• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PSAK 109 DI BAZNAS KABUPATEN PROBOLINGGO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "IMPLEMENTASI PSAK 109 DI BAZNAS KABUPATEN PROBOLINGGO"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Akuntansi (S.Akun) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Program Studi Akuntasi Syariah

Oleh:

Lukmanul Faqih NIM: E20173045 Dosen Pembimbing

Dr. M. F. Hidayatullah, S.H.I, M.S.I NIP. 19760812 200801 1 015

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

JANUARI 2023

(2)

ii

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Akuntansi (S.Akun) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Program Studi Akuntasi Syariah

Oleh:

Lukmanul Faqih NIM: E20173045

Disetujui Pembimbing

Dr. M. F. Hidayatullah, S.H.I, M.S.I NIP. 19760812 200801 1 015

(3)

iii

SKRIPSI

Telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Akuntansi (S.Akun)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Jurusan Ekonomi Islam Program Studi Akuntasi Syariah

Hari : Rabu

Tanggal : 04 Januari 2023

(4)

iv

ْمِهْيَلَع ِّلَصَو اَِبِ مِهيِّكَزُ تَو ْمُهُرِّهَطُت ًةَقَدَص ْمِِلََِٰوْمَأ ْنِم ْذُخ َّنِإ ۖ

َكَتَٰوَلَص

ْمَُّلِ ٌنَكَس ٌميِلَع ٌعيَِسَ ُهَّللٱَو ۖ

(Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.

Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui."(QS. At-Taubah, 9 : 103))1

نَأ ٍةَّبَح ِلَثَمَك ِهَّللٱ ِليِبَس ِفِ ْمَُلََِٰوْمَأ َنوُقِفنُي َنيِذَّلٱ ُلَثَّم َلِباَنَس َعْبَس ْتَتَ ب ۖ

نُس ِّلُك ِفِ

اِّم ٍةَلُ ب ۖ ٍةَّبَح ُةَئ ۖ

اَشَي نَمِل ُفِعََٰضُي ُهَّللٱَو ۖ ُء ۖ

ُهَّللٱَو ۖ

ٌميِلَع ٌعِسََٰو

(Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah, 2:261)).2

1 https://quran.kemenag.go.id/

2 ibid

(5)

v

Alhamdulillah wasyukurillah wa ala nikmatillah, segala puji bagi Allah SWT, shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, saya persembahkan karya tulis ini kepada:

1. Kedua orang tuaku (Bapak Suhri dan Ibu Yuli Indrayani) yang senantiasa memberikan dukungan penuh, dukungan berupa doa dan motivasi maupun dukungan materil untuk terus melanjutkan pendidikan dan menggapai impian.

2. Sahabat-sahabatku yang telah menemani dan juga memberi semangat.

3. Keluarga besar tercinta yang selalu memberikan semangat, motivasi dan dukungan agar tidak pantang menyerah dalam segala hal.

4. Segenap guru dan dosen, semoga ilmu yang diberikan bermanfaat dan barokah, aamiin.

5. Seluruh teman-teman jurusan Akuntansi Syariah angkatan 2017, terkhusus kelas AKS1 yang telah sama-sama saling menguatkan untuk tetap berjuang menyelesaikan pendidikan ini.

6. Almamaterku, Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember, dan seluruh dosen UIN KHAS Jember khususnya dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberikan ilmunya kepada penulis.

(6)

vi

Segala puji hanya milik Allah SWT, yang telah memberikan peneliti banyak kenikmatan, baik nikmat Iman, Islam dan kesehatan sehingga peneliti mampu menyelesaikan penulisan proposal dengan lancar tanpa hambatan suatu apapun. Sholawat beserta salam senantiasa tersanjungkan kepada beliau baginda Nabi Muhammad SAW, seorang Nabi yang patut diteladani baik perkataan maupun perbuatan beliau, dan mudah-mudahan kelak kita akan mendapatkan syafa’at beliau di yaumil akhir. Amin.

Penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Akuntansi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Kiai Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember guna mendapatkan gelar Sarjana Akuntansi (S.Akun).

Di dalam upaya penyelesaian skripsi ini, peneliti telah menerima banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Babun Suharto, S.E., M.M selaku Rektor Universitas Islam Negeri Kiai Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember.

2. Dr. Khamdan Rifa’i, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

3. Dr. Nur Ika Mauliyah, S.E., M.Ak selaku Kaprodi Akuntansi Syariah.

4. Dr. M.F Hidayatullah, S.H.I., M.S.I. selaku Dosen Pembimbing Skripsi

(7)

vii

memberikan ilmu kepada penulis sehingga dapat mengetahui ilmu yang tidak diketahui sebelumnya.

6. Seluruh staf BAZNAS kabupaten Probolinggo yang telah berkenan menerima penulis untuk melakukan penelitian di BAZNAS tersebut.

7. Segenap informan yang telah berkenan memberikan informasi yang dibutuhkan, sehingga membantu proses penyelesaian penelitian.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna begitu juga dalam penulisan skripsi ini, yang tidak lupa dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan menambah wawasan bagi penulis dan pembaca sekalian.

Jember, 10 Januari 2023 Penulis

Lukmanul Faqih NIM. E20173045

(8)

viii

Lukmanul Faqih, Dr. M.F Hidayatullah, M. S.I, Implementasi PSAK 109 di BAZNAS Kabupaten Probolinggo.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keputusan Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK-IAI) yang mengeluarkan peraturan mengenai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.109 tentang Akuntansi Zakat, Infak dan Sedekah yang memang perlu diterapkan oleh setiap lembaga/organisasi yang kegiatan utamanya mengelola zakat, infak dan sedekah. BAZNAS Kabupaten Probolinggo salah satu lembaga resmi pemerintah yang mengelola dana zakat, infak dan sedekah yang perlu menerapkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.109 tentang Akuntansi Zakat, Infak dan Sedekah.

Berdasarkan permalasah yang terjadi diatas, penulis berupaya untuk mengungkapkan dan menganalisisa mengenai Implementasi PSAK 109 di BAZNAS kabupaten Probolinggo dengan fokus penelitian: 1. Bagaimana mekanisme pencatatan laporan dana BAZNAS kabupaten Probolinggo? 2.

Bagaimana kesesuaian PSAK 109 dengan pencatatan laporan dana BAZNAS kabupaten Probolinggo?

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan akuntansi zakat infak dan sedekah di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Probolinggo dan menganalisis kesesuaian PSAK 109 dengan laporan pencatatan dana BAZNAS Kabupaten Probolinggo.

Metode penelitian yang digunakan ialah metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian yakni penelitian lapangan menggunakan teknik pengumpulan data: 1. Observasi 2. Wawancara dan 3. Dokumentasi. Serta menggunakan data sekunder dengan studi pustaka untuk memperoleh laporan keuangan dalam melengkapi referensi penelitian ini. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: 1. Dalam kegiatan penerimaan dan penyaluran zakat infak dan sedekah BAZNAS Kabupaten Probolinggo sudah sesuai dengan PSAK 109 yaitu zakat infak dan sedekah yang diterima diakui sebagai penambah dana ZIS, sedangkan dana ZIS yang disalurkan dihitung sebagai pengurang dana ZIS 2. Dalam perlakuan akuntansi zakat infak dan sedekah tentang pangakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan yang dilakukan di BAZNAS kabupaten Probolinggo sudah sepenuhnya sesuai dengan PSAK No.109.

Kata Kunci: BAZNAS, Zakat Infak dan Sedekah (ZIS), PSAK No.109

(9)

ix

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Istilah ... 8

F. Sistematika Pembahasan ... 9

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu ... 11

B. Kajian Teori ... 20

BAB III METODE PENELITIAN

(10)

x

B. Lokasi Penelitian ... 39

C. Subyek Penelitian ... 40

D. Teknik Pengumpulan Data ... 41

E. Analisis Data ... 43

F. Keabsahan Data ... 45

G. Tahap-tahap Penelitian ... 46

BAB IV PENYAJIAN DATA A. Gambaran Obyek Penelitian ... 49

B. Penyajian Data dan Analisis ... 55

C. Pembahasan Temuan ... 63

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ...

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ...

LAMPIRAN ...

(11)

xi

No. Uraian Hal.

2.1 Penelitian Terdahulu ...17

4.1 Analisis Penyesuaian Pengakuan ...66

4.2 Analisis Penyesuaian Pengukuran...68

4.3 Analisis Penyesuaian Penyajian ...69

4.4 Analisis Penyesuaian Pengungkapan...69

(12)

xii

No. Uraian Hal.

4.1 Struktur Organisasi ...52 4.2 Penerimaan Dana Zakat...56 4.3 Penyaluran Dana Zakat...58

(13)

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sebagai muslim yang sejati, menjalani rukun Islam ialah suatu kewajiban yang harus kita laksanakan, terkecuali rukun Islam yang ke-lima (ibadah haji). Allah SWT memberikan keringanan bagi siapa-siapa yang belum mampu melaksanakannya. Selain daripada itu, wajib bagi setiap muslim untuk memenuhi kewajiban mereka. Salah satunya ialah zakat.

Kedudukan zakat, infak, dan sedekah dalam ajaran Islam sangat penting dan strategis karena tidak hanya kepentingan ibadah, tetapi juga untuk penguatan aspek muamalah yaitu membangun kesejahteraan dalam equilibrium sosial yang bermartabat.3

Ditinjau dari berbagai referensi Zakat merupakan salah satu rukun Islam ketiga, yang mewajibkan setiap muslim yang mampu dan memenuhi syarat untuk menunaikannya. Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) 109, zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya (mustahiq), sedangkan infak / sedekah adalah harta yang diberikan secara sukarela oleh pemiliknya, baik yang peruntukannya dibatasi (ditentukan) maupun tidak dibatasi. Untuk memberdayakan potensi zakat maka diperlukan sebuah lembaga yang dapat memanajemen dana zakat untuk mendistribusikan

3 Gustian Djuanda. Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan. Raja Grafindo Persada, 2006.

1

(14)

kepada yang berhak menerima (mustahiq). Zakat membutuhkan sebuah pengelolaan yang sistematis, transparan, dan bertanggungjawab.4

Sejak dicanangkannya Undang-Undang No. 38 tahun 1999, pengelolaan zakat di Indonesia mengalami perubahan yang berbeda dengan sebelumnya. Jika sebelumnya zakat dikelola oleh kepanitiaan berkala di masjid/mushola, atau disalurkan kepada saudara atau orang terdekat, sekarang telah dikelola secara modern oleh Lembaga Amil Zakat (LAZ).5

Badan amil zakat sebagaimana badan atau lembaga nirlaba, tidak berorientasi pada profit laba operasionalnya. Badan Amil Zakat (BAZ) sebagai organisasi sektor publik tentu saja memiliki stakeholders (Pihak yang berkepentingan) yang sangat luas. Konsekuensinya Badan Amil Zakat dituntut dapat memberikan informasi mengenai pengelolaan kepada semua pihak yang berkepentingan. Kemampuan untuk memberikan informasi yang terbuka, seimbang dan merata kepada stakeholders terutama mengenai pengelolaan keuangan adalah salah satu kreteria yang menentukan tingkat akuntabilitas dan aksesibilitas lembaga.6

Hasil penelitian terdahulu mengungkap bahwa masih ada sekitar 99%

potensi zakat nasional yang belum terserap. Sementara itu, hakikat perintah kewajiban zakat bagi umat Islam adalah untuk meminimalisir kesenjangan

4 Nur Sayidah dan Dewi Haqiqi Andriana, "Penerapan Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Bojonegoro." Jurnal Analisa Akuntansi dan Perpajakan, Vol. 2 No. 2 (September 2018), 72-85.

5 Nikmatuniayah dan Marliyati,.”Akuntabilitas Laporan Keuangan Lembaga Amil Zakat di Kota Semarang”, Jurnal Sosial dan Pembangunan,Vol. 31 No.2 (2015), 485-494.

6 Sabrina Shahnaz, “Penerapan PSAK No. 109 tentang Pelaporan Keuangan Akuntansi Zakat, Infaq/Sedekah pada Badan Amil Zakat Provinsi Sulawesi Utara” Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, Vol. 3 No. 4 (2016).

(15)

sosial dan menurunkan tingkat kemiskinan. Maka dari itu, peningkatan jumlah dana zakat yang terhimpun dan tersalurkan oleh lembaga amil zakat menjadi penting saat ini.7

Salah satu bentuk pertanggungjawaban Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat yaitu pembuatan laporan keuangan. Laporan keuangan yang dibuat harus sesuai dengan tujuan akuntansi syariah. Pada awalnya untuk pelaporan keuangan Badan Amil Zakat (BAZ) di Indonesia menggunakan PSAK No. 45 tentang pelaporan keuangan Organisasi Nirlaba, namun seiring dengan kemajuan zaman perkembangan produk BAZ semakin berkembang dan adanya kebutuhan pencatatan yang khusus untuk entitas syariah. Hal ini menjadi suatu wacana untuk segera memilki suatu standar yang baku dalam pelaporan. Maka Forum Zakat bersama dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyusun akuntansi zakat pada tahun 2007. Pada tahun 2008 IAI menyelesaikan PSAK No.109 tentang akuntansi zakat. Kemudian PSAK No.109 ini diberlakukan sejak 1 Januari 2009 dan direvisi pada tahun 2011.

Penerbitan PSAK 109 ini sangat dinantikan setelah selama 5 tahun berusaha menerbitkan suatu peraturan yaitu Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) untuk Organisasi Pengelola Zakat. Standar berfungsi sebagai acuan dan pedoman dalam keseragaman penyusunan laporan keuangan antar entitas. PSAK 109 ini ditunjukkan untuk entitas syariah yang kegiatan utamanya adalah menerima dan menyalurkan dana Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS). Selain itu tujuan diberlakukannya PSAK 109 adalah untuk

7 Muliati, Dkk, “Bimbingan Teknis Penyusunan Laporan Keuangan Badan Amil Zakat Nasional Di Provinsi Sulawesi Tengah” Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, Vol. 8 No. 2( November 2020),46-50.

(16)

memastikan bahwa Organisasi Pengelola zakat telah memakai prinsip-prinsip syariah, dan seberapa jauh OPZ memiliki tingkat kepatuhan menerapkannya.8

Namun sampai sekarang masih banyak lembaga yang masih belum menerapkan PSAK No. 109 untuk pelaporan keuangannya. Pemahaman tentang PSAK No. 109 tentang Zakat, dan Infaq/Shodaqoh sudah cukup baik karena telah mengikuti beberapa pelatihan yang diadakan oleh BAZNAS namun dalam prakteknya dalam penyajian laporan keuangan masih banyak yang belum melakukan pencatatan yang berdasarkan PSAK 109.

Rendahnya kesadaran tentang pentingnya audit keuangan juga merupakan salah satu faktor tidak diterapkannya pencatatan akuntansi sesuai dengan PSAK No. 109.

Disisi lain juga banyak BAZNAS Kabupaten/Kota yang sudah mulai menerapkan PSAK No.109 dalam aktivitas laporan keuangannya walaupun masih belum sepenuhnya. Seperti dalam skripsi yang ditulis oleh Angieta Fachroiny yang berjudul “Penerapan Akuntansi Zakat, Infaq atau Sedekah Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 109) di Baznas Provinsi Sumatera Utara”. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa perlakuan akuntansi zakat BAZNAS Sumatera Utara dalam penyajian sudah menerapkan PSAK No.109, Namun masih belum sepenuhnya pada bagian laporan keuangan karena masih belum informatif.

Dengan semakin canggihnya tekhnologi akan membantu memudahkan semua orang maupun suatu lembaga untuk melakukan segala

8 RA, Vidia Gati, Akuntansi lembaga Keuangan Syariah,(Surabaya, UIN Sunan Ampel Press, 2014), Hal.120

(17)

hal tak lain juga dalam pelaporan keuangan. Hampir semua lembaga atau perusahaan saat ini telah menggunakan Sistem Informasi Akuntansi untuk pelaporan keuangannya. Penggunaan Sistem Informasi ini bertujuan untuk keseragaman, efisiensi, efektivitas, dan juga dapat meminimalisir kesalahan dalam pembuatan sehingga laporan yang dihasilkan lebih akurat. Suatu Sistem Informasi Akuntansi dat harus menghasilkan laporan keuangan yang sesuai dengan standar yang sudah berlaku di Indonesia yaitu standar yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) berupa Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Dengan adanya standart atau peraturan yang baku maka dapat memudahkan baik akuntan sebagai operasional maupun pemakai laporan keuangan untuk memahami suatu laporan keuangan.

Dari hasil pra penelitian yang telah dilakukan, BAZNAS Kabupaten Probolinggo telah menggunakan Sistem Informasi dan Manajemen BAZNAS (SIMBA) sebagai Sistem Informasi Akuntansi dan Manajemen Zakatnya. Mulai Januari 2017 BAZNAS Kabupaten Probolinggo sudah melakukan penyusunan laporan keuangan melalui SIMBA. Sebelumnya BAZNAS Kabupaten Probolinggo menggunakan Microsoft Excel dalam penyusunan laporan keuangannya dan SIMBA hanya digunakan untuk input penghimpunan dan pendistrsian dana ZIS serta menginput data-data muzakki.

Laporan keuangan yang dihasilkan melalui Microsoft excel hanya meliputi laporan penerimaan, laporan penyaluran dan laporan perubahan dana. Namun per Januari 2017 laporan keuangan telah difokuskan

(18)

menggunakan SIMBA agar terpusat dan mendapatkan hasil laporan yang seragam dan sesuai dengan PSAK No.109.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis ingin membahas tentang penyusunan laporan keuangan di BAZNAS Kabupaten Probolinggo. Kemudian membahas apakah prosedur penyusunan laporan keuangan di BAZNAS Kabupaten Probolinggo dengan menggunakan SIMBA telah sesuai dengan PSAK 109 yang berlaku. Berkaitan dengan ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Implementasi PSAK 109 Di BAZNAS Kabupaten Probolinggo”.

B. FOKUS PENELITIAN

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan permasalahan pada penelitian ini ialah sebagai berikut :

1. Bagaimana mekanisme pencatatan laporan dana BAZNAS di Kabupaten Probolinggo?

2. Bagaimana analisis kesesuaian pencatatan laporan dana BAZNAS Kabupaten Probolinggo dengan PSAK 109?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan pada permasalahan yang dirumuskan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui mekanisme pencatatan laporan dana BAZNAS di Kabupaten Probolinggo

2. Untuk mengetahui kesesuaian pencatatan laporan dana BAZNAS Kabupaten Probolinggo dengan PSAK 109

(19)

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkandapat memperluas pengetahuan peneliti tentang masalah akuntansi syariah, PSAK No. 109, dan akuntabilitas dalam penyajian laporan keuangan dana zakat, infak, dan sedekah.

2. Bagi Instansi/Lembaga

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi lembaga dan memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan dana ZIS. Diharapkan pula penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi organisasi pengelola ZIS dalam pengambilan keputusan serta penyusunan laporan keuangannnya yang berkualitas, relevan, handal, dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dibandingkan.

3. Bagi akademik

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan rujukan informasi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penerapan akuntansi ZIS dan PSAK 109 serta bahan kajian yang sesuai dengan kebutuhan entitas syariah yang ada saat ini.

4. Bagi masyarakat

Memberikan informasi-informasi yang kredibel mengenai laporan dana BAZNAS sehingga meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap BAZNAS Kabupaten Probolinggo.

(20)

E. DEFINISI ISTILAH

Definisi istilah berisi tentang pengertian-pengertian penting yang menjadi titik perhatian peneliti dalam judul penelitian. Tujuannya ialah Untuk memudahkan dan menghindari kesalahfahaman dalam penafsiran, perlu adanya batasan yang jelas mengenai istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka diperlukan defenisi yang lebih spesifik, yaitu:

1. PSAK

PSAK 109 adalah standar yang dibuat oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) yang mengatur tentang proses pencatatan dan pembuatan laporan keuangan oleh organisasi pengelola zakat yang memuat mengenai pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan atas transaksi yang terjadi.

2. BAZNAS

Badan Amil Zakat menurut UU No. 23 Tahun 2011 adalah organisasi pengelola zakat nasional yang dibentuk oleh pemerintah. Badan amil zakat ini di bentuk oleh presiden atas usulan menteri agama. Tugas Badan Amil Zakat ini adalah melakukan pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan zakat, pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.

(21)

Badan Amil Zakat dibentuk di tingkat nasional dengan nama BAZNAS. Selain itu, Badan Amil Zakat juga dibentuk di tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kecamatan.9

F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Supaya dapat memberikan kemudahan dan pemahaman dalam rangka rencana penyusunan skripsi, selanjutnya peneliti akan menguraikan bab-bab dalam penelitian ini, adapun sistematika pembahasannya meliputi:

Bab satu merupakan Pendahuluan, bab ini merupakan dasar dalam penelitian yang terdiri daari uraian tentang latar belakang, focus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua merupakan bab yang menjelaskan tentang penelitian terdahulu yang membahas penelitian yang telah dilakukan oleh orang lain yang serupa dengan penelitian yang akan dilakukan. Dan kajian teori membahas tentang teori dijadikan landasan dalam melakukan penelitian yang sesuai dengan fokus penelitian.

Bab ketiga merupakan bab yang menjelaskan metode penelitian, yang didalamnya terdapat pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, dan tahap- tahap penelitian.

9 Nur Sayidah, "Penerapan Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Bojonegoro." Jurnal Analisa Akuntansi dan Perpajakan, Vol. 2 No. 2 (September 2018).

(22)

Bab keempat merupakan bab yang memuat tentang penyajian data dan analisis yang meliputi gambar obyek penelitian, penyajian data dan analisis data, dan pembahasan temuan.

Bab kelima merupakan bab membahas tentang penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran.

Selanjutnya skripsi ini diakhiri dengan daftar pustaka, lampiran- lampiran yang berisi matrik penelitian, pedoman penelitian, jurnal penelitian, dokumentasi, pernyataan keaslian, surat izin penelitian, surat keterangan telah selesai penelitian, dan biodata penelitian.

(23)

KAJIAN KEPUSTAKAAN A. PENELTIAN TERDAHULU

Pada bagian ini penulis mencantumkan bermacam hasil riset terdahulu yang terpaut dengan riset yang hendak dicoba, setelah itu membuat rungkasannya, baik riset yang telah terpublikasikan (skripsi, jurnal, buku, serta sebagainya).10

Beberapa penelitian yang telah dilakukan yang terkait dengan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Angieta Fachroiny dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Akuntansi Zakat, Infaq atau Sedekah Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 109) di Baznas Provinsi Sumatera Utara”. Hasil penelitian yang didapat bahwa Perlakuan akuntansi zakat dalam penyajian laporan keuangan pada BAZNAS Provinsi Sumatera Utara sudah menerapkan akuntansi zakat menggunakan PSAK 109 tetapi belum sepenuhnya sesuai dengan PSAK 109 serta Laporan keuangan yang disajikan oleh BAZNAS Provinsi Sumatera Utara masih belum informatif, hal ini di sebabkan karena perlakuan akuntansi zakat belum sepenuhnya sesuai dengan PSAK 109.11

2. Hasnawati dalam skripsi yang berjudul “Akuntansi Zakat dalam Perspektif Konsep Metafora Amanah di Badan Amil Zakat Provinsi Sulawesi

10 Sekretariat, Pedoman Penuisan Karya Ilmiah, (Jember: IAIN Jember Press, 2017), 45

11 Angieta Fachroiny “Penerapan Akuntansi Zakat, Infaq/Sedekah Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 109) di Baznas Provinsi Sumatera Utara”, (Skripsi, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Sumatera Utara, 2019), 80.

12

(24)

Selatan”. Hasil penelitian yang didapat bahwa pengelolaan akuntansi zakat pada Badan Amil Zakat Provinsi Sulawesi Selatan meliputi proses penghimpunan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat masing-masing di ikuti di ikuti dengan adanya sifat STAF yakni Shiddiq, Tabligh, Amanah dan Fathonah. Berdasarkan pendekatan amanah, Badan Amil Zakat Provinsi Sulawesi Selatan dalam mengakui, mengukur, mengungkap dan menyajikannya telah sesuai dengan prinsip metafora amanah.

Sejatinya, memandang bahwa segala sesuatu yang di titipkan oleh muzakki merupakan amanah pula dari Allah SWT.Implikasi penelitian ini perlunya Sumber Daya Manusia yang lebih cakap dalam mengelola keuangan hingga mencatatnya sesuai dengan standar yang berlaku yakni berpegang pada PSAK 109.12

3. Nur Sayyidah dalam jurnal yang berjudul “Penerapan Akuntansi Zakat Dan Infak / Sedekah PadaBadan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Bojonegoro”. Hasil penelitian yang didapat bahwa BAZNAS Kabupaten Bojonegoro belum menerapkan jurnal, dan mencatat tanggal transaksi penerimaandalam hal pengakuan. Pengukuran menggunakan harga pasar saat itu, meskipun BAZNAS belum pernah menerima zakat dalam bentuk nonkas. Pengungkapan dilakukan dengan memilah antara penyaluran dana zakat dan infak / sedekah dan kebijakan penyaluran dana

12Hasnawati “Akuntansi Zakat dalam Perspektif Konsep Metafora Amanah di Badan Amil Zakat Provinsi Sulawesi Selatan”, (Skripsi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Makassar, 2017), 118.

(25)

amil. BAZNAS menyajikan laporan penerimaan dan penyaluran dana zakat dan infak / sedekah, dan tidak menggunakan laporan keuangan.13 4. Baity Jannaty dalam skripsi berjudul “Konsep, Aplikasi, Dan Perlakuan

Akuntansi Terhadap Zakat Aset Pada Perusahaan Dagang “Toko Emas Sulton” Di Malang”. Hasil penelitian yang didapat bahwa Zakat terhadap aktiva/aset suatu perusahaan sebenarnya tidak sulit untuk dilakukan, tetapi masih banyak perusahaan yang belum menjalankan wajib zakat perusahaan khususnya bagi perusahaan yang dimiliki oleh umat muslim.

Disamping itu perhitungan zakat terhadap aset perusahaan harus diperhatikan syarat pengenaan, nisab, haul dan perlakuan zakatnya untuk setiap masing-masing akun. Toko Emas Sulton telah menerapkan zakat terhadap aset yang dimiliknya. Formulasi yang digunakan Toko Emas Sulton sebagai dasar pengenaan perhitungan zakat cukup baik, karena formulasi yang digunakan Toko Emas Sulton telah memperhatikan syarat pengenaan zakat pada masing-masing akun yang digunakan sebagai dasar perhitungan zakat perusahaannya,tetapi masih ada beberapa akun yang belum diperhatikan misalnya saja akun pada laporan keuangan berupa modal, laba bersih bisa dijadikan pertimbangan sebagai dasar dalam pengenaan zakat perusahaan terhadap harta kekayaan yang dimiliki. Toko Emas Sulton selain menghitung zakat perusahaannya juga melakukan penyaluran zakat kepada orang yang membutuhkan dan layak untuk diberi

13 Nur Sayidah, "Penerapan Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Bojonegoro." Jurnal Analisa Akuntansi dan Perpajakan, Vol. 2 No. 2 (September 2018).

(26)

zakat berdasarkan konsep penyauran yang tertera dalam Al-qur’an surah At-Taubah ayat 60.14

5. Arsanto Hestu Trihatmojo dalam skripsi berjudul “Zakat Terhadap Aktiva:

Konsepsi, Aplikasi, Dan Perlakuan Akuntansi (Studi Kasus Di Bmt Al- Barokah Kabupaten Blora)”. Hasil penelitian yang di dapat bahwa Pengenaan zakat terhadap tiap-tiap aset BMT Al-Barokah berbeda-beda.

Misal modal awal, kas, piutang usaha merupakan aset wajib zakat yang wajib dipotong 2,5%. Aset selanjutnya yaitu perlengkapan dan gedung yang masih dalam proses pembangunan bukan merupakan aset wajib zakat dikarenakan semua aset itu dikhususkan untuk menunjang operasional BMT Al-Barokah bukan untuk diperdagangkan fisiknya. Kemudian aset tetap tanah dan gedung, mesin, peralatan, kendaraan operasional hukumnya menggantung alias terdapat dua skema. Jika aset-aset tersebut digunakan untuk kegiatan operasional BMT sendiri maka tidak diwajibkan dizakati, sedangkan jika aset tersebut disewakan atau diperjualbelikan maka keuntungan dari hasil tersebut harus masuk aset wajib zakat.Yang terakhir aset tentang mesin yang telah usang atau tidak terpakai lagi kegunaannya yang disimpan di gudang, aset tersebut tidak wajib zakat tetapi jika sewaktu-waktu dijual atau di rosokkan maka hasil dari penjualan tersebut masuk kategori aset wajib zakat.15

14 Baity Jannaty, “Konsep, Aplikasi, dan Perlakuan Akuntansi terhadap Zakat Aset pada Perusahaan Dagang Toko Emas Sulton 2 di Malang”, (Skripsi, Universitas Islam Malang,Malang, 2014), 80.

15 Arsanto Hestu Trihatmojo “Zakat Terhadap Aktiva: Konsepsi, Aplikasi, dan Perlakuan Akuntansi (Studi Kasus di BMT Al-Barokah Kabupaten Blora)”, (Skripsi, Universitas Muhammaddiyah Surakarta, Surakarta, 2014), 86.

(27)

6. Nela Rosalia dalam skripsi yang berjudul “Analisis Penerapan PSAK 109 tentang Akuntansi Zakat, Infak, dan Sedekah dan Sistem Akuntansi (Studi kasus LAZIS YBW UII Yogyakarta)”. Hasil penelitian yang didapat bahwa konsep pengakuan dan pengukuran zakat pada Lembaga Amil Zakat dan Infaq/Sedekah YBW UII sudah sesuai dengan PSAK Syariah No 109. Konsep penyajian dan pengakuan pada Lembaga Amil Zakat dan Infaq/Sedekah YBW UII belum sesuai dengan PSAK Syariah No 109.

Sedangkan dalam Sistem Akuntansi Lembaga Amil Zakat Infaq/Sedekah YBW UII belum menggunakan aplikasi untuk memudahkan masuknya data keuangan tapi masih menggunakan Sistem Akuntansi manual.16

7. Pandopotan Ritonga dalam jurnal yang berjudul “Analisis Akuntansi Zakat Berdasarkan Psak No. 109 Pada Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Sumatera Utara”. Hasil penelitian yang didapat bahwa BAZNAS Sumatera Utara belum sepenuhnya menerapkan penggunaan PSAK No.109. Dalam menyajikan laporan keuangan. Karena dalam PSAK No. 109, akuntansi zakat bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi zakat, infaq / sadaqah.17

8. Lince Bulutoding dalam jurnal yang berjudul “Akuntansi Zakat: Kajian PSAK 109(Studi Kasus pada BAZNAS Kota Makassar)”. Hasil penelitian yang didapat bahwa pengelola BAZNAS Kota Makassar telah

16 Nela Rosalia “Analisis Penerapan PSAK 109 tentang Akuntansi Zakat, Infak, dan Sedekah dan Sistem Akuntansi (Studi Kasus LAZIS YBW UII Yogyakarta), (Skripsi, Univeristas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2018), 87.

17 Pandopotan Ritonga, “Analisis Akuntansi Zakat Berdasarkan PSAK No. 109 pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Sumatera Utara”, Jurnal KITABAH, Vol. 1 No. 1, (Januari - Juni 2017), 1.

(28)

menjalankan tugas dan fungsinya sebagai Badan Amil Zakat yang menghimpun dana zakat, infak dan sedekah secara nasional dengan sangat baik dan maksimal sebagaimana yang diatur oleh Undang-undang No.23 Tahun 2011. Namun demikian, hasil analisis terhadap Laporan Keuangan BAZNAS Kota Makassar ditemukan bahwa mereka belum menyusun laporan keuangannya sesuai dengan Akuntansi Zakat yaitu PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan). Pencatatan atas kas masih menggunakan cash basis padahal PSAK no 1 tahun 2007 mensyaratkan bahwa transaksi harus dicatat sesuai pada saat kejadian bukan saat kas dan setara kas diterima.18

9. Erika Amelia dan Maria Qibtiyah dalam jurnal yang berjudul “Perlakuan Akuntansi Zakat Berdasarkan Psak 45 dan Psak 109 Pada Bamuis BNI”.

Hasil penelitian yang didapat bahwa terdapat beberapa perbedaan perlakuan akuntansi zakat di BAMUIS BNI berdasarkan PSAK 45 dengan PSAK 109, yaitu PSAK 109 adalah standar akuntansi yang memang dibuat untuk akuntansi Zakat, dan Infak/Sedekah, sehingga telah disusun dengan memperhatikan syariah Islam dan PSAK 109 telah mengatur adanya Aset Tidak Lancar Kelolaan, yaitu Aset tetap yang diperoleh dari dana Zakat dan Infak/Sedekah berupa sarana dan/atau prasarana yang secara fisik berada di dalam pengelolaan Amil Zakat lebih dari satu tahun seperti sekolah, rumah sakit, atau ambulan serta Sesuai dengan kebutuhan

18 Bulutoding, Anggeriani, “Akuntansi Zakat: Kajian Psak 109 (Studi Kasus Pada BAZNAS Kota Makassar”, Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Ekonomi, Vol.11 No. 1(2018), 23-37.

(29)

syariah, PSAK 109 menegaskan bahwa beban operasional Lembaga Amil Zakat harus diambil dari porsi amil.19

10. Wiwik Puji Andriani dalam jurnal yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi PSAK 109 Dalam Akuntabilitas Dana Lembaga Amil Zakat (LAZ)”. Hasil riset yang ditemukan oleh Wiwik Puji Andriani menunjukkan bahwa keseluruhan variabel uji yaitu, variabel peranan Pemerintah Daerah, peranan organisasi profesi, komitmen pengurus, pendidikan, dan pengalaman berpengaruh terhadap Implementasi PSAK 109. Dan keseluruhan variabel tersebut melaksanakan tugasnya sebagaimana PSAK 109.20

Adapun persamaan dan perbedaan dari riset terdahulu dengan riset yang dilakukan kali ini ialah sebagai berikut :

Tabel 2.1

Pemetaan Kajian Terdahulu

No Nama, Judul, Tahun Persamaan Perbedaaan Orisinalitas Penelitian 1 Skripsi Angieta

Fachroiny yang berjudul “Penerapan Akuntansi Zakat, Infaq/Sedekah

Berdasarkan

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 109) di Baznas Provinsi Sumatera Utara” 2019.

Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang adalah sama- sama membahas akuntansi zakat di BAZNAS

Pada penelitian terdahulu peneliti menjelaskan

mengenai metode perhitungan zakat

namun pada

penelitian ini menganalisis

implementasi PSAK 109

Penelitian ini membahas

mengenai implementasi PSAK 109 di BAZNAS

Kabupaten Probolinggo

19 Amelia, Dkk, . "Perlakuan Akuntansi Zakat Berdasarkan PSAK 45 dan PSAK 109 Pada BAMUIS BNI." Tauhidinomics: Journal of Islamic Banking and Economics Vol. 1 No. 2 (2015).

20 Puji Andriani, Wiwik,“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi PSAK 109 Dalam Akuntabilitas Dana Lembaga Amil Zakat (LAZ) Se Kabupaten Jember” (Skripsi. Universitas Muhammadiyah Jember, 2020).

(30)

2 Skripsi Hasnawati yang berjudul

“Akuntansi Zakat dalam Perspektif Konsep Metafora Amanah di Badan Amil Zakat Provinsi Sulawesi Selatan”.

2017

Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang adalah sama- sama membahas akuntansi zakat di BAZNAS

Pada penelitian terdahulu peneliti menjelaskan

mengenai metode perhitungan zakat

namun pada

penelitian ini menganalisis

kesesuaian dana ZIS dengan PSAK 109

Penelitian ini membahas

mengenai implementasi PSAK 109 di BAZNAS

Kabupaten Probolinggo

3 Jurnal Nur Sayyidah yang berjudul

“Penerapan Akuntansi Zakat Dan Infak / Sedekah PadaBadan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

Kabupaten

Bojonegoro”. 2019

Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang adalah sama- sama membahas akuntansi zakat di BAZNAS

Pada penelitian terdahulu peneliti menjelaskan

mengenai proses perhitungan

akuntansi zakat

namun pada

penelitian ini menganalisis

kesesuaian dana ZIS dengan PSAK 109

Penelitian ini membahas

mengenai implementasi PSAK 109 di BAZNAS

Kabupaten Probolinggo

4 Skripsi Baity Jannaty yang berjudul

“Konsep, Aplikasi, Dan Perlakuan Akuntansi Terhadap Zakat Aset Pada Perusahaan Dagang

“Toko Emas Sulton2”

Di Malang”. 2014

Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang adalah sama- sama membahas akuntansi zakat

Pada penelitian terdahulu peneliti menjelaskan

mengenai proses perhitungan

akuntansi zakat

namun pada

penelitian ini menganalisis

kesesuaian dana ZIS dengan PSAK 109

Penelitian ini membahas

mengenai implementasi PSAK 109 di BAZNAS

Kabupaten Probolinggo

5 Skripsi Arsanto Hestu Trihatmojo yang berjudul “Zakat Terhadap Aktiva:

Konsepsi, Aplikasi, Dan Perlakuan Akuntansi (Studi Kasus Di Bmt Al- Barokah Kabupaten Blora)”. 2014

Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang adalah sama- sama membahas akuntansi zakat

Pada penelitian terdahulu peneliti menjelaskan

mengenai metode perhitungan zakat

namun pada

penelitian ini menganalisis

kesesuaian dana ZIS dengan PSAK 109

Penelitian ini membahas

mengenai implementasi PSAK 109 di BAZNAS

Kabupaten Probolinggo

6 Skripsi Nela Rosalia yang berjudul

“Analisis Penerapan PSAK 109 tentang

Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang adalah sama- sama membahas

Pada penelitian terdahulu peneliti menjelaskan

mengenai metode

Penelitian ini membahas

mengenai implementasi

(31)

Akuntansi Zakat, Infak, dan Sedekah dan Sistem Akuntansi (Studi kasus LAZIS

YBW UII

Yogyakarta)”. 2018

akuntansi zakat perhitungan zakat

namun pada

penelitian ini menganalisis

kesesuaian dana ZIS dengan PSAK 109

PSAK 109 di BAZNAS

Kabupaten Probolinggo

6 Jurnal Pandopotan Ritonga yang berjudul

“Analisis Akuntansi Zakat Berdasarkan Psak No. 109 Pada Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Sumatera Utara”.

2017

Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang adalah sama- sama membahas akuntansi zakat di BAZNAS

Pada penelitian terdahulu peneliti menjelaskan

mengenai metode perhitungan zakat

namun pada

penelitian ini menganalisis

kesesuaian dana ZIS dengan PSAK 109

Penelitian ini membahas

mengenai implementasi PSAK 109 di BAZNAS

Kabupaten Probolinggo

7 Jurnal Lince

Bulutoding yang berjudul “Akuntansi Zakat: Kajian PSAK 109(Studi Kasus pada

BAZNAS Kota

Makassar)”. 2018

Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang adalah sama- sama membahas akuntansi zakat di BAZNAS

Pada penelitian terdahulu peneliti menjelaskan

mengenai metode perhitungan zakat

namun pada

penelitian ini menganalisis

kesesuaian dana ZIS dengan PSAK 109

Penelitian ini membahas

mengenai implementasi PSAK 109 di BAZNAS

Kabupaten Probolinggo

9 Jurnal Erika Amelia dan Maria Qibtiyah yang berjudul

“Perlakuan Akuntansi Zakat Berdasarkan Psak 45 dan Psak 109 Pada Bamuis BNI”.

2015

Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang adalah sama- sama membahas akuntansi zakat

Pada penelitian terdahulu peneliti

meneliti di

perbankan namun pada penelitian ini peneliti meneliti di lembaga amil zakat

Penelitian ini membahas

mengenai implementasi PSAK 109 di BAZNAS

Kabupaten Probolinggo 10 Jurnal Wiwik Puji

Andriani yang berjudul “Faktor-

Faktor Yang

Mempengaruhi

Implementasi PSAK

109 Dalam

Akuntabilitas Dana Lembaga Amil Zakat (LAZ)”. 2020

Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang adalah sama- sama membahas akuntansi zakat

Pada penelitian terdahulu peneliti menjelaskan

mengenai metode perhitungan zakat

namun pada

penelitian ini menganalisis

kesesuaian dana ZIS dengan PSAK 109

Penelitian ini membahas

mengenai implementasi PSAK 109 di BAZNAS

Kabupaten Probolinggo

(32)

B. KAJIAN TEORI 1. Pengertian zakat

Zakat memiliki kata dasar “zaka” yang berarti berkah, tumbuh, suci, bersih dan baik. Sedangkan zakat secara terminology berarti aktivitas memberikan harta tertentu yang diwajibkan Allah SWT dalam jumlah dan perhitungan tertentu untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak.21

Zakat adalah salah satu sektor penting dalam filantropi Islam.

Sebagai rukun Islam ketiga, zakat wajib dibayarkan oleh setiap Muslim yang memenuhi syarat (muzakki) untuk menyucikan hartanya dengan cara menyalurkan zakatnya kepada mustahik (penerima zakat). Zakat ini tidak hanya berfungsi untuk menolong perekonomian mustahik, tetapi juga dapat menjadi instrumen penyeimbang dalam sektor ekonomi nasional.

Dalam jangka panjang, tujuan utama zakat adalah mentransformasi para mustahik menjadi muzakki. Hal ini menunjukkan bahwa zakat sangat berpotensi untuk mengatasi kesenjangan ekonomi dan kemiskinan di suatu negara.

Secara garis besar, zakat terbagi menjadi dua, yaitu zakat fitrah (zakat badan/jiwa) dan zakat mal (zakat harta). Zakat fitrah adalah sejumlah harta yang wajib ditunaikan oleh setiap mukallaf (orang Islam, baligh, dan berakal) dan setiap orang yang nafkahnya ditanggung olehnya dengan syarat-syarat tertentu. Zakat fitrah juga dinamakan dengan shadaqah fitrah, zakat ini wajib dikeluarkan bagi seorang muslim ketika

21 Nurhayati,Akuntansi, 268.

(33)

masuk fitri (berbuka) di akhir Ramadhan. Sedangkan zakat mal adalah zakat harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim apabila telah mencapai nishab dan haulnya.22

2. Organisasi Pengelola Zakat, Infak, dan Sedekah

Pengelolaan zakat di Indonesia diatur melalui Undang-undang No.23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. Undang-undang yang disahkan tanggal 25 November 2011 menggantikan Undang-undang sebelumnya dengan No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat.

Berdasarkan undang-undang nomor 23 tahun 2011 pasal 28 ayat1 bahwa selain mnerima zakat, BAZNAS juga dapat menerima infak, sedekah, dan dana sosial lainnya.

Sedangkan ayat 2 menyatakan bahwa penditribusian dan pendayagunaan infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat pertama dilakukan sesuai dengan syariat Islam dan dilakukan sesuai dengan peruntukan yang di ikrarkan oleh pemberi. Sementara ayat 3 menyatakan pengelolaan infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya harus dicatat dalam pembukuan tersendiri.

Dalam pasal 2 Undang-undang No. 23 tahun 2011 adalah dijelaskan bahwa pengelolaan zakat berasaskan syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi, akuntabilias. Dalam pasal 3 UU No. 23 Tahun 2011 pengelolaan zakat bertujuan:

22 El-Madani, Fiqh Zakat Lengkap (Yogyakarta: Diva Press, 2013), 14.

(34)

a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat.

b. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.23

Ada dua jenis organisasi pengelola zakat yaitu Badan Amil Zakat adalah organisasi pengelolaan zakat yang dibentuk oleh pemerintah.

Kemudian Lembaga Amil Zakat adalah organisasi pengelolaan zakat yang sepenuhnya dibentuk oleh masyarakat, dan dikukuhkan oleh pemerintah.

Dalam menjalankan perannya sebagai organisasi pengelola zakat ada 3 prinsip ukuran kinerja lembaga pengelola ZIS yaitu amanah, profesional, dan transparan.24

a. Badan Amil Zakat Nasional

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan satu- satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional (pusat.baznas.go.id). Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS sebagai lembaga yang berwenang melakukan pengelolaan zakat secara nasional. Dalam UU tersebut,

23Yusuf Wibisono, “Mengelola Zakat Indonesia Diskusi Pengelolaan Zakat Nasional Dari Rezim Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Ke Rezim Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011”

(Jakarta: Pranadamedia Group, 2015) 231,232, 243.

24 Umratul Hasanah, Manajemen Zakat Modern (Instrumen Pemberdayaan Ekonomi

Ummat (Malang: UIN MALIKI Press, 2010), 71-72.

(35)

BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama. Dengan demikian, BAZNAS bersama Pemerintah bertanggung jawab untuk mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan: syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.

3. Konsep Akuntansi Zakat dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 109 Akuntasi Zakat Infaq dan Shadaqah

a. Konsep Akuntansi Zakat

Akuntansi didefenisikan sebagai proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan dan penganalisaan data keuangan suatu organisasi. Akuntansi juga diartikan sebagai bahasa bisnis yang memberikan informasi tentang kondisi ekonomi suatu perusahaan atau organisasi dan hasil usaha pada waktu atau periode tertentu, sebagai pertanggungjawaban manajemen serta untuk pengambilan keputusan.25

Akuntansi zakat merupakan suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah,menyajikan data, transaksi, serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan sesuai dengan syari’at yang telah ditentukan digunakan sebagai pencatatan zakat,infak,dan sedekah yang diterima dari donatur yang akan disalurkan kepada mustahik dan pihak lainnya melalui lembaga zakat.

25 Zaitun Khofifah Hasibuan, “Analisis Penerapan Akuntansi ZIS dan Akuntabilitas Pada Penyajian Laporan Keuangan BAZNAS Provinsi Sumatera Utara”, (Skripsi, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2018).

(36)

Pernyataan standar akuntansi keuangan atau PSAK 109 adalah ketentuan yang mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi zakat dan infak/sedekah kegiatan utamanya sebagai amil yang menerima dan menyalurkan zakat dan yang diberlakukan bagi entitas yang infak/sedekah.26

Perlakuan akuntansi ZIS mengacu pada PSAK 109, ruang lingkupnya hanya untuk amil yang menerima dan menyalurkan zakat dan infak/sedekah. PSAK ini wajib diterapkan oleh amil yang mendapat izin dari regulator namun tidak mendapat izin juga dapat menerapkan PSAK ini. PSAK 109 merujuk kepada bebera fatwa MUI, sebagai berikut:

1) Fatwa MUI No. 18/2011 tentang amil zakat, menjelaskan tentang kriteria tugas amil zakat serta pembebanan biaya operasional kegiatan amil zakat yang dapat diambil dari bagian amil atau dari bagian fisabilillah dalam batas kewajaran, proporsional serta sesuai dengan kaidah islam.

2) Fatwa MUI No. 13/2011 tentang hukum zakat atas harta haram, dimana zakat harus ditunaikan dari harta yang halal baik jenis maupun cara perolehannya.

3) Fatwa MUI No. 14/2011 tentang penyaluran harta zakat dalam bentuk aset kelolaan. Yang dimaksud aset kelolaan adalah sarana atau prasarana yang diadakan dari harta zakat da secara fisik

26 Siregar, Saparuddin. Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah. 55

(37)

berada didalam pengelolaan sebagai wakil mustahik zakat. Jika digunakan oleh bukan mustahik zakat, maka pengguna harus membayar atas manfaat yang digunakannya dan diakui sebagai dana kebajikan oleh amil zakat.

4) Fatwa MUI No. 15/2011 tentang penarikan, pemeliharaan, dan penyaluran harta zakat. Tugas amil zakat melakukan penghimpunan, pemeliharaan, dan penyaluran. Jika amil menyalurkan zakat tidak langsung kepada mustahikzakat,makatugas amildianggapselesaipadasaatmustahik zakat menerima dana zakat. Amil harus mengelola zaat sesuai dengan prinsip syariah dan tata kelola yang baik.27

b. Pengakuan, Pengukuran, Penyajian, dan Pengungkapan Akuntansi Zakat

Pengakuan adalah pencatatan suatu jumlah rupiah ke dalam sistem akuntansi sehingga jumlah tersebut akan mempengaruhi suatu pos. Pengukuran adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada suatu objek yang terlibat dalam suatu transaksi keuangan. Jumlah rupiah ini akan dicatat untuk dijadikan dasar dalam penyusunan statement keuangan.

Penyajian adalah menetapkan tentang cara-cara melaporkan elemen atau pos dalam seperangkat statement keuangan agar elemen atau pos tersebut cukup informatif. Pengungkapan berkaitan dengan

27 Nurhayati, Sri. Wasilah. Akuntansi Syariah di Indonesia, 312.

(38)

cara pembeberan penjelasan hal-hal informatif yang dianggap penting dan bermanfaat bagi pemakai selain apa yang dapat dinyatakan melalui statement keuangan utama.28

1) Pengakuan dan pengukuran

a) Penerimaa zakat diakui pada saat kas atau aset lainnya diterima.

b) Zakat yang diterima dari muzakki diakui sebagai penambah dana zakat sebesar:

(1) Jumlah yang diterima, jika dalam bentuk kas (2) Nilai wajar jika dalam bentuk non kas

Ilustrasi jurnal:

Dr. Kas xx

Cr.Penerimaan dana Zakat xx Dr. Penyaluran dana zakat xx

Cr. Penerimaan dana Zakat xx (3) Penentuan nilai wajar aset non kas yang diterima

menggunakan harga pasar. Jika harga pasar tidak tersedia, maka dapat menggunakan metode penentuan nilai wajar lainnya sesuai yang diatur dalam SAK yang relevan.29 Jurnal:

Dr. Aset Nonkas (nilai wajar) xx

28 Suwarjdono, “Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keunangan”, (Yogyakarta: BPFE, 2005) 133-134.

29 Zaitun Khofifah Hasibuan, “Analisis Penerapan Akuntansi ZIS dan Akuntabilitas Pada Penyajian Laporan Keuangan BAZNAS Provinsi Sumatera Utara”, (Skripsi, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2018).

(39)

Cr. Penerimaan dana Zakat xx (4) Jika muzakki menentukan mustahik yang menerima

penyaluran zakat melalui amil, maka tidak ada bagian amil yang diterima. Amil dapat memperoleh ujrah atas kegiatan penyaluran tersebut. Ujrah ini berasal dari muzakki, diluar dana zakat. Ujrah tersebut diakui sebagai penambah dana amil.

Jurnal:

Dr. Kas xx

Cr.Penerimaan dana Zakat xx Dr. Kas xx

Cr.Penerimaan dana Amil xx (5) Jika terjadi penurunan nilai aset zakat non kas, maka

jumlah kerugian yang ditanggung diperlakukan sebagai pengurang dana zakat atau pengurang dana amil bergantung pada penyebab kerugian tersebut.30

(6) Penurunan nilai aset zakat diakui sebagai:

(a) Pengurang dana zakat, jika terjadi tidak disebabkan oleh kelalaian amil.

Jurnal:

Dr. Penurunan Nilai Aset xx Cr. Aset nonkas xx

30 Ibid, 30.

(40)

(b) Kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil.

Jurnal :

Dr. Kerugian Penurunan Nilai Dana Amil xx Cr. Aset nonkas xx

2) Penyaluran Zakat

a) Zakat yang disalurkan kepada mustahik, termasuk amil, diakui sebagai pengurang dana zakat sebesar:

(1) Jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas (2) Jumlah tercatat, jika dalam bentuk aset non kas Jurnal:

Dr. Penyaluran dana zakat xx Cr. Kas xx Dr. Penyaluran dana zakat xx

Cr. Non kas xx

b) Efektivitas dan efesiensi pengelolaan zakat bergantung pada profesionalisme amil. Dalam konteks ini, amil berhak mengambil bagian dari zakat untuk menutupi biaya operasional dalam rangka melaksanakan fungsinya sesuai dengan kaidah dan prinsip syariah dan tata kelola organisasi yang baik.

Jurnal:

Dr. Penyaluran dana amil xx

Cr. Kas xx

(41)

c) Penentuan jumlah atau presentase bagian untuk masing-masing mustahik ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah, kewajaran, etika, dan ketentuan yang berlaku yang dituangkan dalam bentuk kebijakan amil.

d) Beban penghimpunan dan penyaluran zakat harus diambil dari porsi amil. Amil dimungkinkan untuk meminjam dana zakat dalam rangka menghimpun zakat. Peminjaman ini sifatnya jangka pendek dan tidak boleh melebihi satu periode (haul).

Jurnal:

Dr. Penyaluran dana zakat-pinjaman sementara amil xx Cr. Penerimaan dana Amil xx Dr. Penyaluran dana amil –honor pegawai xx

Cr. Kas xx

Apabila telah terhimpun perolehan dana amil, maka pinjaman sementara dibayarkan dengan membuat jurnal balik dari jurnal terdahulu:

Dr. Penyaluran dana amil xx Cr. Penyaluran dana zakat-pinjaman sementara amil xx e) Bagian dana zakat yang disalurkan untuk amil diakui sebagai

penambahan dana amil.

f) Zakat telah disalurkan kepada mustahik non amil jika sudah diterima oleh mustahik non amil tersebut. Zakat yang disalurkan melaui amil lain, tetapi belum diterima oleh

(42)

mustahik non amil, belum memenuhi pengertian zakat telah disalurkan. Amil lain tersebut tidak berhak mengambil bagian dari dana zakat, namun dapat memperoleh ujrah dari amil sebelumnya. Dalam keadaan tersebut, zakat yang disalurkan diakui sebagai piutang penyaluran, sedangkan bagi amil yang menerima diakui sebagai liabilitas penyaluran.

Piutang penyaluran dan liabilitas penyaluran tersebut akan berkurang ketika zakat disalurkan secara langsung kepada mustahik non amil.

(1) Jurnal penyaluran zakat melalui amil zakat kota:

Dr. Piutang penyaluran zakat xx

Cr. Kas xx

Pembukuan di amil zakat kecamatan:

Dr. Kas xx

Cr. Hutang penyaluran zakat xx

(2) Setelah zakat dibayarkan kepada mustahik, maka pembukuan sebagai berikut:

Dr. Penyaluran dana zakat xx Cr. Piutang penyaluran zakat xx

(3) Dana zakat yang diserahkan kepada mustahik non amil dengan keharusan untuk mengembalikan kepada amil, belum diakui sebagai penyaluran zakat.

jurnal:

(43)

Dr. Piutang pemberian pinjaman bergulir xx

Cr. Kas xx

Ketika menerima cicilan secara harian:

Dr. kas xx

Cr. Piutang pemberian pinjaman bergulir xx g) Dana zakat yang disalurkan dalam bentuk perolehan aset tetap

(aset kelolaan) seperti mobil ambulan, rumah sakit diakui sebagai:

(1) Penyaluran zakat seluruhnya jika aset tetap tersebut diserahkan untuk dikelola kepada pihak lain yang tidak dikendalikan amil. Jurnal ketika membeli aset tetap:

Dr. Aset kelolaan xx

Cr. Kas xx

Saat penyerahan secara total:

Dr. Penyaluran dana zakat xx

Cr. Aset kelolaan xx

(2) Penyaluran zakat secara bertahap jika aset tetap tersebut masih dalam pengendalian amil atau pihak lain yang dikendalikan amil. Penyaluran secara bertahap diukur sebesar penyusutan aset tetap tersebut sesuai dengan pola pemanfaatannya. Jika aset tetap tersebut masih dalam pengendalian amil atau pihak lain yang dikendaikan oleh amil.

Jurnal ketika membeli aset tetap:

(44)

Dr. Aset kelolaan xx

Cr. Kas xx

Jurnal setiap bulan:

Dr. Penyaluran zakat-beban penyusutan kelolaan xx Cr. Akumulasi penyusutan xx Jurnal ketika diserahkan sepenuhnya:

Dr. Akumulasi penyusutan xx

Cr. Aset tetap xx

3) Penyajian

Amil menyajikan dana zakat, dana infak/ sedekah, dana amil secara terpisah dalam neraca (laporan posisi keuangan).

4) Pengungkapan

a) Amil mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi zakat, tetapi tidak terbatas pada:

b) Kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas penyaluran zakat dan mustahik non-amil.

c) Kebijakan penyaluran zakat untuk amil dan mustahik non amil seperti presentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan.

d) Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan zakat berupa aset nonkas.

e) Rincian jumlah penyaluran dana zakat untuk masing-masing mustahik.

(45)

f) Penggunaan dana zakat dalam bentuk aset kelolaan yang masih dikendalikan oleh amil atau pihak lain yang dikendalikan amil, jika ada diungkapkan jumlah dan persentase terhadap seluruh penyaluran dana zakat serta alasannya.

g) Hubungan pihak berelasi antara amil dan mustahik yang meliputi:

(1) Sifat hubungan istimewa

(2) Jumlah dan jenis aset yang disalurkan

(3) Persentase dari setiap aset yang disalurkan tersebut dari toal penyaluran selama periode.31

c. Pengakuan, Pengukuran, Penyajian, dan Pengungkapan Akuntansi Infaq dan Sedekah

1) Pengakuan dan Pengukuran

a) Infak/sedekah yang diterima diakui sebagai dana infak/sedekah terikat atau tidak terikat sesuai dengan tujuan pemberi infak/sedekah sebesar:

(1) Jumlah yang diterima, jika dalam bentuk kas.

(2) Nilai wajar, jika dalam bentuk nonkas.

Jurnal:

Dr. Kas xx

Cr. Penerimaan dana infaq/sedekah tidak terikat xx

31 Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 109 (Jakarta:

Dewan Standar Akuntansi Keuangan, 2010), 8.

(46)

Dr. Penerimaan dana infaq/sedekah tidak terikat xx Cr. Penerimaan dana amil xx b) Penentuan nilai wajar aset non kas yang diterima

menggunakan harga pasar untuk aset non kas tersebut. Jika harga pasar tidak tersedia, maka dapat menggunakan metode penentuan nilai wajar lainnya sesuai yang diatur dalam SAK yang relevan.

c) Infak/sedekah yang diterima dapat berupa kas atau aset non kas. Aset non kas dapat berupa aset lancar atau tidak lancar.

d) Aset tidak lancar yang diterima dan diamanahkan untuk dikelola oleh amil diukur sebesar nilai wajar saat penerimaan dan diakui sebagai aset tidak lancar infak/sedekah. Penyusutan dari aset tersebut diperlakukan sebagai pengurang dana infak/sedekah terikat jika penggunaan atau pengelolaan aset tersebut sudah ditentukan oleh pemberi.

Jurnal :

Dr. Aset tetap nonkas xx Cr. Penerimaan infaq/sedekah terikat xx Dr. Penyaluran infaq/sedekah terikat-penyusutan xx

Cr. Akumulasi penyusutan xx e) Amil dapat pula menerima aset nonkas yang dimaksudkan oleh

pemberi untuk segera disalurkan. Aset seperti ini diakui sebagai aset lancar. Aset ini dapat berupa bahan habis pakai,

(47)

seperti bahan makan atau aset yang memiliki umur ekonomi panjang seperti mobil untuk ambulan.

f) Aset nonkas lancar dinilai sebesar perolehan, sedangkan aset nonkas tidak lancar dinilai sebesar nilai wajar sesuai dengan SAK yang relevan.

g) Penurunan nilai aset infak/sedekah diakui sebagai:

(1) Pengurang dana infaq/sedekah, jika terjadi tidak disebabkan oleh kelalaian amil.

(2) Kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil.

Jurnal:

Pembukuan ketika diterima

Dr. Aset tetap nonkas xx

Cr. Penerimaan dana infaq/sedekah terikat xx Ketika terjadi penurunan nilai(cacat):

Dr. Penyaluran dana infaq/sedekah-penurunan nilai xx Cr. Aset tetap nonkas xx Ketika aset tetap nonkas hilang:

Dr. Penyaluran Infaq/sedekah-kerugian kehilangan xx Cr. Aset tetap nonkas xx Ketika amil mengganti aset tetap non kas:

Dr. Aset nonkas xx

Cr. Kas xx

(48)

h) Dana infak/sedekah sebelum disalurkan dapat dikelola dalam jangka waktu sementara untuk mendapatkan hasil yang optimal. Hasil dana pengelolaan diakui sebagai penambah dana infak/sedekah.

2) Penyaluran Infak/Sedekah

a) Penyaluran dana infak/sedekah diakui sebagai pengurang dana infak/sedekah sebesar:

(1) Jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk aset kas

(2) Nilai tercatat aset yang diserahkan, jika dalam bentuk aset nonkas.

Jurnal:

Dr. Penyaluran infaq/sedekah tidak terikat xx

Cr. Kas xx

b) Bagian dana infak/sedekah yang disalurkan untuk amil diakui sebagai penambah dana amil.

c) Penentuan jumlah atau persentasi bagian untuk para penerima infak/sedekah ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah, kewajaran, dan etika dituangkan dalam bentuk kebijakan amil.

d) Penyaluran infak/sedekah oleh amil kepada amil lain merupakan penyaluran yang mengurangi dana infak/sedekah sepanjang amil tidak akan menerima kembali aset infak/sedekah yang disalurkan tersebut.

(49)

e) Penyaluran infak/sedekah kepada penerima akhir dalam skema dana bergulir dicatat sebagai piutang infak/sedekah bergulir dan tidak mengurangi dana infak/sedekah.

3) Penyajian

Amil menyajikan dana zakat, dana infak/ sedekah, dan dana amil secara terpisah dalam neraca (laporan posisi keuangan).

4) Pengungkapan

a) Amil mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi infak/sedekah tetapi tidak terbatas pada:

(1) Kebijakan penyaluran infak/sedekah, seperti penentuan skala prioritas penyaluran dan penerima infak/sedekah.

(2) Kebijakan pembagian antara dana amil dan dana non- amil atas penerimaan infak/sedekah seperti presentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan.

b) Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan infak/sedekah berupa aset non kas.

c) Keberadaan dana infak/sedekah yang tidak langsung disalurkan tetapi dikelola terlebih dahulu, jika ada maka harus diungkapkan jumlah dan persentase dari seluruh penerimaan infak/sedekah selama periode pelaporan serta alasannya.

d) Penggunaan dana infak/sedekah dalam bentuk aset kelolaan yang diperuntukkan bagi yang berhak, jika ada jumlah dan

(50)

persentase terhadap seluruh penggunaan dana infak/sedekah serta alasannya.

e) Rincian dana infak/sedekah berdasarkan peruntukannya, terikat dan tidak terikat.

f) Hubungan pihak berelasi antara amil dan mustahik yang meliputi:

(1) Sifat hubungan istimewa

(2) Jumlah dan jenis aset yang disalurkan

(3) Persentase dari setiap aset yang disalurkan tersebut dari total penyaluran selama periode.

Selain itu, amil mengungkapkan hal-hal berikut:

(1) keberadaan dana nonhalal, jika ada diungkapkan mengenai kebijakan atas penerimaan dan penyaluran dana, alasan, dan jumlahnya.

(2) kinerja amil atas penerimaan dan penyaluran dana zakat dan dana infak/sedekah.32

32 Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 109 (Jakarta:

Dewan Standar Akuntansi Keuangan, 2010), 15.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dilakukannya pengukuran validitas dan reliabilitas diharapkan dapat menjadi panduan pengukuran dimensi yang sama terkait dengan upaya mengetahui keinginan dan

Guru Yun-Gu : jika orang mencoba mendapatkan kualitas-kaulitas ini dari luar, bahkan melakukan perbuatan buruk untuk mendapatkannya, maka orang itu tidak hanya

Jenis dan sumber data yang dikumpulkan untuk menyelesaikan penelitian ini adalah data primer, yaitu data mentah yang belum diolah oleh perusahaan dan diperoleh secara

Berdasarkan dari hasil penelitian chicken nugget jamur tiram dengan pengaruh suhu dan waktu penggorengan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1.. Suhu dan waktu

Dari total pengamatan dapat dilihat bahwa hasil panen tertinggi diperoleh oleh perlakuan penggunaan rain shelter bentuk melengkung yang dipasang pada musim penghujan (D) + Atecu

Secara teoritis wilayah tersebut memang sangat rentan terhadap ancaman banjir, selain karena mempunyai elevasi yang sangat rendah, juga sangat dekat dengan garis

1) Mudah dijumpai dijalan-jalan, tinggal memanggil Jasa Penggilingan Padi Keliling tersebut akan datang menghampiri. Tidak perlu repot-repot tinggal memanggil saja, Jasa

c. Strategi yang mendukung pengembangan kawasan peternakan kerbau rawa di Kabupaten Hulu Sungai Selatan adalah: a) percepatan pendampingan adopsi teknologi untuk peningkatan