensi

inilah yang akan digunakan sebagai dasar dari pengembangan yang

akan dibuat.

2. Wawancara

Mencari data kasus kesusilaan, proses penentuan pasal-pasal

sangkaan, unsur-unsur kesusilaan dengan narasumber dari Polsek

Gondokusuman :

a. Nama : Aiptu F.X. Rusgiyanta

Jabatan: Kasi Hukum

b. Nama : Brigadir Bambang Purwoko

(24)

3. Perancangan

Perancangan pembuatan sistem meliputi DFD, ER Diagram, User

Interface, model sistem pakar yang dikembangkan meliputi basis

pengetahuan dan mesin inferensi.

4. Implementasi

Melakukan coding dari perancangan sistem berupa GUI, database,

mesin inferensi, basis pengetahuan.

5. Pengujian dan Analisa Hasil

Mencari kesalahan setiap fungsi dan diperbaiki sampai tidak

ditemukan kesalahan. Memastikan basis pengetahuan dan mesin

inferensi saling berhubungan. Melakukan pengujian kepada

pengguna yaitu penyidik. Seluruh hasil pengujian dianalisis untuk

mendapatkan hasil penelitian.

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini mengungkap latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelasakan dan menguraikan teori-teori yang digunakan

sebagai penelitian ini antara lain sistem pakar, pohon keputusan, KUHP

dan kaidah produksi.

BAB III PERANCANGAN

Perancangan yang akan dilakukan secara rinci beserta metode yang akan

dilakukan. Uraian perancangan sistem ini meliputi perancangan data

(25)

sistem akan bekerja, maupun perancangan antar muka dalam desain dan

implementasi yang akan digunakan.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

Berisi penjelasan tentang pengujian sistem secara umum. Pengujian

sistem secara umum akan membahas mengenai lingkungan uji coba untuk

menggunakan sistem ini.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan pengerjaan tugas akhir dan saran untuk melakukan

(26)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Sistem Pakar

Sistem pakar adalah salah satu cabang kecerdasan buatan yang

menggunakan pengetahuan-pengetahuan khusus yang dimiliki oleh

seorang ahli untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu.

Pada dasarnya sistem pakar diterapkan untuk mendukung aktivitas

pemecahan masalah. Beberapa aktivitas pemecahan yang dimaksud

antara lain: pembuatan keputusan, pemaduan pengetahuan, pembuatan

design, perencanaan, prakiraan, pengaturan, pengendalian, diagnosis,

perumusan, penjelasan, pemberian nasihat dan pelatihan. Sistem pakar

juga dapat berfungsi sebagai asisten yang pandai dari seorang pakar.

Sistem pakar dibuat pada wilayah pengetahuan tertentu untuk suatu

kepakaran tertentu yang mendekati kemampuan manusia di salah satu

bidang.Sistem pakar mencoba mencari solusi yang memuaskan

sebagaimana yang dilakukan seorang pakar.

2.1.1. Sejarah Sistem Pakar

Sistem pakar untuk melakukan menyelesaikan

permasalahan komputasi telah berkembang sejak pertengahan

tahun 1943. Beberapa permasalahan seperti :

 Tahun 1943, Post E.L. membuktikan bahwa permasalahan-permasalahan komputasi dapat

diselesaikan dengan aturan IF-THEN.

 Tahun 1961, General Problem Solver (GPS) oleh A. Newell and H. Simon. Adalah sebuah program yang

dibangun untuk menyelesaikan permasalahan mulai dari

(27)

 Tahun 1969, DENDRAL. Dibangun di Stamford University atas permintaan NASA (Buchanan and

Feigenbaum) untuk melakukan analisis kimiawi terhadap

kondisi tanah di planet Mars.

 Tahun 1970s, MCYN. Dibuat untuk diagnosa medis oleh Buchanan dan Shortliffe.

 Tahun 1982, R1/XCON adalah sistem pakar pertama yang dibuat oleh para peneliti di Carnegie Melon

University (CMU).

2.1.2. Komponen Sistem Pakar

Sistem pakar sebagai sebuah program sebagai sebuah program

yang difungsikan untuk menirukan pakar manusia harus bisa

melakukan hal-hal yang dapat dikerjakan oleh seorang pakar.

Untuk membangun sistem tersebut komponen – komponen yang harus dimiliki sebagai berikut [1] :

a. Antar Muka Pengguna (User Interface)

Sistem pakar menyediakan komunikasi antara sistem dan

pemakainya, yang disebut anta muka. Antar Muka yang efektif

dan ramah pengguna penting terutama bagi pengguna yang

tidak ahli dalam bidang yang diterapkan pada sistem pakar.

b. Basis Pengetahuan (Knowledge Base)

Basis pengetahuan merupakan kumpulan pengetahuan bidang

tertentu pada tingkatan pakar dalam format tertentu.

Pengetahuan ini diperoleh dari akumulasi pengetahuan pakar

dan sumber-sumber pengetahuan lainnya. Basis pengethauan

bersifat dinamis, bisa berkembang dari waktu ke waktu.

c. Mesin Inferensi (Inference Machine)

Mesin inferensi merupakan otak dari sistem pakar, berupa

(28)

sistem pakar. Mesin inferensi inilah yang akan mencari solusi

dari suatu permasalahan.

d. Memori Kerja (Working Memory)

Bagian dari sistem pakar yang menyimpan fakta-fakta yang

diperoleh saatdilakukan proses konsultasi. Fakta inilah yang

nantinya akan diolah oleh mesin inferensi berdasarkan

pengetahuan yang disimpan dalam basis pengetahuan untuk

menentukan suatu keputusan pemecahan masalah.

2.1.3. Pemakai Sistem Pakar

Sistem pakar dapat digunakan oleh :

 Orang awam yang bukan pakar untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah.

 Pakar sebagai asisten yang berpengetahuan.

2.2. Runut Maju (Forward Chaining)

Runut Maju merupakan proses perunutan yang dimulai dengan

menampilkan kumpulan data atau fakta yang menuju konklusi akhir.

Penalaran dimulai dari premis-premis atau informasi masukan (if) dahulu

kemudian menuju konklusi atau derived information (then) atau dapat

dimodelkan sebagai berikut :

IF (informasi masukan)

Then (konklusi)

Informasi masukan dapat berupa data, bukti, temuan, atau

pengamatan. Sedangkan konklusi dapat berupa tujuan, hipotesa,

penjelasan, atau diagnosis. Sehingga jalannya penalaran runut maju dapat

dimulai dari data menuju tujuan, dari bukti menuju hipotesa, dari temuan

(29)

2.3. Tabel Keputusan dan Pohon Keputusan

Tabel keputusan merupakan cara untuk mendokumentasikan

pengetahuan, matrik kondisi yang dipertimbangkan dalam pendeskripsian

kaidah. Kaidah yang disajikan dalam bentuk kaidah produksi disusun dari

tabel keputusan.

Kaidah secara langsung dapat dihasilkan dari tabel keputusan,

tetapi untuk menghasilkan kaidah yang efisien maka terlebih dahulu

membuat pohon keputusan. Dari pohon keputusan dapat diketahui atribut

(kondisi) yang dapat direduksi sehingga menghasilkan kaidah yang

efisien dan optimal.

Tabel 1. 1 Tabel Keputusan

Hipotesa

Evidence

H1 H2 H3 H4

Evidence A    -

Evidence B  -  

Evidence C  - - 

Evidence D - - - 

Evidence E -   -

Mengacu tabel keputusan pada tabel 2.1 di atas dapat dihasilkan pohon

(30)

A

C : evidence C, H3 : hipotesa 3, ** : tidak menghasilkan hipotesa tertentu D : evidence D, H4 : hipotesa 4

E : evidence E

Gambar 2. 1 Pohon Keputusan 2.4. Konversi Menjadi Kaidah Produksi

Pohon keputusan yang dihasilkan digunakan sebagai acuan dalam

menyusun kaidah. Atribut di dalam tabel keputusan menjadi premis di

dalam kaidah yang direpresentasikan secara kaidah produksi.

Kaidah yang dapat dihasilkan dengan mengacu pohon keputusan

pada gambar 2.1 adalah sebagai berikut :

a. Kaidah 1 : IF A and B and C THEN H1

b. Kaidah 2 : IF A and B and E THEN H3

(31)

d. Kaidah 4 : IF D and B and C THEN H4

Kaidah dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu kaidah

derajat pertama (first order rule) dan kaidah meta (meta rule). Kaidah

derajat pertama adalah kaidah sederhana yang terdiri dari antesenden dan

konsekuen. Kaidah meta adalah kaidah yang antesenden dan

konsekuennya mengandung informasi tentang kaidah yang lain.

Contohnya sebagai berikut :

1. Kaidah Derajat Pertama

IF hewan mempunyai sayap and bertelur, THEN hewan tersebut

berjenis burung.

Kaidah derajat pertama dapat digunakan untuk membentuk kaidah

meta.

2. Kaidah Meta

IF hewan termasuk jenis burung and mempunyai sayap and bisa

berenang, THEN hewan tersebut burung penguin

2.5. KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana)

KUHP atau Kitab Undang-undang Hukum Pidana adalah peraturan

perundang-undangan yang mengatur mengenai perbuatan pidana secara

materiil di Indonesia. KUHP dibagi dalam tiga buku :

a. Buku kesatu : tentang aturan umum yang mempunyai 9 bab.

b. Buku kedua : tentang kejahatan yang mempunyai 33 bab.

c. Buku ketiga : tentang pelanggaran yang mempunyai 9 bab.

2.5.1. Tindak Pidana Pasal Kesusilaan

Pada tindak pidana kasus kesusilaan terdapat pada buku

(32)

2.5.1.1. Pasal 281

Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun

delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu

lima ratus rupiah:

(1) Barang siapa dengan sengaja dan terbuka melanggar

kesusilaan;

(2) Barang siapa dengan sengaja dan di depan orang lain yang

ada di situ bertentangan dengan kehendaknya, melanggar

kesusilaan.

2.4.1.2. Pasal 282

(1) Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau

menempelkan di muka umum tulisan, gambaran atau benda

yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan, atau

barang siapa dengan maksud untuk disiarkan,

dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, membikin

tulisan, gambaran atau benda tersebut, memasukkannya ke

dalam negeri, meneruskannya, mengeluarkannya dari

negeri, atau memiliki persediaan, ataupun barang siapa

secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat

tanpa diminta, menawarkannya atau menunjukkannya

sebagai bisa diperoleh, diancam dengan pidana penjara

paling lama satu tahun enam bulan atau pidana denda

paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.

(2) Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau

menempelkan di muka umum tulisan, gambaran atau benda

yang melanggar kesusilaan, ataupun barang siapa dengan

maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan

di muka umum, membikin, memasukkan ke dalam negeri,

meneruskan mengeluarkannya dari negeri, atau memiliki

persediaan, ataupun barang siapa secara terang-terangan

atau dengan mengedarkan surat tanpa diminta,

(33)

diancam, jika ada alasan kuat baginya untuk menduga

bahwa tulisan, gambazan atau benda itu melanggar

kesusilaan, dengan pidana paling lama sembilan bulan atau

pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

(3) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam

ayat pertama sebagai pencarian atau kebiasaan, dapat

dijatuhkan pidana penjara paling lama dua tahun delapan

bulan atau pidana denda paling banyak tujuh puluh lima

ribu rupiah.

2.4.1.3. Pasal 283

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan

bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu

rupiah, barang siapa menawarkan, memberikan untuk terus

maupun untuk sementara waktu, menyerahkan atau

memperlihatkan tulisan, gambaran atau benda yang

melanggar kesusilaan, maupun alat untuk mencegah atau

menggugurkan kehamilan kepada seorang yang belum

dewasa, dan yang diketahui atau sepatutnya harus diduga

bahwa umumya belum tujuh belas tahun, jika isi tulisan,

gambaran, benda atau alat itu telah diketahuinya.

(2) Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa

membacakan isi tulisan yang melanggar kesusilaan di muka

oranng yang belum dewasa sebagaimana dimaksud dalam

ayat yang lalu, jika isi tadi telah diketahuinya.

(3) Diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan

atau pidana kurungan paling lama tiga bulan atau pidana

denda paling banyak sembilan ribu rupiah, barang siapa

menawarkan, memberikan untuk terus maupun untuk

sementara waktu, menyerahkan atau memperlihatkan,

tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan,

maupun alat untuk mencegah atau menggugurkan

(34)

sebagaimana dimaksud dalam ayat pertama, jika ada alasan

kuat baginya untuk menduga, bahwa tulisan, gambaran atau

benda yang melanggar kesusilaan atau alat itu adalah alat

untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan.

2.4.1.4. Pasal 283bis

Jika yang bersalah melakukan salah satu kejahatan tersebut

dalam pasal 282 dan 283 dalam menjalankan pencariannya

dan ketika itu belum lampau dua tahun sejak adanya

pemidanaan yang menjadi pasti karena kejahatan semacam

itu juga, maka dapat dicabut haknya untuk menjalankan

pencarian tersebut.

2.4.1.5. Pasal 285

Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan

memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar

perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan

pidana penjara paling lama dua belas tahun.

2.4.1.6. Pasal 286

Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar

perkawinan, padahal diketahui bahwa wanita itu dalam

keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam dengan

pidana penjara paling lama sembilan tahun.

2.4.1.7. Pasal 287

(1) Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar

perkawinan, padahal diketahuinya atau sepatutnya harus

diduganya bahwa umurnya belum lima belas tahun, atau

kalau umurnya tidak jelas, bawa belum waktunya untuk

dikawin, diancam dengan pidana penjara paling lama

(35)

(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika

umur wanita belum sampai dua belas tahun atau jika ada

salah satu hal berdasarkan pasal 291 dan pasal 294.

2.4.1.8. Pasal 288

(1) Barang siapa dalam perkawinan bersetubuh dengan seorang

wanita yang diketahuinya atau sepatutnya harus didugunya

bahwa yang bersangkutan belum waktunya untuk dikawin,

apabila perbuatan mengakibatkan luka-luka diancam

dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan

pidana penjara paling lama delapan tahun.

(3) Jika mengakibatkan mati, dijatuhkan pidana penjara paling

lama dua belas tahun.

2.4.1.9. Pasal 289

Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan

memaksa seorang untuk melakukan atau membiarkan

dilakukan perbuatan cabul, diancam karena melakukan

perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan, dengan

pidana penjara paling lama sembilan tahun.

2.4.1.10. Pasal 290

Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:

(1) Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang,

padahal diketahuinya bahwa orang itu pingsan atau tidak

berdaya;

(2) Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang

padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya,

bahwa umumya belum lima belas tahun atau kalau umumya

tidak jelas, yang bersangkutan belum waktunya untuk

(36)

(3) Barang siapa membujuk seseorang yang diketahuinya atau

sepatutnya harus diduganya bahwa umurnya belum lima

belas tahun atau kalau umumya tidak jelas yang

bersangkutan atau kutan belum waktunya untuk dikawin,

untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan

cabul, atau bersetubuh di luar perkawinan dengan orang

lain.

2.4.1.11. Pasal 291

(1) Jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 286, 2 87, 289,

dan 290 mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana

penjara paling lama dua belas tahun;

(2) Jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 285, 2 86, 287,

289 dan 290 mengakibatkan kematisn dijatuhkan pidana

penjara paling lama lima belas tahun.

2.4.1.12. Pasal 292

Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan

orang lain sesama kelamin, yang diketahuinya atau

sepatutnya harus diduganya belum dewasa, diancam

dengan pidana penjara paling lama lima tahun.

2.4.1.13. Pasal 293

(1) Barang siapa dengan memberi atau menjanjikan uang atau

barang, menyalahgunakan pembawa yang timbul dari

hubungan keadaan, atau dengan penyesatan sengaja

menggerakkan seorang belum dewasa dan baik

tingkahlakunya untuk melakukan atau membiarkan

dilakukan perbuatan cabul dengan dia, padahal tentang

belum kedewasaannya, diketahui atau selayaknya harus

diduganya, diancam dengan pidana penjara paling lama

lima tahun.

(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan orang yang

(37)

(3) Tenggang waktu tersebut dalam pasal 74 bagi pengaduan

ini adalah masing-masing sembilan bulan dan dua belas

bulan.

2.4.1.14. Pasal 294

(1) Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya,

tirinya, anak angkatnya, anak di bawah pengawasannya

yang belum dewasa, atau dengan orang yang belum dewasa

yang pemeliharaanya, pendidikan atau penjagaannya

diannya yang belum dewasa, diancam dengan pidana

penjara paling lama tujuh tahun.

(2) Diancam dengan pidana yang sama:

1. pejabat yang melakukan perbuatan cabul dengan orang

yang karena jabatan adalah bawahannya, atau dengan

orang yang penjagaannya dipercayakan atau diserahkan

kepadanya,

2. pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas atau

pesuruh dalam penjara, tempat pekerjaan negara, tempat

pen- didikan, rumah piatu, rumah sakit, rumah sakit

jiwa atau lembaga sosial, yang melakukan perbuatan

cabul dengan orang yang dimasukkan ke dalamnya.

2.4.1.15. Pasal 295

(1) Diancam :

1. dengan pidana penjara paling lama lima tahun barang

siapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan

dilakukannya perbuatan cabul oleh anaknya, anak

tirinya, anak angkatnya, atau anak di bawah

pengawasannya yang belum dewasa, atau oleh orang

yang belum dewasa yang pemeliharaannya, pendidikan

atau penjagaannya diserahkan kepadanya, ataupun oleh

bujangnya atau bawahannya yang belum cukup umur,

(38)

2. dengan pidana penjara paling lama empat tahun barang

siapa dengan sengaja menghubungkan atau

memudahkan perbuatan cabul, kecuali yang tersebut

dalam butir 1 di atas, yang dilakukan oleh orang yang

diketahuinya belum dewasa atau yang sepatutnya harus

diduganya demikian, dengan orang lain.

(2) Jika yang melakukan kejahatan itu sebagai pencarian atau

kebiasaan, maka pidana dapat ditambah sepertiga.

2.4.1.16. Pasal 296

Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau

memudahkan cabul oleh orang lain dengan orang lain, dan

menjadikannya sebagai pencarian atau kebiasaan, diancam

dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan

(39)

20

BAB III

METODOLOGI DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1. Metodologi dan Prosedur Pengembangan Sistem

Sistem pakar ini akan dikembangkan menggunakan forward

chaining. Langkah yang dilakukan adalah mengumpulkan data dan

informasi dari penyidik sebagai panduan kebutuhan, membuat tabel dan

pohon keputusan, menganalisis dan mendesain sistem pakar,

implementasi dan pengujian sistem.

3.2. Deskripsi Sistem

Sistem pakar ini memiliki kemampuan untuk :

a. Menanyakan sangkaan perbuatan yang berkaitan dengan tindakan

kesusilaan kepada pelaku

b. Memberikan dugaan dan rekomendasi pasal yang termasuk dengan

tindakan kesusilaan yang sudah dilakukan

c. Menyimpulkan penuntutan dan ancaman pidana untuk tindak

pidana kesusilaan yang dilakukan

Kerja sistem pakar dapat digambarkan sebagai berikut : jika ada

penyidik yang sedang melakukan penyidikan terhadap pelaku kasus

kesusilaan, sistem akan membantu merekomendasikan pasal-pasal yang

akan menjerat pelaku.

Sistem akan memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan

unsur sangkaan dari masing-masing pasal kesusilaan. Pertanyaan akan

terus berlanjut sehingga sistem dapat memberikan konklusi berupa hasil

dugaan dan rekomendasi kepada penyidik untuk menjerat pelaku dengan

(40)

reskrim

Sistem Pakar Penentuan

Pasal-Pasal Tindakan Kesusilaan Menggunakan

Forward Chaining

verifikasi login

pelaku

korban

data korban data pelaku

data pasal

hasil penyidikan korban hasil penyidikan pelaku berita acara pemeriksaan pelaku

berita acara pemeriksaan korban data sangkaan

username, password

berita acara pemeriksaan korban, berita acara pemeriksaan pelaku

(41)

3.3. Model Analisis

berita acara pemeriksaan korban, berita acara pemeriksaan pelaku

data sangkaan

(42)

3.3.1.2. Level 2 Proses 2

Gambar 3. 3 DFD Level 2 Proses 2 Kelola Data Kesusilaan

3.3.1.3. Level 2 Proses 3

(43)
(44)

korban

(45)

3.3.3. Matriks Pasal-Pasal yang disangkaan Tabel 3. 1 Tabel Matriks Sangkaan

(46)
(47)
(48)
(49)
(50)

perbuatan

(51)
(52)
(53)
(54)
(55)

Keterangan (*)

1. anaknya, anak tirinya, anak angkatnya, anak di bawah pengawasan yang pemeliharaanya, pendidikan/penjagaannya

diserahkan kepadanya.

2. Di dalam penjara, tempat pekerjaan Negara, tempat pendidikan, rumah piatu, rumah sakit, rumah sakit jiwa atau lembaga

(56)

3.3.4. Pohon Keputusan

(57)

3.3.5. Kaidah Produksi

a. Kaidah 1 : jika sengaja melanggar kesusilaan dan di depan

orang lain melanggar kesusilaan maka pasal 281(1)

b. Kaidah 2 : jika sengaja melanggar kesusilaan dan terbuka

melanggar kesusilaan maka pasal 281(2)

c. Kaidah 3 : jika menyiarkan, mempertunjukkan, menempelkan

tulisan, gambaran/benda TELAH DIKETAHUI melanggar

kesusilaan memasukkan ke dalam/keluar negeri, memiliki

persediaan, menawarkan/menunjukkan dan sedang

menjalankan pencariannya maka pasal 282(1)

d. Kaidah 4 : jika menyiarkan, mempertunjukkan, menempelkan

tulisan, gambaran/benda YANG DIDUGA melanggar

kesusilaan memasukkan ke dalam/keluar negeri, memiliki

persediaan, menawarkan/menunjukkan maka pasal 282(2)

e. Kaidah 5 : jika menyiarkan, mempertunjukkan, menempelkan

tulisan, gambaran/benda YANG DIDUGA melanggar

kesusilaan memasukkan ke dalam/keluar negeri, memiliki

persediaan, menawarkan/menunjukkan dan sedang

menjalankan pencariannya maka pasal 282(3)

f. Kaidah 6 : jika menawarkan, memberikan, menyerahkan

/memperlihatkan tulisan, gambaran/benda maupun alat untuk

mencegah/menggugurkan kehamilan kepada seseorang yang

belum dewasa/umurnya belum 17tahun dan telah diketahui

(58)

g. Kaidah 7 : jika membacakan isi tulisan yang TELAH

DIKETAHUI melanggar kesusilaan di muka orang yang belum

dewasa maka pasal 383(2)

h. Kaidah 8 : jika menawarkan, memberikan, menyerahkan

/memperlihatkan tulisan, gambaran/benda maupun alat untuk

mencegah/menggugurkan kehamilan kepada seseorang yang

belum dewasa/umurnya belum 17tahun dan menduga isinya

melanggar kesusilaan maka pasal 283(3)

i. Kaidah 9 : jika kesusilaan dalam keluarga dan dilakukan oleh

suami (istri) dari yang terkena kejahatan dan tidak terpisah

meja dan ranjang/ harta kekayaan maka pasal 367(1) jika yang

bersalah melakukan salah satu kejahatan tersebut dalam pasal

282 dan 283 dalam menjalankan pencariannya dan ketika itu

belum lampau dua tahun sejak adanya pemidanaan yang

menjadi pasti karena kejahatan semacam itu juga, dapat dicabut

haknya untuk menjalankan pencarian tersebut maka pasal

283bis

j. Kaidah 10 : jika dengan kekerasan atau ancaman kekerasan

memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar

perkawinan maka pasal 285

k. Kaidah 11 : jika bersetubuh dengan seorang wanita di luar

perkawinan dan diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan

(59)

l. Kaidah 12 : jika bersetubuh dengan seorang wanita di luar

perkawinan dan diketahui bahwa diketahui bahwa umurnya

belum lima belas tahun, atau kalau umurnya tidak jelas, belum

waktunya untuk dikawin maka pasal 287(1)

m. Kaidah 13 : jika bersetubuh dengan seorang wanita di dalam

perkawinan dan belum waktunya untuk dikawin dan perbuatan

mengakibatkan luka-luka maka pasal 288(1)

n. Kaidah 14 : jika bersetubuh dengan seorang wanita di dalam

perkawinan dan belum waktunya untuk dikawin dan perbuatan

mengakibatkan luka-luka berat maka pasal 288(2)

o. Kaidah 15 : jika bersetubuh dengan seorang wanita di dalam

perkawinan dan belum waktunya untuk dikawin dan perbuatan

mengakibatkan kematian maka pasal 288(3)

p. Kaidah 16 : jika dengan kekerasan atau ancaman kekerasan dan

memaksa seorang untuk melakukan atau membiarkan

dilakukan perbuatan cabul maka pasal 289

q. Kaidah 17 : jika melakukan perbuatan cabul dan orang itu

pingsan atau tidak berdaya maka pasal 290(1)

r. Kaidah 18 : jika melakukan perbuatan cabul dan umurnya

belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak jelas, yang

bersangkutan belum waktunya untuk dikawin maka pasal

290(2)

s. Kaidah 19 : jika membujuk dan diduganya bahwa umurnya

(60)

bersangkutan atau kutan belum waktunya untuk dikawin dan

melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, atau

bersetubuh di luar perkawinan maka pasal 290(3)

t. Kaidah 20 : jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 286,

287, 289, serta 290 dan mengakibatkan luka-luka berat maka

pasal 291(1)

u. Kaidah 21 : jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 285,

286, 287, 289, serta 290 dan mengakibatkan kematian maka

pasal 291(2)

v. Kaidah 21 : jika melakukan perbuatan cabul dan dengan orang

lain sesama kelamin, yang diketahuinya atau sepatutnya harus

diduganya belum dewasa maka pasal 292

w. Kaidah 22 : jika melakukan perbuatan cabul dan memberi atau

menjanjikan uang/barang, menyalahgunakan dengan

penyesatan dan sengaja menggerakkan seorang belum dewasa

maka pasal 293(1)

x. Kaidah 23 : jika melakukan perbuatan cabul dan dengan orang

yang belum dewasa dan dengan anaknya, tirinya, anak

angkatnya, anak di bawah pengawasannya yang belum dewasa

maka pasal 294(1)

y. Kaidah 24 : jika melakukan perbuatan cabul dan dilakukan oleh

pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas atau pesuruh

dengan orang yang dimasukkan ke dalamnya maka pasal

(61)

z. Kaidah 25 : jika melakukan perbuatan cabul dan sengaja

menyebabkan atau memudahkan dilakukannya perbuatan cabul

dan oleh anaknya, anak tirinya, anak angkatnya, atau anak di

bawah pengawasannya yang belum dewasa, atau oleh orang

yang belum dewasa maka pasal 295(1.1)

aa. Kaidah 26 : jika sengaja menghubungkan atau memudahkan

perbuatan cabul dan yang dilakukan oleh orang yang belum

dewasa maka pasal 295(1.2)

bb.Kaidah 27 : jika melakukan perbuatan cabul dan dengan orang

yang belum dewasa dan dengan anaknya, tirinya, anak

angkatnya, anak di bawah pengawasannya yang belum dewasa

dan kejahatan itu sebagai pencarian atau kebiasaan maka pasal

295(2)

cc. Kaidah 27 : jika sengaja menyebabkan atau memudahkan cabul

oleh orang lain dan menjadikannya sebagai pencarian atau

(62)

3.4. Model Desain 3.4.1. Interface

3.4.1.1. Halaman Login Admin Penyidik

3.4.1.2. Halaman Utama Penyidik

Login Admin Penyidik

Username

Password

Login

KASUS DATA KESUSILAAN CETAK LAINNYA

Kasus Baru Lihat Pasal

Lihat Korban

Lihat Pelaku

Pasal

Sangkaan Tambah Pasal Bukan Penyidik

Cetak Kasus Bantuan

KELUAR

Lihat Sangkaan

(63)

3.4.1.3. Halaman Data Pelapor

KASUS DATA CETAK LOGOUT

Kasus Tindak Pidana Kesusilaan Baru

ID Kasus

Nama Pelapor

PELAPOR

No. Identitas

Nama

Jenis Kelamin P L Umur tahun

Kewarganegaraan

Agama

Pekerjaan

Alamat

Keterangan

(64)

3.4.1.4. Halaman Peristiwa

KASUS DATA CETAK LOGOUT

PERISTIWA YANG DILAPORKAN

ID Kasus

PELAPOR

Waktu Kejadian Jam WIB

Tempat Kejadian

Waktu Pelaporan Jam WIB

Yang Terjadi

Barang Bukti

dd mm yy

dd mm yy

(65)

3.4.1.5. Halaman Data Pelaku dan Korban

KASUS DATA CETAK LOGOUT

DATA PELAKU dan KORBAN

ID Kasus

PELAPOR

Pelaku

No. Identitas

Nama

Jenis Kelamin P L Umur tahun

Kewarganegaraan

Agama

Pekerjaan

Alamat

Korban

No. Identitas

Nama

Jenis Kelamin P L Umur tahun

Kewarganegaraan

Agama

Pekerjaan

Alamat

(66)

3.4.1.6. Halaman Proses Penyidikan

PROSES PENYIDIKAN

POLA

Pasal

Rekomendasi Mulai

(67)

3.4.1.7. Halaman Data Kasus

DATA KASUS

ID Kasus ID Nama Jenis Kelamin Umur Kewarganegaraan

Kode Kasus

ID Pelapor ID Pelaku ID Korban

Nama Pelapor Nama Pelapor Nama Pelapor

JK Pelapor P L JK Pelapor P L JK Pelapor P L

Umur Pelapor Umur Pelapor Umur Pelapor

Kwn Pelapor Kwn Pelapor Kwn Pelapor

Agama pelapor Agama pelapor Agama pelapor

PekerjaanPelapor PekerjaanPelapor PekerjaanPelapor

Alamat Pelapor Alamat Pelapor Alamat Pelapor

(68)

3.4.1.8. Halaman Data Pasal

PASAL KESUSILAAN

Nama Pasal Isi Pasal Rekomendasi

**untuk mengubah data pasal, klik pada salah satu baris yang akan diubah

Nama Pasal

Isi Pasal

Rekomendasi

(69)

3.4.1.9. Halaman Tambah Sangkaan

3.4.1.10. Halaman Kelola Pohon Sangkaan TAMBAH SANGKAAN

DAFTAR SANGKAAN

ID Pertanyaan Tanya

TAMBAH Kelola Pohon

KELOLA POHON SANGKAAN

(70)

3.4.1.11. Halaman Tambah Pasal

3.4.1.12. Halaman Kelola Pohon Pasal

PROSES TAMBAH PASAL

TAMBAH PASAL

Nama Pasal

Isi Pasal

Rekomendasi

DAFTAR PASAL

Pasal Isi Pasal Rekomendasi TAMBAH

KELOLA POHON PASAL

ID Pertanyaan Tanya Aturan Ya Aturan Tidak

(71)

3.4.1.13. Halaman Cetak Kasus

3.4.1.14. Halaman Bantuan Penyidik

3.4.1.15. Halaman Utama User

CETAK KASUS

Cari Berdasar Bulan Lapor

ID Kasus

Nama Pelapor

Tanggal Pelapor

Kejadian Nama Korban CARI

CETAK

BANTUAN PENGGUNAAN

Pada menu bantuan ini akan dijelaskan dari masing-masing fungsi menu yang tersedia, sehingga memudahkan pengguna.

DATA LAINNYA

Data Pasal

Data Kasus

Bantuan

KELUAR

(72)

3.4.1.16. Halaman Data Pasal User

3.4.1.17. Halaman Data Kasus User

3.4.1.18. Halaman Data Kasus User DATA KASUS

ID Kasus

Nama Pelapor

Tanggal Pelapor

Kejadian Nama Korban

BANTUAN PENGGUNAAN

Pada menu bantuan ini akan dijelaskan dari masing-masing fungsi menu yang tersedia, sehingga memudahkan pengguna.

PASAL KESUSILAAN

(73)

54

BAB IV

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

4.1. Implementasi 4.1.1. Login

Untuk masuk dalam halaman utama penyidik penulis menggunakan form login.

Username dan password sudah dimiliki oleh penyidik, data penyidik sudah

tersimpan di dalam database penyidik yang nanti dicocokan dengan input

username dan password ketika login.

(74)

Setelah berhasil login, maka penyidik akan masuk pada halaman utama admin.

Pada halaman utama ini terdapat menu Kasus (untuk proses kasus baru), menu

data (untuk melihat, menghapus, mengedit data kasus, data pasal, data aturan),

menu cetak (untuk mencetak kasus yang sudah diproses), dan menu lainnya

(berisi sub menu bantuan dan submenu keluar)

4.1.3. Proses Input Data Pelapor

Pada proses input data pelapor, penulis membuat database kasus untuk

menyimpan data-data pelapor (ID, nama, jenis kelamin, umur,

kewarganegaraan,agama, pekerjaan dan alamat). Untuk setiap kasus baru yang

(75)

4.1.4. Proses Input Peristiwa

Proses input peristiwa sistem menyimpan data-data peristiwa (tanggal kejadian,

waktu kejadian, tempat kejadian, tanggal lapor, kejadian dan barang bukti).

Data-data tersebut akan disimpan pada tabel kasus berdasarkan ID kasus ketika ada

laporan kasus baru.

(76)

Pada proses input data pelaku dan korban, sistem akan menyimpan data-data

pelaku dan korban (ID, nama, jenis kelamin, umur, kewarganegaraan,agama,

pekerjaan dan alamat). Masing-masing data baru tersebut disimpan pada tabel

pelaku dan tabel korban berdasar ID penyidik.

4.1.6. Proses Penyidikan

Dalam form proses penyidikan sistem menampilkan pertanyaan yang diambil dari

database sangkaan. Setiap pertanyaan sudah mempunyai aturan masing-masing,

(77)

Untuk satu kali menjawab pertanyaan sistem akan menampilkan pola jawaban

yang digunakan untuk mengetahui hasil akhir dari proses penyidikan.

Pola yang ditampilkan akan dicocokan dalam database aturan dan akan

mendapatkan satu pasal untuk menjadi hasil sangkaan.

4.1.7. Mengedit Data Pasal

Penulis membuat form untuk mengedit data pasal, sistem akan menampilkan data

(78)

menggunakan mouseClicked untuk memilih pasal yang akan diubah untuk

masing-masing data. Lalu sistem akan mengupdate dan menyimpan data tersebut.

4.1.8. Mengedit Data Kasus

Penulis membuat form untuk mengedit data kasus, sistem akan menampilkan data

berupa identitas dari tabel pelaku dan korban. Penulis menggunakan

mouseClicked untuk memilih data yang akan diubah untuk masing-masing data.

Lalu sistem akan mengupdate dan menyimpan data tersebut.

(79)

Form menambah sangkaan ini dibuat untuk menambah sangkaan baru ketika pada

proses penyidikan belum ditemukan sangkaan. Dalam form ini sangkaan baru

yang ditambahkan akan diproses menggunakan form kelola pohon sangkaan

(pertanyaan) untuk mendapat pola baru yang akan digunakan ketika melakukan

proses penyidikan ulang.

(80)

Form kelola pohon sangkaan (pertanyaan) berhubungan dengan form menambah

pertanyaan. Dimana ketika pengguna menuju form kelola sangkaan akan

membawa kode sangkaan baru yang digunakan untuk membuat aturan baru.

4.1.11.Menambah Pasal

Form menambah pasal ini dibuat untuk menambah pasal baru ketika pada proses

penyidikan belum ditemukan pasal lanjutan. Dalam form ini pasal baru yang

ditambahkan akan diproses menggunakan form kelola pasal untuk mendapat pola

baru yang akan digunakan ketika melakukan proses penyidikan ulang.

(81)

Form kelola pohon pasal berhubungan dengan form menambah pasal. Dimana

ketika pengguna menuju form kelola pohon pasal akan membawa kode pasal baru

yang digunakan untuk membuat aturan baru.

(82)

Penulis membuat form mencetak hasil untuk digunakan ketika pengguna

memerlukan data-data lengkap kasus yang sudah diproses. Dengan memilih kasus

berdasarkan bulan, sistem akan menampilkan kasus-kasus sesuai bulan yang

dipilih.

(83)

Pada menu bantuan penyidik berfungsi untuk informasi penggunaan

sistem kepada penyidik. Dalam menu bantuan ini dijelaskan masing-masing

fungsi yang ada pada sistem.

4.1.15.Halaman Utama User

Untuk user disediakan halaman utama user, pada halaman ini terdapat menu data

(untuk melihat data kasus, data pasal, data aturan), dan menu lainnya (berisi sub

menu bantuan).

(84)

Pada menu data pasal ini, berfungsi untuk menampilkan pasal-pasal kesusilaan,

dan rekomendasi dari masing-masing pasal tersebut. Menu ini akan membantu

user mengetahui pasal kesusilaan jika dibutuhkan.

4.1.17.Halaman Data Kasus User

Pada menu data kasus ini, berfungsi untuk menampilkan data-data lengkap kasus

kesusilaan yang sudah diproses. Menu ini akan memberkan informasi untuk user

(85)

4.1.18.Halaman Bantuan User

Pada menu bantuan user berfungsi untuk informasi penggunaan sistem kepada

user, dalam menu bantuan ini dijelaskan masing-masing fungsi yang ada pada

(86)

4.2. Pengujian

Pada pengujian sistem ini dilakukan oleh pakar untuk mengetahui

kesesuaian antara data yang sudah disimpan dalam database dengan

data-data milik pakar. Dan untuk mengetahui bahwa sistem yang dibuat ini

sudah menjalankan dengan baik berdasarkan masing-masing fungsi yang

diberikan, termasuk untuk hasil proses penyidikan.

Seluruh hasil tersebut direkam dalam sebuah kuesioner. Data-data

hasil kuesioner diuji dengan menggunakan kriteria Azwar yang terbagi

dalam tiga kategori, yaitu : tinggi, sedang, dan rendah. Pengujian

digunakan untuk mengetahui sistem ini bisa bermanfaat bagi kepolisian

untuk membantu proses merekap data dan penyidikan.

4.2.1. Hasil Pengujian oleh Pakar

Tabel 4. 1 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 1

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase

1 X µ+ σ X 4.78 Tinggi 1 33.3%

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.71 X<4.78 Sedang 2 66,7%

3 X<(µ- σ X<3.71 Rendah 0 0

Tabel 4. 2 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 2

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase

1 X µ+ σ X 4.78 Tinggi 0 0

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.71 X<4.78 Sedang 3 100%

(87)

Tabel 4. 3 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 3

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase

1 X µ+ σ X 4.78 Tinggi 1 33,3%

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.71 X<4.78 Sedang 1 33,3%

3 X<(µ- σ X<3.71 Rendah 1 33,3%

Tabel 4. 4 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 4

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase

1 X µ+ σ X 4.78 Tinggi 1 33,3%

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.71 X<4.78 Sedang 2 66,7%

3 X<(µ- σ X<3.71 Rendah 0 0

Tabel 4. 5 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 5

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase

1 X µ+ σ X 4.78 Tinggi 0 0

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.71 X<4.78 Sedang 3 100%

3 X<(µ- σ X<3.71 Rendah 0 0

Tabel 4. 6 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 6

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase

1 X µ+ σ X 4.78 Tinggi 2 66,7%

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.71 X<4.78 Sedang 1 33,3%

(88)

Tabel 4. 7 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 7

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase

1 X µ+ σ X 4.78 Tinggi 0 0

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.71 X<4.78 Sedang 3 100%

3 X<(µ- σ X<3.71 Rendah 0 0

Tabel 4. 8 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 8

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase

1 X µ+ σ X 4.78 Tinggi 1 33,3%

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.71 X<4.78 Sedang 2 66,7%

3 X<(µ- σ X<3.71 Rendah 0 0

Tabel 4. 9 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 9

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase

1 X µ+ σ X 4.78 Tinggi 1 33,3%

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.71 X<4.78 Sedang 1 33,3%

3 X<(µ- σ X<3.71 Rendah 1 33,3%

Tabel 4. 10 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 10

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase

1 X µ+ σ X 4.78 Tinggi 1 33,3%

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.71 X<4.78 Sedang 2 66,7%

(89)

Tabel 4. 11 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 11

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase

1 X µ+ σ X 4.78 Tinggi 0 0

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.71 X<4.78 Sedang 3 100%

3 X<(µ- σ X<3.71 Rendah 0 0

Tabel 4. 12 Tabel Kategorisasi Pertanyaan 12

No Pedoman Skor Kategori Frekuensi Prosentase

1 X µ+ σ X 4.78 Tinggi 0 0

2 (µ- σ X< µ+ σ 3.71 X<4.78 Sedang 3 100%

3 X<(µ- σ X<3.71 Rendah 0 0

Berdasarkan tabel kategorisasi menurut Azwar di atas, pengujian yang dilakukan

oleh pakar dapat diketahui bahwa hasil jawaban dari masing-masing pertanyaan

(90)

Tabel 4. 13 Tabel Pengujian Pakar

Berdasarkan tabel pengujian pakar di atas, diketahui penilaian pakar terhadap sistem ini sedang. Penilaian tersebut diperoleh dari

Gambar

Tabel Keputusan dan Pohon Keputusan ................................................. 10
Gambar 2. 1 Pohon Keputusan.............................................................................
Tabel 1. 1 Tabel Keputusan
Gambar 2. 1 Pohon Keputusan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini deteksi parasetamol menggunakan elektroda Graphene oxide memiliki komposisi elektroda optimum pada perbandingan Graphene oxide dengan paraffin yaitu

Didapat hasil uji analisis Chi Square antara keterlibatan tenaga kesehatan pada penderita yang patuh dengan penderita yang tidak patuh berdasarkan kategori

Kerusakan lingkungan berakar dalam keserakahan dan kerakusan manusia. Itu sebabnya manusia yang dikuasai dosa keserakahan dan kerakusan itu cenderung sangat konsumtif. Secara

Kelemahan peer assessment menurut Zulrahman (2007: 4) adalah: 1) mahasiswa kurang mampu untuk menilai rekannya dan merasa tidak percaya diri dalam menilai, 2)

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada: a) Pembahasan dibatasi pada menganalisis data nasabah. b) Menyajikan informasi tentang pengelompokan nasabah dengan metode data

yang sesuai secara lisan terhadap pelbagai rangsangan (misalnya gambar atau topik) dalam bahasa Melayu baku;.. (d) membaca dan memahami pelbagai jenis teks dan memberikan

Tanuwiria et al .(2006) menambahkan bahwa kalsium yang ditambahkan ke dalam pakan berasam lemak tinggi dapat menurunkan pengaruh negatif terhadap pencernaan serat dan