• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Model Pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI di SMP Negeri 235 Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Penerapan Model Pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI di SMP Negeri 235 Jakarta"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VISUAL AUDITORI KINESTETIK (VAK) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMP NEGERI

235 JAKARTA

Skripsi ini Diajukan

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh : Rifdah Meidianty

NIM. 18312026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 1444 H/2022 M

(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VISUAL AUDITORI KINESTETIK (VAK) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMP NEGERI

235 JAKARTA

Skripsi ini Diajukan

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh : Rifdah Meidianty

NIM. 18312026 Pembimbing : Dewi Maharani, MA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 1444 H/2022

(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI di SMP Negeri 235 Jakarta” yang disusun oleh Rifdah Meidianty dengan Nomor Induk Mahasiswa: 18312026 telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan ke sidang munaqasyah.

Tangerang, 22 Juli 2022 Pembimbing

Dewi Maharani, MA.

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI di SMP Negeri 235 Jakarta” oleh Rifdah Meidianty dengan NIM 18312026 telah diujikan pada sidang munaqosyah Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta pada tanggal 22 Juli 2022.

Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd).

No. Nama Jabatan Tanda Tangan

1. Dr. Esi Hairani, M.Pd Ketua Sidang

2. Hasanah, M.Pd Sekretaris

Sidang 3. Dr. Esi Hairani, M.Pd Penguji I

4. Reksiana, MA.Pd Penguji II

5. Dewi Maharani, M.A Pembimbing

Mengetahui,

Dekan Fakultas Tarbiyah IIQ Jakarta

Dr. Esi Hairani, M.Pd.

(5)

PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rifdah Meidianty

NIM : 18312026

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 01 Mei 1999

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI di SMP Negeri 235 Jakarta” adalah benar-benar asli karya ilmiah saya, kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam karya tulis ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Tangerang, 22 Juli 2022

Rifdah Meidianty

(6)

MOTTO

اَميِف ِغَتۡ بٱَو ُهللَّٱ َنَس ۡحَأ اَمَك نِس ۡحَأَو َۖاَيۡ نُّدلٱ َنِم َكَبيِصَن َسنَت َلََو ََۖةَرِخ ۡلۡٱ َراهدلٱ ُهللَّٱ َكٰىَتاَء

َنيِدِس ۡفُمۡلٱ ُّبُِيُ َلَ َهللَّٱ هنِإ َِۖضۡرَۡلۡٱ ِفِ َداَسَفۡلٱ ِغۡبَ ت َلََو ََۖكۡيَلِإ

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu

dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai

orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. al-Qashas [28]: 77)

(7)

ِمْيِحهرلا ِنَْحْهرلا الله مْسِب

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI di SMP Negeri 235 Jakarta”.

Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW., beserta keluarga, sahabatnya, dan kita para pengikutnya yang setia menelusuri jejak tauladannya. Setelah melalui proses perjuangan yang tidak mudah, sampailah skripsi ini pada titik akhir. Penyelesaian skripsi ini tidak luput dari bantuan dan dorongan berbagai pihak baik tersirat maupun tersurat, baik secara materail maupun non-materil, maka pada kesempatan ini penulis sampaikan terimakasih pada :

1. Pjs Rektor Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yaitu Ibu Dr. Hj.

Nadjematul Faizah, S.H., M.Hum.

2. Wakil Rektor 1 Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yaitu Bapak Dr. H.

M. Dawud Arif Khan.

3. Wakil Rektor 2 Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yaitu Ibu Dr. H.

Romlah Widayati, M. Ag.

4. Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yaitu Ibu Dr. Esi Hairani, M.Pd.

5. Ketua Program Studi Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yaitu Ibu Reksiana, M.A.Pd.

6. Dosen pembimbing saya yaitu Ibu Dewi Maharani, M.A, yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan,

(8)

saran, motivasi, serta senantiasa sabar dalam membimbing saya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

7. Para dosen Instruktur Tahfiz Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang telah memberikan ilmu dan memberi semangat dalam menyelesaikan target hafalan.

8. Seluruh dosen Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta yang telah memberikan ilmu-ilmunya yang luar biasa serta para staf Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

9. Kepala Sekolah SMP Negeri 235 Jakarta yaitu Ibu Wulandari, M.Pd yang telah memberi bantuan serta izin kepada penulis dalam menyusun skripsi ini dan Ibu Siti Nur Komariyah, S.Pd.I selaku Guru PAI kelas VIII yang senantiasa memberikan bantuan informasi, bimbingan, arahan dalam penelitian yang yang dilakukan di SMP Negeri 235 Jakarta. Guru kurikulum SMP Negeri 235 Jakarta yaitu Bapak Drs. R. Heru Istiawan dan Waka Humas & Sarpras SMP Negeri 235 Jakarta yaitu Bapak Muchammad War’an, S.Pd, M.M yang telah mengarahkan dan membantu penulis dalam pengumpulan informasi dan data-data sekolah dalam pelaksanaanaan penelitian ini

10. Kedua orang tua saya tercinta Bapak Sahim dan Ibu Suharti yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, doa, dan usaha yang tiada henti dalam merawat dan mendidik kami anak-anaknya. Kakak adik saya Nurrezty Ramadhanti dan Muhammad Rizki Saputra yang menginspirasi saya, menemani, dan mendukung saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Kepada sahabat-sahabatku Alya Nurhalizah, Marhamah Nasution, Tarwiyani Dwi Lestari, Rida Fitriyani, Maeysha Imroatun yang telah menjadi pendengar yang baik, senantiasa menghibur dikala sedih, memberikan semangat, arahan, dan doa-doa terbaiknya sehingga penulis

(9)

mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik serta seluruh teman-teman mahasiswa IIQ Jakarta angkatan 2018 dan berbagai pihak lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, karena adanya keterbatasan pengalaman dan pengetahuan. Oleh karenanya kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Meskipun demikian, penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun para pembaca.

Aamiin Yaa Rabbal’alamin.

Tangerang, 22 Juli 2022 Penulis,

Rifdah Meidianty

(10)

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi ialah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjas yang satu ke abjad yang lain. Dalam pedoman penulisan skripsi IIQ 2021, transliterasi Arab-Latin mengacu kepada SKB Menteri Agama RI, Menteri Pendidikan dan Menteri Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1998, adalah berikut ini:

1. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

ا

Alif Tidak

dilambangkan

Tidak dilambangkan

ب

Ba B Be

ت

Ta T Te

ث

Ṡa ṡ Es (dengan titik

di atas)

ج

Jim J Je

ح

Ha ḥ Ha (dengan titik

di bawah)

خ

Kha Kh Ka dan Ha

د

Dal D De

ذ

Żal Ż Zet (dengan titik

di atas)

ر

Ra R Er

(11)

ز

Zai Z Zet

س

Sin S Es

ش

Syin Sy Es dan Ye

ص

Ṣad ṣ Es (dengan titik

di bawah)

ض

Ḍad ḍ De (dengan titik

di bawah)

ط

Ṭa ṭ Te (dengan titik

di bawah)

ظ

Ẓa ẓ Zet (dengan titik

di bawah)

ع

‘ain ‘ Koma Terbalik

(di atas)

غ

Gain G Ge

ف

Fa F Ef

ق

Qaf Q Ki

ك

Kaf K Ka

ل

Lam L El

م

Mim M Em

ن

Nun N En

و

Wau W We

(12)

ه ء

Ha

Hamzah H` Ha

Apostrof

ي

Ya Y Ya

2. Konsonan Rangkap karena tasydid ditulis rangkap:

هَدِّ دَعَ تُم

Ditulis Muta’addidah

هَّدِّع

Ditulis ‘iddah

3. Tᾱ’ marbutah di akhir kata a. Bila dimatikan dituli h:

ةَمْكِّح

Ditulis Hikmah

ةَيْزِّج

Ditulis Jizyah

(ketentuan ini tidak diberlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam Bahasa Indonesia seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali dikehendaki lafal aslinya).

b. Bila Ta’ Marbutah diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h.

ءاَيِّلْوَلأا ةَماَرَك

Ditulis Karᾱmah al-auliyᾱ’

c. Bil Ta’ Marbutah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan dhammah ditulis t.

رطفلا ةاكز

Ditulis Zakᾱt al-fiṭr

(13)

4. Vokal Pendek

ََ

Fathah Ditulis A

َِّ

Kasrah Ditulis I

َُ

Ḍhammah Ditulis U

5. Vokal Panjang

1. Fathah + Alif Ditulis Ᾱ

Ditulis Jᾱhiliyyah

2. Fathah + Ya’ mati Ditulis Ᾱ

Ditulis Tansᾱ

3. Kasrah + Ya’ mati Ditulis Ῑ

Ditulis Karῑm

4. Dhammah + Wawu mati Ditulis Ū

Ditulis Furūd

6. Vokal Rangkap

1. Fathah + Ya’ mati Ditulis Ai

مكنيب Ditulis Bainakum

2. Fathah + Wawu mati Ditulis Au

لوق Ditulis Qaul

7. Vokal Pendek yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan dengan Apostrof

متنأأ

Ditulis A’antum

تدعا

Ditulis U’iddat

(14)

تمركش نئل

Ditulis La’in syakartum

8. Kata Sanding Alif + Lām

a. Bila diikuti huruf Qamariyyah

نأرقلا

Ditulis Al-Qur’ᾱn

سايقلا

Ditulis Al-Qiyᾱs

b. Bila diikuti huruf Syamsiyyah

ءامسلا

Ditulis Al-samᾱ’

سمشلا

Ditulis Al-Syams

9. Penulisan kata-kata dalam rangkaian Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya.

ضورفلا يوذ

Ditulis Zawi al-furūd

ةنسلا لهأ

Ditulis Ahl al-sunnah

(15)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBARAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN PENULIS ... iii

MOTTO ... iv

KATA PENGANTAR ... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ... viii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

ABSTRAK ... xix

ABSTRACT ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan ... 5

1. Identifikasi Masalah ... 5

2. Pembatasan Masalah ... 6

3. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 18

BAB II KAJIAN TEORI A. Model Pembelajaran ... 21

B. Model Pembelajaran VAK ... 24

(16)

1. Pengertian Model Pembelajaran VAK ... 24

2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran VAK ... 31

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran VAK ... 32

C. Prestasi Belajar ... 33

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 33

2. Fungsi Prestasi Belajar ... 36

3. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 37

D. Materi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Metodelogi Penelitian ... 44

B. Jenis Penelitian ... 44

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

1. Tempat Penelitian ... 45

2. Waktu Penelitian ... 45

D. Data dan Sumber Penelitian ... 48

1. Data dan Sumber Data ... 48

E. Teknik Pengumpulan Data ... 49

F. Instrumen Penelitian ... 52

G. Teknik Analisis Data ... 59

BAB IV HASIL TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Negeri 235 Jakarta ... 62

1. Sejarah Singkat SMP Negeri 235 Jakarta ... 62

2. Identitas SMP Negeri 235 Jakarta ... 63

3. Visi dan Misi SMP Negeri 235 Jakarta ... 63

4. Sarana/Fasilitas SMP Negeri 235 Jakarta ... 64

5. Jumlah Tenaga Pendidik dan Kependidikan ... 65

6. Data Guru SMP Negeri 235 Jakarta ... 65

7. Jumlah Siswa SMP Negeri 235 Jakarta ... 67

(17)

B. Paparan Data ... 67

1. Penerapan Model Pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI di SMP Negeri 235 Jakarta ... 67

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 92

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 104

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 150

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Alokasi Waktu Penelitian ... 46

Tabel 3.2 Lembar Observasi Guru ... 54

Tabel 3.3 Lembar Observasi Siswa ... 55

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Wawancara ... 56

Tabel 4.1 Sarana/Fasilitas SMP Negeri 235 Jakarta ... 64

Tabel 4.2 Jumlah Tenaga Pendidik dan Kependidikan SMP Negeri 235 Jakarta ... 65

Tabel 4.3 Data Guru SMP Negeri 235 Jakarta Tahun Ajaran 2021/2022 ... 65

Tabel 4.4 Jumlah Siswa SMPN 235 Jakarta Lima Tahun Terakhir ... 67

Table 4.5 Lembar Observasi Guru pada 07 April 2022 ... 70

Tabel 4.6 Lembar Observasi Siswa pada 07 April 2022 ... 71

Tabel 4.7 Hasil Prestasi Belajar Siswa pada 07 April 2022 ... 73

Table 4.8 Ringkasan Hasil Pengamatan pada 07 April 2022 ... 75

Tabel 4.9 Lembar Observasi Guru pada 14 April 2022 ... 78

Tabel 4.10 Lembar Observasi Siswa pada 14 April 2022 ... 79

Tabel 4.11 Hasil Prestasi Belajar Siswa pada 14 April 2022 ... 81

Tabel 4.12 Ringkasan Hasil Pengamatan pada 14 April 2022 ... 83

Tabel 4.13 Lembar Observasi Guru pada 28 April 2022 ... 85

Tabel 4.14 Lembar Observasi Siswa pada 28 April 2022 ... 86

Tabel 4.15 Hasil Prestasi Belajar Siswa pada 28 April 2022 ... 89

Tabel 4.16 Ringkasan Hasil Pengamatan pada 28 April 2022 ... 91

(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Instrumen Penelitian ... 53

Gambar 4.1 Aktivitas Pembelajaran 07 April 2022 ... 68

Gambar 4.2 Wawancara dengan Guru PAI kelas VIII ... 68

Gambar 4.3 Wawancara dengan Siswa kelas VIII ... 69

Gambar 4.4 Aktivitas Pembelajaran 14 April 2022 ... 77

Gambar 4.5 Aktivitas Pembelejaran 28 April 2022 ... 84

Gambar 4.6 Aktivitas Pembelajaran 28 April 2022 ... 88

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 105

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 106

Lampiran 3 Lembar Observasi Guru dan Siswa ... 109

Lampiran 4 Transkip Wawancara ... 127

Lampiran 5 Soal Formatif Siswa ... 137

Lampiran 6 Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian ... 144

Lampiran 7 Dokumentasi Sekolah ... 146

(21)

ABSTRAK

Rifdah Meidianty, NIM. 18312026, Judul Skripsi: “Penerapan Model Pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI di SMP Negeri 235 Jakarta”. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi banyak sekali faktor, salah satu diantaranya ialah pemilihan model pembelajaran yang digunakan. Berdasarkan pengamatan siswa kelas VIII SMP Negeri 235 Jakarta, penggunaan model pembelajaran oleh guru belum bervariatif, penggunaan metode ceramah yang monoton membuat beberapa siswa terlihat jenuh mendengarkan penjelasan guru dan beberapa siswa lainnya sibuk dengan aktivitas masing-masing.

Model penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deksriptif melalui penerapan model pembelajaran VAK. Data diperoleh dari lembar pengamatan, wawancara, dan tes yang kemudian dianalisis dalam bentuk pesentase dengan subjek penelitian beberapa siswa kelas VIII SMP Negeri 235 Jakarta.

Temuan hasil penelitian ini bahwa melalui model pembelajaran visual Auditori Kinestetik (VAK) yang inovatif ini dapat meningkatkan prestasi belajar. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya pemahaman materi yang guru sampaikan. Naiknya tingkat keaktifan dan sikap kritis siswa terhadap suatu pembahasan materi membuat siswa semakin luas akan pengetahuan yang didapat. Suasana kelas yang terasa fun dan nyaman tidak lagi terasa jenuh, melainkan siswa menikmati proses belajar yang berlangsung. Pembelajaran yang sebelumnya membosankan dan monoton menjadi lebih menyenangkan sehingga seiring berjalannya waktu, minat belajar siswa meningkat dalam memahami materi pembelajaran Islam dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran PAI.

Kata Kunci: Model Pembelajaran VAK, Prestasi Belajar, Pembelajaran PAI.

(22)

ABSTRACT

The success of a learning process is influenced by many factors, one of which is the selection of the learning model used. Based on the observations of class VIII students of SMP Negeri 235 Jakarta, the use of learning models by teachers has not varied, the use of the monotonous lecture method makes some students look bored listening to the teacher's explanations and some other students are busy with their respective activities.

This research model uses a qualitative approach with a descriptive method through the application of the VAK learning model. The data were obtained from observation sheets, interviews, and tests which were then analyzed in the form of percentages with the research subjects of several eighth grade students of SMP Negeri 235 Jakarta.

The findings of this study are that through this innovative Visual Auditory Kinesthetic (VAK) learning model, it can improve learning achievement. This is indicated by the increased understanding of the material that the teacher conveys. The increase in the level of activeness and critical attitude of students towards a discussion of the material makes students more knowledgeable about the knowledge gained. The class atmosphere that feels fun and comfortable no longer feels bored, but students enjoy the learning process that takes place. Learning that was previously boring and monotonous becomes more fun so that over time, students' interest in learning increases in understanding Islamic learning materials and can improve student achievement, especially in PAI subjects.

Keywords: VAK learning model, learning achievement, PAI subjects.

(23)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan suatu bangsa tidak akan menjamin dalam peningkatan dan pengembangan kualitas mutu sumber daya manusia tanpa adanya pendidikan, untuk itu pendidikan dikatakan berperan penting bagi setiap pergerakan nasional.

Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan perkembangan zaman yang semakin pesat, peningkatan mutu pendidikan juga harus terus berlanjut agar tetap relevan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang maksimal. Pendidikan yang terencana dapat mewujudkan suasana dan proses belajar yang mana siswa dapat secara aktif dalam mengelola diri untuk peningkatan bakat dan minat yang dimilikinya, personality, kecerdasan, keterampilan, jiwa spiritual, serta budi pekerti mulia yang dibutuhkan masyarakat, bangsa, dan negara.

Terwujudnya tujuan pendidikan erat kaitannya dengan proses pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru. Belajar mengajar merupakan dua perpaduan konsep yang tidak dapat dipisahkan dari salah satunya. Belajar adalah proses aktif, yakni sebuah proses yang bereaksi akan setiap situasi di sekeliling peserta didik.1

Berdasarkan pengertian di atas, maka pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental untuk semua manusia sehingga generasi penerus bangsa harus bersekolah untuk dididik dan dibimbing. Dalam proses pendidikan, pendidik harus memiliki metode atau model pembelajaran

1 Kartika Hartanti, “Pengaruh Model Pembelajaran VAK (Visualisasi, Auditori, Kinestetik) Terhadap Prestasi Belajar PAI Pada Siswa Di SDN Tlogomulyo Temanggung,”

Jurnal Pendidikan Agama Islam 11, No.1, (2014): h.

53. https://doi.org/10.14421/jpai.2014.111-04 (diakses 25 April 2022).

(24)

yang dapat memudahkan siswa untuk mempelajari serta memahami setiap disiplin ilmu tersebut.

Mengajar merupakan proses menyusun dan mengorganisasikan lingkup sekeliling peserta didik agar mereka dapat mengembangkan serta mendorong peserta didik dalam proses pembelajaran.2 Pertanyaan yang saat ini berulang kali muncul dalam dunia pendidikan ialah bagaimana cara seorang pengajar meningkatkan, mewujudkan dan mengorganisir suasana peserta didik ketika proses pembelajaran berlangsung sehingga mereka dapat mewujudkan transformasi perilaku terbaik bagi siswa. Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi banyak sekali faktor, salah satu diantaranya ialah pemilihan model pembelajaran yang digunakan.

Model pembelajaran berkaitan erat dengan cara siswa belajar dan cara guru mengajar. Pembelajaran yang efektif dan substansial dimana siswa terlibat secara aktif adalah siswa berada di pusat aktivitas pembelajaran dan pencapaian kompetensi serta perilaku. Dalam penyampaian materi, guru harus memantau keadaan siswa, kebutuhan siswa dan gaya belajar tiap-tiap peserta didik sehingga mampu menyesuaikan model pembelajaran yang tepat serta mewujudkan proses belajar menyenangkan sesuai dengan keperluan peserta.

Ngalim Purwanto berpendapat bahwa model belajar akan berpengaruh dengan hasil belajar.3 Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran adalah masalah besar untuk seorang guru.4

2 Rachmawati, Zulfakria, dan Joko. “Pengaruh Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Dan Gaya Belajar (Visual, Auditori Dan Kinestetik) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Diklat Rangkaian Listrik Di SMKN 1 Cerme Gresik,” Jurnal Pendidikan Teknik Elektro 2, no. 1, (2013): h. 680. https://jurnal.umj.ac.id/index.php/holistika/article/view/5343 (diakses 11 Maret 2022).

3 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), h.109.

4 Aji Setiawan dan Siti Alimah, “Pengaruh Model Pembelajaran Visual Auditory Kinesthetic (VAK) Terhadap Keaktifan Siswa,” Jurnal Pendidikan Dasar 9, No.1, 2019: h.82.

https://journals.ums.ac.id/index.php/ppd/article/view/7284/4666 (diakses 24 Februari 2022).

(25)

3

Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan khususnya pada mata pelajaran PAI di kelas VIII, tingkat keaktifan dan partisipasi siswa masih rendah. Terlihat ketika guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang dipelajari, siswa pasif untuk menjawab dan bertanya, begitu pula dengan pengelolaan kelas yang kurang kondusif, hal tersebut dapat dilihat dari beberapa siswa sibuk akan aktivitasnya masing-masing, seperti mengobrol dengan teman di sampingnya bahkan ada yang sibuk bermain game dengan gadgetnya. Siswa lebih banyak mendengarkan dan mencatat penjelasan dari guru, hal itu dikarenakan pemilihan model pembelajaran oleh guru yang kurang sesuai.

Hasil wawancara dengan guru kelas tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat sebagian siswa yang mendapat nilai di bawah KKM 75.

Penggunaan metode ceramah dan diskusi oleh guru bersifat monoton serta pemilihan model pembelajaran yang kurang sesuai dan kurang inovatif membuat siswa jenuh dan kurang berantusias dalam proses pembelajaran yang berlangsung.5

Sebagaimana konsep dasar kurikulum 2013 yang menuntut pembelajaran yang kreatif dan inovatif, sangat disayangkan sekali dalam realisasinya khususnya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) belum terlaksanakan.6 Guru Pendidikan Agama Islam cenderung menggunakan metode yang monoton dalam mengajar, tanpa penggunaan strategi, metode, atau model pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

Dominasi guru dalam proses belajar yang berlangsung menyebabkan siswa

5 Siti Nur Komariyah, Guru Pendidikan Agama Islam kelas VIII SMP Negeri 235 Jakarta, wawancara oleh penulis di Jakarta Selatan, 1 Maret 2022.

6

https://www.kemdikbud.go.id/kemdikbud/dokumen/Paparan/Paparan%20Wamendik.pdf (diakses 17 Juni 2022)

(26)

terlibat secara pasif, sehingga siswa kurang mampu meningkatkan potensi diri baik secara individu maupun kelompok.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti mencoba memberikan solusi dengan menawarkan model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) sebagai solusi alternatif dalam pemecahan masalah tersebut dimana model pembelajaran ini selain relevan dengan keadaan siswa kelas VIII SMP Negeri 235 Jakarta juga menggunakan tiga modalitas komponen gaya belajar, yaitu penglihatan, pendengaran, dan gerakan.

Tiga modalitas tersebut dikembangkan oleh Neil Fleming sebagai solusi alternatif untuk memaksimalkan proses pembelajaran.7 Dengan model VAK ini guru dapat mengkombinasikan semua modalitas tersebut sesuai dengan gaya belajar siswa yang bervariatif antara individu dengan individu lainnya. Kombinasi ketiga modalitas ini akan meningkatkan kecepatan siswa dalam pemahaman materi pembelajaran.8

Keadaan seperti ini tentunya dapat menjadi salah satu gerakan atau strategi yang dapat meningkatkan tingkat keaktifan dan partisipasi siswa dalam proses belajar sehingga seiring berjalannya waktu akan terjadi peningkatan dalam prestasi belajar siswa pada pembelajaran PAI.

Menurut pengamatan peneliti, model pembelajaran visual auditori kinestetik (VAK) dapat menjadi salah satu model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan penggunaan tiga modalitas yaitu visual (penglihatan), auditori (pendengaran), kinestetik

7 Bobbi Deporter, dkk, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, (Bandung: Kaifa, 2010), h. 112.

8 Nadia Ikhwa Nurhuda, Budi Hendrawan, Sunanuh, “Pengaruh Model Pembelajaran Visual, Auditori Dan Kinestetik (VAK) Berbantuan Media Jam Sudut Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas III”, Jurnal Buana Pendidikan 17, No. 1, 2021: h.15.

https://jurnal.unipasby.ac.id/index.php/jurnal_buana_pendidikan/article/view/3086/2525 (diakses 24 Februari 2022).

(27)

5

(gerakan) pada penerapan model ini dapat membuat suasana kelas yang menyenangkan dan tidak monoton, sehingga siswa lebih fokus dan berperan aktif terhadap materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

Dengan demikian maka penggunaan model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) oleh seorang pendidik berperan penting bagi siswa dalam peningkatan prestasi belajar siswa guna tercapainya prestasi belajar yang maksimal.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji dan meneliti mengenai “Penerapan Model Pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI di SMP Negeri 235 Jakarta”.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Penulis telah menyusun beberapa permasalahan yang diajukan sebagai berikut:

a. Model pembelajaran yang diterapkan guru kurang sesuai.

b. Penerapan model pembelajaran yang digunakan guru kurang kreatif dan inovatif.

c. Sistem pembelajaran hanya berpusat pada guru, sehingga berdampak pada siswa kurang antusias dan pasif pada saat proses pembelajaran.

d. Siswa terlibat secara pasif dalam proses belajar.

e. Tingkat keaktifan dan partisipasi siswa masih rendah.

f. Rasa jenuh siswa terhadap pembelajaran yang monoton g. Terdapat beberapa siswa yang mendapat nilai di bawah KKM.

(28)

2. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini dibuat sebagai berikut:

a. Penerapan model pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran PAI di kelas VIII SMP Negeri 235 Jakarta kurang sesuai dan inovatif.

b. Pembelajaran yang bersifat monoton membuat siswa kelas VIII SMP Negeri 235 terlibat secara pasif dalam proses belajar PAI.

c. Hasil prestasi belajar beberapa siswa kelas VIII SMP Negeri 235 Jakarta dalam pembelajaran PAI masih di bawah KKM.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, agar penelitian ini lebih terarah, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu Bagaimana Penerapan Model Pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI di SMP Negeri 235 Jakarta?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran visual auditori kinestetik (VAK) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri 235 Jakarta.

D. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap hasil dari penelitian ini dapat memperoleh manfaat yang baik bagi semua pihak, baik untuk pengembangan ilmu dan referensi penelitian selanjutnya. Dalam arti, manfaat penelitian yang berisi

(29)

7

eksplanasi yang membuktikan bahwa masalah yang dipilih oleh peneliti layak untuk diteliti. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna secara teoritis maupun praktis bagi penulis dan pembaca, antara lain sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, model VAK mampu meningkatkan hasil belajar siswa yang dapat memberi dukungan teoritis untuk kegiatan penelitian guru lebih lanjut dalam pemecahan masalah pada materi pembelajaran Islam.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Penggunaan model VAK dapat meningkatkan efek yang positif dalam proses pembelajaran. Selain itu, siswa dapat memperoleh pengalaman belajar langsung yang bermakna melalui model pembelajaran VAK yang dapat merangsang aktivitas belajar siswa dan antusias terhadap materi pembelajaran Islam, sehingga dapat meningkatkan prestasi akademik di SMP Negeri 235 Jakarta.

b. Bagi Guru

Penggunaan model VAK dapat meningkatkan wawasan guru tentang pengetahuan. Selain itu, sebagai referensi dan pengalaman guru dalam pembelajaran yang bervariatif dan inovatif, serta guru dapat termotivasi untuk memilih dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan.

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran bagi sekolah untuk meningkatkan proses pembelajaran, khususnya pembelajaran Islam dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

(30)

d. Bagi Peneliti

Bagi para pengamat dan praktisi, peneliti berharap penelitian ini dapat menambah wawasan tentang model pembelajaran VAK dan dapat menjadi solusi tambahan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pembelajaran Islam.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum penulis menentukan judul dalam penelitian ini, penulis membaca skripsi, jurnal, artikel, website, dan buku-buku yang membahas permasalahan yang akan penulis teliti, berikut merupakan kepustakaan yang ditemukan penulis

1. Hasil penelitian yang dilakukan Sari Fauziah, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangka Raya, Tahun 2017, yang memiliki judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) terhadap Keaktifan dan Hasil Belajar Peserta Didik Materi Sistem Gerak Manusia kelas VIII MTs An-Nur Palangkaraya”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian Quasi Eksperimen. Penelitian yang dilakukan Sari dilatar belakangi dengan proses belajar mengajar IPA seringkali guru melakukan pengajaran yang modelnya satu arah. Guru cenderung menggunakan metode ceramah cerita tentang pengetahuan IPA. Proses belajar seperti inilah yang menyebabkan peserta didik tidak termotivasi untuk belajar dan membuat peserta didik kurang dirangsang kreativitasnya sehingga peserta didik kurang aktif mengemukakan pendapat. Seharusnya IPA bukan lagi pelajaran yang membosankan dan menjadikan terhambatnya keaktifan peserta didik dalam belajar, karena banyak materi IPA yang dapat disajikan dalam suasana-suasana tertentu sehingga mampu merangsang kreativitas serta

(31)

9

mendorong peserta didik menjadi aktif dan memiliki peran penting selama proses pembelajaran. Permasalahan seperti di atas memerlukan suatu model pembelajaran yang lebih tepat dan menarik, dimana peserta didik dapat belajar secara kooperatif, dapat bertanya dan mengemukakan pendapat. Namun pembelajaran kooperatif yang diperlukan untuk mengatasi masalah di atas adalah pembelajaran kooperatif yang lebih menekankan pada keaktifan siswa yang lebih ekstra, artinya pembelajaran kooperatif yang diperlukan disini adalah pembelajaran kooperatif dengan jumlah anggota kelompok yang lebih sedikit sehingga tidak ada muncul keinginan siswa untuk bersantai dan menunggu hasil kerja dari teman sekelompoknya. Upaya peningkatan keaktifan dan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif didasarkan pada gagasan atau pemikiran bahwa peserta didik bekerja bersama-sama dalam belajar, dan bertanggung jawab terhadap aktivitas belajar kelompok mereka seperti terhadap diri mereka sendiri. Pembelajaran kooperatif selama kegiatan belajar mengajar mengutamakan kerjasama antar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif merubah peran guru dari peran yang berpusat pada gurunya ke pengelolaan peserta didik dalam kelompok-kelompok kecil. Model pembelajaran kooperatif yang memiliki karakteristik seperti ini salah satunya adalah model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS).

Pada penelitian Sari diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) terhadap keaktifan belajar peserta didik pada taraf signifikasnsi 0,000, dengan rata-rata nilai keaktifan peserta didik pada kelas eksperimen sebesar 76,06 dan nilai keaktifan peserta didik kelas kontrol sebesar 52,88; 2.

Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

(32)

Share (TPS) terhadap hasil belajar peserta didik pada taraf signifikansi 0,007, dengan rata-rata nilai postest 76,90 dan postest 34,33 pada kelas eksperimen, sedangkan pada kelas kontrol nilai rata-rata postest 69,92 dan pretest 37,15.9

Persamaan skripsi diatas dengan penulis adalah sama-sama menggunakan jenis model pembelajaran kooperatif sebagai variabel penelitian dan tingkat sekolah yang sama dengan peneliti yaitu SMP atau sederajat.

Perbedaan skripsi di atas adalah penelitian tersebut menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) sedangkan penulis menggunakan model pembelajaran Visuak Auditori Kinestetik (VAK) sebagai variabel penelitian, kemudian pada skripsi tersebut menggunakan pendekatan kuantitatif sedangkan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, lokasi tempat penelitian dan responden yang berbeda dalam penelitian, serta bidang studi pembelajaran yang berbeda yaitu IPA sedangkan peneliti pada bidang studi PAI.

2. Hasil penelitian yang dilakukan Zera Febri Anoria, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri, Tahun 2017, yang memiliki judul “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Pokok Bahasan Cahaya dan Sifat-Sifatnya dengan Model Pembelajaran Visual Auditorial dan Kinestetik (VAK) pada Siswa Kelas V MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017.” Dalam penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas Adapun langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas adalah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Keempat tahapan tersebut dilaksanakan dalam dua siklus

9 Sari Fauziah, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) terhadap Keaktifan dan Hasil Belajar Peserta Didik Materi Sistem Gerak Manusia kelas VIII MTs An-Nur Palangkaraya”, Skripsi, Salatiga: Sarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

(33)

11

penelitian dimana tiap siklus difokuskan pada materi cahaya dan sifat- sifatnya dengan model pembelajaran VAK. Kemudian penelitian ini dilatar belakangi dengan kurangnya ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA. Ketika guru sedang menerangkan ada siswa yang asyik sendiri, bercanda, dan ada juga yang mengobrol dengan temannya. Berdasarkan hasil diskusi dengan siswa, banyak siswa yang mengeluh karena proses pembelajaran yang hanya mendengarkan dan mengerjakan tugas sehingga siswa merasa bosan.

Model pembelajaran yang masih konvensional membuat siswa mengalami kesulitan untuk memahami pelajaran, selain itu juga kurang memperhatikan karakteristik siswa dan materi pelajaran yang diajarkan, sehingga sebagian siswa kurang memahami mata pelajaran IPA. Hal ini dibuktikan dengan nilai IPA yang masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu dibawah nilai 70. Pada data pra siklus diketahui bahwa siswa yang dapat mencapai KKM hanya ada 11 siswa dari 28 siswa dan terdapat 17 siswa yang belum mencapai KKM.

Berdasarkan permasalahan tersebut, dapat disimpulkan oleh Zera bahwa rendahnya hasil belajar IPA dikarenakan pembelajaran yang kurang bermakna, model, teknik dan sumber belajar yang digunakan oleh guru selama proses pembelajaran kurang cocok digunakan dalam pembelajaran IPA sebetulnya tidak hanya menekankan hafalan saja melainkan menekankan pada pemahaman informasi yang diperolehnya. Seorang guru harus lebih kreatif dalam memilih model pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik siswa dan mata pelajaran yang akan diajarkan agar tercipta suasana belajar yang kondusif dan dapat tercapai tujuan pembelajaran.

Hasil penelitian Zera menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran VAK dapat meningkatkan hasil belajar IPA pokok

(34)

bahasan cahaya dan sifat-sifatnya pada siswa kelas V MI Klero Kecamatan Tengaran. Hal ini terbukti dari perolehan hasil belajar siswa yang terus meningkat. Dari 28 siswa hasil tes pendahuluan hanya mencapai 39,3% sedangkan yang diharapkan adalah 85% dari seluruh siswa mencapai KKM (nilai 70). Pada siklus ke I hasil belajar meningkat menjadi 67,86% siswa yang tuntas dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 96,4% siswa yang tuntas.10

Persamaan skripsi di atas dengan skripsi penulis ialah sama- sama menggunakan model pembelajaran VAK yang dijadikan sebagai variabel penelitian.

Perbedaan skripsi di atas adalah penelitian tersebut menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang mana hasil penelitiannya dapat berupa angka sedangkan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, bidang studi pembelajaran yang berbeda yaitu IPA sedangkan peneliti pada bidang studi PAI, skripsi penelitian ini dilakukan pada tingkat SD atau MI sedangkan peneliti pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), serta lokasi tempat penelitian dan responden yang berbeda dalam penelitian ini.

3. Hasil penelitian yang dilakukan Sitti Sayani Dama, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar, Tahun 2018, yang memiliki judul “Penerapan Model Pembelajaran Scramble dalam Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Pokok Bahasan Menyusun Teks Biografi yang Urut dan Logis di MTs Aisyiyah Sungguminasa”. Jenis penelitian ini adalah penelitian

10 Zera Febri Anoria’, “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Pokok Bahasan Cahaya dan Sifat-Sifatnya dengan Model Pembelajaran Visual Auditorial dan Kinestetik (VAK) pada Siswa Kelas V MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017”, Skripsi, Salatiga: Sarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2017.

(35)

13

tindakan kelas (Class Action Reasearch) yang terdiri dari dua siklus.

Pada penelitian yang dilakukkan Sitti dilatar belakangi dengan rendahnya keaktifan siswa yang dialami oleh siswa kelas VIII B di MTs Aisyiyah Sungguminasa. Faktor yang menyebabkan rendahnya keaktifan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di MTs Aisyiyah sungguminasa adalah guru Bahasa Indonesia yang kurang menarik dalam memberikan materi sehingga membuat siswa menjadi bosan dengan pelajaran Bahasa Indonesia, kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif, menganggap Bahasa Indonesia adalah suatu yang sudah jadi, penyampaian materi cenderung monoton dan kurang bervariasi, dan dominasi guru dalam proses pembelajaran masih tinggi pengaruh siswa lain yang malas belajar. Akibatnya keaktifan belajar bahasa Indonesia kurang optimal serta perilaku belajar yang lain seperti suasana kelas yang menyenangkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia hampir tidak tampak. Dalam pokok bahasan menyusun teks biografi secara urut dan logis, saya mengharapkan siswa dapat lebih aktif melalui penerapan model pembelajaran scramble. Siswa diberikan sebuah teks biografi yang teracak nomornya dan siswa diharapkan dapat berpikir secara urut dan logis penyusunan kalimat yang benar. Model pembelajaran scramble tidak hanya meminta siswa mengurutkan setiap kalimat begitu saja namun mengharapkan siswa dapat lebih aktif dan berpikir kritis tentang ketepatan kata hubung atau konjungsi.

Hasil penelitian yang dilakukan Sitti diperoleh bahwa terjadi peningkatan pada siklus II sebab pada tahap tersebut ketuntasan klasikal mencapai 82,85% termasuk dalam kategori baik dibanding pada siklus I tidak memenuhi kriteria ketuntasan serta pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran scramble terbukti dapat

(36)

digunakan sebagai alternative model pembelajaran yang bisa meningkatkan proses pembelajaran.11

Persamaan skripsi tersebut dengan penulis ialah pada tujuan dari penelitian tersebut dimana penerapan model pembelajaran yang digunakan pada diharap mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.

Pebedaan skripsi tersebut adalah penelitian tersebut menggunakan model pembelajaran Scramble sedangkan penulis menggunakan model pembelajaran Visuak Auditori Kinestetik (VAK) sebagai variabel penelitian, kemudian pada skripsi tersebut menggunakan penelitian tindakan kelas sedangkan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, lokasi tempat penelitian dan responden yang berbeda dalam penelitian, serta bidang studi pembelajaran yang berbeda yaitu Bahasa Indonesia sedangkan peneliti pada bidang studi PAI.

4. Hasil penelitian yang dilakukan Ade Payosi, Fakultas Tarbiyah, dan Tadris, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu, Tahun 2020, yang memiliki judul “Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 14 Bermani Ilir Kabupaten Kepahiang”. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan Quasi Eksperimental Design. Penelitian yang dilakukan Ade dilatar belakangi dengan perlunya inovasi baru dalam model pembelajaran adalah solusi yang tepat yang diharapkan peserta didik lebih mampu meningkatkan daya nalarnya dalam memecahkan suatu masalah. Jadi Peserta didik untuk belajar dengan baik dibutuhkan

11 Sitti Sayani DamaUniversitas Muhammadiyah Makassar, “Penerapan Model Pembelajaran Scramble dalam Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Pokok Bahasan Menyusun Teks Biografi yang Urut dan Logis di MTs Aisyiyah Sungguminasa, Sarjana: Universitas Muhammadiyah Makassar, Tahun 2018.

(37)

15

pengalaman langsung dimana peserta didik tidak hanya sekedar mengamati tetapi juga terlibat langsung dan bertanggung jawab terhadap hasil yang didapatkan. Dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif diharapkan akan menciptakan suasana pembelajaran yang menarik, sehingga peserta didik lebih semangat dalam mengikuti proses pembelajaran dan mampu meningkatkan hasil belajar. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan Ade, siswa kelas IV SD Negeri 14 Bermani Ilir Kabupaten Kepahiang masih kurangnya perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan kewarganegaraan hal ini juga berdampak terhadap hasil belajar siswa yang masih rendah dan mengakibatkan siswa cenderung pasif selama proses pembelajaran sehingga membuat aktivitas belajar siswa kurang optimal. Guru sebagai pendidik masih kurang menerapkan model pembelajaran yang menyenangkan menjadikan siswa kurang respons.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Ade bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan siswa kelas IV SD Negeri 14 Bermani Ilir Kabupaten Kepahiang. Dari hasil post test yang telah diperoleh Kelas IV A sebagai kelas eksperimen dengan nilai rata-rata sebesar 81,9 dan Kelas IV B sebagai kelas kontrol dengan nilai rata-rata yaitu 72,2, yaitu bahwa Perhitungan uji-t pada posttest thitung (7,726) > ttabel(2,10092) yang artinya terdapat perbedaan rata-rata pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kenaikan pretest-posttest pada kelas eksperimen sebesar 19,6 sedangkan pada kelas kontrol kenaikan pretest-posttest sebesar 9,4. Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan siswa lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan

(38)

model pembelajaran konvensional yakni metode ceramah. Dengan demikian dapat peneliti buat kesimpulan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan siswa kelas IV SD Negeri 14 Bermani Ilir Kabupaten Kepahiang

Persamaan skripsi di atas dengan skripsi penulis ialah sama- sama menggunakan model pembelajaran yang digunakan sebagai variabel penelitian.

Perbedaan skripsi di atas dengan penulis ialah model pembelajaran yang dijadikan sebagai variabel berbeda, dalam peneleitian tersebut menggunakan model pembelajaran discovery learning sedangkan penulis menggunakan model pembelajaran VAK, penelitian tersebut menggunakan pendekatan kuantitatif sedangkan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, lokasi tempat penelitian dan responden yang berbeda dalam penelitian, skripsi penelitian ini dilakukan pada tingkat SD atau MI sedangkan peneliti pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), serta bidang studi pembelajaran yang berbeda yatu PKn sedangkan peneliti pada bidang studi PAI.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Khoirun Nisa’, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Tahun 2021, yang memiliki judul, “Pengembangan Media Interaktif Berorientasi Model Pembelajaran VAK (Visual, Auditory, Kinesthetic) pada Materi Transformasi”. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dimana produk yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa media interaktif dengan menggunakan model pembelajaran VAK (Visual, Auditory, Kinesthetic) pada materi transformasi. Dalam penelitian ini dilatar belakangi dengan materi transformasi penting dipelajari siswa karena memberikan kesempatan

(39)

17

siswa untuk berpikir tentang konsep matematika yang penting (seperti simetri, fungsi, dan lainnya) serta menyediakan kesempatan luas bagi siswa dalam mengembangkan kemampuan visualisasi spasialnya untuk memperoleh kemampuan pembuktian matematis. Materi yang dibahas yaitu transformasi yang terdiri dari beberapa sub materi, antara lain translasi, refleksi, rotasi, dan dilatasi.

Berdasarkan deskripsi diatas maka diharapkan setiap siswa memiliki pemahaman yang baik terhadap materi transformasi.

Pemahaman yang baik pada materi transformasi dapat dilihat oleh guru ketika siswa tidak mengalami kesulitan belajar dan memperoleh hasil belajar yang baik. Namun kenyataan yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa pemahaman siswa kurang baik dalam mempelajari materi transformasi.

Selain itu, dapat disebabkan oleh minimnya alat dukung pembelajaran pada materi transformasi. Berdasarkan keadaan tersebut, membuat pembelajaran berlangsung kurang kondusif, kurangnya antusias, ketertarikan siswa, dan peran aktif siswa. Sedangkan tiap siswa memiliki modalitas yang berbeda-beda, dimana guru harus mampu mengkondisikan siswa-siswa tersebut dengan baik agar pembelajaran berlangsung sesuai dengan apa yang diharapkan.

Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu alternatif untuk menciptakan ketertarikan, antusias, dan peran aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan agar menciptakan ketertarikan, antusias, dan peran aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran adalah dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat. Banyak sekali model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran di sekolah. Salah satunya adalah model pembelajaran VAK (Visual, Auditory, Kinesthetic). Model

(40)

pembelajaran VAK (Visual, Auditory, Kinesthetic) merupakan model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan agar siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Hasil penelitian Khoirun Nisa’ menunjukkan bahwa media interaktif dalam proses pengembangannya menghasilkan suatu produk media interaktif. Media interaktif dinyatakan valid dengan persentase nilai rata-rata sebesar 85%. Media interaktif dinyatakan praktis secara teori dengan kategori B atau dapat digunakan dengan sedikit revisi.12

Persamaan skripsi di atas dengan skripsi penulis ialah sama- sama menggunakan model pembelajaran VAK yang dijadikan sebagai variabel penelitian.

Perbedaan skripsi di atas adalah perbedaan judul penelitian dan penelitian tersebut merupakan penelitian pengembangan dimana model pembelajaran VAK akan dikembangkan sebagai salah satu alternatif media interaktif yang dapat digunakan pada materi transformasi dalam penelitian tersebut, sedangkan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan bidang studi pembelajaran PAI, serta lokasi tempat penelitian dan responden yang berbeda dalam penelitian ini.

F. Sistematika Penulisan

Penulis merujuk buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta Tahun Ajaran 2021. Hasil akhir dari penulisan ini akan dituangkan dalam laporan tertulis dengan sistematika sebagai berikut.

12 Khoirun Nisa’, “Pengembangan Media Interaktif Berorientasi Model Pembelajaran VAK (Visual, Auditor, Kinesthetic) pada Materi Transformasi”, Skripsi, Surabaya: Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2021.

(41)

19

BAB I PENDAHULUAN: Pada bab ini memuat latar belakang yang memaparkan mengenai penerapan model VAK dalam pembelajaran PAI menjadi salah satu solusi model pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Lalu masalah yang dibatasi, sehingga perumusan masalah menjadi penerapan model pembelajaran VAK dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri 235 Jakarta. Kemudian penjelasan tujuan masalah untuk menjawab rumusan masalah yang telah disusun serta mengetahui manfaat dari penelitian ini, kemudian menguraikan hasil penelitian dari peneliti sebelumnya yang sejenis, dan memuat sistematika pada penulisan bab ini.

BAB II KAJIAN TEORI: Bagian ini memuat pembahasan yang mencakup 3 sub bab sebagai berikut, yaitu pertama Model Pembelajaran.

Pada sub bab ini mengkaji tentang pengertian model pembelajaran dan model pembelajaran VAK, langkah-langkah model pembelajaran VAK, kelebihan dan kekurangan model pembelajaran VAK. Kedua, Prestasi Belajar. Pada sub bab ini mengkaji tentang pengertian prestasi belajar, fungsi prestasi belajar, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Ketiga, Materi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Pada sub bab ini mengkaji pengertian materi pembelajaran pendidikan agama Islam.

BAB III METODE PENELITIAN: Bab ini mencakup tentang metodelogi penelitian, jenis penelitian, tempat penelitian, waktu penelitian, subjek penelitian, rancangan penelitian, prosedur pengumpulan data dan pengolahan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, indikator keberhasilan.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN: Dalam bab ini penulis akan memaparkan presentasi dan analisis data yang terdiri dari gambaran umum tempat penelitian, deskripsi hasil analisis temuan penelitian mengenai Penerapan Model Pembelajaran Visual Auditori Kinestetik

(42)

dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI di SMP Negeri 235 Jakarta.

BAB V PENUTUP: Dalam bab akhir ini memuat kesimpulan dari hasil rumusan masalah serta saran-saran yang dapat membangun dan bermanfaat untuk semua pihak.

(43)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan model pembelajaran seorang guru/dosen/peneliti dapat mengembangkan, mebuat, memilih suatu tahap pengukuran, penilaian, dan menevaluasi atau menimbang suatu model pembelajarang yang bertujuab untuk memperoleh jawaban atas permaslahan-permaslahan umum “apa dan bagaimana konsep model pembelajaran”.1

Beberapa istilah dalam proses pembelajaran seringkali mempunyai kemiripan makna yang hampir sama, sehingga seringkali orang merasa bingung dalam membedakannya. Seperti halnya model pembelajaran yang mempunya istilah sangat dekat dengan strategi pembelajaran. Mengutip Nurdyansyah dalam karya Sofan Amri mendefinisikan strategi, metode, pendekatan, dan teknik pembelajaran antara lain: 2

1. Strategi pembelajaran ialah seperangkat pilihan strategi yang ada hubungannya dengan faktor penentu, yaitu: a. pemilihan tema pembelajaran; b. penyaji topik pembelajaran (individu atau kelompok);

c. bagaimana tema itu disajikan (induktif atau deduktif, analitis atau sintesis, formal atau non formal); d. target penerima topik (individu, kelompok, homogen atau heterogen).

1 Abas Asyafah, “Menimbang Model Pembelajaran (Kajian Teoritis-Kritis atas Model Pembelajaran dalam Pendidikan Islam” Jurnal Tarbawy 6, No. 1, 2019, h. 21.

2 Nurdyansyah dan Eni Fariyatul Fahyuni, Inovasi Model Pembelajaran Sesuai Kurikulum 2013, (Sidoarjo: Nizamia Learning Center, 2016), h. 19.

(44)

2. Pendekatan pembelajaran merupakan cara yang guru dan siswa tempuh untuk memperoleh tujuan pembelajaran dengan melihat bagaimana materi itu disajikan.

3. Metode pembelajaran yaitu cara umum seorang pendidik mengajar yang dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran, contohnya seperti metode ceramah, diskusi, tanya jawab, karya terbimbing, dan sebagainya.

4. Teknik mengajar yaitu penerapan metode belajar tertentu dengan menyesuaikan kemampuan atau keterampilan seorang guru, ketersediaan dan kesiapan media pembelajaran siswa.

Pendekatan pembelajaran seringkali diartikan sama dengan istilah model pembelajaran. Bahkan terkadang suatu model pembelajaran disebut dengan pendekatan pembelajaran. Model pembelajaran sebenarnya mempunyai pengertian lebih luas lagi dibandingkan pendekatan, strategi, metode ataupun teknik. Menurut Rusman model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:3

a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari ara ahli tertentu.

b. Mempunyai sis atau tujuan pendidikan tertentu.

c. Dapat dijelaskan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas.

d. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: 1) urutan langkah- langkah pembelajaran; 2) adanya prinsip-prinsip reaksi; 3) system social; 4) sistem pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran.

3 Yudi Wijanarko, “Model Pembelajaran Make a Match untuk Pembelajaran IPA yang Menyenangkan” Jurnal Taman Cendekia 1, No. 1, 2017, h. 53.

(45)

23

e. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran yang meliputi: 1) dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur; 2) dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.

f. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.

Menurut Ngalimun dalam bukunya bahwa model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman pada aktivitas belajar di kelas yang berbentuk suatu pola atau perencanaan.4 Trianto juga berpendapat bahwa model pembelajaran sebagai sebuah tuntunan untuk menyiapkan pembelajaran di kelas atau pembelajaran terbimbing yang berbentuk sebuah pola dan di dalam pendekatan pembelajaran yang akan digunakan oleh seorang pengajar berorientasi pada model pembelajaran, yang di dalamnya termasuk tujuan pengajaran, langkah pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengendalian di dalam kelas.5

Helmiati dalam bukunya menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan gambaran pembelajaran yang secara khas disampaikan oleh seorang guru dari awal hingga akhir pembelajaran. Dapat dikatakan juga bahwa model pembelajaran sebagai rangka dari wujud implementasi suatu pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran.6

Berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat penulis simpulkan bahwa model pembelajaran sebagai pola agar tujuan pembelajaran dapat tercapai yang di didalamnya terdapat strategi, bahan, teknik, metode, media, dan alat penilaian pembelajaran yang telah disusun secara sistematis.

4 Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012), h. 27.

5 Muhammad Afandi, Evi Chamalah, dan P.W. Oktarina, Model dan Metode Pembelajaran di Sekolah, (Semarang: UNISSULA Press, 2013), h. 15.

6 Helmiati, Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012), h. 19.

(46)

B. Model Pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK)

1. Pengertian Model Pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) Konsep asli model pembelajaran VAK pertama kali dikembangkan oleh Fernald, Keller, Orton, Gilingham, Stilman dan Montessori pada tahun 1920-an yang membentuk sebuah terori gaya belajar bagi individu. Selanjutnya dikembangkan oleh Neil Fleming pada tahun 1987 dengan menambahkan gaya belajar read-write yang termasuk dalam gaya belajar visual pada kegiatan belajar. Hingga saat ini model pembelajaran tersebut dikenal menjadi Model Pembelajaran VAK.1

Model pembelajaran VAK ialah model pembelajaran yang memadukan tiga unsur dalam gaya belajar yaitu visual, auditori, dan kinestetik. Tiga modalitas tersebut yang dikembangkan oleh Neil Fleming sebagai solusi alternatif untuk memaksimalkan proses pembelajaran.2 Wulansari juga mengaskan bahwa model pembelejaran VAK merupakan model pembelajaran multisensory yang melibatkan tiga gaya belajar ini.

Teori humanistik juga mendukung akan model pembelajaran ini dengan menyatakan bahwa dengan peserta didik memahami lingkungannya dan diri sendiri, maka keberhasilan belajar akan dapat digapai. Menurut Combs, hal yang terpenting ialah bagaimana membawa peserta didik dapat memahami arti bagi dirinya dan materi pelajaran seta menghubungkan dengan kehidupannya.3

1 Ayu Amelia Aprilia, “Pengaruh Model Pembelajaran Visual, Auditori, Kinestetik (VAK) Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa Pada Materi Hukum Newton” Skripsi, Tasikmalaya: Universitas Siliwangi Tasikmalaya, h. 8, 2022.

2 Bobbi Deporter, dkk, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, (Bandung: Kaifa, 2010), h. 112.

3 Agus Krisno Budiyanto, SINTAK 45 Metode Pembelajaran dan Student Centered Learning (SCL), (Malang: UMM Pres, 2016), h. 97.

(47)

25

Zainuddin juga menjelaskan bahwa VAK merupakan pendekatan dan pengembangan pembelajaran kuantum yang menggabungkan motivasi, keterikatan, dan kebiasaan proses kognitif siswa yang kemudian mempengaruhi penggunaan keterampilan metakognitif seperti analisis situasi, self-pacing, dan evaluasi diri untuk menghasilkan hasil belajar yang sesuai dengan ciri khas gaya belajar siswa4

Pembelajaran secara langsung dan menyenangkan bagi siswa merupakan hal yang penting bagi model pembelajaran VAK. Belajar dengan mengingat (visual), belajar dengan mendengar (auditori), serta belajar dengan gerakan anggota tubuh dan emosi dikatakan dengan pengalaman belajar yang dilakukan secara langsung.5

Model pembelajaran VAK juga mempunyai hubungan dekat dengan HOTS (High Order Thinking Skills). HOTS ini merupakan suatu suatu keahlian menggabungkan, memanipulasi, dan mentransformasi pengetahuan serta pengalaman yang sudah dimiliki untuk berpikir kritis dan kreatif dalam menentukan keputusan dan memecahkan masalah pada situasi baru.6

Kemampuan berpikir HOTS merupakan unsur pendorong dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. HOTS ini termasuk keterampilan dalam memecahkan masalah, keterampilan berpendapat, keterampilan

4 Anise Nudianti, Sumiyadi, dan Rudi Adi Nugroho, “Pengaruh Model VAK (Visual, Auditori, Kinestetik) Berbasis Film Animasi terhadap Kemampuan Memerankan Cerita Fabel Siswa SMP”, Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya 9, No. 1, 2021, h. 3.

5 Lilik Mawartiningsih, “Model Pembelajaran VAK (Visualization, Auditory, Kinesthetic) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Kuliah Telaah Kurikulum Mahasiswa Pendidikan Biologi 2012”, Journal of Proceeding Biology Education Conference 13, No. 1, h.

443. https://jurnal.uns.ac.id/prosbi/article/view/5770/5134 (diakses 1 April 2022).

6 Zulfa Indah Pratiwi dan Dewi Maharani, “Penerapan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) (Studi Analisis Pada Kelas XI di SMA Dharma Karya UT Tangerang Selatan)” Jurnal Qiro’ah 10, No. 2, 2020, h.

60. https://doi.org/10.33511/qiroah.v10n2.57-72 (diakses 3 Juni 2022).

(48)

berpikir kreatif, berpikir kritis, dan kemampuan dalam mengambil sebuah putusan. Menurut Newman dan Wehlage, melalui HOTS ini siswa akan dapat memilah gagasan atau ide dengan konkret, kompeten dalam pemecahan masalah, dapat berasumsi, serta mengungkap berbagai hal rancu menjadi lebih jelas.7

Bobbi Deporter juga berpendapat bahwa pemberian pengalaman belajar yang dilakukan secara langsung (direct experience) seta menyegarkan membuat pembelajaran berjalan lebih fokus dengan memerhatikan ketiga modalitas yakni belajar dengan melihat, mendengar, serta gerakan anggota tubuh dan emosi.8

Ketiga modalitas tersebut dikenal dengan gaya belajar. Gaya belajar ialah cara seseorang dalam menangkap kemudian mengelola dan memproses informasi. Model pembelajaran VAK dirancang agar siswa belajar dengan rasa nyaman dan menyenangkan. Ketiga modalitas tersebut yaitu:

a. Gaya Belajar Visual (Penglihatan)

Gaya belajar visual ini menitikberatkan pada indera penglihatan mata yang diciptakan maupun diingat misalnya warna, gambar yang menonjol, potret, dan hubungan ruang. Penggunaan indera penglihatan dalam pembelajaran ini melalui pengamatan, melukis, membaca, mendemonstrasikan, menggunakan media dan alat peraga. Siswa dengan gaya belajar ini tergolong lebih suka apabila pembelajaran dilakukan melalui gambar atau diagram, menonton video, pertunjukkan maupun peragaan.

7 Rochis Afiat Eka Sakti dan Wahyudi, “Penerapan Model VAK Berbasis HOTS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 1 SD” Jurnal Ilmiah PGSD 3, No. 1, 2019, h.

39. https://jurnal.umj.ac.id/index.php/holistika/article/view/5343/3571 (diakses 12 Maret 2022).

8 Bobbi Deporter, dkk, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, (Bandung: Kaifa, 2010), h. 112.

Referensi

Dokumen terkait

Keseluruhannya kawasan ini terletak di bawah bidang kuasa Majlis Perbandaran Bentong (MPB) sebagai Pihak Berkuasa Tempatan.. Dalam kajian ini, penulis hanya memberi tumpuan

JURNAL KEGIATAN PRAKTEK INDUSTRI ( PI ) DI PT MARS SYMBIOSIENCE INDONESIA SITE

Maka dengan ini kami mengundang Bapak/Ibu sebagai pemenang lelang kegiatan pekerjaan tersebut diatas untuk mengikuti Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan Biaya pada

• Kesesuaian media dan sumber belajar dengan SK, KD, Materi pelajaran, karaktristik media pembelajaran, tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kemampuan guru, praktis

Dari hasil pengamatan selama Kerja Praktek di bagian material preparation PT Djarum Kudus yang bertempat di OASIS, mengenai produktivitas pekerja wanita regu A,

Dari sisi hukum acara pidana, yang dimaksud dengan saksi verbalisan atau disebut juga dengan saksi penyidik adalah seorang penyidik yang kemudian menjadi saksi atas suatu perkara

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

Dengan kata lain, bahwa penilaian yang diberikan untuk setiap elemen persoalan pada suatu level hirarki dapat saja tidak konsisten ( inconsistent ).. 2.2