• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMALISASI DERMAGA PELABUHAN BAJOE KABUPATEN BONE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OPTIMALISASI DERMAGA PELABUHAN BAJOE KABUPATEN BONE"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMALISASI DERMAGA PELABUHAN BAJOE KABUPATEN BONE

Syahrir Husain & Juswan

Jurusan Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Tamalanrea € Makassar, 90245

Telp/Fax: (0411) 585637 e-mail: syahrir_husain@yahoo.com

Abstrak

Pelabuhan Bajoe di kabupaten Bone memainkan peranan penting dalam memajukan ekonomi provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Pelabuhan ini terkendala dalam mengoptimalkan pemanfaatan dermaga karena pendangkalan kolam pelabuhan, sehingga kapal hanya dapat bertambat pada saat pasang. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisa daerah mana yang harus dikeruk pada kolam agar dapat melayani kapal dengan sarat 2,7 m. Analisa volume pengerukan digunakan software ACAD 3D cavil. Hasil penelitian menunjukkan kedalaman kolam pelabuhan yang dapat melayani kapal terbesar pada saat surut adalah 4,1 m dan volume pengerukan 5.761.845 m

3

. Sedangkan alur masuk kedalaman kolam pelabuhan masih cukup aman dilayari kapal.

Kata Kunci: alur, kolam pelabuhan, pengerukan

PENDAHULUAN

Kebijakan pemerintah dalam hal ini Departemen Perhubungan untuk membingkai negara kesatuan Republik Indonesia menjadi suatu wilayah yang utuh dengan menyatukan 17 ribu pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke adalah merencanakan tiga sabut penyambung. Sabut penyambung adalah mata rantai infrastruktur transportasi yang menghubungkan kota-kota yang ada di wilayah Indonesia Barat dengan kota-kota di wilayah Indonesia Tengah dan Indonesia Timur. Infrastruktur yang dibutuhkan untuk transportasi laut adalah pelabuhan, utamanya pelabuhan kapal ferry. Tiga sabut penyambung itu adalah sabut penyambung bagian utara, bagian tengah dan bagian selatan Indonesia. Sabut penyambung bagian selatan relatif sudah tersambung antara kota-kota di pulau Sumatera, Jawa, Bali dan sebagian kota-kota di Nusa Tenggara Barat. Sedang sabut tengah dan utara masih dibutuhkan perhatian besar.

Dalam mendukung kebijakan pemerintah mengenai pembangunan sabut tersebut, maka diperlukan kajian khususnya pemilihan lokasi pelabuhan yang berkaitan kondisi lingkungan yaitu karakteristik gelombang, laju sedimentasi, karakteristik tanah dan segala sesuatunya yang berkaitan keselamatan pelayaran. Penelitian ini obyeknya adalah sabut penyambung antara provinsi Sulawesi Selatan dengan provinsi Sulawesi Tenggara yaitu pelabuhan Bajoe di kota Watampone dengan pelabuhan Kolaka, secara khusus telaah teknis fasilitas perairan dan kolam pelabuhan Bajoe.

Kabupaten Bone merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Sulawesi Selatan, terletak pada koordinat antara 4

0

4•43‚ sampai 5

0

8•45‚ Lintang Selatan dan 119

0

49•3‚ sampai 112

0

25•9‚ Bujur Timur. . Kondisi pertumbuhan pembangunan daerah Kabupaten Bone saat ini telah tumbuh dengan peningkatan yang positif pada semua sektor, hal ini ditandai dengan laju pertumbuhan pembangunan yang dibarengi peningkatan pendapatan per kapita masyarakat. Kabupaten Bone dengan pertumbuhan yang dicapai telah berada pada fase berkembang.

Lokasi penelitian berada di salah satu wilayah di Kabupaten Bone letaknya di Kelurahan Bajoe Kecamatan Tanete Riattang Timur kota Administratif Watampone Provinsi Sulawesi Selatan. Pelabuhan Bajoe sebagai penghubung propinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara melalui Teluk Bone. Dengan jarak lintasan 86 mil laut menuju pelabuhan penyeberangan Kolaka. Pada saat kondisi tertentu yakni saat surut terendah kapal tidak bisa melakukan proses bongkar muat.

Masalah utama dalam pelabuhan penyeberangan ferry adalah pelayanan pada bongkar muat kendaraan, sehingga

menyebabkan bertumpuknya kendaraan menunggu giliran untuk naik ke kapal ferry. Kejadian ini terjadi dapat

(2)

disebabkan kurangnya armada kapal ferry atau jumlah dermaga ferry yang siap melayani kegiatan bongkar muat.

Khusus untuk pelabuhan penyeberangan Bajoe keterbatasan frekuensi kapal yang dapat merapat di dermaga terutama pada saat air laut surut pada pagi hari, karena sarat kapal ferry tidak cukup dengan kedalaman kolam dan alur pelabuhan. Tujuan penelitian ini difokuskan pada berapa volume tanah yang harus dikeruk pada kolam dan alur pelabuhan ferry Bajoe agar supaya dioptimalkan pemanfaatan dermaga dalam melayani kegiatan bongkar

Definisi Pengerukan

Salah satu fungsi pelabuhan yaitu melayani kapal. Bentuk pelayaran mendekati pelabuhan harus diusahakan mudah dan aman. Kesulitan timbul karena kemampuan gerakan kapal yang terbatas (minimum ships maneuvers ability) dan gangguan alam. Karena hal-hal tersebut, maka perlu bagi perencana memperhatikan hal-hal ukuran alur pelayaran (ships channel), dan mulut pelabuhan (port entrance).

Pengerukan (dredging) adalah penggalian atau pengambilan tanah dan batuan dasar bawah air. Pekerjaan pengerukan umumnya dilakukan untuk memperdalam atau memperlebar alur pelayaran atau kolam pelabuhan.

Menurut Asosiasi Internasional Perusahaan, Pengerukan adalah mengambil tanah atau material dari lokasi di dasar air, biasanya perairan dangkal seperti danau, sungai, muara ataupun laut dangkal, dan memindahkan atau membuangnya ke lokasi lain (Dumping area). Proses pemindahan tanah atau batuan dari bawah air diangkat melalui air ke atas juga merupakan definisi dari pengerukan.

Kedalaman Alur dan Kolam Pelabuhan

Untuk mendapatkan kondisi operasi yang ideal kedalaman air di alur masuk harus cukup besar dan memungkinkan pelayaran pada muka air terendah dengan kapal bermuatan penuh.

Kedalaman air ini ditentukan oleh berbagai faktor seperti yang di tunjukkan dalam gambar 1 berikut.

Gambar 1. Kedalaman alur dan Kolam Pelabuhan Menurut Bambang Triatmojo (2010), kedalaman air total adalah:

= + + + + + (1)

dengan,

d = Draft kapal

G = Gerakan vertikal kapal karena gelombang dan squat

R = Ruang kebebasan bersih

(3)

Kedalaman air di ukur terhadap muka air referensi. Biasanya muka air referensi ini ditentukan berdasarkan dari muka air surut terendah pada saat pasang purnama (spring tide) dalam periode panjang, yang disebut LLWS (Lower low water spring tide).

Lebar alur

Lebar alur biasanya diukur pada kaki sisi miring saluran atau pada kedalaman yang direncanakan. Lebar alur tergantung pada beberapa faktor, yaitu:

1. Lebar, kecepatan dan gerakan kapal

2. Trafik kapal, apakah alur direncanakan untuk satu atau dua jalur 3. Kedalaman alur

4. Stabilitas tebing alur

5. Angin, gelombang, arus dan arus melintang dalam alur.

Untuk kepentingan awal (capital dredge), Direktorat Jenderal Perhubungan laut memberikan tata cara penentuan lebar alur sebagai berikut tabel berikut;

Tabel 1. Penentuan Lebar Alur Pelayaran

No Jenis Alur Lebar Alur Pelayaran Keterangan

1. Satu arah L = 2 x B + 30 meter B = lebar kapal

2. Dua arah

a. Kapal sering berpapasan L = 4 x B + 30 meter B = Lebar kapal b. Kapal jarang berpapasan L = 3 x B + 30 meter

3. Dua arah tikungan

a. Kapal sering berpapasan L = 6 x B + 30 meter a. Kapal jarang berpapasan L = 4 x B + 30 meter

Kolam Pelabuhan

Kolam pelabuhan yang direncanakan harus mempunyai luas dan kedalaman yang cukup. Apabila dermaga digunakan untuk tambatan tiga kapal atau kurang, lebar kolam diantara dermaga adalah sama dengan panjang kapal (Loa), sedang dermaga untuk empat kapal atau lebih, lebar kolam adalah 1,5 LOA.

Luas kolam putar yang digunakan untuk mengubah arah kapal minimal 1,5 kali panjang kapal total (LOA) dari kapal terbesar yang menggunakannya. Apabila putaran kapal dilakukan dengan bantuan kapal tunda atau jangkar, luas kolam putar minimum jari-jari (r) lingkaran dengan sama dengan total kapal (Loa).

Kedalaman kolam pelabuhan adalah 1,1 kali draft kapal pada muatan penuh di bawah elevasi muka air rencana, dengan memperhitungkan gerak osilasi kapal karena pengaruh alam seperti gelombang, angin, arus dan pasang surut.

Perhitungan Luas dan Volume pengerukan

Dalam menentukan luas area keruk pada alur yang luasannya tidak teratur (bidang lengkung) tentunya sulit.

Tetapi dengan bantuan software AutoCAD 3D Civil, kita dapat menghitung luas dengan sangat mudah.

Untuk menghitung luas potongan/penampang pada alur pelabuhan, terlebih dahulu menggambar potongan berdasarkan data dengan menggunakan koordinat X sebagai lebar potongan/penampang dan koordinat Y sebagai kedalaman.

Perhitungan luas pada alur pelabuhan akan dibagi dalam luasan yaitu area tampak atas yang berjumlah beberapa

luasan penampang (potongan). Sedangkan dalam menghitung volume pengerukan yang dihitung adalah

menghitung volume keruk harus mengetahui panjang potongan/penampang (L).

(4)

Gambar 2. Model Penampang Alur

Berdasarkan buku panduan materi pengerukan ƒDredger and Dredging Work‚ perhitungan volume pengerukan diperoleh persamaan sebagai berikut:

= +

2 . (2)

= +

2 . (3)

= +

2 . (4)

= + + + ⋯ + (5)

Dengan:

A

1

, A

2

: Luasan potongan/penampang 1 dan 2 a

1

, a

2

: Lebar potongan 1 dan 2

L : Panjang antar potongan t

1

, t

2

: tinggi potongan 1 dan 2 V

1

: Volume antara dua potongan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rencana lokasi pengerukan terletak di kelurahan Bajo•E Kecamatan Tanete Riattang Timur Kota administratif Watampone Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan. Posisi pelabuhan ini 04„ - 32• € 50‚ LS dan 120 „ - 25•

€ 40‚ BT sebagai penghubung Propinsi Sulawesi Tenggara melalui Teluk Bone dengan jarak lintasan 8 6 mil laut menuju pelabuhan Kolaka

.

Lokasi Pelabuhan

(5)

Gambar 4. Peta Lokasi Studi yang Jarak Lintasan 86 Mil Laut Menuju Pelabuhan Penyeberangan Kolaka

Data batimetri diperlukan untuk membuat peta batimetri untuk mengetahui profil bawah laut dan lokasi dermaga.

Pengetahuan mengenai profil bawah laut berguna dalam tinjauan daerah perairan yang menyangkut luas, kedalaman perairan, alur pelayaran, penambatan, tempat labuh.

Kedalaman di kolam pelabuhan pada saat surut terendah mencapai 2,2m. Sedangkan sarat terbesar kapal adalah 2,7 m. Peta batimetri di lokasi studi dapat dilihat pada gambar 5, Master Plan Pelabuhan Penyeberangan Bajo•E.

Gambar 5. Kontur dan Lokasi Pengerukan

Kedalaman Alur

Alur pelayaran digunakan untuk mengarahkan kapal yang akan masuk ke kolam pelabuhan. Menurut Bambang Triatmojo (2010), kedalaman air total:

= + + + + + Dengan:

d = Draft kapal

G = Gerakan vertikal kapal karena gelombang (v) & squat (z) R = Ruang kebebasan bersih (0,5 m)

P = Ketelitian pengukuran (0,1 m) S = Pengendapan sedimen selama 5 tahun (0,5 m)

K = Toleransi pengukuran (0,61 m)

Maka, H = 3 + 0,41 + 0,5 + 0,5 + 0,1 + 0,61

= 5,12 meter

Jadi kedalaman kolam dan alur yang aman untuk pelayaran = 5,12 m Lokasi Studi

Lokasi Studi

(6)

Lebar Alur

Dan untuk lebar alur yang direncanakan untuk dua kapal dengan perhitungan 7,6 dari lebar kapal terbesar.

Sehingga lebar alur dapat dihitung sebagai berikut:

Lebar alur = 1,5 B + 1,8 B + 1,0 B + 1,8 B + 1,5 B

= 7,6 B

= 7,6 x 13

= 98,8 meter Dimana, B = Lebar kapal

Batasan lokasi pada alur yang akan di analisis mengikuti jalur kapal yang akan tambat di dermaga di tunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 6. Batasan Lokasi Pengerukan

Alur yang digunakan di Pelabuhan Bajoe sekarang ini hanya digunakan oleh kapal-kapal dengan draft yang kecil yaitu kapal-kapal dengan kedalaman alur sekitar 6-7 meter. Sedangkan kedalaman alur yang ideal sampai dengan 5,12 meter, sehingga untuk alur pelayaran pelabuhan Bajoe tidak perlu dilakukan pengerukan.

Kedalaman Kolam Pelabuhan

Kedalaman kolam pelabuhan adalah 1,1 kali draft kapal pada muatan penuh di bawah elevasi muka air rencana, dengan memperhitungkan gerak osilasi kapal karena pengaruh alam seperti gelombang, angin, arus dan pasang surut. Perhitungan kedalaman ideal belum ditambah dengan toleransi pengerukan dengan sarat kapal terbesar adalah 2,7 m adalah sebagai berikut:

Kedalaman kolam (h) = 1,1 x T

= 1,1 x 2,7

= 2,97 meter

Kolam pelabuhan yang digunakan di Pelabuhan Bajoe sekarang ini hanya digunakan oleh kapal-kapal dengan draft yang kecil yaitu kapal-kapal dengan kedalaman kolam sekitar 1-3 meter. Sedangkan draft kapal sampai dengan 2,7 meter, sehingga kedalaman ideal yang dibutuhkan yaitu harus mencapai 2,97 belum ditambah dengan toleransi pengukuran.

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kolam pada pelabuhan Bajoe sangat layak untuk dikeruk karena kedalaman kolam lebih kecil dari pada kedalaman ideal.

Lokasi

(7)

Elevasi rencana pengerukan adalah kedalaman ideal di tambah dengan toleransi pengerukan. Menurut Begger dan Boyd (1985) dalam Rusdi, 2011. Toleransi pengerukan umumnya antara 0,3-0,6 meter.

Jadi perhitungan elevasi rencana pengerukan untuk kolam pelabuhan Bajoe berdasarkan data kapal yang beroperasi dapat dilihat pada perhitungan berikut:

Tabel 2. Perhitungan Elevasi Rencana Pengerukan Kolam Pelabuhan No Kapal Terbesar Kedalaman

ideal

Toleransi Sedimentasi Elevasi rencana Pengerukan (5 tahun) Pengerukan

1 Mandala Nst 2,97 0,6 0,5 4,1

Berdasarkan Tabel di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa elevasi rencana pengerukan kolam adalah 4,1 meter. Sehingga semua lokasi yang dibatasi oleh sisi kolam hingga 4,1 meter adalah lokasi pengerukan.

Luas Potongan Pengerukan

Dalam menentukan luas area keruk pada kolam pelabuhan yang luasannya tidak teratur (bidang lengkung) tentunya sangat sulit. Tetapi dengan bantuan software AutoCAD, kita dapat menghitung luas dengan sangat mudah.

Untuk menghitung luas potongan/penampang kolam pelabuhan Bajoe, terlebih dahulu memunculkan potongan berdasarkan data dengan menggunakan koordinat X sebagai lebar pengerukan dan koordinat Y didapat dengan kedalaman (d). Dimana potongan/penampang pengerukan di peroleh dari pengerjaan sebelumnya yang menggunakan ACAD 3D Civil.

Cara memunculkan potongan di ACAD 3D civil yaitu setelah sebelumnya menginput batasan kedalaman yang akan dikeruk pada lokasi pengerukan, kemudian membuat jumlah potongan pada daerah pengerukan.

Adapun cara memasukkan membatasi kedalaman pengerukan yang akan dilakukan adalah membuat alignment sebagai batasan daerah pengerukan. Selanjutnya pada elevation ketik elevasi yang dibutuhkan, pada perhitungan di peroleh elevasi pengerukan yang dibutuhkan.

Maka kemudian untuk menghitung luas potongan tersebut yang terlebih dahulu digambar dengan menggunakan AutoCAD. Cara menghitung luasnya adalah dengan mengetik perintah ƒArea/Object/Enter, klik area yang diinginkan‚ maka besarnya luasan (area) dan keliling akan muncul di atas command.

Perhitungan pengerukan kolam pelabuhan dilakukan dengan area penampang/potongan dibagi dalam beberapa potongan seperti gambar 7,

Gambar 7. Potongan Pengerukan

(8)

Gambar 8. Area Penampang (potongan) Kerukan Kolam Pelabuhan (Potongan A-A)

Luas potongan pada penelitian ini terbagi menjadi 9 penampang yaitu potongan A-A hingga potongan I-I. Maka luasan masing-masing potongan kolam pelabuhan untuk data kapal terbesar dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3. Perhitungan luas Potongan Kolam Pelabuhan dengan Elevasi Rencana -4,1 Meter No. Potongan Luas (m

2

)

1 A-A 9096,337

2 B-B 8423,053

3 C-C 8693,417

4 D-D 7175,489

5 E-E 7360,296

6 F-F 5545,958

7 G-G 8152,497

8 H-H 9881,351

9 I-I 2779,550

Jumlah 67107,948

Volume

Volume adalah jumlah material yang akan dikeruk. Perhitungan volume adalah luas rata-rata potongan/penampang dikali dengan jarak antar ujung potongan/penampang (L).

Dari data pengukuran ACAD daerah kolam pelabuhan Bajoe, maka dapat diketahui jarak antar ujung potongan/penampang (L) seperti pada tabel berikut:

Tabel 4. Jarak antara Ujung Potongan/Penampang (L) No. Potongan L (m)

1 A-B 48,15

2 B-C 100

3 C-D 100

4 D-E 100

5 E-F 100

6 F-G 100

7 G-H 100

8 H-I 100

9 I-J 103,23

Total 851,38

Setelah diketahui luas rata-rata potongan/penampang dan jarak antar ujung potongan/penampang, maka dengan

persamaan di atas perhitungan volume pengerukan kolam pelabuhan Bajoe dapat dilihat pada tabel berikut:

(9)

Tabel 5. Perhitungan volume Pengerukan Berdasarkan Data Kapal Terbesar di Pelabuhan Bajoe

No. Potongan Luas L Penampang Luas rata-rata Volume

1 A-A 9096,337 48.15 A & B 9096,337 437988,610

2 B-B 8423,053 100 B &C 8423,053 842305,333

3 C-C 8693,417 100 C & D 8693,417 869341,666

4 D-D 7175,489 100 D & E 7267,892 726789,250

5 E-E 7360,296 100 E & F 6453,127 645312,700

6 F-F 5545,958 100 F & G 6849,227 684922,750

7 G-G 8152,497 100 G & H 9016,924 901692,400

8 H-H 9881,351 103,23 H & I 6330,450 653492,405

9 I-I 2779.55

Volume total 5.761.845 m

3

Jadi total seluruh volume keruk untuk daerah kolam pelabuhan Bajoe adalah sebesar 5.761.845

SIMPULAN

 Kolam pelabuhan sangat layak untuk dikeruk, kedalaman kolam hanya sekitar 1-3 meter, sementara kedalaman idealnya 4,1 meter. Sedangkan alur tidak perlu dilakukan, dengan kedalaman alur sekitar 6-7 meter dibandingkan kedalaman ideal hanya 5,12 meter.

 Diameter kolam pelabuhan untuk kapal panjang 56,15 m adalah 84,15 m.

 Volume pengerukan yang akan dilakukan pada kolam pelabuhan adalah 5.761.854 m

3

.

DAFTAR PUSTAKA

Japan International Corporation Agency. 1983. Dredger and dredging work Seiyu Print. Tokyo Kramadibrata, S. 2001. Perencanaan Pelabuhan, Penerbit ITB, Bandung.

Rusdi. 2011. Skripsi : StuDi Pemeliharaan Alur dan Kolam Pelabuhan Loktuan Kota Bontang Dengan Sistem pengerukan. Program Studi Teknik Kelautan, Jurusan Perkapalan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Triatmojo, B. 2010. Perencanaan Pelabuhan. Beta Offset. Yogyakarta.

Triatmojo, B. 1999. Teknik Pantai. Beta Offset. Yogyakarta.

Wikipedia. 2013. Direktorat Pelabuhan & Pengerukan. (Online) (http://id.wikipedia.org/wiki/Direktorat

Pelabuhan & Pengerukan. diakses pada 1 juli 2013)

(10)

Gambar

Gambar 1. Kedalaman alur dan Kolam Pelabuhan Menurut Bambang Triatmojo (2010), kedalaman air total adalah:
Gambar 2. Model Penampang Alur
Gambar 4. Peta Lokasi Studi yang Jarak Lintasan 86 Mil Laut Menuju Pelabuhan Penyeberangan Kolaka
Gambar 6. Batasan Lokasi Pengerukan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dermaga merupakan suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapat dan menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang dan menaik turunkan penumpang yang

Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapat dan menambatkan kapal yang akan melakukan bongkar muat barang dan menaik-turunkan penumpang yang

Selain itu Pelabuhan juga merupakan daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga di mana kapal dapat

Karena dermaga di Pelabuhan Ajibata diperuntukkan bagi keperluan penyeberangan ferry, untuk melayani kegiatan loading, unloading penumpang dari kapal ke darat dalam kondisi

Perkiraan kedatangan kapal-kapal yang mungkin berlabuh dan bertambat pada terminal Curah Cair dermaga Ujung Baru pelabuhan Belawan berdasarkan data sekunder yang diperoleh asal –

Data pasang surut selama 29 piantan dianalisis dengan metode admiralty dan pengukuran kedalaman kolam pelabuhan ditentukan berdasarkan draft (sarat kapal) kapal maksimum

Pelabuhan ferry di Lembar terdiri dari tiga dermaga, yang melayani rute dari Lemba (Mataram) ke Padang Bai(Bali), jumlah kapal yang beroperasi pada pelabuhan ini sebanyak

Kesimpulan Dari hasil perhitungan dan analisis Perencanaan Struktur Dermaga Pelabuhan Tanjung Gudang Belinyu Kabupaten Bangka, dapat disimpulkan antara lain : 1 Dermaga Pelabuhan