RELEVANSI PROGRAM SMK
DENGAN KEBUTUHAN DUNIA KERJA
(Studi Tentang Relevansi Program Keahlian SMK Dengan Kebutuhan DuniaKerja Khususnya Melalui Kajian Program Prakerin SMK di Kota Bandung)
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Memperoleh Gelar Doktor Kependidikan
Bidang Ilmu Administrasi Pendidikan
Promovendus:
Yati Siti Mulyati
NIM: 0808791
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA S3
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul “Relevansi
Program SMK Dengan Kebutuhan Dunia Kerja Pada SMK di Kota Bandung
(Studi tentang Relevansi Program Keahlian SMK Dengan Kebutuhan Dunia
Kerja Khususnya Melalui Kajian Program PRAKERIN SMK Pada Dunia Bisnis
dan Industri)” ini beserta isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya
tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung,17 Desember 2012 Yang membuat pernyataan,
Khususnya Melalui Kajian Program Prakerin SMK di Kota Bandung)
Yati Siti Mulyati (0808791)
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenis lembaga pendidikan menengah di Indonesia, yang penyelenggaraan pendidikannya dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan siswa memasuki lapangan kerja atau melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan berikutnya yang sifatnya spesifik. Dewasa ini tidak sedikit lulusan siswa SMK masih banyak mengalami kendala dalam memasuki lapangan pekerjaan. Masalah ini disebabkan terbatasnya lapangan kerja dan juga karena kualitas dan relevansi lulusan sekolah yang masih rendah. Akibat rendahnya kualitas prestasi belajar lulusan sekolah, mereka mengalami kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan pada instansi pemerintah dan dunia usaha dunia industri, sehingga SMK diarahkan untuk menjaga mutu dan relevansi. Berkaitan dengan mutu SMK, diukur dari kualitas dan relevansi lulusannya dengan kebutuhan lapangan kerja. Sementara kebutuhan kemampuan lapangan terus berkembang sesuai dengan kebutuhan DU/DI dan perkembangan teknologi yang diaplikasikan, sehingga untuk mempertahankan kualitas penyelenggaraan pendidikannya SMK secara terus menerus mengembangkan diri. Sedangkan relevansi, yaitu SMK senantiasa menjaga lulusannya sesuai dengan kebutuhan DU/DI. Praktek kerja industri (Prakerin) di SMK menjadi salah satu wahana untuk melihat kesesuaian kurikulum SMK dengan kebutuhan DU/DI.
Pertanyaan penelitian dirumuskan sebagai berikut: pertama bagaimana profil SMK dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian agar relevan dengan kebutuhan dunia kerja? Kedua bagaimanakah perencanaan program prakerin dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian agar relevan dengan kebutuhan dunia kerja? Ketiga bagaimanakah implementasi program prakerin dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian agar relevan dengan kebutuhan dunia kerja? Keempat bagaimanakah manfaat atau pengaruh program prakerin dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian agar Relevan dengan kebutuhan dunia kerja? Kelima bagaimanakah evaluasi program prakerin dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian agar relevan dengan kebutuhan dunia kerja?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Tempat penelitian ini adalah SMK Negeri dan Swasta yang ada di Kota Bandung. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan
Pertama Secara umum profil SMK di Kota Bandung yang meliputi sumber daya baik material
ataupun non material telah mendukung pencapaian kompetensi keahlian yang relevan dengan dunia kerja. Kedua dalam perencanaan prakerin telah melibatkan berbagai pihak seperti pihak sekolah, komite sekolah dan DU/DI. Ketiga implementasi prakerin dalam mencapai kompetensi keahlian siswa ditempatkan sesuai dengan kompetensi keahlian yang dimiliki oleh siswa dan juga dibimbing oleh guru pembimbing dan juga instruktur dari DU/DI.
Keempat pelaksanaan prakerin memberikan manfaat bagi siswa, sekolah dan DU/DI. Kelima
evaluasi program prakerin berbentuk jurnal, dan uji kompetensi, yang melakukan evaluasi adalah guru pembimbing dan instruktur dari DU/DI.
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang diajukan oleh peneliti pertama dinas pendidikan untuk memfasilitasi SMK dalam melaksanakan prakerin, melalui penyediaan data DU/DI yang berpotensi untuk dijadikan tempat pelaksanaan prakerin. Kedua SMK dalam melakukan kerjasama dengan DU/DI diawali dengan melakukan MOU terlebih dahulu.
Ketiga DU/DI memiliki kewajiban kepada SMK untuk membantu meningkatkan kualitas
G. Konsep Kurikulum SMK Program Keahlian Bisnis Manajemen ... 86
H. Model Pengembangan Kurikulum SMK Program Keahlian Bisnis Manajemen ... 90
I. Pembelajaran Keahlian Usaha Perjalanan Wisata di SMK ... 93
1. Model Pembelajaran ... 95
2. Pendekatan Pembelajaran Keahlian Pariwisata di SMK ... 98
3. Mutu Proses Pembelajaran Praktek kerja industri (Prakerin) ... 109
J. Penelitian yang Relevan ... 111
1. Gambaran profil SMK dalam Mendukung Pencapaian Kompetensi Keahlian Dengan Kebutuhan Dunia Kerja ... 141
2. Perencanaan Program Prakerin dalam Mendukung Pencapaian Kompetensi Keahlian yang Diterapkan oleh SMK di Kota Bandung agar Relevan dengan Kebutuhan Dunia Kerja ... 233
3. Implementasi Program Prakerin dalam Mendukung Pencapaian Kompetensi Keahlian yang Diterapkan oleh SMK di Kota Bandung agar Relevan dengan Kebutuhan Dunia Kerja ... 287
4. Manfaat Program Prakerin dalam Mendukung Pencapaian Kompetensi Keahlian yang Diterapkan oleh SMK di Kota Bandung agar Relevan dengan Kebutuhan Dunia Kerja ... 324
5. Evaluasi Program Prakerin dalam Mendukung Pencapaian Kompetensi Keahlian yang Diterapkan oleh SMK di Kota Bandung agar Relevan dengan Kebutuhan Dunia Kerja ... 339
B. Pembahasan Penelitian ... 369
1. Pembahasan profil SMK ... 369
2. Pembahasan Perencanaan Program Prakerin SMK ... 384
3. Pembahasan Implementasi Program Prakerin SMK ... 422
4. Pembahasan Manfaat Program SMK ... 461
6. Analisis SWOT Relevansi Program SMK dengan Kebutuhan
Dunia Kerja pada SMK di Kota bandung ... 503
7. Rangkuman Relevansi Program SMK dengan Kebutuhan Dunia Kerja Pada SMK di Kota Bandung ... 509
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 528
A. Kesimpulan ... 528
B. Rekomendasi ... 531
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Pendapat Pakar tentang Manajemen ... 19
Tabel 2.2 Program Keahlian Bisnis Manajemen ... 79
Tabel 2.3 Program Keahlian Administrasi Perkantoran ... 81
Tabel 2.4 Kurikulum Pendidikan Kejuruan ... 89
Tabel 2.5 Standar Kompetensi Kejuruan Usaha Perjalanan Wisata ... 104
Tabel 2.6 Standar Kompetensi Kejuruan Akomodasi Perhotelan ... 107
Tabel 3.1 SMK yang dijadikan Objek Penelitian ... 125
Tabel 3.2 SMK yand dijadikan Objek Penelitian ... 125
Tabel 4.1 Keadaan Tenaga Pendidik ... 145
Tabel 4.2 Keadaan Data Siswa Tahun Pelajaran 2008/2009 ... 148
Tabel 4.3 Keadaan Data Siswa Tahun Pelajaran 2009/2010 ... 148
Tabel 4.4 Keadaan Data Siswa Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 149
Tabel 4.5 Keadaan Fasilitas dan Sarana Prasarana ... 149
Tabel 4.6 Anggaran Praktek Kerja Industri Tahun 2010/2011 Kompetensi Keahlian AK, AP, PS ... 150
Tabel 4.7 Data Keadaan, Kekurangan dan Kelebihan Tenaga Guru Produktif ... 156
Tabel 4.8 Data Keadaan, Kekurangan dan Kelebihan Tenaga Guru Normatif ... 157
Tabel 4.9 Jumlah Guru SMK Negeri 3 Bandung Dinas Pendidikan Kota Bandung Per April 2012 ... 158
Tabel 4.10 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 3 Bandung……. 164
Tabel 4.11 Jumlah Calon Siswa yang Mendaftar&Jumlah Siswa Diterima di SMK Negeri 3 Bandung ... 169
Tabel 4.12 Perincian Biaya Prakerin Per Siswa Tahun 2010/2011 ... 170
Tabel 4.13 Data Jumlah tenaga Pendidik Guru Normatif ... 172
Tabel 4.14 Guru Adaptif ... 172
Tabel 4.15 Guru Produktif ... 173
Tabel 4.16 Guru Kompetensi Keahlian/Produktif ... 173
Tabel 4.17 Jumlah SDM ... 175
Tabel 4.18 Daftar Tempat Pelaksanaan Diklat ... 175
Tabel 4.19 Fasilitas Bengkel ... 175
Tabel 4.20 Program Studi Keahlian Tahun Ajaran 2008-2009 ... 177
Tabel 4.21 Daftar Mata Pelajaran ... 178
Tabel 4.22 Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan ... 180
Tabel 4.23 Data Pendidik Berdasarkan Latar Belakang Mata Pelajaran Yang Diajarkan ... 180
Tabel 4.24 Data Tenaga Pendidik PNS ... 181
Tabel 4.25 Kompetensi Keahlian ... 188
Tabel 4.26 Sarana dan Prasarana ... 188
Bidang non-Akademik ... 189
Tabel 4.35 Anggaran Prakerin Kelas XI SMK Bina Warga Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 195
Tabel 4.42 Anggaran Praktek Kerja Industri dan Kompetensi Keahlian Usaha Jasa Pariwisata ... 206
Tabel 4.49 Keadaan Siswa dan Rombongan Belajar di SMK SMIP YPPT Bandung ... 229
Tabel 4.50 Anggaran Biaya Uji Kompetensi ... 230
Tabel 4.51 Data Tenaga Kependidikan dan Siswa ... 232
Tabel 4.52 Anggaran Praktek Kerja Lapangan SMK Sandhy Putra ... 232
Tabel 4.53 Jumlah Siswa Tahun Pelajaran 2009-2010 ... 250
Tabel 4.54 Jumlah Siswa Tahun Pelajaran 2009-2010 ... 255
Tabel 4.55 Ketenagaan (SDM) ... 266
Tabel 4.56 Jumlah Calon Siswa yang Mendaftar dan Jumlah Siswa Diterima di SMK Negeri 3 Bandung ... 273
Tabel 4.57 SWOT Analisis Relevansi Program SMK dengan Kebutuhan Dunia Kerja Pada SMK di Kota Bandung ... 503
Tabel 4.58 Penelusuran Lulusan SMK Negeri 1 Bandung ... 569
Tabel 4.59 Penelusuran Lulusan SMK Negeri 3 Bandung ... 569
Tabel 4.60 Rekapitulas Penelusuran Tamatan Siswa SMK Negeri 3 ... 570
Tabel 4.61 Rekapitulasi Penelusuran Tamatan Siswa SMK Negeri 3 ... 570
Tabel 4.62 Penelusuran Lulusan SMK Negeri 11 Bandung ... 571
Tabel 4.63 Penelusuran Lulusan SMK Negeri 11 Bandung ... 578
Tabel 4.64 Penelusuran Lulusan SMK Negeri 11 Bandung ... 583
Tabel 4.65 Rekapitulas Daya Serap Tamatan SMK Negeri 11 Bandung ... 588
Tabel 4.66 Penelusuran Lulusan SMK Pasundan 1 Bandung ... 589
Tabel 4.67 Data Penelusuran Tamatan ... 589
Tabel 4.69 Penelusuran Lulusan SMK Bina Warga ... 591
Tabel 4.70 Penelusuran Lulusan SMK Negeri 1 Bandung ... 591
Tabel 4.71 Penelusuran Lulusan SMK Negeri 3 ... 593
Tabel 4.72 Data Penelusuran Lulusan SMK Negeri 3 ... 593
Tabel 4.73 Penelusuran Lulusan SMK Negeri 9 ... 596
Tabel 4.74 Penelusuran Lulusan SMK SMIP YPPT Bandung... 597
Tabel 4.75 Data Penelusuran Lulusan SMK SMIP YPPT Bandung ... 599
Tabel 4.76 Data Penelusuran Lulusan SMK SMIP YPPT Bandung ... 599
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Observasi
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Lampiran 3 Penelusuran Tamatan SMK Lampiran 4 Foto-Foto
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbagai tuntutan dari semua pihak pada peningkatan mutu dan relevansi pendidikan yang semakin tinggi dengan adanya persaingan bebas, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan dunia usaha/industri yang semakin mengglobal. Dalam hal ini diharapkan lembaga-lembaga pendidikan khususnya SMK serta dunia usaha atau industri bekerja sama dalam menerapkan prinsip link
and match, atas dasar kesadaran bahwa pada hakikatnya sekolah dari masyarakat
dan untuk masyarakat. Salah satu jenis sekolah atau lembaga pendidikan menengah yang dapat diharapkan memenuhi kebutuhan tenaga kerja tingkat menengah adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenis pendidikan menengah di Indonesia, penyelenggaraannya dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan siswa memasuki lapangan kerja atau melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan berikutnya yang sifatnya spesifik. Kondisi dan perkembangan lapangan kerja dan lembaga kelanjutan studi siswanya, menjadi acuan operasional penyelenggaraan pendidikan kejuruan. Orientasi lapangan kerja khususnya, mengarahkan proses pendidikan di SMK cenderung lebih banyak memberikan proses belajar mengajar praktikum, untuk membentuk sikap, kemampuan dan keterampilan kerja bagi siswanya, sesuai dengan kebutuhan kemampuan keterampilan tenaga kerja di lapangan.
masih banyak tertinggal dengan kemajuan teknologi di industri. Dari beberapa elemen pendidikan, secara terus-menerus harus dikembangkan dan diperbaiki, agar ketertinggalan itu bisa diperkecil.
Fokus pengembangan pendidikan di SMK diharapkan mampu mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan aplikasi dari pada pengetahuan dan keterampilan yang mengacu pada industri atau dalam lingkup pekerjaan atau tingkatan industri berdasarkan pada standar penilaian yang dibutuhkan, yang berlandaskan pada keahlian, pengetahuan dan perilaku yang diinginkan dari seorang karyawan di tempat kerja, sedangkan kemampuan tersebut adalah kemampuan untuk mentransfer, menerapkan pengetahuan dan keterampilan pada lingkungan yang baru.
Namun dalam perkembangan selanjutnya pendidikan kejuruan belum mampu memenuhi harapan tersebut dikarenakan kemajuan dunia kerja selalu berjalan cepat, sementara pendidikan hanya mampu mengikuti, belum mampu mengimbangi kemajuan dunia kerja. Ketidaksamaan langkah tersebut merupakan hal klasik yang selalu tampil ke permukaan saat evaluasi dilaksanakan. Pembangunan pendidikan yang telah dilakukan seharusnya membawa dampak
multiplier terhadap kualitas SDM dan kondisi ketenagakerjaan di Indonesia.
menunjukkan telah terjadinya mismatch dalam pasar kerja (BPS, 2008: 62) Sementara di Jawa Barat terdapat 38,490 tenaga kerja terdaftar (pencari kerja), sementara jumlah lowongan kerja terdaftar hanya sebanyak 22,208 lowongan. Dari jumlah tersebut hanya sebesar 17,106 penempatan kerja.
Pada tahun 2010, angka pengangguran diperkirakan mencapai 10% dari angkatan kerja yang ada. Tingkat pengangguran terjadi pada semua level pendidikan, misalnya pada pengangguran berpendidikan tinggi, baik diploma maupun sarjana, selama periode 2004-2009 bertambah 529.662 jiwa, yaitu dari 585.358 jiwa pada tahun 2004 menjadi 1.115.020 jiwa pada tahun 2009. Rata-rata per tahun pengangguran berpendidikan tinggi bertambah hampir 106.000 jiwa, sebanyak 23,80 persen pada tahun 2008 dan menjadi 26,74 persen pada tahun 2009.
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). SKKNI diterbitkan dari masukan berbagai industri di Indonesia tentang kebutuhan kompetensi tenaga kerja sesuai dengan bidang kebutuhan di industri.
Berdasarkan peraturan presiden Nomor 8 Tahun 2012 pasal 8 disebutkan bahwa penerapan KKNI sebagi acuan pembelajaran melalui pendidikan formal, non formal dan informal oleh menteeri yang menangani urusan pemerintahan di bidang pendidikan. Untuk jenjang SMK berdasarkan peraturan tersebut termasuk pada kualifikasi II yang harus mampu memiliki kualifikasi sebagai berikut:
- Mampu melaksanakan satu tugas spesifik, dengan menggunakan alat, dan informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan, serta menunjukkan kinerja dengan mutu yang terukur, di bawah pengawasan langsung atasannya - Memiliki pengetahuan operasional dasar dan pengetahuan faktual bidang
kerja yang spesifik, sehingga mampu memilih pemecahan yang tersedia terhadap masalah yang lazim timbul.
- Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab membimbing orang lain.
sekolah menengah kejuruan pada masa yang akan datang dapat diproyeksikan merupakan pendidikan yang unggul dan sangat dibutuhkan. Dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi kegiatan belajar mengajar diharapkan mampu menghasilkan teknisi menengah dan sarjana sain terapan yang memiliki keunggulan bidang IPTEK, mandiri, dan inovatif serta berwawasan entrepreneurship yang tinggi, sehingga mampu bersaing dalam berbagai lapangan kerja dan usaha serta mampu mengembangkan diri sendiri selaras dengan perkembangan IPTEK.
Selain potensi fisik dan material potensi lain perlu dikembangkan oleh lembaga pendidikan dalam mencapai tujuan. Pengembangan tersebut adalah suatu upaya optimalisasi segala sumber-sumber yang dimiliki oleh lembaga pendidikan. Pengembangan tersebut diharapkan dapat mendukung setiap upaya lembaga dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan. Pemanfaatan fasilitas tersebut meliputi pemanfaatan fasilitas fisik, investasi alat, siswa dan manajemen, terutama dalam pengembangan profesionalitas yang dapat dilakukan manakala lembaga bekerjasama dengan industri atau dunia usaha. Untuk mendukung program tersebut dalam meningkatkan kualitas pendidikan diperlukan tenaga pendidik (guru) yang memiliki kemampuan dan ketrampilan. Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh tenaga pendidik bidang akademis dan profesional dalam bidangnya.
pendidikan. Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor terpenting yang mempengaruhi adalah mutu proses pembelajaran yang belum mampu menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas.
Selain itu, kurikulum sekolah yang terstruktur dan sarat dengan beban menjadikan proses belajar menjadi kaku dan tidak menarik. Pelaksanaan pendidikan seperti ini tidak mampu memupuk kreativitas siswa untuk belajar secara efektif. Sistem yang berlaku pada saat sekarang ini juga tidak mampu membawa guru untuk melakukan pembelajaran serta pengelolaan belajar menjadi lebih inovatif. Akibat dari pelaksanaan pendidikan tersebut adalah menjadi sekolah cenderung kurang fleksibel, dan tidak mudah berubah seiring dengan perubahan waktu dan masyarakat.
kelemahan. Dalam konsep relevansi, sebuah program pendidikan dianggap relevan jika sesuai dengan kebutuhan pengguna. Kesesuaian ini kemudian ditetapkan sebagai sebuah ukuran kuantitatif yang tetap (Ibrahim, 2009).
Indikator relevansi adalah kesepadanan dan kesetaraan antara pendidikan dan permintaan pasar, berarti bahwa kesesuaian antara permintaan pasar dengan apa yang diselenggarakan oleh pendidikan pada lembaga pendidikan formal yang mencakup pemberian kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan oleh lulusan, sehingga kemampuan tersebut dapat digunakan dalam bekerja. Kesetaraan pendidikan menunjukkan tingkat penguasaan kemampuan tersebut sesuai dengan tingkat penguasaan yang diminta untuk melaksanakan pekerjaan.
Dalam relevansi terdapat dua indikator efisiensi yang menjadi pertimbangan dalam pendidikan, yaitu efisiensi internal dan efisiensi eksternal. Efisiensi internal merupakan kemampuan lembaga dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada untuk menghasilkan output yang optimal yang ditunjukkan dengan rendahnya tingkat putus sekolah dan angka mengulang kelas.
Sementara efisiensi eksternal menunjukkan tingkat kemanfaatan hasil pendidikan dalam pasar kerja. Indikator utama yang biasa digunakan dalam mengidentifikasi derajat efisiensi eksternal ini adalah tingkat keterserapan keluaran lembaga pendidikan oleh pasar kerja, sehingga efisiensi eksternal berkaitan erat dengan relevansi dan kualitas pendidikan.
kondisi daerah tersebut; (2) penjurusan berdasarkan potensi individu siswa; (3) jenis keahlian/rumpun kejuruan pada SMK; (4) persentase SMK yang melaksanakan pendidikan sistem ganda (PSG) serta jumlah siswa yang terlibat; (5) jumlah lulusan yang dapat diserap di sektor ekonomi dan persentase jumlah lulusan yang menganggur dan(6) pasar kerja unggulan yang diminati oleh lulusan.
B. Fokus Penelitian
Perkembangan globalisasi saat ini secara signifikan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, khususnya perkembangan pada bidang manajemen pendidikan, baik yang berkaitan dengan pendidikan level makro, messo maupun mikro menuntut ilmuwan, praktisi pendidikan dan lembaga pandidikan baik pada tingkatan regional, nasional bahkan internasional untuk dapat mengembangkan, mengantisipasi, tuntutan era globalisasi tersebut. Sehingga program-program pendidikan dengan segala aktivitasnya harus bernuansa kompetitif, unggul, dan dapat dikendalikan ke arah yang diinginkan dalam kegiatan pendidikan secara keseluruhan. Esensi dari pembangunan pendidikan adalah pembangunan sumber daya manusia itu sendiri. Jika kualitas sumber daya manusia Indonesia masih rendah berarti pembangunan pendidikan yang dilakukan selama ini belum memberikan solusi total terhadap permasalahan ketenaga kerjaan yang ada. Permasalahan kekurang selarasan dengan dunia kerja terkait dengan penawaran kurang sesuai dengan permintaan bukanlah masalah baru. Kesenjangan inilah yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan angka pengangguran.
yang merata dan dapat diakses oleh seluruh anak bangsa. Kedua, pendidikan yang bermutu, relevan, dan berdaya saing tinggi. Ketiga, pendidikan yang dikelola dengan atau secara good governance. Secara konseptual, tiga pilar pendidikan tersebut memang merupakan persoalan mendasar pendidikan yang harus segera dilaksanakan untuk menghadapi persaingan global.
Secara umum permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan bidang pendidikan, antara lain kurangnya pemerataan, kualitas, relevansi pendidikan, efisiensi-efektivitas, dan belum optimalnya manajemen dan kemandirian. Lima permasalahan tersebut menunjukkan bahwa penyelenggaraan berbagai bentuk dan jenis pendidikan yang ada selama ini belum seluruhnya sesuai dengan tingkat kebutuhan pasar kerja, sehingga setelah anak didik selesai mengikuti pendidikan klasikal, mereka baru mampu menguasai ilmu pengetahuan secara teori, sedangkan untuk aplikasi dalam bidang-bidang pekerjaan tertentu masih memerlukan pengalaman teknis. Oleh karena itu apabila kita berbicara tentang peningkatan kualitas pendidikan, sebenarnya bukan sekadar meningkatkan kualitas dari aspek penguasaan materi pelajaran di bangku pendidikan klasikal secara teori saja, tetapi perlu diberikan muatan-muatan lain seperti pembentukan jiwa atau sikap mental yang entrepreneurship dan praktik dengan muatan kegiatan yang mendekatkan kepada kebutuhan pasar kerja. Dengan cara demikian maka para lulusan secara seimbang akan memiliki bekal untuk memasuki pasar kerja guna memenuhi kebutuhan hidupnya lebih lanjut secara mandiri.
sarana belajar, kemampuan profesional guru dan sebagainya, sehingga sekolah mampu memenuhi kebutuhan dunia usaha atau dunia industri. Dewasa ini tidak sedikit lulusan sekolah, bahkan lulusan perguruan tinggi yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Masalah ini disebabkan terbatasnya lapangan kerja dan juga karena kualitas dan relevansi lulusan sekolah yang masih rendah. Lulusan sekolah kejuruan cukup banyak yang jadi pengangguran, terutama mereka yang tidak berprestasi dan tidak mampu sosial ekonominya untuk meneruskan studi ke perguruan tinggi. Akibat rendahnya kualitas prestasi belajar lulusan sekolah, mereka mengalami kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan pada instansi pemerintah dan dunia usaha/industri. Sehubungan dengan masalah itu, John Oxenham (1984) secara tegas mengatakan bahwa apabila lulusan suatu sekolah tidak dapat dipekerjakan atau memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan jenis dan tingkat pendidikan yang dimilikinya, sekolah atau guru-guru dianggap tidak berhasil dengan tugasnya. Hal ini berarti sekolah dianggap tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat atau dunia kerja. Hal inilah yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaiamana relevansi program SMK khususnya penyelenggaraan Praktek Kerja Industri (Prakerin) dengan kebutuhan dunia kerja di Kota Bandung.
C. Rumusan Masalah Penelitian
1. Bagaimana profil SMK dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian dengan kebutuhan dunia kerja ?
2. Bagaimanakah perencanaan program prakerin dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian yang diterapkan oleh SMK disusun agar relevan dengan kebutuhan dunia kerja?
a. Apakah perencanaan Program prakerin dalam mendukung pencapaian komptetensi keahlian yang diterapkan oleh SMK disusun agar relevan dengan kebutuhan dunia kerja?
b. Bagaimana perencanaan program prakerin dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian yang diterapkan oleh SMK disusun dan ditetapkan agar relevan dengan kebutuhan dunia kerja?
3. Bagaimanakah implementasi program prakerin dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian yang diterapkan oleh SMK agar relevan dengan kebutuhan dunia kerja?
a. Bagaimana implementasi program prakerin dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian yang diterapkan oleh SMK agar relevan dengan kebutuhan dunia kerja?
b. Apakah ada dukungan kebijakan implementasi program prakerin dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian yang diterapkan oleh SMK agar relevan dengan kebutuhan dunia kerja?
4. Bagaimanakah manfaat program prakerin dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian yang diterapkan oleh SMK agar Relevan dengan kebutuhan dunia kerja?
5. Bagaimanakah evaluasi terhadap program prakerin dilakukan dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian yang diterapkan oleh SMK agar relevan dalam memenuhi kebutuhan dunia kerja?
a. Bagaimana pelaksanaan evaluasi program prakerin dalam mendukung pencapaian komptensi keahlian yang diterapkan oleh SMK agar relevan dalam memenuhi kebutuhan dunia kerja?
b. Bagaimana tindak lanjut evaluasi program prakerin dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian yang diterapkan oleh SMK agar relevan dalam memenuhi kebutuhan dunia kerja?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah melakukan evaluasi program pengembangan dan implementasinya serta dampak dari program pengembangan terhadap peningkatan mutu dan relevansi pendidikan yang dilaksanakan oleh SMK sehingga dapat memenuhi harapan dan tuntutan stakeholder khususnya dunia industri dan jasa yang sebagai pengguna lulusan SMK yang secara spesifik tujuan tersebut adalah sebagai berikut :
2. Mengetahui gambaran perencanaan program prakerin dalam mendukung kompetensi keahlian yang diterapkan oleh sekolah menengah kejuruan (SMK) dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan relevansi kebutuhan dunia kerja.
3. Mengetahui gambaran bagaimana implementasi program prakerin dalam mendukung kompetensi keahlian yang diterapkan oleh SMK agar relevan dalam pengembangan pendidikan dan memenuhi kebutuhan dunia kerja. 4. Mengetahui gambaran manfaat program prakerin dalam mendukung
kompetensi keahlian bagi Sekolah, bagi siswa, dan bagi dunia kerja, dengan diterapkannya program prakerin oleh SMK terhadap kebutuhan dunia kerja, 5. Mengetahui gambaran pelaksanaan evaluasi dan tindak lanjut program
prakerin kompetensi keahlian yang diterapkan oleh SMK terhadap pengembangan mutu pendidikan dan relevansi kebutuhan dunia kerja.lulusan.
E. Manfaat Penelitian
F. Sistematika Penulisan Organisasi Disertasi
Bab I pendahuluan. Membahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan juga sistematika penulisan disertasi.
Bab II kajian pustaka. Pada bab II ini dibahasa mengenai beberapa konsep dan teori mengenai SMK dan pengelolaan Prakerin Pada berbagai SMK. Serta dibahas juga mengenai penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini.dibahas juga kerangka fikir penelitian dan juga premis penelitian.
Bab III metode penelitian. Pada Bab III ini dibahas pendekatan penelitian, definisi istilah, objek penelitian, teknik penelitian, keabsahan data dan analisis data.
Bab IV hasil penelitian dan pembahasan. Bab IV ini diuraikan dua hal utama yaitu pertama hasil penelitian. Hasil penelitian merupakan temuan-temuan yang disesuaikan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Kedua juga diuraikan mengenai pembahasan hasil penelitian, yang mencakup pembahasan temuan-temuan dari penelitian.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan relevansi program SMK dengan kebutuhan lapangan kerja dengan menggunakan rnetode kualitatif. Dalam dunia pendidikan penelitian kualitatif sering disebut sebagai penelitian naturalistik karena peneliti sering menempatkan dirinya pada tempat kejadian alami. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Kirk dan Miller (1986:9) "Qualitative
research is a particular tradition in a social science than fundamentally depends
on watching people in their own territory and interacting with them in language,
on their own terms" Hal ini sesuai dengan ciri penelifian kualitatif
of data and the researcher is the key instrument; 2) concerned with process rather
than simply with outcomes or products; 3) Tend to analyze their data inductively;
4) “meaning of essential to the qualitative approach”.
Garnbaran dari karakteristik penelitian kualitatif yang diberikan oleh pendapat-pendapat di atas tersebut sesuai dengan maksud penelitian ini, karena fokus penelitian ini adalah situasi sosial yang tidak hanya rnenunjuk pada perilaku (budaya) dari orang-orang yang tergabung dalarn unit produksi secara keseluruhan, melainkan juga ternpat dan adanya suatu kegiatan. Tempat yang dimaksud adalah lokasi di mana dilakukan kegiatan produksi. Sedangkan kegiatan yang dimaksud adalah apa yang dilakukan orang. Dalam hal ini kegiatan dalam unit produksi ditekankan pada aspek manajernen.
B. Definisi Istilah
1. Relevansi
Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia relevansi diartikan sebagai hubungan atau kaitan. Yang dimaksud relevansi dalam penelitian ini adalah hubungan atau keterkaitan antara program SMK dengan lapangan kerja khususnya kebutuhan dunia usaha dan dunia industri
2. Program SMK
pendidikan pada jenjang menengah. Rupert Evans (1978) mendefinisikan bahwa pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistim pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu berkerja pada suatu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang bidang perkerjaan lainnya. Jadi yang dimaksud dengan Program SMK dalam penelitian ini adalah Segala rancangan kegiatan pada Sekolah Menengah Kejuruan baik negeri ataupun swasta yang berada di lingkungan kota Bandung.
3. Prakerin
Kegiatan pendidikan, pelatihan dan pembelajaran yang dilaksanakan di dunia usaha atau dunia industri, yang masih relevan dengan kompetensi siswa. Jadi prakerin dalam penelitian ini adalah kegiataan pendidikan dan pelatihan serta pembelajaran yang dilaksanakan oleh SMK di Kota Bandung dengan bekerja sama dengan dunia usaha dan dunia industri.
4. Lapangan Kerja
Definisi lapangan pekerjaan menurut Sensus Penduduk 2000, adalah bidang kegiatan dari usaha/perusahaan/ instansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja. Yang dimaksud lapangan pekerjaan dalam penelitian ini adalah bidang kegiatan/usaha yang disediakan oleh DU/DI (dunia usaha dan dunia industri) yang bekerja sama dengan SMK di lingkungan Kota Bandung
C. Objek Penelitian
dari program pengembangan terhadap peningkatan mutu dan relevansi pendidikan yang dilaksanakan oleh SMK sehingga dapat memenuhi harapan dan tuntutan
stakeholder khususnya dunia industri dan jasa yang sebagai pengguna lulusan
dituntut kemandiriannya dalam berproduksi atau melayani jasa perbaikan serta mulai dikenalkan dengan lingkungan kerja yang sebenarnya.
Adapun nama SMK, program keahlian, dan responden yang dijadikan objek penelitian dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Ada beberapa alasan dipilihnya sekolah ini sebagai setting penelitian , yaitu:
A. Beberapa SMK diwilayah ini telah mendapatkan pengakuan baik akreditasi sekolah, status sebagai sekolah berstandar nasional (SSN) maupun RSBI. B. Penyelenggaraan unit produksi yang telah berjalan dan mendapatkan bantuan
dari Direktorat Pembinaan SMK Dijetmandikdasmen Depdiknas.
C. Beberapa SMK diwilayah ini merupakan SMK yang memiliki fasilitas pabrik seperti di SMK Negeri 3 Jln. Solontongan Bandung, SMK Negeri 1 Jalan. Wastukencana Bandung, SMK Negeri 9 Jln. Sukarno Hatta Bandung, serta beberapa BLPT baik di Bandung maupun yang telah mengintegrasikan Unit Produksinya pada program pendidikan.
D. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen adalah alat pengumpul data, yang menjadi instrumen dalam penelitian adalah peneliti sendiri. Karena peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian sehingga
terjun ke lapangan. Yang dimaksudkan validasi pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya (Sugiyono,2007:59).
instrument, peneliti berfungsi menetapkan fokus penelitian, memillih responden sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan hasil penelitian.
Menurut Lincoln dan Kuba (1985) mengidentifikasi karakteristik yang menyebabkan peneliti menjadi pilihan instrumen dalam penelitian naluralistik. Peneliti responsif terhadap petunjuk-petunjuk lingkungan, dan mampu berinteraksi dengan lingkungan, memiliki kemampuan untuk memahami situasi secara menyeluruh, mampu mengolah data secepat mungkin tersedia, dan mampu memberikan feed back dan verifikasi data serta mampu menggali respon umum yang tak biasa.
Penelitian kualitatif kedudukan peneliti sangat kompleks. Selain sebagai perencana juga sebagai pengumpul data, penafsir data, dan pada akhirnya juga berperan sebagai pelopor hasil penelitian itu sendiri. Dalam penelitian kualitatif, kedudukan peneliti dalam pengumpulan data memiliki peran yang strategis.
E. Proses Pengumpulan Data
Salah satu yang menjadi ciri khas dalam penelitian kualitatif menurut Nasution (1992: 92) adalah bahwa yang berperan sebagai alat penelitian utamanya adalah peneliti sendiri. Hal serupa juga dikemukakan Bogdan dan Biklen (1992: 29) "Qualitative research has natural setting as the direct source of data and
researcher is the key of instrument” dengan kata lain digunakannya manusia sebagai alat penelitian utama karena dalam penelitian naturalistik mengutamakan pengamatan situasi yang wajar (kejadian apa adanya), untuk itu diperlukan kemampuan beradaptasi yang tinggi, yaitu sikap senantiasa menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian itu. Dengan jenis data demikian, maka setiap data ini harus di cek kebenarannya. Untuk keperluan itu dalam hal ini manusialah yang dianggap sebagai alat yang serasi (Nasution, 1992: 55). Selain itu ditegaskan pula bahwa hanya manusia sajalah yang dapat berhubungan dengan responden dan mampu memahami makna interaksi antar manusia, membaca gerak muka, menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan responden. Untuk memperoleh data deskriptif dalarn penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan tiga teknik, yaitu pengarnatan partisipan (participant observation), wawancara dan dokumentasi (Moleong, 1994: 112). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Pengamatan partisipan
Melalui pengamatan partisipan, peneliti dengan sengaja mempertajam dan memusatkan perhatiannya terhadap hal-hal yang ada di lapangan. Pengarnatan dalam penelitian ini dilakukan secara terbuka atau terus terang. Pelaksanaannya dilakukan dengan cara mendatangi responden (berada dalam lapangan penelitian), jadi ada pertemuan dan terjadi suatu interaksi. Dengan menggunakan pendekatan interaktif, antara peneliti dan responden tidak merasa sebagai orang asing. Kehadiran peneliti tidak akan mengganggu situasi yang dijadikan obyek penelitian, sebab kehadiran peneliti tidak dicurigai oleh responden. Peneliti menggunakan partisipasi pasif untuk memperoleh data yang diperlukan. Pada tingkat partisipasi ini kedatangan peneliti ke obyek-obyek yang diamati berada pada posisi sebagai pendidik dari tempat lain yang ingin melihat Lebih dekat, lebih mendalam bagaimana kegiatan yang dilakukan di unit produksi sekolah tersebut. Di sela-sela pengamatan, peneliti secara spontan dapat melangsungkan wawancara atas kegiatan atau situasi yang sedang berlangsung, sehingga data yang diperoleh semangkin lengkap. Dengan demikian dari partisipasi pasif peneliti dapat beralih menjadi lebih aktif. Posisi peneliti yang demikian termasuk sebagai orang luar, dengan demikian peneliti dapat mengamati sikap yang lebih obyektif. Selain pengamatan yang dilakukan secara terus terang, peneliti juga melakukan pengamatan secara tersamar.
dengan maksud agar suatu kegiatan yang berlangsung tidak akan terpengaruh oleh kehadiran peneliti. Pengamatan ini, seolah-olah hanya dilakukan sambil lalu, misalnya situasi pada taraf awal, situasi sekolah secara keseluruhan. Dalam pengambilan data, peneliti dibekali dengan seperangkat acuan instrumen
Preleminary survey dan instrumen pedoman wawancara (data terlampir pada
lampiran 1 dan lampiran 2) tentang hal-hal yang akan diamati yang akan membimbing dalam melakukan pengamatan. Selain itu hasil pengamatan ditulis dalam buku dalam bentuk catatan. Melalui catatan inilah peneliti menuangkan hasil pengamatannya. Catatan ini kemudian dirubah menjadi catatan lengkap (disebut catatan lapangan), setelah peneliti tiba di rumah (Moleong: 1994). Selain catatan, peneliti juga menggunakan alat perekam situasi (berupa Recorder) yang diperlukan untuk memperoleh tingkat kebenaran data.
2. Wawancara
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini bersifat terbuka dan pada taraf awal akan bersifat tak berstruktur, tujuannya untuk memperoleh keterangan yang terinci dan mendalam mengenai pandangan responden. Dengan wawancara tak berstruktur, peneliti bisa mengajukan pertanyaan secara lebih bebas, leluasa, Iuwes tanpa terikat oleh susunan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya sehingga pembicaraan tidak menjemukan kedua belah pihak. Sedangkan dengan wawancara yang dilakukan secara terbuka atau berterus terang, pihak yang diajak vwawancara akan mengetahui untuk keperluan apa dari informasi yang diberikan.
Pertanyaan yang diajukan dalam wawancara didasarkan atas perkembangan wawancara secara wajar, artinya wawancara didasarkan atas ucapan dan buah pikiran yang dicetuskan oleh responden yang diwawancarai (bersifat emic). Peneliti tidak dapat meramalkan ke arah mana pembicaraan itu berkembang. Perkembangan pembicaraan yang didasarkan atas pertanyaan pada tingkat awal, bergantung dari tanggapan responden. Pembicaraan dalam wawancara itu berangsur-angsur akan mengarah menjadi lebih berstruktur. Perubahan ini terjadi karena adanya sejumlah informasi (emic) yang telah diperoleh pada wawancara taraf awal. Dari informasi emic dijadikan bahan untuk merumuskan pertanyaan yang lebih berstruktur, namun demikian tetap diharapkan diperoleh informasi yang bersifat emic.
untuk tujuan menangkap data verbal secermat mungkin, selain itu karena didasari bahwa tidak memungkinkan bagi peneliti untuk mencatat langsung semua hasil wawancara dengan responden di lapangan. Sedangkan data non-verbal dapat direkarn dengan menggunakan catatan lapangan (Nasution, 1992: 69).
Pelaksanaan wawancara dilakukan dengan cara berikut ini, wawancara diawali dari seorang responden, kemudian dapat dilanjutkan lagi sesuai dengan yang ditunjuk oleh responden sebelumnya demikian seterusnya sampai diperoleh sernua informasi yang dianggap memadai dan akurat untuk pengambilan data penelitian tersebut Informasi dari responden tentang data yang diperlukan dilakukan sampai pada taraf ketuntasan atau kejenuhan (redudancy), artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru.
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan secara bebas supaya mendapatkan data yang luas dan mendalam. Pelaksanaan wawancara dilakukan dengan cara berikut ini: Wawancara diawali dengan responden kepala sekolah kemudian dapat dilanjutkan lagi sesuai dengan kondisi kesediaan waktu responden. Pelaksanaan wawancara dibuat bervariasi dan disesuaikan dengan situasi yang ada. Wawancara dalam penelitian ini dengan responden Kepala Sekolah, Waka. Hubin, Waka. Kurikulum, Ka. Prodi, Guru Pembimbing, Siswa dan Dudi. Sehingga menjaga hubungan baik antara pewawancara dan yang diwawancarai.
pada 11 SMK di Kota Bandung yang meliputi 6 SMK Negeri dan 5 SMK Swasta selama satu tahun lebih mulai dari bulan September 2010-November 2012. Pedoman wawancara ini dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 546-568.
3. Dokumentasi
Bentuk data lain yang diperlukan oleh peneliti adalah dokumentasi. Pemanfaatan bahan dokumentasi dalarn penelitian ini diperlukan, karena banyak pengetahuan yang dapat diserap melalui dokumen bila dianalisis dengan cermat. Menurut Sanafiah (1990: 81) ada dua jenis sumber-sumber informasi non-manusia, yaitu dokumen dan rekaman atau catatan. Demikian pula menurut Lincoln dan Guba (Sanafiah, 1990: 81) memilah menjadi dokumen resmi, dokumen pribadi dan foto-foto. Meskipun kedua istilah tersebut berbeda, namun memiliki rnaksud yang serupa. Yang termasuk catatan adalah semua ienis pernyataan tertulis yang disiapkan oleh atau untuk seseorang atau untuk lernbaga yang mempunyai nilai pertanggungjawaban resmi atau publisitas resmi. Sedangkan yang termasuk ke dalarn dokumen adalah semua jenis rekaman atau catatan sekunder lainnya termasuk dokumen foto-foto (terlampir pada lampiran 4 halaman 599-602).
industri, daftar Mata Pelajaran, siswa, ikhtisar program praktik , daftar peralatan di Unit Produksi, struktur organisasi dan out-line pembagian kerja dalam struktur organisasi unit produksi SMK.
Sebagaimana yang menjadi salah satu ciri penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (1992: 30) adalah bahwa data yang diperoleh adalah berupa data deskriptif yang berwujud kata-kata atau gambar. Data-data yang diperoleh melalui hasil wawancara, pengamatan dan dokumentasi ini ditulis dalarn bentuk kata-kata untuk dijadikan sebagai catatan lapangan (Bogdan dan Biklen, 1992: 107). Dengan demikian catatan lapangan merupakan catatan tertulis yang berisi tentang sesuatu yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan oleh peneliti selarna proses pengumpulan data dilakukan. Isi dari catatan lapangan memuat dua hal yang berbeda. Pertama, bersifat deskriptif, yaitu catatan yang berisi uraian yang berkaitan dengan hal-hal yang teramati menurut apa yang terlihat, terdengar melalui indra rnanusia. Kedua, bersifat reflektif, yaitu catatan yang berisi uraian yang berkaitan dengan kesan, pendapat, ide, keragu-raguan atau hal-hal lain yang terlintas dalam pemikiran peneliti.
F. Keabsahan Data Penelitian
dan kriteria konfirmobilitas (confirmability). Berikut ini akan diuraikan masing masing kriteria tersebut:
1. Kriteria kredibilitas (credibility)
Pengertian kredibilitas dalam penelitian naturalistik menunjuk pada kesesuaian konsep antara peneliti dengan partisipan. Dengan kata lain bahwa kredibilitas berkenaan dengan kebenaran data yang diperoleh. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh kriteria kebenaran dilakukan dengan memperpanjang masa observasi, triangulasi, mengadakan member check. Perpanjangan masa observasi akan memungkinkan meningkatkan criteria kebenaran data yang diperoleh. Dalam hal ini ketidak benaran informasi data baik yang berasal dari diri sendiri maupun responden dapat diuji. Selain itu akan meningkatkan kepercayaan responden terhadap diri peneliti, sehingga akan memperkecil kemungkinan perolehan data yang salah.
Dalam penelitian ini, perpanjangan proses observasi dilakukan setelah proses survei selesai dilakukan. Pelaksanaannya dilakukan dalam beberapa kali mengadakan kontak dengan responden. Melalui perpanjangan masa observasi dimaksudkan untuk mengecek data yang telah diperoleh sebelumnya untuk merigantisipasi kemungkinan terjadinya perubahan data di lapangan. Selanjutnya dilakukan validasi dalam upaya mengoreksi kesimpulan yang mungkin keliru.
trianggulasi akan terlihat hubungan antara berbagai data dengan lebih tajam, sehingga dapat mencegah kesalahan dalam analisis data. Selain itu akan mencegah masuknya unsur subyektivitas dalam penelitian (Nasution, 1992: 116). Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan terhadap sumber maupun metode.
Member check merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
caranya dilakukan dengan membuat kesimpulan tehadap pembicaraan dalam bentuk garis besar yang dilakukan di akhir wawancara. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki informasi yang diberikan oleh responden bila kemungkinan dalam wawancara yang dilakukan terjadi suatu kekeliruan, sehingga dengan segera responden dapat memperbaikinya. Dengan demikian tujuan member check adalah agar informasi yang diperoleh dan digunakan dalam laporan sesuai dengan yang dimaksud oleh informan (Nasution, 1992: 118).
2. Kriteria Transferabilitas (transferability)
Kriteria keteralihan yang dimaksud berkaitan dengan keberlakuan hasil penelitian bagi situasi lain. Dengan kata lain menyangkut tingkat keterterapan hasil penelitian untuk diberlakukan pada situasi lain. Upaya yang dilakukan oleh peneliti untuk memenuhi kriteria ini dilakukan dengan menguraikan data secara rinci, jelas dan secermat mungkin agar tidak menirnbulkan makna yang berbeda. 3. Kriteria Dependabilitas (dependability)
Audit trail merupakan suatu cara pemeriksaan data hasil penelitian oleh orang
yang ahli. Proses ini dilakukan oleh peneliti kepada pembimbing penelitian selarna pelaksanaan penelitian berlangsung. Dalam pelaksanaannya dilakukan konsultasi mulai dari langkah awal pengambilan data di lapangan sarnpai pada hasil penelitian baik yang berupa data mentah maupun data hasil analisis untuk diperiksa kemudian dikonfirmasi oleh pembimbing, bila ternyata memang data tersebut benar. Melalui cara ini kebenaran hasil penelitian dapat dijamin.
4. Kriteria konfirmabilitas (conflmability)
G. Analisis Data
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
1. Secara umum profil SMK dikota Bandung yang meliputi sumber daya baik material ataupun non material telah mendukung pencapaian kompetensi keahlian. Dalam penelitian ini dibagi kedalam dua bagian berdasarkan statusnya yaitu SMK Negeri dan SMK Swasta. SMK yang berstatus Negeri terdiri dari SMKN 1 Bandung Program Keahlian Bisnis dan Manajemen, SMKN 3 Bandung Program Keahlian Bisnis dan manajemen, SMKN 11 Bandung Program Keahlian Bisnis Manajemen, SMK Negeri 3 Bandung program keahlian Uasaha Perjalanan Wisata, SMK Negeri 9 Bandung program keahlian Usaha Perjalanan Wisata Dn SMK Negeri 1 Bandung program keahlian Usaha Perjalan Wisata sedangkan SMK yang berstatus swasta di bawah yayasan adalah SMK Pasundan 1 Bandung Program Keahlian Bisnis Manajemen, SMK Bina Warga Program keahlian Bisnis Manajemen, SMK Kencana Program keahlian Bisnis Manajemen, SMK Sandhy Putra program keahlian Usaha Perjalanan Wisata, dan SMK YPPT Program keahlian Usaha Perjalanan Wisata. 2. Perencanaan program prakerin dalam mendukung pencapaian kompetensi
stakeholder hal ini seperti terjadi di SMKN 1 Bandung Program Keahlian
Bisnis dan Manajemen, SMKN 3 Bandung Program Keahlian Bisnis dan manajemen, SMKN 11 Bandung Program Keahlian Bisnis Manajemen, SMK Bina Warga Program keahlian Bisnis Manajemen, SMK Kencana Program keahlian Bisnis Manajemen, SMK Negeri 3 Bandung program keahlian Uasaha Perjalanan Wisata, SMK Negeri 9 Bandung program keahlian Usaha Perjalanan Wisata dan SMK Sandhy Putra program keahlian Usaha Perjalanan Wisata. Sedangkan SMK Pasundan 1 Bandung Program Keahlian Bisnis Manajemen dan SMK Negeri 1 Bandung program keahlian Usaha Perjalan Wisata menggunakan sistem workshop dalam proses perencanaannya. Pada SMK YPPT Program keahlian Usaha Perjalanan Wisata proses perencanaannya sudah ditentukan oleh sekolah dan DU/DI hanya mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan oleh sekolah. Dalam proses perencanaan prakerin ini umumnya menetapkan MOU antara sekolah dan DU/DI sebagai dasar kerjasama yang akan dilakukan.
3. Implementasi program prakerin dalam mendukung pencapaian kompetensi
SMK yang berstatus Negeri cenderung tidak hanya di dalam kota Bandung saja, tetapi sudah di luar Kota Bandung dan yang swasta masih terpaku di sekitar Kota Bandung.
4. Manfaat atau pengaruh program prakerin dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian yang diterapkan oleh 11 SMK Negeri dan Swasta di Kota Bandung agar Relevan dengan kebutuhan dunia kerja secara umum telah memberikan dampak pada sekolah, siswa dan dunia usaha dan industri. Tiga hal diantaranya: Pertama manfaat bagi lembaga khususnya SMK diantaranya: 1) Dengan prakerin SMK merasa terbantu sebagai tempat pengembang kompetensi siswa; 2) Program prakerin sangat dibutuhkan sebagai alat bantu mengembangkan kurikulum; 3) dapat menyiapkan tenaga kerja siap pakai sesuai kompetensi keahlian; 4) adanya kerja sama yang lebih baik lagi; 5) Sebagai pengembang SDM.
Kedua bagi siswa diantaranya: 1) Mendapatkan pengetahuan wawasan dan
4) dapat memperoleh keuntungan secara financial; 5) dapat mengembangkan kerjasama yang lebih baik.
5. Evaluasi program prakerin dalam mendukung pencapaian kompetensi keahlian yang diterapkan oleh 11 SMK Negeri dan Swasta di Kota Bandung agar relevan dalam memenuhi kebutuhan dunia kerja dilakukan secara bersama-sama antara sekolah dan juga DU/DI. Model evaluasi prakerin yang dilakukan dengan menggunakan sistem jurnal. Tindak lanjut dari evaluasi prakerin untuk internal sekolah adalah dengan melakukan pengembangan kurikulum disesuaikan dengan temuan dari hasil evaluasi. Tindak lanjut untuk DU/DI salah satunya yaitu lulusan SMK yang pernah magang terkadang setelah lulus langsung bekerja di lembaganya.
B. Rekomendasi
Berdasarkan permasalahan, tujuan, temuan dan hasil penelitian, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi berikut ini:
1. Bagi Dinas Pendidikan Kota Bandung
Dinas Pendidikan khususnya di lingkungan Kota Bandung dalam menyusun kebijakan mengenai SMK harusnya diarahkan pada hal-hal berikut: 1) Dinas Pendidikan Kota Bandung memfasilitasi SMK dalam melaksanakan prakerin, melalui penyediaan data DU/DI yang berpotensi untuk dijadikan tempat pelaksanaan prakerin oleh siswa SMK; 2) Dinas Pendidikan diharapkan memiliki
data base mengenai pelaksanaan prakerin dari masing-masing SMK, sehingga
tingkat relevansi kompetensi keahlian dari masing-masing SMK dengan tempat pelaksanaan prakerin. 3) Dinas Pendidikan memfasilitasi kerjasama antara SMK, DU/DI dan Dinas Pendidikan dalam hal pelaksanaan prakerin, sehingga pelaksanaan prakerin dapat efektif dan juga mendorong lulusan SMK untuk dapat langsung bekerja di DU/DI tersebut; 4) Dinas Pendidkan memfasilitasi SMK untuk mendapatkan ISO, sehingga pelaksanaan prakerin dapat sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan.
2. Bagi SMK di Lingkungan Kota Bandung
3. Bagi DU/DI
Dunia usaha dan dunia industri salah satu komponen yang sangat penting bagi SMK, oleh karena itu DU/DI disarankan untuk melakukan berbagai hal sebagai berikut; 1) DU/DI harus merasa memiliki kewajiban kepada SMK untuk membantu peningkatan kualitas prakerin. Hal ini didasarkan pada kebutuhan dasar dari DU/DI mengenai sumber daya manusia yang nantinya akan masuk ke dalam sistem DU/DI dan pada akhirnya akan memberikan keuntungan; 2) Setiap DU/DI harus memiliki struktur khusus dalam melayani kerjasama dengan SMK, sehingga dalam pelaksanaan kerjasamanya akan terpokus dan diarahkan oleh struktur tersebut. Hal ini dapat di bawah naungan bagian HRD (Human Resources
Management) berbentuk divisi ataupun bagian; 3) Mengoptimalkan dana CSR.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhak, I. dan Sanjaya, W. (1995). Media Pendidikan (Suatu Pengantar). Bandung : Pusat Pelayanan dan Pengembangan Media Pendidikan IKIP Bandung.
Arsyad, A. (2004). Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Blank, W.E. (1982). Handbook For Developing Competency Based Training
Programs. New Jersey : Prentice-Hall, Inc.
Kualitatif (terjemahan Arif Furhan). Needham Heights: John Willey &
Sons.
Bogdan, Robert. and Bilken, SK. (1982). Qualitative research for education : an
introduction to theory and methods, Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Boyatzis, R, (2000) What if learning were the purpose of education; Developing
the whole person and emotional intelegentce. Leading edge, Jurnal of the
London Leadership Centre, vol. 4, no 2 pp.116-31
BPS. (2008). Statistik Indonesia 2008. Jakarta: Biro Pusat Statistik.
Byram & Wenrich (1956). Vocational Education and Practical Arts in the Community School. Macmillan Company.
Calhoun, C.C. dan Finch, A.V. (1982). Vocational Education : Concept and
Operations. California : Wads Worth Publishing Company.
Colin Marsh, (2008), Becoming a Teacher: Knowledge, Skills, and Issues, 4th
Edition, Pearson Education Australia.
Curtis, T.E. dan Bidwell, W.W. (1976). Curriculum and Instruction for Emerging
Danim, Sudarwan, (2002). Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung:Pustaka Setia.
Dasuqi, A. Dadang dan Somantri, Setyo. (1994). Wawasan Dasar Pendidikan dan
Wawasan Dasar Pengelolaan Pendidikan, dalam Pengelolaan Pendidikan.
Bandung: Jurusan Adpend.
Dedi Supriyadi (2002). Sejarah Pendidkan Teknik dan Kejuruan di Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Dikdas dan Dikmenjur.
Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Kurikulum Sekolah Menengah
Kejuruan Program Keahlian Pariwisata. Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional.
Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kejuruan (2002). Sejarah Pendidikan
Teknik dan Kejuruan di Indonesia : Membangun Manusia Produktif.
Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
--- (2003). Standar Kompetensi Nasional Bidang Keahlian Pariwisata. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Djohar, A. (2003). Pengembangan Model Kurikulum Berbasis Kompetensi
Sekolah Menengah Kejuruan. Bandung : Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia.
Djojonegoro, W. (1998). Pengembangan Sumber Daya Manusia : Melalui
Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.
Engkoswara. (1987). Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud. Evarinayanti. (2002). Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency Based
Training). Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Finch, C. dan Crunkilton, J.R. (1984). Curriculum Development in Vocational and
Technical Education : Planning,Content and Implementation. Boston :
Allyn and Bacon, Inc.
Gafar, M F. (2002) Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan
abad abad ke-21 (SPTK-21), Jakarta:Depdiknas.
Guba, E.G, & Lincoln, Y.S.(1981). Effective Evaluation: Improving the
Usefulness of Evaluation Result Throught Responsive and Naturalistic Approach. San Francisco, California: Jossey_Bass Inc. Publishers.
Harold M B dan Ralph C (1956) Vocational Education and Practical Arts in the
Comunity School. New York: The Maccmilan Company.
Hasan, S.H. (1988). Evaluasi Kurikulum. Jakarta : PPLPTK.
Hazel Raid (2010) Supervision to enhance educational and vocational guidance practice: A review. International Journal for Educational and Vocational
Guidance, 10. 3.
Horridge, J., B.R. Parmenter and K.R. Pearson. (1993). ORANI-F: A General Equilibrium Model of the Australian Economy. Economic and Financial
Computing, 3: 71-140. Center of Policy Studies and Impact Project,
Monash University.
Hoy, Wayne K dan Miskel, Cecil G. (1978). Educational Administration: Theory
Research and Practice. Toronto: Random House, Inc.
Ian Cuningham dan Graham D (2004). The Handbook of Work Based Learning. Burlington: Gower Publishing Company
Ibrahim, R. dan Sukmadinata, N.S. (1996). Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Indonesia Australia Partnership for Skills Development Program. (2001).
Competency Based Training. West Java Institutional Development Project.
Jac Fitz-enz (2000) ROI of Human Capital, Measuring the Economic Value of
Employee Performance New York: Amacom
Jalal, F & Supriyadi (2001) Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi
Daerah. Yogyakarta: Adicita Karya Nusantara.
Joni, T. Raka. (2005) Resureksi Pendidikan Profesional Guru. Malang: LP3 UM-Cakrawala Indonesia.
Joyce, Bruce & Marshal Weil. (2000) Model of Teaching. Amerika A.Person Education.
Kirk, Jerome and Marc L. Miller (1985). Reliability and validity in Qualitative
Research. London : Sage Publications, Inc
Lincoln, IS. Dan Guba, EG. (1984). Naturalistic Inquiry. New Yor: Sage Publication.
Makmun, Abin, Syamsuddin (1999). Pengembangan Profesi dan Kinerja Tenaga
Kependidikan. Pedoman dan intisari Perkuliahan. PPS. IKIP. Bandung.
Miles, Matthew B dan Huberman A. Michael. (1992). Analisis Data Kualitatif
(Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta : UI Press
Moleong, L. J. (1994) “Metodologi Penelitian Kualitatif”. Edisi Revisi. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Muhadjir, Noeng, (1987). Ilmu Pendidikan dan Perubahan Social: Suatu Teori
Pendidikan. Yogyakarta: Reka Sarasih
Muliati A.M.A (2008) Evaluasi Program Pendidikan Sistem Ganda. Disertasi Pascasarjana UNJ. Tidak Diterbitkan.
Mulyasa, E. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. (2002) Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Munir, (2008). Kurikulum Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Nanang, Fattah. (2000). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: CV Adira. Nasution. (1992). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Tarsito: Bandung.
Ngalim Purwanto. (2006) Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22. Terdapat di [On line] http://www.puskur.net/index.php?menu=profile&pr0=148&iduser=5)
Ralph C. W. Dan J Willam W (1988). Administration of Vocational Education. USA: American Technical Publishers.
Rasyid, Mardi H. (1997 ) Makna Pentingnya Pendidikan Sistem Ganda untuk
Menghasilkan Tenaga Terampil, “Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Th.
III No. 010,September.
Redja Mudyahardjo. (2001) Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal tentang
Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia.
Jakarta : Raja Grafindo Perkasa.
Rifai, Moh. (1982). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Jerman. Rivai, A. (1995). Competency Based Training (Pelatihan Berdasarkan
Kompetensi). Bandung : Technical Education Development Centre.
Rudduck, J.,Chaplain, R. and Wallace. G. (1998) School Improvement. What Can
Pupils Tell Us. London: David Fulton.
Salam, Burhanuddin H. (1997) Pengantar Pedagogik: Dasar-Dasar Ilmu
Mendidik. Jakarta: PT Rinneka Cipta.
Samsudin. (2006). Pengembangan Model Pembelajaran Program Produktif
Sekolah Menengah Kejuruan (Studi Model Preskriptif dengan Penerapan Learning Guide pada Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotof).
Bandung : Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Sarwoto. (1998) Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Slamet, Mamiek. (2004) Hasil Studi Kasus Pelaksanaan Sistem Ganda, Jurnal Pendidikan Nasional, edisi khusus,
Sonhadji, A. (2006) Alternatif Penyempurnaan Pembaharuan Penyelenggaraan
Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan. Terdapat di [On line]
http://www.depdiknas.go.id/sikep/Issue/SENTRA1/F18.html (3 Oktober 2006.
Starratt, R.J. (1991) Building an Ethical Schhool: a theory for Practice.
Educational Administration Quartely, vol.27, no.2, pp.185-202.
Sudjana, N. dan Rivai, A. (1997). Media Pengajaran. Bandung : CV. Sinar Baru. Sukmadinata, N.S. (2001). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.
Sumarno. (2007). Evaluasi Program Pendidikan sekolah Menengah Kejuruan
Teknologi dan Industri (SMKTI) Kota Bandar Lampung untuk Perencanaan Strategis Level Mikro. Disertasi. PPS Universitas Negeri
Yogyakarta. Tidak Diterbitkan.
Suparlan Bawuk. (2008). Pengaruh pendidikan sistem ganda (PSG) terhadap
daya adaptif kerja siswa SMK di Malang Raya . Disertasi. Pascasarjana
Universitas Malang. Tidak Diterbitkan
Sutisna, Oteng. (1993). Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis untuk Praktek
Profesional. Bandung: Angkasa.
Theodore W. Schultz,(1960) Investment in Man: An Economist’s View”, The Social Service Review, Vol. 33, No. 2, Jgne 1959, University of Chicago
Press.
Todaro, M. P. (2003). Economic Development. Pearson Education Limited, New York.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Wallace. M. (1994) Towards a Contingency Approach to Development Planning in School Improvement. London: Cassel.
Wena, Made. (1997) Pemanfaatan Industri Sebagai Sumber Belajar
dalamPendidikan Sistem Ganda, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Th.
III, No. 010 September.
Wenrich, (1988). Administration of Vocational Education. American Technical Publishers. INC.
Wiraatmadja, R. (2002) Pendidikan Sejarah di Indonesia. Persfektif lokal,
Nasional dan Global. Bandung: Historia Press.
Wuviani, Via. (2005). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru (Studi
Tentang Pengaruh Kualifikasi, Motivasi Kerja Guru dan Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru SMAN di kota Bandung). Tesis.
Program Pascasarjana – UPI. Tidak Diterbitkan.
Yadi Mulyadi, dkk (2010) Pemetaan SMK Di Jawa Barat, Bangka Belitung Dan
--- (2001). Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulum. Bandung: Program Studi Pengembangan Kurikulum Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
______________, (2000). Kebijakan dan Perencanaan Sosial. Pengembangan
Sumber Daya Manusia. Telaah Cross Discipline. Yogyakarta: Penerbit
Rake Sarasin.
______________, (2003). Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial. Teori
Pendidikan Pelaku Sosial Kreatif. Yogyakarta: Penerbit Rake Sarasin.
______________. (2003). Metodologi Penelitian Kebijakan dan Evaluation
Research. Integrasi Penelitian, Kebijakan dan Perencanaan. Yogyakarta: