• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KINERJA FASILITAS PELABUHAN BAJOE KAB. BONE SERTA STRATEGI PENGEMBANGANNYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS KINERJA FASILITAS PELABUHAN BAJOE KAB. BONE SERTA STRATEGI PENGEMBANGANNYA"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KINERJA FASILITAS PELABUHAN BAJOE KAB. BONE SERTA STRATEGI PENGEMBANGANNYA

SKRIPSI

Oleh

Nurzakiah 4514042040

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2019

(2)

ANALSIS KINERJA FASILITAS PELABUHAN BAJOE KAB. BONE SERTA STRATEGI PENGEMBANGANNYA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.T)

Oleh NURZAKIAH NIM 45 14 042 040

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR 2018

(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Nurzakiah

NIM : 45 14 042 040

Program Studi : Perencanaan Wilayah dan Kota

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, Maret 2019

Yang Menyatakan,

Nurzakiah

(6)

Abstrak

Analisis Kinerja Fasilitas serta Strategi Pengembangan Pelabuhan Bajoe di Kabupaten Bone, Nurzakiah/4514042040, program studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Bosowa Makassar, Pembimbing I : Murshal Manaf dan Pembimbing II : Umi Salamah

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi apakah kinerja fasilitas pelabuhan Bajoe sudah optimal dengan melihat faktor-faktor yang berkaitan (2) mengidentifikasi apa yang menjadi strategi pengembangan pelabuhan Bajoe. Penelitian ini dilaksanakan tepatnya di PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero), kelurahan Bajoe kecamatan Tanete Riattang Timur kabupaten Bone. penelitian ini terbatas pada mengkaji kinerja fasilitas dermaga dengan melihat berbagai kendala diantaranya terjadi penurunan jumlah armada kapal setiap tahunnya, kemudian merumuskan strategi untuk mengembangkan pelabuhan Bajoe. data dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kuntitatif.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kinerja fasilitas pelabuhan Bajoe dengan melihat beberapa aspek, diantaranya aspek kinerja dermaga yang sudah optimal dengan nilai 40% dengan batas nilai maksimum 40%, aspek kinerja fasilitas pokok, penunjang, fungsional masih belum optimal dengan nilai 40% kesiapan dari 10 unit fasilitas yang layak, dan untuk aspek pelayanan pelabuhan memiliki penilaian optimal dengan menilai waiting time sebesar 01.54 menit dari nilai maksimum 2 jam, dan juga perbandingan effective time berthing time dengan nilai 11% dengan nilai maksimum 50% (KSOP) dan 57% (Pelindo). Selanjutnya, untuk aspek pengaruh keberadaan PDRB dan jumlah penduduk terhadap perkembangan jumlah arus penumpang memberikan nilai bahwa PDRB dan jumlah penduduk secara simultan memberikan pengaruh sebesar 95%.

Strategi pengembangan pelabuhan Bajoe sebagai pelabuhan pengumpul di kabupaten Bone agar menjadi layak dan menuju standar nasional yaitu Penambahan armada kapal untuk meminimalisir peningkatan jumlah penumpang, Penambahan fasilitas pelabuhan yang masih kurang, Meminimalisir pendangkalan dengan melakukan pengerukan sedimentasi, Meminimalisir perkembangan arus barang dan kendaraan yang menurun dengan meningkatkan pengelolaan potensi yang dimiliki baik kab. Bone sendiri maupun daerah hiterlandnya, Untuk menangani permasalahan sedimentasi diperlukan penanganan yang terintegrasi yaitu dengan penabahan fasilitas pemecah gelombang atau breakwater.

Kata Kunci : Pelabuhan Bajoe, Kinerja Fasilitas dan Strategi.

(7)

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Teriring Rasa Puji dan Syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa kita curahkan atas segala limpahan Rahmat dan Karunia serta Hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “Analsis Kinerja Fasilitas Pelabuhan Bajoe Kab. Bone dan Startegi Pengembangannya”. Tugas Akhir ini merupakan syarat yang wajib dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana STRATA SATU (S-1) pada Jurusan Perencanaan Wilayah Dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar dan merupakan salah satu proses akhir dari kegiatan pembelajaran di Universitas pada umumnya dan Jurusan Perencanaan Wilayah Dan Kota Pada khususnya.

Penulis menyadari telah sepenuhnya mengerahkan segala kemampuan dan usaha, namun sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan lupa serta keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, masih banyak terdapat kekurangan dari tugas akhir ini.

Oleh karenanya, dengan rasa tulus dan ikhlas, selayaknyalah penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang Maha Pemberi segalanya atas rahmat, karunia dan kemudahan yang diberikan kepada penyusun.

2. Kedua orangtuaku Ayahanda Muh. As’ad Malik dan Ibunda Murni. A serta kepada saudaraku Muh. Iqbal, Zulfikar, Muh. Reza, yang telah memberikan semangat dan motivasi selama penyusunan skirpsi. Tak

(8)

ii

lupa pula penulis ucapkan terima kasih yang tulus sedalam-dalamnya kepada sepupuku Sri Wahyuni, S.pd yang juga telah banyak membantu penulis.

3. Bapak Dr. Ir. Murshal Manaf, M.T Selaku Pembimbing I & Ibu Dra. Umi Salamah, M.Tr. selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta pengetahuannya dalam memberikan bimbingan kepada penulis sejak awal penulisan skripsi ini hingga selesai.

4. Bapak Ridwan, ST, MT. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

5. Bapak Jufriadi, ST., M.SP., selaku ketua jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

6. Teman-teman Jurusan Perencaanan Wilayah Dan Kota Universitas Bosowa Makassar, tekhusus teman-teman Jurusan Planologi angkatan 2014. Kepada sahabat seperjuanganku Asmiyati, Arfina Steri, Mustika, Richard Alfian de fretes, Malasakti, Alfian Ramba, Yohanis Tri C. Kora senantiasa membantu penulis dalam penyusunan skripsi

7. Sahabat-sahabat shalihah ku Samsyiar, S.E, Nur Suci Ramadhani, dan Annisa yang senantiasa memberikan tenaga, waktu luang serta doanya kepada penulis.

8. Bapak & Ibu Staf pengajar serta karyawan(i) Jurusan Perencanaan Wilayah & Kota, atas segala bimbingan, didikan dan bantuan selama penulis menuntut ilmu dibangku perkuliahan.

(9)

iii

9. Dan kepada semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, semoga Allah Subhanahu Wa Ta’la membalasnya dengan yang lebih baik.

Akhir kata, semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa mencurahkan segala Keberkahan dan Rahmatnya kepada mereka yang telah luar biasa membantu penulis dalam menyelesaikan study ini, Amin.

Terimakasih.

Makassar, Januari 2019

NURZAKIAH

(10)

iv DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN

HALAMAN PENERIMAAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GRAFIK ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 7

BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Pengertian Transportasi ... 9

B. Pengertian Pelabuhan ... 10

C. Fungsi dan Peranan Pelabuhan... 11

1. Fungsi Pelabuhan ... 11

2. Peranan Pelabuhan ... 12

D. Fasilitas Pelabuhan ... 13

1. Fasilitas Pokok Pelabuhan ... 14

2. Fasilitas Penunjang ... 15

E. Pelayanan Pelabuhan ... 18

1. Pelayanan Kapal ... 18

2. Pelayanan Barang ... 20

F. Indikator Kinerja Pelayanan di Pelabuhan ... 21

1. Waiting Time ... 22

2. Approachtime ... 22

3. Postpone Time ... 22

4. Service Time ... 22

G. Indikator Kinerja Pelabuhan ... 24

1. Jenis Barang yang Ditangani di Dermaga ... 24

2. Ukuran Kapal ... 25

(11)

v

3. Produktifitas Kerja untuk Muat/Bongkar... 25

4. Jumlah Gang yang Bekerja ... 26

5. Jam Kerja dan Shift Kerja ... 26

6. Panjang Tambatan ... 26

7. Hari Kerja Efektif per Tahun ... 27

8. Cadangan Waktu untuk Tidak Bekerja Selama Kapal Bersandar ... 27

H. Nilai BOR ... 27

1. Tambatan Tunggal ... 27

2. Dermaga untuk Beberapa Tambatan ... 28

3. Tambatan Secara Umum ... 28

I. Kinerja Fasilitas Pelabuhan... 29

J. Pengembangan dan Pensyaratan Angkutan Penyeberangan ... 31

K. Peran Pelabuhan dalam Pengembangan ... 33

L. Kerangka Pikir ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

C. Populasi dan Sampel ... 40

D. Teknik Pengumpulan Data ... 41

E. Jenis dan Sumber Data ... 41

F. Variabel Penelitian ... 42

G. Metode Analsis data ... 42

H. Definisi Operasional Variabel ... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Tinjauan Makro Kawasan Penelitian ... 49

1. Kondisi Geografis dan Administrasi Wilayah Kab. Bone 49 2. Topografi dan Kemiringan Lereng ... 50

3. Geologi dan Jenis Tanah ... 51

B. Fisik Dasar Wilayah Pantai ... 58

1. Tinggi Gelombang ... 59

2. Arus Pantai ... 60

3. Pasang Surut ... 62

4. Tipe Pantai ... 62

C. Tinjauan Mikro Kawasan Penelitian ... 64

1. Kondisi Geografis dan Administrasi Kelurahan tanete Riattang Timur ... 64

(12)

vi

2. Penggunaan Lahan ... 66

3. Topografi dan Jenis Tanah ... 68

4. Hiterland Pelabuhan ... 71

5. Gambaran Umum PT.ASDP Cab. Bajoe ... 73

D. Analisis Kebijakan ... 76

E. Analisis Arus Penumpang, Barang dan Kendaraan ... 78

F. Analisis Regresi Linear Berganda ... 84

G. Analisis Kebutuhan Sarana dan Prasarana ... 89

H. Analisis Kinerja Operasional Pelabuhan ... 98

I. Analisis Arahan Strategis Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Bajoe ... 101

BAB V PENUTUP ... 106

A. Kesimpulan ... 106

B. Saran... 107 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(13)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Penelitian/ Schedule Pelaksanaan Skripsi ... 39

Tabel 3.2 Jenis dan Sumber Data ... 41

Tabel 3.3 Variabel Penelitian ... 42

Tabel 3.4 Model Pembobotan Analsis Faktor Strategi Internal (IFAS) .. 45

Tabel 3.5 Model Pembobotan Analsis Faktor Strategi Internal (IFAS) .. 45

Tabel 3.6 TOWS Matriks ... 49

Tabel 4.1 Klasifikasi Kemiringan Lereng Menurut Kecamatan ... 50

Tabel 4.2 Luas dan Jenis Batuan Menurut Kecamatan ... 52

Tabel 4.3 Pembagian Tipe Pantai Teluk Bone Kabupaten Bone ... 62

Tabel 4.4 Jumlah Kunjungan Kapal Pelabuhan penyeberangan Bajoe ... 78

Tabel 4.5 Jumlah Arus Penumpang Pelabuhan penyeberangan Bajoe ... 79

Tabel 4.6 Jumlah Arus Barang Pelabuhan penyeberangan Bajoe ... 81

Tabel 4.7 Jumlah Arus Kendaraan Pelabuhan penyeberangan Bajoe . 83 Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Kabupaten Bone 5 Tahun ... 85

Tabel 4.9 PDRB Kabupaten Bone Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah) ... 86

Tabel 4.10 Uji T ... 87

Tabel 4.11 Uji F ... 88

Tabel 4.12 Uji R ... 88

Tabel 4.13 Proyeksi Kinerja Dermaga untuk Arus Penumpang5 Tahun ke Depan ... 90

Tabel 4.14 Proyeksi Kinerja Dermaga untuk Arus Kendaraan5 Tahun ke Depan ... 90

Tabel 4.15 Penilaian BOR Maksimum ... 91

Tabel 4.16 Fasilitas Eksisting di Pelabuhan Bajoe ... 92

Tabel 4.17 Matriks Perbandingan Ketersediaan Fasilitas Pelabuhan Bajoe ... 95

Tabel 4.18 Jumlah Armada Kapal ... 97

Tabel 4.19 Serat Air/draft Kapal (satuan meter) ... 98

Tabel 4.20 Kinerja Pelayanan Pelabuhan ... 98

Tabel 4.21 Perbandingan Hasil Perhitungan Waiting Time dengan standar kinerja ... 99

Tabel 4.22Perbandingan Hasil Perhitungan Effective Time dan Berthing Time dengan Standar Kinerja ... 100

Tabel 4.23 Kinerja Pelayanan Kapal (Not Operation Times) ... 100

Tabel 4.24 Optimalisasi Kinerja Fasilitas Pelabuhan Bajoe ... 101

(14)

viii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Jumlah Kunjungan Kapal Pelabuhan Penyeberangan Bajoe ... 78 Grafik 4.2 Jumlah Arus Penumpang Pelabuhan Penyeberangan

Bajoe ... 80 Grafik 4.3 Jumlah Arus Barang Pelabuhan Penyeberangan Bajoe ... 81 Grafik 4.4 Jumlah Arus Kendaraan Pelabuhan penyeberangan Bajoe . 83 Grafik 4.5 Grafik.4.5.PDRB Kabupaten Bone Atas Dasar Harga

Konstan (Juta Rupiah) ... 86 Grafik 4.6 Kinerja Pelayanan Kapal (Not Operation Times) ... 100

(15)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir ... 36

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kab. Bone ... 57

Gambar 4.2 Peta Betimetri ... 63

Gambar 4.3 Peta Administrasi Kelurahan Bajoe ... 65

Gambar 4.4 Peta Penggunaan Lahan Kelurahan Bajoe... 67

Gambar 4.5 Peta Kemiringan Lereng Kelurahan Bajoe... 69

Gambar 4.6 Peta Jenis Tanah Kelurahan Bajoe ... 70

Gambar 4.7 Kondisi Fasilitas Pelabuahan Bajoe ... 96

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transportasi merupakan salah satu esensi penting dalam proses pembangunan suatu negara, bisa dikatakan tanpa transportasi yang memadai, pembangunan disegala bidang akan terhambat untuk itu diperlukan suatu perencanaan, pelaksanaan, penggawsan dan evaluasi.

Jinca (2011) mengatakan bahwa pelabuhan laut adalah suatu daerah perairan yang terlindung terhadap badai, ombak dan arus, sehingga kapal dapat mengadakan olah gerak, bersandar, membuang jangkar sedemikian sehingga bongkar muat atas barang dan perpindahan penumpang dapat terlaksana dengan baik. Pelabuhan merupakan sarana yang penting terutama bagi transportasi laut, dengan adanya transportasi ini, jarak tempuh yang dibutuhkan akan terasa lebih cepat, terutama bagi perkembangan ekonomi suatu daerah dimana pusat produksi barang konsumen dapat dipasarkan dengan cepat dan lancar. Selain itu pada bidang ekonomi, pelabuhan membawa dampak positif bagi perkembangan suatu daerah yang terisolir terutama daerah perairan dimana aksesibilitas melalui darat sulit dilakukan dengan baik.

Angkutan penyeberangan pada dasarnya merupakan bagian dari angkutan jalan raya. Angkutan jalan raya merupakan satu corak transportasi yang sangat fleksibel. Artinya, prasarana yang ada biasa

(17)

2 melayani berbagai tingkatan demand serta dapat dilalui setiap saat sebagai bagian dari angkutan darat, angkutan penyeberangan diharapkan memenuhi kriteria yang mendekat sifat-sifat angkutan jalan raya, yaitu: pelayanan ulang-alik dengan frekuensi tinggi dimana pemakaian angkutan penyeberangan pada umumnya menginginkan pelayanan tanpa waktu tunggu lama. Pelayanan terjadwal “Headway”

konstan, hal ini sangat diinginkan oleh penumpang sesuai dengan perjalanan mereka. Pelayanan yang Reliability biasanya dinyatakan dalam dua parameter yaitu keteraturan dan ketepatan waktu. Pelayaran yang aman dan nyaman.

Transportasi ASDP merupakan alternatif untuk menggantikan sarana transportasi jalan raya, laut maupun angkutan udara.

Keberadaan transpotasi ASDP pada dasarnya telah berkembang secara alamiah sesuai dengan kemajuan daerah sepanjang jalur ASDP yang bersangkutan. Dalam hal ini ASDP telah menjadi penghubung, pendekat dan pemersatu roda ekonomi masyarakat di daerah yang menjadi jalur ASDP.

Beranjak dari kondisi geografis Indonesia maka transportasi ASDP telah memberikan peran yang sangat besar dalam pemerataan pembangunan nasional dan distribusi muatan orang serta barang dan jasa ke seluruh pelosok wilayah nasional. Dengan keberadaan ASDP maka setiap daerah dapat melaksanakan kegiatan pelayaran dan perdagangan di sepanjang jalur ASDP yang bersangkutan.

Sistem transportasi yang diselenggarakan di Kabupaten Bone terdiri atas moda transportasi jalan raya, sungai, udara dan transportasi

(18)

3 laut. Khusus untuk angkutan laut di Kabupaten Bone terdapat 8 pelabuhan. Salah satu diantaranya adalah pelabuhan penyeberangan Bajoe merupakan pelabuhan nasional. 2 pelabuhan regional, 4 pelabuhan lokal dan 1 pelabuhan rakyat. Angkutan laut merupakan salah satu sarana vital bagi perekonomian Kabupaten Bone.Pelabuhan Feri Bajoe merupakan pelabungan penyeberangan laut dengan menggunakan kapal jenis Ro-Ro yang melayani penumpang barang dan orang serta kendaraan bermotor seperti sepeda motor, truk barang, bus dan minibus dari beberapa Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah menuju ke Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara serta kearah sebaliknya. Menurut Hany dan Ahmed Assqol (2009), Pelabuhan penyeberangan masuk dalam jenis pelabuhan khusus yang dipergunakan untuk angkutan penyeberangan dengan menggunakan kapal Ro-Ro. Pelabuhan penyeberangan Bajoe merupakan pelabuhan yang menggunakan kapal jenis Ro-Ro dengan kapasitas penumpang yang terbesar yaitu 554 jiwa. Dalam bongkar muat kapal jenis ini membutuhkan sebuah dermaga, biasanya dilengkapi dengan jembatan apung (movable bridge) pada ujung dermaga untuk mengantisipasi pasang surut air laut.

Fasilitas pokok pelabuhan penyeberangan terdiri atas dermaga dan parkir kendaraan (tunggu) yang akan berangkat.

Kota Watampone merupakan ibukota Kabupaten Bone yang dalam konteks regional wilayah Propinsi Sulawesi Selatan berada pada posisi strategis berdasarkan kedudukan wilayah sebagai pusat pelayanan wilayah Timur. Pengembangan Kota Watampone kedepan diarahkan

(19)

4 untuk mengemban fungsi pusat pengembangan antarwilayah (PPAW), pusat pelayanan kabupaten Bone secara keseluruhan dan pusat pelayanan lokal (internal). Wilayah perkotaan Watampone terdiri dari tiga wilayahkecamatan yaitu: Kecamatan Tanete Riattang Barat, Kecamatan Tanete Riattang, danKecamatan Tanete Riattang Timur yang mencakup wilayah seluas 126,35 km2.Pelabuhan Bajoe secara administratif berada di Kecamatan Tanete Riattang Timuryang terletak di pesisir pantai timur provinsi Sulawesi Selatan dengan batas timurnyaadalah Teluk Bone yang menghadap ke pesisir pantai barat Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara.

Lokasi pelabuhan Bajoe yang berada dalam lingkup kecamatan Tanete Riattang Timur, dimana kecamatan tersebut dalam RTRW kabupaten Bone Tahun 2011/2031 merupakan kawasan perkotaan Watampone diarahkan pengembangannya sebagai pusat pelayanan pemerintahan, pelayanan sosial ekonomi, perdagangan dan jasa, prawisata dan simpul transportasi antar regional, agroindustri, dan agribisnis selain itu juga, diarahkan pengemangan simpul transportasi regional dan pergudangan dan pergudangan Bajoe.

Berdasarkan data PT. ASDP Cabang Bajoe, Kota Makassar mendominasi ±82% dari jumlah muatan yang ada. Kendaraan truk barang yang melalui pelabuhan fery Bajoe menyeberangkan barang- barang berupa kebutuhan pokok sehari-hari serta hasil industri seperti garmen, bahan bangunan, mesin pertanian dan listrik untuk diseberangkan menuju pelabuhan fery Kolaka yang kemudian didistribusikan lewat darat ke daerah-daerah di Sulawesi Tenggara dan

(20)

5 Sulawesi Tengah. Sebaliknya dari pelabuhan fery Kolaka ke pelabuhan fery Bajoe, kendaraan truk barang mengangkut barang berupa ikan.biji kakao, mente, kopra, kayu, madu, dan besi tua/bekas, dengan aktivitas yang meningkat yang tidak diimbangi dengan kelengkapan fasilitas yang memadai diantaranya jumlah armada kapal mengalami penurunan dan juga terdapat beberapa fasilitas yang sudah mengalami penururnan fungsi diantaranya ruang tunggu penumpang, lahan parkir dan tidak terdapatnya pemecah gelombang untuk mengatasi sedimen yang ada di kolam labuh, akibatnya sering terjadi tundaan kapal untuk sementara waktu dikarenakan kedalaman kolam labuh tidak sebanding dengan draft kapal yang akan sandar.

Melihat aktivitas kepelabuhanan yang terus meningkat, maka hal penting dilakukan untuk meningkatkan pengelolaan dan kinerja dari pelayanan pelabuhan dengan menyiapkan infrastruktur, sarana dan prasarana yang memadai untuk dapat menunjang kelancaran operasional pelayanan di pelabuhan Bajoe. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai Analisis kinerja fasilitas pelabuhan penyeberangan Bajoe Kabupaten Bone serta strategi pengembangannya

B. Rumusan Masalah :

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah pokok dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kinerja fasilitas pelabuhan Bajoe dengan melihat aspek-aspek yang berkaitan?

(21)

6 2. Bagaimana strategi untuk mengembangkan pelabuhan

penyeberangan Bajoe?

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi apakah kinerja fasilitas pelabuhan Bajoe sudah optimal dengan melihat aspek-aspek yang berkaitan.

2. mengidentifikasi apa yang menjadi strategi pengembangan pelabuhan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:

1. Memberikan pengertian bahwa pentingnya infrastruktur pelabuhan Bajoe dalam meningkatkan pergerakan barang dan penumpang.

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah kabupaten bone bahwa pengaruh pelabuhan penyeberangan serta faktor-faktor yang berpengaruh Bajoe merupakan urat nadi dalam pengembangan kabupaten bone kedepan.

3. Selain itu penelitian ini dapat juga digunakan sebagai bahan refrensi bagi peneliti selanjutnya dengan objek yang sama.

(22)

7 E. Ruang Lingkup

1. Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah atau lokasi studi yang dijadikan objek penelitian tepatnya PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) berada di kelurahan Bajoe, Kecamatan Tanete Riattang Timur secara geografis pelabuhan Bajoe terletak pada 04°32’50” Lintang Selatan

& 120°25’40” Bujur Timur, 173 km sebelah Timur dari kota Makassar (ibu kota propinsi).

2. Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup dalam penelitian ini terbatas pada mengkaji variabel yang akan diteliti diantaranya data trafik untuk mengetahui kinerja pelayanan dermaga, data fasilitas untuk mengetahui kinerja fasilitas baik utama maupun penunjang, dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh aspek-aspek yang berkaitan dalam rangka kinerja fasilitas yang ada dengan melihat keberadaan jumlah penduduk dan PDRB.

F. Sistematika Penulisan

Secara garis besar pembahasan pada penelitian ini terbagi dalam beberapabagian, antara lain :

PERTAMA PENDAHULUAN, menguraikan latar belakang, rumusan masalah,tujuan, manfaat penelitian, Batasan masalah, sistematika penulisan.

(23)

8 KEDUA KAJIAN PUSTAKA, berisi tentang tinjauan pustaka mengenai uraiantentang kajian teoritis yang tediri dari

KETIGA METODE PENELITIAN, secara umum menguraikan tentang metodologi penelitian yang terdiri dari penelitian, obyek penelitian,teknik pengumpulan data, definisi operasional variabel.

KEEMPAT HASIL DAN PEMBAHASAN, berisi tentang statistik deskriptif (data primer dan sekunder), uji kualitas data (teknik analisis), pengujian hipotesis (output/hasil analisis)

KELIMA KESIMPULAN DAN SARAN, berisi tentang akhir dari pembahasan yang berisi kesimpulan dan rekomendasi (saran) dari hasil penelitian terhadap arah pengembangan pelabuhan Bajoe.

(24)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Transportasi

Transportasi atau transpor dapat diartikan sebagai tindakan atau kegiatan menyangkut atau memindahkan muatan (barang dan orang) dari suatu tempat ke tempat lain, atau dari tempat asal ke tempat tujuan adalah daerah konsumen (pasar). Tempat asal dapat pula merupakan daerah perumahan (permukman), sedangkan tempat tujuannya adalah tempat bekerja, kantor, sekolah, kampus, rumah sakit, pasar, toko, pusat perbelanjaan, hotel, pelabuhan, bandar udara, dan masih banyak lagi tempat yang lainnya, ataupun dalam arah sebaliknya, yaitu tempat tujuan merupakan tempat asal dan tempat asal merupakan tempat tujuan (Adji Sakti, 2011).

Sistem transportasi laut menggerakkan lalu-lintas dari suatu daerah ke tempat lainnya, tujuannya adalah megefisienkan angkutan laut, sehingga biaya angkuta laut menjadi rendah. Untuk menpai ini perlu memanfatkan investasi dalam sistem angkutan laut baik antar pulau maupun lokal harus semaksimal mungkin. Dengan demikian sistem transportasi laut sangat mendukung perekonomian suatu wilayah karena akan mempengaruhi biaya produksi barang dan jasa yang dihasilkan wilayah tersebut dan ini akan nampak pada persaingan produk yang dihasilkan dalam pasar. Sebagai fasilitas pendukung kehidupan manusia, transportasi sudah tidak dapat lagi

(25)

10 dipisahkan dari aspek-asek aktifitas hidup manusia. Transportasi telah berkembang menjadi salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar (Miro Fidel, dalam Ramadhan Uhra,2012).

B. Pengertian pelabuhan

Menurut Peraturan Pemerintah No.69 Tahun 2001 Pasal 1 ayat 1, tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas - batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.

Pelabuhan (port) adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang, kran-kran (crane) untuk bongkar muat barang, gudang laut (transito) dan tempat-tempat penyimpanan dimana kapal membongkar muatannya, dan gudang-gudang dimana barang-barang dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama selama menunggu penngiriman ke daerah tujuan atau pengapalan.(triatmodjo, dalam Ramadhan Uhra,2012).

(26)

11 C. Fungsi dan peranan pelabuhan

1. Fungsi pelabuhan

Menurut (Sumardi dalam Nur Kartini. 2001) fungsi pelabuhan dalam artian luas adalah sebagai interface, link, gateway, industry entry, distributor centre dan sebagai indicator pertumbuhan industri.

a. Fungsi pelabuhan sebagai interface dimaksudkan adalah pelabuhan menyediakan berbagai fasilitas dan pelayanan jasa yang dibutuhkan untuk perpindahan kapal yang satu kekapal yang lainnya dalam transshipment.

b. Fungsi pelabuhan sebagai link adalah pelabuhan sebagai salah satu mata rantai dalam proses transportasi modal dari tempat asal barang sampai ketempat tujuan. Fungsi pelabuhan sebagai gateway adalah pelabuhan sebagai pintu gerbang dari suatu negara atau daerah.

c. Fungsi pelabuhan sebagai industry entity karena pelabuhan dapat memilki industry estate atau zona lengkap dengan jaringan dan jasa transportasinya ditinjau dari kegiatannya, maka fungsi pelabuhan telah berkembang menjadi pusat distribusi.

(27)

12 2. Peranan pelabuhan

Menurut(Sabirin S dalam dalam Nur Kartini. 2001) menerangkan bahwa pelabuhan dapat berperan dalam kegiatan transportasi perdagangan dan industry.

a. transportasi

kalau diperhatikan peraturan pemerintah Bab II pasal 4 ayat (1) disebutkan bahwa pelabuhan sebagai tumpuan tatanan kegiatan ekonomi dan kegiatan pemerintah merupakan sarana untuk penyeberangan angkutan laut jelas bahwa peran pelabuhan yang pertama dan utama adalah sebagai sarana penunjang angkutan laut. Tetapi, dengan perkembangannya sistem antar moda transportasi dewasa ini maka pelabuhan sudah saatnya dipandang sebagai mata rantai dalam pergerakan barang sejak dari pengirim sampai penerima barang.Tegasnya ikut menentukan angkutan laut maupun angkutan darat dimana biasanya kedua moda transportasi tersebut bertemu di pelabuhan.

b. Perdagangan

Keberadaan suatu pelabuhan jelas mempengaruhi kegiatan perdagangan suatu negera. Tanpa suatu pelabuhan perdagangan menjadi bersifat tidak langsung dan seringkali menimbulan biaya tinggi serta menyita distribusi, keberadaan pelabuhan yang memadai fasilitasnyaakan memberi

(28)

13 kesempatan yang luas dalam menentukan hubungan perdagangan regional maupun internasional.

c. Industry

Peranan pelabuhan dalam kegiatan industry dapat dilihat dari beradanya industry di dalam atau di sekitar pelabuhan.

Terdapat tiga kelompok industry yaitu:

a) Industry yang berkaitan langsung dengan transportasi ataupun operasional pelabuhan. Yang paling menonjol adalah industry pembangunan/pemeliharaan kapal yang memerlukan water from area, buruh dalam jumlah yang relative besar, dekat dari kota besar dan paling penting adalah dekat dengan pelabuhan di mana kapal berkunjung.

b) Industry yang berorientasi ekspor ataupun industry yang bergantung pada bahan baku atau seni finished produc yang diimpor atau didatangkan dari luar pulau.

c) Industry yang sama sekali tidak berkaitan dengan angkutan laut.

D. Fasilitas pelabuhan

Pada saat ini dikehendaki suatu kondisi operasional pelabuhan dan kapal yang optimal sehingga daya muat, kualitas transportasi dan efisiensi penggunaan alat baik di kapal maupun di pelabuhan mencapai performance yang baik, hal ini dapat dicapai dengan cara memperbesar kapasitas dan mempercepat proses penanganan

(29)

14 muatan bongkar dan muat di dermaga. Konsekuensi tindakan ini adalah fasilitas prasarana harus mengimbanginya. Dari sinilah nampak bahwa, prasarana dan sarana transportasi saling bergantung satu sama lain, sehingga fasilitas pelabuhan harus memadai dan disesuaikan dengan perkembangan teknologi perkapalan (Jinca,dalam Nur Kartini. 2001).

Pelabuhan yang merupakan suatu Kawasan yang mempunyai beberapa fasilitas untuk menunjang kegiatan operasional yang bertujuan untuk melancarkan kegiatan usaha yaitu:

1. Fasilitas untuk kapal

 Alur pelayaran masuk pelabuhan

 Kolam pelabuhan

 Tempat berlabuh

 Dermaga

 Sarana bantu navigasi

 Kapal tunda, kapal pandu, kapal kepil

 Fasilitas pengerukan

 Fasilitas penjagaan laut dan pantai

 Dok/perbaikan

(30)

15 2. Fasilitas untuk barang dan penumpang

 Apron dermaga

 Gudang

 Terminal

 Lapangan penumpukan

 Gudang

 Tank farm

 Silo (untuk dry bulk)

 Derek dan peralatan bongkar uat

Fasilitas pelabuhan dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu fasilitas pokok dan fasilitas penunjang. Pembagian ini didasarkan kepentingan terhadap pelabuhan itu sendiri

a. Fasilitas Pokok Pelabuhan

Fasilitas pokok pelabuhan terdiri dari alur pelayaran, penahan gelombang, kolam pelabuhan dan dermaga.

1) Alur pelayaran

Alur pelayaran dalam istilah kepelabuhanan mempunyai pengertian sebagai daerah yang dilalui kapal masuk ke dalam wilayah pelabuhan.Wilayah pelabuhan sendiri dibatasi oleh pemecah gelombang.Setiap kapal yang masuk ke daerah alur pelayanan harus membayar uanglabuh. Fungsi alur pelayaran adalah untuk memberi

(31)

16 jalan kapal yang akan memasuki daerah pelabuhan dengan aman dan mudah, serta menghilangkan kesulitan yang timbul karena gerakan kapal dan gangguan alam.

2) Penahan

Penahan gelombang sangat penting peranannya bagi pelabuhan, karena air kolam pelabuhan akan lebih tenang sehingga dapat melindungi daerah pedalaman pelabuhan dari gelombang. Biasanya jenis penahan gelombang dapat berupa batu alam, batu buatan atau dinding tegak.

b. Fasilitas Penunjang

Fasilitas penunjang pelabuhan terdiri dari gudang, lapangan penumpukan, terminal dan jalan.

1) Gudang

Gudang adalah bangunan yang digunakan untuk menyimpan barang-barang yang berasal dari kapal atau yang akan dimuat ke kapal. Gudang di dalam pelabuhan dapat dibedakan berdasarkan fungsi dan jenis kegunaannya berdasarkan jenis barang yang disimpan.

Secara umum gudang mempunyai fungsi antara lain:

 Tempat menunggu penyelesaian dokumen

 Tempat mengumpulkan barang-barang yang akan dimuat ke kapal, sehingga diharapkan kapal tidak menunggu muatan.

(32)

17

 Tempat konsolidasi, seperti sortiring (mengumpulkan

dan memilih), marking (pemberian tanda-tanda), packing (pembungkusan), weighing (penimbangan)

2) Lapangan penumpukan

Lapangan penumpukan adalah suatu tempat yang luas dan terletak di dekat dermaga yang digunakan untuk menyimpan barang-barang yang akan dimuat atau setelah dibongkar dari kapal. Lapangan berfungsi menyimpan barang-barang berat dan besar serta ketahanan terhadap panas matahari dan hujan. Barang yang disimpan di lapangan penumpukan berupa kendaraan berat dan barang-barang yang terbuat dari baja.

3) Terminal

Terminal adalah suatu tempat untuk menampung kegiatan yang berhubungan dengan transportasi. Di dalam terminal terdapat kegiatan turun naik dan bongkar muat baik barang, penumpang atau peti kemas yang selanjutnya akan dipindahkan ke tempat tujuan. Terminal berfungsi mempermudah pelayanan,pengaturan dan pengawasan kegiatan bongkar muat dan naik turun barang, penumpang maupun peti kemas. Adapun jenis terminal yang biasa terdapat di pelabuhan yaitu terminal, peti kemas, terminal penumpang ataupun terminal konvensional.

(33)

18 4) Jalan

Jalan adalah suatu lintasan yang dapat dilalui oleh kendaraan maupun pejalan kaki, yang menghubungkan satu tempat dengan tempat lain. Jalan berfungsi melancarkan kegiatan perpindahan kendaraan yang pada akhirnya akan melancarkan kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan.

E. Pelayanan pelabuhan

Menurut (Nasution dalam Ramadhan Uhra,2012) pelabuhan sebagai tempat bersandarnya kapal di dermaga dan sebagai tempat bongkar muat barang memberikan pelayanan terhadap kapal dan barang.

1. Pelayanan kapal

Klasifikasi jenis pelayanan yang diberikan pelabuhan pada kapal adalah sebagi berikut:

a. Jasa Labuh

Jasa labuh adalah pelayanan pelabuhan yang diberikan terhadap kapal untuk berlabuh dengan aman sambil menunggu pelayanan berikutnya untuk bertambat di pelabuhan, atau bongkar muat (meadstream loading atau unloading) atau melaksanakan kegiatan lainnya, (docking, pengurusan dokumen dan lain-lain).

(34)

19 Daerah labuh adalah permukaan air yang masuk daerah perairan pelabuhan, dimana batas-batasnya ditentukan berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Yang dimaksud dengan berlabuh dengan aman yaitu:

- Tidak mengganggu alur pelayaran.

- Arealnya luas sehingga kemungkinan bertabrakan dengan kapal yang lain yang sedang berlabuh dapat dihindari.

- Kedalaman alur yang memadai sehingga kapal tidak kandas.

- Bebas dari penangkapan ikan.

Untuk menjamin tingkat pelayann, pihak pelabuhan seslalu memonitor kedalaman tempat kapal berlabuh sehingga terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan (controlling depth).

b. Jasa Tambat

Jasa tambat adalah jasa yang diberikan untuk kapal bertambat yang secara teknis dalam kondisi aman, untuk dapat melakukan kegiatan bongkar muat dengan lancar dan tertib.

Tempat tambatan terdiri dari dermaga beton, dermaga besi atau dermaga kayu, pinggiran, pelampung dan dolphing.

Kapal yang sedang tambat atau merapat pada kapal lain

(35)

20 yang sandar di dermaga lazim disebut melambung atau fender. Tempat tambatan yang disediakan pada umunya dibagi atas pelayanan untuk kapal samudra, kapal antar pulau dan kapal lokal.

Didalam pengelolaan tambatan perlu diketahui besaran faktor penggunaan (berth occumpany factor) dengan melakukan pencatatan secara terus menerus agar dapat dipergunakan sebagai alat menajemen untuk mengetahui masalah-masalah yang timbul dan membuat keputusan untuk pemecahan masalah.

Penggunaan atau pemanfaatan tambatan yang tidak efisien erat kaitannya dengan waktu kapal menunggu (waiting time).Penggunaan tambatan yang tidak optimal akan menimbulkan efisiensi, baik bagi pelabuhan, perusahaan pelayaran dan perusahaan bongkar muat.

c. Jasa pelayanan Air

Jasa pelayanan air tawar adalah jasa yang diberikan untuk menyerahkan air tawar dari darat ke kapal untuk keperluan kapanl dan ABK.

2. Pelayanan Barang

Pemberian pelayanan barang memerlukan suatu koordinasi terpadu guna menjamin kelancaran permonsi pelabuhan yang baik. Sebagaiman diketahui bahwa masing-

(36)

21 masing instansi tersebut mempunyai prosedur yang berbeda- beda. Sedangkan pelayanan barang yang diberikan oleh pelabuhan adalah penyediaan fasilitas gudang atau lapangan penumpukan, dermaga dan bongkar muat.

Yang dimaksud pelayanan barang adalah penyediaan fasilitas yang diperlukan utuk melayani kepentingan penanganan barang-barang melalui pelabuhan, baik untuk barang ekspor-impor maupun perdagangan antar pulau.

Kelancaran arus barang tergantung pada pengaturan ketertiban penggunaan dermaga. Pengaturan sandar kapalharus diseduaikan dengan jenis barang yang akan dibongkar muat. Hal-hal yang akan dipertimbangkan:

- Jarak antara dermaga dengan gudang atau lapangan tempat penumpukan barang.

- Sistem kerja dalam melayani barang dimaksud, apakah dengan angkutan langsung atau melalui gudang.

- Jasa barang yang akan dibongkar muat.

F. Indikator pelabuhan

Kinerja pelabuhan dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pelayanan pelabuhan kepada pengguna pelabuhan (kapal dan barang), yang tergantung pada waktu pelayanan kapal selama berada di pelabuhan berada di pelabuhan. Kinerja pelabuhan yang tinggi menunjukkan bahwa pelabuhan dapat memberikan pelayanan yang

(37)

22 baik. Waktu pelayanan kapal dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu pada waktu kapal berada di perairan dan ketika kapal bersandar di tambatan. Penjelasan waktu pelayanan kapal dapat dibagi menjadi lima bagian berikut waktu pelayanan kapal (Triatmodjo, 2010).

1. Waiting Time (WT) atau waktu tunggu. Kapal yang akan masuk ke pelabuhan harus menunggu bantuan pandu dan kapal tunda.

Petugas pandu akan memandu nahkoda kapal untuk masuk pelabuhan sampai bertambat di dermaga. Gerakan kapal tersebut dibantu oleh kapal tunda. Waktu tunggu adalah waktu selama menunggu datangnya pandu dan kapal tunda.

2. Approach Time adalah waktu yang diperlukan kapal dari perairan dimana dia melepas jangkar menuju ke perairan pelabuhan sampai mengikatkan tali di dermaga, dan sebaliknya yaitu dari kapal melepas tali tambatan setelah bongkar muat sampai tiba kembali di luar perairan pelabuhan.

3. Postpone Time Postponetime atau waktu tertunda yang tidak bermanfaat selama kapal berada di perairan pelabuhan antara lokasi lego jangkar, dihitung dari sebelum sampai sesudah melakukan kegiatan di pelabuhan.

4. Service Time atau waktu pelayanan di tambatan adalah waktu yang di hitung sejak kapal ikat tali di tambatan sampai lepas tali atau waktu selama kapal berada di tambatan. Komponen waktu pelayanan kapal di tambatan adalah sebagai berikut ini.

(38)

23 a. Not OperatingTime atau waktu tidak kerja adalah waktu yang di rencanakan kapal tidak bekerja selama berada di tambatan, termasuk waktu istirahat dan waktu menunggu buruh, serta waktu menunggu untuk lepas tambat kapal, yang dinyatakan dalam satuan jam.

b. Effectivetime atau OperatingTime(OT) atau waktu efektif adalah jumlah waktu yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan bongkar muat yang dinyatakan dalam jam. Idle Time (IT) atau waktu terbuang adalah jumlah jam kerja yang tidak terpakai (terbuang) selama waktu kerja bongkar muat di tambatan tidak termasuk jam istirahat, dinyatakan dalam satuan jam. Berth Working Time (BWT) adalah jam kerja bongkar muat yang tersedia selama kapal berada di tambatan. Jumlah jam kerja tiap hari untuk tiap kapal berpedoman pada jumlah jam tertinggi dari kerja gang buruh tiap giliran (shift) tersebut, tidak termasuk waktu istirahat.

c. Berth Time (TRT) atau waktu tambat adalah jumlah waktu selama kapal berada di pelabuhan yang dihitung sejak kapal tiba di lokasi lego jangkar di luar perairan pelabuhan ketika menunggu bantuan pandu dan kapal tunda sampai kapal berangkat meninggalkan lokasi lego jangkar, yang dinyatakan dalam satuan jam.

(39)

24 5. Turn Round Time (TRT) atau waktu pelayanan kapal di pelabuhan adalah jumlah waktu selama kapal berada di pelabuhan yang dihitung sejak kapal tiba di lokasi lego jangkar di luar perairan pelabuhan ketika menunggu bantuan pandu dan kapal tunda sampai kapal berangkat meninggalkan lokasi lego jangkar, yang dinyatakan dalam satuan jam.

G. Indikator Kinerja Pelabuhan

Kinerja pelabuhan ditunjukkan oleh Berth Occupancy Ratio (BOR) atau tingkat pemakaian dermaga, yaitu perbandingan antara jumlah waktu pemakaian tiap dermaga yang tersedia dengan jumlah waktu yang tersedia selama satu periode (bulan/tahun) yang dinyatakan dalam persentase. Indikator kinerja pelabuhan digunakan untuk mengukur sejauh mana fasilitas dermaga dan sarana penunjang dimanfaatkan secara intensif BOR dihitung untuk masing-masing dermaga, dan nilainya tergantung pada beberapa parameter berikut ini.

(Triatmodjo, 2010).

1. Jenis barang yang ditangani di dermaga

Pelabuhan melayani berbagai jenis muatan/barang yang diangkut melalui laut, yang bisa berupa muatan barang potongan (generalcargo) muatan peti kemas, muatan curah dan muatan cair.

Pada pelabuhan besar seperti Tanjung Priok, Tanjung Perak, Tanjung Mas, Makassar, Belawan dan Panjang: pelayanan berbagai jenis muatan tersebut dilakukan secara terpisah Muatan

(40)

25 peti kemas dilayani di terminal peti kemas, muatan ba rang umum dilayani di terminal barang umum, dsb. Sedang pada pelabuhan lainnya, yang tidak sebesar pelabuhan di atas seperti Pelabuhan Tan jung Intan Cilacap, Gorontalo, Ternate dan pelabuhan lainnya, berbagai jenis muatan dilayani dalam satu terminal/dermaga.

Tingkat pemakaian dermaga (BOR) tergantung pada jenis muatan.

Dermaga yang melayani . satu jenis muatan mempunyai tingkat pelayanan yang lebih baik karena fasilitas peralatan bongkar muat dan tenaga kerja memang khusus menangani jenis muatan tersebut.

2. Ukuran Kapal

Ukuran kapal Ukuran kapal (kapasitas angkut dan panjang kapal Loa) sangat berpengaruh terhadap nilai BOR suatu dermaga.

Suatu dermaga dengan panjang tertentu dapat digunakan bertambat satu kapal besar atau lebih dari satu kapal dengan ukuran yang lebih kecil.

3. Produktivitas kerja untuk muat/bongkar

Produktivitas kerja untuk bongkar/muat tergantung pada sistem penanganan barang yang dilakukan terhadap masing- masing jenis muatan Produktivitas kerja di suatu pelabuhan berbeda dengan pelabuhan lainnya, yang tergantung pada peralatan bongkar muat dan ketrampilan tenaga kerja.

(41)

26 4. Jumlah gang yang bekerja

Kegiatan bongkar muat barang dilakukan oleh tenaga kerja dalam suatu kelompok yang disebut dengan gang. Jumlah gang yang melakukan kegiatan bongkar muat tergantung pada ukuran kapal (volume barang) yang dilayani.

5. Jam Kerja dan Jumlah Shift Kerja

Jam kerja dan jumlah shift kerja untuk penanganan barang juga berpengaruh terhadap kinerja pelabuhan. Pada pelabuhan besar yang sangat padat, jam kerja bisa selama 24 jam sehari dengan 3 shift pekerja; sementara untuk pelabuhan kecil bisa hanya 8 jam kerja per hari. Pada terminal muatan curah cair dan curah kering dapat di opera sikan selama 24 jam per hari tergantung pada kebutuhan, karena per dilakukan oleh mesin otomatis.

6. Panjang tambatan

Panjang dermaga berpengaruh terhadap kinerja pelabuhan (nilai BOR). Dermaga yang cukup panjang dapat digunakan merapat lebih satu buah kapal sehingga antrian kapal bisa berkurang. Berbeda dengan tambatan Tunggal yang hanya bisa digunakan secara bergantian.

(42)

27 7. Hari kerja efektif per tahun

Hari kerja efektif per tahun juga berpengaruh terhadap kinerja pe labuhan. Nilai BOR dihitung berdasar hari kerja efektif, dengan mem pertimbangkan waktu untuk pemeliharaan.

8. Cadangan waktu untuk tidak bekerja selama kapal bersandar Setelah kapal bertambat di dermaga, kegiatan bongkar muat barang tidak langsung dilakukan. Demikian juga setelah selesai melakukan bongkar muat barang, kapal tidak langsung meninggalkan dermaga. Waktu di mana tidak dilakukan kegiatan ini disebut dengan Not Operating Time, yang digunakan untuk kegiatan survey, inspeksi, pengurusan dokumen, persiapan pemuatan, menunggu pandu untuk lepas sandar dll.

H. Nilai BOR

Nilai BOR dihitung dengan menggunakan persamaan berikut yang tergantung pada jenis tambatan (Triatmodjo,2010).

1. Tambatan Tunggal

Apabila dermaga hanya digunakan untuk satu tambatan, penggunaan dermaga tidak dipengaruhi oleh panjang kapal, dan nilai BOR di berikan oleh bentuk berikut

Dengan:

BOR : Bert Occupancy Ratio

(43)

28 Waktu Tambat: waktu sejak kapal bertambat dengan sempurna

di dermaga sampai lepas sandar (hari)

Waktu efektif: total operasi pelabuhan dalam satu periode satu tahun (hari).

2. Dermaga Untuk Beberapa Tambatan

∑( )

Dengan:

Loa : Lenght Overall kapal (meter)

Jagaan: Jarak aman antar kapal di tambatan, 10 m untuk kapal kecil dan 20 meter untuk kapal besar.

Panjang Tambatan: panjang permukaan dermaga yang bisa digunakan bagi untuk bersandar dalam satuan meter.

3. Tambatan secara umum

Secara umum tingkat pemakaian dermaga juga dapat dihitung dengan persamaan berikut ini.

Dengan:

BOR : Berth Occupancy Ratio (%)

Vs : Jumlah kapal yang dilayani (unit/tahun) St : Service Time (jam/hari)

n : Jumlah Tambatan

(44)

29 Waktu efektif: Jumlah hari dala satuan tahun.

Service time adalah waktu pelayanan kapal di tambatan, yang terdiri dari operating time (waktu efektif intuk bongkar muat barang) dan not operating time. Operating time tergantung pada produktifitas peralatan bongkar muat. Produktifitas tergantung pada jenis alat bongkar muat dan keterampilan operator, yang berada pada pelabuhanyang satu dengan yang lain. Not operating time adalah waktu tidak produktif karena operator istirahat, pengurusan administrasi, menunggu buruh serta waktu menunggu untuk lepas tambat kapal. (Triatmodjo, 2010)

I. Kinerja fasilitas Pelabuhan

(Triatmodjo, 2009) menyatakan kinerja pelabuhan dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pelayanan pelabuhan kepada pengguna pelabuhan (kapal dan barang), yang tergantung pada waktu pelayanan kapal selama berada di pelabuhan. Kinerja pelabuhan yang tinggi menunjukkan bahwa pelabuhan tersebut dapat memberikan pelayanan yang baik.

Kinerja suatu pelabuhan dapat di evaluasi dari sudut pandang efisiensi teknis, efisiensi biaya dan efektifitas. Talley, (2007) menyatakan bahwa efektifitas terkait dengan seberapa baik pelabuhan menyediakan pelayanan arus barang kepada pengguna perusahaan pelayaran atau pun ekspedisi Beberapa penelitian yang menilai kualitas jasa pelabuhan menggunakan beberapa dimensi dan

(45)

30 variabel yang beraneka ragam. (Ines Kolanovic.et.al,2008) mendefiniskan variabel pelayanan pelabuhan berupa reliablitas dan kompetensi. Reliablitas terdiri dari 13 atribut yaitu penundaan dan keberangkatan kapal, waktu tunggu bongkar muat barang, rata-rata waktu kapal melakukan bongkar muat barang, waktu tunggu truk untuk melakukan bongkar muat barang di area terminal, waktu untuk melakukan transhipment, kesalahan dokumen, kelengkapan dokumen, kelengkapan informasi untuk kelengkapan dokumen, data statistik pelayanan, minimalisasi kegagalan dari pelayanan, monitoring kargo, kemampuan konsisten dalammelakukan pelayanan, dan jaminanketepatan waktu operasional. Sementara itu (Tongzon ,2004)menentukan beberapa variabel pelayananpelabuhan yaitu:

tingkat efisiensipelabuhan terminal, biaya penaganankargo, kehandalan (reliabilitas), preferensipemilihan pelabuhan kedalaman alur pelayaran. Dalam studi Tongzon yang lainnya Tongzon (2002) menggunakan beberapa variabel yang menentukan daya saing pelabuhan yaitu: efisiensi, frekuensi kunjungan kapal, kelengkapan infrastruktur, lokasi, biaya pelauhan serta respon yang cepat terhadap pengguna, serta reputasi terhadap kerusakan barang.

Untukmenentukan atribut-atribut dalam dimensipelayanan jasa pelabuhan perlu memahamikarakter kegiatan pelayanan jasapelabuhan. Fungsi utama pelayananpelabuhan adalah memperlancarperpindahan intra dan antar modatransportasi, sebagai

(46)

31 pusat kegiatanpelayanan transportasi laut dan sebagaipusat distribusi dan konsolidasi barang.Oleh karena itu dalam menjalankanfungsinya pelabuhan memberikan berbagaimacam pelayanan (Gurning danBudiyanto, 2007).

J. Pengembangan Angkutan Penyeberangan

Menurut (Nasution dalam Nur Kartini. 2001) dalam rangka mengembangkan angkerjutan antar pulau akan dilakukan peningkatan sistem transportasi laut yang telah ada dan penambahan jalur pelayaran/penyeberangan pada daerah yang dianggap potensi untuk dikembangkan. Peningkatan transportasi tersebut dapat berupa penambahan atau peningkatan sarana angkut (kapal) yang sesuai untuk melayani suatu rute. Penambahan kapal ini tidak berarti harus selalu menambah dermaga, tetapi dapat menggunakan dermaga yang telah ada atau yang tersedia pada instansi lain, misalnya dermaga yang dimiliki oleh perhubungan laut, pemerintah daerah, atau dermaga yang dimiliki swasta.

Pemabangunan dermaga baru akan dipertimbangkan apabila menyangkut hal-hal sebagia berikut:

a. Tidak tersedia dermaga di daerah rencana lokasi.

b. Dermaga yang tidak cocok (tidak sesuai) dengan kapal yang akan dioperasikan, misalnya pelabuhan untuk kapal jenis Ro- Ro tidak dapat dipergunakan secara optimal oleh kapal jenis Ro-Ro.

(47)

32 c. Dermaga yang sudah ada tidak mencukupi kebutuhan bongkar muat arus barang dan penumpang yang ada pada saat ini sehingga perlu penambahan dermaga baru.

d. Dermaga yang sudah rusak dan tidak dapat dimanfaatkan lagi atau membahayakan kapal yang sandar di dermaga tersebut.

Pemilihan lokasi pelabuhan atau dermaga adalah suatu tahapan perencanaan pelabuhan yang sangat penting. Kesalahan dalam pemilihan lokasi pelabuhan dapat menyebabkan pemabangunan atau pemeliharaan lokasi pelabuhan tersebut sangat mahal. Kesalahan yang sangat fatal dalam pemilihan lokasi pelabuhan dapat menyebabkan dermaga atau pelabuhan tersebut tidak berfungsi atau tidak dapat dibangun. Pemilihan lokasi pelabuhan harus mempertimbngkan hal-hal dibawah ini:

a. Pemilikan atau pembebasan tanah

b. Pensyaratan teknis lokasi pelabuhan (daya dukung tanah, keadaan gelombang dan angkutan sedimen).

c. Aksesibilitas (jalan menuju pelabuhan, jaringan transportasi darat yang ada dan sebagainya).

d. Fasilitas pendukung (listrik, air bersih dan telepon) e. Biaya pembangunan dan perawatan pelabuhan.

(48)

33 K. Peran Pelabuhan Dalam Pengembangan

Wibowo, et al (1999) mengatakan bahwa pengembangan wilayah merupakan usaha mengembangkan dan meningkatkan hubungan saling ketergantungan dan interaksi antar system manusia atau masyarakat, lingkungan hidup dan sumber daya alam. Penelitian yang dilakukan Ahmed dan Hossain (1990), menunjukkan bahwa daerah yang infrastruktur transportasinya berkembang, memperoleh keuntungan yang signifikan dibandingkan dengan desa-desa yang infrastruktur transportasinya belum berkembang.

Hasil penelitian yang dilakukan World Bank (1994) Perkembangan pembangunan infrastruktur jalan telah dapat meciptakan berbagai lapangan kerja baru. Pengembangan Infrastruktur merupakan salah satu faktor meningkatkan aktivitas sosial masyarakat, yang kemudian meningkatkan aktivitas ekonomi, komunikasi, dan akhirnya pendukung pembangunan ekonomi suatu negara.

Sakti (2011) Kemajuan ekonomi suatu wilayah tergantung pada ketersediaan sarana dan prasarana pendukung kewilayahan berupa sarana dan prasarana transportasi. Bhattacharyay (2008) telah mengidentifikasi peran penting infrastruktur dalam pembangunan wilayah, yaitu sebagai faktor dasar yang mampu mendorong perubahan ekonomi di berbagai sektor baik lokal maupuninternasional. Hal tersebut diperkuat oleh Kessedes dan

(49)

34 Ingram (1994) yang menyebutkan bahwa terdapat beberapa manfaat infrastruktur terhadap perekonomian yaitu: (1) mengurangi biaya produksi, (2) memperluas kesempatan kerja dan konsumsi karena terbukanyadaerah-daerah yang terisolasi, dan (3)menjaga stabilitas ekonomi makro melaluiinvestasi pada infrastruktur yang dapatmenyerap tenaga kerja dan meningkatkandaya beli konsumen.

Wilayah akanberkembang jika ada kegiatan perdaganganinterinsuler dari wilayah tersebut kewilayah lain sehingga terjadi peningkataninvestasi pembangunan dan peningkatankegiatan ekonomi serta perdagangan.Pendapatan yang diperoleh dari eksporakan mengakibatkan berkembangnyakegiatan penduduk setempat, perpindahanmodal dan tenaga kerja, keuntunganeksternal dan perkembangan wilayah(Damapolii, 2008).

L. Kerangka Pikir

Pelabuhan Bajoe masuk dalam kawasan perkotaan Watampone yang diarahkan pengembangannya sebagai pusat pelayanan pemerintahan, pelayanan sosial ekonomi, perda ngan dan jasaga ,selain itu juga, diarahkan pariwisata, simpul transportasi antarregional, agroindustri dan agribisnis Kawasan pengembangan simpul transportasi laut regional dan pergudangan Bajoe di Kecamatan Tanete Riattang Timur. Berdasarkan data PT.ASDP Cabang Bajoe, kota Makassar mendominasi kurang lebih 82% dari jumlah yang ada, sedangkan fasilitas armada kapal setiap tahun mengalami penurunan hingga mengakibatkan antrian kendaraan di lahan parkir.

(50)

35 Kinerja pelabuhan yang tinggi menunjukkan bahwa pelabuhan dapat memberikan pelayanan yang baik (Triatmodjo, 2010). Dalam studi Tongzon yang lainnya Tongzon (2002) menggunakan beberapa variabel yang menentukan daya saing pelabuhan yaitu: efisiensi, frekuensi kunjungan kapal, kelengkapan infrastruktur, lokasi biaya pelabuhan, respon yang cepat terhadap pengguna. Ketersediaan infrastruktur merupakan hal pokok dalam pengembangan suatu wilayah atau memajukan perekonomian suatu wilayah. Kemajuan ekonomi suatu wilayah tergantung pada ketersediaan sarana dan prasarana pendukung kewilayahan berupa sarana dan prasarana transportasi. Sakti (2011).

Dengan melihat fenomena yang terjadi, studi penelitian ini bermaksud mengkaji terkait bagaimana kinerja fasilitas yang ada di pelabuhan Bajoe dalam memberikan pengaruh terhadap mobilitas pergerakan sehingga memberikan dampak yang positif terhadap pengembangan wilayah kabupaten Bone.

(51)

36

Pelayanan Pelabuhan Penyeberangan Bajoe Kabupaten Bone

 Pelabuhan Bajoe masuk dalam kategori pelabuhan regional dan termasuk pelabuhan penyeberangan kelas III.

 pelabuhan Bajoe masuk dalam kawasan perkotaan Watampone yang diarahkan pengembangannya sebagai pusat pelayanan pemerintahan, pelayanan sosial ekonomi, perda ngan dan jasaga ,selain itu juga, diarahkan pariwisata, simpul transportasi antarregional, agroindustri dan agribisnis Kawasan pengembangan simpul transportasi laut regional dan pergudangan Bajoe di Kecamatan Tanete Riattang Timur.

 Pengembangan Kota watampone kedepan diarahkan untuk mengemban fungsi pusat pengembanagan antarwilayah (PPAW),

 kunjungan kapal.

 Arus muatan barang, kendaraan dan penumpang.

 Jumlahn penduduk

 PDRB

Berth Occupancy Ratio

Strategi

 Fasilitas pokok

 Fasilitas penunjang

Kinerja Fasilitas

 Berdasarkan data PT.ASDP Cabang Bajoe, kota Makassar mendominasi kurang lebih 82% dari jumlah yang ada

 Setiap tahunnya jumlah armada kapal berkurang

 Terjadi antrian di lahan parkir

Analisis Kinerja Fasilitas Pelabuhan Penyeberangan Bajoe Kab. Bone serta Strategi Pengembangannya

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

(52)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian memiliki beberapa jenis diantaranya penelitian dengan pendekatan kuntitatif, kualitatif dan kombinasi (mixed methods) berdasarkan data, landasan dan filsafat. Pada proses penelitian ini digunakan metode penelitian kuantitatif.

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Filsafat positivisme memandang realitas/gejala/fenomena itu dapat diklarifikasikan, relatif tetap, kongkrit, teramati, terukur dan hubungan gejala bersifat sebab akibat. Proses penelitian bersifat deduktif, dimana untuk menjawab rumusan masalah digunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan hipotesis (Sugiyono,2016).

Jenis penelitian dengan pendekatan kuantutatif dapat digunakanuntuk mengetahui tingkat pelayananKinerja pelabuhan kepada pengguna pelabuhan, yang tergantung pada waktu pelayanankapal selama berada di pelabuhan. Kinerjapelabuhan yang tinggi menunjukkanbahwa pelabuhan dapat memberikanpelayanan yang baik (Triatmodjo, 2010). Dalam studi Tongzon yang lainnya Tongzon (2002) menggunakan beberapa variabel yang menentukan daya saing pelabuhan yaitu: efisiensi, frekuensi kunjungan kapal,

(53)

38 kelengkapan infrastruktur, lokasi biaya pelabuhan, respon yang cepat terhadap pengguna. Kemajuan ekonomi suatu wilayah tergantung pada ketersediaan sarana dan prasarana pendukung kewilayahan berupa sarana dan prasarana transportasi. Sakti (2011).

Mengacu dari beberapa teori diatas menunjukkan bahwa diperlukan kajian terlebih dahulu mengenai fisik pelabuhan kaitannya dengan kinerja fasilitas baik fasilitas utama, maupun penunjang.Sehingga, memicu kualitas pelayanan dari pelabuhan tersebut. Dengan demikian, dapat dilakukan kajian terhadap pengembangan pelabuhan sebagai pemicu tumbuh kembangnya perekonomian suatu wilayah.

Setiap sub variabel/indikator yang di tentukan dan di ukur melalui perhitungan ilmiah yang berasal dari kinerja fasilitas utama, kinerja fasilitas penunjang serta aspek-aspek yang mempengaruhi kinerja suatu pelabuhan dengan melakukan metode pengumpulan data berupa observasi dan dokumentasi. Selanjutnya membuat suatu strategi pengembangan pelabuhan kaitannya dengan kinerja fasilitas pelabuhan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. LokasiPenelitian

Penelitian berlokasi di Kabupaten Bone, khususnya di Pelabuhan Penyeberangan Bajoe yang berada dalam wilayah kecamatan Tanete Riattang Timur Kelurahan Bajoe.

(54)

39 2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian berlangsung pada bulan 26 September hingga 31 Januaritahun 2019, waktu penelitian tersebut mencangkup penelitian awal hingga akhir, terdapat 3 tahap yaitu survey lapangan, penelitian kepustakaan dan penelitian instansional.

Tabel 3.1 Schedule Pelaksanaan Penelitian/Skripsi No Agenda

Waktu

September Oktober November Desember Januari 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Persiapan

Sinopsis 2.

Persiapan Berkas (SK) 3.

Penyusun an Bab I, II, dan III 4.

Survey Pengambi lan Data 5.

Penyusun an Bab IV dan V 6. Seminar

Hasil 7. Seminar

Tutup

(55)

40 C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2012: 80),Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah Fasilitas pelabuhan Bajoe baik fasilitas utama maupun penunjang.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2012:81) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki dari populasi tersebut.

Teknik dalam pengambilan sampling terdapat 2 macam yaitu probability sampling dan non probability sampling. Dalam penelitian ini teknik probability sampling dengan menggunakan simple random sampling, dikatakan simple(sederhana) karena pengabilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

Penggunaan teknik sampling random dalam penelitian ini karena hanya mengambil beberapa sampel berupa kapal yang sedang menuju tambatan, dimana pengamatan terhadap objek terbatasi oleh waktusehingga pengambilan sampel dilakukan secara acak.

(56)

41 D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi atau pengamatan ke lokasi penelitian dengan menggunakan cheklist guna mendapatkan gambaran dari kondisi yang ingin diteliti.

2. Dokumentasi, yaitu dengan mempelajari dokumen yang berasal dari dinas/ instansi maupun literatur-literatur yang berkaitan dengan maksud dari penelitian ini. Studi dokumentasi berkaitan dengan kebutuhan data yang tertulis dan sudah disajikan oleh pihak yang berkepentingan dalam hal ini pemerintah maupuh swasta.

E. Jenis danSumber Data

Sumber data merupakan sumber data yang diperoleh melalui sumber data lapangan, responden ataupun literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian. Adapun sumber data dari penelitian ini dapat dilihat dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Jenis dan Sumber Data

No Jenis data Teknik

pengumpulan data Sumber data Data Primer

1

Kondisi fisik/ fasilitas pelabuhan

peyeberangan Bajoe.

Observasi Sumber data

lapangan

2

Kinerja Pelabuhan pelabuhan

penyeberangan Bajoe (Data ceklist)

Observasi Sumber data

lapangan 3 Data visualisasi kondisi

penelitian Observasi Sumber data

lapangan Data Sekeunder

1 Data trafik pelabuhan

penyeberangan Bajoe Dokumentasi

PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero)

(57)

42

No Jenis data Teknik

pengumpulan data Sumber data

2 Fasilitas pelabuhan

penyeberangan Bajoe Dokumentasi

PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) 3 Jumlah Penduduk Dokumentasi

Badan Pusat Statistika Kab.

Bone

4 PDRB Dokumentasi

Badan Pusat Statistika Kab.

Bone 5 Peta-peta yang

mendukung penelitian Dokumentasi Citra Satelit Sas Planet

F. Variabel penelitian

Tabel 3.3 Variabel Penelitian

Variabel Indikator variabel

1 Data trafik - Kunjungan kapal

- Arus kapal

- Jumlah arus barang - Jumlah arus penumpang - Jumlah arus kendaraan 2 Data fasilitas - Fasilitas Utama

- Fasilitas Penunjang 3 Data kinerja pelabuhan

penyeberangan bajoe

- WT (Waiting Time) - BT (Berthing Time) - ET (Effective Time)

- NOT (Non Operation Time) - BOR (Bert Occupancy ratio) 4 Data proyeksi arus penumpang - Jumlah penduduk 5 tahun

terakhir.

- PDRB G. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam pengelolaan data-data yang diperoleh sebagai berikut:

1. Analisis secara deskriptif, untuk mengelolah data-data tabel, grafik dan visual dengan cara menggambarkan atau menguraikan

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait