• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MODEL PENEMUAN KONSEP DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ILMIAH DENGAN FOKUS KALIMAT EFEKTIF :Studi Eksperimen di Kelas XI SMA Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MODEL PENEMUAN KONSEP DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ILMIAH DENGAN FOKUS KALIMAT EFEKTIF :Studi Eksperimen di Kelas XI SMA Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012."

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah Penelitian ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 9

C.Perumusan Masalah ... 10

D.Tujuan Penelitian ... 12

E. Manfaat Penelitian ... 13

F. Anggapan Dasar ... 14

G.Hipotesis Penelitian ... 14

H.Metode dan Teknik Penelitian ... 15

I. Populasi dan Sampel Penelitian ... 16

J. Definisi Operasional ... 16

BAB II MODEL PENEMUAN KONSEP DAN KALIMAT EFEKTIF ... 18

A.Model Pembelajaran ... 18

B. Model Penemuan Konsep ... 26

1. Orientasi Model ... 27

2. Strategi- Strategi Penemuan Konsep ... 34

3. Struktur Pembelajaran ... 35

4. Sistem Sosial ... 37

5. Peranan Guru ... 37

6. Dampak –Dampak Instruksional dan Pengiring ... 39

C. Menulis Karangan Ilmiah ... 41

1. Pengertian Menulis dan Karangan Ilmiah ... 41

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan ... 44

Menulis D.Kalimat Efektif ... 44

(2)

2. Persyaratan Kalimat Efektif ... 46

2.1 Pilihan Kata (Diksi) ... 48

2.2 Struktur Kalimat Efektif ... 54

2.3 Nalar Kalimat ... 62

2.4 Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan ... 63

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 66

A. Metode Penelitian ... 66

1. Metode ... 66

2. Paradigma Penelitian ... 67

3. Prosedur Penelitian ... 69

B. Teknik Pengumpulan Data ... 71

1. Teknik ... 71

2. Instrumen Penelitian ... 71

3. Pengujian Instrumen ... 74

4. Hasil Uji Coba Instrumen... 80

C. Teknik Pengolahan Data ... 83

1. Prosedur ... 83

2. Langkah-langkah Analisis Data ... 84

3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 88

BAB IV DESKRIPSI PEMBELAJARAN KALIMAT EFEKTIF DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PENEMUAN KONSEP DAN ANALISIS KEMAMPUAN SISWA DALAM KALIMAT EFEKTIF ... 91

A.Pembelajaran Kalimat Efektif ... 91

B.Deskripsi Pembelajaran Kalimat Efektif dengan Menggunakan Model Penemuan Konsep ... 99

C.Deskripsi Pembelajaran Kalimat Efektif secara Konvensional ... 114

D.Analisis Kemampuan Siswa dalam Menggunakan Kalimat Efektif Berdasarkan Kinerja pada Proses Pembelajaran ... 121

E. Analisis Kemampuan Siswa dalam Menggunakan Kalimat Efektif Berdasarkan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir ... 183

(3)

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL

PENELITIAN ... 239

A. Analisis Data Hasil Penelitian ... 239

1. Deskripsi Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Eksperimen ... 239

2. Deskripsi Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Kontrol ... 242

3. Pengujian Sifat data ... 245

4. Pengujian Hipotesis ... 250

5. Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran dan Hasil Angket ... 260

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 286

1. Perbedaan Hasil Pembelajaran Kalimat Efektif yang Menggunakan Model Penemuan Konsep dengan yang Menggunakan Pembelajaran Konvensional ... 286

2. Perbedaan Proses Pembelajaran Kalimat Efektif yang Menggunakan Model Penemuan Konsep dengan yang Menggunakan Pembelajaran Konvensional ... 289

3. Tantangan dan Keunggulan Model Penemuan Konsep 291 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 293

A. Kesimpulan ... 293

B. Saran ... 301

DAFTAR PUSTAKA ... 302

RIWAYAT HIDUP ... 306

(4)

DAFTAR TABEL No.

Urut Tabel Judul Tabel Halaman

1 2.1 Struktur Model Penemuan Konsep 36

2 2.2 Contoh Kata Umum-Kata Khusus 51

3 3.1 Desain Pretes-Postes Kelompok Kontrol Secara Random 66 4 3.2 Komposisi Soal Penguasaan Konsep Kalimat Efektif 72 5 3.3 Rekapitulasi Hasil uji Coba Instrumen Tes 80 6

3.4 Rekapitulasi Daya Beda, Tingkat kesukaran dan

Signifikansi Korelasi Instrumen Tes 82 7 4.1 Tujuan Pembelajaran Kalimat Efektif dengan

Menggunakan Model Penemuan Konsep 92

8 4.2 Tujuan Pembelajaran Kalimat Efektif dengan

Menggunakan Model Penemuan Konsep 93

9 4.3 Analisis Konsep Kalimat Efektif 95

10 4.4 Perbandingan Jawaban Siswa pada Kemampuan

Menggunakan Pilihan Kata 232

11 4.5 Perbandingan Jawaban Siswa pada Kemampuan

Menggunakan Struktur Kalimat 233

12 4.6 Perbandingan Jawaban Siswa pada Kemampuan

Menggunakan EyD 235

13 4.7 Perbandingan Jawaban Siswa pada Kemampuan

Menggunakan Nalar Kalimat 236

14 5.1 Rata-Rata Kemampuan Kalimat Efektif

Siswa Kelas Eksperimen IPA 239

15 5.2 Rata-Rata Kemampuan Kalimat Efektif

Siswa Kelas Eksperimen IPS 241

16 5.3 Rata-Rata Kemampuan Kalimat Efektif

Siswa Kelas Kontrol IPA 242

17 5.4 Rata-Rata Kemampuan Kalimat Efektif

Siswa Kelas Kontrol IPS 244

18 5.5 Hasil Uji Normalitas Skor Tes Awal Kelas IPA 246 19 5.6 Hasil Uji Normalitas Skor Tes Awal Kelas IPS 247 20 5.7 Hasil Uji Normalitas Skor Tes Akhir Kelas IPA 247 21 5.8 Hasil Uji Normalitas Skor Tes Akhir Kelas IPS 248 22 5.9 Hasil Uji Homogenitas Skor Tes Awal dan Tes Akhir

Kelas IPA dan IPS 249

23 5.10 Deskripsi Uji Mann Whitney Perbedaan Rata-Rata

Skor Tes Awal Kelas Eksperimen dan Kontrol IPA 251 24 5.11 Hasil Uji Mann Whitney Tes Awal Kelas Eksperimen

dan Kontrol IPA 252

25 5.12 Deskripsi Uji Mann Whitney Perbedaan Rata-Rata

(5)

26 5.13 Hasil Uji Mann Whitney Tes Awal Kelas Eksperimen

dan Kontrol IPS 253

27 5.14 Deskripsi Hasil Uji T Perbedaan Rata-Rata Skor Tes

Akhir Kelas Eksperimen dan Kontrol IPA 254 28 5.15 Hasil Uji T Perbedaan Rata-Rata Skor Tes Akhir

Kelas Eksperimen dan Kontrol IPA 255

29 5.16 Deskripsi Uji Mann Whitney Perbedaan Rata-Rata Skor

Tes Akhir Kelas Eksperimen dan Kontrol IPS 256 30 5.17 Hasil Uji Mann- Whitney Tes Akhir Kelas Eksperimen

dan Kontrol IPS 256

31 5.18 Deskripsi Hasil Uji T Perbedaan Rata-Rata Skor Tes Akhir Kelas Eksperimen IPA dan Kelas Eksperimen

IPS 258

32 5.19 Hasil Uji T Perbedaan Rata-Rata Skor Tes Akhir

Kelas Eksperimen IPA dan Kelas Eksperimen IPS 258 33 5.20 Deskripsi Uji Mann Whitney Perbedaan Rata-Rata Skor

Tes Akhir Kelas Kontrol IPA dan Kontrol IPS 259 34 5.21 Hasil Uji Mann- Whitney Tes Akhir Kelas Kontrol IPA

dan Kontrol IPS 260

35 5.22 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen IPA 261 36 5.23 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen IPS 264 37 5.24 Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas Eksperimen

IPA 267

38 5.25 Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas Eksperimen

IPS 269

39 5.26 Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen

terhadap Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia 274 40 5.27 Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen

terhadap materi Pembelajaran Kalimat Efektif 275 41 5.28 Tanggapan Siswa Kelompok Eksperimen

terhadap Model Pembelajaran Penemuan Konsep dalam

Pembelajaran Kalimat Efektif 277

42 5.29 Tanggapan Siswa Kelompok Kontrol

terhadap Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia 280 43 5.30 Tanggapan Siswa Kelompok Kontrol

terhadap Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia 281 44 5.31 Tanggapan Siswa Kelompok Kontrol terhadap Model

(6)

DAFTAR GAMBAR

No.

Urut Gambar Judul Gambar Halaman

1 2.1 Teori Memory Atkinson dan Shiffrin 22

2 2.2 Model Proses Informasi 24

3 2.3 Hasil Pengajaran Konsep 39

4 3.1 Paradigma Penelitian 68

(7)

DAFTAR GRAFIK

No.

Urut Gambar Judul Grafik Halaman

1 5.1 Peningkatan Hasil Belajar Kalimat Efektif

kelas Eksperimen IPA 240

2 5.2 Peningkatan Hasil Belajar Kalimat Efektif

kelas Eksperimen IPS 242

3 5.3 Peningkatan Hasil Belajar Kalimat Efektif

kelas Kontrol IPA 243

4 5.4 Peningkatan Hasil Belajar Kalimat Efektif

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Urut Lampiran Judul Lampiran

Halaman

1 A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 309

2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 318

3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 328

4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4 338

17 B.2 Instrumen Tes Kalimat Efektif 431

18 B.3 Hasil Analisis Data Uji Coba Instrumen Tes 438

19 B.4 Surat Keterangan Penimbang 440

20 C.1 Kisi-Kisi Pedoman Observasi Kegiatan

Pembelajaran 444

21 C.2 Pedoman Observasi Aktivitas Siswa dalam

Pembelajaran 445

Pedoman Observasi Aktivitas Guru dalam

Pembelajaran 448

22 C.3 Kisi- Kisi Angket Anggapan Siswa 451

23 C.4 Angket Tanggapan Siswa 452

24 C.5 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Kelas Eksperimen IPA 453

25 C.6 Rekapitulasi Hasil Angket Tanggapan Siswa 459 26 D.1 Data Skor Tes Awal dan Tes Akhir Kelas

Eksperimen IPA 462

27 D.2 Data Skor Tes Awal dan Tes Akhir Kelas

(9)

28 D.3

Data Skor Tes Awal dan Tes Akhir Kelas

Eksperimen IPS IPS 464

29 D.4 Data Skor Tes Awal dan Tes Akhir Kelas

Kontrol IPS 465

30 D.5 Hasil Uji Statistik 466

31 E.1 Surat Izin Penelitian 481

32 E.2 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian 482

33 E.3 Daftar Hadir Siswa 483

(10)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain pendidikan yang tepat sesuai kondisi yang ada.

Karena pembelajaran merupakan esensi dari pendidikan, tentu diperlukan desain pembelajaran yang dapat mengapresiasi beragamnya tingkat kebutuhan dan kerumitan permasalahan pendidikan. Selain itu, dibutuhkan rancangan pembelajaran yang selaras dengan tujuan pendidikan, yaitu yang dapat mengembangkan potensi siswa secara menyeluruh meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah memegang peranan yang strategis. Oleh karena itu, guru bahasa Indonesia harus memahami betul bahwa tujuan akhir pembelajaran bahasa Indonesia ialah agar siswa memiliki keterampilan

berbahasa Indonesia, memiliki pengetahuan kebahasaan dan sastra, serta memiliki

sikap berbahasa Indonesia yang baik.

Hal tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang dinyatakan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006, yaitu agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis;

2) menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara;

3) memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan;

(11)

2

intelektual, serta kematangan emosional dan sosial;

5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; dan

6) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Canale & Swain (dalam Tarigan, 2009:18) menyebutkan bahwa kompetensi

bahasa terdiri atas kompetensi komunikatif dan komunikasi aktual. Selanjutnya

mereka mengemukakan bahwa kompetensi komunikatif merupakan sistem-sistem

yang mendasari pengetahuan dan keterampilan yang dibuktikan bagi komunikasi

(misalnya pengetahuan mengenai kosakata dan keterampilan dalam penggunaan

konvensi-konvensi linguistik), dan komunikasi aktual adalah realisasi pengetahuan

dan keterampilan. Kompetensi komunikatif merupakan bagian penting dari

komunikasi aktual.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kompetensi komunikatif penting bagi peningkatan kompetensi aktual berbahasa para siswa. Dengan memiliki kompetensi bahasa yang baik, siswa diharapkan dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar, baik secara lisan maupun secara tertulis. Dengan kata lain, pemantapan kemampuan kebahasaan dalam pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan dapat menguatkan kemampuan berbahasa Indonesia para siswa.

(12)

pembelajaran, atau guru hanya fokus pada kompetensi berbahasa (keterampilan berbahasa).

Dalam sumber lain, Mulyati (2009) juga menyatakan bahwa pendekatan komunikatif yang menekankan pembelajaran bahasa pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi kurang dapat diterjemahkan dengan baik dalam implementasinya di lapangan oleh para guru. Pemaknaan yang sempit menimbulkan kepincangan dalam penumbuhan kompetensi bahasa dan berbahasa siswa.

Didapati juga masalah lain, yaitu guru sulit mengatur alokasi waktu untuk aspek kebahasaan karena kurikulum tidak secara eksplisit mengakomodasi aspek kebahasaan ke dalam standar kompetensi maupun kompetensi dasar.

Mestinya disadari bahwa pada hakikatnya bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk penyampai pikiran, dan perasaan. Supaya pikiran, dan perasaan sampai dengan baik kepada mitra komunikasi, bahasa yang digunakan harus mendukung kejelasan pikiran, dan perasaan yang disampaikan.

Hal tersebut sejalan dengan teori komunikasi Roman Jakobson (www.lontar.ui.ac.id/) bahwa seorang pengirim menyampaikan pesan pada penerima. Pesan ini mengacu pada sesuatu yang dinamakan konteks. Selanjutnya, Jakobson menambahkan dua faktor lain, yaitu kontak sebagai sarana saluran fisik antara pengirim dan penerima, dan kode bahasa sebagai pembangun pesan.

(13)

4

Namun, banyak terjadi ketidakjelasaan penyampaian pikiran atau perasaan karena penggunaan kalimat yang tidak efektif. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap karangan ilmiah siswa, diketahui bahwa kalimat efektif sudah digunakan siswa pada karangan yang ditulisnya. Akan tetapi, dalam karangan tersebut juga masih ditemukan penggunaan kalimat yang tidak efektif, bahkan frekuensinya masih cukup tinggi. Ketidakefektifan kalimat dalam karangan siswa disebabkan oleh pilihan kata yang tidak tepat sesuai konteks kalimat, kesalahan struktur kalimat, kesalahan penggunaan EyD, dan ketidakcermatan nalar kalimat. Adapun penyebab ketidakefektifan kalimat dalam karangan siswa yang frekuensinya tinggi adalah kesalahan struktur kalimat, dan kesalahan EyD.

Peneliti sebagai guru Bahasa Indonesia, juga kerap mendapati permasalahan ketidakefektifan kalimat dalam tuturan siswa sehingga penyampaian pikiran dan perasaan mereka tidak dapat dipahami dengan jelas.

Berdasarkan analisis dan pengamatan tersebut, sebagai upaya peningkatan kemampuan siswa dalam menulis karangan ilmiah khususnya, dan kemampuan berbahasa Indonesia pada umumnya, kalimat efektif perlu diajarkan, atau diintegrasikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

(14)

pada kompetensi dasar menulis naskah pidato, dan pada kompetensi dasar berpidato di kelas XII.

Adapun dalam penelitian ini, pembelajaran kalimat efektif menjadi bagian dari pembelajaran menulis karangan ilmiah di kelas XI. Hal tersebut, didasari pertimbangan bahwa sebuah karangan dapat dikategorikan karangan ilmiah jika memenuhi penyajian yang sistematis, isinya dapat dipertanggungjawabkan kelogisan dan keilmiahannya, serta menggunakan bahasa yang efektif.

Hal tersebut, lebih diperkuat pendapat Syamsuddin (1994:3) yang mengemukakan bahwa mengarang merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa yang paling kompleks. Ia melibatkan seluruh kemampuan berbahasa yang dipelajari secara teoretis, juga melibatkan nalar yang benar.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Rusyana (1984:144) mengemukakan bahwa dalam penggunaan bahasa tulisan diperlukan kesaksamaan yang lebih besar. Usaha yang dapat ditempuh antara lain dengan jalan penggunaan sistem ejaan, kata-kata, dan kaidah tatabahasa yang baku.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, di antara kesulitan yang sering dialami siswa dalam menulis karangan ilmiah adalah penyusunan kalimat yang baik agar pembaca dapat memahami isi karangan dengan baik seperti yang dimaksudkan oleh penulisnya.

(15)

6

menuangkan ide. Selain itu, siswa kurang mendapat bekal penyajian materi kalimat efektif. Pembelajaran yang ada, juga jarang memberi kesempatan siswa untuk melakukan silang baca dan silang sunting karangan.

Berdasar pada permasalahan di atas, dan mempertimbangkan manfaatnnya dalam peningkatan kualitas karangan ilmiah, maka kalimat efektif perlu diajarkan secara terpadu pada pembelajaran menulis karangan ilmiah. Dengan demikian, pembelajaran kalimat efektif dapat memberikan penguatan pada kompetensi menulis dan secara umum akan menjadi penguat terhadap muatan kurikulum bahasa Indonesia.

Materi kalimat efektif mengandung sejumlah konsep yang cukup kompleks karena melibatkan aspek pilihan kata, struktur kalimat, EyD, dan nalar kalimat. Konsep-konsep tersebut akan sulit bila dihafal. Agar siswa mudah memahami konsep-konsep kalimat efektif, dan dapat menerapkan konsep-konsep tersebut dalam kegiatan berbahasa, terutama dalam menulis, pembelajaran kalimat efektif perlu dikemas dalam model penemuan konsep.

Hal tersebut selaras dengan pendapat Santrock (2010:352) bahwa belajar konsep memiliki beberapa manfaat, yaitu (1) membantu siswa menyederhanakan dan meringkas informasi; (2) membantu proses mengingat menjadi lebih efisien; (3) membuat komunikasi dan penggunaan waktu menjadi lebih efisien.

(16)

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, diasumsikan pembelajaran kalimat efektif akan berhasil jika dikemas dalam model penemuan konsep. Terlebih dahulu siswa akan memahami konsep kalimat efektif melalui penyajian contoh-contoh, kemudian siswa dapat menerapkan konsep kalimat efektif dalam menulis kalimat dan menulis karangan ilmiah.

Di sisi lain, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin

cepat menyebabkan guru tidak mungkin mengajarkan semua fakta dan konsep kepada

siswa (Semiawan dkk, 1985:14) ). Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia

tidak cukup mengetengahkan fakta dan konsep saja, tetapi harus mampu memberikan

pengalaman kepada siswa agar dapat menggali fakta dan konsep secara mandiri.

Hal tersebut, sejalan dengan pendapat Joyce dkk. (2009:552) bahwa pada umumnya pembelajaran memiliki sasaran materi dan proses. Sasaran materi mengidentifikasi pada penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Adapun sasaran proses adalah keterampilan siswa untuk mencapai penguasan materi.

Akan tetapi, kenyataan di lapangan menggambarkan peran guru yang masih

dominan dalam pembelajaran. Hal ini tampak dari pembelajaran yang cenderung

bersifat informasi verbal sehingga hasilnya berupa pengetahuan konsep yang kurang

bermakna, dan kurang mendukung pengembangan keterampilan berpikir siswa.

(17)

8

Terdapat beragam model pembelajaran yang dapat dipilih guru dalam merancang proses pembelajaran, di antaranya adalah model penemuan konsep.

Model ini sangat sesuai digunakan untuk pembelajaran yang menekankan pada perolehan suatu konsep baru dengan cara berpikir induktif. Model ini juga dapat dimanfaatkan pada setiap tingkatan kelas. Bagi tingkatan kelas rendah, konsep dan contoh harus lebih sederhana dibandingkan untuk tingkatan kelas yang lebih tinggi. Model ini juga dapat menjadi alat evaluasi yang efektif bagi guru untuk mengukur apakah konsep yang baru diajarkan telah dikuasai siswa atau belum.

Belum banyak penelitian penggunaan model penemuan konsep dalam pembelajaran. Tennyson dan Cochiarella (Joyce dkk., 2009:134) membuktikan bahwa penemuan konsep merupakan model untuk menggambarkan konsep-konsep menjadi lebih mudah. Penelitian lain yang menggunakan model yang sama adalah penerapan concept attainment (pencapaian konsep) dalam mengkaji puisi. Penelitian yang relevan dengan berbasis pemrosesan informasi, pada umumnya menggunakan model inkuiri. Model tersebut banyak dilakukan dalam mata pelajaran IPA, dan matematika. Hasil penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa model penemuan konsep, dan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(18)

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, pada bagian ini penulis mengidentifikasi permasalahan penelitian ini sebagai berikut.

1. Kurikulum Pembelajaran Bahasa Indonesia

David Nunan (Tarigan, 2009:6) mengemukakan bahwa kurikulum adalah prinsip-prinsip dan prosedur-prosedur bagi perencanaan, implementasi, evaluasi, dan pengelolaan suatu rancang bangun suatu pendidikan. Telaah atau kajian kurikulum mencakup rancang bangun silabus, dan metodologi.

Dalam Standar Isi kurikulum bahasa Indonesia disebutkan bahwa standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia.

Akan tetapi, dalam Standar Isi, pengetahuan kebahasaan, seperti kalimat efektif tidak terjabarkan secara eksplisit, baik dalam standar kompetensi maupun dalam kompetensi dasar. Oleh karena itu, dalam praktik pembelajaran bahasa Indonesia, pengetahuan kebahasaan cenderung terabaikan. Padahal, kompetensi kebahasaan seperti penguasaan kalimat efektif merupakan penguat kompetensi berbahasa.

(19)

10

2. Guru Bahasa Indonesia

Guru memiliki peran penting dalam pembelajaran sebab gurulah yang merencanakan, mengelola, dan menilai proses pembelajaran. Guru tidak hanya harus mampu dalam penguasaan mata pelajaran, tetapi juga harus mampu mempersiapkan, melaksanakan, dan menilai kemajuan belajar siswa.

Guru harus mampu memilih model, bahan, dan media pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar yang lebih efektif, dan memupuk hubungan sosial yang lebih luas antara guru dengan siswa, serta hubungan antarsiswa. Dengan begitu, proses pembelajaran akan membantu siswa dalam memecahkan berbagai masalah, dan memperoleh informasi yang memadai.

Permasalahan proses belajar mengajar bahasa Indonesia antara lain adalah belum bervariasi model pembelajaran yang dimanfaatkan guru dalam menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).

Guru harus berperan sebagai pengelola proses pembelajaran, dan mampu memperbaiki pembelajaran secara berkelanjutan. Peran tersebut di antaranya dapat dilakukan dengan membantu siswa untuk meningkatkan kemampuannya dalam menguasai kalimat efektif dengan menggunakan model penemuan konsep.

C. Perumusan Masalah

(20)

Pokok permasalahan tersebut dijabarkan dalam rumusan masalah penelitian sebagai berikut.

1) Apakah hasil pembelajaran kalimat efektif siswa program IPA yang menggunakan model penemuan konsep lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pembelajaran kalimat efektif siswa program IPA yang menggunakan model konvensional?

2) Apakah hasil pembelajaran kalimat efektif siswa program IPS yang menggunakan model penemuan konsep lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pembelajaran kalimat efektif siswa program IPS yang menggunakan model konvensional?

3) Apakah terdapat perbedaan antara hasil pembelajaran kalimat efektif siswa program IPA dengan hasil pembelajaran kalimat efektif siswa program IPS yang menggunakan model penemuan konsep?

4) Bagaimana kualitas hasil pembelajaran kalimat efektif dengan menggunakan model penemuan konsep di kelas program IPA dan IPS?

5) Bagaimana kualitas proses pembelajaran kalimat efektif dengan menggunakan model penemuan konsep di kelas program IPA dan IPS?

(21)

12

D. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan pilihan model mengajarkan kalimat efektif. Tujuan ini dicapai melalui eksperimen model penemuan konsep, menguji hasil pembelajaran dengan tes awal dan tes akhir, serta menguji proses pembelajaran melalui observasi dan angket.

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mendapatkan dan menjelaskan gambaran:

1) perbedaan hasil pembelajaran kalimat efektif siswa program IPA yang menggunakan model penemuan konsep dengan hasil pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran konvensional;

2) perbedaan hasil pembelajaran kalimat efektif siswa program IPS yang menggunakan model penemuan konsep dengan hasil pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran konvensional;

3) perbedaan hasil pembelajaran kalimat efektif siswa yang menggunakan model penemuan konsep program IPA dengan program IPS

4) kualitas hasil pembelajaran kalimat efektif siswa yang menggunakan model penemuan konsep di kelas program IPA dan IPS

5) proses pembelajaran kalimat efektif dengan menggunakan model penemuan konsep pada siswa program IPA dan IPS;

(22)

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan elaborasi teori berkenaan dengan prinsip-prinsip ilmu pendidikan, khususnya prinsip-prinsip pembelajaran, dan prinsip-prinsip ilmu bahasa, khususnya teori kalimat efektif.

Apabila hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan kemampuan siswa dalam menguasai konsep kalimat efektif setelah penggunaan model penemuan konsep, berarti dapat menguatkan teori bahwa model pembelajaran menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi berbagai pihak, antara lain sebagai berikut.

2.1 Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pilihan model pembelajaran yang tepat bagi guru dalam mengemas pembelajaran kalimat efektif, atau pembelajaran materi lain yang relevan.

2.2 Siswa

(23)

14

F. Anggapan Dasar

Beberapa anggapan dasar yang melandasi penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Keberhasilan pembelajaran bahasa Indonesia ditandai oleh perolehan kompetensi siswa secara utuh, pengetahuan kebahasaan, keterampilan berbahasa, dan sikap yang baik.

2) Keterampilan berbahasa Indonesia seseorang sangat ditunjang oleh penguasaan norma-norma bahasa Indonesia.

3) Pengetahuan yang diperoleh melalui model penemuan menunjukkan beberapa kebaikan, yaitu (1) bertahan lama; (2) mempunyai efek transfer yang lebih baik; (3) meningkatkan penalaran siswa.

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Hasil pembelajaran kalimat efektif siswa program IPA yang menggunakan model penemuan konsep lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pembelajaran yang menggunakan model konvensional.

2) Hasil pembelajaran kalimat efektif siswa program IPS yang menggunakan model penemuan konsep lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pembelajaran yang menggunakan model konvensional.

(24)

H. Metode dan Teknik Penelitian

Penelitian ini terdiri atas kajian teoretis berupa kajian pustaka, dan berfokus pada studi eksperimen berupa pelaksanaan model pembelajaran.

Melalui penelitian ini, penulis ingin mendapatkan gambaran efektivitas model penemuan konsep terhadap hasil dan proses pembelajaran kalimat efektif. Hasil pembelajaran ditandai oleh kemampuan siswa dalam menguasai materi kalimat efektif. Sedangkan kualitas proses ditandai oleh peran aktif siswa dalam pembelajaran, interaksi antara siswa dengan guru, dan interaksi antarsiswa, tanggapan siswa yang positif, antusias. Dengan demikian, model penemuan konsep merupakan variabel bebas yang diujicobakan terhadap siswa kelompok eksperimen, sedangkan pembelajaran kalimat efektif yang di dalamnya meliputi kemampuan siswa dalam menguasai kalimat efektif merupakan variabel terikat.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain pretes-postes kelompok kontrol secara random (The randomized pre-test and post-test control group design).

Dalam rancangan penelitian ini digunakan dua kelompok eksperimen, dan dua kelompok kontrol, masing-masing kelompok dari kelas XI IPA, dan kelas XI IPS. Pemilihan tersebut berdasarkan harapan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap sesuai dengan karakteristik program studi yang berbeda.

Untuk mendapatkan data kemampuan awal siswa, dilakukan tes awal. Setelah perlakuan dilakukan tes akhir. Teknik pengumpul data lainnya adalah observasi, dan angket.

(25)

16

empat kali penggunaan model terhadap label- label konsep kalimat efektif, yaitu pilihan kata, struktur kalimat efektif, EyD, nalar (kelogisan) kalimat.

I. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 9 Bandung yang beralamat di Jalan LMU I Suparmin No. 1 A Bandung, pada semester genap tahun ajaran 2011/2012.

2. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 9 Bandung. 3. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa satu kelas program IPA, dan satu kelas program IPS yang diambil dengan teknik simple random sampling (sampel random sederhana). Hal tersebut berdasar pada pendapat Sugiyono (2010:82) bahwa pengambilan anggota sampel dari populasi dapat dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu bila anggota populasi dianggap homogen.

J. Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya salah pengertian, secara operasional istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut.

(26)

tahap kedua adalah pengujian konsep kalimat efektif melalui identifikasi ciri-ciri dari contoh tambahan, dan membuat contoh secara mandiri; serta tahap ketiga adalah analisis strategi berpikir siswa dalam menemukan konsep kalimat efektif.

2) Kemampuan menggunakan kalimat efektif adalah kemampuan dalam menggunakan kalimat efektif dengan pilihan kata yang tepat sesuai konteks; menerapkan struktur kalimat dengan benar, menggunakan EyD, dan menggunakan nalar yang logis. Kemampuan tersebut diukur melalui instrumen tes berbentuk pilihan ganda, berjumlah tiga puluh soal. Indikatornya meliputi (a) menentukan kalimat yang efektif, dan kalimat yang tidak efektif; (b) memperbaiki kalimat tidak efektif, (c) membuat contoh kalimat efektif, serta (d) menerapkan kalimat efektif dalam paragraf.

(27)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian 1. Metode

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain pretes-postes kelompok kontrol secara random (The randomized pre-test and post-test control group design) seperti digambarkan pada tabel berikut.

Tabel 3.1

Desain Pretes-Postes Kelompok Kontrol Secara Random

Treatment group R O X O

Control group R O C O

(Fraenkel dan Wallen, 2008:268) Keterangan:

R = Random

O = Tes awal/tes akhir untuk mengukur kemampuan siswa sebelun dan setelah diberi perlakuan

X = Perlakuan pembelajaran kalimat efektif dengan menggunakan model penemuan konsep

C = Pembelajaran kalimat efektif dengan model konvensional.

(28)

dari 4 kelas program IPS didapatkan 1 kelas kelompok eksperimen IPS, yaitu kelas XI IPS 3, dan 1 kelas kelompok kontrol IPS, yaitu kelas XI IPS 4.

Adapun notasi O pada desain eksperimen tersebut adalah pemberian tes awal dan tes akhir untuk mengukur kemampuan siswa terhadap konsep kalimat efektif sebelum, dan sesudah perlakuan.

Sementara itu, X berarti perlakuan mengajarkan kalimat efektif dengan menggunakan model penemuan konsep, dan C sebagai pembanding X, yaitu pembelajaran kalimat efektif secara konvensional.

Pemilihan metode tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa penelitian ini bermaksud mendapatkan data kuantitatif mengenai keandalan model pembelajaran terhadap hasil belajar siswa melalui pemberian tes awal, perlakuan, dan tes akhir. Untuk untuk mendapatkan gambaran kualitas proses pembelajaran, metode eksperimen ini ditunjang dengan instrumen observasi dan angket. Dengan demikian, diharapkan penelititan ini akan mendapatkan data yang lebih sahih dan lengkap, serta mendapatkan pemahaman yang lebih baik terhadap masalah penelitian.

2. Paradigma Penelitian

(29)

68

(30)

Secara garis besar prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini digambarkan pada bagan alur penelitian berikut.

Gambar 3.2 Alur Penelitian Kajian Teoretis Implementasi Pembelajaran

(31)

70

Sesuai bagan alur di atas, penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu sebagai berikut.

a. Melakukan kajian awal

Pada tahap ini melakukan kajian awal baik secara teoretis, maupun secara empiris. Secara teoretis melakukan kajian terhadap materi kalimat efektif, kurikulum, dan teori-teori model pembelajaran penemuan konsep. Secara empiris melakukan tinjauan terhadap keadaan siswa, dan kajian terhadap penelitian terkait.

b. Merancang model pembelajaran

c. Menyusun rancangan model pembelajaran penemuan konsep yang akan digunakan untuk pembelajaran kalimat efektif

d. Menyusun instrumen penelitian berupa instrumen tes, instrumen observasi, instrumen angket, instrumen rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa, dan pedoman penilaian

e. Melakukan uji coba tes, validasi dan revisi instrumen

f. Melakukan tes awal untuk mengetahui kualitas awal kemampuan siswa

g. Melakukan implementasi model penemuan konsep dalam pembelajaran kalimat efektif di kelas eksperimen, dan melakukan pembelajaran kalimat efektif di kelas kontrol dengan metode konvensional. Pada tahap ini juga dilakukan pengumpulan data untuk mengetahui kualitas proses pembelajaran melalui observasi terhadap aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dengan bantuan observer guru bahasa Indonesia lain.

(32)

i. Menyebarkan angket kepada siswa untuk menjaring data kualitatif. j. Menganalisis data kuantitatif dan kualitatif

k. Menyusun kesimpulan l. Membuat laporan penelitian.

B. Teknik Pengumpulan data 1. Teknik

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik sebagai berikut.

a. Teknik tes, digunakan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap konsep kalimat efektif sebelum perlakuan, dan sesudah perlakuan (penggunaan model penemuan konsep).

b. Teknik observasi, digunakan untuk mengobservasi efektivitas proses pembelajaran dengan model penemuan konsep.

c. Teknik angket, digunakan untuk memperoleh gambaran tanggapan siswa terhadap model penemuan konsep yang digunakan dalam pembelajaran kalimat efektif.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Instrumen tes

(33)

72

1) Membuat kisi-kisi soal materi kalimat efektif

Materi soal berkaitan dengan ketepatan pilihan kata, struktur kalimat, EyD, dan nalar kalimat. Ranah kognitif yang diukur mengacu pada Taksonomi Bloom, yakni meliputi pemahaman, penerapan, dan analisis. Jumlah soal yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30 butir dengan komposisi seperti dalam tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2

Komposisi Soal Penguasaan Konsep Kalimat Efektif

No. Materi Jenjang Kognitif Jumlah

Soal

C2 C3 C4

1. Kalimat efektif berkenaan dengan

ketepatan pilihan kata 4 2 1 7 2. Kalimat efektif berdasarkan ketepatan

struktur kalimat 3 4 3 10

3.

Kalimat efektif berdasarkan ketepatan

penggunaan EyD 4 4 - 8

4.

Kalimat efektif berdasarkan nalar

kalimat 3 2 - 5

5.

Jumlah 14 12 4 30

Adapun pedoman penskoran adalah jawaban yang benar diberi skor 1, dan jawaban yang salah diberi skor 0. Untuk lebih jelas kisi-kisi dan instrumen soal dapat dilihat pada lampiran B.1 dan B.2.

2) Menyusun butir soal beserta kunci jawaban

(34)

4) Melakukan ujicoba soal kepada siswa yang telah menerima materi kalimat efektif.

5) Menghitung validitas tes, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas.

b. Lembar Pedoman Observasi Aktivitas Pembelajaran

Lembar observasi memuat sejumlah aspek yang menjadi bahan observasi berkaitan dengan kegiatan guru dan siswa sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran model penemuan konsep. Instrumen ini juga disusun berdasarkan masalah penelitian. Pedoman observasi menggunakan skala Likert. Observer diminta mengisi aspek yang diobservasi dengan memberikan tanda centang sesuai dengan skor yang diberikan, yaitu 1 (= tidak baik); 2 (= kurang baik); 3 (=baik); dan 4 (= sangat baik). Kisi-kisi dan Format pedoman observasi aktivitas guru dan siswa dapat dilihat pada lampiran C.1 dan C.2.

c. Lembar angket

(35)

74

d. Instrumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Instrumen RPP digunakan sebagai panduan guru dalam melaksanakan eksperimen. Instrumen ini mengacu pada format RPP yang biasa digunakan di SMA Negeri 9 Bandung. Adapun langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam RPP ini mengacu pada struktur model penemuan konsep. Terdapat 4 instrumen RPP yang untuk 4 kali pertemuan. Yang membedakan pertemuan satu dengan pertemuan lainnya adalah materi atau label konsep yang dipelajari. Untuk lebih jelas, instrumen RPP dapat dibaca pada lampiran A.1.

e. Lembar Kerja Siswa

Lembar kerja siswa disusun untuk digunakan sebagai panduan dalam pelaksanaan eksperimen. Instrumen ini digunakan saat perlakuan berupa contoh-contoh kalimat yang memuat sejumlah konsep kalimat efektif meliputi pilihan kata, struktur kalimat efektif, Ejaan yang Disempurnakan, dan nalar (kelogisan) kalimat. Lembar kerja juga berisi sejumlah pertanyaan, dan penugasan yang disajikan sesuai tahap pembelajaran penemuan konsep, yaitu meliputi tahap penyajian data dan identifikasi konsep, tahap pengujian konsep, dan tahap analisis strategi berpikir dalam menemukan konsep kalimat efektif. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran A.3.

3. Pengujian Instrumen a. Uji Validitas

(36)

Pengujian validitas isi dilakukan oleh penimbang ahli meliputi aspek berikut:

1) tujuan pembelajaran/ indikator pembelajaran

2) hubungan tujuan/indikator pembelajaran dengan soal 3) isi soal

4) hubungan pernyataan soal dengan opsi 5) bahasa soal

6) kehomogenan opsi.

Adapun data hasil uji penimbang dapat dilihat pada lampiran B.4.

Sedangkan uji validitas empiris dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment pearson (Arikunto, 1993:69), sebagai berikut:

=

∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

r

xy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang

dikorelasikan.

N = Jumlah siswa peserta tes X = Nilai X (skor butir soal) Y = Nilai Y (skor total)

Kriteria validitas soal menurut Arikunto (1993:71) adalah sebagai berikut: 1) 0,80 – 1,00 : sangat tinggi

(37)

76

Untuk mengetahui signifikansi korelasi dilakukan uji t dengan rumus sebagai berikut:

t =

r

xy =

(Sujana, 1989) Keterangan:

t = daya pembeda n = jumlah subjek

rxy = koefisien korelasi.

Berdasarkan hasil pengujian validitas empiris, diketahui instrumen tes kalimat efektif dari 60 soal, terdapat 15 soal yang memiliki korelasi signifikan, dan 13 soal yang memiliki korelasi sangat signifikan. Untuk memenuhi kebutuhan 30 soal instrument tes, dilakukan revisi terhadap 4 soal. Untuk lebih jelasnya, hasil pengujian instrumen dapat dilihat dalam lampiran B.3.

b. Uji Relialibitas

(38)

r

11 = ⁄ ⁄ ⁄ ⁄

Keterangan:

2

⁄ ⁄ = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

r11 = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan (Arikunto, 1993:88). Nilai r11 dan nilai r1/2 ½ dihitung dengan rumus product moment

Arikunto, 1993:69), sebagai berikut:

=

∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑

Kriteria tingkat reliabilitas adalah:

1)

r

11 < 0,20 : tidak ada korelasi 2) 0,20 r11 < 0,40 : korelasi rendah

3) 0,40 11 < 0,70 : korelasi sedang 4) 0,70 r11 < 0,90 : korelasi tinggi 5) 0,90 r11 < 1,00 : korelasi tinggi sekali 6) r11 = 1,00 : korelasi sempurna

(39)

78

0,40 r11 < 0,70 dengan tingkat reliabilitas sedang. Dengan demikian, intrumen tes dinyatakan cukup reliabel.

c. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran soal konsep kalimat efektif diukur dengan menggunakan rumus:

P =

(Arikunto, 1993:210)

Keterangan:

P = indeks kesukaran soal

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes.

Kriteria penafsiran indeks kesukaran butir soal menurut Arikunto (1993) adalah:

1) P = 0,00 : soal sangat sukar 2) 0,00 < P 0,30 : soal sukar 3) 0,30 < P 0,70 : soal sedang 4) 0,70 < P 1,00 : soal mudah

5) P = 1,00 : soal sangat mudah.

(40)

d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda digunakan rumus:

D =

!"

#"

$

!%

#%

& P

(

-

P

! (Arikunto, 1993: 216)

Keterangan:

D = Daya pembeda J = Jumlah peserta tes

JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya kelompok atas yang menjawab benar BB = Banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar PA = Proporsi kelompok atas yang menjawab benar

PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.

Kriteria penafsiran daya pembeda butir soal adalah sebagai berikut: 1) 0,00 < D ≤ 0,20 : jelek

2) 0,20 < D ≤ 0,40 : cukup 3) 0,40 < D ≤ 0,70 : baik 4) 0,70 < D ≤ 1,00 : sangat baik.

(41)

80

4. Hasil Uji Coba Instrumen Tes

Sebelum digunakan, terlebih dahulu soal diujicobakan pada siswa kelas XI di sekolah sama, di kelas yang telah menerima pembelajaran kalimat efektif, dan bukan di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol, Selain dilakukan untuk mengetahui validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas, ujicoba soal juga dilakukan untuk mengetahui keterbacaan soal, serta waktu yang diperlukan untuk mengerjakan keseluruhan soal.

Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan program Anates V4, didapatkan rekapitulasi hasil uji coba instrumen tes kalimat efektif seperti dalam tabel 3.3 .

Tabel 3.3

Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes No.

Soal

Daya Beda

Tingkat

Kesukaran Validitas Reliabilitas Keterangan

(42)

No. Soal

Daya Beda

Tingkat

kesukaran Validitas Reliabilitas Keterangan

(43)

82

Berdasarkan hasil analisis uji coba instrumen tes, didapati instrumen soal yang dapat dipakai langsung sejumlah 28 butir soal. Akan tetapi, mempertimbangkan cakupan materi pembelajaran, peneliti melakukan revisi terhadap 4 butir soal. Dengan demikian, instrumen soal yang digunakan untuk tes awal dan tes akhir berjumlah 30 butir soal.

Berdasarkan hasil uji instrumen, didapatkan instrumen tes final yang digunakan untuk tes awal dan tes akhir. Rekapitulasinya dapat dilihat pada 3.4 di bawah ini.

Tabel 3.4

Rekapitulasi Daya Beda, Tingkat Kesukaran, dan Signifikansi Korelasi Instrumen Tes

4 cukup mudah sangat signifikan 5 baik mudah sangat signifikan

11 baik sedang sangat signifikan 12 baik mudah sangat signifikan

13 cukup sedang signifikan

14 baik sukar sangat signifikan

15 baik sedang - hasil revisi

16 baik sedang signifikan

17 baik sedang sangat signifikan 18 cukup sedang sangat signifikan

19 cukup mudah signifikan

20 cukup mudah sangat signifikan

21 cukup sedang signifikan

22 baik sedang sangat signifikan

(44)

24 baik sedang sangat signifikan

25 baik sedang signifikan

26 rendah sukar - hasil revisi

27 cukup sukar - hasil revisi

28 cukup sukar signifikan

29 cukup sukar - hasil revisi

30 cukup sukar signifikan

Berdasarkan tabel di atas, didapatkan data bahwa instrumen tes yang digunakan pada penelitian ini di dalamnya terdapat 8 butir soal dengan tingkat kesukaran mudah, 15 soal kategori sedang, dan 7 soal dengan kategori sukar. Sementara itu, terdapat 15 soal yang memiliki daya beda baik, 14 soal yang memiliki daya beda cukup, dan 1 soal dengan daya beda rendah. Untuk lebih jelas, data hasil uji instrumen tes dapat dilihat pada lampiran B.3.

Dengan mempertimbangkan pelaksanaan uji coba instrumen tes, dan mengacu pada aturan penyusunan soal ulangan akhir semester di SMA, ditetapkan alokasi waktu pengerjaan setiap butir soal sekitar 2 menit, sehingga alokasi waktu yang ditetapkan untuk pelaksanaan tes awal dan tes akhir adalah 60 menit.

C. Teknik Pengolahan Data 1. Prosedur

Data-data yang terkumpul diolah dengan prosedur sebagai berikut: a. memeriksa seluruh hasil tes

b. memberi skor

(45)

84

e. menabulasikan hasil tes

f. menguji sifat data, meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.

2. Langkah-Langkah Analisis Data

Data diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Memberikan skor hasil tes awal dan tes akhir dengan ketentuan sebagai berikut.

1) Jawaban yang benar diberi skor satu (1) 2) Jawaban salah diberi skor nol (0)

b.

Menghitung peningkatan antara skor tes awal dan tes akhir (gain)

Gain merupakan peningkatan kemampuan yang dimiliki siswa setelah

mengikuti pembelajaran. Gain yang diperoleh dinormalisasi oleh selisih antara skor maksimal dengan skor tes awal. Normalitas gain dihitung dengan rumus g factor (N-Gains), yaitu :

g =

)*+,- )* .

)/01, )* .

(Meltzer, dalam Sopamena, 2009)

Keterangan :

S

post = skor tes akhir

S

pre = skor tes awal

S

maks = skor maksimal

Tingkat perolehan skor kemudian diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu: 1) G ≥ 0,7 : tinggi

2) 0,3 < g < 0,7 : sedang 3) G < 0,3 : rendah

c. Melakukan uji normalitas

(46)

parametrik atau nonparametrik. Pengujian normalitas data menggunakan uji Chi Kuadrat dengan rumus:

(Sudjana, 1989:273)

Keterangan:

X² = uji chi kuadrat

Oi = frekuensi yang diamati Ei = frekuensi yang diharapkan

Penerimaan normalitas data didasarkan pada hipotesis berikut: Ho : data berdistribusi normal

H1 : data tidak berdistribusi normal.

Kriteria pengujian adalah bahwa data dikatakan berdistribusi normal jika

X

²

hitung X

²

tabel

.

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan program SPSS 17 (Sulistiyo, 2011).

d. Melakukan uji homogenitas varians. Uji ini ditujukan untuk mengetahui homogenitas varian sampel. Rumus yang digunakan adalah uji F. Menurut Sugiono (2010:197) rumus uji F yaitu:

F=

234536 78498:34

234536 784;8<5=

(47)

86

Kriteria pengujian yaitu jika F hitung < Ftabel dapat dinyatakan bahwa

varian kedua kelompok data tersebut adalah homogen. Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan program SPSS 17 (Sulistiyo, 2011).

e. Melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui perbedaan dua rata-rata kemampuan kalimat efektif siswa sebelum perlakuan, dan setelah perlakuan yang meliputi:

1) perbedaan rata-rata hasil tes awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol program IPA

2) perbedaan rata-rata hasil tes awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol program IPS

3) perbedaan rata-rata hasil tes akhir siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol program IPA

4) perbedaan rata-rata hasil tes akhir siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol program IPS

5) perbedaan rata-rata hasil tes akhir siswa kelas eksperimen program IPA dan kelas eksperimen program IPS.

Uji rata-rata pada penelitian ini menggunakan uji satu pihak dengan pasangan hipotesis sebagai berikut:

H0: A = A

H1: A B A

(48)

t =

)

(

Sudjana, 1989)

Keterangan:

t : koefisien yang dicari X1 : rata-rata kelompok 1 X2 : rata-rata kelompok 2 S : varians

n : jumlah kelompok

Sedangkan untuk data yang berdistribusi tidak normal, uji perbedaan rata-rata menggunakan uji nonparametrik Mann-Whitney Test.

f. Menyimpulkan hasil analisis data kuantitatif

g. Menganalisis data angket untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan model penemuan konsep. Tanggapan siswa dalam angket menggunakan skala Likert. Jawaban siswa dikelompokkan atas sangat setuju (SS), Setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Kemudian dihitung persentasenya dengan rumus berikut:

T = C 100%

Keterangan :

T = persentase tanggapan terhadap setiap pernyataan J = jumlah tanggapan terhadap setiap pernyataan N = jumlah siswa.

(49)

88

dengan model penemuan konsep. Adapun kriteria skor pedoman observasi adalah sebagai berikut.

4 = sangat baik 3 = baik

2 = kurang baik 1 = tidak baik

i. Menyimpulkan hasil penelitian. D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 9 Bandung. Pertimbangannnya adalah siswa kelas XI sudah dijuruskan sesuai program pilihan berdasarkan kemampuan akademik dan minat siswa, yaitu program IPA dan IPS. Selain itu, siswa kelas XI sudah berada dalam fase remaja, yang oleh Bruner (Hartinah, 2010:88) dinyatakan bahwa siswa dalam tahapan remaja akan lebih senang belajar dengan menggunakan bentuk-bentuk simbol dengan cara yang makin abstrak. Guru dapat membantu mereka dengan menggunakan keterampilan proses dalam pembelajaran, dan dengan memberi penekanan pada penguasaan konsep.

Loree (Hartinah, 2010) menyatakan bahwa laju perkembangan inteligensi berlangsung sangat pesat sampai masa remaja awal, puncak perkembangan umumnya dicapai pada penghujung masa remaja akhir (sekitar usia dua puluhan), setelah itu kepesatannya berangsur menurun.

(50)

menggunakan konsep yang abstrak dari satu situasi ke situasi yang lain (Chaer, 2009:229).

Sejalan dengan itu, Hartinah (2010:203) menyebutkan bahwa tahap berpikir operasional formal juga ditandai dengan ciri-ciri (1) cara berpikir yang tidak hanya sebatas di sini dan sekarang, tetapi juga terkait dengan dunia kemungkinan atau masa depan (world possibilities); (2) kemampuan berpikir hipotetik; (3) kemampuan melakukan eksplorasi dan ekspansi pemikiran, horison berpikirnya semakin luas.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, diharapkan penggunaan model penemuan konsep pada pembelajara kalimat efektif dengan populasi siswa SMA kelas XI dapat berhasil dengan baik karena sesuai dengan perkembangan psikologis mereka.

Adapun sampel pada penelitian ini adalah siswa satu kelas dari enam kelas program IPA, dan satu kelas dari empat kelas program IPS. Dengan demikian, penelitian ini menggunakan dua kelas eksperimen, dan dua kelas kontrol yang diambil dengan teknik sampel random sederhana (simple random sampling). Random dilakukan terhadap kelas, bukan terhadap subjek karena

subjek penelitian sudah berada dalam kelompok yang utuh, yaitu kelas. Dengan demikian, dari enam kelas XI IPA diundi dua kelas, dan dari empat kelas XI IPS diundi juga dua kelas.

(51)

90

Sugiyono (2010:82) menyebutkan simple random ( random sederhana) dapat dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

Selain mengacu pada pendapat tersebut, pemilihan teknik sampel random sederhana, juga berdasar pada pertimbangan berikut ini. Pertama, semua kelas XI mendapatkan pembelajaran bahasa Indonesia yang sama, bukan kelas bahasa, dan bukan kelas unggulan. Kedua, semua kelas XI IPA dan IPS mendapat alokasi waktu pelajaran bahasa Indonesia yang sama dalam setiap minggunya. Berdasarkan fakta tersebut, kelas yang dipilih diasumsikan mempunyai kemampuan awal bahasa Indonesia yang relatif sama.

Adapun pemilihan sampel atas kelas XI IPA dan XI IPS didasari keinginan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap sehubungan di kelas XI sudah ada pemilihan program studi, dan program studi yang ada di SMA Negeri 9 Bandung adalah program IPA dan IPS.

(52)

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A.Analisis Data Hasil Penelitian

Data hasil penelitian yang dianalisis ini berupa data tes awal dan tes akhir hasil pembelajaran kalimat efektif kelas yang menggunakan model penemuan konsep (kelas eksperimen) IPA dan IPS, serta hasil pembelajaran kalimat efektif dengan model konvensional (kelas kontrol) IPA dan IPS. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Office Excel dan software SPSS 17.

1. Deskripsi Data Hasil Tes Awal dan tes Akhir Kelas Eksperimen (Model Penemuan Konsep)

Setelah dilakukan penskoran dan penilaian, data kemampuan awal (tes awal) dan kemampuan akhir (tes akhir) siswa dalam pembelajaran kalimat efektif dengan menggunakan model penemuan konsep dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini. 1.1 Kelas Eksperimen IPA

Tabel 5.1

Rata-Rata Kemampuan Kalimat Efektif Siswa Kelas Eksperimen IPA

Kemampuan Jml. Siswa Tertinggi Terendah Rata-rata

Awal (tes awal) 41 20 5 12,32

Akhir (tes akhir) 41 28 20 24,29

N-gain 41 0,8 0,5 0,7

(53)

240

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa skor tes awal tertinggi di kelas eksperimen IPA adalah 20, dan skor terendah adalah 5. Rata-rata skor tes awal kelas eksperimen IPA adalah 12,32. Dengan demikian, sebelum mendapatkan pembelajaran kalimat efektif dengan menggunakan model penemuan konsep, kemampuan awal rata-rata kelas eksperimen IPA tergolong rendah.

Setelah perlakuan pembelajaran dengan model penemuan konsep, diperoleh skor tertinggi adalah 28, dan skor terendah adalah 20. Rata-rata skor tes akhir kelas eksperimen IPA adalah 24,29. Gain tertinggi adalah 0,8, dan gain terendah adalah, 0,5. Rata-rata gain siswa kelas eksperimen IPA adalah 0,7. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan rata-rata siswa dalam kalimat efektif dengan kategori tinggi. Untuk lebih jelasnya, skor perolehan tes awal dan tes akhir kelas eksperimen IPA dapat dilihat pada lampiran D.1.

Berdasarkan data perolehan skor tes awal dan tes akhir, peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen IPA, dapat dilihat pada grafik 5.1 di bawah ini.

Grafik 5.1

Peningkatan Hasil Belajar Kalimat Efektif Kelas Eksperimen IPA

Berdasarkan grafik 5.1. di atas, terlihat bahwa di kelas eksperimen IPA skor rata-rata 12,32 pada tes awal meningkat menjadi rata-rata 24,29 pada tes akhir. Ini berarti, di kelas eksperimen IPA terjadi peningkatan hasil belajar yang tinggi.

0 5 10 15 20 25 30

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41

(54)

1.2 Kelas Eksperimen IPS

Tabel 5.2

Rata-Rata Kemampuan Kalimat Efektif Siswa Kelas Eksperimen IPS

Kemampuan Jml. Siswa Tertinggi Terendah Rata-rata

Awal (tes awal) 36 16 9 13,86

Akhir (tes akhir) 36 26 17 21,58

N-gain 36 0,7 0,3 0,5

Skor Ideal=30

Dari tabel 5.2 dapat dilihat bahwa skor tes awal tertinggi siswa kelas eksperimen IPS adalah 16, dan skor terendah adalah 9. Rata-rata skor tes awal adalah 13,86. Artinya kemampuan rata-rata siswa kelas eksperimen IPS sebelum perlakuan yang dapat dikategorikan rendah. Setelah pembelajaran dengan model penemuan konsep, diperoleh skor tertinggi 26, dan skor terendah 17. Rata-rata skor tes akhir adalah 21,58. Gain tertinggi adalah 0,7, dan gain terendah adalah, 0,3. Rata-rata gain siswa kelas eksperimen IPS adalah 0,5. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan rata-rata siswa dalam kalimat efektif dengan kategori sedang. Dengan demikian, rata-rata kemampuan kalimat efektif setelah perlakuan model penemuan konsep meningkat. Untuk lebih jelas data dapat dilihat pada lampiran D.3.

(55)

242

Grafik 5.2

Peningkatan Hasil Belajar Kalimat Efektif Kelas Eksperimen IPS

Grafik di atas menggambarkan peningkatan hasil belajar di kelas eksperimen IPS. Rata-rata skor tes awal 13,86 meningkat menjadi 21,58 perolehan rata-rata skor tes tes akhir. Berdasarkan kriteria yang digunakan, peningkatan termasuk kategori sedang

2. Deskripsi Data Hasil Tes Awal dan tes Akhir Kelas Kontrol (Pembelajaran Konvensional)

Berdasarkan penskoran, data kemampuan awal (tes awal) dan kemampuan akhir (tes akhir) siswa yang menggunakan model konvensional dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut ini.

2.1 Kelas Kontrol IPA

Tabel 5.3

Rata-Rata Kemampuan Kalimat Efektif Siswa Kelas Kontrol IPA

Kemampuan Jml. Siswa Tertinggi Terendah Rata-rata

Awal (tes awal) 41 15 8 11,63

0 5 10 15 20 25 30

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35

(56)

Akhir (tes akhir) 41 24 14 19,66

N-gain 41 0,7 0,2 0,4

Skor Ideal=30

Dari tabel 5.2 dapat dilihat skor tertinggi tes awal kelas kontrol IPA adalah 15, dan skor terendah adalah 8. Rata-rata skor adalah 11,63. Artinya kemampuan awal rata-rata siswa kelas kontrol IPA sebelum perlakuan dapat dikategorikan rendah.

Setelah pembelajaran dengan menggunakan model konvensional, diperoleh skor tertinggi adalah 24, dan skor terendah adalah 14. Rata-rata skor adalah 19,66. Gain tertinggi adalah 0,7, dan gain terendah adalah 0,2. Rata-rata gain siswa kelas kontrol IPA adalah 0,4. Hal ini menunjukkan kemampuan siswa kelas kontrol IPA dalam kalimat efektif meningkat dengan kategori sedang. Untuk lebih jelasnya, data dapat dilihat pada lampiran D.2.

Berdasarkan data perolehan skor tes awal dan tes akhir, peningkatan hasil belajar siswa pada kelas kontrol IPA, dapat dilihat pada grafik 5.3 di bawah ini.

Grafik 5.3

Peningkatan Hasil Belajar Kalimat Efektif Kelas Kontrol IPA

0 5 10 15 20 25 30

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41

(57)

244

Grafik di atas menggambarkan peningkatan hasil belajar di kelas kontrol IPA dari rata-rata skor teas awal 11,63, menjadi rata-rata 19,66 pada tes akhir. Ini berarti, tedapat peningkatan hasil belajar dalam kategori sedang.

2.2 Kelas Kontrol IPS

Tabel 5.4

Rata-Rata Kemampuan Kalimat Efektif Siswa Kelas Kontrol IPS

Kemampuan Jml. Siswa Tertinggi Terendah Rata-rata

Awal (tes awal) 36 15 7 9,61

Akhir (tes akhir) 36 23 13 16,36

N-gain 36 0,7 0,1 0,3

Skor Ideal=30

Berdasarkan tabel 5.4 skor tertinggi tes awal kelas kontrol IPS adalah 15, dan skor terendah adalah 7. Perolehan rata-rata skor sebelum pembelajaran adalah 9,61 . Hal ini menunjukkan kemampuan awal kalimat efektif yang tergolong rendah.

Setelah pembelajaran dengan model konvensional, diperoleh skor tertinggi adalah 23, dan skor terendah adalah 13. Rata-rata skor tes akhir adalah 16,36. Gain tertinggi adalah 0,7, dan gain terendah adalah 0,1. Rata-rata gain siswa kelas eksperimen IPS adalah 0,3. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan kemampuan dengan kategori sedang. Untuk lebih jelasnya, data dapat dilihat pada lampiran D.4.

(58)

Grafik 5.4

Peningkatan Hasil Belajar Kalimat Efektif Kelas Kontrol IPS

Grafik di atas menggambarkan perolehan rata-rata skor tes awal di kelas eksperimen IPS dari 9,61 menjadi 16,36 pada tes akhir. Dengan demikian, terjadi peningkatan skor dengan kategori sedang.

3. Pengujian Sifat Data

Pengujian sifat data pada penelitian ini meliputi uji normalitas sebaran data, dan uji homogenitas variasi data. Kedua pengujian sifat data tersebut bertujuan untuk menentukan teknik analisis statistik yang akan digunakan. Jika data memenuhi syarat normalitas dan homogenitas, uji perbedaan rata-rata menggunakan uji-t, sedangkan jika data tidak memenuhi syarat normalitas dan homogenitas, uji perbedaan rata-rata menggunakan uji nonparametrik.

0 5 10 15 20 25

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35

(59)

246

3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran data pada penelitian ini menggunakan program SPSS-17. Karena jumlah data (N) lebih dari 30, uji normalitas menggunakan yaitu Shapiro-Wilk.

Penerimaan normalitas data didasarkan pada hipotesis berikut: Ho : data berdistribusi normal

H1 : data tidak berdistribusi normal.

Berdasarkan ketentuan (Sulistiyo, 2011:51-52) kriteria pengujian adalah sebagai berikut.

1) Jika probabilitas angka signifikansi (sig.) > 0,05, terima Ho, artinya data berdistribusi normal.

2) Jika probabilitas angka signifikansi (sig.) < 0,05, tolak Ho atau terima H1, artinya data tidak berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan SPSS 17 diperoleh hasil uji normalitas data tes awal dan tes akhir sebagai berikut.

a. Uji Normalitas Data Tes Awal

Hasil uji normalitas data tes awal kelas IPA dan IPS dideskripsikan sebagai berikut.

Tabel 5.5

Hasil Uji Normalitas Skor Tes Awal Kelas IPA

Variabel Shapiro-Wilk Tafsiran

Statistic df Sig. Tes awal pembelajaran

model penemuan konsep

0,969 41 0,321 normal

(60)

model konvensional

Berdasarkan tabel 5.5, data tes awal kelas eksperimen IPA adalah 0,321, lebih besar dari = 0,05. Artinya pada taraf signifikan 5% data tes awal siswa yang memperoleh pembelajaran model penemuan konsep dan pembelajaran konvensional berdistribusi normal. Sedangkan data tes awal kelas kontrol IPA adalah 0,020 lebih keci dari 0,05. Artinya data tes awal kelas kontrol IPA berdistribusi tidak normal.

Selanjutnya adalah hasil pengujian normalitas data tes awal kelas IPS dapat diamati pada tabel 5.6 di bawah ini.

Tabel 5.6

Hasil Uji Normalitas Skor Tes Awal Kelas IPS

Variabel Shapiro-Wilk Tafsiran

Statistic df Sig. Tes awal pembelajaran

model penemuan konsep

0,816 36 0,000 Tidak normal Tes awal pembelajaran

model konvensional

0,937 36 0,041 Tidak normal

Berdasarkan tabel 5.6 di atas, data tes awal pembelajaran model penemuan konsep, dan pembelajaran dengan model konvensional pada kelas IPS tampak probabilitas angka signifikansi lebih kecil dari 0,05. Artinya data tes awal pada kelas eksperimen dan kelas kontrol IPS berdistribusi tidak normal.

b. Uji Normalitas Data Tes Akhir

Hasil pengujian normalitas data tes akhir hasil belajar kalimat efektif pada kelas IPA dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut ini.

Tabel 5.7

(61)

248

Variabel Shapiro-Wilk Tafsiran

Statistic df Sig. Tes akhir pembelajaran

model penemuan konsep konvensional di kelas IPA berdistribusi normal.

Adapun hasil uji normalitas data tes akhir pembelajaran kalimat efektif dengan model penemuan konsep, dan pembelajaran dengan model konvensional di kelas IPS dapat dilihat dalam tabel 5.8.

Tabel 5.8

Hasil Uji Normalitas Skor Tes Akhir Kelas IPS

Variabel Shapiro-Wilk Tafsiran

Statistic df Sig. Tes akhir pembelajaran

model penemuan konsep

0,956 36 0,161 Normal

Tes akhir pembelajaran model konvensional

0,956 36 0,029 Tidak normal

(62)

kelas IPS berdstribusi normal, sedangkan data tes akhir pembelajaran model konvensional di kelas IPS berdistribusi tidak normal.

3.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas data pada penelitian ini menggunakan program SPSS 17, yaitu Levene Test (Test of Homogeneity of Variance). Kriteria yang digunakan seperti dikemukakan Sulistyo (2011:54), yaitu sebagai berikut.

1) Jika angka probabilitas signifikansi > 0,05 berarti varian kelompok sama (homogen).

2) Jika angka probabilitas signifikansi < 0,05 berarti varian kelompok berbeda (tidak homogen).

Berdasarkan hasil analisis, hasil uji homogenitas data tes awal dan tes akhir di kelas IPA dan IPS adalah sebagai berikut.

Tabel 5.9

Hasil Uji Homogenitas Skor Tes Awal dan Tes Akhir Kelas IPA dan IPS

Variabel Signifikansi

Levene Test

Kriteria

Signifikansi Tafsiran Tes awal di kelas

eksperimen- kontrol IPA 0,025 0,05 Tidak homogen Tes awal di kelas

eksperimen- kontrol IPS 0,121 0,05 Homogen

Tes akhir di kelas

eksperimen- kontrol IPA 0,002 0,05 Tidak homogen Tes akhir di kelas

Gambar

Gambar  3.2  Alur Penelitian
Tabel 3.2  Komposisi Soal Penguasaan Konsep Kalimat Efektif
tabel 3.3 .
Tabel 3.4 Rekapitulasi Daya Beda, Tingkat Kesukaran, dan Signifikansi Korelasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kriteria yang digunakan yaitu mendiagnosa kelainan cerebral palsy pada anak.

Penelitian ini berjudul “Eefektivitas Teknik Jigsaw dalam Pembelajaran Dokkai pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Pendidikan Indonesia Tahun

[r]

Table 3.2 Distribution of Instructor’s Teaching Load

Kemampuan mahasiswa PPL dalam perencanaan Pembelajaran menurut persepsi guru pamong pada kriteria baik untuk indikator merencanakan pengelolaan, indikator

Rangkaian Pulse Code Modulation pada Module ED Laboratory 2960 F terdiri dari clock generator, voltage follower, voltage comparator, counter, latch dan shift register..

Sistem pengendalian jarak jauh tersebut sangat efisien digunakan untuk mengatasi gangguan pada jaringan distribusi listrik tegangan menengah 20 kV yang menggunakan jaringan

Perusahaan khususnya pihak manajemen selalu dihadapkan pada perencanaan pengambilan keputusan yang menyangkut berbagai macam alternative yang harus dipilih .Dalam penggambilan