ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
INVESTASI ASING LANGSUNG/FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI) DI INDONESIA PERIODE 1979-2011
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Pendidikan Indonesia
Oleh Rosanti I Naibaho
NIM. 0807114
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
LEMBAR PENGESAHAN
“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI
ASING LANGSUNG/FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI) DI INDONESIA PERIODE 1979-2011”
Bandung, Maret 2013
Skripsi ini disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Dr.Kusnendi, MS. NIP. 19600122 198403 1 003
Yana Rohmana, S.Pd. M.Si NIP. 19790625 200501 1 002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
UPI Bandung
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
INVESTASI ASING LANGSUNG/FOREIGN DIRECT
INVESTMENT (FDI) DI INDONESIA PERIODE 1979-2011
Oleh
Rosanti I. Naibaho
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Asaretkha Adjane 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Asing
Langsung/Foreign Direct Investment (FDI) Di Indonesia Periode 1979-2011
Oleh
Rosanti I Naibaho 0807114
ABSTRAK
Foreign Direct Investment (FDI) atau Penanaman Modal Asing (PMA) menjadi salah satu sumber pembiayaan (modal) yang penting bagi negara berkembang, dan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pembangunan melalui transfer asset dan manajemen, serta transfer teknologi guna mendorong perekonomian negara. Walaupun sudah banyak studi yang meneliti tentang keberadaan faktor-faktor yang mempengaruhi FDI, akan tetapi masih banyak kesimpulan yang menyatakan perbedaan sehingga menimbulkan perdebatan.
Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang cukup besar untuk melaksanakan pembangunan nasional. Selain berupaya menggali sumber pembiayaan dalam negeri, pemerintah juga mengundang sumber pembiayaan luar negeri, salah satunya adalah Penanaman Modal Asing Langsung (FDI). Dalam mendatangkan FDI ke Indonesia tersebut banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini yaitu Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Suku Bunga, Inflasi, Infrastruktur Dan Keterbukaan Ekonomi.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda (multiple regression) dengan alat analisis Econometric Views (EViews) 7. Hasil dari perhitungan yang dilakukan menunjukan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi, infrastruktur dan keterbukaan ekonomi mempunyai pengaruh positif terhadap keberadaan FDI, sedangkan variabel tingkat suku bunga dan inflasi mempunyai pengaruh yang negatif terhadap FDI.
Kata Kunci: Foreign Direct Investment (FDI), Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Suku
Determinants of Foreign Direct Investment in Indonesia, 1979-2011
By
Rosanti I Naibaho 0807114
ABSTRACT
Foreign Direct Investment (FDI) or foreign investment (PMA) is one
source of funding (capital) that are important for developing countries, and can contribute significantly to the development through the transfer of assets and management, and technology transfer to boost the country's economy. Although many studies have examined the existence of factors that affect FDI, but there are still many conclusions expressed differences giving rise to debate.
As a developing country, Indonesia needs substantial funds to implement national development. In addition to efforts to find sources of financing in the country, the government has also invited foreign financing sources, one of which is the Foreign Direct Investment (FDI). In bringing FDI into Indonesia are many factors that influence it. The factors examined in this study, namely Economic Growth, Interest Rate, Inflation, Infrastructure and Economic Openness.
Data analysis in this study using multiple regression analysis (multiple
regression) with Econometric analysis tools Views (Eviews) 7. The results of the
calculations carried out showed that the variables of economic growth, infrastructure and economic openness has a positive effect on the presence of FDI, while variable interest rates and inflation have a negative influence on FDI.
DAFTAR ISI
1.2.Identifikasi Masalah ... 6
1.3.Tujuan Penelitian ... 7
1.4.Kegunaan Penelitian ... 7
1.4.1.Kegunaan Teoritis ... 7
1.4.2.Kegunaan Praktis ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1.Foreign Direct Investment (FDI)/PMA ... 9
2.1.1.Pengertian Foreign Direct Investment/PMA ... 9
2.1.2.Jenis Foreign Direct Investment/PMA ... 10
2.1.3.Manfaat Foreign Direct Investment/PMA ... 11
2.1.4.Metode Foreign Direct Investment/PMA ... 12
2.1.5.Teori Investasi Asing Langsung ... 14
2.1.5.1. Teori Keunggulan Monopolistik ... 14
2.1.5.2. Teori Internasional Product Life Cycle ... 15
2.1.5.3. Teori Elektik Produksi Internasional... 16
2.1.5.4. Teori Push-Pull Factor ... 17
2.2.Pertumbuhan Ekonomi ... 18
2.2.1.Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ... 18
2.2.2.Cara Mengukur Pertumbuhan Ekonomi ... 20
2.2.3.Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan PMA ... 20
2.3.1.Pengertian Tingkt Suku Bunga ... 22
2.3.2.Cara Mengukur Tingkat Suku Bunga ... 23
2.3.3.Jenis-jenis Tingkat Suku Bunga ... 23
2.3.4.Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan PMA ... 24
2.4.Inflasi ... 25
2.4.1.Pengertian Inflasi ... 25
2.4.2.Cara Mengukur Inflasi ... 26
2.4.3.Dampak Inflasi ... 26
2.4.4.Jenis-jenis Inflasi ... 28
2.4.5.Hubungan Inflasi dengan PMA ... 29
2.5.Infrastruktur ... 30
2.5.1.Pengertian Infrastruktur ... 30
2.5.2.Cara Mengukur Infrastruktur ... 31
2.5.3.Jenis-jenis Infrastruktur ... 32
2.5.4.Hubungan Infrastruktur dengan PMA ... 32
2.6.Keterbukaan Ekonomi ... 33
2.6.1.Pengertian Keterbukaan Ekonomi ... 33
2.6.2.Cara Mengukur Keterbukaan Ekonomi ... 34
2.6.3.Hubungan Keterbukaan Ekonomi dengan PMA ... 34
2.7.Penelitian Terdahulu ... 35
2.8.Kerangka Pemikiran ... 42
2.9.Hipotesis ... 48
BAB III METODE PENELITIAN ... 49
3.1 Objek Penelitian ... 49
3.2 Metode Penelitian ... 49
3.3 Defenisi Opersional Variabel ... 50
3.4 Jenis dan Sumber Data ... 51
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 51
3.6 Teknik Analisis Data ... 52
3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 54
3.6.1.2Uji Normalitas (Normality Test) ... 56
3.6.1.3Uji Linieritas (Liniearity Test) ... 57
3.6.1.4Uji Heteroskedastisitas (Heteroscedasticity Test) ... 58
3.6.1.5Uji Autokorelasi (Autocorrelation Test)... 60
3.6.2 Pengujian Hipotesis ... 63
3.6.2.1Koefisien Determinasi Majemuk R2 ... 63
3.6.2.2Pengujian Hipotesis Regresi Majemuk Secara Keseluruhan (Uji f) ... 64
3.6.2.3Pengujian Hipotesis Regresi Majemuk Secara Parsial (Uji t) ... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66
4.1.Deskripsi Hasil Penelitian ... 66
4.1.1.Perkembangan Foregin Direct Investment ... 66
4.1.2.Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... 69
4.1.3.Perkembangan Tingkat Suku Bunga Domestik ... 73
4.1.4.Perkembangan Inflasi ... 77
4.1.5.Perkembangan Infrastruktur ... 81
4.1.6.Perkembangan Keterbukaan Ekonomi ... 84
4.2.Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 89
4.2.1.Pengujian Model Data ... 89
4.2.2.Uji Multikolinieritas ... 90
4.2.3.Uji Normalitas ... 91
4.2.4.Uji Linieritas ... 92
4.2.5.Uji Heteroskedastisitas ... 93
4.2.6.Uji Autokorelasi ... 94
4.2.7.Pengujian Hipotesis ... 95
4.2.7.1. Koefisien Determinasi (R2) ... 95
4.2.7.2. Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F) ... 96
4.2.7.3. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... 96
4.3.Pembahasan ... 98
4.3.2.Pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap FDI di Indonesia ... 101
4.3.3.Pengaruh Inflasi terhadap FDI di Indonesia ... 103
4.3.4.Pengaruh Infrastruktur terhadao FDI di Indonesia ... 106
4.3.5.Pengaruh Keterbukaan Ekonomi terhadap FDI di Indonesia ... 109
4.4.Implikasi Pendidikan ... 112
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 116
5.1.Kesimpulan ... 116
5.2.Saran ... 117
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Pembangunan merupakan suatu rangkaian yang terencana menuju keadaan
ke arah yang lebih baik. Tahun 1969 pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia
mulai melaksanakan pembangunan di segala bidang. Dalam mempercepat
pembangunan nasional tersebut agar terlaksananya tujuan dan cita-cita bangsa
Indonesia, pemerintah membutuhkan modal yang sangat besar. Namun
kemampuan pemerintah sangat terbatas dalam penyediaan modal tersebut. Oleh
karena itu, sebagai salah satu aspek dalam kebijakan pemerintah, perlu melakukan
usaha-usaha agar memperoleh lebih banyak dana untuk pembangunan. Salah satu
usaha yang dilakukan oleh pemerintah adalah pemanfaatan modal luar negeri.
Pemanfaatan modal luar negeri untuk diabdikan pada pembangunan ekonomi
nasional telah ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1967 (UU No.
1/1967) tentang Penanaman Modal Asing (PMA).
Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan
produksi. Pada posisi semacam ini investasi pada hakekatnya juga merupakan
langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman modal
mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi dan mencerminkan marak
atau lesunya perekonomian. Dalam upaya menumbuhkan perekonomian setiap
negara senantiasa menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi.
Sasaran yang dituju bukan hanya masyarakat atau kalangan swasta dalam negeri,
Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang cukup
besar untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar
tersebut terjadi karena adanya upaya untuk mengejar ketertinggalan pembangunan
dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.
Disamping berupaya menggali sumber pembiayaan dalam negeri, pemerintah juga
mengundang sumber pembiayaan luar negeri, salah satunya adalah investasi asing
langsung(Sarwedi, 2002:18).
Masih tertinggalnya pertumbuhan ekonomi sejak pertengahan tahun 1997
akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia sampai sekarang mendorong
pemerintah untuk mencari sumber-sumber pembiayaan pembangunan baik yang
berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Penanaman Modal asing langsung
merupakan salah satu sumber yang menjadi sasaran pemerintah untuk membantu
proses pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Kesempatan dalam berinvestasi di Indonesia semakin terbuka, terutama
bagi penanaman modal asing. Keterbukaan ini sejalan dengan era perdagangan
besar yang dihadapi penanaman modal asing didorong bagi kegiatan ekspor dan
kegiatan yang belum dapat dilakukan oleh modal dan tekhnologi dalam negeri.
Kesadaran akan perlunya penanaman modal asing didasarkan atas harapan akan
dapat memacu pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, meningkatkan peran aktif
masyarakat serta memperluas lapangan kerja serta kesempatan kerja. Realisai
Tabel 1.1
Perkembangan Realisasi Investasi Asing di Indonesia Periode 1985-2011
Sumber: Badan Pusat Statistika, Bank Indonesia
Nilai PMA periode 1985-2011 sebesar 157.204 juta US$, rata-rata per
tahun sebesar 5822 juta USD, rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 26%. Dari
tabel diatas dapat dilihat dapat dilihat bahwa pertumbuhan PMA terbesar adalah
Selama tahun 1985-1993 PMA mengalami pertumbuhan yang positif dan
sangat baik. Pada periode ini di tahun 1991 jumlah PMA sebesar 1.059,7 USD
meningkat 50,10% dari tahun sebelumnya. Hingga tahun 1993 PMA meningkat
sebesar 191,26% dari tahun 1992 sebesar 1.940,9 USD menjadi 5.653,1 USD.
Peridoe tahun 1994 hingga tahun 2000 PMA mengalami penurunan
sebanyak 3 kali, yaitu di tahun 1993 sebesar 33,29%, tahun 1996 sebesar 30,91%
dan tahun 1997 sebesar 24,95%. Selama periode ini PMA tertinggi adalah tahun
1995 yaitu sebesar 6.698,4 USD. Penurunan di tahun 1996 dan 1997 ini
dikarenakan krisis moneter yang terjadi di Indonesia menyebabkan arus masuk
PMA berkurang. Namun di tahun 1998 PMA kembali meningkat hingga di tahun
2000 mencapai 9.877,4 USD. Nilai PMA kembali berfluktuatif di tahun 2001
hingga tahun 2006. Selama periode ini PMA mengalami penurunan dari
tahun-tahun sebelumnya. Namun di tahun-tahun 2003 dan 2005 sempat kembali positif.
Hingga tahun 2006 menurun sebesar 32,76% dari tahun sebelumnya menjadi
5.991,7 USD.
Tulus Tambunan (2006:2) menyatakan:
Buruknya daya saing Indonesia dalam menarik PMA lebih nyata lagi jika dibandingkan dengan perkembangan PMA di negara-negara lain. Misalnya dalam kelompok ASEAN, Indonesia satu-satu negara yang mengalami arus PMA negatif sejak krisis ekonomi 1998; walaupun nilai negatifnya cenderung mengecil sejak tahun 2000. Hal ini ada kaitannya dengan iklim politik yang semakin baik dibandingkan pada periode 1998-1999, yang memperkecil keraguan calon-calon investor untuk menanam modal mereka di Indonesia.
Dan pada tahun 2007 dengan adanya pembaharuan peraturan tentang
investasi, Indonesia kembali mengalami peningkatan PMA dari tahun sebelumnya
PMA sebesar 12.871,40 juta USD meningkat 43,80%. Di tahun 2009 menurun
sebesar 27,28% dengan jumlah PMA 10.815,20 juta USD. Namun di tahun 2010
PMA pulih kembali dengan pertumbuhan sebesar 49,93% dan jumlahnya
16.214,80 juta USD. Hingga di tahun 2011 tetap meningkat sebesar 20,10%
dengan jumlah PMA 19.474,2 juta USD.
Menurut Rusdin, (2002:4):
Terjadinya peningkatan FDI banyak disebabkan oleh adanya perubahan politik dan ekonomi di negara-negara sedang berkembang. Pergeseran yang terjadi pada lembaga politik yang demokratis dan ekonomi pasar bebas telah mendorong peningkatan FDI. Sebagai contoh negara-negara seperti di Asia, Eropa Timur, dan Amerika Latin telah mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi, melakukan deregulasi ekonomi, program privatisasi yang memberikan peluang masuknya investor asing, serta penghapusan hambatan-hambatan terhadap FDI yang kesemuanya menjadikan negara-negara tersebut lebih menarik bagi investor asing.
Dalam perkembangannya pemerintah Indonesia terus memperbaharui
berbagai peraturan untuk lebih mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif
dan untuk penguatan daya saing perekonomian nasional dan daerah serta
mempercepat peningkatan penanaman modal yang dituangkan dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Perbaikan iklim penanaman modal tak henti-hentinya dilakukan
pemerintah dengan tujuan untuk meningkatkan cadangan devisa guna mendorong
perekonomian karena posisi iklim investasi menjadi salah satu alasan utama
investor untuk menanamkan modalnya. Masih rendahnya pelayanan publik,
kurangnya kepastian hukum, dan berbagai Peraturan Daerah yang tidak
“probisnis” diidentifikasi sebagai bukti iklim bisnis yang tidak kondusif.
dan lamanya waktu berurusan dengan perijinan dan birokrasi. Ini diperparah
dengan masih berlanjutnya berbagai pungutan, baik resmi maupun tidak resmi.
Mudrajad Kuncoro (2010:422) menyatakan bahwa:
Faktor-faktor utama penghambat untuk melakukan bisnis di Indonesia adalah birokrasi pemerintahan yang tidak efesien, infrastruktur yang tidak memadai, ketidakstabilan kebijakan, korupsi, masih rendahnya akses terhadap pembiayaan, peraturan ketenagakerjaan yang dinilai restriktif, regulasi pajak yang masih buruk, inflasi, regulasi valuta asing, terbatasnya tenaga kerja terdidik, rendahnya etika kerja dalam angkatan kerja nasional.
Dari pemamparan diatas maka penulis merasa tertarik untuk meneliti dan
mengetahui mengapa nilai investasi asing langsung di Indonesia berfluktuatif
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi permintaan investasi asing langsung di Indonesia yang akan
diteliti dalam penelitian ini adalah: PDRB, suku bunga, tingkat infasi,
infrastruktur dan keterbukaan ekonomi. Dengan demikian penulis mengambil
judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi Asing Langsung/Foreign Direct Investment (FDI) di Indonesia Periode 1979-2011”.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka lingkup permasalahan dalam
penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan Investasi Asing Langsung di Indonesia pada tahun
1979-2011?
2. Bagaimana perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia pada tahun
3. Bagaimana perkembangan Tingkat Suku Bunga di Indonesia pada tahun
1979-2011?
4. Bagaimana perkembangan Inflasi di Indonesia pada tahun 1979-2011?
5. Bagaimana perkembangan Infrastuktur di Indonesia pada tahun 1979-2011?
6. Bagaimana perkembangan Keterbukaan Ekonomi di Indonesia pada tahun
1979-2011?
7. Bagaimana pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Investasi Asing
Langsung di Indonesia?
8. Bagaimana pengaruh Tingkat Suku Bunga teradap Investasi Asing Langsung
di Indonesia?
9. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap Investasi Asing Langsung di Indonesia?
10. Bagaimana pengaruh Infrastruktur terhadap Investasi Asing Langsung di
Indonesia?
11. Bagaimana pengaruh Keterbukaan ekonomi terhadap Investasi Asing
Langsung di Indonesia?
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui perkembangan Investasi Asing Langsung di Indonesia periode
tahun 1979-2011.
2. Mengetahui perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia periode
3. Mengetahui perkembangan Tingkat Suku Bunga di Indonesia periode tahun
1979-2011.
4. Mengetahui perkembangan Inflasi di Indonesia periode tahun 1979-2011.
5. Mengetahui perkembangan Infrastuktur di Indonesia periode tahun
1979-2011.
6. Mengetahui perkembangan Keterbukaan Ekonomi di Indonesia periode tahun
1979-2011.
7. Mengetahui pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Investasi asing
langsung di Indonesia.
8. Mengetahui pengaruh Tingkat Suku Bunga teradap Investasi asing langsung
di Indonesia.
9. Mengetahui pengaruh Inflasi terhadap Investasi asing langsung di Indonesia.
10. Mengetahui pengaruh Infrastruktur terhadap Investasi asing langsung di
Indonesia.
11. Mengetahui pengaruh Keterbukaan ekonomi terhadap Investasi Asing
Langsung di Indonesia.
1.4.Kegunaan Penelitian 1.4.1.Kegunaan Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan terhadap pemikiran dan perkembangan ilmu ekonomi khususnya
1.4.2.Kegunaan Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
informasi ilmiah dan masukan bagi Pemerintah Indonesia seperti BKPM serta
pihak-pihak lain yang berhubungan dengan investasi untuk meningkatkan arus
masuk FDI di Indonesia. Serta wawasan ilmu pengetahuan tentang pengaruh
pertumbuhan ekonomi, tingkat suku bunga, inflasi dan infrastruktur terhadap
perkembangan investasi asing langsung di Indonesia. Dan sebagai referensi bagi
peneliti lainnya yang berminat untuk mengkaji dalam bidang yang sama dengan
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan
dari suatu penelitian. Objek dalam penelitian ini adalah perkembangan FDI di
Indonesia periode 1979-2011. Penulis memilih variabel yang mempengaruhinya
yaitu pertumbuhan ekonomi, tingkat suku bunga, inflasi, infrastruktur dan
keterbukaan ekonomi periode 1979-2011.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan
untuk mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah atau menguji
hipotesis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analitik.
Menurut M. Nazir (2003:54) menyatakan bahwa:
Metode penelitian deskriptif pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat akan situasi-situasi tertentu termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskriptif,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2003:54)
Metode deskriptif analitik adalah metode yang menekankan kepada usaha
Rosanti Irene Naibaho, 2013
memberikan gambaran-gambaran terhadap fenomena-fenomena, juga lebih
menerangkan hubungan, pengujian hipotesis serta mendapatkan makna dari
implikasi suatu masalah yang diinginkan.
3.3 Defenisi Operasional Variabel
Operasional variabel merupakan penjabaran konsep-konsep yang akan
diteliti, sehingga dijadikan pedoman untuk menghindari kesalahpahaman dalam
menginterpretasikan permasalahan yang diajukan dalam penelitian. Operasional
variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1
Defenisi Opersional Variabel
Konsep/Konstruksi Variabel Defenisi Operasional Sumber Data
1 2 3 4
Foreign direct investment adalah investasi riil dalam bentuk pendirian perusahaan, pembangunan pabrik, pembelian barang modal tanah, bahan baku, dan persediaan, dimana para investor terlibat langsung dalam manajemen perusahaan dan mengontrol penanaman modal tersebut. diperoleh dari nilai Realisasi Penenman
kegiatan-Inflasi didefenisikan sebagai kondisi apabila tingkat harga-harga dan biaya-biaya umum naik; harga beras, bahan bakar, mobil naik, tingkat upah, harga tanah, sewa barang-barang modal juga naik.
(Paul A. Samuelson dan Wiliam D. Nordhaus)
Tingkat Inflasi (X3)
Tingkat inflasi periode 1979-2011. Data
Infrastruktur ekonomi adalah infrastruktur yang terdiri dari infrastruktur fisik dan jasa layanan yang bertujuan untuk memperbaiki produktivitas ekonomi dan kualitas hidup. pula sebagai volume perdagangan internasional. Keterbukaan ekonomi merupakan indikator untuk memperlihatkan seberapa besar tingkat
3.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif, sedangkan data yang
digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam jenis data time series selama 32
tahun. Untuk mendapatkan data tersebut penulis memerlukan sumber data.
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu nilai penanaman
modal asing di Indonesia, pertumbuhan ekonomi, tingkat suku bunga, inflasi,
infrastruktur dan keterbukaan ekonomi. Yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik
(BPS) dan Bank Indonesia (BI).
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai
Rosanti Irene Naibaho, 2013
data dapat dibagi menjadi dua yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber
primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul
data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data misalnya data diperoleh dari orang lain atau
dokumen yang terkait (Sugiyono, 2012:193)
Data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara penelitian arsip, yaitu mengumpulkan data yang umumnya
berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah disusun dalam arsip (data
dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
3.6 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini mengunakan metode OLS (Ordinary Least Square).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis regresi berganda karena dalam
penelitian terdapat beberapa variabel dan persamaan analisis regresi ini akan
menggambarkan bagaimana eratnya pengaruh antara satu atau beberapa variabel
bebas dengan satu variabel terikat. Alat bantu analisis yang digunakan yaitu
dengan menggunakan program komputer Econometric Views (EViews) versi 5.1. Adapun model dalam penelitian ini adalah:
FDI = f (LPE, TSB,Inf,Infr,Open)
Analisis data dalam penelitian menggunakan metode OLS (Ordinary Least
Square). Sehingga model penelitian tersebut dapat dijabarkan ke dalam bentuk
regresi sebagai berikut:
Keterangan:
Y= Penanaman Modal Asing (juta US $) X4= Infrastruktur (kilometer)
X1= Pertumbuhan Ekonomi (persen) X5 = Openness (persen)
X2=Tingkat Suku Bunga (persen) β= Konstanta
X3= Inflasi (persen) e= Variabel penganggu
Model tersebut kemudian variabelnya masing-masing dilinierkan dengan
mentransformasikannya dalam bentuk semi log, dikarenakan beberapa variabel
sudah dalam satuan persen.
(3.2)
Proses alur analisis data dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1
berikut
Gambar 3.1 Alur Analisis Data PENGUMPULAN
DATA PENELITIAN
DATA VARIABEL PENELITIAN
DESKRIPSI VARIABEL PENELITIAN
UJI ASUMSI KLASIK
UJI HIPOTESIS
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
Rosanti Irene Naibaho, 2013
3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik
Untuk mendapatkan model yang tidak bias (unbiased) dalam memprediksi masalah yang diteliti, maka model tersebut harus bebas uji Asumsi Klasik yaitu:
3.6.1.1Uji Multikolinieritas (Multicollinearity Test)
Multikolinearitas artinya adalah antara variabel independen yang satu
dengan variabel independen lainnya mempunyai hubungan korelasi linier.
Korelasi dapat mendekati sempurna atau sempurna yang ditandai dengan
koefisien korelasinya tinggi atau mendekati 1. Adanya hubungan multikolinearitas
antara variabel independen menyebabkan masing-masing variabel independen
sulit dibedakan. Semakin rendah tingkat korelasi multikolinear berarti model
regresi semakin baik.
Menurut Yana Rohmana (2010:142), dampak adanya multikolinieritas di
dalam model regresi jika menggunakan teknik estimasi dengan metode kuadrat
terkecil (OLS) adalah:
1. meskipun penaksiran OLS mungkin bisa diperoleh, kesalahan standarnya
cenderung senakin besar dengan meningkatnya tingkat korelasi antara
peningkatan variabel.
2. karena besarnya kesalahan standar, selang keyakinan untuk parameter populasi
yang relevan cenderung lebih besar.
4. selama multikolinearitas tidak sempurna, penaksiran koefisien regresi adalah
mungkin tetapi taksiran dan kesalahan standarnya menjadi sangat sensitive
terhadap sedikit perubahan dalam data.
5. jika multikolinearitas tinggi, seseorang mungkin memperoleh R2 yang tinggi
tetapi tidak satupun atau sangat sedikit koefisien yang ditaksir yang penting
secara statistik.
Ada beberapa cara untuk medeteksi keberadaan multikolinieritas dalam
model regresi OLS yaitu:
1. Mendeteksi nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai thitung. Jika R2 tinggi
(biasanya berkisar 0,7 – 1,0) tetapi sangat sedikit koefisien regresi yang
signifikan secara statistik, maka kemungkinan ada gejala multikolinieritas.
2. Melakukan uji kolerasi derajat nol. Apabila koefisien korelasinya tinggi, perlu
dicurigai adanya masalah multikolinieritas. Akan tetapi tingginya koefisien
korelasi tersebut tidak menjamin terjadi multikolinieritas.
3. Menguji korelasi antar sesama variabel bebas dengan cara meregresi setiap Xi
terhadap X lainnya. Dari regresi tersebut, kita dapatkan R2 dan F. Jika nilai
Fhitung melebihi nilai kritis Ftabel pada tingkat derajat kepercayaan tertentu, maka
terdapat multikolinieritas variabel bebas. Dapat di hitung dengan rumus:
(3.3)
4. Regresi Auxiliary. Kita menguji multikolinearitas hanya dengan melihat
hubungan secara individual antara satu variabel independen dengan satu
variabel independen lainnya.
Rosanti Irene Naibaho, 2013
Dalam penelitian ini penulis menggunakan Uji korelasi derajat nol untuk
memprediksi ada atau tidaknya multikolinearitas.
Apabila terjadi Multikolinearitas menurut Yana Rohmana (2010:150-154)
disarankan untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Adanya informasi sebelumnya (informasi apriori)
2. Mengeluarkan satu variabel atau lebih dan transformasi variabel serta
penambahan variabel baru.
3. Menghubungkan data cross sectional dan data urutan waktu, yang dikenal sebagai penggabungan data (pooling the data)
4. Transformasi variabel
5. Penambahan data
Multikolinearitas merupakan kejadian yang menginformasikan terjadinya
hubungan antara variabel- variabel bebas Xi dan hubungan yang terjadi cukup
besar. Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mudrajad Kuncoro
(2004: 98) bahwa uji multikolinearitas adalah adanya suatu hubungan linear yang
sempurna (mendekati sempurna) antara beberapa atau semua variabel bebas. Ini
suatu masalah yang sering muncul dalam ekonomi karena in economics,
everything depends on everything else.
3.6.1.2Uji Normalitas (Normality Test)
Penerapan Ordinary Least Square (OLS) untuk regresi linier Klasik,
diasumsikan bahwa distribusi probabilitas dari gangguan memiliki nilai rata-rata
konstan. Dengan asumsi ini OLS estimator atau penaksiran akan memenuhi
sifat-sifat statistik yang diinginkan seperti unbiased dan memiliki varian yang
minimum. Untuk menguji normalitas dapat dilakukan dengan Jarque-Bera Test
atau J-B Test.
Adapun langkah-langkah untuk mendapatkan nilai J-B hitung adalah
sebagai berikut:
1. Hitung Skewness dan Kurtosis.
2. Hitunglah besarnya nilai JB statistik dengan menggunakan rumus berikut:
Bandingkan nilai JB hitung dengan nilai X2 tabel dengan pedoman berikut:
1. Bila nilai JB hitung > X2 tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa
residual, ut adalah berdistribusi normal ditolak.
2. Bila nilai JB hitung < X2 tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa
residual, u
t adalah berdistribusi normal tidak dapat ditolak.
Rule of thumb yang digunakan bila nilai probabilitas < 0,05 maka hipotesis
bahwa residual berdistribusi normal ditolak, demikian sebaliknya jika probabilitas
> 0,05 maka hipotesis bahwa residual berdistribusi normal diterima.
3.6.1.3Uji Linieritas (Liniearity Test)
Uji linieritas yaitu digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang
Rosanti Irene Naibaho, 2013
empiris sebaiknya berbentuk linier, kuadrat, atau kubik. Melalui uji linieritas akan
diperoleh informasi tentang:
a. Apakah bentuk model empiris (linier, kuadrat, atau kubik),
b. Menguji variabel yang relevan untuk dimasukan dalam model.
Pengujian linieritas dapat dilakukan dengan:
1. Uji Durbin-Watson d statistik (The Durbin-Watson d Statistic Test),
2. Uji Ramsey (Ramsey RESET Test), dan 3. Uji Lagrang Multiple (LM Test).
3.6.1.4Uji Heteroskedastisitas (Heteroscedasticity Test)
Heteroskedastisitas berarti setiap varian disturbance term yang dibatasi
oleh nilai tertentu mengenai variabel-variabel bebas adalah berbentuk suatu nilai
konstan yang sama dengan atau varian yang sama.
Akibat heteroskedastisitas adalah:
1. Estimasi yang diperoleh menjadi tidak efisien, hal ini disebabkan variannya
sudah tidak minim lagi (tidak efisien),
2. Kesalah baku koefisien regresi akan terpengaruh, sehingga memberikan
indikasi yang salah dan koefisien determinasi memperlihatkan daya penjelas
terlalu besar.
Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengetahui adanya
heteroskedastisitas, yaitu sebagai berikut :
a) Jika grafik mengikuti pola tertentu misal linier, kuadratik atau hubungan
lain berarti pada model tersebut terjadi heteroskedastisitas.
b) Jika pada grafik plot tidak mengikuti pola atau aturan tertentu maka pada
model tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.
2. Uji Park (Park test), yakni menggunakan grafik yang menggambarkan keterkaitan nilai-nilai variabel bebas (misalkan X1) dengan nilai-nilai taksiran
variabel pengganggu yang dikuadratkan (^u2).
3. Uji Glejser (Glejser test), yakni dengan cara meregres nilai taksiran absolut
korelasi rank spearman tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi
heteroskedastisitas berdasarkan rumusan berikut :
d1 = perbedaan setiap pasangan rank
n = jumlah pasangan rank
5. Uji White (White Test). Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara meregresi residual
kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel
bebas. Ini dilakukan dengan membandingkan χ2
Rosanti Irene Naibaho, 2013
χ2
tabel maka hipotesis yang mengatakan bahwa terjadi heterokedasitas diterima,
dan sebaliknya apabila χ2
hitung < χ2tabel maka hipotesis yang mengatakan bahwa
terjadi heterokedasitas ditolak. Dalam metode White selain menggunakan nilai
χ2
hitung, untuk memutuskan apakah data terkena heteroskedasitas, dapat
digunakan nilai probabilitas Chi Squares yang merupakan nilai probabilitas uji
White. Jika probabilitas Chi Squares < α, berarti Ho ditolak jika probabilitas
Chi Squares > α, berarti Ho diterima.
Menurut Mudrajad Kuncoro (2004:96) heteroskedastisitas muncul apabila
kesalahan atau residual dari model yang diamati tidak memiliki varians yang
konstan dari satu observasi ke observasi lainnya artinya setiap observasi
mempunyai reliabilitas yang berbeda akibat perubahan dalam kondisi yang
melatarbelakangi tidak terangkum dalam spesifikasi model.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Uji White dengan bantuan
Software Eviews. Dilakukan pengujian dengan menggunakan White
Heteroscedasticity Test yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat dengan
variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas.
3.6.1.5Uji Autokorelasi (Autocorrelation Test)
Dalam suatu analisa regresi dimungkinkan terjadinya hubungan antara
variabel-variabel bebas atau berkorelasi sendiri, gejala ini disebut autokorelasi.
Istilah autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
ada problem autokorelasi. Adanya gejala autokorelasi dalam regresi menyebabkan
model yang dihasilkan tidak dapat dipergunakan untuk menduga nilai variabel
dependen dari variabel independent tertentu. Model regresi yang baik adalah
regresi yang bebas dari autokorelasi.
Autokorelasi merupakan suatu keadaan dimana tidak adanya korelasi
antara variabel penganggu (disturbance term) dalam multiple regression.
Faktor-faktor penyebab autokorelasi antara lain terdapat kesalahan dalam menentukan
model, penggunaan lag dalam model dan tidak dimasukkannya variabel penting.
Adapun cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi pada model
regresi, pada penelitian ini pengujian asumsi autokorelasi dapat diuji melalui
beberapa cara di bawah ini:
1. Graphical method, metode grafik yang memperlihatkan hubungan residual
dengan trend waktu.
2. Runs test, uji loncatan atau uji Geary (geary test).
3. Uji Breusch-Pagan-Godfrey untuk korelasi berordo tinggi
Uji BG adalah uji tambahan yang direkomendasikan oleh Gujarati (2006) untuk menguji autokorelasi dalam model. Pengujian dengan BG dilakukan dengan
meregres variabel pengganggu menggunakan autoregrresive model dengan orde p:
Rosanti Irene Naibaho, 2013
dengan hipotesa nol H0 adalah: , dimana koefisien
autoregrresive secara simultan sama dengan nol, menunjukan bahwa tidak
terdapat autokorelasi pada setiap orde.
4. Uji d Durbin-Watson, yaitu membandingkan nilai statistik Durbin-Watson
hitung dengan Durbin-Watson tabel. Nilai Durbin-Watson menunjukkan ada
tidaknya autokorelasi baik positif maupun negatif, jika digambarkan akan
terlihat seperti pada gambar dibawah ini:
Gambar 3.2 Statistika d Durbin- Watson
Sumber:Yana Rohmana, 2010:195
Keterangan: dL = Durbin Tabel Lower
dU = Durbin Tabel Up
H0 = Tidak ada autkorelasi positif
H*0 = Tidak ada autkorelasi negatif
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji LM test dengan bantuan software
Eviews. Yaitu dengan cara membandingkan nilai X2tabel dengan X2hitung (Obs*
R-squared). Kalau X2hitung < X2tabel maka dapat disimpulkan model estimasi berada pada
3.6.2 Pengujian Hipotesis
Menurut Sugiyono (2012:93):
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta yang empiris yang diproleh melalui pengumpulan data.
Dalam penelitian ini, uji hipotesis dilakukan melalui uji satu pihak dengan
kriteria jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak. Pengujian hipotesis
dapat dirumuskan secara statistik dengan tingkat keyakinan yang digunakan
sebesar 95% atau residu sebesar 5% (α = 5%) sebagai berikut:
H0 : < 0, artinya tidak terdapat pengaruh dan signifikan antara variabel bebas X
terhadap variabel terikat Y,
H1 : , artinya terdapat pengaruh dan signifikan antara variabel bebas X
terhadap variabel terikat Y.
3.6.2.1Koefisien Determinasi Majemuk R2
Koefisien determinasi sebagai alat ukur kebaikan (goodness of fit) dari persamaan regresi yaitu memberikan proporsi atau presentase variasi total dalam
variabel tidak bebas Y yang dijelaskan oleh variabel bebas X. Koefisien
determinasi majemuk (multiple coefficient of determination) dinyatakan dengan
R2. Koefisien determinasi dapat dicari dengan menggunakan rumus:
(3.8)
Rosanti Irene Naibaho, 2013
Besarnya nilai R2berada diantara 0 (nol) dan 1 (satu) yaitu 0 < R2 < 1. Jika
nilai R2 semakin mendekati 1 (satu) maka model tersebut baik dan pengaruh antara variabel bebas X dengan variabel terikat Y semakin kuat (erat berhubungannya).
3.6.2.2Pengujian Hipotesis Regresi Majemuk Secara Keseluruhan (Uji f) Pengujian hipotesis secara keseluruhan merupakan penggabungan (overall
significance) variabel bebas X terhadap variabel terikat Y, untuk mengetahui
seberapa pengaruhnya. Uji t tidak dapat digunakan untuk menguji hipotesis secara
keseluruhan. Hipotesis gabungan ini dapat diuji dengan Analysis of Variance
(ANOVA). Teknik yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Tabel ANOVA
Sumber Variasi SS df MSS
Akibat regresi (ESS) 2
Akibat Residual (RSS) n - 3
Total n - 1
Sumber : Yana Rohmana, 2010:78
Kemudian baru dapat dilakukan pengujian dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
(3.9)
Kriteria uji F adalah:
1. Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan H1 ditolak (keseluruhan variabel bebas
X tidak berpengaruh terhadap variabel terikat Y),
2. Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan H1 diterima (keseluruhan variabel bebas
X berpengaruh terhadap variabel terikat Y).
3.6.2.3Pengujian Hipotesis Regresi Majemuk Secara Parsial (Uji t)
Pengujian hiotesis secara individu dengan uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel bebas X terhadap variabel terikat Y
Pengujian hipotesis secara individu dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:
(3.10)
(Gujarati, 2003:249) derajat keyakinan diukur dengan rumus:
(3.11)
Kriteria uji t adalah:
1. Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima (variabel bebas X
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y),
2. Jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak (variabel bebas X tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y). Dalam penelitian ini
tingkat kesalahan yang digunakan adalah 0,05 (5%) pada taraf signifikasi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis, beberapa hal yang dapat disimpulkan adalah
sebagai berikut:
1. Perkembangan investasi asing langsung di Indonesia selama tahun penelitian
menunjukkan trend yang baik. Meskipun masih sering mengalami naik turun
namun arus masuk FDI tetap berjalan lancar.
2. Perkembangan pertumbuhan ekonomi Indoensia selama tahun penelitian
nampak sudah baik. Setelah krisis yang melanda Indonesia pertumbuhan
ekonomi mulai positif hingga tahun di tahun akhir penelitian.
3. Perkembangan tingkat suku bunga di Indonesia selama tahun penelitian
terlihat selalu naik turun. Selama tahun penelitian penurunan tingkat suku
bunga belum stabil sehingga pemerintah masih perlu melakukan
kebijakan-kebijakan untuk dapat menekan angka tingkat suku bunga.
4. Perkembangan inflasi di Indonesia selama tahun penelitian masih cenderung
tinggi. hal ini menunjukkan ketidakstabilan perkonomian Indonesia.
Pemerintah perlu melakukan kebijakan guna menjaga angka kestabilan
perkonomian ini.
5. Perkembangan infrastruktur jalan yang diaspal di Indoensia selama tahun
penelitian telah menunjukkan peningkatan, namun masih tergolong lambat.
Sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi yang terus mengalami perbaikan,
6. Perkembangan keterbukaan ekonomi Indonesia selama tahun penelitian sudah
menunjukkan angka keterbukaan yang baik terhadap perdagangan
internsional. Dengan demikian perlu adanya perhatian yang lebih lagi
terhadap pkegiatan ekspor dan impor di Indonesia.
7. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap FDI,
artinya semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi maka akan
meningkatkan jumlah arus masuk FDI.
8. Tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap FDI, artinya
kenaikan tingkat suku bunga tidak berpengaruh terhadap jumlah arus masuk
FDI.
9. Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap FDI, artinya kenaikan
tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap jumlah arus masuk FDI.
10. Infrastruktur berpengaruh positif dan signifikan terhadap FDI, artinya
semakin tinggi tingkat infrastruktur maka akan meningkatkan jumlah arus
masuk FDI.
11. Keterbukaan ekonomi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap FDI,
artinya semakin tinggi tingkat keterbukaan ekonomi maka akan
5.2.Saran
Beberapa saran yang dapat oenulis ajukan berkaitan dengan hasil
penelitian adalah:
1. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia maka pemerintah perlu
memperhatikan aspek-aspek pemerataan distribusi pendapatan terhadap
masyarakat, menekan laju pertumbuhan penduduk, mengurangi tingkat
kemiskinan, meningkatkan investasi, mengurangi tingkat konsumsi
masyarakat, meminimalisir pengeluaran negara, menstabilkan tingkat suku
bunga, mengurangi tingkat inflasi, serta menguatkan nilai tukar.
2. Untuk menciptakan iklim investasi dan mendorong para investor melakukan
penanaman modal di Indonesia maka pemerintah perlu menjaga stabilitas
perekonomian nasional, terutama dalam menjaga keseimbangan perubahan
tingkat suku bunga.
3. Untuk mengendalikan tingkat inflasi, maka pemerintah perlu menyeimbangkan
antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter sehingga perekonomian selalu
dalam kestabilan. Hal tersebut dapat terlaksana apabila ada kesejalanan antara
pemerintah sebagai pemegang otoritas fiskal dengan Bank Indonesia (BI)
sebagai pemegang otoritas moneter. Inflasi sebagai penyakit ekonomi perlu
dikendalikan bukan ditiadakan, sehingga perekonomian tetap berada dalam
keseimbangan.
4. Untuk meningkatkan kinerja infrastruktur, pemerintah hendaknya: Melibatkan
pihak swasta dalam pembangunan infrastruktur; Membagi kewajiban dengan
pembangunan infrastruktur. Menetapkan tarif yang jelas dalam bidang
infrastruktur, sehingga menjadi daya tarik bagi investor swasta untuk
berinvestasi; serta Membuat kerangka kerja dan spesialsiasi pelayanan
infrastruktur dimana terjalin kerjasama antara pihak pemerintah dengan pihak
swasta dari pusat sampai daerah.
5. Untuk meningkatkan keterbukaan ekonomi diharapkan pemerintah dapat
menentukan kebijakan-kebijakan yang tepat untuk mendorong peningkatannya.
Pemerintah diharapkan memperhatikan dapat lebih terbuka terhadap
perdagangan internasional. Semakin tinggi tingkat keterbukaan Indonesia
terhadap perdagangan internasional maka akan menjadi daya tarik para
Daftar Pustaka Sumber Buku:
Badan Pusat Statistik. (1985-2010). Statistik Indonesia. Bandung: Badan Pusat Statistik.
Ball Donald, McCulloc Wendell. (2000). Bisnis Internasional. Jakarta: Salemba Empat
Boediono (2001). Ekonomi Moneter Seri Sinopsis Pengantar Ilmu ekonomi No.5. Yogyakarta.BPFE
Dumairy. (1996). Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Griffin, Ricky dan Pustay, Michael. (2006). Bisnis Internasional Jilid 2, Edisi
Keempat. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia
Gujarati, Damodar. (2003). Basic Econometrics, forth edision (Edisi Bahasa Indonesia Tahun 2003). Jakarta: Erlangga.
Hamdy Hady. (2004). Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan Keuangan
Internasional Buku 2 Edisi Revisi. Jakarta: Ghalia Indonesia
M. Nazir. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia
Mankiw. N. George. (2010). Teori Makro Ekonomi Edisi Kelima Seri Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Muana Nanga. (2001). Makro Ekonomi Teori, Masalah dan Kebijakan Edisi
Pertama. Jakarta: Rajawali Press
Mudrajad Kuncoro. (2010). Masalah, Kebijakan, dan Politik Ekonomika
M.L. Jhingan. (2008).Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Krugman, Paul R dan Obstfeld, Maurice. (2002). Ekonomi Internasional Teori
dan Kebijakan Edisi Kedua. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Yana Rohmana. (2010). Ekonometrika Teori dan Aplikasi Eviews. Bandung: Laboratorium Ekonomi dan Koperasi
Rusdin. (2002). Bisnis Internasional. Bandung: Alfabeta
Sadono Sukirno. (2005). Makroekonomi Teori Pengantar Edisi ketiga Jakarta: Rajawali Press.
Samuelson, Paul dan Nordhaus, William. (2001). Makro-Ekonomi, Edisi
Keempatbelas. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
The World Bank. (2005). World Development Report (Laporan Pembangunan
Dunia) 2005 Iklim Investasi yang lebih Baik bagi Setiap Orang. Jakarta:
Salemba Empat.
Sumber Internet, Jurnal, dan Tesis
Anyanwu, John C. (2011). Determinants of Foreign Direct Investment Inflows to
Africa, 1980-2007. Working Paper N0. 136 September 2011.
Tersedia:http://www.afdb.org/fileadmin/uploads/afdb/Documents/Public
ations/WORKING.pdf [10-10-2012]
Asep Somantri. (2007). Pengaruh Kebijakan Fiskal, Infrastruktur, Dan Perizinan
Terhadap Penanaman Modal Asing Di Indonesia Periode 1980-2005.
Azam dan Lukman, L. (2008). Determinant of Foreign Direct Investmen in India,
Indonesia and Pakistan : A Quantitive Approach. Journal of Managerial
Sciences Vol.IV. No.1 : 31-44.
Tersedia:http://www.qurtuba.edu.pk/jms/default_files/JMS/4_1/02_azam .pdf [29-09-2012]
Djeofri, Ali. (2000). Keterbukaan Ekonomi Wilayah. Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia.Tersedia:http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkata log/byId/5105 [26-10-2012]
Jusuf. (2009). Pengertian Infrastruktur, Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Tersedia: http://rekayasainfrastruktur.blogspot.com/2009/01/pengertian-infrastruktur.html [26-09-2012].
Kormen Barus. (2012). Peningkatan Infrastruktur Dongkrak Minat Investor. Tersedia:http://www.businessreview.co.id/bisnis-investasi-2798.html
[02-10-2012]
Kurniati, Prasmuko dan Yanfitri. 2007. Determinan FDI (Faktor-faktor yang
Menentukan Investasi Asing Langsung. [Working Paper]. Tersedia:
http://www.bi.go.id [22-09-2012]
Leitão, Nuno C and Faustino, Horácio C. (2010). Determinants of Foreign Direct
Investment in Portugal. Journal of Applied Business and Economics
vol.11(3).
Tersedia:http://www.na-businesspress.com/JABE/LeitaoWeb.pdf. [11-10-2012]
Sarwedi. (2002). Investasi Asing Langsung di Indonesia dan Faktor yang
Mempengaruhinya. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 4, No.1, Mei
2002. Jurusan Ekonomi-Universitas Kristen Petra. Tersedia:
Topan Bangkit Anata. (2011). Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Di Indonesia Periode 1985-2008. Skripsi. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Tulus Tambunan. (2006). Iklim Investasi di Indonesia: Masalah, Tantangan dan
Potensi. Jakarta: Kadin-Jetro. Tersedia:
http://kadin-indonesia.or.id/enm/images/dokumen/KADIN-98-1579-02032007.pdf
[22-10-2012]
Tulus Tambunan. (2005). Kebijakan Investasi dan Pemulihan Usaha. Jurnal Bisnis & Ekonomi Politik, Vol 3 No.3, Oktober 2005 Jakarta: Bank Indonesia
Yana Rohmana. (2010). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi Asing Langsung dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Periode 1980-2008. Tesis. Fakultas Ekonomi. Bandung: Universitas
Padjajaran.
Sahni, Priyanka. (2012). Trends And Determinants Of Foreign Direct Investment
In India: An Empirical Investigation. International Journal of Marketing
and Technology Vol. 2 Issue 8, August 2012. Tersedia:
http://www.ijmra.us/project%20doc/IJMT_AUGUST2012/IJMRA-MT1472.pdf [11-10-2012]
Srinivasan, P. (2011). Determinants of Foreign Direct Investment in SAARC
Nations: An Econometric Investigation. The IUP Journal of Managerial
Economics, Vol. IX, No. 3, 2011. Tersedia:
http://content.ebscohost.com/pdf [11-10-2012]