KOORDINASI PENUNTASAN WAJIB BELAJAR
9 TAHUN DI JAWA BARAT
(Studi Kasus di Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung
Tentang Koordinasi Antar Instansi)
Tesis
Diajukan untuk memenuhi Sebagian Dari
Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Oleh
KHAIRUDDIN N1M: 9332001
BIDANG STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
ISTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
KOORDINASI PENUNTASAN WAJIB BELAJAR
9 TAHUN DI JAWA BARAT(Studi Kasus di Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung
Tentang Koordinasi Antar Instansi)
Tesis
Diajukan untuk memenuhi Sebagian Dari
Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Oleh
KHAIRUDDIN NIM: 9332001
BIDANG STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
ISTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNGDISETUJUI OLEH TIM PEMBIMBING
Sebagai Bahan Ujian Tahap II
//cl^a^h
PROF.DR.H.ACHMAD SANUSI, SH, M.PA
PEMBIMBINBG I
PROF. DR. H.HUHAMMAD \,FAKRY GAFFAR, M.Ed
Disetujui Oleh:
Koordinator Program Studi Administrasi Pendidikan
Program Pascasarjana
IKIP Bandung
ABSTRAK
Khw-irnHriin: KnnrHinasi Pwmintaaan Waj ib Bfllajar E Xahlin. di
Jjuta Barat fst.ndi Kasua di Daerah Tingkat. II Kabupaten Bjin^
dung, ten tang KnnrdinwHi Aniar Tnstasi Terkait)
Wajib Belajar adalah, adalah wajib bagi anak-anak yang telah berusia 6 tahun untuk aeaasuki pendidikan dasar
selaaa beberapa tahun sesuai dengan ketentuan negara yang bersangkutan. Wajib Belajar 9 tahun di Indonesia ifengandung arti sebagai "Universal basic eduoation" yaitu terbukanya keseapatan secara luas bagi seaua peserta didik untuk aeaa
suki pendidikan dasar. Jadi, sasaran utaaanya adalah
aenua-buhkan aspirasi orang tua terhadap pendidikan dan peserta
didik untuk aeaasuki pendidikan dasar.
Untuk aencapai sasaran dan tujuan Wajar tersebut, harus
ada pengendalian sebagai alat untuk aenjaain kelangsungan pelaksanaan kegiatan tersebut. Yang diaaksud dengan pengen
dalian adalah kegiatan untuk aenjaain kesesuaian dengan rencana, dengan prograa, dengan perintah-perintah, kekuatan-kekuatan lainnya yang ada, teraasuk tindakan-tindakan
kolek-tif. Koordinasi dalaa pelaksanaan suatu rencana, aerupakan
*salah satu aspek pengendalian yang sangat penting.
Adapun yang dijadikan saapel sebagai nara suaber ada
lah, Gubernur Kepala Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, Kakanwil Depdikbud, Kakanwil Depag, Kakanwil Depnak, Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bandung, Kepala Kakandepdik-bud, Kakandepag Kakandepnaker, Caaat Kecaaatan Leabang,
Cisarua, Caaat Kecaaatan Ciaahi Tengah, Kepala Kandepdikbud
Kecaaatan Ciaahi Tengah, Kepala Kantor Departeaen Agaaa Kecaaatan Ciaahi Tengah, Piapinan Perusahaan PT Korin Garaen Utaaa dan PT Trisulatex, dan Kepala SMP Negeri Cisarua.
Penguapulan data dilakukan dengan observasi, wawanoa dan
studi dokuaentasi.
Dari analisis data tersebut diteaukan bahwa obyek kegiatan koordinasi antar instasi terkait dalaa penuntasan Wajar Dikdas, 9 tahun di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa
Barat, khususnya Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung sudah berjalan dengan baik. Naaun dalaa pelaksanaan sehari-hari
aasih teaukan penyiapangan-penyiapangan dan belua haraoninya hubungan antara instasi terkait tersebut terutaaa dalaa
bidang penguapulan data, pelaksanaan rapat pelaksanaan peaantauan dan evaluasi, pengaturan sarana dan prasarana,
pengaturan tentang biaya.
Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun di Tingkat propinsi
didasarkan pada Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk I Propinsi Jawa Barat No. 4 Tahun 1993 tentang Pedoaan Pelak sanaan Prograa Wajar Dikdas Tingkat Propinsi. Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Tingkat Kabupaten berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bandung No.
421.1/SK.432-Sosial/1994. Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9
tahun Kecaaatan Leabang didasarkan pada Surat keputusan Caaat Kecaaatan Leabang No. 421.9/SK Ol-Keaasy/1992. Sedang
Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 tahun di Kecaaatan Ciaahi
Tengah, Kecaaatan Cisarua, dan Kecaaatan Padalarang, secara
foraal belua dibentuk. Di tingkat Desa/ Kelurahan saapai
dengan penelitian ini dilakukan belua di-bentuk secara
foraal Tia Koordinasi Wajar Dikdas.
Gubernur, Bupati, Caaat dan Kepala Desa sebagai Kepala
Peaerintah Daerah di tingkatnya aasing-aasing berfungsi
sebagai penanggung jawab. Kepala Kantor Depdikbud berusaha
aengobtiaalisasikan operasi persekolahan tingkat SLTP,
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan aeaberikan dorongan
kepada taaatan SD untuk aelanjutkan ke tingkat SLTP. Kepala
Kantor Departeaen Agaaa aeningkatkan upaya aadrasah dan
prograa Paket B di pondok pesantren, serta aengendalikan
kawin auda. Kepala Kantor Departeaen Penerangan
aenyelenga-rakakan penyuluhan aelalui forua yang ada. Kepala Kantor
Departeaen Tenaga Kerja berusaha untuk aenjeabatani
terse-lenggaranya Wajar Dikdas 9 tahun dengan aengendalikan usia angkatan kerja, nenbantu penyelenggaraan Prograa Paket B bagi pekerja usia pendidikan dasar yang telanjur bekerja di perusahaan. Dan Instansi terkait lainnya aasih terbatas pada
peaberian laporan dalaa rapat-rapat Tia koordinasi, sekali-gus diaanfaatkan oleh Tia Koordinasi sebagai bahan pertia-bangan dalaa aeruauskan rencana kebijaksanaan penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun. Tanggung jawab Kepala SMP Negeri adalah aeaberikan penjelasan kepada orang tua aurid tentang Wajar Dikdas, aengangkat guru honorer, aeaberikan keringanan
aencarikan suaber dari Badan Aaal Zakat dan aendorohg aurid agar terus aelajutkan sekolah.
Haabatan yang aenonjol adalah aasalah dana, keterbata-san tenaga, sarana dan prasarana, sistea koaunikasi belua berjalan dengan baik, dan sikap keterbukaan belua tuabuh dengan baik. Ada pergeseran pandangan aasyarakata terhadap
pendidikan sebagai andalan aasyarakat untuk aeaperbaiki
kehidupan di aasa yang akan datang.
Untuk aengatasi permasalahan tersebut di atas diteapuh
kebijakan untuk meringankan biaya sekolah bagi anak yang tidak aaapu, pengeabangan SMP Kelas jauh dan SMP Terbuka,
pengoptiaalisasian koordinasi antarinstansi terkait,
aening-katkan publikasi Wajar Dikdas 9 tahun, dan aelakukan
peabi-naan aasyarakat lebih intensif. Masalah kesadaran warga
belajar prograa Paket B diteapuh aelalui peabinaan terhadap
peserta didik. Kepada aasyarakat diberi kesadaran bahwa
pendidikan itu adalah kewajiban setiap auslia, bukan
seaata-aata untuk aeningkatkan penghasilan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pada dasarnya usaha Pemerintah Republik Indonesia untuk
aenciptakan keterpaduan kerja antar Departeaen, Leabaga dan
badan swasta lainnya telah dipikirkan sejak Indonsia aer-deka. Hal ini terbukti dari penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain telah aencantuakan bahwa "Untuk aenetapkan
politik
pemerintahan
dan
koordinasi
dalaa
peaerintahan
negara, para aenteri bekerja saaa satu saaa lain
seerat-eratnya di bawah piapinan Presiden".
Beberapa peraturan perundang-undangan telah dikeluarkan
untuk dapat aenciptakan koordinasi dalaa pelaksanaan sistea
peaerintahan seperti Peraturan Peaerintah Republik Indonesia
No. 27 tahun 1956, tentang Menyusun Koordinasi Peaerintahan
Sipil, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 tahun
1988,
tentang
Koordinasi
Kegiatan
Instansi
Vertikal
di
daerah. Dalam bidang pendidikan Keputusan Menteri Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat No. 01/-Kep/Menko/Kesra/1991 tentang Pelaksanaan Koordinasi Wajar Dikdas 9 tahun, Keputu san Menteri Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat No. 18/
Kep/Menko/Kesra/1994 tentang Petunjuk Pelaksanaan Koordinasi
Wajar Dikdas 9 tahun. Dalam Peraturan
Pemerintah
Republik
Indonesia nomor 27 tahun 1956, tentang Menyusun Koordinasi Pemerintahan Sipil pasal 1 disebutkan "Koordinasi ialah
usaha untuk aengadakan kerja saaa yang erat dan efektif
tahun 1988, tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di
Daerah, pasal 1 ayat (1) menyebutkan "Koordinasi adalah upaya yang dilaksanakan oleh Kepala Wilayah guna aencapai
keselarasan, keserasian, dan keterpaduan baik perencanaan
aaupun pelaksanaan tugas serta seaua kegiatan instansi
vertikal, dan antara instansi vertikal dengan Dinas Daerah agar tercapai hasilguna dan dayaguna yang sebesar-besarnya.
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1994 tentang pelaksa naan Wajar Dikdas, yang ditujukan kepada lima menteri yaitu:
(1) Menteri Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat, (2)
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, (3) Menteri Dalaa Negeri,
(4) Menteri Agaaa, dan (5) Menteri Keuangan. Dalaa laapiran
Instruksi Presiden Noaor 1 Tahun 1994 disebutkan Wajar
Dikdas adalah suatu gerakan nasional yang diselenggarakan di
seluruh Indonesia bagi warga negara Indonesia yang berusia 7
saapai 15 tahun untuk aengikuti pendidikan dasar atau pen
didikan setara saapai taaat. Selanjutnya disebutkan keten-tuan aengenai pelaksanaan pendidikan dasar ditetapkan oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ketentuan aengenai koor
dinasi pelaksanaan Wajar Dikdas ditetapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.
Untuk aenindaklanjuti Instruksi Presiden tersebut di
atas, dikeluarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ke sejahteraan Rakyat Nomor 18/Kep/Menko/Kesra/X/1994 Ten- tang
Koordinasi Penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun. Dalam ke-putusan
dilakukan oleh Tim koordinasi Wajar Dikdas yang selanjutnya
dalaa keputusan ini disebut Tim Koordinasi, sesuai ketentuan sebagaimana tercantum dalam lampiran ke-putusan tersebut.
Memperhatikan pernyataan tersebut di atas dapat
dike-mukakan bahwa dalam pemerataan kesempatan belajar bagi anak
usia 7-15 tahun dan relevansi hasil pendidikan dengan dunia kerja, diperlukan adanya koordinasi yang baik dan sistematis
antara Departeaen Pendidikan dan Kebudayaan dengan departe
aen, leabaga peaerintah, dan badan swasta lainya. Oleh
karena itu, harus ada satu badan yang aengurus dan
aengelo-lanya secara profesional.
Bentuk satuan pendidikan dasar sebagai penyelenggaraan
prograa tiga tahun yang teriri atas: Sekolah Lanjutan
Perta-aa, SLTP Luar Biasa, dan SLTP Terbuka yang dikelola oleh
Depdikbud, serta Madrasah Tsanawiyah yang dikelola oleh
Departemen Agama. Jenis pendidikan yang termsuk jalur pen didikan luar sekolah terdiri atas pendidikan uaua, pen didikan keagaaaan, dan pendidikan kejuruan.
Sistem pendidikan nasional adaalah suatu keseluruhan
yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang
berkaitan satu sama lain untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional. Dalaa Pasal 4 disebutkan pendid
ikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
aengeabangkan aanusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriaan dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Undang-Undang
Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989).
Memperhatikan
rumusan
sistea pendidikan dan
tujuan
pendidikan nasional tersebut di atas, berarti sistea pen
didikan
yang dianut di Indonesia bukan
hanya seaata-aata
dilaksanakan
oleh pemerintah dalam persekolahan.
akan
te-tapi juga dilaksanakan oleh masyarakat dalam masyarakat,
serta keluarga. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 9 ayat (1) UU
No.2 Tahun 1989 "Satuan pendidikan penyelenggaran
ke-giatan
belajar
aengajar yang dilaksanakan di sekolah atau di
luar
sekolah". Untuk aencapai tujuan pendidikan tersebut Peaerin
tah aeaberikan keseapatan kepada departeaen, leabaga
peaer
intah, dan badan swasta lainnya (aasyarakat) untuk ikut ser
ta secara aktif dalaa penyelenggaraan pendidikan nasional.
Untuk aerealisasikan setiap upaya penyusunan rencanadan pelaksanaan Wajar Dikdas 9 Tahun perlu dibentuk wadah
kerja saaa antara Depdikbud, departemen, dan lembaga peaer
intah lainnya, serta pihak swasta di tingkat pusat,
propin
si,
kabupaten/kotamadya,
dan
kecaaatan.
Kerja saaa ini
dikoordinasikan oleh suatu lembaga antarsektoral di
tingkat
pusat, dan melalui wahana komunikasi/konsultasi di tingkat
daerah (Depdikbud, 1993:32).
1. Pelaksanaan Wajar Dikdas di Propinsi Jawa Barat
Hasil
penelitian
pendahuluan tentang Koordinasi
Pe
laksanaan Wajar Dikdas 9 tahun di Propinsi Daerah Tingkat I
Jawa Barat, baik selama perintisan maupun dalam
Selaaa perintasan program Wajar Dikdas 9 Tahun saapai
dengan tanggal 2 Mai 1994 Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9
Tahun Propinsi Daerah Tingkat I Jawab Barat aenggunakan
angka transisi sebagai tolok ukur keberhasilan. Angka trans
isi adalah perbandingan antara lulusan SD/MIN yang aelanjut
kan ke SLTP/sederajat dengan jualah lulusan SD/MI.
Upaya Pemerintah Daerah dengan perangkat Tia
Koordi-nasinya telah berhasil aeningkatkan angka transisi dari 51,70% pada tahun 1991/1992 aenjadi 80,40% pada tahun
1992/1993, dan pada tahun 1993/1994 aeningkat aenjadi
87,67%, naaun pada tahun 1994/1995 aenurun aenjadi 83,97%.
Dengan dicanangkannya prograa Wajar Dikdas 9 tahun pada
tanggal 2 Mai 1994, tolok ukur keberhasilan prograa tersebut
bukan lagi angka transisi lulusan SD/MI aelanjutkan ke
SLTP/sederajat, aelainkan angka partisipasi penduduk usia 13
saapi 15 tahun di SLTP/sederajat. Secara rinci angka parti
sipasi (AP) dikenal dengan istilah Angka partisipasi kasar
(APK/GER) dan angka partisipasi aurni (NER) sebagaiaana
terdapat dalaa tabel di bawah ini.
TABEL 1
ANGKA PARTISIPASI KASAR DAN ANGKA PARTISIPASI MURNI
DI SLTP PADA TAHUN PELAJARAN 1993/1994
No. Anak Usia J u a l a h
1.
2.
Siswa SLTP/MTs
Siswa SLTP/MTs usia 13-15 th
1.235.152 913.212 3. Total penduduk usia 13-15 th 2.607.729 APR (GER) 1 : 3 x 100%
APM (NER) 2 : 3 x 100%
47,37% 35,02%
Suaber: Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi
[image:13.595.61.488.314.694.2]15 tahun pada tahun ajaran 1993/94 di jalur sekolah
terca-tat
52,92%, sedangkan untuk tahun pelajaran
1994/95
angka
partisipasi penduduk Jawa Barat keloapok usia 13-15 tahun di
jalur sekolah tercatat 54,06%. Selaaa satu tahun pelaksanaan
Wajar
Dikdas
9 Tahun telah
aeaberikan
hasil
peningkatan
angka partisipasi penduduk sebesar 1,77%.
Untuk aenggiring penduduk usia 13-15 tahun yang belua berada di jalur persekolahan Tia Koordinasi aengeabangkan
Prograa
Paket
B (pendidikan luar
sekolah)
dengan
bobot
aateri setara dengan SLTP. Upaya ini pada aulanya cukup berhasil untuk aeningkatkan angka aelanjutkan pada tahun-tahun awal pencanangan Wajar Dikdas 9 tahun. Pada tahun
1993/1994
aaapu aengakoaodasikan haapir 18%
dari
lulusan
SD/MI 1992/1993, keberhasilan tersebut juga disebabkan Peada
Tingkat
I dan Tingkat II aelalui APBD
aeabantu
aea-biayai
penyelenggaraan
Paket
B sebesar 4,2 ailyar
rupiah.
Dalaa
rangka aeningkatkan angka transisi maupun angka
partisipasi
penduduk usia 13-15 tahun di SLTP faktor penting yang
harus
dikaji
adalah faktor daya tampung, di samping
itu,
faktor
tenaga (guru dan tutor).
Sejalan dengan upaya daya tampung SLTP, angka partisip asi di jalur sekolah pada tahun pelajaran 1994/1995
aenun-jukkan angka peningkatan dibandingkan dengan tahun pelajaran
1993/1994,
namun
bila dilihat
dari
prosentase
aengalaai
penurunan sebesar 3,70%. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat
TABEL 2
PERKEMBANGAN ANGKA TRANSISI LULUSAN SD/MI TAHUN AJARAN 1991/1992 S.D. 1993/1994 KE SLTP/
SEDERAJAT DI JAWA BARAT
Lulusan SD/MI Angka aelanjutkan Total
% Tahun lulusan Jualah lulusan Tahun aelan jutkan
Jalur sekolah Jalur luar sekolah
Jualah % Jualah % %
1991/92 1992/93 1993/94 706.711 760.596 789.189 1992/93 1993/94 1994/95 441.839 530.944 586.173 62,53 69,78 74,40 128.276 136.131 75.418 17,87 17,89 9,56 80,40 87,67 83,96 Suaber: Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Jawa Barat 1994/1995
Data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa angka lu
lusan
yang melanjutkan ke SLTP melalui jalur sekolah
aulai
tahun 1991/1992 saapai dengan 1994/1995 aenunjukkan angka kenaikan rata-rata 5,93%. Angka aelanjutkan aelalui jalur
luar sekolah pada tahun awal diprogaakan Paket B aaapu
ae-nyerap angka transisi sebanyak 17,47%. Naaun, tahun
1994/95
aengalaai penurunan yang sangat drastis, yaitu hanya aaa-pu
aenyerap 9,56% dari lulusan SD/MI tahun pelajaran 1993/94.
Peningkatan
angka melanjutkan secara keseluruhan
dari
tahun 1992/1993 ke tahun 1993/1994 naik 7,27%, sedangkan
pada
1993/1994
ke 1994/1995
aengalaai
penurunan
sebesar
4,01%. Penurunan angka transisi tersebut di atas
disebabkan
oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dikeaukakan di
bawah ini.
a. Jualah lulusan SD/MI tahun 1993/1994 (789.189 orang)
aengalaai kenaikan bila dibandingkan dengan lulusan tahun
aengalaai kenaikan (789.189 orang), sedangkan pertuabuhan
daya tampung relatif tidak seimbang dengan pertumbuhan
lusan SD/MI.
b. Persentase angka transisi dari SD/MI ke SLTP jalur seko
lah jauh lebih tinggi (74,42% termasuk yang aelanjutkan
ke luar Propinsi Jawa Barat) bila dibandingkan dengan
angka transisi pada tahun 1993/1994 (69,78%), artinya ada
kenaikan 4,64% atau 55.229 orang.
c. Daya serap Prograa Paket B setara SLTP pada tahun pelaja
ran 1994/1995 (9,56%), mengalami penurunan yang sangat
berarti bila dibandingkan dengan angka melanjutkan tahun
1993/1994 (17,89%). 2. Angka Pertisipasi
Angka partisipasi penduduk Jawa Barat di persekolahan pada tahun 1994/1995 pada umumnya mengalami peningkatan
dibandingkan dengan tahun pelajaran 1993/1994. Angka parti sipasi aurni pada tahun 1994/1995 aencapai angka 40,96%
(aengalaai kenaikan sebesar 5,67% dari angka partisipasi aurni tahun pelajaran 1993/1994). Angka ini aenunjukkan bahwa di Jawa Barat telah aelaapaui target yang telah dite tapkan untuk tahun 1993/1994 (40%). Data rinci tersaji dalaa
[image:16.595.51.502.36.563.2]Tabel 3
ANGKA PARTISIPASI KASAR DAN ANGKA PARTISIPASI MURNI
DI SLTP TAHUN PELAJARAN 1994/95
No
1
2
T
Anak Usia T
Siswa SLTP/MTs
Siswa SLTP/MTs usia 13-15 Tahun
Total Penduduk usia 13-15 Tahun
J u » 1 a h
1.380.504 1.119.290
2.799.954
APK (GER) (1) : (3) x 100% 48,85 %
APM (NER) (2) (3) x 100% 39,98 %
Suaber: Tim Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi Jawa
Barat 1994/95.
3. Angka Partisipasi Penduduk Jawa Barat Usia 13-15 Tahun di
Jalur Sekolah
Anak usia 13 s.d 15 tahu tidak hanya berada di SLTP,
akan tetapi juga ada yang masih di SD dan ada juga yang
telah melanjutkan ke SLTA. Untuk menjaring angka partisipasi
penduduk kelompok usia 13 s.d 15 tahun di persekolahan, maka
digunakan istilah Angka Partisipasi. Angka Partisipasi usia
TABEL 4
ANGKA PARTISIPASI PENDUDUK USIA 13 S.D 15 TAHUN
DI JALUR SEKOLAH TAHUN 1994/1995
Jumlah Penduduk Jenis Sekolah Jualah Porsentase 2.799.954 Sekolah Dasar
296.633 10,59
SD/MI
SLTP
932.763
264.763
29,74 10,24
1. SMP
2. NTs
SLTA
296.633 10,59
85.481 1.968
3,09 0,07
1. SMA/SMK
2. MA
Angka Partisipasai
13 s.d 15 tahun
Penduduk Usia 1.504.261 53,72
Suaber: Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi Jawa
Barat 1994/95.
4. Keadaan Sarana dan Prasarana SLTP di Jawa Barat
Sarana dan prasarana aerupakan kebutuhan yang mendasar
bagi pelaksanaan pendidikan. Sarana dan prasarana ter-sebut
adalah ruangan kelas/belajar dan guru. Berikut gambaran
keadaan ruangan kelas/belajar dan guru SLTP di Propinsi Jawa
Barat menurut data tahun 1993/94 dan berbagai upaya Kanwil
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Barat
pada tahun 1994/95 dalam menanggulangi kekurangan daya tampung dan guru dalam kerangka penuntasan program Wajib
belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun.
a. Kondisi Daya Tampung SLTP/Sederajat di Jawa Barat.
Pada tahun pelajaran 1993/94 di Propinsi Jawa Barat
[image:18.595.51.506.79.715.2]11
seluruhnya 25.401 ruangan belajar. Jualah ini aasih jauh dari yang diharapkan. Rasio angka perhitung-an secara Na
sional antara ruangan kelas dengan jualah siswa 1:40. Dengan
aeaperhatikan rasio ideal tersebut, aaka ruangan kelas yang
dibutuhkan untuk dapat menampung seluruh penduduk keloapok
usia 13-15 tahun (pada tahun 1994 jualahnya sebanyak
2.667.827 orang) di SLTP adalah 66.696 ruangan.
b. Kondisi Daya Taapung SLTP untuk kelas I di Jawa Barat.
Data di atas aenunjukkan bahwa pada tahun pelajaran
1994/95 angka melanjutkan lulusan SD/MI ke SLTP melalui jalur sekolah mengalami peningkatan. Hal ini perlu mendapat perhatian yang serius dari pemerintah untuk mengatasi keku rangan ruangan kelas. Adapun kondisi daya tampung jalur tingkat SLTP di Propinsi Jawa Barat dapat dilihat dalam
tabel di bawah ini.
Tabel 5
JUMLAH LULUS SD/MI TAHUN 1993/94 DAN
DAYA TAMPUNG KELAS 1 SLTP TAHUN 1994/95
No Lulusan/Melanjukan Daya Tampung Jualah
1 2 3 4 5 Lulusan SD/MI
Melanjutkan ke SLTP
Tersedia utk kls I
- Kls. Jauh - SMP Terbuka
Penambahan melalui
APBN dan OECF
789.189 orang 662.671 orang 518.178 orang 21.264 orang 1.060 orang 50.545 orang Total daya tampung
tersedia utk kls I 591.047 orang
Kekurangan Daya Tampung Untuk Kelas I 71.544 orang
(10,79 %)
Sumber : Tim Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi Jawa
[image:19.595.59.499.19.722.2]5. Keadaan Guru SLTP Tahun 1993/1994
Keadaan Guru SLTP di Propinsi Jawa Barat 1993/94 dapat dilihat dalam tabel 6 di bawah ini. Dalam tabel
tersebut disajikan jumlah guru yang dibutuhkan yang
ku-rang, dan yang lebih.
Tabel 6
Kekurangan Tenaga Guru SLTP Tahun 1994/1995
Menurut Kurikulum 1994
No Mata Pelajaran 1993* 1994** Jml.Kekurangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 13 14 15
P M P
BahaBa Indonesia
Bahasa Inggris
Hatemtika I P A
IPS
Bahasa Sunda Agama
PSPB
Orkes/Penjas & Kes.
Ketrampilan BP/BK
Muatan Lokal
Kerajinan &Kesenian
J u m l a h
521 562 765 482 1.019 820 678 260 752 562 195 1.768 792 9.600 250 749 749 749 749 749 250 250 749 250 5.494 771 1.311 1.514 1.231 1.768 1.569 678 510 752 812 195 1.768 1.541 250 15.094
* Kurikulum 1984 ** Kurikulum 1994
Suaber : Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Propinsi Jawa
Barat 1994/95.
Dalam tabel tersebut dapat dilihat jualah guru yang
ada, guru yang dibutuhkan, kekurangan guru, dan guru yang
lebih. Perhitungan kebutuhan guru tersebut didasarkan
kepada perhitungan kebutuhann guru secara ideal, yaitu:
a. Guru mengajar dengan latar belakang/kualifikasi
pendi-dik-an yang sesuai.
b. Setiap guru mengajar 18 jam per minggu sesuai dengan
[image:20.595.68.497.234.715.2]Hasil penelittan pendahuluan tentang Koordinasi
Pelaksanaan Wajar Dikdas 9 tahun di Kabupaten Daerah
Tingkat II Bandung, baik selama perintisan aaupun dalam
pelaksanaannya setelah dicanangkan oleh Pemerintah.
Luas Wilayah Kabupaten Bandung 30.207,93 hektar
dengan jumlahpenduduk sebanyak 3.442.261 jiwa, serta
kepadatan
penduduk
tertinggi 15.437 jiwa
per
km2
dan
kepadatan penduduk rata-rata 260 jiwa per km . Jumlah
penduduk usia pendidikan dasar 7-15 sebanyak 728.569
orang. Perinciannya adalah 471.458 orang anak usia 7-12
tahun dan 257.111 orang anak usia 13-15 tahun (Laporan Kandepdikbud Kabupaten Bandung, 22 Nopember 1994).
Program Wajar Dikdas 6 Tahun di Kabupaten Daerah Tk.
II Bandung yang dicanangkan pada tanggal 2 mai 1984 telah
aeaberikan hasil yang memuaskan. Angka partisipasi pendu
duk pada kelompok usia 7-12 tahun di SD telah menacapai
99,37% dari jumlah total penduduk. Tim Koordinasi Wajar
Dikdas tingkat Kabupaten Daerah Tk. II Bandung telah
berhasil aeningkatkan angka transisi dari SD/MI ke
SLTP/sederjat dari 81,46% pada tahun 1993/94 aenjadi 84,44% untuk tahun 1994/95 dengan rincian sebagai berikut
- Jumlah lulusan SD/MI tahun 1993/94 = 79.442 orang
- Jumlah melanjutkan ke SLTP/sederajat
- Jalur sekolah = 56.458 (71,67%) - Jalur luar sekolah = 7.651 (9,63%)
- Luar Kabupaten Bandung = 2.798 (3,52%)
Jumlah 66.907 (84,22%)
Kondisi Wajar Dikdas 9 Tahun 1993/1994 di Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung secara garis besar terdiri dari
Wajar Dikdas
tingkat SD dan SLTP. Prograa Wajar Dikdas SD
bagi keloapok usia 7-12 tahun yang dicanangkan pada
tang
gal
2 Mai 1984 saapai pada tahun 1998
telah aeaberikan
hasilnya
dengan aeningkatnya angka
partisipasi
penduduk
usia 7-12 tahun di SD/MI pada akhir tahun ajaran 1993/1994 telah aencapai 99,37% dari jualah penduduk usia 7-12 tahun
sebanyak
471.459 orang. Dalaa perintisan Wajar
Dikdas
9
Tahun di Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung telah berha
sil
aeningkatkan
angka
aelanjutkan
lulusan
SD/MI
ke
SLTP/sederajat dari 65,98% tahun 1992/1993 aenjadi 69,89%,
pada tahun 1993/1994 dan 84,22% pada tahun 1994/1995 ( Tia
Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun Kabupaten Bandung
1993/1994 dan 1994/1995).
Jualah penduduk usia 13-15 tahun di Kabupaten
Daerah
Tingkat II Bandang sebanyak 253.723 orang, jualah penduduk
yang
berada
di SLTP/MTs sebanyak 126.417
orang,
Jualah
penduduk usia 13-15 tahun yang berada di SLTP/MTs sebanyak
88.479 orang, jualah penduduk usia 13-15 yang berada SD/MI
sebanyak 29.717 orang, jualah penduduk 13-15 tahun yang berada di SLTA sebanyak 3.214 orang, dan yang aenigikuti
prograa
paket
B sebanyak 4.940. Untuk
aengetahui
angka
pertisipasi
penduduk usia 13-15 tahun di
SLTP/MTs
dapat
15
a. Angka Partisipasi Kasar (Ner)
1) Julah penduduk usia 13-15 tahun
= 253.723 orang
2) Jualah siswa SLTP/MTs
= 126.417 orang
126.417
GER SLTP/MTs x 100 = 49,82 %
253.723
b. Angka Pertisiupasi Murni (Ner)
1) Jumlah penduduk usia 13-15 tahun
= 253.723 orang
2) Jualah siswa usia 13-15 tahun SLTP/MTs=
88.479 orang
88.479
NER SLTP/MTs — x 100 = 34,87 %
253.723
Jualah ruangan belajar untuk SLTP/MTs untuk tahun
1993/1994
sebanyak
2556
ruangan.
Bila
dilihat
jualah
penduduk
usia
13-15 tahun dan rasio
perbandingan
kelas
tingkat Nasioanl 1:40, maka ruangan kelas yang
dibutuhkan
untuk menampung penduduk usia 13-15 tahun tersebut sebany
ak
6343
ruangan. Ini berarti bahwa di
Kabupaten
Daerah
Tingkat II Bandung masih kekurangan ruangan kelas sebanyak
3787 buah.
Keadaan guru SLTP/MTs pada tahun 1993/1994 di Kabupa
KEADAAN GURU TAHUN 1993/1994 DI KABUPATEN BANDUNG
No Bidang Studi A B K L
1 PMP 148 146 - 2
2 Bahasa Indonesia 282 342 60
~
3 Bahasa Ingris 201 245 44
w
4 Matiaatika 314 348 35
5 IPA 317 353 36
" ~
6 IPS 275 342 67
• " 7 8 Agaaa Penjas-kes 140 274 146 168 6 106
9 Ketraapilan — • *
~
86 10 Kesenian/Keraj inan 247 161
* "
11 Muatan Lokal 175 347 170 • "
12 BP/BK 127 405 278
J u a l a h 2.500 3.002 697 144
A Jualah Guru yang ada B. Jualah Guru yang dibutuhkan
K. Kekurangan Guru L. Kelebihan guru
Suaber: TKW 9 tahun Kabupaten D.T II Bandung 1994/95.
Dalaa Peraturan Peaerintah No. 39 tahun 1992 terdapat beberapa butir peranserta aasyarakat dalaa peabangunan
pendidikan yang aeliputi: pendirian seaua jalur dan
jenis
pendidikan, baik dalaa sekolah aaupun di luar.
Pendidikan
di dalaa
sekolah tingkat SD, pendirian SD, MI, SD
kecil,
SD kelas jarak jauh. Tingkat SLTP aendirikan SMP, MTs, SMP
terbuka, SMP Kecil, SMP Kelas Jarak Jauh. Pendidikan Dasar
yang
dapat dilakukan aasyarakat aelalui
pendidikan
luar
sekolah
baik tingkat SD
aaupun tingkat SLTP antara
lain
penyediaan
teapat-teapat belajar, kursus-kursus dan
pro
graa paket A dan B serta Pondok Pesantren.
Peranserta aasyarakat tersebut dapat dilakukan dengan aeaberikan bantuan tenaga kependidikan untuk pelaksanaan
aelaksanakan kegiatan belajar aengajar dan penelitian
serta pengeabangan ilau pengetahuan. Mendirikan dan
aenye-lenggarakan prograa pendidikan yang belua diselenggarakan
oleh Peaerintah untuk aenunjang pendidikan dan program
peabangunan nasional, dapat aengadakan forua koaunikasi,
konsultasi, dan kerja sama antar penyelenggara pendidikan
yang bersangkutan (PP No. 39).
Koordinasi Wajar Dikdas aeafokuskan pada koordinasi antar instansi dalaa penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun,
yaitu pada pendidikan tingkat SLTP. Masalah yang dihadapi
oleh Tia Koordinasi adalah bagaimana caranya aeaobilisasi
peran serta aasyarakat dalaa rangka aengatasi
aasalah-masalah yang dihadapi dalaa rangka aenuntaskan Wajar
Dikdas 9 tahun.
Masalah Wajar Dikdas tingkat SLTP adalah pertumbuhan
enrolment yang tinggi, penyediaan gedung/ruangan belajar, pengadaan guru, jenis pendidikan, dan geografis, serta
transportasi. Penyediaan sarana belajar mengajar
di dalam
kelas yang sesuai dengan tuntutan, jenjang, dan jenis pen
didikan yang bervariasi juga aerupakan aasalah bagi Tia Koordinasi. Bagaimana caranya memberikan kesadaran kepada orang tua murid agar merasa terpanggil untuk aendorong anak-anaknya agar melanjutkan pendidikan ke tingkat SLTP.
B. FOKUS MASALAH
Dari latar belakang aasalah tersebut di atas terlihat
aasalah pokok yang dihadapi dalaa penuntasan Wajar
Dikdas
9 tahun adalah: Bagaimana Tim Koordinasi Dikdas 9 Tahun
mengatasi kekurangan gedung/ruangan belajar untuk menam
pung lulusan SD/MI yang belum dapat ditampung oleh SLTP
yang sudah ada? Bagaimana Tim Koordinasi mengatasi keku rangan guru dalam rangka menampung anak lulusan SD/MI? Bagaimana Tim Koordinasi mengatasi kekurangan sarana dan prasarana belajar mengajar dalam kelas? Apa saja usaha Tim
Koordinasi untuk menanggulangi kekurangan dana dalam
penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun bagi anak-anak yang kurang beruntung karena miskin, terpencil/tertinggal, masyarakat
perahu, anak dari keluarga tuna susila, kekurangan
perha-tian orang tua, dan penyandang caoat. Bagaimana pula Tim
Koordinasi meaotivasi kesadaran orang tua aurid agar
aerasa terpanggil untuk aeaotivassi anak-anaknya merasa
berkewajiban untuk aengikuti pendidikan ainiaal 9 tahun.
Bagaiaana
Tia Koordinasi departeaen, leabaga
peaerintah,
dan badan swasta lainnya agar aeapunyai kesadaran sendiri
untuk ikut berpartisipasi dalaa penuntasan Wajar Dikdas,
baik dalaa bentuk tindakan maupun perbuatan.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Uaua
Tujuan uaua penelitian ini adalah untuk aengindenti-fikasi, aendeskripsikan, dan aenganalisi pelaksanaan koor
dinasi Wajar Dikdass 9 tahun sehingga dapat diteaukan
per-aasalahan yang mendukung dan haabatan dalaa pelaksanaan
Wajar Dikdas 9 tahun, dan berusaha aencari keaungkinan pe
aecahan aassalah yang dihadapi dalaa rangka peaerataan
19
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk
aendeskrip-sikan dan aenganalisis:
a. Pelaksanaan koordinasi antar instansi
terkait dalaa
pe-nuntasaan Wajar Dikdas 9 tahun untuk aengatasi kekuran
gan sarana dan prasarana di Propinsi Jawa Barat;
b. Bentuk-bentuk organisasi tia koordinasi untuk
aenaapung
anak usia sekolah dalaa rangka penuntasan Wajar Dikdas
9 tahun;
c. Tanggung jawab aasing-aasing instansi yang terkait
untuk aeaotivasi aasyarakat
agar dengan
kesandaran
senditi
ikut berpatisipasi dalam penuntasan
Wajar
Dikdas 9 tahun;
d. Hambatan apa saja yang dihadapi oleh Tim Koordinasi.
dalam penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun;
e. Cara-cara yang ditempuh Tim Koordinasi dalam penuntasan
Wajar Dikdas 9 tahun.
Setelah mengindentifikasi dan menganalisis tujuan (1)
sampai dengan tujuan (5) di atas, tujuan utama penelitian
ini adalah meruauskan suatu pola pelaksanaan koordinasi
antarinstansi terkait dalam pengelolaan Wajar Dikdas 9
tahun di maBa yang akan datang.
D. PERTANYAAN PENELITIAN
Berdasarkan uraian peraasalahan dan tujuan penelitian
yang diajukan di atas, aaka untuk aencapai tujuan tersebut
diajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaiaana cara Tia Koordinasi untuk aengatssi kekuran
Dikdas 9 tahun?
2. Bagaimana Tim Koordinasi Wajar Dikdas 9 tahun
Propinsi
Daerah Tingkat I Jawa Barat menampung anak-anak kurang
aaapu?
3. Apa tanggung jawab aasing-aasing instansi terkait untuk
aeaotivasi aasyarakat agar aerasa terpanggil ikut
berparrtisipasi dalaa penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun?
4. Faktor apa saja yang aenghaabat pelaksanaan koordinasi antar instasi dalaa penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun di
Propinsi Jawa Barat?
5. Bagaiaana
cara peaecahan aasalah-aasalah yang dihadapi
Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 Tahun yang diteauinya di
lapangan?
E. KEGUNAAH HASIL PENELITIAN
Penelitian ini beruBaha aengkaji secara aendalaa ten
tang koordinasi antar instansi terkait dalaa penuntasan
Wajar Dikdas 9 tahun dalaa rangka aencari alternatif
pola
yang aungkin dikeabangkan untuk aasa yang akan datang.
Oleh karena itu, hasil penelitian ini secara teoritis
di-harapkan dapat aengungkapkan inforaasi yang beraanfaat
bagi pengeabangan ilau pendidikan dan spesialisasi adai
nistrasi pendidikan pada khususnya, terutaaa dalaa bidang
pengelolaan lembaga pendidikan formal.
F. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian ini memfokuskan pada pelaksanaan koordina
21
Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung. Kegiatan koordinasi
diaaksud adalah koordinasi yang dilakukan antarinstansi
terkait dalaa penuntasan Waja Dikdas 9 tahun di daerah,
yang dapat disebut sebagai bagian dari jajaran pengelolaan
subsistea pendidikan nasional.
Dalaa konteks seperti di atas, instansi pengelola
pendidikan
dasar 9 tahun di Propinsi Jawa
Barat
adalah:
Departeaen Dalaa Negeri (Asisten Bidang Kesra), Kantor
Wilayah Departeaen Pendidikan dan Kebudayaan, Kantor Wila
yah Departeaen Agaaa, Kantor Wilayah Departeaen
Keuangan,
dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.
Seaua kebijaksanaan penyelenggaraan pengelolaan koor
dinasi penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun ditetapkan oleh Tia
Koordinasi tingkat propinsi. Jadi, penelitian ini secara
uaua aeneliti pelaksanaan koordinasi penuntasan Wajar
Dikdas 9 tahun pada Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat,
naaun secara khusus aeneliti bagaiaana penerapannya di lapangan dengan studi kasus di Daerah Tingkat II Kabupaten
Bandung.
Pada dasarnya seaua kebijaksanaan penyelengaraan pen didikan dasar akan berauara pada tingkat institusi seko
lah. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha
aendeskrip-sikan dan aenganalisis dampak pelaksanaan koordinasi dalam praktek pengelolaan lembaga sekolah itu sendiri.
Uraian tersebut di atas memberikan suatu gaabaran
bahwa ruang lingkup penelitian ini dapat dibuat dalam
ALUR KOORDINASI WAJAR DIKDAS 9 TAHUN GBHN WAJAR MASALAH -GEOGRAFI -GURU/TUTOR -DAYA TAMPUNG -LAHAN UGB -EKONOMI -APK/APM -KESADARAN -PERSEPSI r-> -> -> -> _L MENKO KESRA T j_ INPRES NO.l TH 94
i 1 INSTANSI TERKAIT MEN DIKBUD
GUBERNUR - - KAWIL DIKBUD BUPATI CAMAT INSTANSI TERKAIT INSTANSI TERKAIT INSTANSI TERKAIT KANDEP DIKBUD -> KANDEP DIKBUDCAM ~I
I
KOORDINASI PELAKSANAAN TUGAS/FUNGSI ORGANISASI HAMBATAN PBMECAHAN MASALAHH T TL -J
KEP. DESA - - - Kep.SMP Kep.SD
PEMERATAAN
KUALITAS EFISIENSI
= GARIS KOMANDO = GARIS KOORDINASI
x
METODOLOGI PENELITIAN
Sebagaimana telah dirumuskan pada bagian pertaaa,
penelitian
ini
tidak bermV.ksud untuk
mengungkapkan
hu
bungan antar variabel melalui s^ud^Jioreiasi atau
regresi
untuk menguji hipotesis tertentu. Rumusan masalah dalam
penelitian ini menuntut peneliti untuk melakukan explorasi
dalam
rangka
memahami dan menjelaskan masalah
yang
di-teliti
melalui
komunikasi yang
intensif
dengan
sumber
data.
Pendekatan
penelitian
seperti ini
dikenal
sebagai
pendekatan naturalistik kualitatif. Dalam hal ini Nasution
(1988) mengemukakan, "Penelitian kualitatif pada
hakekat-nya
ialah
mengaaati
orang
dalaa
lingkungan
hidupnya,
berinteraksi dengan Bereka, berusaha Beaahaai
bahasa
dan
tafsiran aereka tentang dunia sekitarnya."
A. LOKASI PENELITIAN
Sesuai dengan tujuan dan kegunaan penelitian ini
yaitu untuk aencari faktor pendukung dan penghaabat
dalaa
pelaksanaan
Koordinasi
Penuntasan Wajar Dikdas
9 tahun
yang dilakukan antar instansi, keaudian ingin aencari cara
peaecahan haabatan yang dihadapi di lapangan, aaka peneli
ti aeailih dan aenetapkan lokasi penelitian ini di lakukan
di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat.
Secara khusus di
69
lakukan di Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung. Hal ini
didasarkan pada peaikiran bahwa pelaksanaan Wajar Dikdas 9
tahun relatif aasih sangat baru, dan tokoh serta
peaikir-peaikir tentang konsep tersebut relatif lebih banyak dari
Jawa Barat. Peneliti berasuBsi bahwa prograa koordinasi
Wajar Dikdas 9 tahun diruauskan para pakar di Jawa Barat. Dengan deaikian, bila tujuan penelitian untuk aencari pola
pengeabangan koordinasi sebagai nana yang telah diuraikan
di atas tepat sekali bila penelitian ini diadakan di
Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung.
Wilayah penelitian di Kabupaten Daerah Tingklat II Bandung untuk tingkat kecaaatan difokuskan pada eapat
kecaaatan, yaitu Kecaaatan Leabang, Kecaaatan Cisarua, Kecaaatan Ciaahi Tengah dan Kecaaatan Padanglarang.
Per-tiabangan aenetapkan eapat kecaaatan tersebut sesuai dengan pendekatan penelitian yaitu naturalistik kualita
tif. Penarikan saapel dilakukan secara purposive sam
pling.
Penelitian ini bertujuan untuk aendeskripsikan dan
aenganalisis pelaksanaan kegiatan koordinasi penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun di Kabupaten Daerah Tingkat II Ban dung, yaitu untuk aeaahaai dan memaknai tentang sesuatu
peristiwa atau prilaku manusia yang berperan dalaa penye lenggaraan Wajar Dikdas 9 tahun. Untuk aencapai tujuan
tersebut, aaka penelitian ini paling cocok aenggunakan
B. SUBYEK PENELITIAN
Subyek dalaa penelitian ini teraasuk
"purpossive sam
pling, "
dengan aaksud aeaperoleh data sesuai dengan fokus
penelitian. Nasution (1988:29) aenyatakan bahwa penentuan
unit saapel (responden) dianggap telah aeaadai apabila
dapat diteruskan saapai dicapai taraf
"redundancy,"
ketun-tasan artinya walaupun responden bertaabah, data baru
tidak bertaabah atau ftap. Sejalan dengan pendapat di
atas, dalaa proses penentuan banyaknya subyek penelitian
atau responden tidak dapat ditentukan sebeluanya.
Penguapulan data dalaa penelitian ini dilakukan lang
sung oleh peneliti, peneliti sebagai instruaen utaaa dalaa
penelitian kualitatif. Rasional dari karateristik
penea-patan peneliti sebagai peneliti utaaa, karena peneliti da
pat aelakukan adaptasi dengan situasi lapangan penelitian
yang berubah-ubah, dan juga dapat aeaperluas pertanyaan
untuk aeaperoleh data yang terinci dan aendalaa sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai (Nasution, 1988: 54-55).
Saapel dalaa penelitian kualitatif tidak didasarkan
pada pertiabangan statistik, tetapi berdasarkan
ketunta-san inforaasi yang diperlukan. Oleh karena itu,
analisis
dalaa penelitian ini bukan bertujuan untuk aeaperoleh
generalisasi, tetapi data dianalisis secara induktif untuk
dicari pola yang fpat dan selanjutnya dicari aakna dari
71
Fokus penelitian ini adalah kegiatan koordinasi yang dilakukan Tia Koordinasi dalaa penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, khususnya Tia Koordinasi Wajar Dikdas 9 tanhun Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung. Dengan deaikian, untuk analisis pene
litian ini bersifat institusional, dalam arti yang aenja di fokus kajian adalah leabaga-leabaga yang terkait dalaa
penyelenggaraan Wajar Dikdas 9 tahun.
Dalaa penelitian kualitatif, jualah suaber data tidak
aenjadi
kriteria
utaaa,
tetapi
lebih
ditekankan
pada
sejauhaana
suBber data tersebut dapat aeaberikan inforaa
si sebanyak aungkin dan sesuai dengan tujuan penelitian.
Oleh karena itu, penentuan suaber data lebih cocok dengan
aenggunakan
teknik purposif (purposive
saapling),
yakni
pejabat yang dipandang dapat Beaberikan inforaasi sebanyak
aungkin tentang fokus penelitian. Suaber data utaaa dalaa
penelitian ini adalah:
1. Gubrenur Kepala Wilayah Propinsi Jawa Barat. Dalaa pelaksanaannya dilaksanakan oleh Asiten III Bidang Kesejahteraan Rakyat. Dalaa penguapulan data peneliti aeaperoleh inforaasi dari Kepala Sub Bagian Pendidikan persekolahan dan Kepala Sub Bidang Pendidikan Luar
Sekolah.
2. Kepala Kantor Wilayah Deperteaen Pendidikan dan Kebu dayaan. Dalaa penguapulan data peneliti aendapat infor
aasi dari Wakil PRP, Piapinan proyek Wajar Dikdas dan
3. Kepala
Kepala Kantor Wilayah Departeaen
Agaaa.
Dalaa
penguapulan
data
peneliti
aendapat
inforaasi
dari
Kepala
Bidang
Perguruan Agaaa Islaa,
Kepala
Bidang
Pendidikan Agaaa Islaa, Kepala Sub Bagian Hubungan
Ma-sayrakat, dan Kepala Sub Bagian Pendidikan Pasantren.
4. Kepala
Kantor Wilayah Departeaen Tenaga
Kerja.
Dalaa
penguapulan
data ini diwakili oleh Ibu
Kepala
Bagian
Tata Usaha.
7. Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bandung Dalaa
pelaksa
naannya
Asisten Bidang Kesra. Dalaa penguapulan
data,
peneliti aeaperoleh data dari Kepala Urusan Pendidikan
8. Kepala
Kandepdikbud, Dalaa penguapulan
data
peneliti
neaperoleh inforaasi dari Kepala Bidang PRP dan
Kepala
Seksi Pendidikan Luar Sekolah.
9. Kepala Kantor Departeaan Agaaa. Dalaa pengguapulan data
di wakili oleh Kepala Seksi perguruan Agaaa Islaa.
10.Kepala Kantor Departeaen Tenaga Kerja. Dalaa penguapul
an data diwakili oleh Kasi Pengawasan.
11.Caaat Kecaaatan Leabang. Dalaa penguapulan data, pene
liti aeaperoleh inforaasi dari Sekretasi Wilayah Kecaaa
tan Leabang.
12.Caaat Kecaaatan Cisarua, dalaa hal diwakili olek Sekre
taris Wilayah Kecaaatan Cisarua.
13.Kepala
Kantor
Deperteaen
Pendidikan
dan
Kebudayaan
Kecaaatan
Cisarua,
di bantu oleh
Penilik
TK/SD
dan
Penilik Pendidikan Luar Sekolah.
73
15.Kepala
Kandepdikbud
Kecaaatan Ciaahi
Tengah
dibantu
oleh Penilik Pendidikan Luar Sekolah.
16.Kepala Kantor Departeaen Agaaa Keoaaatan Ciaahi Tengah.
17.Caaat Kecaaatan Padalarang
18.Kandepdikbud Kecaaatan Padalarang diwakili oleh Penilik
TK/SD
19.Piapinan Perusahaan PT Korin Garaen Utaaa dan PT
Trisu-latex. Dalaa penguapulan data diwakili Kepala Diklat
aasing perusahaan.
20.Kepala SMP Negeri Cisarua.
C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Kegiatan yang dilakukan dalaa usaha aenguapulkan data aeliputi langkah-langkah sejak dari persiapan pelaksanaan
penguapulan
data
saapai data
itu
diklasifikasikan
dan
dikonstruksi dalaa laporan penelitian. Rangkaian kegiatan
yang
digunakan untuk aenguapulkan data adalah
observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi. Ketiga teknik tersebut
digunakan dalaa penelitian ini dengan harapan dapat saling
aelengkapi dalaa aeaperoleh data yang diperlukan.
1. Observasi
Teknik observasi aerupakan teknik penguapulan data
yang utaaa dalaa penelitian ini. Dengan observasi
diharap-kan
dapat
diperoleh
data yang
benar-benar
alaai
dari
berbagai aktivitas koordinasi antara Depdikbud dengan
departeaen,
leabaga peaerintah dan badan swasta
lainnya,
dalaa
rangka
peningkatan peaerataan
keseapatan
belajar
aengaaati kegiatan koordinasi, seperti perilaku, pendapat, persepsi, sikap dan lain-lainnya berdasarkan pandangan
subyek yang diteliti.
2. Wawancara
Teknik penguapulan data dengan wawancara dalam pene
litian naturalistik aerupakan teknik penguapulan data yang tidak dapat ditinggalkan, dan harus selalu digunakan secara terpadu dengan observasi. Wawancara dilakukan
dengan cara yang tak berstruktur, di aana responden aenda
pat
kebebasan
dan
keseapatan
untuk
aengeluarkan
buah
pikiran,
pandangan
dan
perasaannya
tanpa
diatur
oleh
peneliti.
3. Studi Dokuaentasi
Sekalipun dalaa penelitian kualitatif kebanyakan
di-peroleh
dari suaber aanusia
(human resource)
aelalui
ob
servasi dan wawancara, akan tetapi ada pula suaber bukan aanusia, di antaranya adalah dokuaen. Dalaa penelitian ini dokuaen dapat dijadikan bahan triangulasi untuk aencek
kesesuaian data.
Alat penguapulan datanya adalah peneliti sendiri
(human instrument), dan dibantu dengan tape recorder,
kaaera foto, dan buku catatan.
D. PELAKSANAAN PENGUMPULAN DATA
Pelaksanaan penguapulan data dalaa penelitian ini
aengikuti
prosedur
atau tahap seperti
yang
dikeaukakan
oleh S. Nasution (1988 : 33-34) yaitu tahap orientasi,
75
1. Tahapan orientasi
Orientasi dilakukan untuk aengetahui cecara jelas
tentang aasalah-aasalah yang berhubungan dengan pelaksa naan koordinasi penuntasan wajar Dikdas 9 tahun di Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung.
Orientasi peneliti lakukan pada Kantor Wilayah Departeaen
dan Kebudayaan, khususnya yang berkaitan dengan pelaksa naan koordinasi penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun. Dalaa Orientasi Peneliti aengaaati Struktur Organisasi Tia Koor dinasi yang ada, tugas dan fungsi aasing-aasing instansi
terkait, hasil-hasil rapat, hasil peaantau, rencana kerja
tia koordinasi yang telah ada, dan ketentuan-ketentuan
yang berlaku dalaa pelaksanaan koordinasi penuntasan Wajar
Dikdas. Diri hasil orientasi tersebut peneliti yakin betul bahwa pelaksanan koordinasi wajar Dikdas 9 tahun dapat dan
aeBenuhi syarat untuk diteliti. Di saaping itu, orientasi juga bertujuan untuk aeruauskan langkah-langkah dan aasa
lah yang akan dite-liti yang berkaitan dengan aasing-aa sing instasi terkait yang dianggap perlu dijadikan saapel penelitian sebagai nana yang telah dijelaskan di atas.
2. Tahap eksplorasi
Pada tahap eksplorasi fokus penelitian sudah jelas,
yang berkoapeten dan aeapunyai pengetahuan yang cukup
banyak tentang aasalah yang diteliti.
K. PROSES PENGUMPULAN DATA
Studi tentang Koordinasi penuntasan Wajar Dikdas 9
tahun di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat,
dengan
mengaabil saapel Kabupaten Bandung, yaitu Kecaaatan Lea
bang,
Kecaaatan Cisarua, Kecaaatan Ciaahi Tengah, dan
Kecaaatan Padanglarang.
Penelitian di Kecaaatan Leabang difokuskan pada ben
tuk dan struktur organisasi Tia Koordinasi. Di Kecaaatan
Cisarua difokuskan pada proses pengelolaan SMP kelas jauh.
Di
Kecaaatan Ciaahi Tengah difokuskan pada Pengelolaan
Paket B di perusahaan, dan di Kecaaatan Padalarang difo
kuskan pada pengelolaan Paket B secara uaua.
Berdasarkan
surat
izin penelitian dari Direktorat
Sosial Politik Propinsi Daerah Tk. I Jawa Barat Noaor
070.1/1351/ 1995 yang ditujukan kepada Assekwilda I pada
Sekwilda Tk I Jawa Barat, aaka peneliti aelakukan observa
si di Peada Tingkat I Jawa Barat. Observasi ini dilaksana
kan pada tanggal 21 April 1995. Dalaa observasi tersebut
peneliti berusaha untuk aengetahui tentang unit organisasi
yang bertugas dan bertanggungjawab secara langsung aelaku
kan koordinasi penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun di Propinsi
Daerah Tingkat I Jawa Barat. Dari hasil observasi,
ternya-ta pelaksana koordinasi penunternya-tasan Wajar Dikdas 9 ternya-tahun
77
dilaksanakan
oleh
Kepala Sub Bagian Pendidikan
Perseko
lahan
dan
Kepala
Sub Bagian
Pendidikan
Luar
Sekolah.
Setelah
peneliti yakin bahwa yang paling
berperan
dalaa
pelaksanaan
koordinasi
penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun
adalah Kepala Sub bagian Pendidkan Persekolahan dan Kepala
Sub
Bagian
Pendidikan Luar Sekolah, aaka pada
hari
itu
juga peneliti aelakukan perteauan dengan Kepala Sub Bagian
Pendidikan
Luar Sekolah. Dari hasil perteauan dengan
Ibu
Kepala
Sub Pendidikan Luar sekolah, beliau
langsung
ae-nyanggupi
untuk aeneriaa peneliti untuk diwawancarai.
DalaB wawancara yang dilakukan secara bebas dengan aenggu
nakan
garis-garis
besar pedoaan
wawancara
dan
dibantu
dengan
tape
recorder,
kaaera foto,
dan
buku
catatan,
wawancara berlangsung dengan baik.
Hasil
wawancara dengan Ibu Kepala Sub Bagian
Pendi
dikan Luar sekolah tersebut langsung peneliti
klasifikasi-kan dan analisis seacara singkat, keaudian dikonferaasiklasifikasi-kan
keabali
pada ibu yang bersangkutan. Setelah hasil
klasi-fikasi
data
tersebut disetujui oleh ibu,
aaka
peneliti
aenjuapai Kepala Sub Bagian Pendidikan Persekolahan. Bapak
Kepala
Sub Bagian Pendidikan Persekolahan juga pada
hari
itu ainta agar wawancara dilakukan, karena pada hari yang
lain beliau ada kesibukan.
Hasil
wawancara dengan Ibu Kepala Sub Bagian
Pendi
dikan
Luar
Sekolah
wawancarai lagi
dengan
Kepala
Sub
aengecek
kebenaran hasil wawancara dengan Ibu Kepala
Sub
Bagian
Pendidikan
Luar
sekolah.
Ternyata
Kepala
Sub
Bagian
Pendidikan
Persekolahan sependapat
dengan
hasil
wawancara dengan Ibu Kepala Sub bagian Pendidikan Luar
Sekolah. Keaudian, wawancara dilanjutkan dengan hal-hal
yang
belua
dapat dijelaskan oleh Ibu Kepala
Sub
Bagian
Pendidikan Luar Sekolah, yang Berupakan wewenang Kepala Sub Bagian Pendidikan Persekolahan. Setelah selesai wawan
cara,
pene-liti juga mengumpulkan
data-data
dekoaentasi
yang dianggap ada kaitannya dengan penelitian ini.
Hasil
wawancara dengan kedua responden tersebut pada aalaa
harinya
langsung
diklasifikasikan
dan
dianalisis,
dan
peneliti aenetapkan tiga departeaen untuk aenguatkan
data
tersebut, yaitu Departeaen Pendidikan dan Kebudayaan, Departeaen Agaaa dan Departeaen Tenaga Kerja.
Inforaasi tentang koordinasi Wajar Dikdas 9 tahun
yang
dilaksanakan oleh Peaerintah
Daerah Tingkat I Jawa
Barat tersebut di atas, keaudian dilakukan konfiraasi
dengan instasi terkait.
Pada tanggal 25 April 1995 dilaksakan observasi di Kantor Wilayah Departeaen Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengetahui siapa yang paling potensial untuk dijadikan
79
mempunyai kesibukan dengan tugasnya, maka peneliti diarah
kan
oleh
Koordinator Urusan Administrasi
untuk
menghu-bunggi
Kepala Bagian Perencanaan. Pada tanggal
26
April
1995
peneliti mencoba menghubungi Kepala Bagian
Perenca
naan.
Setelah dihubunggi ternyata Kepala Bagian
Perenca
naan
sedang
mengikuti
penataran
di
Jakarta,
akhirnya
peneliti
diterima oleh Wakil Kepala Bangian
Perencanaan.
Pada tangga 27 April 1995 diadakan
wawancara dengan Wakil
Kepala
Bagian
Perencanaan dan
Sekretaris
Proyek Wajar
Dikdas 9 tahun. Setelah data diklasifikasikan dan
dianali-sis
seperlunya, untuk melengkapi dan
mengecek
kebenaran
data
dari
kedua responden tersebut di
atas
maka
pada
tanggal 4 Mai 1995 diadakan wawancara dengan salah seorang
staf
perencanaan.
Data dari
ketiga
responden
tersebut
merupakan
kelanjutan
dari hasil wawancara
dengan
Peme-merintah Daerah Tingkat I. Wawancara dimulai untuk aencari
kebenaran
dari data-data yang diperoleh
dari
Pemerintah
Daerah
tersebut,
kemudia
dikembangkan
dan
diperdalam
sesuai dengan peraasalahan penelitian. Di saaping wawanca
ra, juga dikuapulkan data-data dokuaentasi yang
berkaitan
dengan
aasalah tersebut. Hasil observasi, wawancara,
dan
dekuaentasi
di Kantor Wilayah Departeaen
Pendidikan
dan
Kebudayaan
langsung diklasifikasikan dan
dikonfiraasikan
dengan data dari Peaerintah Daerah Tingkat I, serta diada
kan analisis seaentara.
Pada
tanggal
2 Mai 1995 dilaksanakan
observasi
di
diketahui bahwa yang banyak terlibat dalaa kegiatan penun tasan Wajar Dikdas 9 tahun di Kantor Wilayah Departemen Agaaa adalah Kepala Bidang Perguruan Agama Islam dan Ke
pala Bidang Pendidikan Agama Islam. Dalam melaksanakan ob
sevasi, peneliti dibantu oleh Kepala seksi MI, HTs dan
Pontren. Pada tanggal 6 Juni 1995 diadakan wawancara
dengan Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam dan Kepala
Bidang Pendidikan Guru.
Pada tanggal 18 Hai 1995 peneliti mengadakan observa si di Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja Jawa barat. Observasi untuk menemukan siapa yang diwawancarai dan
bagaimana cara untuk mendapatkan informasi tentang
keter-libatan Departeaen Tenaga Kerja dalam penuntasan wajar Dikdas 9 tahun, sedikit mengalami kesulitan. Hal ini
disebabkan pada saat obsevasi Kepala Kantor tidak berada di tecpat, sehingga tujuan dan sasaran pada hari tersebut belum tercapai. Keaudian pada tanggal 21 Hai peneliti
keubali mengadakan observasi, pada saat itu peneliti
dite-rina oleh Kepala Bagian tata Usaha.
Proses pengumpulan data tentang pelaksanaan Koordina si Penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun di Kabupaten Daerah
Tingkat II Bandung saaa dengan proses penggumpulan data
diTingkat I. Pelaksanaan pengumpulan data pada Peaerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung dimulai dari tanggal 1
81
Pada tanggal 26 April 1995 diadakan observasi di
Kantor
Bupati
Kepala
Daerah Tingkat
II
Bandung
untuk
aengetahui
dan
aenetapkan siapa
yang
paling
potensial
untuk
dijadikan saapai penelitian. Dari
hasil
observasi
ditetapkan
yang akan diwawancarai untuk
aeaperoleh
data
tentang koordinasi penuntasan
Wajar Didas 9 tahun
adalah
Kepala Bagian Sosial. Dalaa penguapulan data baik
aelalui
wawancara
aaupun
data dokuaentasi
dibantu
oleh
Kepala
Seksi
Pendidikan.
Wawancara tersebut
dilaksanakan
pada
tanggal
1 dan 3 Mai 1995. Hasil wawancara tanggal
1 Mai
1995
diklasifikasikan
dan
diolah
seperlunya,
keaudian
dikonfiraasikan keabali pada yang bersangkutan dan sekali
gus
untuk aelengkapi data-data yang dianggap
perlu
yang
belua terjaring pada wawancara tahap pertaaa.
Inforaasi
yang
diperoleh
dari
Peaerintah
Daerah
Tingkat II Kabupaten Bandung tersebut, keaudian
dikonfir
aasikan
keabali
dengan Deperteaen Pendidikan
dan
Kebu
dayaan, departeaen Agaaa, dan Deperteaen Tenaga Kerja.
Pada tanggal 16 Mai 1995 diadakan observasi di Kantor
Departeaen
Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten
Bandung,
untuk
aeaperoleh
gaabaran siapa
yang
paling
potensial
untuk
diwawancarai. Dari hasil pengaaatan
dan
inforaasi
dari Kandepdikbud, yang paling potensial untuk di
wawanca-rai
adalah
Kepala Bagian Perencanaan
dan
Kepala
Seksi
Pendidikan Luar Sekolah. Hal ini disebabkan Kepala Kandep
dikbud
baru bertugas. pada tanggal 28 Mai
1995
diadakan
Seksi
Pendidikan Luar Sekolah. Tanggal 6 Juni 1995
hasil
wawancara tanggal 28 Hai 1995 yang telah diklasifikasikan
dan dianalisis seperlunya keaudian dikonfiraasikan keabali
pada yang bersangkutan dan sekaligus aenggali data-data
yang
belua terjaring sebeluanya. Di saaping
itu,
dengan
bantuan Kepala Bagian Perencanaan dan Kepala Seksi
pendi
dikan Luar Sekolah ditetapkan eapat kecaaatan yang
diang
gap
paling baik
koordinasi penuntasan wajar Dikdas 9
tahun,
sekaligus dijadikan lokasi penelitian
di
tingkat
Kecaaatan.
Kecaaatan tersebut adalah
Kecaaatan
Lembang,
Kecamatan Cisarua, Kecamatan Cimahi Tengah, dan
Kecamatan
Padalarang.
Pada
tanggal
30
Juni 1995
diadakan
observasi
di
Kantor Departemen Agama Kabupaten Bandung. Untuk
aeapero
leh inforaasi di Departeaen Agaaa Kabupaten Bandung
pene
liti