• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENANDA WAKTU DALAM BAHASA SUNDA DI KECAMATAN KASOMALANG,KABUPATEN SUBANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENANDA WAKTU DALAM BAHASA SUNDA DI KECAMATAN KASOMALANG,KABUPATEN SUBANG."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

PENANDA WAKTU DALAM BAHASA SUNDA

DI KECAMATAN KASOMALANG, KABUPATEN SUBANG

(KAJIAN ETNOLINGUISTIS)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra

Jurusan Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia

oleh

Aprilia Marantika Dewi 0902421

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

LEMBAR HAK CIPTA

PENANDA WAKTU DALAM BAHASA SUNDA

DI KECAMATAN KASOMALANG, KABUPATEN SUBANG

(KAJIAN ETNOLINGUISTIS)

oleh

Aprilia Marantika Dewi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Aprilia Marantika Dewi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

(3)

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

PENANDA WAKTU DALAM BAHASA SUNDA

DI KECAMATAN KASOMALANG, KABUPATEN SUBANG

(KAJIAN ETNOLINGUISTIS)

oleh

Aprilia Marantika Dewi

NIM 0902421

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I,

Dr. Hj. Nunny Sulistiany Idris, M.Pd.

NIP 196707151991032001

Pembimbing II,

Mahmud Fasya, S.Pd., M.A.

NIP 197712092005011001

Diketahui oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Indonesia,

Dr. Dadang S. Anshori, S.Pd., M. Si.

(4)

iv Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

LEKSIKON PENANDA WAKTU DALAM BAHASA SUNDA DI KECAMATAN KASOMALANG, KABUPATEN SUBANG

(Kajian Etnolinguistis)

Aprilia Marantika Dewi 0902421

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pengetahuan masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, terhadap nama-nama leksikon penanda waktu. Leksikon penanda waktu menyimpan kekayaan budaya yang mencerminkan kearifan lokal masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang. Adapun permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah (1) klasifikasi dan deskripsi, (2) cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan manusia, (3) cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan alam, serta (4) cerminan dimensi hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan teoretis etnolinguistik dan pendekatan metodologis kualitatif, serta model etnografi komunikasi. Sumber data dalam penelitian ini difokuskan kepada masyarakat yang menggunakan leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi partisipan, teknik simak libat cakap, serta teknik rekam dan pancing. Teknik analisis data dimulai dengan mengumpulkan data, melakukan transkripsi diikuti dengan terjemahan, melakukan analisis berdasarkan klasifikasi dan deskripsi, serta menganalisis cerminan budaya dari leksikon penanda waktu. Selanjutnya, menganalisis cerminan dimensi hubungan antara manusia dan manusia, cerminan dimensi hubungan antara manusia dan alam, serta cerminan dimensi hubungan antara manusia dan Tuhan.

(5)

iv Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Sign Time Lexicon In Sundanese in the Kec. Kasomalang, Kab. Subang

(Etnolinguistics Study)

Aprilia Marantika Dewi 0902421

This research is motivated by the knowledge of the Sundanese people, in Kec. Kasomalang, Kab. Subang, the names of the sign time lexicon. Sign time save cultural assets which reflections the local wisdom Sundanese people, in Kec. Kasomalang, Kab. Subang. The main problems in this study is (1) classification and description, (2) reflection dimension of the relationship horizontal between human beings (3) reflection dimension of the relationship horizontal between human beings and nature, (4) reflection dimension the relationship horizontal between human beings and god.

The study employs the etnolinguistics theory approach qualitative methodology approach, and the model of etnography communication. The resources in this research are focused on the society who use sign time lexicon in sundanese in Kec. Kasomalang, Kab. Subang. Techniques of data analysing begins with collecting data, performing transcription followed by translation, analysing based on the classification and description, and analyzing the reflection of culture sign time lexicon. Furthermore, analyzing the reflection the relationship dimension between human beings, reflection the relationship dimension between human beings and nature, as well as a reflection the relationship dimension between human beings and God.

(6)

v Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR BAGAN ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Masalah ... 5

1. Pengidentifikasian Masalah ... 6

2. Pembatasan Masalah ... 6

3. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi Penulisan ... 8

BAB II PENELITIAN TERDAHULU, ETNOLINGUISTIK, DAN PENANDA WAKTU DALAM BAHASA SUNDA ... 10

A. Penelitian terdahulu ... 10

B. Landasan Teoretis ... 12

1. Bentuk Lingual ... 12

a. Kata dan Penggolongan Kata ... 14

b. Frasa dan Penggolongan Frasa ... 15

2. Leksikon ... 19

3. Etnolinguistik ... 20

a. Pengertian Etnolinguistik ... 21

(7)

vi Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

4. Pandangan Hidup Orang Sunda... 26

5. Penanda Waktu ... 30

C. Anggapan Dasar ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian ... 33

B. Desain Penelitian ... 34

C. Metode Penelitian... 35

D. Definisi Operasional... 36

E. Instrumen Penelitian... 36

F. Teknik Pengumpulan Data ... 37

1. Observasi Partisipan ... 38

2. Teknik Simak Libat Cakap ... 38

3. Teknik Rekam dan Pancing ... 38

G. Metode Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Gambaran Umum Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang ... 42

B. Hasil Penelitian ... 43

1.Klasifikasi dan Deskripsi Leksikon Penanda Waktu di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang ... 43

1) Leksikon Penanda Waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, Berdasarkan Fungsi Leksikon ... 44

2) Leksikon Penanda Waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, Berdasarkan Fungsi Leksikon ... 84

(8)

vi Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

3.Cerminan Dimensi Hubungan Horizontal antara Manusia

dan Alam dari Leksikon Penanda Waktu ... 98

4. Cerminan Dimensi Hubungan Vertikal antara Manusia dan Tuhan dari Leksikon Penanda Waktu ... 112

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 116

4.Klasifikasi dan Deskripsi Leksikon Penanda Waktu... 117

3) Klasifikasi Berdasarkan Bentuk Lingual ... 117

4) Klasifikasi Berdasarkan Fungsi Leksikon ... 119

5.Cerminan Budaya dari Leksikon Penanda Waktu dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang ... 122

a. Cerminan Dimensi Hubungan Horizontal antara Manusia dan Manusia ... 122

b. Cerminan Dimensi Hubungan Horizontal antara Manusia dan Alam ... 123

c. Cerminan Dimensi Hubungan Horizontal antara Manusia dan Tuhan ... 125

BAB V PENUTUP ... 127

A. Simpulan ... 127

B. Saran ... 128

DAFTAR PUSTAKA ... 135

LAMPIRAN KARTU DATA ... 138

(9)

1 Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bagian ini diuraikan (1) latar belakang, (2) masalah, (3) tujuan

penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) struktur organisasi penulisan. Adapun

uraiannya sebagai berikut.

A.Latar Belakang

Bahasa adalah alat komunikasi yang sistematik yang dimiliki manusia.

Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan subsistem dari kebudayaan.

Kebudayaan menjadi latar suatu bahasa (Sibarani, 2004: 76). Pandangan tersebut

bermakna bahwa bahasa tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan karena dari

bahasa itu sendiri akan muncul leksikon yang bermuatan nilai-nilai budaya.

Leksikon dapat mencerminkan kebudayaan masyarakat penuturnya yang meliputi

cara hidup dan cara berpikir mengenai alam sekelilingnya. Menurut Kridalaksana

(2001: 127), leksikon merupakan komponen bahasa yang memuat semua

informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa. Sejatinya leksikon

penanda waktu merupakan sejumlah kosakata yang digunakan untuk

mengungkapkan konsep waktu dalam suatu bahasa.

Setiap kelompok masyarakat mempunyai cara tersendiri dalam

mengklasifikasikan kehidupan, termasuk dalam membagi waktu. Salah satu dari

kecenderungan tersebut terwujud pada masyarakat di Kecamatan Kasomalang,

Kabupaten Subang. Masyarakat di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang,

sejak dulu sudah mengenal penanda waktu. Leksikon penanda waktu menyimpan

kekayaan budaya yang mencerminkan kearifan lokal masyarakat Sunda di

Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang. Leksikon tersebut

menginformasikan pengetahuan masyarakat yang selalu telaten mengamati segala

(10)

2

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Sebagai contoh, leksikon penanda waktu yang terdapat di Kecamatan

Kasomalang, Kabupaten Subang, adalah tunggang gunung ‘tunggang gunung’,

sariak layung ‘riak-riak lembayung’, isuk-isuk ‘pagi-pagi’, rebun-rebun ‘ embun-embun’, haneut moyan ‘hangat berjemur’, indung peuting ‘ibu malam’ disada tonggérét ‘berbunyi serangga’, dan janari ‘dini hari’. Menurut Lindawati (1998: 61), ada dua istilah teknis yang bisa muncul tentang kata waktu, yaitu penunjuk

waktu dan satuan waktu.

Penunjuk waktu adalah (kata, frasa, dan klausa) yang digunakan untuk

menunjukkan saat tertentu dalam melakukan sesuatu (Lindawati, 1998: 61).

Adapun contohnya terdapat dalam kalimat berikut:

Asep buru goyang, enges sareupna! ‘Asep cepat pulang, sudah mulai gelap!’

Pada kalimat di atas digunakan leksikon penunjuk waktu, yaitu leksikon

goyang dan sareupna. Masyarakat di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, menyatakan leksikon goyangyang berarti ‘pulang’, yaitu penunjuk waktu untuk cepat pulang. Leksikon goyang ‘pulang’ digunakan ketika seseorang mengajak pulang kepada orang lain yang sedang berada di sawah atau di ladang.

Akan tetapi, leksikon tersebut tidak dipergunakan ketika seseorang mengajak

pulang kepada orang lain yang berada di perkampungan. Leksikon goyang ‘pulang’ merupakansalah satu temuan leksikon penunjuk waktu yang terdapat di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang. Leksikon tersebut tidak ditemukan

di kecamatan lain atau masyarakat Sunda pada umunya. Sementara itu, leksikon

sareupna ‘mulai gelap’ merupakan leksikon penunjuk waktu saat langit mulai gelap karena matahari terbenam yang bertepatan dengan saatnya salat magrib

(kira-kira pukul 18.10). Leksikon sareupna ‘mulai gelap’ menyiratkan keunikan orang Sunda dalam menyatakan waktu karena leksikon tersebut berkaitan dengan

cara pandang orang Sunda terhadap lingkungannya. Artinya, orang Sunda tidak

mungkin menggunakan leksikon tersebut kalau mereka tidak pernah secara telaten

(11)

3

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Adapun satuan waktu yang mengandung pengertian dasar untuk mengukur

waktu di antaranya adalah pagi dan malam (Lindawati, 1998: 61). Leksikon

satuan waktu yang terdapat di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang,

adalah saabad ‘satu abad’, sabulan ‘satu bulan’, saminggu ‘satu minggu’, sapeuting ‘satu malam’, saumur jagong ‘berusia seumur jagung’, sawindu ‘satu windu’, dan tujuh bulan ‘tujuh bulan’. Satuan waktu yang digunakan sekarang ini lebih dominan pada penghitungan jam, hari, minggu, dan tahun.

Leksikon penanda waktu di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang,

dapat memberikan gambaran tentang pandangan kolektif masyarakat adat Sunda

terhadap dunianya. Wierzbicka (1997: 4) mengemukakan bahwa kata

mencerminkan dan menceritakan karakteristik cara hidup dan cara berpikir

penuturnya, serta dapat memberikan petunjuk yang sangat bernilai dalam upaya

memahami budaya penuturnya. Begitu pula apa yang terjadi pada masyarakat di

Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang. Dalam kehidupannya mereka

memiliki dimensi hubungan secara vertikal dan horizontal. Hubungan secara

vertikal adalah hubungan yang sangat erat antara manusia dan Tuhan. Sementara

itu, hubungan secara horizontal adalah hubungan manusia dan manusia serta

manusia dan alam.

Kedudukan Tuhan yang berada pada peringkat paling tinggi dari semua

manusia yang berada di dunia, termasuk raja harus berbakti pada Tuhan

(Warnaen, dkk., 1987:190). Artinya, Tuhan merupakan Zat yang harus diberi

pembaktian atau pengabdian oleh semua manusia. Tuhan merupakan pegangan

hidup yang diyakini masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten

Subang. Orang Sunda memandang Tuhan sebagai suatu kekuasaan tunggal,

takwa, percaya, dan kelak pada saatnya akan kembali, seperti diungkapkan mulih

ka jati mulang ka asal’ meninggal, berasal dari Tuhan dan kembali kepada Tuhan’

(Garna, 2008: 188). Hubungan manusia dengan Tuhan tergambar dalam leksikon

(12)

4

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

bertepatan dengan saatnya salat magrib, sekitar pukul 18.00. Leksikon tersebut

menggambarkan konsep harmoni antara manusia dan Tuhan. Leksikon tersebut

menunjukkan bagaimana orang Sunda menjaga harmoni dengan Tuhan yang

tergambar dalam pelaksanaan waktu ibadah salat dalam agama Islam.

Adapun cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan manusia

digambarkan dengan tingkah laku dan budi bahasanya karena orang Sunda

dituntut kudu hadé gogog, hadé tagog ‘harus baik budi bahasanya dan tingkah

laku’ dan nyaur kudu di ukur, nyabda kudu diunggang ‘selalu mengendalikan diri dalam berkata’ (Garna, 2008: 186). Hubungan manusia dan sesama manusia itu harus dilandasi oleh sikap silih asah, silih asih, dan silih asuh sehingga tercipta suasana kehidupan masyarakat yang diwarnai ketenteraman, kerukunan,

kedamaian, dan kekeluargaan. Hubungan manusia dengan manusia tergambar

dalam leksikon penanda waktu. Sebagai contoh, adanya leksikon sareureuh budak ‘saatnya anak-anak beristirahat’ kira-kira pukul 21.00 dan sareureuh kolot ‘saatnya orang tua beristirahat’ kira-kira pukul 22.00 menggambarkan hubungan antara manusia dan manusia dalam memandang pentingnya menjaga keselarasan

waktu istirahat.

Cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan alam

menggambarkan salah satu sisi dari lingkungan yang sangat penting. Alam dapat

memberikan kemanfaatan bagi proses kehidupan manusia. Orang Sunda memiliki

pandangan bahwa alam dapat diatur sebagaimana mereka telah mempelajarinya

untuk memanfaatkan alam itu dalam bentuk-bentuk atau situasi-situasi tertentu

(Warnaen, 1987: 178). Hubungan manusia dan alam tergambar dalam leksikon

penanda waktu. Sebagai contoh, adanya leksikon sariak layung ‘riak-riak

lembayung’, yaitu saatnya muncul riak-riak lembayung sekitar pukul 17.30, menggambarkan harmoni antara manusia dan alam yang menunjukkan bahwa

orang Sunda memerhatikan perubahan alam.

Merujuk pada uraian di atas, dapat dikatakan bahwa penanda waktu dalam

(13)

5

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Kabupaten Subang. Pernyataan tersebut diperkuat oleh hasil wawancara awal

dengan responden. Artinya, masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang,

Kabupaten Subang, masih menggunakan leksikon penanda waktu yang

menyiratkan keunikan dan cara pandang orang Sunda terhadap lingkungannya.

Kajian tentang leksikon yang menyatakan waktu telah dilakukan oleh

beberapa peneliti. Lindawati (1998) melakukan penelitian tentang penanda waktu

dalam bahasa Minangkabau. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa kata

waktu itu muncul dari istilah teknis, yaitu penunjuk waktu, satuan waktu, dan

komitmen seseorang terhadap waktu. Sementara itu, Rijal, dkk. (2004) meneliti

penanda waktu dalam bahasa Massenrempulu dialek Duri. Pada penelitian

tersebut diungkapkan bentuk-bentuk pernyataan waktu dalam dialek Duri dan

pernyataan waktu yang menghubungkan waktu situasi yang ditujukan dengan

waktu-waktu yang lain. Selanjutnya, tulisan Adri, dkk. (2008) meneliti penanda

waktu dalam bahasa Toraja. Pada penelitian tersebut diungkapkan bentuk-bentuk

leksikon penanda waktu dalam bahasa Toraja, kekhasan titik labuh atau jangkauan

ungkapkan waktu yang diungkapkan secara leksikal, dan makna yang terkandung

oleh leksikon penanda waktu dalam bahasa Toraja. Adapun tulisan Fasya (2011)

tentang leksikon waktu harian dalam bahasa Sunda menjelaskan klasifikasi dan

deskripsi leksikon waktu harian dalam bahasa Sunda, fungsi leksikon harian bagi

masyarakat penuturnya, dan cerminan gejala budaya yang muncul berdasarkan

leksikon waktu harian yang digunakan.

Berpijak dari penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini berbeda

dengan penelitian terdahulu. Penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan

Kasomalang, Kabupaten Subang, kini terancam keberadaannya. Leksikon

penanda waktu dalam bahasa Sunda kini jarang ditemukan di Kecamatan

Kasomalang, Kabupaten Subang. Dengan begitu, khazanah pengetahuan dan

kearifan lokal yang terkandung di dalamnya akan hilang. Bisa jadi sepuluh atau

dua puluh tahun lagi, orang tak mengenal penanda waktu dalam bahasa Sunda.

(14)

6

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang ini, memiliki kedudukan yang sangat

penting dalam kaitannya dengan upaya menjajaki kekhasan budaya orang Sunda

sehingga menjadi cerminan bagaimana kebudayaan menjadi ciri atau identitas dari

masyarakat tersebut.

B.Masalah

Dalam bagian ini akan diuraikan masalah yang menjadi fokus penelitian.

Adapun uraiannya meliputi (1) identifikasi masalah, (2) batasan masalah, dan (3)

rumusan masalah.

1. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Penanda waktu merupakan manifestasi kebudayaan Indonesia yang harus

dilestarikan. Pada kenyataannya seiring berjalannya waktu dan berubahnya

tradisi kehidupan masyarakat, leksikon pananda waktu dalam bahasa Sunda

kini jarang digunakan lagi. Artinya, jika tidak ada upaya pelestarian,

kebudayaan lisan ini perlahan akan bergeser oleh zaman. Oleh karena itu, perlu

adanya penelitian dengan objek penanda waktu dalam bahasa Sunda sebagai

salah satu upaya pelestarian budaya.

2) Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, eksistensi

leksikon yang menyatakan konsep waktu dalam bahasa Sunda terancam

mengalami kepunahan.

3) Seiring dengan perkembangan zaman, generasi yang mengetahui leksikon

penanda waktu dalam bahasa Sunda semakin berkurang.

2. Batasan Masalah

Peneliti merasa perlu untuk memberikan batasan terhadap masalah yang

diteliti ini agar masalah tersebut lebih terarah dan terhindar dari penyimpangan.

(15)

7

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1) Penelitian ini difokuskan pada leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda di

Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang.

2) Penelitian ini difokuskan pada leksikon penanda waktu yang terdiri atas

penunjuk waktu dan satuan waktu di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten

Subang.

3) Data yang ditemukan dikaji berdasarkan aspek bahasa dan budaya.

4) Kajian yang digunakan adalah kajian etnolinguistik.

3. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini dirumuskan masalah-masalah yang dianalisis pada

bagian pembahasan. Rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut.

1) Bagaimana klasifikasi dan deskripsi leksikon penanda waktu yang digunakan

oleh masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang?

2) Bagaimana cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan

manusia dari leksikon penanda waktu yang digunakan oleh masyarakat Sunda

di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang?

3) Bagaimana cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan alam

dari leksikon penanda waktu yang digunakan oleh masyarakat Sunda di

Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang?

4) Bagaimana cerminan dimensi hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan

dari leksikon penanda waktu yang digunakan oleh masyarakat Sunda di

Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang?

C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan

menjelaskan hal-hal sebagai berikut:

1) klasifikasi dan deskripsi leksikon penanda waktu yang digunakan oleh

(16)

8

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2) cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan manusia dari

leksikon penanda waktu yang digunakan oleh masyarakat Sunda di Kecamatan

Kasomalang, Kabupaten Subang;

3) cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan alam dari leksikon

penanda waktu yang digunakan oleh masyarakat Sunda di Kecamatan

Kasomalang, Kabupaten Subang;

4) cerminan dimensi hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan dari leksikon

penanda waktu yang digunakan oleh masyarakat Sunda di Kecamatan

Kasomalang, Kabupaten Subang.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat, baik

manfaat teoretis maupun praktis.

1) Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar atau

referensi untuk melakukan penelitian sejenis atau penelitian selanjutnya di

bidang ilmu linguistik khususnya cabang etnolinguistik.

2) Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

a) menambah kosakata pada kamus bahasa Indonesia;

b) menjadi salah satu upaya pelestarian bahasa dan budaya yang dimiliki oleh

masyarakat Sunda;

c) membantu usaha penyelamatan bahasa Sunda dan sebagai pendukung

pembinaan dan pengembangan bahasa daerah khususnya dan

pengembangan ilmu kebahasaan pada umumnya.

E.Stuktur Organisasi Penulisan

Penelitian ini akan dilaporkan dalam bentuk skripsi yang terdiri atas lima

bab. Untuk memudahkan penyajiannya, struktur organisasi penulisan ini disusun

(17)

9

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan. Berikut ini adalah uraian struktur

organisasi penulisannya.

Bab pertama memuat pendahuluan yang membahas latar belakang

masalahan penelitian yang mencakup identifikasi masalah, batasan masalah,

rumusan masalah. Pembahasan dilanjutkan dengan tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Pada bab kedua dipaparkan kajian

pustaka dan kerangka teori yang mencakup teori-teori yang digunakan untuk

membedah permasalahan yang ada. Adapun pada bab ketiga dijelaskan metode

penelitian yang meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode

penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data,

dan teknik analisis data.

Pada bab keempat dibahas klasifikasi dan deskripsi pada leksikon

penunjuk waktu dan satuan waktu, cerminan dimensi hubungan vertikal antara

manusia dan Tuhan, cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan

manusia, serta cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan alam

yang terkandung dalam leksikon penanda waktu. Sementara itu, pada bab kelima

(18)

33 Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bagian ini diuraikan (1) lokasi dan subjek penelitian, (2) desain

penelitian, (3) metode penelitian, (4) definisi operasional, (5) instrumen

penelitian, (6) teknik pengumpulan data, dan (7) teknik analisis data. Adapun

uraiannya sebagai berikut.

A.Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lingkungan masyarakat Kecamatan

Kasomalang, Kabupaten Subang. Masyarakat Sunda di kecamatan tersebut masih

menggunakan leksikon penanda waktu. Lokasi penelitian diambil dari beberapa

desa yang masih banyak menuturkan leksikon-leksikon penanda waktu dalam

bahasa Sunda. Lokasi-lokasi penelitian ini sengaja dipilih karena di desa tersebut

masih menuturkan leksikon-leksikon penanda waktu secara konsisten. Dengan

demikian, mempelajari budaya dari bahasa penuturnya lebih mudah mengingat

masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, masih

menuturkan leksikon penanda waktu sampai sekarang.

Subjek penelitian ini difokuskan kepada masyarakat Sunda di Kecamatan

Kasomalang, Kabupaten Subang. Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah berbagai macam leksikon penanda waktu dalam peristiwa tutur bahasa

Sunda yang dilakukan oleh responden utama, yaitu responden yang mengetahui

leksikon-leksikon penanda waktu di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang.

Data utama penelitian ini diambil dari tuturan lisan yang menggunakan bahasa

Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang. Data penanda waktu yang

diperoleh dari lapangan berupa rekaman tuturan lisan. Data tersebut dianalisis

guna memperoleh klasifikasi, deskripsi dan cerminan dimensi masyarakat Sunda

(19)

34

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

B.Desain Penelitian

Untuk memperjelas metode penelitian yang telah diuraikan sebelumnya,

pada bagian ini digambarkan desain penelitian dalam bentuk bagan berikut.

(adaptasi model Miles dan Huberman, 1992: 20).

Bagan 3.1 Desain Penelitian

Penanda Waktu dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang (Kajian Etnolinguistik )

Pengumpulan Data

1) Observasi Partisipan

2) Teknik Simak Libat Cakap

3) Teknik Rekam dan Pancingan

Penganalisisan Data

1) Klasifikasi dan deskripsi dari leksikon penanda waktu menurut pendapat Lindawati 1998. 2) Cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan manusia dari leksikon penanda

waktu menurut teori Warnaen 1987.

3) Cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan alam dari leksikon penanda waktu menurut teori Warnaen 1987.

4) Cerminan dimensi hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan dari leksikon penanda waktu menurut teori Warnaen 1987: 185.

Simpulan

Leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupatan Subang Data dan Sumber Data

1) Data: Data yang akan diambil dalam penelitian ini, yaitu berbagai peristiwa tutur mengenai

leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang.

2) Sumber data: Sumber data dalam penelitian ini akan difokuskan kepada masyarakat yang

menggunakan leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,

(20)

35

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

C.Metode Penelitian

Penamaan leksikon waktu dalam kebudayaan Sunda ditandai dengan

keberadaan binatang, keadaan alam, dan kegiatan manusia. Penamaan leksikon

waktu digunakan oleh orang Sunda karena ketelatenan orang Sunda dalam

mengamati segala peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Oleh karena

itu, peneliti menggunakan pendekatan teoretis etnolinguistik.

Secara metodologis, pendekatan etnolinguistik ini berkaitan antara bahasa

dalam perspektif kebudayaan. Wierzbicka (1997: 11) mengatakan bahwa ada

hubungan yang sangat erat antara kehidupan suatu masyarakat dengan leksikon

bahasanya. Penelitian leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda tidak hanya

meneliti dalam konteks linguistik semata tetapi dilakukan juga fungsinya dalam

menopang praktik kebudayaan (Foley: 2001). Dengan demikian, kajian ini

dipusatkan pada model etnografi komunikasi untuk mendeskripsikan leksikon

penanda waktu dalam bahasa Sunda dan memahami pandangan hidup dari sudut

pandang masyarakat Sunda di Kecamatan kasomalang, Kabupaten Subang.

Hymes mengemukakan bahwa etnografi komunikasi bertujuan untuk

memfokuskan kerangka acuan karena pemerian tempat bahasa di dalam suatu

kebudayaan bukan pada bahasa itu sendiri, melainkan pada komunikasinya

(Kuswarno, 2008: 11).

Penelitian ini memanfaatkan metode kualitatif karena bertujuan untuk

mendapatkan pemaparan yang bersifat aktual dan alami mengenai leksikon

penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten

Subang. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2011: 4) mengemukakan bahwa metode

kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan

demikian, penelitian ini mengungkap klasifikasi, deskripsi, dan nilai-nilai kearifan

(21)

36

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Kabupaten Subang. Penelitian ini menghasilkan data yang sesuai dengan keadaan

di lapangan tanpa ada kontrol dari peneliti. Dengan menggunakan metode ini,

sumber data berlatar alami dengan peneliti berfungsi sebagai alat pengumpul data

utama (Moleong, 2011: 8-11).

D.Definisi Operasional

Berikut ini adalah definisi operasional dari sejumlah konsep kunci yang

digunakan dalam penelitian.

1) Penanda waktu merupakan suatu kegiatan yang digunakan masyarakat Sunda

di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, untuk memberi tanda saat akan

melakukan sesuatu pada waktu tertentu. Misalnya, tunggang gunung ‘tunggang

gunung’, burit ´sore’, sariak layung ‘riak-riak lembayung’, isuk-isuk

pagi-pagi’, rebun-rebun ‘embun-embun’, haneut moyan ‘hangat berjemur’, janari

‘dini hari’ dan lain-lain.

2) Penunjuk waktu adalah suatu kegiatan yang menunjukan terhadap waktu.

Misalnya, goyang ‘pulang’, sareupna‘mulai gelap’ dan lain-lain.

3) Satuan waktu merupakan standar ukuran yang digunakan masyarakat Sunda di

Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, untuk mengukur waktu.

Misalnya, saabad ‘satu abad, sabulan ‘satu bulan’, saminggu ‘satu minggu’, ’sapeuting ‘satu malam’, saumur jagong ‘berusia seumur jagung’, sawindu ‘satu windu’, tujuh bulan ‘tujuh bulan’ dan lain-lain.

E.Instrumen Penelitian

Instrumen digunakan dalam penelitian ini lembar observasi dan kartu data.

Berikut ini contoh lembar observasi yang digunakan.

(22)

37

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Selain instrumen penelitian yang telah disebutkan di atas, ada pula kartu

data. Kartu data digunakan untuk mempermudah dalam mengumpulkan dan

menganalisis data. Berikut ini contoh kartu data yang digunakan.

No.

Data

Gloss

Klasifikasi

Deskripsi

Simpulan

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai

berikut.

1. Observasi Partisipan

Metode observasi partisipan merupakan salah satu metode yang digunakan

dalam penelitian ini. Observasi partisipan adalah metode tradisional yang

digunakan dalam antropologi yang merupakan sarana untuk peneliti masuk ke

dalam masyarakat yang akan ditelitinya (Kuswarno, 2008: 49). Artinya, seorang

peneliti harus masuk ke dalam bagian yang akan diteliti. Observasi dilakukan di

desa-desa yang dominan menggunakan leksikon penanda waktu dalam bahasa

Sunda. Observasi partisipan bertujuan untuk mendapatkan data mengenai

(23)

38

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dalam kehidupan yang real. Dalam penelitian ini peneliti turun langsung ke

lapangan untuk mendapatkan data, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari

orang yang sedang diamati atau orang yang digunakan sebagai sumber data

penelitian. Partisipasi langsung dilakukan supaya peneliti lebih memahami segala

hal yang berkaitan dengan leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda. Menurut

Moleong, (2007: 164) observasi partisipan mengadakan pengamatan dan

mendengarkan secara cermat mungkin sampai pada yang sekecil-kecilnya

sekalipun.

2. Teknik Simak Libat Cakap

Sudaryanto (1988: 03) mengemukakan bahwa kegiatan menyadap

dilakukan dengan cara berpartisipasi dalam pembicaraan dan penyimak

pembicaraan. Artinya, peneliti menyimak tuturan yang dilakukan oleh masyarakat

Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, dan peneliti ikut

berpartisipasi dalam proses tuturan yang mereka lakukan. Peneliti menggunakan

teknik ini bertujuan untuk memperoleh data secara alami serta data yang sesuai

dengan keadaan di lapangan. Dalam penelitian ini peneliti berusaha

mengkondisikan responden agar tidak mengetahui bahwa tuturan bahasanya

sedang diamati. Selain teknik yang dipaparkan di atas, penelitian ini pun

menggunakan wawancara.

Kuswarno (2008: 54) mengemukakan bahwa tujuan wawancara

bermaksud untuk mendorong subjek penelitian untuk mendefinisikan dirinya dan

lingkungannya. Pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan wawancara

tidak berstruktur atau wawancara mendalam. Wawancara tidak berstruktur

dilakukan untuk mendapatkan informasi yang jelas dari responden, yaitu

masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, yang bertujuan

untuk mengetahui deskripsi, klasifikasi, dan nilai-nilai kearifan lokal yang

terdapat dalam leksikon-leksikon penanda waktu. Wawancara ini dilakukan lebih

(24)

39

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dan yang diteliti. Dalam wawancara tersebut tergali informasi tentang

leksikon-leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda yang digunakan masyarakat Sunda

di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang.

3. Teknik Rekam dan Pancing

Sudaryanto (1988: 4) mengemukakan bahwa perekaman terhadap tuturan

dapat dipandang sebagai teknik lanjutan yaitu disebut teknik rekam. Dalam

penelitian ini perekaman bertujuan untuk mempermudah peneliti mendengarkan

dan memperjelas tuturan masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang,

Kabupaten Subang. Perekaman dilakukan tanpa pengetahuan responden agar data

lebih natural. Proses perekaman menggunakan alat rekaman berupa telepon

genggam.

Peneliti memperoleh data berupa tuturan dengan cara memancing

responden berbicara. Sudaryanto (1988: 7) mengemukakan bahwa percakapan

atau metode cakap dapat diwujudkan dengan pancingan. Perekaman ini juga

didukung oleh pancingan yang dilakukan oleh peneliti agar responden merespon

pembicaraan yang dilakukan peneliti berdasarkan leksikon penanda waktu.

G.Metode Analisis Data

Analis data merupakan proses pengaturan secara sistematis pada data-data

yang telah terkumpul untuk memudahkan pemahaman dan penyusunan laporan.

Setelah semua data terkumpul, kemudian dilakukan analisis melalui beberapa

tahapan-tahapan, antara lain: (1) mentranskripsikan data hasil rekaman, (2)

mengidentifikasi data analisis, (3) mengklasifikasi berdasarkan bentuk lingual dan

fungsi leksikon, (4) menganalisis cerminan dimensi berdasarkan hubungan

vertikal antara manusia dan Tuhan, cerminan dimensi hubungan horizontal antara

manusia dan manusia, cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan

(25)

40

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Pertama, mentranskripsikan data hasil rekaman yang telah diperoleh peneliti dari responden melalui alat rekam, baik data lisan maupun data tulisan.

Kedua, pada tahap mengidentifikasi data menentukan atau menetapkan ciri

terhadap data yang terkumpul dari proses perekaman data. Setelah ditranskrip,

data tersebut diidentifikasi dengan cara memisahkan nama yang merupakan

leksikon penanda waktu dan mana yang bukan.

Ketiga, mengklasifikasikan data yang diperoleh setelah hasil dari proses identifikasi data. Pengklasifikasikan data berdasarkan bentuk lingual dan fungsi

leksikon dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang.

Keempat, menganalisis data yang diperoleh dari hasil identifikasi

kemudian dianalisis berdasarkan cerminan dimensi berdasarkan hubungan vertikal

antara manusia dan Tuhan, cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia

dan manusia, dan cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan

alam. Tahap ini merupakan pandangan masyarakat Sunda di Kecamatan

Kasomalang, Kabupaten Subang, terhadap waktu. Proses terakhir menarik

kesimpulan setelah melalui proses penganalisisan data, maka diperoleh simpulan.

Selain instrumen penelitian yang telah dipaparkan di atas, ada pula kartu

data. Kartu data digunakan untuk mempermudah dalam mengumpulkan dan

menganalis data. Berikut ini contoh kartu data yang digunakan.

(26)

41

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ka Cimanglid téh.

Astagfirulloh! baru ingat, tadinya sesudah asar mau ke Cimanglid.’

Gloss ‘Asar’

Klasifikasi Penunjuk Waktu

Deskripsi

Leksikon asar merupakan serapan dari bahasa asing yaitu bahasa

Arab. Asar berarti waktu salat wajib pada petang hari antara waktu

habis zuhur dan terbenam matahari (KBBI: 2008: 91). Leksikon

asar termasuk penggolongan kata bentuk nomina. Leksikon asar

merupakan leksikon yang merujuk pada waktu salat dalam agama

Islam. Masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten

subang, mengemukakan bahwa asar adalah waktu yang

menunjukan saatnya salat asar (kira-kira pukul 15.00). Sebelum

adanya jam dan jadwal waktu salat, masyarakat Sunda di

Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, menandai datangnya

waktu salat asar dengan melihat bayangan suatu benda, apabila panjang bayangan suatu benda melebihi panjang benda itu sendiri

berarti telah memasuki waktu salat asar. Oleh karena itu, dalam menadai datangnya salat asar mereka melihat bayangan mereka sendiri saat bediri tegak, apabila bayanganya lebih tingginya berarti

telah memasuki salat asar. Agama islam merupakan pegangan hidup yang diyakini sepenuhnya oleh masyarakat Sunda di

Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang. Dengan demikian,

leksikon tersebut dapat memberikan gambaran tentang cerminan

dimensi hubungan horizontal antara manusia dengan Tuhan.

Mayoritas masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang,

Kabupaten Subang, mengakhiri pekerjaannya setelah salat asar tiba.

(27)

42

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

melaksanakan salat asar. Masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, meyakini dengan melaksanakan

salat asar dapat menjadi penyembuh efektif dari segala sesuatu yang dilalui pada hari itu, seperti kendala emosi, ketegangan, dan

kelelahan. Sementara itu, apabila tidak melaksanakan salat asar

maka malaikat tidak akan mengawasi mereka dan semua amal

perbuatan yang mereka lakukan selama ini akan hilang. Oleh

karena itu, sebisa mungkin masyarakat Sunda di Kecamatan

Kasomalang, Kabupaten Subang, selalu melaksanakan salat asar, walaupun ada saja yang tidak melaksanakan. Leksikon asar

menunjukan bagaimana orang Sunda di Kecamatan Kasomalang,

Kabupaten Subang, menjaga harmoni dengan Tuhan yang

(28)

127 Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Dalam bagian ini akan diuraikan (1) simpulan dan (2) saran. Adapun

uraiannya adalah sebagai berikut.

A. Simpulan

Sejalan dengan masalah yang dibahas serta berdasarkan analisis yang telah

diungkap pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik simpulan sebagai berikut.

Berdasarkan hasil analisis klasifikasi bentuk lingual leksikon penanda waktu

dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, berbentuk

kata dan frasa. Leksikon berupa kata berjumlah 22 kata dengan persentase

47,80%, sedangkan leksikon yang berupa frasa berjumlah 24 frasa dengan

persentase 52,20%. Berdasarkan kategorinya, leksikon penanda waktu dalam

bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, berupa kata terdiri

atas kata nomina, kata verba, dan kata numeralia. Kategori nomina 15 kata dengan

persentase 68,18%, verba berjumlah 1 kata dengan persentase 4,54%, serta

numeralia berjumlah 6 kata dengan persentase 27,28%. Selanjutnya, kategori frasa

juga memiliki tiga kategori. Frasa yang berkategori nomina berjumlah 13 dengan

persentase 54,16%, frasa yang berkategori verba berjumlah 9 dengan persentase

37,5%, dan frasa yang berkategori numeralia berjumlah 2 dengan persentase

8,34%. Pada analisis selanjutnya yaitu klasifikasi leksikon berdasarkan fungsi

leksikon. Dalam klasifikasi berdasarkan fungsi leksikon ditemukan leksikon

berdasarkan penunjuk waktu dan satuan waktu. Berdasarkan penunjuk waktu

terdapat 37 leksikon dan satuan waktu terdapat 9 leksikon. Selain itu, dalam

analisis ini dideskripsikan berdasarkan makna leksikal yang tedapat di Kecamatan

Kasomalang, Kabupaten Subang.

Pada telaah selanjutnya, analisis cerminan dimensi hubungan vertikal dan

horizontal. Leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan

(29)

128

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

manusia dan manusia berjumlah 12 leksikon, antara lain goyang, isukan, kamari, mangkukna, pagéto, saabad, sabulan, saminggu, sareureuh budak, sareureuh kolot, sapeuting, dan sawindu. Sementara itu, leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang yang mencerminkan

hubungan horizontal antara manusia dan alam berjumlah 24 leksikon, antara lain

burit, carangcang tihang, haneut moyan, harieum beunget, indung beurang,

indung peuting, isuk-isuk, janari, janari gedé, janari leutik, kalangkang

satangtung, lingsir ngulon, ngaluluh taneuh, pabeubeurang, pecat sawed, rebun-rebun, rumangsang, disada tonggérét, sariak layung, saumur jagong, tengah peuting, dan tunggang gunung. Leksikon- leksikon tersebut terlihat dari pergerakan matahari antara lain, fajar sidik, harieum bengeut, sariak layung,

lingsir nyulon, dan haneut moyan. Selanjutnya, leksikon yang memerhatikan pergerakan binatang antara lain, sada tonggérét dan kaluar lalay. Selain itu, ada leksikon yang memerhatikan waktu kerja antara lain¸ ngaluluh taneuh dan pecat sawed.

Selanjutnya, leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan

Kasomalang, Kabupaten Subang, yang mencerminkan hubungan vertikal antara

manusia dan Tuhan berjumlah 10 leksikon, antara lain asar, isa, lohor/tengah poe,

magrib/sareupna, subuh, matang puluh, natus, opat bulan, tujuh bulan, dan

tujuhna. Leksikon-leksikon tersebut terlihat dari kegiatan manusia dalam memerhatikan waktu ibadah antara lain leksikon asar, isa, lohor/tengah poe,

magrib/sareupna, dan subuh. Selain itu, leksikon tersebut terlihat dari kegiatan manusia dalam memerhatikan waktu hidup dan mati. Leksikon tersebut antara

lain, matang puluh dan tujuhna.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian terhadap leksikon penanda waktu dalam

bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, penulis

mengajukan saran berikut ini. Penelitian ini hanya difokuskan pada penanda

(30)

129

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Sementara itu, penanda waktu dalam bahasa Sunda tidak hanya berada di lokasi

tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan penelitian

yang serupa, tetapi dengan ruang lingkup yang lebih luas.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat

bermanfaat untuk memperkaya khazanah kebahasaan, fenomena budaya, dan

sosial. Penulis berharap penelitian ini dapat dijadikan rujukan sebagai sumbangan

ilmu pengetahuan, khususnya sebagai sumbangan temuan bagi perkembangan

(31)

130 Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Adri, dkk. 2008. “Penanda Waktu dalam Bahasa Toraja” Bunga Rampai: Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra. Makasar: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Duranti, Alessandro. 2000. Linguistic Anthropology. United Kingdom: Cambridge University Press.

Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Fasya, Mahmud. 2011. “Leksikon Waktu Harian dalam Bahasa Sunda: Kajian Linguistik Antropologis”. dalam Nasanius, Yassir (ed.) KOLITA 9: Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya 9: Tingkat Internasional. Jakarta: Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Unika Atma Jaya.

Foley, William A. 2001. Anthropological Linguistics. Massachusetts: Blackwell Publisher Inc.

Garna, Judistira K. 2008. Budaya Sunda: Melintasi Waktu Menantang Masa Depan. Bandung: Lembaga Penelitian Unpad dan Judistira Garna Foundation.

Jahdiah, dkk. 2005. “Perbandingan Penanda Waktu Bahasa Banjar dan Bahasa Toraja” Undas: Jurnal Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra. Kalimantan: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Koentjaraningrat. 1981. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

(32)

131

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kuswarno, Engkus. 2008. Metode Penelitian Komunikasi: Etnografi Komunikasi (Suatu Pengantar dan Contoh Penelitiannya). Bandung: Widya Padjadjaran. Lembaga Basa dan Sastra Sunda. 1980. Kamus Umum Basa Sunda. Bandung: Terate Bandung.

Lindawati. 1998. “Penanda Waktu dalam Bahasa Minangkau”. MLI VIII: Masyarakat Linguistik Indonesia. Universitas Andalas.

Miles, Matthew. B. & Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Terjemahan Tjeptjep Rohendi RohidiJakarta: UI-Press.

Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ramlan. 1985. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: KARYONO

Rijal, dkk. 2004. “Penanda Waktu dalam Bahasa Massenrempulu Dialek Duri”. Bunga Rampai: Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra. Makasar: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Rosalina, Lina. 2004. Eksiklopedia Sejarah Penemuan Dunia: Penemuan Penunjuk Waktu. Bandung: Graha Bandung Kencana.

Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik: Antropologi linguistik, Linguistik Antropologi. Medan: Penerbit Poda.

Spradley, James P. 2006. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik Bagian Kedua: Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

(33)

132

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Sumantri, Cucu. 2009. “Konsep Waktu dalam Pandangan Ki Sunda: Essay

Sunda”. [online]. Tersedia:

http://essaysunda.blogspot.com/2009/06/konsep-waktu- pandangan-ki sunda.html. [27 April 2013].

Warnaen, Suwarsih, dkk. 1987. Pandangan Hidup Orang Sunda: Seperti Tercermin dalam Tradisi Lisan dan sastra Sunda. Bandung: Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi), Direktorat Jendral Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Widiatmoko, Sigit. 2010. “Leksikon Kemaritiman di Pantai Tanjungpakis Kabupaten Karawang”. Skripsi. UPI: Bandung, Tidak diterbitkan.

Referensi

Dokumen terkait

BAVIT (Bandung Visit Travel): Aplikasi Pariwisata Modul Akomodasi (Hotel dan Transportasi) adalah aplikasi berbasis website yang digunakan membantu para wisatawan dalam

dengan perubahan sosial budaya dalam hal rincian masalah, atau hal – hal yang. sekunder dan teknis, agama itu tidak akan dapat

‘Abdullāh Nāṣ i ḥ ‘Ulwān tentang pendidikan anak dalam Islām berupa analisis tujuan, metode, maupun tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak. Teknik

a) Potensi energi terbarukan dari biogas methan kotoran ternak yang dimiliki Kabupaten Banjar pada tahun 2010-2014 cukup besar dengan rata-rata 29230 SBM/tahun. Produksi

...(j) kurangnya pemahaman, penghayatan, dan kepercayaan akan keutamaan nilai-nilai yang terkandung pada setiap Sila Pancasila dan keterkaitannya satu sama

Dan terlihat erak ke arah Utara, bahkan di sebelah mulut sungai, banyak arus yang Jika dibandingkan pola arus tersebut dengan pola arus dengan menggunakan ,

Penggunaan material nano fly ash terhadap mortar, dapat meningkatkan niali kuat tekan mortar. Namun penambahan nilai kuat tekan tidak memiliki fungsi linier

Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG RENCANA AKSI NASIONALPENGHAPUSAN PERDAGANGAN (TRAFIKING) PEREMPUAN DAN ANAK.