• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah kunci utama yang berperan penting untuk membangun masa depan anak bangsa. Pendidikan menjadi suatu usaha untuk mewujudkan proses belajar sehingga dapat membantu mengembangkan potensi dalam diri siswa (Zuhelmi et al., 2017). Dalam hal ini, maka pendidikan dapat dijadikan tolak ukur dalam memajukan sumber daya manusia demi terciptanya generasi yang unggul (Krismiyati, 2017). Oleh karena itu diperlukan kualitas pendidikan yang baik untuk menciptakan generasi yang unggul melalui proses pembelajaran yang menyenangkan (Pujiasih, 2020). Salah satu mata pelajaran yang dipelajari dalam jenjang pendidikan SMA adalah fisika.

Fisika merupakan mata pelajaran yang mempunyai karateristik yang berbeda dari yang lain. Fisika merupakan suatu pembelajaran dengan ilmu pengetahuan yang membahas gejala maupun sifat benda yang berada di dalam semesta yang berisi kumpulan ilmu pengetahuan berupa konsep, fakta serta prinsip yang berupa suatu proses penemuan (Nasution, 2018). Fisika dalam mengkaji objek berupa benda dan peristiwa alam dapat dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah (Muthmainnah et al., 2017). Fisika dapat mengarahkan siswa dalam meningkatkan keterampilan proses sains untuk menghasilkan kognitif yang baik (Budiman et al., 2017).

Keterampilan proses yang dapat dikembangkan untuk memahami fisika yaitu keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains adalah dasar untuk

(2)

penyelidikan ilmiah serta pengembangan intelektual yang berperan penting dalam mempelajari konsep ilmiah dan memperoleh pengetahuan baru (Fadholi et al., 2018). Keterampilan proses sains bisa didapatkan ketika melakukan praktikum untuk menambah pengalaman dan pengetahuan yang baru serta menambah daya ingat (Nasution, 2018). Keterampilan proses yang dimiliki siswa, akan membantu siswa dalam memahami konsep agar lebih mudah dipahami karena siswa tersebut akan menemukan sendiri konsep yang sudah dipelajari secara bertahap (Rizal, 2014). Dengan berkembangnya keterampilan proses sains maka dapat membantu kemampuan berpikir kritis siswa.

Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan yang perlu dikembangkan oleh siswa (Dewi et al., 2017). Kemampuan berpikir kritis digunakan dalam pemecahan masalah, menganalisis asumsi, mengevaluasi dan mengambil keputusan (Budi, 2017). Kemampuan berpikir kritis penting ditanamkan dalam proses belajar agar mampu mengkaji secara kritis informasi yang diperoleh serta memiliki peranan untuk meningkatkan prestasi belajar, kemampuan menganalisis serta kreativitas siswa. Untuk mencapai kemampuan berpikir kritis yang baik maka membutuhkan usaha yang serius dari siswa (Darmaji et al., 2020). Ciri-ciri dari seseorang berpikir kritis yaitu selalu mencari dan menguraikan hubungan antara masalah yang didiskusikan. Oleh sebab itu, maka kemampuan berpikir kritis siswa penting untuk dikembangkan selama proses belajar.

Menurut Nugraha dkk (2017) keterampilan proses sains memiliki hubungan kuat dengan berpikir kritis. Peserta didik dengan keterampilan proses sains tinggi memiliki kemampuan berpikir kritis yang tinggi. Peserta didik dengan keterampilan proses sains sedang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi atau sedang. Peserta

(3)

didik dengan keterampilan proses sains rendah memiliki kemampuan berpikir kritis sedang atau rendah. Selain itu berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Maison dkk (2021) bahwa terdapat hubungan antara keteraampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis siswa, dimana siswa yang memiliki keterampilan pemrosesan ilmiah yang rendah akan memiliki kemampuan berpikir kritis rendah, dan sebaliknya. Pentingnya keterampilan proses sains untuk siswa agar siswa itu belajar secara bermakna menggunakan mengetahui dan menjadi terlibat aktif dalam menemukan konsep dari fenomena yang ada di lingkungan.

Hal ini sejalan dengan pendapat Rohani (2013) bahwa hubungan hasil belajar siswa antara keterampilan proses sains dan berpikir kritis siswa terjadi hubungan yang positif dan signifikan. Hal ini terjadi karena baik keterampilan proses sains maupun kemampuan berpikir kritis sama-sama melatih keterampilan berpikir siswa melalui pengalaman empiris menggunakan semua inderanya, baik indera penglihat, pembau, pendengar, pengecap, maupun peraba dalam hal mengamati, mengelompokkan, menafsirkan, memprediksi, merumuskan hipotesis, mengkomunikasikan hasil kinerja, menerapkan konsep, menggunakan alat dan bahan dalam melakukan kegiatan serta melakukan perencanaan percobaan berikutnya. Demikian pula, pada kemampuan untuk berpikir secara kritis siswa mampu memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen, melakukan observasi, mendefinisikan istilah, mengidentifikasi asumsi, dan menyimpulkan dari semua kegiatan yang dilakukan oleh siswa melalui pembelajaran.

Pencapaian hasil belajar yang baik di pengaruhi oleh keterampilan proses dan berpikir kritis siswa. Keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis ini melibatkan penyelidikan ilmiah dan pemecahan masalah tentang konsep ilmu

(4)

dalam kehidupan (Nisa et al., 2020). Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan berpikir kritis yaitu melalui kegiatan praktikum. Praktikum bertujuan untuk membantu siswa agar lebih memahami teori dan praktik sehingga meningkatkan keberhasilan proses belajar mengajar.

Praktikum dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan sikap ilmiah sehingga dapat melatih aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Emda, 2017).

Selain itu, praktikum juga dapat melatih keterampilan siswa seperti kemampuan mengobservasi, mengklasifikasi, mengkomunikasikan, mengukur, memprediksi dan menyimpulkan (Hadija et al., 2020).

Salah satu materi yang di pandang sulit untuk jenjang pendidikan SMA adalah materi induksi elektromagnetik. Materi induksi ini bersifat abstrak dan banyak konsep yang harus dikuasai dan di pahami oleh siswa itu sendiri. Menurut (Udzaenah, 2016) pada kelas XII, materi yang diberikan termasuk yang paling rumit karena terdapat materi, konsep, dan hitungan sekaligus, misalnya pada materi induksi elektromagnetik.Kesulitan memahami konsep dapat diatasi dengan melakukan pembelajaran dengan kegiatan praktikum. Hal ini sejalan dengan pendapat (Lestari & Diana, 2018) pembelajaran praktikum siswa mampu membangun konsep secara bermakna dengan cara menghubungkan hasil pengamatan dengan teori yang sudah dimiliki sebelumnya, siswa juga dapat memecahkan permasalahan-permasalahan sains dengan cara melakukan kegiatan praktikum di laboratorium.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan di MAN 5 Batanghari dan SMK PP Jambi diketahui bahwa untuk praktikum induksi elektromagnetik jarang dilakukan. Hal ini disebabkan karena waktu yang kurang memadai, alat praktikum

(5)

yang kurang memadai atau kurang lengkap, kurangnya laboran, labor yang kurang memadai serta terkendala oleh siswa yang belum paham dalam menggunakan alat praktikum. Selain itu, untuk keteampilan proses sains itu sendiri masih jarang dinilai ketika pelaksanaan kegiatan praktikum.

Berdasarkan pemaparan tersebut maka dapat diketahui bahwa terdapat keterkaitan keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis sehingga penting untuk di kuasai oleh siswa. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk membuat penelitian dengan judul “Hubungan Keterampilan Proses Sains terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Materi Induksi Elektromagnetik di SMA Sederajat Se-Kecamatan Pemayung”.

1.2 Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diindentifikasi permasalahan sebagai berikut

1. Keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis siswa masih tergolong rendah.

2. Perlu dilakukan analisis hubungan keterampilan proses sains terhadap berpikir kritis siswa yang ditinjau dari kegiatan praktikum di SMA Sederajat Se- Kecamatan Pemayung

1.3 Pembatasan Masalah

Agar permasalahan menjadi lebih terarah dan lebih tepat sasaran, maka penelitian permasalahan yang dibahas, yaitu:

(6)

1. Dalam penelitian ini, yang dibahas adalah tentang hubungan keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Induksi Elektromagetik di SMA Sederajat Se-Kecamatan Pemayung

2. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa di SMA sederajat Se-Kecamatan Pemayung

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan keterampilan proses sains terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi induksi elektromagnetik di SMA Sederajat Se-Kecamatan Pemayung.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keterampilan proses sains terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi induksi elektromagnetik di SMA Sederajat Se-Kecamatan Pemayung

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Bagi sekolah yaitu diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan sebaga bahan pertimbangan untuk membenahi fasilitas dalam upaya meningkatkan keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis siswa khususnya materi induksi elektromagnetik.

2. Bagi guru yaitu untuk memberikan informasi kepada guru tentang hubungan keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis siswa sehingga ada inovasi pembelajaran yang guru lakukan dalam perbaikan keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis.

(7)

3. Bagi peneliti yaitu dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam mengetahui tentang hubungan keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi induksi elektromagnetik.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa Dating violence adalah tindakan atau ancaman yang dilakukan secara sengaja baik melalui

Menimbang, bahwa mengenai memori banding Jaksa Penuntut Umum yang pada pokoknya menyatakan tidak sependapat dengan penjatuhan pidana terhadap Para Terdakwa dalam

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa : (1) interaksi eduktif yang dilakukan melalui komunikasi satu arah oleh guru sosiologi pada kelas XI IPS 3 dan XII IPS 3 berupa

Pengaruh nilai-ekspresif lebih menekankan pada menaikkan citra diri di mata orang lain, sedangkan pengaruh informatif adalah pengaruh pemberian informasi mengenai pengetahuan akan

Comparison of 10 selected lines resistant to SMV with high yield using the t test showed that Gepak Kuning variety as susceptible parents with high yield potential was better

Sedangkan hasil Analisis Regresi Linier Berganda dengan menggunakan metode enter (ful regression) hanya ada 3 faktor saja yang signifikan yaitu faktor internal pemikiran

The finding of the research showed that the implementation of Round Table Technique enhanced: (1) students’ ability in generating ideas including: (a) writing main

Hermawan, Y., 2006, Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Sebagai Bahan Bakar Bentuk Briket, Laporan Penelitian, Jurusan Teknik Mesin, fakultas Teknik, Universitas Jember.. N.,