• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERMAINAN JELAJAH CAHAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Sindang III dan SDN Garawastu II di Kecamatan Sindang Kabupaten Majalengka).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERMAINAN JELAJAH CAHAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Sindang III dan SDN Garawastu II di Kecamatan Sindang Kabupaten Majalengka)."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Sindang III dan SDN Garawastu II di Kecamatan Sindang Kabupaten Majalengka)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

ADE NOVIYANTI 0903928

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS SUMEDANG

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PERMAINAN JELAJAH CAHAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD PADA

MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA

(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Sindang III dan SDN Garawastu II di Kecamatan Sindang Kabupaten Majalengka)

Oleh:

ADE NOVIYANTI 0903928

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Penguji I

Diah Gusrayani, M.Pd. NIP. 197808222005012003

Penguji II

Regina Lichteria P., M.PFis. NIP. 197801232009122003

Penguji III

Drs. Yedi Kurniadi NIP. 195910221989031003

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Kelas,

(3)

HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD PADA

MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA

(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Sindang III dan SDN Garawastu II di Kecamatan Sindang Kabupaten Majalengka)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I,

Drs. H. ALI SUDIN, M.Pd.

NIP.195703021980301006

Pembimbing II,

REGINA LICHTERIA P., M.PFis.

NIP. 197801232009122003

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Kelas,

RIANA IRAWATI, M.Si.

(4)

DAFTAR ISI A. Latar Belakang Masalah ... B. Rumusan dan Batasan Masalah ... 1. Rumusan Masalah ... 2. Batasan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ... E. Definisi Operasional ...

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... A. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... B. Pembelajaran IPA di SD ... 1. Tujuan IPA di SD ... 2. Prinsip Pembelajaran IPA di SD ... 3. Ruang Lingkup IPA di SD ... C. Sifat-sifat Cahaya ... D. Hasil Belajar ... E. Permainan Jelajah Cahaya ... F. Pembelajaran IPA degan Permainan Jelajah Cahaya ... G. Teori Pembelajaran yang Menunjang Penelitian ... 1. Teori Piaget ... 2. Teori Brunner ... 3. Teori Vygotsky ... H. Hasil Penelitian yang Relevan ... I. Hipotesis Penelitian ...

(5)

2. Reliabilitas ... 3. Tingkat Kesukaran ... 4. Daya Pembeda ... F. Analisis Data ... 1. Analisis Data Kuantitatif ... a. Uji normalitas data ... b. Uji homogenitas ... c. Uji perbedaan rata-rata ... d. Melakukan uji hipotesis ... 2. Analisis Data Kualitatif ... a. Hasil observasi kinerja guru ... b. Hasil observasi aktivitas siswa ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... A. Analisis Data Kuantitaif ... 1. Analisis Data Pretes Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... a. Uji Normalitas Data Pretes ... b. Uji Perbedaan Rata-rata Pretes ... 2. Analisis Data Postes Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... a. Uji Normalitas Data Postes ... b. Uji Perbedaan Rata-rata Postes ... 3. Analisis Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Sifat-sifat Cahaya ... a. Uji Hipotesis Rumusan Masalah 1 ... b. Uji Hipotesis Rumusan Masalah 2 ... c. Uji Hipotesis Rumusan Masalah 3 ... B. Analisis Data Kualitatif ... 1. Observasi Guru ... 2. Observasi Aktivitas Siswa ... C. Temuan dan Pembahasan ...

(6)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah kebutuhan hidup bagi setiap manusia. Pendidikan berhubungan dengan proses perbuatan guna memperoleh pengetahuan. Sejak lahir, manusia sudah mengalami pendidikan baik dalam keluarga dan lingkungan pergaulan. Secara formal, pendidikan diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal melaui pembelajaran.

Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan penyampaian informasi atau pengetahuan yang terjadi antara guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pembelajar untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Setelah mengikuti pembelajaran, diharapkan akan terjadi perubahan perilaku pada diri siswa yang dinamakan hasil belajar.

Menurut Sudjana (2008: 22), “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Dari definisi tersebut sudah jelas bahwa hasil belajar diperoleh dan dimiliki siswa dari pengalaman belajar siswa itu sendiri. Siswa akan memperoleh dan memiliki hasil belajar jika siswa mengalami dan ikut aktif dalam pemerolehan konsep-konsep yang ia pelajari.

Salah satu mata pelajaran yang dipelajari di jenjang SD adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA merupakan ilmu pengetahuan yang didalamnya mempelajari segala sesuatu tentang alam semesta dengan segala isinya. Hal ini sejalan dengan definisi IPA yang dikemukakan oleh Iskandar (1996: 2) bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa -peristiwa yang terjadi di alam.” Selain itu, Sujana (2010: 118) mengemukakan bahwa

(7)

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang alam diperoleh dan didapat dari hasil proses ilmiah yang di dalamnya terdapat kegiatan pengamatan dan penyelidikan secara langsung. IPA bukan hanya penguasaan konsep melainkan suatu proses atau cara untuk memperoleh pengetahuan konsep kealaman itu sendiri. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD (2006: 484) berikut ini.

IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang bersifat fakta–fakta, konsep–konsep, prinsip–prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari –hari.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai hakikat hasil belajar dan definisi IPA itu sendiri, maka pembelajaran IPA di SD harus dilaksanakan dengan memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk diperoleh hasil belajar siswa yang bermakna. Sehubungan dengan hal itu, salah satu prinsip dalam pembelajaran IPA di SD adalah prinsip belajar sambil melakukan (learning by doing). Melalui learning by doing, pengalaman yang diperoleh siswa selama pembelajaran dengan ikut aktif melakukan kegiatan-kegiatan mencari dan menemukan konsep-konsep yang dipelajari merupakan hasil belajar yang bermakna dan tidak akan mudah dilupakan oleh siswa.

Selain prinsip belajar sambil melakukan, dalam IPA terdapat prinsip belajar menemukan. Belajar menemukan akan membuat siswa senang karena mereka akan merasa bangga dengan penemuan mereka. Selain itu, belajar penemuan menjadikan pengetahuan yang diperoleh siswa lebih bermakna. Brunner (Dahar, 1996: 103) mengungkapkan beberapa kebaikan pengetahuan melalui belajar penemuan sebagai berikut.

(8)

3

lebih mudah diterapkan pada situasi-situasi baru. Ketiga, secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas. Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.

Dari apa yang diungkapkan Brunner di atas dapat disimpulkan bahwa melalui belajar penemuan hasil belajar akan jauh lebih baik daripada hasil belajar dengan cara yang lain. Untuk terlaksananya kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung, guru harus bisa memotivasi siswa agar siswa mau terlibat aktif dalam pembelajaran.

Kenyataannya tidak mudah untuk membuat siswa aktif dalam pembelajaran karena siswa sudah terbiasa hanya duduk mendengarkan apa yang disampaikan guru. Agar siswa termotivasi ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran, maka dibutuhkan kreativitas guru untuk mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menggembirakan. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menciptakan situasi pembelajaran yang menggembirakan adalah melalui bermain.

Bermain merupakan salah satu kebutuhan bagi orang dewasa maupun anak-anak. Pentingnya bermain bagi perkembangan kepribadian anak telah diakui secara universal. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan Daeng (Ismail, 2006: 5) bahwa „permainan atau bermain adalah bagian mutlak dari kehidupan anak dan merupakan bagian integral dari proses pembentukan kepribadian anak‟. Sehingga dapat disimpulkan bahwa permainan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak.

(9)

Seperti yang telah dijelaskan, permainan mampu memotivasi siswa agar ikut terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, akan dilakukan pembelajaran IPA melalui kegiatan permainan pada materi sifat-sifat cahaya. Pembelajaran sifat-sifat cahaya biasanya dilakukan hanya dengan ceramah dan tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelidiki dan membuktikan sendiri bagaimana sifat cahaya itu. Melalui permaianan siswa diberi kesempatan melakukan percobaan untuk menyelidiki dan menemukan sendiri sifat cahaya.

Permainan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah permainan jelajah cahaya. Dalam permainan jelajah cahaya, guru menyiapkan empat pos cahaya. Dimana di setiap pos cahaya, guru sudah menyiapkan alat dan dan petunjuk percobaan yang harus dilakukan oleh siswa bersama kelompoknya. Siswa bersama kelompoknya berkeliling dari pos cahaya yang satu ke pos cahaya yang lain, dimana di setiap pos cahaya siswa bersama kelompoknya harus melakukan satu percobaan untuk menyelidiki satu sifat cahaya. Setelah selesai melakukan percobaan di satu pos cahaya kemudian siswa bersama kelompoknya dapat melanjutkan penjelajahan ke pos cahaya berikutnya.

Permainan jelajah cahaya dimaksudkan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Melalui permainan jelajah cahaya dapat tercipta situasi pembelajaran yang lebih menarik dan tidak monoton sehingga siswa termotivasi untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dicoba menggunakan permainan yang didalamnya terdapat percobaan untuk memfasilitasi siswa menjadi penemu yang nantinya akan menjadikan hasil belajar siswa lebih bermakna. Pembelajaran yang dilaksanakan dengan permainan akan memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa.

(10)

5

B. Rumusan Dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka masalah pokok dalam penelitian ini adalah “apakah terdapat pengaruh dari penggunaan permainan jelajah cahaya terhadap hasil belajar siswa kelas V SD pada materi sifat-sifat cahaya?”, secara rinci rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.

a. Bagaimana hasil belajar siswa kelas V SD pada materi sifat-sifat cahaya yang mengikuti pembelajaran konvensional?

b. Bagaimana hasil belajar siswa kelas V SD pada materi sifat-sifat cahaya yang mengikuti pembelajaran dengan permainan jelajah cahaya?

c. Apakah terdapat perbedaaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dengan siswa yang mengikuti pembelajaran melalui permainan jelajah cahaya?

2. Batasan Masalah

Fokus masalah dalam penelitian ini adalah mengenai metode pembelajaran yaitu pengaruh metode permainan jelajah cahaya terhadap hasil belajar siswa kelas V SD pada materi sifat-sifat cahaya.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh permainan jelajah cahaya terhadap hasil belajar siswa kelas V SD pada materi sifat-sifat cahaya. Secara rinci tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas V SD pada materi sifat-sifat cahaya yang mengikuti pembelajaran konvensional

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas V SD pada materi sifat-sifat cahaya yang mengikuti pembelajaran dengan permainan jelajah cahaya

(11)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Guru

Bertambahnya wawasan tentang metode pembelajaran yang dapat menciptakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa

2. Bagi Siswa

a. Siswa dapat termotivasi karena terlibat aktif dalam pembelajaran

b. Meningkatkan keterampilan secara ilmiah dan mengkondisikan siswa sebagai penemu baru

3. Bagi Sekolah

Memberikan kontribusi dan inovasi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dasar

4. Bagi Peneliti

Menambah wawasan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat berinovasi menciptakan pembelajaran yang menarik sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran.

E. Definisi Operasional

1. Permainan jelajah cahaya merupakan suatu kegiatan dalam pembelajaran yang dilakukan oleh siswa secara berkelompok guna melakukan percobaan mengenai sifat-sifat cahaya dengan cara berkeliling dari pos ke pos dimana di setiap pos terdapat satu percobaan yang harus dilakukan oleh siswa untuk menyelidiki satu sifat cahaya.

2. “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. (Sudjana, 2008: 22)

(12)

21 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian 1. Populasi

Menurut Arikunto (2006: 130), “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Seluruh SD yang ada di Kecamatan Sindang dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu unggul, sedang, dan asor. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD kelas V di Kecamatan Sindang yang termasuk ke dalam kelompok sedang. Data untuk SD yang termasuk kelompok sedang sekecamatan Sindang dan merupakan populasi penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No Nama Sekolah Kelas Jumlah Siswa

1. SDN Garawastu II V 31

2. SDN Pasirayu V 12

3. SDN Sangkanhurip I V 21

4. SDN Sangkanhurip II V 27

5. SDN Sindang II V 29

6. SDN Sindang III V 33

2. Sampel

Menurut Arikunto (2006: 131), “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Mengenai ukuran sampel, Gay serta McMillan & Schumacher (Maulana, 2009: 28) menyebutkan „..., Untuk penelitian eksperimen: minimum 30 subjek per kelompok., ...‟. Merujuk pada apa yang diungkapkan Gay serta McMillan & Schumacher, terpilihlah siswa kelas V SDN Garawastu II dan siswa kelas V SDN Sindang III untuk dijadikan sampel.

(13)

kelompok yang akan mengikuti pembelajaran dengan permainan jelajah cahaya, sedangkan kelompok kontrol merupakan kelompok yang akan mengikuti pembelajaran secara konvensional. Setelah melakukan pemilihan untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, terpilihlah kelas V SDN Sindang III sebagai kelompok eksperimen dan kelas V SDN Garawastu II sebagai kelompok kontrol.

Berdasarkan uraian di atas, sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Sindang III sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas V SDN Garawatu II sebagai kelompok kontrol.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian merupakan prosedur atau cara yang digunakan peneliti untuk membuat rencana pengumpulan, analisis, hingga pengolahan data dalam pemecahan suatu permasalahan yang terusun secara sistematis dan terarah guna mencapai tujuan penelitian.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh permainan jelajah cahaya terhadap hasil belajar siswa. Sesuai dengan tujuan tersebut maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan desain Pretest-Postest Grup Kontrol Tidak Secara Random (Nonrandomized Control Group Pretes-Postes Design). Adapun bentuk desainnya adalah sebagai berikut. (Sukardi, 2005: 186)

Gambar 3.1

Pretest-Postest Grup Kontrol Tidak Secara Random (Nonrandomized Control Group Pretes-Postes Design)

Berdasarkan pola desain di atas dapat dilihat terdapat dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok diberikan pretes untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum mengikuti pembelajaran. Setelah itu, kelompok kontrol mengikuti pembelajaran secara konvensional

Grup Pretes Variabel terikat Postes

Eksperimen Y1 X Y2

(14)

23

sedangkan kelompok eksperimen mengikuti pembelajaran dengan menggunakan permainan jelajah cahaya. Untuk melihat kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran dilakukan postes terhadap kedua kelompok tersebut. Pengaruh dari perlakuan atau treatment tersebut ditentukan berdasarkan perbedaan antara pencapaian gain pada kelompok eksperimen dengan pencapaian gain pada kelompok kontrol.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini melalui tiga tahapan, yaitu sebagai berikut. 1. Persiapan

Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan, diataranya pemilihan materi ajar, perumusan permainan jelajah cahaya, penyusunan perangkat pembelajaran, penyusunan instrumen yang akan digunakan serta uji coba instrumen, dan penentuan subjek penelitian serta perizinannya.

2. Pelaksanaan

Pada tahap ini dimulai dengan melakukan pretes terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum pembelajaran. Kemudian melaksanakan pembelajaran, pada kelompok kontrol dilakukan pembelajaran seperti biasa sedangkan pada kelompok eksperimen dilakukan pembelajaran dengan menggunakan permainan jelajah cahaya. Untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran, dilakukan postes baik pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. 3. Analisis data

Pada tahap ini dilakukan pengolahan dan analisis data yang diperoleh dari hasil pelaksanaan penelitian. Data hasil pretes dan postes pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen dianalisis dengan statistik tertentu untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

4. Penarikan kesimpulan

(15)

Adapun bagan alur prosedur penelitian ini disajikan sebagai berikut.

Validasi instrumen

Valid

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian Pemilihan materi, perumusan

rancangan pembelajaran

Penyusunan instrumen

Validasi instrumen

Sampel E K

Pretes

E = kelompok eksperimen Pembelajaran dengan permainan jelajah cahaya

K = kelompok kontrol Pembelajaran konvensional

Postes

Analisis data

Penarikan kesimpulan

(16)

25

D. Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Istrumen Tes

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar. Tes hasil belajar siswa digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Tes hasil belajar yang digunakan berupa soal pilihan ganda dan jawaban singkat. Tes dilakukan sebelum dilaksanakan pembelajaran (pretes) dan setelah pembelajaran dilaksanakan (postes). Pretes dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum mengikuti pembelajaran sedangkan postes dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran. Pretes dan postes diberikan kepada kedua kelompok, baik itu kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.

2. Instrumen Nontes

Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah format observasi. Format observasi digunakan untuk mengamati kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Format observasi yang digunakan adalah format observasi kinerja guru dan format observasi aktivitas siswa.

Format observasi kinerja guru digunakan untuk mengamati kinerja guru pada pembelajaran dengan permainan jelajah cahaya di kelompok eksperimen dan pembelajaran secara konvensional di kelompok kontrol. Sehingga, melalui format observasi dapat terlihat perbandingan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sedangkan format observasi aktivitas siswa digunakan dengan tujuan untuk mengamati aktivitas siswa saat pembelajaran, baik siswa pada kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran dengan permainan jelajah cahaya maupun siswa pada kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran secara konvensional.

E. Uji Coba dan Analisis Hasil Uji Coba Instrumen

(17)

dilakukan meliputi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda butir soal. Berikut penjelasan mengenai analisis tersebut.

1. Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument, artinya soal tes yang diberikan harus valid atau sahih. Soal tes dapat dikatakan valid apabila soal tes tersebut mampu mengukur apa yang akan diukur. Untuk mengetahui validitas soal tes yang akan digunakan maka terlebih dahulu dilakukan uji validitas soal tes dengan menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar dari Pearson sebagai berikut: (Sukjaya, 1990: 154)

rxy =

N∑XY – ∑X (∑Y)

N∑X2X² NY²− ∑Y²

(3.1)

Keterangan: r = koefisien korelasi antara X dan Y N = jumlah testi

X = nilai uji coba Y = nilai rapor IPA

Koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien korelasi (koefisien validitas) menurut Guilford (Suherman dan Sukjaya 1990: 147) berikut ini.

Tabel 3.2 Interpretasi nilai r

Besarnya nilai r Interpretasi

0.80 < rxy 1.00 Validitas sangat tinggi (sangat baik) 0.60 < rxy 0.80 Validitas tinggi (baik)

0.40 < rxy 0.60 Validitas sedang (cukup) 0.20< rxy 0.40 Validitas rendah (kurang) 0.00< rxy 0.20 Validitas sangat rendah

rxy 0.00 Tidak valid

(18)

27

kategori tinggi (baik). Adapun validitas instrumen tes hasil belajar untuk masing-masing butir soal dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.3

Validitas Tiap Butir Soal Tes Hasil Belajar

Nomor Soal Koefisien Korelasi Interpretasi

1 0,70 Validitas Tinggi

2 0,44 Validitas Sedang

3 0,41 Validitas Sedang

4 0,58 Validitas Sedang

5 0,42 Validitas Sedang

6 0,45 Validitas Sedang

7 0,43 Validitas Sedang

8 0,51 Validitas Sedang

9 0,47 Validitas Sedang

10 0,51 Validitas Sedang

Berdasarkan Tabel 3.3 di atas, dapat diketahui bahwa dari sepuluh soal yang digunakan dalam penilitian ini hanya satu soal yang termasuk kriteria tinggi sedangkan sembilan soal lainnya termasuk kriteria sedang.

2. Reliabilitas

Reliabilitas soal tes merupakan ketetapan atau keajegan soal tes dalam menilai apa yang dinilainya, kapan pun soal tes itu digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama. Soal tes dikatakan reliabel apabila hasil tes saat ini relatif sama dengan hasil tes yang diberikan di waktu berlainan terhadap siswa yang sama. Untuk mengetahui reliabilitas soal tes yang akan digunakan maka terlebih dahulu dilakukan uji reliabilitas soal tes dengan menggunakan persamaan berikut. (Sukjaya, 1990: 194)

r11 = n

n  1 1

∑�ᵢ²

St² (3.2) Keterangan: r11 = reliabilitas instrumen

(19)

∑si² = jumlah varians skor setiap item, dan

st² = varians skor total

Koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien korelasi (koefisien reliabilitas) menurut Guilford (Suherman dan Sukjaya 1990: 177) berikut ini.

Tabel 3.4 Interpretasi nilai r11

Besarnya nilai r11 Interpretasi r11 0.20 Reliabilitas sangat rendah 0.20 < r11 0.40 Reliabilitas rendah 0.40 < r11 0.60 Reliabilitas cukup 0.60 < r11 0.80 Reliabilitas tinggi 0.80 < r11 1.00 Reliabilitas sangat tinggi

(Sukjaya, 1990)

Hasil uji instrumen yang telah dilakukan menunjukkan instrumen tes hasil belajar memiliki koefisien reliabilitas mencapai 0,61. Berdasarkan Tabel 3.4 di atas, maka instrumen tes hasil belajar memiliki reliabilitas yang termasuk kategori tinggi.

3. Tingkat kesukaran

Selain memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas, soal tes yang baik harus memiliki keseimbangan dari tingkat kesukaran soal tersebut. Artinya dalam soal tes tersebut terdapat soal yang termasuk rendah, sedang, dan sukar secara proporsional. Untuk mengetahui tingkat kesukaran dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut. (Wahyudin, et al., 2006: 93)

TK = ∑B

N (3.3)

Keterangan : TK = tingkat kesukaran soal

(20)

29

Adapun kriteria tingkat kesukaran adalah sebagai berikut. Tabel 3.5

Kriteria tingkat kesukaran

Tingkat kesukaran Kriteria 0.71-1.00 Mudah 0.31-0.70 Sedang 0.00-0.30 Sukar

(Wahyudin, et al., 2006)

Hasil uji coba untuk tingkat kesukaran butir soal dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.6

Tingkat Kesukaran Butir Soal

Nomor Soal Tingkat Kesukaran Kriteria

1 0,68 Sedang

2 0,31 Sedang

3 0,34 Sedang

4 0,27 Sukar

5 0,72 Mudah

6 0,61 Sedang

7 0,61 Sedang

8 0,50 Sedang

9 0,70 Sedang

10 0,34 Sedang

Berdasarkan Tabel 3.6 dapat dilihat bahwa instrumen tes hasil belajar yang digunakan terdiri dari satu item soal mudah, delapan item soal sedang, dan satu item soal sukar.

4. Daya pembeda

(21)

menunjukkan prestasi tinggi dan sebaliknya jika soal diberikan kepada siswa yang kurang maka hasilnya menunjukkan prestasi rendah. Untuk menghitung daya pembeda soal tes dilakukan dengan menggunakan persamaan: (Wahyudin, et al., 2006: 96)

DP = WH −WL

n (3.4)

Keterangan:

DP = daya pembeda

WH = jumlah testi dari kelompok unggul yang menjawab benar WL = jumlah testi dari kelompok asor yang menjawab benar n = 27%N (dengan N jumlah seluruh testi)

Adapun kriteria daya pembeda adalah sebagai berikut Tabel 3.7

Kriteria daya pembeda

Daya pembeda Kriteria 0.71-1.00 Baik sekali 0.41-0.70 Baik 0.21-0.40 Cukup 0.00-0.20 Rendah

(Wahyudin, et al., 2006)

(22)

31

Tabel 3.8

Daya Pembeda Tiap Butir Soal Nomor

Soal

Daya

Pembeda Tafsiran 1 0,75 Baik Sekali

2 0,58 Baik

3 0,50 Baik

4 0,66 Baik

5 0,58 Baik

6 0,58 Baik

7 0,41 Baik

8 0,66 Baik

9 0,50 Baik

10 0,58 Baik

Berdasarkan Tabel 3.8 dapat dilihat bahwa daya pembeda butir soal terdiri dari sembilan butir soal memiliki daya pembeda baik dan satu butir soal memiliki daya pembeda sangat baik.

F. Analisis Data

1. Analisis Data Kuantitatif

Data hasil belajar siswa yang diperoleh diolah dan dianalisis melalui statistik tertentu. Berikut langkah-langkah pengolahan dan analisis data yang dilakukan.

a. Uji normalitas data

(23)

1) Merumuskan hipotesis pengujian normalitas, sebagai berikut. H0 : Data berdistribusi normal

H1 : Data berdistribusi tidak normal 2) Entry data yang akan dianalisis

3) Pilih menu Analyze Descriptives Statistics, pilih Explore

4) Setelah menu dipilih, akan muncul kotak dialog. Masukkan data nilai pada kolom dependent list dan masukkan kelompok pada kolom factor list.

5) Klik tombol plots kemudian pilih normality test with plots, klik continue lalu klik OK

6) Hasil dari uji normalitas dlihat dari tabel Tes of Normality, Kolmogorov-Smirnova pada kolom sig.

7) Setelah diperoleh hasil dari uji normalitas, dilakukan pengujian hipotesis dengan ketentuan sebagai berikut.

a) terima H0 jika P-value(sig.) ≥ α, α = 0,05 b) tolak H0 jika P-value(sig.)< α, α = 0,05 b. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk melihat keseragaman varians dari sampel penelitian. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS v.16 for Windows. Adapun langkah untuk melakukan uji normalitas dengan menggunakan software SPSS v.16 for Windowsadalah sebagai berikut.

1) Merumuskan hipotesis pengujian homogenitas sebagai berikut. H0 : Varians kedua kelompok homogen

H1 : Varians kedua kelompok tidak homogen 2) Entry data yang akan dianalisis

3) Pilih menu Analyze Descriptives Statistics, pilih Explore

4) Setelah menu dipilih, akan muncul kotak dialog. Pilih data nilai sebagai dependent list dan pilih kelompok sebagai factor list.

5) Klik tombol plots kemudian pilih untransformized, klik continue lalu klik OK 6) Hasil dari uji normalitas dlihat dari tabel Tes of Homogenity pada kolom sig. 7) Setelah diperoleh hasil dari uji normalitas, dilakukan pengujian hipotesis

(24)

33

a) terima H0 jika P-value(sig.) ≥ α, α = 0,05 b) tolak H0 jika P-value(sig.)< α, α = 0,05 c. Uji perbedaan rata-rata pretes dan postes

Uji perbedaan rata-rata dilakukan terhadap nilai hasil belajar siswa pada pretes dan postes di kedua kelompok. Uji perbedaan rata-rata terhadap pretes dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum mengikuti pembelajaran, sedangkan uji perbedaan rata-rata terhadap postes dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran. Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu merumuskan hipotesis statistik yang akan diuji. Berikut rumusan hipotesis yang dimaksud.

1) Uji hipotesis pretes H0 :

μ

e =

μ

k

Tidak terdapat perbedaan kemampuan awal antara siswa pada kelompok eksperimen dengan siswa pada kelompok kontrol.

H1 :

μ

e

μ

k

Terdapat perbedaan kemampuan awal antara siswa pada kelompok eksperimen dengan siswa pada kelompok kontrol.

2) Uji hipotesis postes H0 :

μ

e =

μ

k

Tidak terdapat perbedaan kemampuan akhir antara siswa pada kelompok eksperimen dengan siswa pada kelompok kontrol.

H1 :

μ

e

μ

k

Terdapat perbedaan kemampuan akhir antara siswa pada kelompok eksperimen dengan siswa pada kelompok kontrol.

(25)

memenuhi asumsi yang dituntut pada statistik parametrik, maka sebagai alternatif dilakukan statistik nonparametrik. Berikut penjelasan mengenai uji hipotesis yang dilakukan.

1) Jika data memenuhi syarat untuk dilakukan uji parametrik, yakni data berdistribusi normal dan homogen, maka analisis data dilakukan dengan menggunakan uji t. Perhitungan uji t dilakukan dengan menggunakan software SPSS v.16 for Windows. Adapun langkah untuk melakukan uji t dengan menggunakan software SPSS v.16 for Window sadalah sebagai berikut.

a) Entry data yang akan dianalisis

b) Pilih menu Analyze Compare Means, pilih Independent Sample T-Test

c) Setelah menu dipilih, akan muncul kotak dialog. Masukkan data nilai pada kolom dependent list dan masukkan kelompok pada kolom factor list.

d) Klik tombol option lalu tentukan confidence interval dengan 95%, lalu klik continue kemudian klik OK

e) Hasil dari uji t dlihat dari tabel Independent Sample Test pada kolom sig. f) Setelah diperoleh hasil dari uji t, dilakukan pengujian hipotesis dengan

ketentuan sebagai berikut.

(1) tolak H0 jika nilai P-value (Sig.2-tailed) < α = 0,05. (2) terima H0 jika nilai P-value (Sig.2-tailed) ≥α = 0,05.

2) Jika data tidak memenuhi syarat untuk dilakukan uji parametrik, yakni data tidak berdistribusi normal dan atau tidak homogen, maka analisis data dilakukan dengan menggunakan uji nonparametrik. Uji perbedaan rata-rata yang digunakan adalah uji Mann-Whitney U (uji-U). Best (1982: 370) mengungkapkan bahwa “..., tes ini dipandang sebagai alternatif bagi tes t bilamana asumsi-asumsi parametriknya tidak dapat dipenuhi,...”. Analisis uji-U dilakukan dengan menggunakan software SPSS v.16 for Windows. Adapun langkah untuk melakukan uji-U dengan menggunakan software SPSS v.16 for Window sadalah sebagai berikut.

a) Entry data yang akan dianalisis

(26)

35

c) Setelah menu dipilih, akan muncul kotak dialog. Pilih data nilai sebagai dependent list dan pilih kelompok sebagai factor list.

d) Klik tombol plots kemudian pilih option descriptives, klik continue. e) Pilih Mann-Whitney U pada kotak dialog test type lalu klik OK f) Hasil dari uji-U dlihat dari tabel Tes Statistic pada kolom sig.

g) Setelah diperoleh hasil dari uji-U, dilakukan pengujian hipotesis dengan ketentuan sebagai berikut.

(1) tolak H0 jika nilai P-value (Sig.2-tailed) < α = 0,05. (2) terima H0 jika nilai P-value (Sig.2-tailed) ≥α = 0,05. d. Melakukan uji hipotesis

Berikut langkah-langkah yang ditempuh dalam menguji hipotesis. 1) Uji Hipotesis Rumusan Masalah 1 dan 2

Uji hipotesis ini dilakukan untuk menjawab rumusan masalah 1 dan 2. Rumusan masalah 1 mengenai hasil belajar siswa pada kelompok kontrol dan rumusan masalah 2 mengenai hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen. Berikut hipotesis yang dimaksud.

a) Hipotesis 1

H0 :

μ

post=

μ

pre

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran secara konvensional. H1 :

μ

post

μ

pre

Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran secara konvensional. b) Hipotesis 2

H0 :

μ

post=

μ

pre

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan permainan jelajah cahaya.

(27)

Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan permainan jelajah.

Pada analisis data sebelumnya, telah diketahui sebaran data pada pretes maupun postes di kedua kelompok. Jika data nilai pada kedua kelompok berdistribusi normal maka analisis selanjutnya adalah uji homogenitas, namun jika semua atau salah satu dari kedua data tersebut berdistribusi tidak normal maka yang selanjutnya dilakukan adalah melakukan uji perbedaan rata-rata. Langkah-langkah untuk melakukan uji perbedaan rata-rata peningkatan hasil belajar ini sama dengan langkah-langkah yang dilakukan ketika melakukan uji perbedaan rata-rata pada pretes dan postes yang telah dijelaskan sebelumnya, namun analisis yang digunakan adalah Paired Samples T-Test pada pilihan yang terdapat pada Anlyze Compare Means. Kriteria pengujian hipotesis yang digunakan adalah

a) tolak H0 jika nilai P-value (Sig.2-tailed) < α = 0,05. b) terima H0 jika nilai P-value (Sig.2-tailed)≥α = 0,05. 2) Uji Hipotesis Rumusan Masalah 3

Sebelum melakukan analisis data untuk melakukan uji hipotesis 3, terlebih dahulu merumuskan hipotesis statistik sebagai berikut.

H0 :

μ

e =

μ

k

Tidak terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa pada kelompok eksperimen dengan siswa pada kelompok kontrol.

H1 :

μ

e

μ

k

Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa pada kelompok eksperimen dengan siswa pada kelompok kontrol.

Dimana,

μ

e = rata-rata N-Gain siswa pada kelompok eksperimen

μ

k = rata-rata N-Gain siswa pada kelompok kontrol

Langkah yang dilakukan untuk menguji hipotesis 3 adalah sebagai berikut. 1) Menghitung peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran

(28)

37

g =Spost−Spre

Smaks−Spre (3.5)

Keterangan:

Spost = nilai postes

Spre = nilai pretes

Smaks = nilai maksimum

Kriteria tingkat N-Gain menurut Hake (Fauzan, 2012:84) adalah Tabel 3.9

Kriteria N-Gain

Nilai gain Kategori

0.7 Tinggi

0.3 < 0.7 Sedang

< 0.3 Rendah

2) Untuk melihat perbedaan rataan N-Gain kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, maka dilakukan analisis data dengan prosedur yang sama ketika menganalisis perbedaan rataan pretes maupun postes antara kedua kelompok. Yakni melakukan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji perbedaan rata-rata peningkatan N-Gain.

2. Analisis Data Kualitatif

Data kualitatif data dalam penelitian diperoleh dari hasil observasi. Berikut ananlisis data yang dilakukan terhadap data kualitatuf.

a. Hasil Observasi Kinerja Guru

Observasi terhadap kinerja guru dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Observasi kinerja guru diukur melalui format observasi yang dibuat dalam bentuk daftar cek (checklist). Aspek yang diukur dalam observasi kinerja guru ini terdiri dari sepuluh aspek (format observasi kinerja guru terlampir). Setiap aspek diukur dengan skor pada rentang 0–3.Skor yang telah diberikan untuk masing-masing aspek dijumlahkan dan kemudian dipresentasikan melalui persamaan berikut ini.

P =

(29)

Keterangan, p = persentase

f = jumlah indikator yang muncul n = jumlah seluruh indikator

Setelah diperoleh persentase kinerja guru, hasilnya kemudian ditafsirkan ke dalam bentuk nilai dengan ukuran baik sekali, baik, cukup, kurang, dan kurang sekali. Lebih jelasnya tafsiran jumlah persentase kinerja guru adalah sebagai berikut ini.

Tabel 3.10

Tafsiran Persentase Kinerja Guru

Persentase Kategori

80% p 100% Baik Sekali

60% p 80% Baik

40% p 60% Cukup

20% p 40% Kurang

0% p 20% Kurang Sekali

b. Hasil observasi aktivitas siswa

Observasi juga dilakukan terhadap aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran. Aktivitas ini diukur melalui format observasi yang dibuat dalam bentuk daftar cek (checklist). Adapun aspek yang diukur dalam aktivitas siswa ini terdiri dari tiga aspek, yaitu, partisipasi, kerjasama, dan motivasi. Setiap aspek diukur dengan skor pada rentang 0 – 3 dengan indikator yang telah disusun. Skor

yang telah diberikan untuk masing-masing aspek dijumlahkan dan hasilnya ditafsirkan ke dalam bentuk perilaku baik (B), cukup (C), atau kurang (K). Lebih jelasnya tafsiran jumlah perolehan skor observasi aktivitas siswa adalah sebagai berikut ini.

Tabel 3.11

Tafsiran Skor Aktifitas Siswa

(30)

39

Sementara itu, untuk aktivitas siswa secara keseluruhan digunakan persentase seperti halnya pada observasi kinerja guru. Skor aktivitas siswa dijumlahkan dan dipersentasekan.

P =

�× 100% (3.7)

Keterangan, p = persentase

f = jumlah skor semua siswa n = jumlah skor ideal semua siswa

Setelah diperoleh persentase aktivitas siswa, hasilnya kemudian ditafsirkan ke dalam bentuk nilai dengan ukuran baik sekali, baik, cukup, kurang, dan kurang sekali. Lebih jelasnya tafsiran persentase aktivitas siswa adalah sebagai berikut ini.

Tabel 3.12

Tafsiran Persentase Aktivitas Siswa

Persentase Kategori

80% p 100% Baik Sekali

60% p 80% Baik

40% p 60% Cukup

20% p 40% Kurang

(31)

71

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Pada pembelajaran konvensional, hasil belajar siswa dilihat dari perbedaan data pretes dan postes. Berdasarkan uji perbedaan rata-rata (uji-U) antara data pretes dengan postes, hasil yang diperoleh yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara pretes dan postes pada pembelajaran konvensional. Rata-rata data pretes adalah 47,67 sedangkan rata-rata data postes 59,67. Dengan hasil demikian, nilai rata-rata postes lebih besar dibandingkan nilai rata-rata pretes sehingga dapat disimpulkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran konvensional. Selain itu, hal tersebut diperkuat oleh hasil perhitungan N-Gain dengan rata-rata N-Gain yang diperoleh adalah 0,23 dan termasuk kategori peningkatan rendah.

2. Pada pembelajaran dengan permainan jelajah cahaya, hasil belajar siswa dilihat dari perbedaan data pretes dan postes. Berdasarkan uji perbedaan rata-rata (uji-U) antara data pretes dengan postes, hasil yang diperoleh yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara pretes dan postes pada pembelajaran dengan permainan jelajah cahaya. Rata-rata data pretes adalah 46,13 sedangkan rata-rata data postes 68,71. Dengan hasil demikian, nilai rata-rata postes lebih besar dibandingkan nilai rata-rata pretes sehingga dapat disimpulkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan permainan jelajah cahaya. Selain itu, hal tersebut diperkuat oleh hasil perhitungan N-Gain dengan rata-rata N-Gain yang diperoleh adalah 0,43 dan termasuk kategori peningkatan sedang.

(32)

72

permainan jelajah cahaya yaitu 68,71 sedangkan rata-rata postes pada pembelajaran konvensional hanya 59,67. Perbedaan juga terlihat dari rata-rata N-Gain pada kedua kelompok. Rata-rata N-Gain pada pembelajaran dengan permainan jelajah cahaya yaitu 0,43 dan termasuk kriteria sedang, sedangkan rata-rata nilai N-Gain pada pembelajaran konvensional yaitu 0,23 dan termasuk kriteria rendah. Jika dibandingkan, rata-rata nilai N-Gain pada pembelajaran dengan permainan jelajah cahaya lebih baik daripada rata-rata nilai N-Gain pada pembelajaran konvensional. Setelah dilakukan uji perbedaan rata-rata (uji-U) terhadap postes dan N-Gain pada kedua kelompok, hasilnya menunjukan adanya perbedaan hasil belajar yang signifikan pada taraf signifikansi 95% antara siswa yang mengikuti pembelajaran secara konvensional dengan siswa yang mengikuti pembelajaran melalui permainan jelajah cahaya.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan kepada beberapa pihak di antaranya: 1. Bagi Guru

a. Pembelajaran IPA dengan permaianan ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam merencanakan pembelajaran IPA khususnya dan pembelajaran lain di SD pada umumnya

b. Agar lebih kreatif merancang kegiatan pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran

2. Bagi Lembaga

a. Agar memotivasi guru-guru untuk lebih kreatif dalam merencanakan kegiatan pembelajaran

b. Agar sering mengikutsertakan guru-guru pada acara-acara seperti seminar pendidikan untuk menambah wawasan tentang metode-metode pembelajaran dan inovasi-inovasi yang ada dalam dunia pendidikan

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

(33)

b. Agar melakukan penelitian dengan modifikasi permainan ini yang diterapkan pada materi yang lain dan bahkan pada mata pelajaran lain.

(34)

74

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Azmiyawati, C. et al. (2008). IPA Salingtemas 5. Jakarta: Pusat Perbukuan, Depdiknas.

Best, J.W. (1982). Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Fauzan. (2012). Pengaruh Kombinasi Media Pembelajaran Berbasis Komputer dan Permainan Berbasis Alam dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar terhadap Materi Kesebangunan. Skripsi Sarjana pada FIP Universitas Pendidikan Indonesia Sumedang: tidak diterbitkan.

Iskandar, S.M. (1996). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Depdikbud Dikjendikti.

Ismail, A. (2006). Education Games. Yogyakarta: Pilar Media.

Maulana. (2009). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan Dengan Benar.Bandung: Learn2live ‘n Live2Learn.

Megasari, A.L. (2009). Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa tentang Materi Sifat-Sifat Cahaya pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN Sukajaya Kecamatan Cisitu Kabupaten Sumedang. Skripsi Sarjana pada FIP Universitas Pendidikan Indonesia Sumedang: tidak diterbitkan.

Riduwan. (2006). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Samatowa, U. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Dirjendikti.

Soepeno, B. (2002). Statistik Terapan dalam Penelitian Ilmu-ilmu Sosial & Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, N. (2008). Penilaian Hsasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(35)

Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.

Sujana, A. et al. (2010). Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang: UPI Kampus Sumedang.

Sukardi. (2005). Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukmadinata, NS. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Suyono dan Hariyanto. (2011). Belajar dan Pemebelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tim IPTEK.. (2005). SAINS SD Kelas 5b. Bandung: CV. Mutiara Ilmu.

Tn. (2011). Pendalaman Materi dan Metodologi Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Tn. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Wahyudin, U. et al. (2006). Evaluasi Pembelajaran SD. Bandung: UPI Press.

Winataputra, U.S. et al. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Yonita, R.M. (2010). Penerapan Metode Permainan Tembok Kata Bermedia Kartu Berpasangan Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Mengidentifikasi Peranan Tokoh-tokoh Kerajaan Islam di Indonesia. Skripsi Sarjana pada FIP Universitas Pendidikan Indonasia Sumedang: tidak diterbitkan.

Dokumen

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI. Jakarta: Depdiknas.

Gambar

Populasi PenelitianTabel 3.1
 Gambar 3.2 Prosedur Penelitian
Tabel 3.2 Interpretasi nilai r
Tabel 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, penyediaan tenaga kerja harus dimonitor dengan baik ( labor availability ) karena bila penyediaan tenaga kerja terlambat untuk suatu pekerjaan, maka hal

[r]

[r]

Hasil perhitungan analisis menunjukkan bahwa pengaruh kegiatan ekstrakurikuler keagamaan terhadap akhlak mulia siswa sebesar 57 %, jika dibandingkan dengan r tabel

[r]

Perbandingan Hasil Tes Kondisi Fisik dengan Ranking Prestasi ……….... Perbandingan Hasil Tes Anthropometrik dengan

Aliran bit dan rekonstruksi sinyal ucapan menghasilkan sinyal rekonstruksi yang paling buruk pada kondisi kanal AWGN dengan SNR = 10 dB (plot hasil rekonstruksi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Hasil Penelitian ... Analisis Kemampuan Representasi Matematis ... Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... Analisis