• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU BULLYING SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI LINGKUNGAN SEKOLAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERILAKU BULLYING SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI LINGKUNGAN SEKOLAH."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU BULLYING SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI

LINGKUNGAN SEKOLAH

(Kualitatif Deskriptif pada Siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Kuningan)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Khusus

Oleh

Iceu Rochayatiningsih

0606990

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

▸ Baca selengkapnya: contoh sk satgas anti bullying di sekolah

(2)

PERILAKU

BULLYING

SISWA SEKOLAH

MENENGAH PERTAMA DI LINGKUNGAN

SEKOLAH

Kualitataif Deskriptif pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 3 Kuningan

Oleh

Iceu Rochayatiningsih 0606990

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan

© Iceu Rochayatiningsih 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

ICEU ROCHAYATININGSIH

PERILAKU BULLYING SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

DI LINGKUNGAN SEKOLAH

(Kualitatif Deskriptif pada Siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Kuningan)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I

Dr. Sunardi, M.Pd.

NIP. 19600201 198703 1 002

Pembimbing II

Dr. Dedy Kurniadi, M.Pd.

NIP. 19560322 198203 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Drs. Sunaryo, M.Pd.

(4)

PERILAKU BULLYING SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI

LINGKUNGAN SEKOLAH

(Kualitatif Deskriptif pada Siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Kuningan)

ABSTRAK

(5)

DAFTAR ISI

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Fokus Penelitian ... 6

D. Pertanyaan Penelitian ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Kegunaan penelitian ... 8

G. Asumsi Penelitian ... 8

BAB IIANALISA PERILAKU BULLYING PADA REMAJA AWAL A. Bullying ... 9

1. Pengertian Bullying ... 9

2. Jenis-jenis Bullying ... 10

3. Penyebab Perilaku Bullying ... 13

4. Karakteristik Pelaku Bullying ... 16

5. Konsekuensi Dari Bullying ... 17

B. Siswa Sekolah Menengah Pertama ... 18

1. Keadaan Emosi Pada Usia Remaja Awal ... 19

2. Perubahan Sosial Pada Usia Remaja Awal ... 20

3. Perkembangan Moral Pada Usia Remaja Awal ... 20

C. Perilaku Bullying pada Siswa Sekolah Menengah Pertama ... 21

BAB IIIMETODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 23

B. Subjek Penelitian ... 24

C. Tahap-tahap penelitian... 25

1. Tahap Pra Penelitian ... 27

2. Tahap Pekerjaan Lapangan ... 28

3. Tahap Pemeriksaan Keabsahan Data ... 29

4. Tahap analisis data ... 32

D. Instrumen Penelitian ... 34

(6)

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Proses Penelitian ... 38

B. Hasil Penelitian ... 39

1. Karakteristik Pelaku Bullying ... 39

2. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Perilaku Bullying ... 43

3. Dampak Perilaku Bullying ... 46

4. Upaya Penanganan yang Dilakukan Pihak Sekolah ... 48

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 49

1. Karakteristik Siswa Pelaku dan Target Bullying ... 49

2. Faktor Penyebab Perilaku Bullying di SMP... 51

3. Dampak Perilaku Bullying……….. 57

3. Upaya Penanganan Yang Dilakukan Pihak Sekolah ... 59

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 62

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan sepanjang hayat (long life

education), karena pada dasarnya pendidikan adalah suatu proses untuk memanusiakan

manusia sehingga dilaksanakan seiring dengan perkembangan individu. Pendidikan

dilakukan dalam berbagai bentuk namun dalam tataran formal, pendidikan dilakukan

oleh sebuah lembaga yang dinamakan sekola,. dalam lembaga ini, pendidikan dimulai

dari jenjang sekolah dasar dan berakhir di perguruan tinggi. Sebagai lembaga formal,

tujuan pendidikan di sekolah merujuk kepada tujuan pendidikan nasional yang tertera di

dalam UUD 45 yang berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam tujuan pendidikan nasional tersebut, secara tersirat diungkapkan bahwa

pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan semata tetapi juga memperhatikan

perkembangan sikap dan kepribadian siswa secara terintegrasi melalui pendidikan,

individu diharapkan dapat meningkatkan kualitas kehidupan individu dalam segala

bidang sehingga lahirlah Sumber Daya Manusia yang bermutu. Jika Sumber Daya

Manusia Indonesia mampu meningkatkan kualitasnya, maka kemajuan Indonesia

bukanlah suatu impian belaka.

Pelaksanaanya, proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah dipengaruhi oleh

beberapa faktor berupa sistem pendidikan, kurikulum, tenaga pendidik, kondisi siswa

dan kondisi lingkungan pendidikan. Banyaknya faktor yang terlibat dalam proses

pembelajaran yang berlangsung di sekolah turut mempengaruhi iklim pembelajaran.

Sehubungan dengan ini, Surya (1992:5) mengemukakan bahwa ”pendidikan merupakan

lingkungan dimana didalamya terlibat individu-individu yang saling berinteraksi dalam

proses pendidikan dan siswa sebagai intinya”.

Interaksi ini dimungkinkan terjadinya salah komunikasi antar berbagai pihak yang

terlibat terutama siswa. Oleh karena itu proses dan kegiatan pendidikan pada dasarnya

(8)

baik secara individual maupun kelompok. Berbagai bentuk masalah tingkahlaku yang

mungkin terjadi di sekolah, salah satu yang menjadi pusat perhatian saat ini adalah tindak

kekerasan yang terjadi diantara siswa atau yang dikenal dengan istilah Bullying, yang

dimaksud bullying dalam konstelasi ini ialah suatu perilaku yang dimaksudkan untuk

menyakiti orang lain yang lebih lemah, baik secara verbal, fisik, maupun rasional, yang

dilakukan secara terencana dan memiliki tujuan.

Berdasarkan sebuah kajian yang dilakukan oleh Kaiser Foundation bekerja sama

dengan jaringan televisi Nickelodeon dan Children Now pada tahun 2001 (Gunawan,

2007:45), mengemukakan bahwa:

86% anak-anak yang berusia 12-15 tahun mengatakan bahwa mereka diejek atau ditindas di sekolah, dan lebih dari setengah anak yang berusia 8-11 tahun mengatakan bahwa bullying adalah masalah besar di sekolah. Beberapa penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa bullying merupakan masalah internasional, status sosial-ekonomi ataupun etnis.

Ejekan, cemoohan dan olok-olok mungkin terlihat sebagai hal yang wajar, namun

pada kenyataanya hal-hal tersebut dapat menghancurkan seorang anak. Aksi-aksi negatif

tersebut adalah sebagian wujud dari bullying, sebuah prilaku yang telah lama

berlangsung dan mengancam segala aspek kehidupan sebagian besar anak-anak kita baik

di sekolah, di rumah maupun di lingkunganya. Kematian dan bunuh diri hanyalah sedikit

contoh dari akibat bullying. Ada sebagian besar anak-anak dan remaja korban bullying

yang terus hidup dan tidak mengakhiri hidupnya, tetapi mereka tumbuh menjadi

orang-orang yang berkepribadian rapuh, mudah sedih, tidak percaya diri atau sebaliknya

pemarah dan agresif.

Munculnya kasus-kasus tersebut menunjukan bahwa bullying juga terjadi di

Indonesia, dengan skala yang cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil studi yang

dilakukan oleh Whitman (2001:77), mengungkapkan “bahwa 10-16% siswa Indonesia

mendapatkan cemoohan, ejekan, pengucilan, pemukulan ataupun didorong, sedikitnya

sekali dalam seminggu”.

Bentuk ancaman atau pemalakan lebih sering muncul dalam beberapa bentuk seperti

minta uang, minta dibuatkan tugas, sampai disaat ujian diminta untuk diberikan

contekan. Kasus lain yaitu, berupa ejekan kepada teman-temannya sampai teman yang

diejek menangis. Selain itu juga terjadi kebiasaan untuk memanggil temannya dengan

(9)

Meskipun terdapat efek berbahaya yang ditimbulkan oleh bullying, tetapi masih

terdapat anggapan yang salah berkenaan dengan perilaku bullying ini, bahwa pelaku ini

kerap dianggap sebagai suatu proses alami yang akan menghantarkan anak menuju

kepada kedewasaan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yayasan

Semai Amini Diena Trigg (Sampoerna Foundation, 2006) yang mengemukakan bahwa

„sekitar 18,3% guru menganggap penggencetan dan olok-olok antar teman merupakan hal yang biasa‟. Akibat dari kesalahan tersebut, perilaku kekerasan ini hanya dianggap

sebuah kenakalan biasa, sehingga tidak ditangani secara serius. Padahal atmosfir

lingkungan yang mendukung (environmental support) baik dalam keluarga, sekolah

maupun masyarakat sangat menentukan proses tumbuh kembang anak secara optimal.

Dengan keadan yang seperti itu maka akan mengganggu terhadap perilakunya.

Sedangkan manusia merupakan makhluk sosial yang dimana semua kegiatan

kehidupannya memerlukan orang lain.

Keadan yang seperti itu maka akan mengganggu terhadap perilakunya. Sedangkan

manusia merupakan makhluk sosial yang dimana semua kegiatan kehidupannya

memerlukan orang lain. “Perilaku dapat diartikan sebagai respons (reaksi, tanggapan,

jawaban, balasan) yang dilakukan oleh suatu organisme, bagian dari satu kesatuan, satu

perbuatan atau aktivitas, dan satu gerak atau kompleks gerak-gerak” (Chaplin, 1993:53).

Anak tunalaras adalah anak yang mengalami penyimpangan prilaku dan sosial. Menurut

Algozzine, Schmid, dan Mercer (Sunardi, 1995:9) mengatakan bahwa:

Anak tunalaras adalah anak yang secara kondisi dan terus menerus masih menunjukkan penyimpangan tingkah laku tingkat berat yang mempengaruhi proses belajar, meskipun telah menerima layanan belajar dan bimbingan seperti halnya anak lain. Ketidak mampuan menjalin hubungan baik dengan orang lain dan gangguan belajarnya tidak disebabkan oleh kelainan fisik, syaraf, atau intelegensi.

Tampilan anak tunalaras di sekolah sering bertentangan dengan norma dan peraturan,

sehingga tidak jarang membuat orang lain kesal dan marah sehingga mereka harus

berhubungan dengan kepala sekolah dan guru. Teman di sekolah sering terganggu karena

perilaku yang tidak terkendali sehingga membuat teman di sekitarnya tidak aman dan

nyaman. Perilaku tersebut menutup diri, agresif, hiperaktif, dan terkadang tidak peduli

dengan lingkungannya serta melanggar norma yang ada di masyarakat. Dari penjelasan

di atas jelas bahwa bentuk-bentuk penyimpangan itu beraneka ragam, sehingga definisi

(10)

LX merupakan seorang pelajar yang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.

Sekarang duduk di kelas dua, berusia 14 tahun dan merupakan anak ke tiga dari empat

bersaudara. Kegiatan dalam kesehariannya yaitu sekolah sebagaimana pelajar pada

umumnya, saat sekolah bagi LX adalah saat yang paling ia harapkan dimana ia bisa

melakukan aktivitas bermain dan kegiatan-kegiatan lainnya seperti bermain sepak bola

dengan teman-teman yang lainnya. Di mana kegiatan itu tidak bisa ia peroleh ketika

berada di lingkungan tempat tinggalnya, namun di sekolah LX mendapat kepopulerannya

tidak dengan prestasi atau bakat yang ia miliki, namun dengan masalah yang selalu ia

timbulkan di lingkungan sekolah.

Senada dengan LX, OK pun memiliki perilaku yang kurang baik. Sebagai perempuan

OK memang dikategorikan sebagai anak yang cantik dengan tubuh ideal dan penampilan

yang menarik. Namun anak semata wayang ini tidak lantas menjadi feminism, OK

termasuk anak yang keras kepala dan tidak mudah untuk dinasehati. Beberapa kali OK

membuat masalah dengan teman perempuan lainnya hanya sekedar OK tidak terima

teman perempuan lainnya memandang sinis kearahnya, selain itu OK tak jarang

memalak anak-anak baru. Perilaku demikian membuat anak menjadi kebiasaan yang

menimbulkan efek negatif.

Menyikapi hal ini maka siswa, orang tua dan para pendidik perlu merasa lebih

nyaman untuk membicarakan bersama mengenai apa yang sesungguhnya terjadi dalam

kehidupan anak. Perilaku penindasan yang dilakukan siswa, perlu segera ditangani untuk

menghindarkan dampak yang lebih buruk terhadap iklim sekolah dan siswa. Hal ini

tentunya menjadi tanggung jawab seluruh praktisi pendidikan yang ada di lingkungan

sekolah. Sebagai bagian integral dari pendidikan yang bertujuan untuk membantu

individu agar mampu mengembangkan diri dengan mengadakan perubahan-perubahan

positif dalam dirinya (Myers, 1992 dalam Prayitno, 1999:113).

Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi fenomena perilaku

bullying di lingkungan sekolah menengah pertama, sehingga perilaku tersebut dapat

lebih dikendalikan. Judul dari penelitian ini adalah Perilaku Bullying Siswa Sekolah

Menengah Pertama di Lingkungan Sekolah ( Studi Kasus pada Siswa Kelas

(11)

B. Identifikasi Masalah

Bullying ini banyak terjadi di sekolah-sekolah, baik di sekolah umum maupun sekolah

swasta, bahkan di pesantren sekalipun. Bullying merujuk pada perilaku yang dilakukan

berulang-ulang oleh seorang atau sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap

siswa atau siswi lain yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut.

Munculnya perilaku bullying di lingkungan sekolah dapat menciptakan atmosfer

lingkungan yang kurang mendukung terhadap perkembangan siswa, baik dalam bidang

akademik maupun bidang pribadi-sosial. Penindasan dapat menyakiti siswa, sehingga

mereka merasa tidak diinginkan dan ditolak oleh lingkungannya. Hal ini tentunya akan

membawa efek kepada berbagai kegiatan siswa di sekolah. Bagi pelaku penindasan, jika

dibiarkan tanpa ada intervensi maka mereka akan beranggapan bahwa mereka memiliki

kekuasaan di sekolah. Hal ini akan membuka kemungkinan munculnya perilaku

kekerasan lainya yang bersifat kriminal seperti memukul, mencuri, menganiaya bahkan

pembunuhan.

Menurut Piaget (Santrock, 2002:10) mengungkapkan bahwa, „berfikir operasional formal adalah yang paling tepat menggambarkan cara berfikir remaja.‟ Pada usia remaja

individu mampu membayangkan situasi rekaan, kejadian yang semata-mata berupa

kemungkinan ataupun proposisi dan mencoba mengelolanya dengan pemikiran logis.

Pada fase operasional formal remaja memiliki pemikiran yang logis terhadap

konsekuensi-konsekuensi atas semua hal yang dilakukannya. Remaja yang memutuskan

untuk melakukan tindakan bullying semestinya mengetahui dan menyadari dampak yang

dapat ditimbulkan dari tindakan bullying secara berlebihan.

C. Fokus Penelitian

Agar penelitian ini dapat terungkap secara mendalam maka peneliti membatasi

permasalahan yang akan dibahas dengan menentukan fokus penelitian. Fokus dalam

penelitian ini yaitu, bagaimana perilaku bullying di lingkungan sekolah menengah

pertama dan upaya penanganan yang efektif pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3

Kuningan, yang akan di jelaskan berdasarkan hasil penelitian yang meliputi, kegiatan di

lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan bermain. Sehingga akan

(12)

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian yang telah dipaparkan di atas maka

penulis dapatkan petanyaan penelitian seperti sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik siswa pelaku bullying di lingkungan sekolah menengah

pertama?

2. Apa faktor yang menjadi penyebab perilaku bullyingdi lingkungan sekolah menegah

pertama?

3. Apa dampak yang ditimbulkan dari perilaku bullyingdi lingkungan sekolah menegah

pertama?

4. Apa tindakan yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk mencegah dan mengurangi

perilaku bullying pada siswa?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini ditunjukkan untuk melihat secara mendalam fenomena yang terjadi

dalam kehidupan nyata mengenai perilaku bullying di lingkungan remaja, khususnya

pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Kuningan, sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi karakteristik pelaku bullying pada siswa sekolah menengah

pertama ditinjau dari aspek akademik, sosial dan psikologis.

2. Mengetahui faktor dominan yang menyebabkan seorang anak menjadi pelaku

bullying baik dari segi internal maupun eksternal anak.

3. Untuk mengetahui dampak apa saja yang dapat ditimbulkan dari tindakan bullying di

lingkungan Sekolah Menengah Pertama. Ditinjau dari aspek pelaku dan korban.

4. Untuk mengetahui upaya penanganan yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk

mencegah dan mengurangi perilaku bullying pada siswa.

F. Kegunaan penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan memiliki manfaat/kegunaan

sebagai berikut:

1. Sebagai data yang objektif guna memberikan masukan bagi Sekolah Menengah

(13)

2. Dapat memberikan masukan terhadap pembinaan siswa tentang dampak dari

perilaku bullying.

3. Memberikan kajian empiris tentang prilaku bullying terhadap kecenderungan

perkembangan prilaku siswa.

4. Dapat memberikan petunjuk cara pencegahan dan penanganan yang baik terhadap

perilaku bullying dilingkungan remaja.

G. Asumsi Penelitian

Penelitian ini dilandasi oleh beberapa anggapan dasar sebagai berikut:

1. Perilaku kekerasan di sekolah dapat mempengaruhi iklim pembelajaran dan

mengancam keselamatan siswa baik secara psikis maupun fisik.

2. Bullying dapat menjadi sebuah siklus kekerasan yang akan berlangsung dan bahkan

berisiko menimbulkan tindak kriminal lebih lanjut.

3. Penanganan perilaku bullying merupakan tanggung jawab bersama seluruh

partisipan pendidikan. Penanganan yang diberikan bersifat prefentif, kuratif dan

pengembangan.

4. Seluruh partisipan pendidikan terutama siswa, harus disadarkan bahwa bullying

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif (qualitative research). Tylor (Molenong, 2007:4), mendefinisikan „metodologi

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati‟. Pendekatan ini

diarahkan pada latar dari individu tersebut secara holistic (utuh).

Menurut Nasution (2003:5), “penelitian kualitatif adalah mengamati orang dalam

lingkungan, berinteraksi dengan mereka dan menafsirkan pendapat mereka tentang dunia

sekitar”. Kemudian menurut Sukmadinata (2006:60), mengatakan bahwa

Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditunjukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena peristiwa, aktifitas sosial, sikap dan kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individu maupun kelompok.

Dalam konteks penelitian ini, peneliti berupaya mengamati pola perilaku bullying

yang dilakukan siswa, proses terjadinya bullying, kemudian dirumuskan pada suatu

penanganan untuk mengurangi perilaku bullying yang dilakukan siswa.

Penelitian kualitatif ini secara spesifik lebih diarahkan pada penggunaan metode studi

kasus. Sebagaimana Lincoln (Pujosuwarno, 1992:34), yang menyatakan bahwa

„pendekatan kualitatif dapat juga di sebut dengan case study, yaitu penelitian yang mendalam dan mendetil tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan subjek

penelitian‟.

Menurut Mulyono (2004:201), penggunaan studi kasus sebagai suatu metode

penelitian kualitatif memiliki beberapa keuntungan, yaitu :

1. Studi kasus dapat menyajikan pandangan dari subjek yang diteliti.

2. Studi kasus menyajikan uraian yang menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.

3. Studi kasus merupakan sarana efektif nuntuk menunjukan hubungan antara peneliti dan responden.

4. Studi kasus dapat memberikan uraian yang mendalam yang diperlukan bagi peneliti dan traferabilitas.

Pada dasarnya penelitian dengan jenis studi kasus bertujuan untuk mengetahui tentang

sesuatu hal secara mendalam. Maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode

(15)

bahwa tema penelitian ini termasuk unik dan merupakan fenomena yang sedang hangat

diperbincangkan.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa remaja kelas VIII yang bersekolah di SMP Negeri 3

Kabupaten Kuningan. Adapun subjek yang akan menjadi informan untuk mendapatkan

berbagai informasi penting mengenai perilaku bullying di Sekolah Menengah Pertama.

Diantaranya yaitu;

1. Guru wali kelas dengan inisial GWK, yang diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai keadaan siswa baik dari segi akademiknya, sosialisasinya, dan

emosionalnya ketika siswa berada di lingkungan sekolahnya.

2. Guru bimbingan konseling dengan inisial GBK, yang diharapkan dapat memberikan

informasi mengenai perkembangan siswa, kasus yang pernah siswa lakukan, sosial,

dan emosi siswa.

3. Orang tua (ayah dan ibu) kandung dengan inisial OT, yang diharapkan dapat

memberikan informasi mengenai kegiatan sehari-hari siswa setelah siswa pulang dari

sekolah.

4. Teman sebaya dengan inisial TS, yang diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai sosial dan emosional anak ketika dia bergaul dengan temannya baik di

lingkungan sekolah maupun lingkungan keluarga.

Diharapkan semua pihak yang menjadi informan dapat memberikan informasi yang

akan menunjang demi kesempurnaan penelitian ini.

C. Tahap-tahap penelitian

Tahap-tahap penelitian merupakan sesuatu yang mutlak harus dilaksanakan dalam

suatu penelitian. Karena tanpa adanya tahapan penelitian tidak akan mungkin

menjadikan penelitian menjadi sempurna. Langkah-langkah atau tahap-tahap penelitian

(16)

Iceu Rochayatiningsih, 2013

TAHAP PRA LAPANGAN

TAHAPKERJ AAN LAPANGAN

TAHAP PEMERIKSAAN

KEABSAHAN

DATA

TAHAPANALISIS Menyusun Rancangan

Memilih Latar Penelitian

Mengurus Perizinan

Menyiapkan Peralatan

Memahami Latar

Interaksi dan Memasuki lapangan

Pemrosesan Satuan Triangulasi

Ketekunan Pengamatan

(17)

Bagan 3 1 Rangkain Tahap-tahap

Penelitian

1. Tahap Pra Penelitian

Beberapa hal yang dilakukan peneliti, pada tahap ini diantaranya ini adalah

sebagai berikut:

b. Penyusunan rancangan penelitian

Kegiatan awal dari rangkaian proses penelitian ini adalah menyusun

rancangan penelitian yang diajukan ke dewan skripsi mengenai masalah yang

akan di teliti. Setelah itu penelitian melalukan konsultasi dan bimbingan untuk

melengkapi dan menyempurnakan rancangan penelitian tersebut.

c. Memilih latar penelitian

Pemilihan latar penelitian merupakan hasil dari studi pendahuluan dan

konsultasi dengan dosen pembimbing. Tujuannya adalah agar peneliti

mengenal unsur lingkungan sosial , fisik, dan keadaan lingkungan peneliti.

d. Mengurus perizinan

Persiapan ini bersifat administratif telah dilakukan oleh penelitian, dengan

cara mengurus perizinan mulai dari:

1) Tingkat Jurusan Pendidikan Luar Biasa dan Tingkat Fakultas Ilmu

Pendidikan untuk mengurus Surat Keputusan Dosen Pembimbing I dan II.

2) Mengurus surat pengantar ke Rektorat UPI yang di sampaikan melalui

(18)

3) Terakhir mengurus permohonan izin dari jurusan ke SMP 3 Kuningan,

kemudian keluar surat rekomendasi izin penelitian yang harus diajukan

kepada sekolah yang dijadikan sebagai tempat penelitian.

e. Menyiapkan peralatan dan perlengkapan.

Dalam melakukan suatu penelitian maka perlu menyiapkan peralatan yang

nantinya bermanfaat pada saat penelitian. Mulai dari mempersiapkan kamera

untuk dokumentasi, mempersiapkan alat rekam sejenisnya untuk wawancara

dengan siswa yang bersangkutan, guru wali kelas (GWK), guru BK, teman

sebaya, dan wakasek kesiswaan. Perlengkapan penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu pedoman wawancara. Wawancara digunakan untuk

menggali informasi secara verbal dari guru, teman sebaya dan siswa itu sendiri

yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian mengenai perilaku bullying di

lingkungan Sekolah Menengah Pertama.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Berikut adalah tahapan yang akan dilalui dalam proses pekerjaan lapangan

dalam kaitannya dengan penelitian yang penulis akan tempuh dalam penelitian ini.

a. Memahami latar penelitian

Dalam pemilihan latar sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian,

berhubung siswa yang bersangkutan bersekolah di SMP 3 Kuningan, maka

saya mengambil latar penelitian di SMP 3 Kuningan dan di lingkungan

keluarga yang mencangkup lingkungan bermainnya.

b. Memasuki lapangan

Pertama yang peneliti lakukan dalam memasuki lapangan adalah

mendatangi orang tua siswa dan siswa yang bersangutan. Sementara

memasuki lapangan di lingkungan sekolah peneliti meminta izin terlebih

dahulu kepada wakasek, dan setelah mendapatkan izin maka peneliti

mengunjungai guru wali kelas, guru BK, dan teman di lingkungan sekolah.

c. Interaksi dan pengumpulan data

Interaraksi yang dilakukan dalam pengumpulan data peneliti langsung

berhubungan dengan subjek yang dibutuhkan dan informan yang dapat

(19)

3. Tahap Pemeriksaan Keabsahan Data

Tidak berbeda dengan proses yang sebelumnya dilakukan pada tahap

pemeriksaan keabsahan data penulis juga akan melalui beberapa tahapan guna

menguji keabsahan informasi ataupun data yang diperoleh, dimana tahapannya

seperti dijelaskan sebagai berikut:

a. Ketekunan pengamatan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan

urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Sebagai bekal

peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan membaca berbagai

referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang

terkait dengan temuan yang diteliti.

Penelitian ini diperpanjang sampai tiga kali, karena pada periode I dan II,

data yang diperoleh dirasa belum memadai dan belum kredibel. Belum

memadai karena belum semua rumusan masalah dan fokus penelitian terjawab

melalui data, belum kredibel karena sumber data memberikan data masih

ragu-ragu sehingga data yang didapat pada periode I dan II ternyata masih

belum konsisten, masih berubah-rubah. Dengan ketekunan pengamatan

sampai tiga kali maka data yang diperoleh dirasa telah jenuh.

b. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan

data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dalam

penelitian ini triangulasi dilakukan dengan menggunakan wawancara kepada,

orang tua, guru wali kelas, guru bimbingan konseling dan teman sebaya.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data itu.Teknik triangulasi yang digunakan ialah pemeriksaan melalui

sumber lainnya. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton, 1987: 331).

Hal itu dapat dicapai dengan jalan:

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

(20)

Data Hasil Observasi

Dokumentasi berupa foto dan dokumen Data Hasil

wawancara

3) Membandingkan hasil wawancara dengan isu suatu dokumen berkaitan.

Usaha membangun keteralihan dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan

cara uraian rinci. Teknik ini menuntut peneliti agar melaporkan hasil

penelitiannya sehingga uraiannya itu dilakukan seteliti dan secermat mungkin

yang menggambarkan konteks tempat penelitian diselenggarakan. Jelas

laporan itu harus mengacu pada fokus penelitian. Uraiannya harus

mengungkapkan secara khusus sekali segala sesuatu dibutuhkan oleh pembaca

agar ia dapat memahami temuan-temuan yang diperoleh. Temuan itu sendiri

tentuya bukan bagian dari uraian rinci, melainkan penafsirannya yang

dilakukan dalam bentuk uraian rinci dengan segala macam pertanggung

jawaban berdasarkan kejadian-kejadian nyata.

Dalam mengecek keabsahan data untuk pertanyaan penelitian tentang faktor

dominan yang melatar belakangi perilaku bullying dan karakteristik perilaku

bullying. Peneliti membandingkan data hasil observasi dan data hasil

wawancara dengan orang tua siswa, guru wali kelas, guru bimbingan

konseling, teman sebaya serta dokumentasi berupa foto-foto dan

dokumen-dokumen mengenai data siswa.

Berikut ini adalah alur teknik triangulasi yang dilakukan oleh peneliti:

Dari bagan diatas dapat dijelaskan bahwa data hasil observasi dibandingkan

dan dicek silang dengan data hasil wawancara dari berbagai sumber. Data

hasil observasi juga dibandingkan dicek silang dengan data hasil dokumentasi

(bila tersedia). Demikian pula data hasil wawancara dari berbagai sumber

Bagan 3.1

(21)

dibandingkan dicek silang dengan data hasil dokumentasi (bila tersedia).

Langkah terakhir adalah mengambil dan memutuskan kesimpulan secara

keseluruhan.

c. Pemeriksaan sejawat, diskusi

Diskusi teman sejawat dilakukan dengan mendiskusikan hasil penelitian

yang masih bersifat sementara kepada teman-teman mahasiswa yang telah

lulus SI. Melalui diskusi ini banyak pertanyaan dan saran. Pertanyaan yang

berkenaan dengan data yang belum bisa terjawab, maka peneliti kembali

kelapangan untuk mencarikan jawabannya, dengan demikian data akan

semakin lengkap.

4. Tahap analisis data

Berikut adalah tahapan ata langakah-langkah yang akan peneliti ambil dalam

menganalisis data yang didapatkan.

a. Pemrosesan satuan

Terdapat dua tahap dalam tahap pemerosesan satuan ini, yaitu; (1) tipologi

satuan, tujuannya untuk membuat kategori verbal dengan memberi “label”

pada bagian-bagian temuan penelitian dan menemukan ciri dan karakteristrik

dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh peneliti. (2) penyusunan

satuan, tujuannya untuk menyusun bagian-bagian yang menjadi temuan dalam

penelitian, kemudian memberikan kode-kode tertentu pada masing-masing

satuan temuan sehingga menjadi lebih mudah untuk dikategorisasikan.

b. Kategorisasi

Kategorisasi bertujuan untuk mengelompokkan, merumuskan, dan menjaga

agar berbagai hasil temuan dari penelitian dapat dianalisis dan ditafsirkan.

c. Penafsiran data

Penafsiran data yang dilakukan adalah bersifat deskriptif, artinya rancangan

organisasional dikembangkan dari kategori-kategori yang ditemukan dan

hubungan-hubungan yang disarankan atau yang muncul dari data hasil

penelitian.

Menurut Patton dalam Moleong (2002:103) analisi data adalah „proses

mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, katagori,

dan suatu urutan dasar‟. Adapun yang di ungkapkan oleh Moleong (2002:103) dia berpendapat bahwa yang dimaksud “Analisis data adalah proses

(22)

uraian dasar sehingga dapat di temukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis

kinerja yang disarankan oleh data”.

Sedangkan menurut Miles dan Huberman dalam buku Sugiyono (2009:91)

mengatakan bahwa “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga

datanya sudah jenuh.”

Teknik analisis yang digunakan adalah kualitatif. Analisis kualitatif

mencangkup 3 hal, yaitu reduksi, display data, kesimpulan dan verifikasi.

Reduksi data, data yang diperoleh dalam lapangan ditulis atau diketik dalam

bentuk uraian atau laporan yang terinci. Laporan-laporan itu perlu direduksi,

dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, di fokuskan pada hal-hal yang penting,

dicari tema. Jadi laporan lapangan sebagai bahan “mentah” disingkatkan, direduksi, disususn lebih sistematis, sehingga lebih mudah di kendalikan. Data

yang direduksi memberi gambaran yang tajam tentang hasil pengamatan, juga

mempermudah penelitian untuk mencari kembali data yang diperoleh jika di

perlukan.

1) Reduksi data

Pada tahap ini peneliti memilih data mana yang relevan dan kurang

dengan tujuan penelitian. Dalam hal ini informasi mengenai tindakan

bullying di lingkungan sekolah dijadikan sebagai bahan mentah, disingkat,

diringkas, disusun lebih sistematis, serta ditonjolkan pokok-pokok yang

penting sehingga lebih mudah dikendalikan.

2) Display data

Pada tahap ini diusahakan menyajikan data dalam bentuk tema-tema

singkat yang langsung diikuti dengan analisis pada setiap tema, sehingga

akhirnya diperoleh kesimpulan dari setiap responden.

3) Kesimpulan atau verifikasi

Sesuai dengan tujuan penelitian, analisis penelitian ini terutama

dilakukan dengan jalan membandingkan kesesuaian pertanyaan responden

atau fenomena yang diperoleh dilapangan tentang tindakan bullying

(23)

D. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Peneliti bertindak sebagai

perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis dan pelapor hasil penelitian.

Dengan penerapan pendekatan kualitatif, dalam mengungkapkan

kenyataan-kenyataan yang terjadi pada subjek penelitian dideskripsikan melalui kata-kata,

tindakan dan bukan angka-angka. Keberadaan peneliti sebagai instrumen merupakan

alat pengumpul data utama. Hal ini dilakukan karena dalam penelitian kualitatif

peneliti merupakan instrumen pokok yang dapat menelaah dan menafsirkan berbagai

keadaan dan sekaligus mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan yang terjadi di

lapangan. Selain itu peneliti sebagai instrumen dapat mengadakan hubungan langsung

dengan responden dan objek lainnya serta memahami kaitan-kaitan yang ada di

lapangan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Lofland dan Lofland dalam Molenong (1993:112) „sumber data utama

dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain‟. Walaupun dikatakan bahwa sumber data

di luar kata dan tindakan merupakan data tambahan, namun jelas sumber data tersebut

tidak dapat di abaikan.

Agar penelitian ini dapat dijadikan acuan maka diperlukan teknik pengumpulan

data yang sesuai dan menunjang proses analisis data. Dibawah ini teknik-teknik yang

dipakai dalam pengumpulan data:

1. Wawancara

Wawancara yang dilakukan bersifat tidak berstruktur yang pelaksanaannya

mirip dengan percakapan informal, (Nasution 1996:72) mengatakan bahwa:

“wawancara dalam penelitian kualitatif, khususnya bagi pemula, biasanya bersifat tak berstruktur, tujuan ini ialah memperoleh keterangan yang rinci dan mendalam

mengenai pandangan orang lain”. Sementara itu Mulyana, (2002:182) menjelaskan dari keuntungan wawancara tak berstruktur yaitu:

(24)

Wawancara dalam penelitian ini diantaranya dilakukan kepada guru wali

kelas, guru bimbingan konseling, orang tua, wakasek kesiswaan, dan teman

sebayanya guna memperoleh informasi mengenai tindakan bullying. Data yang

dikumpulkan wawancara bersifat verbal, artinya wawancara direkam dalam

perekam data yang diperoleh lebih lengkap dan terperinci. Pedoman wawancara

digunakan pada saat peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan

dengan tindakan bullying. Pedoman wawancara ini terdiri dari 3 buah pedoma,

yaitu: 1) pedoman wawancara untuk LX dan OK (subjek peneliti), 2) pedoman

wawancara untuk guru wali kelas, guru Bimbingan konseling, 3) pedoman

wawancara untuk teman sebaya, 4) pedoman wawancara untuk orang tua, dan 5)

pedoman wawancara dengan wakasek kesiswaan.

2. Observasi

Dalam penelitian ini observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengadakan

pengamatan secara fisik tentang latar penelitian termasuk didalamnya kondisi

situasi subjek di sekolah serta berbagai aktifitas prilaku lain yang terjadi dalam

tempat tersebut.

Peneliti dalam kegiatan observasi ini bersifat partisipasi, artinya dalam

prosesnya peneliti turut secara aktif dalam berbagai kegiatan yang terjadi dalam

proses kerja. Jadi observasi dalam penelitian ini merupakan teknik pengumpul

data penunjang.

3. Dokumentasi

Titik perhatian utama dalam kegiatan ini adalah dokumen-dokumen mengenai

perilaku bullying. Dokumen ialah setiap bahan tertulis atau file lain dari recorder

setiap pertanyaan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk

keperluan pengujian suatu peristiwa. Untuk menunjang pengumpulan dan analisis

data subjek yang telah di dokumentasikan. Dalam penelitian ini dilakukan

(25)

Tabel 3.1

Matrik Sumber Data Perilaku Bullying di SMPN 3 Kuningan

No Data yang

Diungkap Sumber Data Teknik

1. Pelaku bullying di

SMP  Wakasek kesiswaan

 Guru pembimbing

 Wali kelas

 Siswa kelas VIII (yang diidentifikasi telah mengenal lingkungan sekolah dengan berbagai karakteristik

 Wawancara

 Pengamatan

2. Bentuk bullying

yang terjadi di SMP  Siswa yang diidentifikasi pernah mengalami bullying

 Guru pembimbing

 Wakasek kesiswaan

 Wawancara

 Observasi

3. Bagaimana bullying terjadi dan dimana dilakukanya

 Siswa yang diidentifikasi pernah mengalami korban bullying

 Siswa yang diidentifikasi pernah melakukan bullying

(26)

4. Masalah yang menjadi penyebab terjadinya bullying

 Siswa yang diidentifikasi pernah mengalami korban bullying

 Siswa yang diidentifikasi pernah melakukan bullying

 Wawancara

 Observasi

5. Karakteristik pelaku

bullying  Siswa yang diidentifikasi pernah mengalami korban bullying

 Guru pembimbing

 Observasi

 Studi

dokumentasi (buku pribadi) 6. Penanganan yang

dilakukan oleh pihak sekolah

 Wakasek kesiswaan

 Guru pembimbing

 Wali kelas

 Siswa yang menjadi korban

Siswa yang mengetahui bullying tapi tidak melakukan dan juga tidak menjadi korban bullying

 Wawancara

 Studi

(27)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penlitian dan studi yang telah dilakukan tentang perilaku bullying di SMPN

3 Kuningan maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik perilaku bullying yang terjadi di lingkungan siswa dan siswi SMPN 3

Kuningan sebagian besar hanya meliputi perilaku mengintimidasi seseorang yang

berada di bawahnya, semisal berbeda kelas, status sosial, baik itu dalam bentuk

cibiran, ejekan, tatapan intimidasi, dan jarang terjadi bully yang sifatnya bully fisik.

2. Pelaku bullying di SMPN 3 Kuningan merupakan siswa yang merasa dirinya lebih

dari orang lain, baik dari penampilan maupun lebih tinggi kelasnya, selain itu pelaku

bullying merupakan mereka yang haus akan pngakuan dari lingkungannya.

Sedangkan siswa ataupun siswi yang menjadi korban merupakan mereka yang

memiliki keterbatasan baik dari segi ekonomi, maupun sosial dimana mereka

cendrung pendiam di sekolahnya.

3. Perilaku bullying berdampak bagi korban berdampak pada aspek akademis dimana

mereka menjadi phobia sekolah dan kurang fokus di sekolah dama mengikuti

pelajaran, aspek sosial dimana korban Bully menjadi pribadi yang penyendiri,

sedangkan yang lain adalah berdampak pada aspek sosial emosiaonalnya dimana

korban bully menjadi pribadi yang mudah tersinggunga dan mudah marah.

4. Tindakan yang dilakukan SMPN 3 Kuningan untuk menanggulangi prilaku

bullying di lingkungan siswanya belum terprogram dngan baik, pnanggulangan yang

ada saat ini hanya meliputi pendekatan secara individu yang dilakukan oleh wali

klas, guru bidang studi ,maupun guru BK (bimbingan konseling).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penulis dapat mengajukan beberpa saran atau rekomendasi

sebagai berikut:

1. Bagi guru mata pelajaran agar lebih meningkatkan pengelolaan kelas dan

melakukan pendekatan secara individual terhadap siswa, sehingga dapat mendeteksi

adanya kemungkinan-kemungkinan tindakan bullying dan membuat laporan untuk

(28)

2. Bagi guru BK dapat membuat laporan secara berkala tentang keadaan di sekolah

serta memastikan tidak terdapat adanya tindakan bullying. Jika terdapat adanya

perilaku bullying agar senantiasa sigap menindaklanjuti.

3. Bagi orang tua siswa agar lebih aktif mengikuti perkembangan perilaku anaknya di

lingkungan sekolah. Dengan terus adanya komunikasi yang baik dengan pihak

sekolah.

4. Bagi warga meningkatkan pengetahuan dan kesadaran siswa tentang dampak buruk

bullying, khusus bagi guru dan orang tua siswa agar sebisa mungkin selalu

memberikan masukan dan pengawasan khususnya dalam keseharian siswa dengan

menanamkan kesadaran bahwa semua orang bisa menjadi korban atau malah

menjadi pelaku bullying. Untuk mengatasinya diperlukan kebijakan sekolah perlu

rasanya ikut berupaya dalam rangka yang bersifat menyeluruh di sekolah. Sebuah

kebijakan yang melibatkan komponen dari guru sampai siswa, dari kepala sekolah

sampai orang tua murid.

5. Kebijakan hanya akan berlangsung baik apabila ada langkah yang nyata dari

sekolah untuk menyadarkan seluruh komponen sekolah betapa bullying sangat

mengganggu proses belajar mengajar. Untuk itu salah satu yang bisa dipilih adalah

membuat sebuah program anti bullying disekolah. Oleh karena itu kpala sekolah

slaku pimpinan diharapkan sadar shingga dapat membuat program yang berkala

dalam mengurangi perilaku bullying di lingkungan sekolah.

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Chaplin. C. (1993). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT. Raya Grafindo Persada

Coloroso, B. (2006). (alih bahasa : Santi Indra Astuti). Penindas, Tertindas dan Penonton. Resep memntus Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah

Hingga SMU. Jakarta: Serambi

Djuwita, R. (2006). Kekerasan Tersembunyi di Sekolah : Aspek-aspek

Psikososial dari Bullying, [online]. Tersedia

:http://www.ditplb.or.id/2006/index.php? Menu=profile&pro=175. [09 November 2006]

Gunawan, H. (2007). Tindakkan Kekerasan di Lingkungan Sekolah. Pikiran Rakyat (5 Juli 2007).

Hurlock, E. B. (1980). (alih bahasa : Istiwidayanti & Soedjarwo, Ed : Ridwan).

Psikologi Perkembangan, Snatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Edisi kelima.Jakarta : Erlangga

Moleong, L.J. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya

Mulyana. D. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya

Mutia, S. .(2006). Konsultasi. Anak Suka Ancam Teman. Tribun Batam[online], Tersedia:http://www.tribun-batarn.cora/index.

php?module=detail&rnoberita=l 4102. [09 November 2006].

Nasution, S. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif . Bandung : Tarsito

Pebriyani, S. (2007). “Si Jendral Kecil” Jadi Korban Geng SMA. Tabloid Nova (edisi 15-25 November 2009).

Quiroz, H. C, et all. (2006). Bullying In Schools, Fighting the Bully Battle,

Discussion Activitiesfor School Communities, [online]. Tersedia :

http://www.schoolsafety.us/pubfiles/bullyingchalktalk.pdf. [04 November 2006]

Sanders, E. C.(2004) "What Is Bullying?", BullyingImplications For The

(30)

Santrock, J.W (2002). What Is Bullying?”, Bullying Implications For The

Classroom. San Diego : lsevier Academic Press.

Saripah, I. (2006). Program Bimbingan Untuk Mengembangkan Perilaku

Prososial Anak. Tesis pada PPS UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Sugiyono, (2007).Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Sukmadinata, N.S (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sunardi. (1995). Ortopedagogig Anak Tunalaras I. Surakarta. Tidak Diterbitkan

Surya, M. (1992).Psikologi Pendidikan. Bandung : Publikasi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.

Referensi

Dokumen terkait

However, it should be noted that a comparison across multiple species with only a single 'measurement' is problematic since individual crop species can exhibit largely

Yang dimaksud dengan pelaksanaan pempelajaran di sini adalah pelaksanaan komponen-komponen pokok pembelajaran yang meliputi komponen tujuan pembelajaran, materi

Kisaran ukuran pertama kali matang gonad ikan pari blentik betina 550–799, sedangkan untuk ikan pari jantan adalah dengan kisaran panjang total tubuh 550–760 mm.. Tingkat kematangan

Eigenface memiliki tahapan untuk proses pengenalan wajah, dimana tahap pertama menyiapkan data himpunan matriks, setelah itu ambil nilai tengah atau bisa disebut

[r]

Saran dalam penelitian selanjutnya adalah dalam mengestimasi nilai Value at Risk portofolio sebaiknya dilakukan dengan membandingkan berbagai model copula yang

Pada kerja praktek ini, penulis lebih memfokuskan pada proses pengawasan mutu terhadap bahan baku kering “Tepung Bumbu Serbaguna Original” terkhusus tepung terigu dan garam

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan data primer.. Data primer merupakan sumber data yang langsung diberikan