• Tidak ada hasil yang ditemukan

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Analisis Laporan Keuangan

1.1.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Menurut Munawir (2010:35), “Analisis laporan keuangan adalah analisis laporan keuangan yang terdiri dari penelaah atau mempelajari dari pada hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan”. Menurut Harahap (2018:190), pengertian analisis laporan keuangan adalah:

Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya interpretasi atau analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan akan sangat bermanfaat bagi pemakai informasi, untuk mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan suatu perusahaan sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan. Metode atau teknik yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap laporan keuangan yaitu dengan metode analisis laporan keuangan, supaya dapat mengetahui kondisi dari keuangan tersebut.

1.1.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Menurut Harahap (2018:195), “Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk menambah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan”.

Secara lengkap kegunaan analisis laporan ini dapat dikemukakan sebagai berikut : a. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang

terdapat dari laporan keuangan biasa.

b. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan (implicit).

c. Dapat mengetahui hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan maupun kaintannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.

(2)

d. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model- model dan teori-teori yang terdapat dilapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating).

e. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan perkataan lain apa yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga.

f. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.

g. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal.

h. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya.

1.2 Economic Value Added (EVA) 1.2.1 Pengertian Economic Value Added

Metode Economic Value Added (EVA) yang pertama kali dikembangkan oleh Stewart dan Stern yaitu seorang analisis keuangan dari perusahaan Stern Stewart &

Co pada tahun 1989. Metode Economic Value Added (EVA) bertujuan untuk mengukur kinerja investasi perusahaan dan sekaligus memperhatikan kepentingan dan harapan penyandang dana yaitu kreditur dan pemegang saham. Dengan metode Economic Value Added (EVA) akan diperoleh perhitungan ekonomis yang aktual karena Economic Value Added (EVA) dihitung berdasarkan biaya modal rata-rata tertimbang.

Economic Value Added merupakan salah satu metode baru dalam menilai kinerja perusahaan. Nilai tambah ekonomi atau EVA pertama kali diperkenalkan oleh Stewart yang menyatakan bahwa EVA adalah mengukur modal income residual dikurangi biaya modal dari hasil laba operasi dalam bisnis. Definisi serupa dikemukakan oleh Blocher yang menyatakan bahwa nilai tambah ekonomi (EVA) merupakan jenis perhitungan residual income spesifik yang belakangan ini banyak menarik perhatian. Nilai tambah ekonomi (EVA) sama dengan laba operasi setelah pajak dikurangi biaya modal rata-rata tertimbang (setelah pajak) dikalikan dengan total aktiva dikurangi kewajiban lancer. Menurut Rudianto (2013:217), “Economic Value Added (EVA) merupakan alat pengukur kinerja perusahaan, dimana kinerja perusahaan diukur dengan melihat selisih antara tingkat pengembalian modal dan biaya modal, lalu dikalikan dengan modal yang beredar pada awal tahun”. Menurut Kamaluddin (2012:61), “EVA atau nilai tambah ekonomis adalah mengukur kinerja

(3)

manajerial dalam satu tahun tertentu. EVA tidak lain adalah laba operasi setelah pajak dikurangi biaya modal setelah pajak”. Konsep pada EVA disini merupakan alat dalam menilai kinerja perusahaan secara adil yang maksudnya konsep EVA memperhatikan sepenuhnya para penyandang dana dalam hal kepentingan, harapan, dan derajat keadilan, yang diukur dengan mempergunakan ukuran tertimbang (weighted) dan struktur modal awal yang ada. Dalam hal ini EVA tidak mengabaikan adanya penggunaan biaya modal seperti yang terdaftar pada alat ukur akuntansi tradisional seperti ROA, ROE, ROI.

1.2.2 Perhitungan Economic Value Added

Terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan untuk mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan dengan menggunakan metode EVA, yaitu:

1) Menghitung NOPAT (Net Operating Profit After Tax)

NOPAT merupakan salah satu unsur penting dalam perhitungan EVA, NOPAT sendiri merupakan laba yang diperoleh dari operasi perusahaan setelah dikurangi pajak penghasilan. Jadi NOPAT atau biasa disebut laba operasi setelah pajak menggambarkan hasil penciptaan nilai didalam perusahaan. Rumus NOPAT menurut Rudianto (2013:223) adalah sebagai berikut:

2) Menghitung IC (Invested Capital)

Menurut Hefrizal (2018:67), “Invested capital adalah hasil penjabaran perkiraan dalam neraca untuk melihat besarnya modal yang diinvestasikan perusahaan oleh kreditur dan seberapa besar modal yang di investasikan dalam perusahaan”. Rumus invested capital adalah :

3) Menghitung WACC (Weighted Average Cost of Capital)

Menurut Hefrizal (2018:67), “WACC merupakan salah satu komponen penting lainnya dalam EVA. WACC sama dengan jumlah biaya dari setiap komponen modal hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, dan ekuitas pemegang saham ditimbang berdasarkan proporsi

NOPAT = Laba (Rugi) Bersih – Beban Pajak

Invested capital = Total Utang + Ekuitas – Utang Jangka Pendek

(4)

relatifnya dalam struktur modal perusahaan pada nilai pasar”. Rumus untuk menghitung WACC yaitu :

Keterangan:

D : Tingkat Modal Rd : Cost of debt Tax : Tingkat Pajak

E : Tingkat Modal dari Ekuitas Re : Cost of equity

Perhitungan WACC perusahaan harus mengetahui tingkat modal, cost of debt, tingkat modal dari ekuitas, cost of equity, dan tingkat pajak terlebih dahulu. Rumus untuk menghitungnya menurut Margaretha (2007: 153) yaitu sebagai berikut:

Tingkat Modal (D) = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑼𝒕𝒂𝒏𝒈

𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑼𝒕𝒂𝒏𝒈+𝑬𝒌𝒖𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒙 𝟏𝟎𝟎%

Cost of Debt (rd) = 𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏 𝑩𝒖𝒏𝒈𝒂

𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑼𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒙 𝟏𝟎𝟎%

Tingkat Pajak (Tax) = 𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏 𝑷𝒂𝒋𝒂𝒌

𝑳𝒂𝒃𝒂 𝑺𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝑷𝒂𝒋𝒂𝒌 𝒙 𝟏𝟎𝟎%

Tingkat Modal dari Ekuitas (E) = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑬𝒌𝒖𝒊𝒕𝒂𝒔

𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑼𝒕𝒂𝒏𝒈+𝑬𝒌𝒖𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒙 𝟏𝟎𝟎%

Cost of Equity (re) = 𝑳𝒂𝒃𝒂 𝑩𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉 𝑺𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝑷𝒂𝒋𝒂𝒌

𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑬𝒌𝒖𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒙 𝟏𝟎𝟎%

4) Menghitung Capital Charges

Capital charges merupakan aliran kas yang dibutuhkan untuk mengganti para investor atas risiko usaha dari modal yang diinvestasikan (Kaunang, 2013: 653). Rumus dari Capital Charges adalah:

5) Menghitung EVA

Sebagai pengukur kinerja perusahaan, EVA secara langsung menunjukkan seberapa besar perusahaan telah menciptakan modal bagi pemlilik modal. Menurut Rudianto (2013:218) rumus Economic Value Added yaitu :

WACC = {D x rd (1-tax)} + (E x re)

Capital Charges = Invested Capital x WACC

EVA = NOPAT – Capital Charges

(5)

1.2.3 Pengukuran Economic Value Added (EVA)

Menurut Rudianto (2013: 222) kriteria yang digunakan dalam menganalisis kinerja perusahaan dengan metode EVA adalah :

1) Jika EVA > 0 maka ada pertambahan nilai, kinerja keuangan perusahaan dapat dikatakan baik.

2) Jika EVA = 0 adalah titik impas perusahaan, kinerja perusahaan dapat dikatakan sedang atau netral.

3) Jika EVA < 0 maka tidak ada pertambahan nilai, kinerja keuangan perusahaan tersebut dikatakan tidak baik.

Menurut Rudianto (2013: 222) terdapat 3 cara yang dapat ditempuh perusahaan untuk meningkatkan EVA dari tahun ke tahun, yaitu:

a) Meningkatkan keuntungan tanpa menggunakan modal.

Dengan menggunakan modal yang ada, manajemen harus terus berupaya meningkatkan laba usaha yang diperoleh.

b) Merestrukturisasi pendanaan perusahaan yang dapat meminimkan biaya modalnya.

Manajemen perusahaan harus mempertahankan laba usaha yang telah diperoleh dengan berusaha mengurangi jumlah modal yang digunakan atau mencari komposisi modal yang memberikan biaya modal yang lebih rendah.

c) Menginvestasikan modal pada proyek-proyek dengan return yang tinggi.

Manajemen harus memilih diantara sejumlah alternatif investasi yang ada, yaitu investasi yang dapat memberikan tingkat pengembalian yang paling tinggi.

1.2.4 Tujuan dan Manfaat EVA

Menurut Abdullah (2003:142) tujuan dan manfaat penerapan metode EVA sebagai berikut:

a. Tujuan Penerapan EVA

Dengan perhitungan EVA diharapkan akan mendapatkan hasil perhitungan nilai ekonomis perusahaan lebih realistis. Hal ini disebabkan oleh dihitung berdasarkan perhitungan biaya modal (cost of capital) yang menggunakan nilai pasar berdasarkan kreditur terutama pemegang saham dan bukan menggunakan nilai buku yang bersifat historis.

Perhitungan EVA juga diharapkan mendukung penyajian laporan keuangan yang akan mempermudah pengguna laporan keuangan seperti kreditur, investor, karyawan, pemerintah, pelanggan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan lainnya.

b. Manfaat Penerapan EVA

Manfaat yang diperoleh dalam penerapan dalam model EVA bagi suatu perusahaan adalah :

1) Penerapan model EVA sangat bermanfaat sebagai alat ukur kinerja perusahaan dimana fokus penilaian kinerja adalah penciptaan nilai (value creation).

(6)

2) Penilaian kinerja keuangan dengan menerapkan model EVA menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA para manajer akan bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang dapat memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimalkan.

3) EVA mendorong perusahaan untuk lebih memperhatikan struktur modalnya.

4) EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi proyek atau kegiatan yang memberikan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari biaya modalnya.

1.2.5 Keunggulan EVA

Menurut Rudianto (2013:224) keunggulan EVA dibandingkan dengan kinerja keuangan lainnya adalah:

1) EVA dapat menyelaraskan tujuan manajemen dan kepentingan pemegang saham dimana EVA digunakan sebagai ukuran operasi dari manajemen yang mencerminkan keberhasilan perusahaan dalam menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham atau investor.

2) EVA memberikan pedoman bagi manajemen untuk mengingatkan laba operasi tanpa tambahan dana atau modal, mengeskpor pemberian pinjaman (piutang) dan menginvestasikan dana yang memberikan imbalan tinggi.

3) EVA merupakan sistem manajemen keuangan yang dapat memecahkan semua masalah bisnis, mulai dari strategi dan pergerakannya sampai keputusan operasi sehari-hari.

1.2.6 Kelemahan EVA

Menurut Gendro Wiyono dan Hadri (2017:20) EVA juga mempunyai kelemahan, yaitu:

1) Economic Value Added (EVA) hanya mengukur hasil akhir, konsep ini tidak mengukur aktivitas-akivitas penentu seperti loyalitas dan tingkat retensi konsumen.

2) Economic Value Added (EVA) ini terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu, padahal faktor-faktor lain terkadang justru lebih dominan.

3) Economic Value Added (EVA) sangat tergantung pada internal dalam perhitungannya.

1.2.7 Perbedaan metode EVA dan metode Rasio

Penilaian kinerja keuangan dapat dilakukan dengan beberapa metode, yang paling umum dilakukan adalah penilaian kinerja keuangan dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Dengan melakukan analisis rasio keuangan dapat diketahui

(7)

bagaimana kinerja perusahaan dalam menjaga likuiditasnya, efisiensi dan efektivitas penggunaan aktiva, pengelolaan sumber pendanaannya dan tentu saja kemampuan menghasilkan laba. Tetapi, apakah menghasilkan laba yang tinggi berarti meningkatkan nilai perusahaan atau memberi nilai tambah bagi perusahaan?

Ternyata, laba yang tinggi belum tentu memberi nilai tambah bagi perusahaan, karena laba tersebut tidak mempertimbangkan berapa besar biaya modal yang digunakan untuk menghasilkannya. Selain itu metode ini juga biasanya hanya menilai kinerja untuk sebuah perusahaan secara keseluruhan untuk suatu periode tertentu. Akan menjadi sulit untuk diterapkan dalam menilai kinerja per divisi atau bagian perusahaan. Oleh sebab itu diperlukan metode lain yang bisa menjelaskan kinerja perusahaan dengan mencakup kedua hal tersebut. Economic Value Added (EVA) merupakan suatu cara melakukan penilaian kinerja dengan mempertimbangkan biaya modal yang dipergunakan dalam menciptakan laba, sehingga dengan metode ini dapat diketahui apakah proses yang terjadi dalam perusahaan selama satu periode tertentu memberi nilai tambah bagi perusahaan yang berarti meningkatkan nilai perusahaan. Dengan menggunakan EVA kita bisa melihat nilai tambah yang diperoleh perusahaan, dimana nilai tambah ini tentu penting bagi investor/pemegang saham karena dengan adanya nilai tambah atau EVA positif berarti kekayaan atau kesejahteraan mereka meningkat dan begitu juga sebaliknya.

1.3 Kinerja Keuangan

1.3.1 Pengertian Kinerja Keuangan

Trianto (2017:2) mengemukakan bahwa, “Kinerja keuangan merupakan gambaran dari pencapaian keberhasilan perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan”. Dapat dijelaskan bahwa kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Menurut Fahmi Irham (2014:2),

“Kinerja keuangan merupakan suatu analisis guna mengetahui perusahaan dalam menerapkan aturan-aturan pelaksanaan keuangan dengan baik dan benar”. Menurut Sanjaya Surya (2018:282), “Kinerja keuangan adalah tingkat kesuksesan yang

(8)

dicapai oleh perusahaan sehingga memperoleh hasil pengelolaan keuangan yang baik”.

Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan di atas maka kinerja keuangan merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk mengetahui perusahaan dalam menerapkan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar sehingga memperoleh hasil pengelolaan keuangan yang baik. Kinerja keuangan yang baik akan membuat investor menjadi tertarik untuk menanamkan modal saham pada perusahaan.

1.3.2 Manfaat Kinerja Keuangan

Menurut Mulyadi (2008:112) manfaat kinerja keuangan adalah :

a. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum.

b. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan.

c. Mengidentifikasi kebutuhan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

d. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai atasan mereka menilai kinerja mereka.

e. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

1.3.3 Hubungan Kinerja Keuangan dengan Metode EVA

Nilai bagi sebuah perusahaan dapat dilihat dari sejauh apa perusahaan dapat menyampaikan nilai dari produk yang dihasilkan ke pelanggan. Hubungan kinerja keuangan dengan Economic Value Added (EVA), seperti yang diungkapkan dalam penelitian yang dilakukan Faitullah (2008) menyatakan bahwa, “Kondisi EVA yang positif mencerminkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari pada tingkat biaya modal. EVA yang positif menunjukkan kemampuan manajemen dalam menciptakan peningkatan nilai kekayaan perusahaan/pemilik modal, dan sebaliknya”. Untuk mengukur nilai yang didapat oleh perusahaan, maka perlu dilakukan pengukuran kinerja keuangan dengan metode Economic Value Added (EVA) yang relevan dalam mengukur kinerja yang berdasarkan pada nilai (value).

Karena metode Economic Value Added (EVA) adalah ukuran nilai tambah ekonomis yang dihasilkan oleh perusahaan sebagai sistem pengukuran kinerja keuangan yang mempertimbangkan aspek-aspek yang terkait secara lebih mendalam. Pengukuran tersebut dapat dijadikan dasar bagi manajemen perusahaan dalam pengelolaan modalnya, rencana pembiayaan, wahana komunikasi dengan

(9)

pemegang saham serta dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan insentif bagi karyawan. Dengan Economic Value Added (EVA) sebagai alat pengukur kinerja perusahaan, majamemen keuangan dituntut untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan memaksimumkan modal.

Berdasarkan pendapat di atas maka hubungan kinerja keuangan dengan Economic Value Added (EVA) adalah sebagai alat ukur nilai yang didapat oleh perusahaan, maka perlu dilakukan pengukuran kinerja keuangan dengan metode Economic Value Added (EVA) yang relevan dalam mengukur kinerja yang berdasarkan pada nilai (value). Tujuan dari pengukuran tersebut agar bisa memberi masukan kepada manajer perusahaan atau investor dalam menentukan kebijakan perusahaan.

1.4 Earning Per Share (EPS)

Menurut Kasmir (2010:207), “Earning Per Share (EPS) atau disebut juga rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham”. Keuntungan bagi pemegang saham adalah jumlah keuntungan setelah dipotong pajak. Keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham biasa adalah jumlah keuntungan dikurangi pajak, dividen, dan dikurangi hak-hak lain untuk pemegang saham prioritas. Menurut Hery (2016:169),

“Laba per lembar saham (Earning Per Share) merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen perusahaan dalam memberikan keuntungan bagi pemegang saham biasa. Rasio ini menunjukkan keterkaitan antara jumlah laba bersih dengan bagian kepemilikan pemegang saham dalam perusahaan investasi”.

EPS merupakan angka yang diperoleh dengan cara membagi keuntungan yang diperoleh emiten (dalam hal ini keuntungan yang dimaksud adalah keuntungan setelah dipotong pajak, tetapi sebelum dibayarkan dividen) dengan jumlah saham yang beredar. Sebagai contoh, suatu emiten melaporkan bahwa keuntungan setelah pajak Rp 20 Milyar, jika saham yang beredar 100 juta lembar, maka EPS = Rp 500.

Menurut Tandeilin (2010:374) rumus dari EPS adalah sebagai berikut:

EPS = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

Biasanya angka atau nilai EPS menjadi ketertarikan sendiri bagi para investor. Pada prinsipnya apabila harga saham pada perusahaan tersebut meningkat

(10)

maka return saham yang akan dibagikan kepada para pemegang saham pasti juga akan meningkat. Return sahamnya juga akan mengalami kenaikan. Pendapatan per saham perusahaan biasanya menjadi perhatian pemegang saham pada umumnya atau calon pemegang saham dan manajemen.

Menurut Heze dalam situsnya https://www.sahamgain.com/2016/09/makna- dan-fungsi-rasio-earning-per-share/, faktor-faktor penyebab kenaikan EPS yaitu sebagai berikut:

a. Laba bersih meningkat, jumlah saham beredar tetap

b. Laba bersih meningkat, jumlah saham beredar turun/berkurang.

c. Laba bersih meningkat, jumlah saham beredar meningkat, tetapi perusahaan tetap mampu mencetak kenaikan laba bersih yang naik secara signifikan.

Sedangkan faktor-faktor penyebab penurunan EPS yaitu sebagai berikut:

a. Laba bersih turun, jumlah saham yang beredar tetap.

b. Laba bersih turun, jumlah saham yang beredar naik/bertambah.

c. Laba bersih meningkat, jumlah saham yang beredar meningkat signifikan, sehingga membuat nilai rasio EPS turun.

Referensi

Dokumen terkait

memberikan dukungan kepada Pemerintah Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dalam membangun sistem jaringan dan pelayanan transportasi secara terpadu (darat, laut, dan

Berikut ini adalah pokok-pokok kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan Laporan Keuangan BLU Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari, yang sesuai dengan Pernyataan

Namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Nadhiroh (2008) dan Praditaningrum (2011) juga menyatakan bahwa variabel kompleksitas tugas tidak berpengaruh secara signifikan

Hasil data aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar/modul terintegrasi nilai-nilai keislaman selama dua pertemuan diperoleh hasil bahwa waktu yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan perbandingan Biaya Operasional dengan Pendapatan

Setelah menganalisis data objek penelitian, tema besar yang penulis angkat mengenai fenomena perokok di kalangan remaja SMP dalam film ini adalah “perokok

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penerapan model pem-belajaran tutor teman sejawat berbasis internet terbukti efektif dalam meningkatkan aktivitas belajar

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa hasil uji beda rata-rata pretest sebesar 0,860&lt;1,996 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan nilai hasil belajar