• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOORDINASI PENUNTASAN WAJIB BELAJAR 9 TAHUN DI JAWA BARAT : Studi Kasus di Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung Tentang Koordinasi Antar Instansi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOORDINASI PENUNTASAN WAJIB BELAJAR 9 TAHUN DI JAWA BARAT : Studi Kasus di Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung Tentang Koordinasi Antar Instansi."

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

KOORDINASI PENUNTASAN WAJIB BELAJAR

9 TAHUN DI JAWA BARAT

(Studi Kasus di Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung

Tentang Koordinasi Antar Instansi)

Tesis

Diajukan untuk memenuhi Sebagian Dari

Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Oleh

KHAIRUDDIN N1M: 9332001

BIDANG STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA

ISTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BANDUNG

(2)

KOORDINASI PENUNTASAN WAJIB BELAJAR

9 TAHUN DI JAWA BARAT

(Studi Kasus di Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung

Tentang Koordinasi Antar Instansi)

Tesis

Diajukan untuk memenuhi Sebagian Dari

Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Oleh

KHAIRUDDIN NIM: 9332001

BIDANG STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA

ISTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BANDUNG
(3)

DISETUJUI OLEH TIM PEMBIMBING

Sebagai Bahan Ujian Tahap II

//cl^a^h

PROF.DR.H.ACHMAD SANUSI, SH, M.PA

PEMBIMBINBG I

PROF. DR. H.HUHAMMAD \,FAKRY GAFFAR, M.Ed

(4)

Disetujui Oleh:

Koordinator Program Studi Administrasi Pendidikan

Program Pascasarjana

IKIP Bandung

(5)

ABSTRAK

Khw-irnHriin: KnnrHinasi Pwmintaaan Waj ib Bfllajar E Xahlin. di

Jjuta Barat fst.ndi Kasua di Daerah Tingkat. II Kabupaten Bjin^

dung, ten tang KnnrdinwHi Aniar Tnstasi Terkait)

Wajib Belajar adalah, adalah wajib bagi anak-anak yang telah berusia 6 tahun untuk aeaasuki pendidikan dasar

selaaa beberapa tahun sesuai dengan ketentuan negara yang bersangkutan. Wajib Belajar 9 tahun di Indonesia ifengandung arti sebagai "Universal basic eduoation" yaitu terbukanya keseapatan secara luas bagi seaua peserta didik untuk aeaa

suki pendidikan dasar. Jadi, sasaran utaaanya adalah

aenua-buhkan aspirasi orang tua terhadap pendidikan dan peserta

didik untuk aeaasuki pendidikan dasar.

Untuk aencapai sasaran dan tujuan Wajar tersebut, harus

ada pengendalian sebagai alat untuk aenjaain kelangsungan pelaksanaan kegiatan tersebut. Yang diaaksud dengan pengen

dalian adalah kegiatan untuk aenjaain kesesuaian dengan rencana, dengan prograa, dengan perintah-perintah, kekuatan-kekuatan lainnya yang ada, teraasuk tindakan-tindakan

kolek-tif. Koordinasi dalaa pelaksanaan suatu rencana, aerupakan

*salah satu aspek pengendalian yang sangat penting.

Adapun yang dijadikan saapel sebagai nara suaber ada

lah, Gubernur Kepala Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, Kakanwil Depdikbud, Kakanwil Depag, Kakanwil Depnak, Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bandung, Kepala Kakandepdik-bud, Kakandepag Kakandepnaker, Caaat Kecaaatan Leabang,

(6)

Cisarua, Caaat Kecaaatan Ciaahi Tengah, Kepala Kandepdikbud

Kecaaatan Ciaahi Tengah, Kepala Kantor Departeaen Agaaa Kecaaatan Ciaahi Tengah, Piapinan Perusahaan PT Korin Garaen Utaaa dan PT Trisulatex, dan Kepala SMP Negeri Cisarua.

Penguapulan data dilakukan dengan observasi, wawanoa dan

studi dokuaentasi.

Dari analisis data tersebut diteaukan bahwa obyek kegiatan koordinasi antar instasi terkait dalaa penuntasan Wajar Dikdas, 9 tahun di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa

Barat, khususnya Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung sudah berjalan dengan baik. Naaun dalaa pelaksanaan sehari-hari

aasih teaukan penyiapangan-penyiapangan dan belua haraoninya hubungan antara instasi terkait tersebut terutaaa dalaa

bidang penguapulan data, pelaksanaan rapat pelaksanaan peaantauan dan evaluasi, pengaturan sarana dan prasarana,

pengaturan tentang biaya.

Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun di Tingkat propinsi

didasarkan pada Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk I Propinsi Jawa Barat No. 4 Tahun 1993 tentang Pedoaan Pelak sanaan Prograa Wajar Dikdas Tingkat Propinsi. Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Tingkat Kabupaten berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bandung No.

421.1/SK.432-Sosial/1994. Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9

tahun Kecaaatan Leabang didasarkan pada Surat keputusan Caaat Kecaaatan Leabang No. 421.9/SK Ol-Keaasy/1992. Sedang

(7)

Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 tahun di Kecaaatan Ciaahi

Tengah, Kecaaatan Cisarua, dan Kecaaatan Padalarang, secara

foraal belua dibentuk. Di tingkat Desa/ Kelurahan saapai

dengan penelitian ini dilakukan belua di-bentuk secara

foraal Tia Koordinasi Wajar Dikdas.

Gubernur, Bupati, Caaat dan Kepala Desa sebagai Kepala

Peaerintah Daerah di tingkatnya aasing-aasing berfungsi

sebagai penanggung jawab. Kepala Kantor Depdikbud berusaha

aengobtiaalisasikan operasi persekolahan tingkat SLTP,

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan aeaberikan dorongan

kepada taaatan SD untuk aelanjutkan ke tingkat SLTP. Kepala

Kantor Departeaen Agaaa aeningkatkan upaya aadrasah dan

prograa Paket B di pondok pesantren, serta aengendalikan

kawin auda. Kepala Kantor Departeaen Penerangan

aenyelenga-rakakan penyuluhan aelalui forua yang ada. Kepala Kantor

Departeaen Tenaga Kerja berusaha untuk aenjeabatani

terse-lenggaranya Wajar Dikdas 9 tahun dengan aengendalikan usia angkatan kerja, nenbantu penyelenggaraan Prograa Paket B bagi pekerja usia pendidikan dasar yang telanjur bekerja di perusahaan. Dan Instansi terkait lainnya aasih terbatas pada

peaberian laporan dalaa rapat-rapat Tia koordinasi, sekali-gus diaanfaatkan oleh Tia Koordinasi sebagai bahan pertia-bangan dalaa aeruauskan rencana kebijaksanaan penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun. Tanggung jawab Kepala SMP Negeri adalah aeaberikan penjelasan kepada orang tua aurid tentang Wajar Dikdas, aengangkat guru honorer, aeaberikan keringanan

(8)

aencarikan suaber dari Badan Aaal Zakat dan aendorohg aurid agar terus aelajutkan sekolah.

Haabatan yang aenonjol adalah aasalah dana, keterbata-san tenaga, sarana dan prasarana, sistea koaunikasi belua berjalan dengan baik, dan sikap keterbukaan belua tuabuh dengan baik. Ada pergeseran pandangan aasyarakata terhadap

pendidikan sebagai andalan aasyarakat untuk aeaperbaiki

kehidupan di aasa yang akan datang.

Untuk aengatasi permasalahan tersebut di atas diteapuh

kebijakan untuk meringankan biaya sekolah bagi anak yang tidak aaapu, pengeabangan SMP Kelas jauh dan SMP Terbuka,

pengoptiaalisasian koordinasi antarinstansi terkait,

aening-katkan publikasi Wajar Dikdas 9 tahun, dan aelakukan

peabi-naan aasyarakat lebih intensif. Masalah kesadaran warga

belajar prograa Paket B diteapuh aelalui peabinaan terhadap

peserta didik. Kepada aasyarakat diberi kesadaran bahwa

pendidikan itu adalah kewajiban setiap auslia, bukan

seaata-aata untuk aeningkatkan penghasilan.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada dasarnya usaha Pemerintah Republik Indonesia untuk

aenciptakan keterpaduan kerja antar Departeaen, Leabaga dan

badan swasta lainnya telah dipikirkan sejak Indonsia aer-deka. Hal ini terbukti dari penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain telah aencantuakan bahwa "Untuk aenetapkan

politik

pemerintahan

dan

koordinasi

dalaa

peaerintahan

negara, para aenteri bekerja saaa satu saaa lain

seerat-eratnya di bawah piapinan Presiden".

Beberapa peraturan perundang-undangan telah dikeluarkan

untuk dapat aenciptakan koordinasi dalaa pelaksanaan sistea

peaerintahan seperti Peraturan Peaerintah Republik Indonesia

No. 27 tahun 1956, tentang Menyusun Koordinasi Peaerintahan

Sipil, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 tahun

1988,

tentang

Koordinasi

Kegiatan

Instansi

Vertikal

di

daerah. Dalam bidang pendidikan Keputusan Menteri Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat No. 01/-Kep/Menko/Kesra/1991 tentang Pelaksanaan Koordinasi Wajar Dikdas 9 tahun, Keputu san Menteri Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat No. 18/

Kep/Menko/Kesra/1994 tentang Petunjuk Pelaksanaan Koordinasi

Wajar Dikdas 9 tahun. Dalam Peraturan

Pemerintah

Republik

Indonesia nomor 27 tahun 1956, tentang Menyusun Koordinasi Pemerintahan Sipil pasal 1 disebutkan "Koordinasi ialah

usaha untuk aengadakan kerja saaa yang erat dan efektif

(10)

tahun 1988, tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di

Daerah, pasal 1 ayat (1) menyebutkan "Koordinasi adalah upaya yang dilaksanakan oleh Kepala Wilayah guna aencapai

keselarasan, keserasian, dan keterpaduan baik perencanaan

aaupun pelaksanaan tugas serta seaua kegiatan instansi

vertikal, dan antara instansi vertikal dengan Dinas Daerah agar tercapai hasilguna dan dayaguna yang sebesar-besarnya.

Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1994 tentang pelaksa naan Wajar Dikdas, yang ditujukan kepada lima menteri yaitu:

(1) Menteri Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat, (2)

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, (3) Menteri Dalaa Negeri,

(4) Menteri Agaaa, dan (5) Menteri Keuangan. Dalaa laapiran

Instruksi Presiden Noaor 1 Tahun 1994 disebutkan Wajar

Dikdas adalah suatu gerakan nasional yang diselenggarakan di

seluruh Indonesia bagi warga negara Indonesia yang berusia 7

saapai 15 tahun untuk aengikuti pendidikan dasar atau pen

didikan setara saapai taaat. Selanjutnya disebutkan keten-tuan aengenai pelaksanaan pendidikan dasar ditetapkan oleh

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ketentuan aengenai koor

dinasi pelaksanaan Wajar Dikdas ditetapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.

Untuk aenindaklanjuti Instruksi Presiden tersebut di

atas, dikeluarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ke sejahteraan Rakyat Nomor 18/Kep/Menko/Kesra/X/1994 Ten- tang

Koordinasi Penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun. Dalam ke-putusan

(11)

dilakukan oleh Tim koordinasi Wajar Dikdas yang selanjutnya

dalaa keputusan ini disebut Tim Koordinasi, sesuai ketentuan sebagaimana tercantum dalam lampiran ke-putusan tersebut.

Memperhatikan pernyataan tersebut di atas dapat

dike-mukakan bahwa dalam pemerataan kesempatan belajar bagi anak

usia 7-15 tahun dan relevansi hasil pendidikan dengan dunia kerja, diperlukan adanya koordinasi yang baik dan sistematis

antara Departeaen Pendidikan dan Kebudayaan dengan departe

aen, leabaga peaerintah, dan badan swasta lainya. Oleh

karena itu, harus ada satu badan yang aengurus dan

aengelo-lanya secara profesional.

Bentuk satuan pendidikan dasar sebagai penyelenggaraan

prograa tiga tahun yang teriri atas: Sekolah Lanjutan

Perta-aa, SLTP Luar Biasa, dan SLTP Terbuka yang dikelola oleh

Depdikbud, serta Madrasah Tsanawiyah yang dikelola oleh

Departemen Agama. Jenis pendidikan yang termsuk jalur pen didikan luar sekolah terdiri atas pendidikan uaua, pen didikan keagaaaan, dan pendidikan kejuruan.

Sistem pendidikan nasional adaalah suatu keseluruhan

yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang

berkaitan satu sama lain untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional. Dalaa Pasal 4 disebutkan pendid

ikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan

aengeabangkan aanusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriaan dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan

berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,

(12)

tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Undang-Undang

Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989).

Memperhatikan

rumusan

sistea pendidikan dan

tujuan

pendidikan nasional tersebut di atas, berarti sistea pen

didikan

yang dianut di Indonesia bukan

hanya seaata-aata

dilaksanakan

oleh pemerintah dalam persekolahan.

akan

te-tapi juga dilaksanakan oleh masyarakat dalam masyarakat,

serta keluarga. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 9 ayat (1) UU

No.2 Tahun 1989 "Satuan pendidikan penyelenggaran

ke-giatan

belajar

aengajar yang dilaksanakan di sekolah atau di

luar

sekolah". Untuk aencapai tujuan pendidikan tersebut Peaerin

tah aeaberikan keseapatan kepada departeaen, leabaga

peaer

intah, dan badan swasta lainnya (aasyarakat) untuk ikut ser

ta secara aktif dalaa penyelenggaraan pendidikan nasional.

Untuk aerealisasikan setiap upaya penyusunan rencana

dan pelaksanaan Wajar Dikdas 9 Tahun perlu dibentuk wadah

kerja saaa antara Depdikbud, departemen, dan lembaga peaer

intah lainnya, serta pihak swasta di tingkat pusat,

propin

si,

kabupaten/kotamadya,

dan

kecaaatan.

Kerja saaa ini

dikoordinasikan oleh suatu lembaga antarsektoral di

tingkat

pusat, dan melalui wahana komunikasi/konsultasi di tingkat

daerah (Depdikbud, 1993:32).

1. Pelaksanaan Wajar Dikdas di Propinsi Jawa Barat

Hasil

penelitian

pendahuluan tentang Koordinasi

Pe

laksanaan Wajar Dikdas 9 tahun di Propinsi Daerah Tingkat I

Jawa Barat, baik selama perintisan maupun dalam

(13)

Selaaa perintasan program Wajar Dikdas 9 Tahun saapai

dengan tanggal 2 Mai 1994 Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9

Tahun Propinsi Daerah Tingkat I Jawab Barat aenggunakan

angka transisi sebagai tolok ukur keberhasilan. Angka trans

isi adalah perbandingan antara lulusan SD/MIN yang aelanjut

kan ke SLTP/sederajat dengan jualah lulusan SD/MI.

Upaya Pemerintah Daerah dengan perangkat Tia

Koordi-nasinya telah berhasil aeningkatkan angka transisi dari 51,70% pada tahun 1991/1992 aenjadi 80,40% pada tahun

1992/1993, dan pada tahun 1993/1994 aeningkat aenjadi

87,67%, naaun pada tahun 1994/1995 aenurun aenjadi 83,97%.

Dengan dicanangkannya prograa Wajar Dikdas 9 tahun pada

tanggal 2 Mai 1994, tolok ukur keberhasilan prograa tersebut

bukan lagi angka transisi lulusan SD/MI aelanjutkan ke

SLTP/sederajat, aelainkan angka partisipasi penduduk usia 13

saapi 15 tahun di SLTP/sederajat. Secara rinci angka parti

sipasi (AP) dikenal dengan istilah Angka partisipasi kasar

(APK/GER) dan angka partisipasi aurni (NER) sebagaiaana

terdapat dalaa tabel di bawah ini.

TABEL 1

ANGKA PARTISIPASI KASAR DAN ANGKA PARTISIPASI MURNI

DI SLTP PADA TAHUN PELAJARAN 1993/1994

No. Anak Usia J u a l a h

1.

2.

Siswa SLTP/MTs

Siswa SLTP/MTs usia 13-15 th

1.235.152 913.212 3. Total penduduk usia 13-15 th 2.607.729 APR (GER) 1 : 3 x 100%

APM (NER) 2 : 3 x 100%

47,37% 35,02%

Suaber: Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi

[image:13.595.61.488.314.694.2]
(14)

15 tahun pada tahun ajaran 1993/94 di jalur sekolah

terca-tat

52,92%, sedangkan untuk tahun pelajaran

1994/95

angka

partisipasi penduduk Jawa Barat keloapok usia 13-15 tahun di

jalur sekolah tercatat 54,06%. Selaaa satu tahun pelaksanaan

Wajar

Dikdas

9 Tahun telah

aeaberikan

hasil

peningkatan

angka partisipasi penduduk sebesar 1,77%.

Untuk aenggiring penduduk usia 13-15 tahun yang belua berada di jalur persekolahan Tia Koordinasi aengeabangkan

Prograa

Paket

B (pendidikan luar

sekolah)

dengan

bobot

aateri setara dengan SLTP. Upaya ini pada aulanya cukup berhasil untuk aeningkatkan angka aelanjutkan pada tahun-tahun awal pencanangan Wajar Dikdas 9 tahun. Pada tahun

1993/1994

aaapu aengakoaodasikan haapir 18%

dari

lulusan

SD/MI 1992/1993, keberhasilan tersebut juga disebabkan Peada

Tingkat

I dan Tingkat II aelalui APBD

aeabantu

aea-biayai

penyelenggaraan

Paket

B sebesar 4,2 ailyar

rupiah.

Dalaa

rangka aeningkatkan angka transisi maupun angka

partisipasi

penduduk usia 13-15 tahun di SLTP faktor penting yang

harus

dikaji

adalah faktor daya tampung, di samping

itu,

faktor

tenaga (guru dan tutor).

Sejalan dengan upaya daya tampung SLTP, angka partisip asi di jalur sekolah pada tahun pelajaran 1994/1995

aenun-jukkan angka peningkatan dibandingkan dengan tahun pelajaran

1993/1994,

namun

bila dilihat

dari

prosentase

aengalaai

penurunan sebesar 3,70%. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat

(15)
[image:15.595.67.504.86.745.2]

TABEL 2

PERKEMBANGAN ANGKA TRANSISI LULUSAN SD/MI TAHUN AJARAN 1991/1992 S.D. 1993/1994 KE SLTP/

SEDERAJAT DI JAWA BARAT

Lulusan SD/MI Angka aelanjutkan Total

% Tahun lulusan Jualah lulusan Tahun aelan jutkan

Jalur sekolah Jalur luar sekolah

Jualah % Jualah % %

1991/92 1992/93 1993/94 706.711 760.596 789.189 1992/93 1993/94 1994/95 441.839 530.944 586.173 62,53 69,78 74,40 128.276 136.131 75.418 17,87 17,89 9,56 80,40 87,67 83,96 Suaber: Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Jawa Barat 1994/1995

Data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa angka lu

lusan

yang melanjutkan ke SLTP melalui jalur sekolah

aulai

tahun 1991/1992 saapai dengan 1994/1995 aenunjukkan angka kenaikan rata-rata 5,93%. Angka aelanjutkan aelalui jalur

luar sekolah pada tahun awal diprogaakan Paket B aaapu

ae-nyerap angka transisi sebanyak 17,47%. Naaun, tahun

1994/95

aengalaai penurunan yang sangat drastis, yaitu hanya aaa-pu

aenyerap 9,56% dari lulusan SD/MI tahun pelajaran 1993/94.

Peningkatan

angka melanjutkan secara keseluruhan

dari

tahun 1992/1993 ke tahun 1993/1994 naik 7,27%, sedangkan

pada

1993/1994

ke 1994/1995

aengalaai

penurunan

sebesar

4,01%. Penurunan angka transisi tersebut di atas

disebabkan

oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dikeaukakan di

bawah ini.

a. Jualah lulusan SD/MI tahun 1993/1994 (789.189 orang)

aengalaai kenaikan bila dibandingkan dengan lulusan tahun

(16)

aengalaai kenaikan (789.189 orang), sedangkan pertuabuhan

daya tampung relatif tidak seimbang dengan pertumbuhan

lusan SD/MI.

b. Persentase angka transisi dari SD/MI ke SLTP jalur seko

lah jauh lebih tinggi (74,42% termasuk yang aelanjutkan

ke luar Propinsi Jawa Barat) bila dibandingkan dengan

angka transisi pada tahun 1993/1994 (69,78%), artinya ada

kenaikan 4,64% atau 55.229 orang.

c. Daya serap Prograa Paket B setara SLTP pada tahun pelaja

ran 1994/1995 (9,56%), mengalami penurunan yang sangat

berarti bila dibandingkan dengan angka melanjutkan tahun

1993/1994 (17,89%). 2. Angka Pertisipasi

Angka partisipasi penduduk Jawa Barat di persekolahan pada tahun 1994/1995 pada umumnya mengalami peningkatan

dibandingkan dengan tahun pelajaran 1993/1994. Angka parti sipasi aurni pada tahun 1994/1995 aencapai angka 40,96%

(aengalaai kenaikan sebesar 5,67% dari angka partisipasi aurni tahun pelajaran 1993/1994). Angka ini aenunjukkan bahwa di Jawa Barat telah aelaapaui target yang telah dite tapkan untuk tahun 1993/1994 (40%). Data rinci tersaji dalaa

[image:16.595.51.502.36.563.2]
(17)

Tabel 3

ANGKA PARTISIPASI KASAR DAN ANGKA PARTISIPASI MURNI

DI SLTP TAHUN PELAJARAN 1994/95

No

1

2

T

Anak Usia T

Siswa SLTP/MTs

Siswa SLTP/MTs usia 13-15 Tahun

Total Penduduk usia 13-15 Tahun

J u » 1 a h

1.380.504 1.119.290

2.799.954

APK (GER) (1) : (3) x 100% 48,85 %

APM (NER) (2) (3) x 100% 39,98 %

Suaber: Tim Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi Jawa

Barat 1994/95.

3. Angka Partisipasi Penduduk Jawa Barat Usia 13-15 Tahun di

Jalur Sekolah

Anak usia 13 s.d 15 tahu tidak hanya berada di SLTP,

akan tetapi juga ada yang masih di SD dan ada juga yang

telah melanjutkan ke SLTA. Untuk menjaring angka partisipasi

penduduk kelompok usia 13 s.d 15 tahun di persekolahan, maka

digunakan istilah Angka Partisipasi. Angka Partisipasi usia

(18)

TABEL 4

ANGKA PARTISIPASI PENDUDUK USIA 13 S.D 15 TAHUN

DI JALUR SEKOLAH TAHUN 1994/1995

Jumlah Penduduk Jenis Sekolah Jualah Porsentase 2.799.954 Sekolah Dasar

296.633 10,59

SD/MI

SLTP

932.763

264.763

29,74 10,24

1. SMP

2. NTs

SLTA

296.633 10,59

85.481 1.968

3,09 0,07

1. SMA/SMK

2. MA

Angka Partisipasai

13 s.d 15 tahun

Penduduk Usia 1.504.261 53,72

Suaber: Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi Jawa

Barat 1994/95.

4. Keadaan Sarana dan Prasarana SLTP di Jawa Barat

Sarana dan prasarana aerupakan kebutuhan yang mendasar

bagi pelaksanaan pendidikan. Sarana dan prasarana ter-sebut

adalah ruangan kelas/belajar dan guru. Berikut gambaran

keadaan ruangan kelas/belajar dan guru SLTP di Propinsi Jawa

Barat menurut data tahun 1993/94 dan berbagai upaya Kanwil

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Barat

pada tahun 1994/95 dalam menanggulangi kekurangan daya tampung dan guru dalam kerangka penuntasan program Wajib

belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun.

a. Kondisi Daya Tampung SLTP/Sederajat di Jawa Barat.

Pada tahun pelajaran 1993/94 di Propinsi Jawa Barat

[image:18.595.51.506.79.715.2]
(19)

11

seluruhnya 25.401 ruangan belajar. Jualah ini aasih jauh dari yang diharapkan. Rasio angka perhitung-an secara Na

sional antara ruangan kelas dengan jualah siswa 1:40. Dengan

aeaperhatikan rasio ideal tersebut, aaka ruangan kelas yang

dibutuhkan untuk dapat menampung seluruh penduduk keloapok

usia 13-15 tahun (pada tahun 1994 jualahnya sebanyak

2.667.827 orang) di SLTP adalah 66.696 ruangan.

b. Kondisi Daya Taapung SLTP untuk kelas I di Jawa Barat.

Data di atas aenunjukkan bahwa pada tahun pelajaran

1994/95 angka melanjutkan lulusan SD/MI ke SLTP melalui jalur sekolah mengalami peningkatan. Hal ini perlu mendapat perhatian yang serius dari pemerintah untuk mengatasi keku rangan ruangan kelas. Adapun kondisi daya tampung jalur tingkat SLTP di Propinsi Jawa Barat dapat dilihat dalam

tabel di bawah ini.

Tabel 5

JUMLAH LULUS SD/MI TAHUN 1993/94 DAN

DAYA TAMPUNG KELAS 1 SLTP TAHUN 1994/95

No Lulusan/Melanjukan Daya Tampung Jualah

1 2 3 4 5 Lulusan SD/MI

Melanjutkan ke SLTP

Tersedia utk kls I

- Kls. Jauh - SMP Terbuka

Penambahan melalui

APBN dan OECF

789.189 orang 662.671 orang 518.178 orang 21.264 orang 1.060 orang 50.545 orang Total daya tampung

tersedia utk kls I 591.047 orang

Kekurangan Daya Tampung Untuk Kelas I 71.544 orang

(10,79 %)

Sumber : Tim Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi Jawa

[image:19.595.59.499.19.722.2]
(20)

5. Keadaan Guru SLTP Tahun 1993/1994

Keadaan Guru SLTP di Propinsi Jawa Barat 1993/94 dapat dilihat dalam tabel 6 di bawah ini. Dalam tabel

tersebut disajikan jumlah guru yang dibutuhkan yang

ku-rang, dan yang lebih.

Tabel 6

Kekurangan Tenaga Guru SLTP Tahun 1994/1995

Menurut Kurikulum 1994

No Mata Pelajaran 1993* 1994** Jml.Kekurangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 13 14 15

P M P

BahaBa Indonesia

Bahasa Inggris

Hatemtika I P A

IPS

Bahasa Sunda Agama

PSPB

Orkes/Penjas & Kes.

Ketrampilan BP/BK

Muatan Lokal

Kerajinan &Kesenian

J u m l a h

521 562 765 482 1.019 820 678 260 752 562 195 1.768 792 9.600 250 749 749 749 749 749 250 250 749 250 5.494 771 1.311 1.514 1.231 1.768 1.569 678 510 752 812 195 1.768 1.541 250 15.094

* Kurikulum 1984 ** Kurikulum 1994

Suaber : Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi Jawa

Barat 1994/95.

Dalam tabel tersebut dapat dilihat jualah guru yang

ada, guru yang dibutuhkan, kekurangan guru, dan guru yang

lebih. Perhitungan kebutuhan guru tersebut didasarkan

kepada perhitungan kebutuhann guru secara ideal, yaitu:

a. Guru mengajar dengan latar belakang/kualifikasi

pendi-dik-an yang sesuai.

b. Setiap guru mengajar 18 jam per minggu sesuai dengan

[image:20.595.68.497.234.715.2]
(21)

Hasil penelittan pendahuluan tentang Koordinasi

Pelaksanaan Wajar Dikdas 9 tahun di Kabupaten Daerah

Tingkat II Bandung, baik selama perintisan aaupun dalam

pelaksanaannya setelah dicanangkan oleh Pemerintah.

Luas Wilayah Kabupaten Bandung 30.207,93 hektar

dengan jumlahpenduduk sebanyak 3.442.261 jiwa, serta

kepadatan

penduduk

tertinggi 15.437 jiwa

per

km2

dan

kepadatan penduduk rata-rata 260 jiwa per km . Jumlah

penduduk usia pendidikan dasar 7-15 sebanyak 728.569

orang. Perinciannya adalah 471.458 orang anak usia 7-12

tahun dan 257.111 orang anak usia 13-15 tahun (Laporan Kandepdikbud Kabupaten Bandung, 22 Nopember 1994).

Program Wajar Dikdas 6 Tahun di Kabupaten Daerah Tk.

II Bandung yang dicanangkan pada tanggal 2 mai 1984 telah

aeaberikan hasil yang memuaskan. Angka partisipasi pendu

duk pada kelompok usia 7-12 tahun di SD telah menacapai

99,37% dari jumlah total penduduk. Tim Koordinasi Wajar

Dikdas tingkat Kabupaten Daerah Tk. II Bandung telah

berhasil aeningkatkan angka transisi dari SD/MI ke

SLTP/sederjat dari 81,46% pada tahun 1993/94 aenjadi 84,44% untuk tahun 1994/95 dengan rincian sebagai berikut

- Jumlah lulusan SD/MI tahun 1993/94 = 79.442 orang

- Jumlah melanjutkan ke SLTP/sederajat

- Jalur sekolah = 56.458 (71,67%) - Jalur luar sekolah = 7.651 (9,63%)

- Luar Kabupaten Bandung = 2.798 (3,52%)

Jumlah 66.907 (84,22%)

(22)

Kondisi Wajar Dikdas 9 Tahun 1993/1994 di Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung secara garis besar terdiri dari

Wajar Dikdas

tingkat SD dan SLTP. Prograa Wajar Dikdas SD

bagi keloapok usia 7-12 tahun yang dicanangkan pada

tang

gal

2 Mai 1984 saapai pada tahun 1998

telah aeaberikan

hasilnya

dengan aeningkatnya angka

partisipasi

penduduk

usia 7-12 tahun di SD/MI pada akhir tahun ajaran 1993/1994 telah aencapai 99,37% dari jualah penduduk usia 7-12 tahun

sebanyak

471.459 orang. Dalaa perintisan Wajar

Dikdas

9

Tahun di Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung telah berha

sil

aeningkatkan

angka

aelanjutkan

lulusan

SD/MI

ke

SLTP/sederajat dari 65,98% tahun 1992/1993 aenjadi 69,89%,

pada tahun 1993/1994 dan 84,22% pada tahun 1994/1995 ( Tia

Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Kabupaten Bandung

1993/1994 dan 1994/1995).

Jualah penduduk usia 13-15 tahun di Kabupaten

Daerah

Tingkat II Bandang sebanyak 253.723 orang, jualah penduduk

yang

berada

di SLTP/MTs sebanyak 126.417

orang,

Jualah

penduduk usia 13-15 tahun yang berada di SLTP/MTs sebanyak

88.479 orang, jualah penduduk usia 13-15 yang berada SD/MI

sebanyak 29.717 orang, jualah penduduk 13-15 tahun yang berada di SLTA sebanyak 3.214 orang, dan yang aenigikuti

prograa

paket

B sebanyak 4.940. Untuk

aengetahui

angka

pertisipasi

penduduk usia 13-15 tahun di

SLTP/MTs

dapat

(23)

15

a. Angka Partisipasi Kasar (Ner)

1) Julah penduduk usia 13-15 tahun

= 253.723 orang

2) Jualah siswa SLTP/MTs

= 126.417 orang

126.417

GER SLTP/MTs x 100 = 49,82 %

253.723

b. Angka Pertisiupasi Murni (Ner)

1) Jumlah penduduk usia 13-15 tahun

= 253.723 orang

2) Jualah siswa usia 13-15 tahun SLTP/MTs=

88.479 orang

88.479

NER SLTP/MTs x 100 = 34,87 %

253.723

Jualah ruangan belajar untuk SLTP/MTs untuk tahun

1993/1994

sebanyak

2556

ruangan.

Bila

dilihat

jualah

penduduk

usia

13-15 tahun dan rasio

perbandingan

kelas

tingkat Nasioanl 1:40, maka ruangan kelas yang

dibutuhkan

untuk menampung penduduk usia 13-15 tahun tersebut sebany

ak

6343

ruangan. Ini berarti bahwa di

Kabupaten

Daerah

Tingkat II Bandung masih kekurangan ruangan kelas sebanyak

3787 buah.

Keadaan guru SLTP/MTs pada tahun 1993/1994 di Kabupa

(24)

KEADAAN GURU TAHUN 1993/1994 DI KABUPATEN BANDUNG

No Bidang Studi A B K L

1 PMP 148 146 - 2

2 Bahasa Indonesia 282 342 60

~

3 Bahasa Ingris 201 245 44

w

4 Matiaatika 314 348 35

5 IPA 317 353 36

" ~

6 IPS 275 342 67

• " 7 8 Agaaa Penjas-kes 140 274 146 168 6 106

9 Ketraapilan — • *

~

86 10 Kesenian/Keraj inan 247 161

* "

11 Muatan Lokal 175 347 170 • "

12 BP/BK 127 405 278

J u a l a h 2.500 3.002 697 144

A Jualah Guru yang ada B. Jualah Guru yang dibutuhkan

K. Kekurangan Guru L. Kelebihan guru

Suaber: TKW 9 tahun Kabupaten D.T II Bandung 1994/95.

Dalaa Peraturan Peaerintah No. 39 tahun 1992 terdapat beberapa butir peranserta aasyarakat dalaa peabangunan

pendidikan yang aeliputi: pendirian seaua jalur dan

jenis

pendidikan, baik dalaa sekolah aaupun di luar.

Pendidikan

di dalaa

sekolah tingkat SD, pendirian SD, MI, SD

kecil,

SD kelas jarak jauh. Tingkat SLTP aendirikan SMP, MTs, SMP

terbuka, SMP Kecil, SMP Kelas Jarak Jauh. Pendidikan Dasar

yang

dapat dilakukan aasyarakat aelalui

pendidikan

luar

sekolah

baik tingkat SD

aaupun tingkat SLTP antara

lain

penyediaan

teapat-teapat belajar, kursus-kursus dan

pro

graa paket A dan B serta Pondok Pesantren.

Peranserta aasyarakat tersebut dapat dilakukan dengan aeaberikan bantuan tenaga kependidikan untuk pelaksanaan

(25)

aelaksanakan kegiatan belajar aengajar dan penelitian

serta pengeabangan ilau pengetahuan. Mendirikan dan

aenye-lenggarakan prograa pendidikan yang belua diselenggarakan

oleh Peaerintah untuk aenunjang pendidikan dan program

peabangunan nasional, dapat aengadakan forua koaunikasi,

konsultasi, dan kerja sama antar penyelenggara pendidikan

yang bersangkutan (PP No. 39).

Koordinasi Wajar Dikdas aeafokuskan pada koordinasi antar instansi dalaa penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun,

yaitu pada pendidikan tingkat SLTP. Masalah yang dihadapi

oleh Tia Koordinasi adalah bagaimana caranya aeaobilisasi

peran serta aasyarakat dalaa rangka aengatasi

aasalah-masalah yang dihadapi dalaa rangka aenuntaskan Wajar

Dikdas 9 tahun.

Masalah Wajar Dikdas tingkat SLTP adalah pertumbuhan

enrolment yang tinggi, penyediaan gedung/ruangan belajar, pengadaan guru, jenis pendidikan, dan geografis, serta

transportasi. Penyediaan sarana belajar mengajar

di dalam

kelas yang sesuai dengan tuntutan, jenjang, dan jenis pen

didikan yang bervariasi juga aerupakan aasalah bagi Tia Koordinasi. Bagaimana caranya memberikan kesadaran kepada orang tua murid agar merasa terpanggil untuk aendorong anak-anaknya agar melanjutkan pendidikan ke tingkat SLTP.

B. FOKUS MASALAH

Dari latar belakang aasalah tersebut di atas terlihat

aasalah pokok yang dihadapi dalaa penuntasan Wajar

Dikdas

9 tahun adalah: Bagaimana Tim Koordinasi Dikdas 9 Tahun

(26)

mengatasi kekurangan gedung/ruangan belajar untuk menam

pung lulusan SD/MI yang belum dapat ditampung oleh SLTP

yang sudah ada? Bagaimana Tim Koordinasi mengatasi keku rangan guru dalam rangka menampung anak lulusan SD/MI? Bagaimana Tim Koordinasi mengatasi kekurangan sarana dan prasarana belajar mengajar dalam kelas? Apa saja usaha Tim

Koordinasi untuk menanggulangi kekurangan dana dalam

penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun bagi anak-anak yang kurang beruntung karena miskin, terpencil/tertinggal, masyarakat

perahu, anak dari keluarga tuna susila, kekurangan

perha-tian orang tua, dan penyandang caoat. Bagaimana pula Tim

Koordinasi meaotivasi kesadaran orang tua aurid agar

aerasa terpanggil untuk aeaotivassi anak-anaknya merasa

berkewajiban untuk aengikuti pendidikan ainiaal 9 tahun.

Bagaiaana

Tia Koordinasi departeaen, leabaga

peaerintah,

dan badan swasta lainnya agar aeapunyai kesadaran sendiri

untuk ikut berpartisipasi dalaa penuntasan Wajar Dikdas,

baik dalaa bentuk tindakan maupun perbuatan.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Uaua

Tujuan uaua penelitian ini adalah untuk aengindenti-fikasi, aendeskripsikan, dan aenganalisi pelaksanaan koor

dinasi Wajar Dikdass 9 tahun sehingga dapat diteaukan

per-aasalahan yang mendukung dan haabatan dalaa pelaksanaan

Wajar Dikdas 9 tahun, dan berusaha aencari keaungkinan pe

aecahan aassalah yang dihadapi dalaa rangka peaerataan

(27)

19

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk

aendeskrip-sikan dan aenganalisis:

a. Pelaksanaan koordinasi antar instansi

terkait dalaa

pe-nuntasaan Wajar Dikdas 9 tahun untuk aengatasi kekuran

gan sarana dan prasarana di Propinsi Jawa Barat;

b. Bentuk-bentuk organisasi tia koordinasi untuk

aenaapung

anak usia sekolah dalaa rangka penuntasan Wajar Dikdas

9 tahun;

c. Tanggung jawab aasing-aasing instansi yang terkait

untuk aeaotivasi aasyarakat

agar dengan

kesandaran

senditi

ikut berpatisipasi dalam penuntasan

Wajar

Dikdas 9 tahun;

d. Hambatan apa saja yang dihadapi oleh Tim Koordinasi.

dalam penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun;

e. Cara-cara yang ditempuh Tim Koordinasi dalam penuntasan

Wajar Dikdas 9 tahun.

Setelah mengindentifikasi dan menganalisis tujuan (1)

sampai dengan tujuan (5) di atas, tujuan utama penelitian

ini adalah meruauskan suatu pola pelaksanaan koordinasi

antarinstansi terkait dalam pengelolaan Wajar Dikdas 9

tahun di maBa yang akan datang.

D. PERTANYAAN PENELITIAN

Berdasarkan uraian peraasalahan dan tujuan penelitian

yang diajukan di atas, aaka untuk aencapai tujuan tersebut

diajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaiaana cara Tia Koordinasi untuk aengatssi kekuran

(28)

Dikdas 9 tahun?

2. Bagaimana Tim Koordinasi Wajar Dikdas 9 tahun

Propinsi

Daerah Tingkat I Jawa Barat menampung anak-anak kurang

aaapu?

3. Apa tanggung jawab aasing-aasing instansi terkait untuk

aeaotivasi aasyarakat agar aerasa terpanggil ikut

berparrtisipasi dalaa penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun?

4. Faktor apa saja yang aenghaabat pelaksanaan koordinasi antar instasi dalaa penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun di

Propinsi Jawa Barat?

5. Bagaiaana

cara peaecahan aasalah-aasalah yang dihadapi

Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun yang diteauinya di

lapangan?

E. KEGUNAAH HASIL PENELITIAN

Penelitian ini beruBaha aengkaji secara aendalaa ten

tang koordinasi antar instansi terkait dalaa penuntasan

Wajar Dikdas 9 tahun dalaa rangka aencari alternatif

pola

yang aungkin dikeabangkan untuk aasa yang akan datang.

Oleh karena itu, hasil penelitian ini secara teoritis

di-harapkan dapat aengungkapkan inforaasi yang beraanfaat

bagi pengeabangan ilau pendidikan dan spesialisasi adai

nistrasi pendidikan pada khususnya, terutaaa dalaa bidang

pengelolaan lembaga pendidikan formal.

F. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Penelitian ini memfokuskan pada pelaksanaan koordina

(29)

21

Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung. Kegiatan koordinasi

diaaksud adalah koordinasi yang dilakukan antarinstansi

terkait dalaa penuntasan Waja Dikdas 9 tahun di daerah,

yang dapat disebut sebagai bagian dari jajaran pengelolaan

subsistea pendidikan nasional.

Dalaa konteks seperti di atas, instansi pengelola

pendidikan

dasar 9 tahun di Propinsi Jawa

Barat

adalah:

Departeaen Dalaa Negeri (Asisten Bidang Kesra), Kantor

Wilayah Departeaen Pendidikan dan Kebudayaan, Kantor Wila

yah Departeaen Agaaa, Kantor Wilayah Departeaen

Keuangan,

dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

Seaua kebijaksanaan penyelenggaraan pengelolaan koor

dinasi penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun ditetapkan oleh Tia

Koordinasi tingkat propinsi. Jadi, penelitian ini secara

uaua aeneliti pelaksanaan koordinasi penuntasan Wajar

Dikdas 9 tahun pada Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat,

naaun secara khusus aeneliti bagaiaana penerapannya di lapangan dengan studi kasus di Daerah Tingkat II Kabupaten

Bandung.

Pada dasarnya seaua kebijaksanaan penyelengaraan pen didikan dasar akan berauara pada tingkat institusi seko

lah. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha

aendeskrip-sikan dan aenganalisis dampak pelaksanaan koordinasi dalam praktek pengelolaan lembaga sekolah itu sendiri.

Uraian tersebut di atas memberikan suatu gaabaran

bahwa ruang lingkup penelitian ini dapat dibuat dalam

(30)

ALUR KOORDINASI WAJAR DIKDAS 9 TAHUN GBHN WAJAR MASALAH -GEOGRAFI -GURU/TUTOR -DAYA TAMPUNG -LAHAN UGB -EKONOMI -APK/APM -KESADARAN -PERSEPSI r-> -> -> -> _L MENKO KESRA T j_ INPRES NO.l TH 94

i 1 INSTANSI TERKAIT MEN DIKBUD

GUBERNUR - - KAWIL DIKBUD BUPATI CAMAT INSTANSI TERKAIT INSTANSI TERKAIT INSTANSI TERKAIT KANDEP DIKBUD -> KANDEP DIKBUDCAM ~I

I

KOORDINASI PELAKSANAAN TUGAS/FUNGSI ORGANISASI HAMBATAN PBMECAHAN MASALAHH T T

L -J

KEP. DESA - - - Kep.SMP Kep.SD

PEMERATAAN

KUALITAS EFISIENSI

= GARIS KOMANDO = GARIS KOORDINASI

x

(31)
(32)

METODOLOGI PENELITIAN

Sebagaimana telah dirumuskan pada bagian pertaaa,

penelitian

ini

tidak bermV.ksud untuk

mengungkapkan

hu

bungan antar variabel melalui s^ud^Jioreiasi atau

regresi

untuk menguji hipotesis tertentu. Rumusan masalah dalam

penelitian ini menuntut peneliti untuk melakukan explorasi

dalam

rangka

memahami dan menjelaskan masalah

yang

di-teliti

melalui

komunikasi yang

intensif

dengan

sumber

data.

Pendekatan

penelitian

seperti ini

dikenal

sebagai

pendekatan naturalistik kualitatif. Dalam hal ini Nasution

(1988) mengemukakan, "Penelitian kualitatif pada

hakekat-nya

ialah

mengaaati

orang

dalaa

lingkungan

hidupnya,

berinteraksi dengan Bereka, berusaha Beaahaai

bahasa

dan

tafsiran aereka tentang dunia sekitarnya."

A. LOKASI PENELITIAN

Sesuai dengan tujuan dan kegunaan penelitian ini

yaitu untuk aencari faktor pendukung dan penghaabat

dalaa

pelaksanaan

Koordinasi

Penuntasan Wajar Dikdas

9 tahun

yang dilakukan antar instansi, keaudian ingin aencari cara

peaecahan haabatan yang dihadapi di lapangan, aaka peneli

ti aeailih dan aenetapkan lokasi penelitian ini di lakukan

di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat.

Secara khusus di

(33)

69

lakukan di Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung. Hal ini

didasarkan pada peaikiran bahwa pelaksanaan Wajar Dikdas 9

tahun relatif aasih sangat baru, dan tokoh serta

peaikir-peaikir tentang konsep tersebut relatif lebih banyak dari

Jawa Barat. Peneliti berasuBsi bahwa prograa koordinasi

Wajar Dikdas 9 tahun diruauskan para pakar di Jawa Barat. Dengan deaikian, bila tujuan penelitian untuk aencari pola

pengeabangan koordinasi sebagai nana yang telah diuraikan

di atas tepat sekali bila penelitian ini diadakan di

Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung.

Wilayah penelitian di Kabupaten Daerah Tingklat II Bandung untuk tingkat kecaaatan difokuskan pada eapat

kecaaatan, yaitu Kecaaatan Leabang, Kecaaatan Cisarua, Kecaaatan Ciaahi Tengah dan Kecaaatan Padanglarang.

Per-tiabangan aenetapkan eapat kecaaatan tersebut sesuai dengan pendekatan penelitian yaitu naturalistik kualita

tif. Penarikan saapel dilakukan secara purposive sam

pling.

Penelitian ini bertujuan untuk aendeskripsikan dan

aenganalisis pelaksanaan kegiatan koordinasi penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun di Kabupaten Daerah Tingkat II Ban dung, yaitu untuk aeaahaai dan memaknai tentang sesuatu

peristiwa atau prilaku manusia yang berperan dalaa penye lenggaraan Wajar Dikdas 9 tahun. Untuk aencapai tujuan

tersebut, aaka penelitian ini paling cocok aenggunakan

(34)

B. SUBYEK PENELITIAN

Subyek dalaa penelitian ini teraasuk

"purpossive sam

pling, "

dengan aaksud aeaperoleh data sesuai dengan fokus

penelitian. Nasution (1988:29) aenyatakan bahwa penentuan

unit saapel (responden) dianggap telah aeaadai apabila

dapat diteruskan saapai dicapai taraf

"redundancy,"

ketun-tasan artinya walaupun responden bertaabah, data baru

tidak bertaabah atau ftap. Sejalan dengan pendapat di

atas, dalaa proses penentuan banyaknya subyek penelitian

atau responden tidak dapat ditentukan sebeluanya.

Penguapulan data dalaa penelitian ini dilakukan lang

sung oleh peneliti, peneliti sebagai instruaen utaaa dalaa

penelitian kualitatif. Rasional dari karateristik

penea-patan peneliti sebagai peneliti utaaa, karena peneliti da

pat aelakukan adaptasi dengan situasi lapangan penelitian

yang berubah-ubah, dan juga dapat aeaperluas pertanyaan

untuk aeaperoleh data yang terinci dan aendalaa sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai (Nasution, 1988: 54-55).

Saapel dalaa penelitian kualitatif tidak didasarkan

pada pertiabangan statistik, tetapi berdasarkan

ketunta-san inforaasi yang diperlukan. Oleh karena itu,

analisis

dalaa penelitian ini bukan bertujuan untuk aeaperoleh

generalisasi, tetapi data dianalisis secara induktif untuk

dicari pola yang fpat dan selanjutnya dicari aakna dari

(35)

71

Fokus penelitian ini adalah kegiatan koordinasi yang dilakukan Tia Koordinasi dalaa penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, khususnya Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 tanhun Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung. Dengan deaikian, untuk analisis pene

litian ini bersifat institusional, dalam arti yang aenja di fokus kajian adalah leabaga-leabaga yang terkait dalaa

penyelenggaraan Wajar Dikdas 9 tahun.

Dalaa penelitian kualitatif, jualah suaber data tidak

aenjadi

kriteria

utaaa,

tetapi

lebih

ditekankan

pada

sejauhaana

suBber data tersebut dapat aeaberikan inforaa

si sebanyak aungkin dan sesuai dengan tujuan penelitian.

Oleh karena itu, penentuan suaber data lebih cocok dengan

aenggunakan

teknik purposif (purposive

saapling),

yakni

pejabat yang dipandang dapat Beaberikan inforaasi sebanyak

aungkin tentang fokus penelitian. Suaber data utaaa dalaa

penelitian ini adalah:

1. Gubrenur Kepala Wilayah Propinsi Jawa Barat. Dalaa pelaksanaannya dilaksanakan oleh Asiten III Bidang Kesejahteraan Rakyat. Dalaa penguapulan data peneliti aeaperoleh inforaasi dari Kepala Sub Bagian Pendidikan persekolahan dan Kepala Sub Bidang Pendidikan Luar

Sekolah.

2. Kepala Kantor Wilayah Deperteaen Pendidikan dan Kebu dayaan. Dalaa penguapulan data peneliti aendapat infor

aasi dari Wakil PRP, Piapinan proyek Wajar Dikdas dan

(36)

3. Kepala

Kepala Kantor Wilayah Departeaen

Agaaa.

Dalaa

penguapulan

data

peneliti

aendapat

inforaasi

dari

Kepala

Bidang

Perguruan Agaaa Islaa,

Kepala

Bidang

Pendidikan Agaaa Islaa, Kepala Sub Bagian Hubungan

Ma-sayrakat, dan Kepala Sub Bagian Pendidikan Pasantren.

4. Kepala

Kantor Wilayah Departeaen Tenaga

Kerja.

Dalaa

penguapulan

data ini diwakili oleh Ibu

Kepala

Bagian

Tata Usaha.

7. Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bandung Dalaa

pelaksa

naannya

Asisten Bidang Kesra. Dalaa penguapulan

data,

peneliti aeaperoleh data dari Kepala Urusan Pendidikan

8. Kepala

Kandepdikbud, Dalaa penguapulan

data

peneliti

neaperoleh inforaasi dari Kepala Bidang PRP dan

Kepala

Seksi Pendidikan Luar Sekolah.

9. Kepala Kantor Departeaan Agaaa. Dalaa pengguapulan data

di wakili oleh Kepala Seksi perguruan Agaaa Islaa.

10.Kepala Kantor Departeaen Tenaga Kerja. Dalaa penguapul

an data diwakili oleh Kasi Pengawasan.

11.Caaat Kecaaatan Leabang. Dalaa penguapulan data, pene

liti aeaperoleh inforaasi dari Sekretasi Wilayah Kecaaa

tan Leabang.

12.Caaat Kecaaatan Cisarua, dalaa hal diwakili olek Sekre

taris Wilayah Kecaaatan Cisarua.

13.Kepala

Kantor

Deperteaen

Pendidikan

dan

Kebudayaan

Kecaaatan

Cisarua,

di bantu oleh

Penilik

TK/SD

dan

Penilik Pendidikan Luar Sekolah.

(37)

73

15.Kepala

Kandepdikbud

Kecaaatan Ciaahi

Tengah

dibantu

oleh Penilik Pendidikan Luar Sekolah.

16.Kepala Kantor Departeaen Agaaa Keoaaatan Ciaahi Tengah.

17.Caaat Kecaaatan Padalarang

18.Kandepdikbud Kecaaatan Padalarang diwakili oleh Penilik

TK/SD

19.Piapinan Perusahaan PT Korin Garaen Utaaa dan PT

Trisu-latex. Dalaa penguapulan data diwakili Kepala Diklat

aasing perusahaan.

20.Kepala SMP Negeri Cisarua.

C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Kegiatan yang dilakukan dalaa usaha aenguapulkan data aeliputi langkah-langkah sejak dari persiapan pelaksanaan

penguapulan

data

saapai data

itu

diklasifikasikan

dan

dikonstruksi dalaa laporan penelitian. Rangkaian kegiatan

yang

digunakan untuk aenguapulkan data adalah

observasi,

wawancara, dan studi dokumentasi. Ketiga teknik tersebut

digunakan dalaa penelitian ini dengan harapan dapat saling

aelengkapi dalaa aeaperoleh data yang diperlukan.

1. Observasi

Teknik observasi aerupakan teknik penguapulan data

yang utaaa dalaa penelitian ini. Dengan observasi

diharap-kan

dapat

diperoleh

data yang

benar-benar

alaai

dari

berbagai aktivitas koordinasi antara Depdikbud dengan

departeaen,

leabaga peaerintah dan badan swasta

lainnya,

dalaa

rangka

peningkatan peaerataan

keseapatan

belajar

(38)

aengaaati kegiatan koordinasi, seperti perilaku, pendapat, persepsi, sikap dan lain-lainnya berdasarkan pandangan

subyek yang diteliti.

2. Wawancara

Teknik penguapulan data dengan wawancara dalam pene

litian naturalistik aerupakan teknik penguapulan data yang tidak dapat ditinggalkan, dan harus selalu digunakan secara terpadu dengan observasi. Wawancara dilakukan

dengan cara yang tak berstruktur, di aana responden aenda

pat

kebebasan

dan

keseapatan

untuk

aengeluarkan

buah

pikiran,

pandangan

dan

perasaannya

tanpa

diatur

oleh

peneliti.

3. Studi Dokuaentasi

Sekalipun dalaa penelitian kualitatif kebanyakan

di-peroleh

dari suaber aanusia

(human resource)

aelalui

ob

servasi dan wawancara, akan tetapi ada pula suaber bukan aanusia, di antaranya adalah dokuaen. Dalaa penelitian ini dokuaen dapat dijadikan bahan triangulasi untuk aencek

kesesuaian data.

Alat penguapulan datanya adalah peneliti sendiri

(human instrument), dan dibantu dengan tape recorder,

kaaera foto, dan buku catatan.

D. PELAKSANAAN PENGUMPULAN DATA

Pelaksanaan penguapulan data dalaa penelitian ini

aengikuti

prosedur

atau tahap seperti

yang

dikeaukakan

oleh S. Nasution (1988 : 33-34) yaitu tahap orientasi,

(39)

75

1. Tahapan orientasi

Orientasi dilakukan untuk aengetahui cecara jelas

tentang aasalah-aasalah yang berhubungan dengan pelaksa naan koordinasi penuntasan wajar Dikdas 9 tahun di Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung.

Orientasi peneliti lakukan pada Kantor Wilayah Departeaen

dan Kebudayaan, khususnya yang berkaitan dengan pelaksa naan koordinasi penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun. Dalaa Orientasi Peneliti aengaaati Struktur Organisasi Tia Koor dinasi yang ada, tugas dan fungsi aasing-aasing instansi

terkait, hasil-hasil rapat, hasil peaantau, rencana kerja

tia koordinasi yang telah ada, dan ketentuan-ketentuan

yang berlaku dalaa pelaksanaan koordinasi penuntasan Wajar

Dikdas. Diri hasil orientasi tersebut peneliti yakin betul bahwa pelaksanan koordinasi wajar Dikdas 9 tahun dapat dan

aeBenuhi syarat untuk diteliti. Di saaping itu, orientasi juga bertujuan untuk aeruauskan langkah-langkah dan aasa

lah yang akan dite-liti yang berkaitan dengan aasing-aa sing instasi terkait yang dianggap perlu dijadikan saapel penelitian sebagai nana yang telah dijelaskan di atas.

2. Tahap eksplorasi

Pada tahap eksplorasi fokus penelitian sudah jelas,

(40)

yang berkoapeten dan aeapunyai pengetahuan yang cukup

banyak tentang aasalah yang diteliti.

K. PROSES PENGUMPULAN DATA

Studi tentang Koordinasi penuntasan Wajar Dikdas 9

tahun di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat,

dengan

mengaabil saapel Kabupaten Bandung, yaitu Kecaaatan Lea

bang,

Kecaaatan Cisarua, Kecaaatan Ciaahi Tengah, dan

Kecaaatan Padanglarang.

Penelitian di Kecaaatan Leabang difokuskan pada ben

tuk dan struktur organisasi Tia Koordinasi. Di Kecaaatan

Cisarua difokuskan pada proses pengelolaan SMP kelas jauh.

Di

Kecaaatan Ciaahi Tengah difokuskan pada Pengelolaan

Paket B di perusahaan, dan di Kecaaatan Padalarang difo

kuskan pada pengelolaan Paket B secara uaua.

Berdasarkan

surat

izin penelitian dari Direktorat

Sosial Politik Propinsi Daerah Tk. I Jawa Barat Noaor

070.1/1351/ 1995 yang ditujukan kepada Assekwilda I pada

Sekwilda Tk I Jawa Barat, aaka peneliti aelakukan observa

si di Peada Tingkat I Jawa Barat. Observasi ini dilaksana

kan pada tanggal 21 April 1995. Dalaa observasi tersebut

peneliti berusaha untuk aengetahui tentang unit organisasi

yang bertugas dan bertanggungjawab secara langsung aelaku

kan koordinasi penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun di Propinsi

Daerah Tingkat I Jawa Barat. Dari hasil observasi,

ternya-ta pelaksana koordinasi penunternya-tasan Wajar Dikdas 9 ternya-tahun

(41)

77

dilaksanakan

oleh

Kepala Sub Bagian Pendidikan

Perseko

lahan

dan

Kepala

Sub Bagian

Pendidikan

Luar

Sekolah.

Setelah

peneliti yakin bahwa yang paling

berperan

dalaa

pelaksanaan

koordinasi

penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun

adalah Kepala Sub bagian Pendidkan Persekolahan dan Kepala

Sub

Bagian

Pendidikan Luar Sekolah, aaka pada

hari

itu

juga peneliti aelakukan perteauan dengan Kepala Sub Bagian

Pendidikan

Luar Sekolah. Dari hasil perteauan dengan

Ibu

Kepala

Sub Pendidikan Luar sekolah, beliau

langsung

ae-nyanggupi

untuk aeneriaa peneliti untuk diwawancarai.

DalaB wawancara yang dilakukan secara bebas dengan aenggu

nakan

garis-garis

besar pedoaan

wawancara

dan

dibantu

dengan

tape

recorder,

kaaera foto,

dan

buku

catatan,

wawancara berlangsung dengan baik.

Hasil

wawancara dengan Ibu Kepala Sub Bagian

Pendi

dikan Luar sekolah tersebut langsung peneliti

klasifikasi-kan dan analisis seacara singkat, keaudian dikonferaasiklasifikasi-kan

keabali

pada ibu yang bersangkutan. Setelah hasil

klasi-fikasi

data

tersebut disetujui oleh ibu,

aaka

peneliti

aenjuapai Kepala Sub Bagian Pendidikan Persekolahan. Bapak

Kepala

Sub Bagian Pendidikan Persekolahan juga pada

hari

itu ainta agar wawancara dilakukan, karena pada hari yang

lain beliau ada kesibukan.

Hasil

wawancara dengan Ibu Kepala Sub Bagian

Pendi

dikan

Luar

Sekolah

wawancarai lagi

dengan

Kepala

Sub

(42)

aengecek

kebenaran hasil wawancara dengan Ibu Kepala

Sub

Bagian

Pendidikan

Luar

sekolah.

Ternyata

Kepala

Sub

Bagian

Pendidikan

Persekolahan sependapat

dengan

hasil

wawancara dengan Ibu Kepala Sub bagian Pendidikan Luar

Sekolah. Keaudian, wawancara dilanjutkan dengan hal-hal

yang

belua

dapat dijelaskan oleh Ibu Kepala

Sub

Bagian

Pendidikan Luar Sekolah, yang Berupakan wewenang Kepala Sub Bagian Pendidikan Persekolahan. Setelah selesai wawan

cara,

pene-liti juga mengumpulkan

data-data

dekoaentasi

yang dianggap ada kaitannya dengan penelitian ini.

Hasil

wawancara dengan kedua responden tersebut pada aalaa

harinya

langsung

diklasifikasikan

dan

dianalisis,

dan

peneliti aenetapkan tiga departeaen untuk aenguatkan

data

tersebut, yaitu Departeaen Pendidikan dan Kebudayaan, Departeaen Agaaa dan Departeaen Tenaga Kerja.

Inforaasi tentang koordinasi Wajar Dikdas 9 tahun

yang

dilaksanakan oleh Peaerintah

Daerah Tingkat I Jawa

Barat tersebut di atas, keaudian dilakukan konfiraasi

dengan instasi terkait.

Pada tanggal 25 April 1995 dilaksakan observasi di Kantor Wilayah Departeaen Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengetahui siapa yang paling potensial untuk dijadikan

(43)

79

mempunyai kesibukan dengan tugasnya, maka peneliti diarah

kan

oleh

Koordinator Urusan Administrasi

untuk

menghu-bunggi

Kepala Bagian Perencanaan. Pada tanggal

26

April

1995

peneliti mencoba menghubungi Kepala Bagian

Perenca

naan.

Setelah dihubunggi ternyata Kepala Bagian

Perenca

naan

sedang

mengikuti

penataran

di

Jakarta,

akhirnya

peneliti

diterima oleh Wakil Kepala Bangian

Perencanaan.

Pada tangga 27 April 1995 diadakan

wawancara dengan Wakil

Kepala

Bagian

Perencanaan dan

Sekretaris

Proyek Wajar

Dikdas 9 tahun. Setelah data diklasifikasikan dan

dianali-sis

seperlunya, untuk melengkapi dan

mengecek

kebenaran

data

dari

kedua responden tersebut di

atas

maka

pada

tanggal 4 Mai 1995 diadakan wawancara dengan salah seorang

staf

perencanaan.

Data dari

ketiga

responden

tersebut

merupakan

kelanjutan

dari hasil wawancara

dengan

Peme-merintah Daerah Tingkat I. Wawancara dimulai untuk aencari

kebenaran

dari data-data yang diperoleh

dari

Pemerintah

Daerah

tersebut,

kemudia

dikembangkan

dan

diperdalam

sesuai dengan peraasalahan penelitian. Di saaping wawanca

ra, juga dikuapulkan data-data dokuaentasi yang

berkaitan

dengan

aasalah tersebut. Hasil observasi, wawancara,

dan

dekuaentasi

di Kantor Wilayah Departeaen

Pendidikan

dan

Kebudayaan

langsung diklasifikasikan dan

dikonfiraasikan

dengan data dari Peaerintah Daerah Tingkat I, serta diada

kan analisis seaentara.

Pada

tanggal

2 Mai 1995 dilaksanakan

observasi

di

(44)

diketahui bahwa yang banyak terlibat dalaa kegiatan penun tasan Wajar Dikdas 9 tahun di Kantor Wilayah Departemen Agaaa adalah Kepala Bidang Perguruan Agama Islam dan Ke

pala Bidang Pendidikan Agama Islam. Dalam melaksanakan ob

sevasi, peneliti dibantu oleh Kepala seksi MI, HTs dan

Pontren. Pada tanggal 6 Juni 1995 diadakan wawancara

dengan Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam dan Kepala

Bidang Pendidikan Guru.

Pada tanggal 18 Hai 1995 peneliti mengadakan observa si di Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja Jawa barat. Observasi untuk menemukan siapa yang diwawancarai dan

bagaimana cara untuk mendapatkan informasi tentang

keter-libatan Departeaen Tenaga Kerja dalam penuntasan wajar Dikdas 9 tahun, sedikit mengalami kesulitan. Hal ini

disebabkan pada saat obsevasi Kepala Kantor tidak berada di tecpat, sehingga tujuan dan sasaran pada hari tersebut belum tercapai. Keaudian pada tanggal 21 Hai peneliti

keubali mengadakan observasi, pada saat itu peneliti

dite-rina oleh Kepala Bagian tata Usaha.

Proses pengumpulan data tentang pelaksanaan Koordina si Penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun di Kabupaten Daerah

Tingkat II Bandung saaa dengan proses penggumpulan data

diTingkat I. Pelaksanaan pengumpulan data pada Peaerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung dimulai dari tanggal 1

(45)

81

Pada tanggal 26 April 1995 diadakan observasi di

Kantor

Bupati

Kepala

Daerah Tingkat

II

Bandung

untuk

aengetahui

dan

aenetapkan siapa

yang

paling

potensial

untuk

dijadikan saapai penelitian. Dari

hasil

observasi

ditetapkan

yang akan diwawancarai untuk

aeaperoleh

data

tentang koordinasi penuntasan

Wajar Didas 9 tahun

adalah

Kepala Bagian Sosial. Dalaa penguapulan data baik

aelalui

wawancara

aaupun

data dokuaentasi

dibantu

oleh

Kepala

Seksi

Pendidikan.

Wawancara tersebut

dilaksanakan

pada

tanggal

1 dan 3 Mai 1995. Hasil wawancara tanggal

1 Mai

1995

diklasifikasikan

dan

diolah

seperlunya,

keaudian

dikonfiraasikan keabali pada yang bersangkutan dan sekali

gus

untuk aelengkapi data-data yang dianggap

perlu

yang

belua terjaring pada wawancara tahap pertaaa.

Inforaasi

yang

diperoleh

dari

Peaerintah

Daerah

Tingkat II Kabupaten Bandung tersebut, keaudian

dikonfir

aasikan

keabali

dengan Deperteaen Pendidikan

dan

Kebu

dayaan, departeaen Agaaa, dan Deperteaen Tenaga Kerja.

Pada tanggal 16 Mai 1995 diadakan observasi di Kantor

Departeaen

Pendidikan dan Kebudayaan

Kabupaten

Bandung,

untuk

aeaperoleh

gaabaran siapa

yang

paling

potensial

untuk

diwawancarai. Dari hasil pengaaatan

dan

inforaasi

dari Kandepdikbud, yang paling potensial untuk di

wawanca-rai

adalah

Kepala Bagian Perencanaan

dan

Kepala

Seksi

Pendidikan Luar Sekolah. Hal ini disebabkan Kepala Kandep

dikbud

baru bertugas. pada tanggal 28 Mai

1995

diadakan

(46)

Seksi

Pendidikan Luar Sekolah. Tanggal 6 Juni 1995

hasil

wawancara tanggal 28 Hai 1995 yang telah diklasifikasikan

dan dianalisis seperlunya keaudian dikonfiraasikan keabali

pada yang bersangkutan dan sekaligus aenggali data-data

yang

belua terjaring sebeluanya. Di saaping

itu,

dengan

bantuan Kepala Bagian Perencanaan dan Kepala Seksi

pendi

dikan Luar Sekolah ditetapkan eapat kecaaatan yang

diang

gap

paling baik

koordinasi penuntasan wajar Dikdas 9

tahun,

sekaligus dijadikan lokasi penelitian

di

tingkat

Kecaaatan.

Kecaaatan tersebut adalah

Kecaaatan

Lembang,

Kecamatan Cisarua, Kecamatan Cimahi Tengah, dan

Kecamatan

Padalarang.

Pada

tanggal

30

Juni 1995

diadakan

observasi

di

Kantor Departemen Agama Kabupaten Bandung. Untuk

aeapero

leh inforaasi di Departeaen Agaaa Kabupaten Bandung

pene

liti

Gambar

tabeldi
 TABEL 2PERKEMBANGAN ANGKA TRANSISI
tabeldi
adalahruangankelas/belajar danguru.Berikutgambarankeadaan ruangan kelas/belajar dan guru SLTP di Propinsi Jawa
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tarif dikenakan tanpa memperhatikan jarak yang dilalui.Tarif seragam menawarkan sejumlah keuntungan yang dikenal secara luas,terutama kemudahan dalam mengumpulkan ongkos di dalam

Mulai timbul katarak akibat degenerasi lensa Belum menyerap cairan mata ke dalam lensa Kekeruhan ringan dalam lensa, tajam penglihatan belum terganggu..

PERAN FUNGSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP PEMERINTAHAN DAERAH DI DALAM UU NO. 32 Tahun 2004 menyebabkan perubahan mendasar terhadap

Pada siklus 1, sebagian besar mahasiswa mampu mengelola kelompok dengan kategori tinggi, kurang dari setengah mahasiswa mampu bekerja dan belajar secara

Permasalah yang terjadi tersebut salah satunya dapat diatasi dengan pembangunan website yang meliputi pemberian informasi mengenai produk yang di jual, promo yang sedang

Sedangkan tabung reaksi yang berisi bahan minuman serbuk nutrisari yang telah ditetesi reagen benedict larutan berwarna hijau muda tanpa adanya endapan (dalam keadaan

Penelitian yang dilakukan oleh Palender dan Leino- Kilpi (2010) di Filandia, dengan tujuan mengetahui pengalaman baik dan buruk anak pada usia sekolah selama

Kegiatan observasi kegiatan belajar mengajar di kelas dilaksanakan sebelum pelaksanaan PPL berlangsung. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa sebagai praktikan mampu