vii DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR BAGAN ... x
DAFTAR GRAFIK ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Definisi Operasional ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Pembatasan Masalah ... 7
G. Anggapan Dasar ... 8
BAB II. ANALISIS KESULITAN SISWA MELALUI TAHAP-TAHAP PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI STOIKIOMETRI... 10
A Pemecahan Masalah Dalam Ilmu Kimia ... 10
B.Stoikiometri ... 13
C.Pemecahan Masalah Stoikiometri ... 19
D.Pemecahan Masalah Stoikiometri dan Soal Uraian Berstruktur ... 21
E.Beberapa Penelitian yang Relevan ... 23
BAB III. METODE PENELITIAN ... 26
A. Desain Penelitian ... 26
B. Subjek Penelitian ... 29
C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 29
1. Analisis RPP ... 29
2. Observasi ... 30
3. Tes ... 31
4. Angket ... 38
5. Wawancara ... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43
A. Proses Pembelajaran Stoikiometri di Kelas... 43
B. Pemahaman Siswa Pada Materi Stoikiometri ... 49
1. Pemahaman Siswa Pada Konsep Prasyarat ... 50
2. Pemahaman Siswa Pada Materi Stoikiometri ... 51
C. Kesulitan-kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan SoalStoikiometri ... 52
viii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65
A. Kesimpulan ... 65
B. Saran-saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran A. Instrumen Penelitian ... 69
Lampiran B. Data dan Analisis Hasil Uji Coba Instrumen ... 96
Lampiran C. Hasil Analisis Data Penelitian ... 108
Lampiran D. Data dan Pengolahan Data Penelitian ... 145
Lampiran E. Surat-Surat Izin Penelitian ... 214
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Tahap-tahap Pemecahan Masalah Stoikiometri ... 21
3.1. Tafsiran Koefisien Reliabilitas ... 34
3.2. Tafsiran Koefisien Tingkat Kesukaran ... 35
3.3. Tafsiran Koefisien Daya Pembeda ... 36
4.1 Hasil Analisis RencanaPelaksanaan Pembelajaran ... 44
4.2. Hasil Observasi Proses Belajar Mengajar Stoikiometri ... 45
4.3. Perbandingan Antara RPP dan PBM Stoikiometri ... 46
4.4. Pemetaan Soal Untuk Konsep Prasyarat ... 49
4.5. Pemetaan Soal Untuk Stoikiometri ... 49
4.6. Item-item Pada Masing-masing Tahap Untuk Soal Nomor 1 dan 4 ... 52
4.7. Item-item Pada Masing-masing Tahap Untuk Soal Nomor 2 ... 53
4.8. Item-item Pada Masing-masing Tahap Untuk Soal Nomor 5 ... 53
4.9. Item-item Pada Masing-masing Tahap Untuk Soal Nomor 3 dan 6 ... 53
4.10. Analisis Hasil Wawancara dengan Siswa ... 54
x
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
2.1. Hubungan Antara Mol, Massa, Volume Gas dan Jumlah Partikel ... 13
2.2. Peta Konsep Materi Stoikiometri ... 18
2.3. Proses Konversi dari Massa yang Diketahui Menjadi Massa yang ditanyakan . 20
xi
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
4.1. Nilai Rata-rata Siswa Pada Masing-masing Konsep Prasyarat………..50
4.2. Nilai Rata-rata Siswa Pada Masing-masing Soal Stoikiometri………..51
4.3 Nilai Rata-rata Siswa Pada Masing-Masing Tahap Untuk
Masing-masing Soal ... 54
4.4. Perbandingan Nilai Rata-rata Siswa Pada Soal Berstruktur
Tidak Berstruktur ... 60
4.5. Perbandingan Nilai Rata-rata Siswa Pada Masing-masing Tahap
Untuk Soal Nomor 1 dan 4 ... 61
4.6. Perbandingan Nilai Rata-rata Siswa Pada Masing-masing Tahap
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu kimia merupakan salah satu cabang ilmu sains yang memiliki kedudukan
sangat penting terutama dalam menumbuhkembangkan kemampuan menjelaskan
secara mikro (molekuler) terhadap fenomena makro. Kemampuan kimia tersebut
memberikan konstribusi yang penting dan berarti terhadap pengembangan ilmu-ilmu
terapan seperti pertanian, kesehatan dan perikanan serta teknologi. Oleh sebab itu
salah satu tujuan mata pelajaran kimia di sekolah menengah atas (SMA) dan
madrasah aliyah (MA) adalah memahami konsep, prinsip, hukum dan teori kimia
serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari dan teknologi (Depdiknas, 2006)
Hasil yang diharapkan setelah proses pembelajaran kimia yaitu siswa mampu
memahami konsep-konsep kimia dan saling keterkaitannya serta penerapannya
untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi. Dalam
proses pembelajaran, salah satu yang akan dihadapi oleh siswa yaitu kemampuan
menghadapi masalah dalam bentuk soal-soal yang berhubungan dengan materi
tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Arifin, M.et all
(2000:127) bahwa “Secara sederhana masalah yang dihadapi oleh siswa di dalam
kelas adalah soal yang berhubungan dengan mata pelajaran”.
Berdasarkan proses perkembangannya, struktur ilmu kimia dapat dibagi menjadi
empat kelompok, hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Rahayu,
“Proses pengembangan kimia yang berlangsung secara induktif dapat dilihat dari struktur ilmu kimia. Melalui berbagai pengamatan, kimia merupakan kumpulan data dan fakta mengenai sifat-sifat zat. Setiap zat dapat mengalami proses. Berbagai proses kimia yang berlangsung ini dapat dibagi ke dalam empat kelompok, yakni (1) stoikiometri; (2) energitika; (3) struktur dan (4) dinamika”.
Lebih lanjut Rahayu menjelaskan bahwa stoikiometri bersumber dari hukum
kekekalan massa yang mempelajari kesetaraan suatu zat dengan zat lain dalam suatu
perubahan kimia. Dalam bentuk yang sederhana, stoikiometri meliputi kemampuan
menentukan koefisien-koefisien dalam suatu reaksi kimia. Stoikiometri juga
menggambarkan hubungan kuantitatif sederhana dalam kimia yang dijelaskan
dengan rumus kimia dan persamaan reaksi. Sedangkan Schmidt.H.J (1997:237)
mengemukakan bahwa rumus kimia dan persamaan reaksi menggambarkan
hubungan kuantitatif dua tingkat yaitu tingkat fenomenologis (level makroskopik)
dan tingkat partikel (tingkat mikroskopik). Pada tingkat makroskopik rumus kimia
menyatakan hubungan massa unsur-unsur yang terkandung dalam senyawa atau
menyatakan perbandingan massa pereaksi dan hasil reaksi dalam suatu persamaan
reaksi. Sedangkan pada tingkat mikroskopik rumus kimia menyatakan perbandingan
atom unsur dalam senyawa atau perbandingan partikel-partikel yang bereaksi yang
dinyatakan dalam suatu persamaan reaksi.
Okanlawon, A.E (2010:127) mengemukakan bahwa stoikiometri merupakan
topik yang mendasari semua aspek kimia yang melibatkan permasalahan untuk
menghitung massa reaktan yang diperlukan dan produk yang dihasilkan dengan
bantuan persamaan reaksi setara. Belajar untuk menyelesaikan masalah ini
memerlukan penguasaan konsep stoikiometri yang baik, kemampuan untuk
membangun dan menyetarakan persamaan reaksi dan menggunakannya untuk
Stoikiometri merupakan konsep prasyarat siswa dalam mempelajari materi yang
lainnya misalnya asam-basa, kesetimbangan kimia dan elektrolisis. Namun
sayangnya materi stoikiometri merupakan salah satu topik yang sukar dimengerti
oleh siswa. Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian yang menemukan bahwa
materi stoikiometri merupakan materi yang cukup sulit (Saerab,N.K, 1996; Scmidt,
1997; Chandrasegaran, A.L at all, 2009; Okanlawon, A.E, 2010). Lebih lanjut
Okanlawon, A.E (2010;108) berpendapat bahwa kesulitan ini terletak pada
kompleksitas dalam melakukan perhitungan ini memerlukan pemahaman tentang
konsep mol, menyetarakan persamaan reaksi, keterampilan aljabar dan interpretasi
dari sebuah masalah ke dalam langkah-langkah prosedural yang mengarah kepada
jawaban yang benar. Berdasarkan hasil penelitiannya Saerab,N.K (1996; 92)
menyimpulkan bahwa kesulitan-kesulitan siswa dalam perhitungan kimia
menyangkut kesetaraan mol zat, perhitungan massa pereaksi dan hasil reaksi,
perhitungan volume hasil reaksi dan pereaksi, penentuan pereaksi pembatas suatu
reaksi, serta penentuan rumus empiris dan rumus molekul suatu senyawa.
Berdasarkan hasil wawancara informal dengan guru kimia kelas X di tempat
peneliti bertugas, selama beberapa tahun ditemukan hanya 60 % saja siswa yang
lulus KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) pada materi stoikiometri. Sementara
setiap tahun minat siswa untuk memilih jurusan IPA di sekolah ini sangat tinggi
yaitu sekitar 90%. Selain itu berdasarkan pengalaman peneliti selama mengajar kelas
XII ditemukan kesulitan siswa dalam materi elektrolisis. Hal ini dikarenakan siswa
kurang memahami konsep mol dan stoikiometri yang merupakan konsep prasyarat
untuk materi tersebut. Keadaan tersebut harus menjadi pemikiran bagi guru-guru
kimia di sekolah ini untuk mencari penyebab mengapa kondisi tersebut dapat
menyelesaikan soal stoikiometri sehingga dapat diupayakan untuk mencari solusi
yang tepat agar kesulitan tersebut dapat diatasi, sehingga pada akhirnya akan
membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal stoikiometri.
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa tersebut akan lebih mudah diidentifikasi
kalau kita tahu bagaimana tahap-tahap pemecahan masalah yang dilakukan oleh
siswa dalam menyelesaikan soal stoikiometri tersebut.
Berdasarkan paparan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang
kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal stoikiometri melalui
tahap-tahap pemecahan masalah. Setelah diketahui kesulitan-kesulitan siswa tersebut,
diharapkan guru berupaya untuk mencari solusi agar kesulitan tersebut dapat diatasi
di masa yang akan datang sehingga kesulitan tersebut tidak menjadi penghambat
dalam mempelajari materi selanjutnya yang lebih kompleks.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dilakukan dengan rumusan
masalah sebagai berikut: “Kesulitan-kesulitan apakah yang dihadapi siswa dalam
menyelesaikan soal stoikiometri dan bagaimanakah tanggapan guru tentang upaya
yang harus dilakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut?” Rumusan masalah diatas
dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses pembelajaran stoikiometri yang dilaksanakan oleh guru di
kelas?
2. Bagaimanakah pemahaman siswa terhadap materi stoikiometri?
3. Bagaimanakah siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal
stoikiometri?
4. Bagaimanakah tanggapan guru tentang upaya mengatasi kesulitan siswa dalam
C. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap judul penelitian ini maka akan
dijelaskan istilah-istilah yang dianggap penting, yaitu:
1. Analisis
Analisis secara arti kata didefinisikan sebagai penyelidikan terhadap suatu
peristiwa (karangan, perbuatan ) untuk mengetahui keadaan sebenarnya (sebab
musabab, duduk perkara ) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991: 37).
Berdasarkan definisi diatas analisis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
menyelidiki letak dan penyebab kesulitan siswa dalam memecahkan masalah
stoikiometri.
2. Kesulitan
Kesulitan didefinisikan sebagai keadaan yang sulit, sesuatu yang sulit. Sementara
pengertian sulit adalah sukar sekali; susah (diselesaikan atau dikerjakan dsb)
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991: 971).
Kesulitan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu keadaan yang terjadi
dalam diri siswa atau hambatan-hambatan yang dihadapi siswa dalam
menyelesaikan soal yang berkaitan dengan materi stoikiometri.
3. Pemecahan masalah
Pemecahan masalah yang dimaksud disini adalah langkah-langkah yang harus
ditempuh dalam menyelesaikan soal stoikiometri yang merupakan gabungan dari
tahap pemecahan masalah yang dikemukakan oleh (Arifin, M.et all, 2000 ; 127)
dan langkah-langkah penyelesaian soal stoikiometri yang dikemukakan oleh
Chang (2005 : 75) yaitu tahap analisis (menuliskan yang diketahui dan yang
ditanyakan), tahap perencanaan (menuliskan dan menyetarakan persamaan reaksi,
(menentukan mol yang ditanyakan berdasarkan perbandingan koefisien,
menentukan massa/volume/jumlah partikel yang ditanyakan) dan tahap evaluasi
(memeriksa kembali hasil penyelesaian masalah).
4. Stoikiometri menggambarkan hubungan kuantitatif antar atom dari unsur-unsur
dalam zat-zat dan hubungan kuantitatif antar zat dalam suatu reaksi kimia (Johari,
JMC dan Rachmawati, M, 2004;158). Sedangkan menurut Chang, R (2005;74)
stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas dari reaktan dan produk
dalam reaksi kimia.
Berdasarkan dua pengertian tersebut stoikiometri yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah menggambarkan hubungan kuantitatif dari reaktan dan
produk dalam suatu reaksi kimia.
D. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi secara mendalam
mengenai kesulitan yang dihadapi siswa pada materi stoikiometri berdasarkan
proses pembelajaran yang berlangsung maupun hasil pembelajarannya. Setelah
diketahui letak kesulitan siswa serta penyebab munculnya kesulitan tersebut maka
peneliti akan menginformasikan dan mendiskusikan dengan guru upaya yang akan
dilakukan agar pada proses pembelajaran mendatang kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal stoikiometri dapat diminimalisasi sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.
1. Bagi guru dan pengembangan bidang studi kimia, dengan mengetahui
kesulitan-kesulitan siswa dalam memecahkan masalah stoikiometri maka guru dapat
masalah stoikiometri dan membimbing siswa menggunakan tahap-tahap
pemecahan masalah stoikiometri secara konsisten sehingga dapat meningkatkan
hasil pembelajaran stoikiometri.
2. Bagi siswa, dengan dikembangkannya proses pembelajaran dengan menggunakan
metode pemecahan masalah stoikiometri maka diharapkan siswa akan dapat
memahami materi stoikiometri dengan baik sehingga dapat mempermudah untuk
mempelajari materi-materi kimia yang berhubungan dengan konsep stoikiometri.
3. Bagi sekolah, dengan adanya penelitian ini maka sekolah dapat memotivasi dan
memfasilitasi guru untuk mengembangkan penelitian-penelitian sejenis yang
dapat menggali kesulitan siswa pada materi kimia lain atau pada bidang studi lain
sehingga dengan diketahuinya kesulitan-kesulitan tersebut maka guru-guru dapat
mencari solusi yang tepat untuk mengatasinya. Dengan demikian kualitas
pembelajaran di sekolah tersebut dapat meningkat dan tentunya KKM sekolah
dapat tercapai.
4. Bagi para peneliti lain, tahap-tahap pemecahan masalah stoikiometri yang ada
dalam penelitian ini dapat digunakan untuk menganalisis kesulitan siswa pada
materi stoikiometri dengan karakteristik soal tertentu. Selain itu tahap-tahap
pemecahan masalah stoikiometri ini dapat diujicobakan pada subjek penelitian
yang lebih banyak dan bervariasi agar dapat diketahui apakah tahap-tahap
pemecahan masalah stoikiometri ini cukup efektif untuk mempermudah siswa
menyelesaikan soal stoikiometri.
F. Pembatasan Masalah
Untuk lebih mengarahkan penelitian ini, maka permasalahan dibatasi sebagai
1. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang akan menganalisis letak dan
penyebab kesulitan-kesulitan siswa dalam memecahkan masalah stoikiometri.
2. Materi stoikiometri yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah stoikiometri
yang menggambarkan hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam suatu
reaksi kimia.
3. Untuk memudahkan menganalisis letak kesulitan siswa dan penyebabnya maka
peneliti membuat tahap-tahap pemecahan masalah dalam menyelesaikan soal
stoikiometri. Tahap-tahap pemecahan masalah yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah tahap pemecahan masalah stoikiometri terdiri dari 4 tahap yaitu: tahap
menganalisis soal (menuliskan yang diketahui dan yang ditanyakan), tahap
merencanakan pemecahan soal (menuliskan dan menyetarakan persamaan reaksi,
menentukan mol dari massa/volume yang diketahui, menentukan pereaksi
pembatas jika pereaksi yang diketahui lebih dari satu), tahap melakukan
perhitungan (menentukan mol yang ditanyakan berdasarkan perbandingan
koefisien, menentukan massa/volume/ jumlah partikel yang ditanyakan) dan
tahap evaluasi (memeriksa kembali hasil penyelesaian masalah).
G. Anggapan Dasar
Sekolah yang menjadi tempat penelitian ini adalah sekolah berasrama penuh
yang tentunya memiliki karakteristik yang berbeda dengan sekolah pada
umumnya. Siswa hanya diberi kesempatan satu minggu sekali untuk bertemu
dengan orangtuanya dan keluarganya. Keadaan ini tentunya akan mengganggu
psikologis siswa misalnya menimbulkan perasaan tidak betah, ingin pindah
sekolah agar lebih dekat dengan orangtua, malas belajar dan ingin selalu
melanggar aturan sekolah. Dengan kondisi psikologis tersebut tentunya akan
kesulitan siswa dalam memecahkan masalah (soal) stoikiometri hanya disebabkan
oleh ketidakpahaman siswa memahami soal dan materi pembelajaran berdasarkan
pembelajaran yang dilakukan dikelas sehingga faktor psikologis diatas dianggap
26 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesulitan siswa
dalam menyelesaikan soal stoikiometri melalui tahap-tahap pemecahan masalah.
Langkah awal dalam penelitian ini adalah melakukan analisis materi stoikiometri
baik yang terdapat di dalam silabus kimia SMA maupun buku pegangan siswa
dan buku teks kimia. Selain itu juga peneliti menganalisis RPP yang dibuat oleh
guru untuk mengetahui gambaran rancangan pembelajaran stoikiometri di kelas
dan mengidentifikasi indikator-indikator yang dikembangkan sebagai acuan
untuk membuat soal.
Soal yang disusun terdiri dari dua jenis yaitu soal tentang konsep prasyarat dan
stoikiometri. Soal konsep prasyarat digunakan untuk mengetahui sejauhmana
kemampuan siswa dalam konsep prasyarat stoikiometri yaitu tata nama senyawa,
persamaan reaksi dan konsep mol sedangkan soal stoikiometri digunakan untuk
mengetahui hasil belajar siswa yang akan dianalisis tahap-tahap pemecahan
masalahnya sehingga letak kesulitan siswa dapat teridentifikasi. Untuk lebih
mudah menganalisis kesulitan siswa maka peneliti membuat kunci jawaban atau
penyelesaian soal dengan tahap-tahap pemecahan masalah.
Untuk mengetahui proses pembelajaran berlangsung maka peneliti melakukan
observasi baik tercatat maupun berupa rekaman. Tes konsep prasyarat
dilaksanakan sebelum pelaksanaan pembelajaran stoikiometri, sedangkan tes
stoikiometri dilaksanakan setelah pembelajaran stoikiometri. Hasil tes kemudian
kemudian dibandingkan dengan tahap-tahap pemecahan masalah yang sudah
dibuat oleh peneliti. Setelah itu dilakukan pengambilan data melalui angket.
Berdasarkan hasil analisis tes maka dilakukan wawancara kepada beberapa siswa
yang dipilih berdasarkan kriteria kesulitan tertentu hal ini dimaksudkan untuk
mencari letak dan penyebab kesulitan siswa tersebut. Untuk menggali informasi
tentang upaya mengatasi kesulitan siswa maka peneliti melakukan wawancara
dengan guru. Analisis hasil tes, angket dan wawancara disusun sebagai suatu
temuan. Temuan ini bahas yang akan dijadikan sebagai bahan untuk membuat
kesimpulan.
Prosedur penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan alur pelaksanaan
Bagan 3.1 . Alur Pelaksanaan Penelitian Tes Konsep Prasyarat
Nilai Stoikiometri di Bawah KKM
Validasi Instrumen
Kajian Literatur
Instumen Penelitian Kesulitan dalam
Stoikiometri
PBM Stoikiometri Observasi
Tes Stoikiometri
Analisis Data
RPP
Observasi Pembelajaran Tes (Prasyarat, Stoikiometri) Angket
Wawancara (Siswa dan Guru) Analisis RPP Materi Stoikiometri
Uji Coba Instrumen Revisi
Pengumpulan Data
Temuan
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini berasal dari salah satu SMA swasta berasrama yang ada
di kota Bandung. Dari delapan kelas X yang ada di ambil satu kelas sebagai
subjek penelitian. Pengambilan subjek penelitian dilakukan dengan teknik
purposive sampling dan meminta pertimbangan guru pengajar kelas X. Hal ini
bertujuan agar memperoleh sampel dengan karakteristik yang diinginkan yaitu
kelas yang memiliki kemampuan rata-rata rendah. Berdasarkan informasi dari
guru kelas X, maka dipilihlah kelas X-4 yang berjumlah 24 orang sebagai subjek
penelitian ini.
Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian dan hasil penelitian diharapkan
dapat dirasakan secara langsung oleh peneliti serta dapat dikembangkan dan
dievaluasi secara berkelanjutan maka peneliti mengambil sampel yang berasal
dari sekolah peneliti bertugas. Selain itu juga sekolah ini merupakan sekolah
berasrama penuh yang tentunya memiliki karakteristik yang berbeda dengan
sekolah umum.
C. Teknik dan Alat Pengumpul Data
Dalam pengumpulan data penelitian digunakan beberapa teknik, yaitu analisis
RPP, observasi proses belajar mengajar (PBM), tes tertulis hasil belajar, angket,
wawancara dengan siswa dan wawancara dengan guru.
1. Analisis RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP ) yang dianalisis merupakan RPP
yang biasa dilaksanakan oleh guru kelas X dalam pembelajaran stoikiometri
seperti yang tersaji dalam lampiran C-1. Analisis RPP ini bertujuan untuk
menggali informasi tentang aspek-aspek apa saja yang ada di dalam RPP tersebut
standar proses pendidikan. Analisis RPP ini dilakukan sebelum dilaksanakan
observasi dan merupakan acuan untuk penyusunan pedoman observasi. Langkah
pertama yang dilakukan dalam menganalisis RPP adalah mengidentifikasi
komponen-komponen yang harus ada dalam RPP yaitu identitas mata pelajaran,
SK, KD, indikator, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode,
kegiatan pembelajaran (pendahuluan, kegiatan inti, penutup), evaluasi dan
sumber belajar. Langkah selanjutnya membandingkan antara RPP dengan
pelaksanaan pembelajaran di kelas, lalu dianalisis untuk melihat kesesuaian
antara RPP dengan proses belajar mengajar.
2. Observasi
Observasi dilakukan pada saat pelaksanaan proses belajar mengajar pada
materi stoikiometri. Tujuan observasi adalah untuk mengamati secara langsung
pelaksanaan proses pembelajaran pada materi tersebut guna memperoleh
informasi tentang bagaimana proses belajar mengajar stoikiometri di kelas dan
apakah RPP yang disusun dapat diimplementasikan dengan baik oleh guru
tersebut. Semua aktifitas guru dan siswa dicatat dalam pedoman observasi dan
direkam. Proses rekaman dilakukan agar proses pembelajaran dapat diamati
berulang-ulang sehingga analisis dapat dilakukan secara lebih mendalam.
Adapun aspek-aspek yang diobservasi adalah persiapan, pendahuluan, kegiatan
inti, penggunaan media, metode dan sumber belajar, pengelolaan kelas, evaluasi
dan penutup. Hasil observasi tersebut dicatat dalam pedoman observasi.
Hasil dari observasi yang telah dikumpulkan, disusun dan dianalisis untuk
memperoleh data tentang proses pembelajaran stoikiometri yang dilaksanakan
oleh guru di kelas. Dari hasil observasi ini diharapkan peneliti dapat menggali
metode, media dan sumber belajar, penerapan tahap-tahap pemecahan masalah,
jenis evaluasi yang diberikan guru dan penggunaan kalkulator.
3. Tes
Alat pengumpul data berikutnya adalah tes hasil belajar konsep prasyarat dan
stoikiometri yang diharapkan dapat mengungkapkan pemahaman siswa dalam
stoikiometri. Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian.
Tujuan dari pemilihan jenis tes ini adalah agar peneliti dapat menggali
kemampuan siswa dalam memahami konsep prasyarat dan mengaplikasikannya
dalam soal stoikiometri .
Tes yang disusun terdiri atas sepuluh soal yang dibagi menjadi dua bagian
yaitu empat soal tentang konsep prasyarat stoikiometri (tata nama senyawa,
persamaan reaksi dan konsep mol) dan enam soal tentang stoikiometri. Dari enam
soal stoikiometri, tiga soal pertama berbentuk uraian berstruktur sedangkan
sisanya soal bentuk uraian tidak berstruktur.
Melalui tes uraian berstruktur ini diharapkan siswa dapat menyelesaikan soal
secara sistematis sehingga peneliti dapat menggali informasi tentang tahap-tahap
pemecahan masalah yang dilakukan siswa. Melalui tahap-tahap pemecahan
masalah diharapkan kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal stoikiometri dapat
dianalisis dengan mudah. Selain itu penggunaan soal berstruktur bertujuan untuk
mengetahui apakah soal berstruktur dapat membantu siswa untuk menyelesaikan
soal stoikiometri. Sedangkan penyusunan soal uraian tidak berstruktur bertujuan
untuk menyesuaikan dengan kondisi di sekolah pada umumnya, soal-soal
disajikan dalam buku pegangan siswa maupun guru berbentuk uraian tidak
Tes yang digunakan harus benar-benar dapat mengidentifikasi kesulitan siswa
menyelesaikan masalah stoikiometri reaksi, oleh karena itu pembuatan instrumen
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menganalisis silabus mata pelajaran kimia kelas X, buku pegangan siswa kelas X
dan buku teks.
b. Membuat kisi-kisi soal dan penulisan butir-butir soal ( Lampiran A-1).
c. Pembuatan kunci jawaban dan pedoman penskoran yang disertai tahap-tahap
pemecahan masalah (Lampiran A-2 sampai dengan A-4)
Skor dari tiap butir soal yang ada di dalam tes berbeda, hal ini dikarenakan
tingkat kesukaran dan jumlah unsur yang terdapat dalam setiap butir soal
berbeda.
e. Meminta pertimbangan ( judgment ) dari tiga orang dosen kimia. Pertimbangan
yang diminta kepada para penimbang ini adalah validasi isi, validasi konstruk,
kejelasan bahasa, kesesuaian butir soal dengan indikator pembelajaran, kebenaran
kunci jawaban dan pedoman penskoran, serta ketepatan aspek-aspek pada ranah
kognitif menurut taksonomi Bloom. Berdasarkan hasil pertimbangan semua butir
soal dapat dipergunakan hanya ada perbaikan untuk penulisan kata, ranah
kognitif untuk soal konsep prasyarat yaitu pada soal nomor 1a, 1b dan 2a dan
perbaikan struktur kalimat untuk soal stoikiometri nomor 3 . Pada saat meminta
pertimbangan, peneliti membuat lima butir soal stoikiometri yang terdiri dari tiga
soal berstruktur dan dua soal tidak berstruktur, namun berdasarkan saran
penimbang soal tidak berstruktur ditambah satu soal yaitu soal nomor empat
sehingga keseluruhan jumlah butir soal stoikiometri reaksi menjadi enam soal.
Soal nomor empat memiliki indikator yang sama dengan nomor satu,
tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal bersrtuktur lebih mudah
atau lebih susah dikerjakan oleh siswa.
f. Merevisi dan menambahkan butir soal tes sesuai dengan saran-saran para
penimbang, sehingga soal tes dapat diujicobakan.
Sebelum soal tes dipergunakan dalam penelitian, soal tes ini diujicobakan
terlebih dahulu. Uji coba ini harus dilakukan pada siswa yang sudah pernah
mendapatkan materi stoikiometri reaksi, oleh karena itu dipilihlah tiga kelas XII
SMA tempat penelitian dengan jumlah siswa keseluruhan 52 orang.
Analisis uji coba tes meliputi reliabilitas, daya pembeda (D) dan tingkat
kesukaran (P).
a. Reliabilitas
Reliabilitas instrumen dilakukan untuk menguji ketepatan instrumen dalam
mengukur ketepatan siswa dalam menjawab butir soal. Untuk menentukan
reliabilitas seperangkat soal yang diujicobakan ini dilakukan analisis butir soal.
Sesuai dengan bentuk tes yang akan dipergunakan adalah bentuk uraian maka
reliabilitas soal secara keseluruhan rumus yang digunakan dicari dengan
menggunakan rumus Alpha seperti yang dikemukakan oleh Arikunto, S
(2003:109) sebagai berikut:
Dengan keterangan:
r11 = reliabilitas yang dicari
= jumlah varians skor tiap-tiap item
Menurut Arikunto, S ( 2003 : 75 ) sebagai acuan untuk menafsirkan nilai
koefisien reliabilitas digunakan kriteria seperti yang tersaji pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Tafsiran Koefisien Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas Tafsiran 0,80 – 1,00
0,60 – 0,80 0,40 – 0,60 0,20 – 0,40 0,00 – 0,20
Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah
Setelah diolah dengan menggunakan Program Excel dan rumus Alpha maka
diperoleh koefisien reliabilitas (r11) untuk soal konsep prasyarat dengan katagori
cukup yaitu sebesar 0,592 sedangkan untuk soal stoikiometri reaksi berharga 0,81
dengan katagori sangat tinggi. Berarti kedua soal tersebut cukup reliabel sehingga
dapat dipercaya sebagai alat ukur. Hasil perhitungan secara lengkap dapat dilihat
pada lampiran B-1 dan B-2
b. Tingkat Kesukaran
Dengan penskoran yang sama seperti yang dilakukan pada analisis daya
pembeda, maka untuk menentukan tingkat kesukaran digunakan rumus yang
dikemukakan oleh Arikunto, S ( 2003 : 208 )
Keterangan:
P = Indeks Kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = Jumlah seluruh peserta tes
Tabel 3.2 Tafsiran Koefisien Tingkat Kesukaran
Kriteria Tingkat Kesukaran
Tafsiran
P = 0,00
0,00 < P ≤ 0,30 0,30 < P ≤ 0,70 0,70 < P ≤ 1,00 P = 1,00
Soal terlalu sukar Sukar
Sedang Mudah
Sangat Mudah
Berdasarkan hasil analisis diperoleh tingkat kesukaran dari soal konsep
prasyarat delapan item tergolong mudah, tiga item tergolong sedang dan tiga item
tergolong sukar. Sedangkan dari 24 item soal stoikiometri reaksi 11 item
tergolong mudah dan sisanya tergolong sedang. Hasil analisis tingkat kesukaran
dapat dilihat pada lampiran B-3 dan B-4
c. Daya Pembeda
Daya pembeda soal (D) adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah). Karena soal terdiri dari beberapa item, maka daya
pembeda dihitung untuk masing-masing item yang ada di dalam soal tersebut.
Penskoran untuk menentukan daya pembeda tes uji coba ini, diambil
kebijaksanaan berpedoman kepada pendapat Subino (Saerab, 1996 : 48), yaitu:
untuk siswa yang memperoleh skor butir soal itu besarnya 50% ke bawah dari
bobot soal dinyatakan salah (0), dan yang memperoleh skor yang lebih besar
daripada 50% daripada bobot soal dianggap benar (1). Dalam analisis daya
pembeda butir soal tes ini hanya diambil siswa kategori tinggi 27% dan siswa
kategori rendah 27% ( Sudjino, A, 2007 : 387 ). Selanjutnya daya pembeda
dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukan oleh Arikunto, S ( 2003 :
Keterangan :
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab
benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab
benar
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
Kriteria daya pembeda menurut Arikunto, S ( 2003 : 218 ) sebagai berikut:
Tabel 3.3 Tafsiran Koefisien Daya Pembeda
Kriteria Daya Pembeda Tafsiran < 0,00
0,00 - 0,20 0,20 - 0,40 0,40 - 0,70 0,70 - 1,00
Dibuang Jelek Cukup
Baik Baik Sekali
Dengan menggunakan rumus diatas dan pengolahan data dengan program
Excel maka diperoleh ada dua item pada soal nomor dua ( 2a, 2c ) dan satu item
pada soal nomor tiga ( 3b ) untuk konsep prasyarat memiliki daya pembeda
jelek. Sedangkan untuk soal stoikiometri reaksi ada satu item dari soal nomor
satu ( 1a ) memiliki daya pembeda negatif dan tiga item memiliki daya pembeda
yang jelek yaitu satu item dari soal nomor satu ( 1d ) dan dua item ( 2a, 2b ) dari
soal nomor dua. Item soal yang memiliki daya pembeda negatif dibuang
sedangkan item soal yang lainnya diperbaiki. Hasil analisis daya pembeda secara
Ada dua data tes yang ada dalam penelitian ini yaitu hasil tes konsep prasyarat
dan hasil tes stoikiometri. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis
hasil tes tersebut adalah :
a. Memberi skor pada masing-masing item jawaban siswa pada setiap soal sesuai
dengan kunci jawaban yang sudah disusun berdasarkan tahap-tahap pemecahan
masalah. Untuk mempermudah proses penentuan skor yang diperoleh siswa, pada
soal stoikiometri reaksi pemberian skor mengurut dari mulai nomor 1,4, 2, 5, 3
dan 6.
b. Data skor yang diperoleh siswa pada masing-masing item yang terdapat pada
tahap-tahap pemecahan masalah dikonversi dalam bentuk persen lalu di olah
dengan menggunakan program Excel 2007 sehingga diperoleh nilai rata-rata pada
masing-masing item, masing-masing tahap dan nilai siswa pada setiap soal.
Untuk menentukan nilai rata-rata tiap item digunakan rumus :
c. Persentase masing-masing item dari tiap tahap dijumlahkan sehingga
diperoleh nilai pada masing-masing tahap. Nilai rata-rata siswa pada setiap
tahap untuk tes stoikiometri diperoleh dengan menjumlahkan nilai rata-rata
pada setiap tahap untuk masing-masing soal dibagi dengan jumlah soal.
Untuk mengetahui perbandingan nilai yang diperoleh pada masing-masing
tahap antara soal yang berstruktur dan tidak berstruktur maka dilakukan
menganalisis maka nilai pada masing-masing tahap dari soal yang mirip
tersebut disajikan secara berdampingan.
d. Nilai siswa pada konsep prasyarat disajikan dalam bentuk persentase pada
masing-masing konsep yaitu tata nama senyawa, persamaan reaksi dan konsep
mol. Data nilai ini akan diajukan sebagai salah satu acuan untuk mencari
penyebab dari kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal stoikiometri.
e. Nilai-nilai yang diperoleh pada tes stoikiometri dianalisis yang akan dijadikan
sebagai dasar untuk pemilihan siswa yang akan diwawancara.
4. Angket
Alat pengumpul data lainnya adalah angket yang diperlukan untuk
memperoleh informasi berupa pendapat siswa tentang kesulitan-kesulitan mereka
dalam menyelesaikan soal stoikiometri. Skala pengukuran yang digunakan pada
angket ini adalah skala sikap Likert.
Pada awalnya angket yang disusun terdiri dari tiga bagian A yaitu tentang
motivasi sebanyak dua butir pernyataan, bagian B tentang konsep –konsep yang
berhubungan dengan stoikiometri yang terdiri dari 14 butir pernyataan sedangkan
bagian C terdiri dari empat butir yang mengungkap tentang tahap-tahap
pemecahan masalah. Setelah didiskusikan dengan dosen pembimbing ada
penambahan beberapa butir pernyataan dan urutan pernyataan angket. Perubahan
tersebut berpedoman pada kepentingan untuk menggali letak dan penyebab
kesulitan-kesulitan siswa dalam menyelesaikan stoikiometri melalui tahap-tahap
pemecahan masalah. Oleh karena itu butir-butir angket disusun mengacu kepada
tahap-tahap pemecahan masalah stoikiometri. Lima butir pernyataan awal
(1A-5A) dan 21 butir pernyataan berikutnya bertujuan untuk menggali informasi
bagaimana sikap siswa dalam menyelesaikan soal stoikiometri berdasarkan
tahap-tahap pemecahan masalah (1B-21B). Angket dengan skala sikap Likert ini dibuat
dalam bentuk checklist. Setiap butir pernyataan terdiri atas sebuah pernyataan
dan kolom jawaban yang memiliki empat alternatif pilihan yaitu sangat setuju
(SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Siswa hanya
diminta memberi tanda check (V) pada salah satu alternatif jawaban.
Menurut pendapat Sugiyono (2004:107) bahwa jawaban setiap butir
pernyataan yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat
positif sampai sangat negatif. Untuk keperluan analisis kuantitatif maka jawaban
tersebut dapat diberi skor. Pada penelitian skor jawaban siswa untuk jenis
pernyataan negatif ( – ) diberi skor 1, 2, 3, 4 (SS, S, TS, STS), sedangkan untuk
jenis pernyataan positif ( + ) diberi skor 4, 3, 2, 1 (SS, S, TS, STS). Untuk
menganalisis skor yang diperoleh siswa pada setiap butir pernyataan diolah
dengan menggunakan program Excel . Data skor siswa di sajikan dalam bentuk
persentase tingkat kesetujuan siswa untuk pernyataan ( + ) dan persentase tingkat
ketidakkesetujuan siswa untuk pernyataan ( – ). Tingkat kesetujuan (tk) dan
tingkat ketidakkesetujuan (tks) siswa dihitung dengan menggunakan rumus
berikut :
tk
tks
Data hasil angket dianalisis menjadi persentase kesetujuan (tk) siswa untuk
pernyataan positif dan persentase tingkat ketidaksetujuan (tks) siswa untuk
pernyataan negatif. Langkah pertama penggolahan data hasil angket adalah
memasukkan data jawaban setiap siswa untuk setiap butir pernyataaan ke dalam
tabel. Rekapitulasi skor siswa pada masing-masing butir pernyataan disajikan
pada lampiran D-21. Langkah selanjutnya adalah mengolah data dengan
menggunakan program Excel dan rumus yang dikemukakan oleh Sugiyono
(2004 : 109) sehingga diperoleh persentase kesetujuan (tk) dan persentase
ketidaksetujuan (tks).
Data persentase kesetujuan dan ketidakkesetujuan diinterpretasikan dengan
memperhatikan harga persentase tingkat kesetujuan siswa. Semua responden
dikatakan setuju terhadap suatu butir pernyataan angket, jika harga persentase
kesetujuan siswa lebih besar daripada 50% dan apabila 50% atau lebih kecil
diartikan responden tidak setuju (Sugiyono, 2004 : 109).
5. Wawancara
a. Wawancara dengan Siswa
Wawancara dalam penelitian ini merupakan jenis wawancara tidak berstruktur
yang dilakukan dengan teknik tanya jawab secara langsung terhadap siswa
dengan menggunakan alat perekam. Wawancara ini bertujuan untuk menggali
informasi secara lebih jelas tentang langkah-langkah yang dilakukan siswa dalam
menyelesaikan soal stoikiometri sehingga letak dan penyebab kesulitan siswa
dapat diketahui dengan tepat. Wawancara ini di lakukan setelah peneliti
menganalisis hasil belajar siswa. Siswa yang dipilih untuk mengikuti wawancara
belajar stoikiometri. Oleh karena itu pertanyaan yang diajukan sangat tergantung
kepada karakteristik kesulitan siswa tersebut. Berdasarkan hasil tes tersebut, dari
24 siswa yang akan mengikuti wawancara sebanyak 17 siswa.
Wawancara ini dilaksanakan selama tiga hari menggunakan jam pelajaran
lain yang kebetulan materinya sudah habis. Untuk meminimalisasi gangguan,
maka wawancara di adakan ditempat yang tertutup yaitu ruangan Bimbingan
Konseling (BK) dan digunakan alat perekam. Pada saat pelaksanaan wawancara
ada satu orang siswa yaitu AV tidak hadir, tapi karakteristik AV ini bisa terwakili
oleh 13 orang temannya yang memiliki karakteristik sama.
b. Wawancara dengan Guru
Wawancara dengan guru kimia kelas X yang bersangkutan dilakukan dengan
maksud untuk memperoleh informasi tentang persepsi guru tentang materi
stoikiometri, konsep prasyarat stoikiometri dan tahap-tahap pemecahan masalah
dalam menyelesaikan soal stoikiometri, metode pembelajaran, media dan sumber
belajar dan evaluasi. Selain itu wawancara ini juga dimaksudkan untuk menggali
secara lebih mendalam tentang semua aspek yang berhubungan dengan proses
belajar mengajar stoikiometri sehingga diharapkan letak dan penyebab kesulitan
siswa dalam menyelesaikan soal stoikiometri dapat diidentifikasi. Dengan
diketahuinya letak dan penyebab kesulitan siswa maka guru dapat mencari solusi
yang tepat untuk mengatasi kesulitan tersebut.
Wawancara dilakukan terhadap guru merupakan wawancara berstruktur
karena peneliti sudah menyusun pertanyaan-pertanyaan yang disesuaikan
aspek-aspek yang ingin digali dalam penelitian ini. Wawancara ini dilaksanakan di
wawancara yang meliputi persepsi guru tentang materi stoikiometri, konsep
prasyarat, tahap-tahap pemecahan masalah stoikiometri, proses pembelajaran
stoikiometri dan upaya-upaya yang akan dilakukan guru dalam mengatasi
kesulitan stoikiometri. Wawancara ini dilaksanakan paling akhir setelah peneliti
menganalisis data dari hasil tes, angket dan wawancara siswa dengan maksud
untuk melengkapi data yang telah diperoleh sebelumnya.
Langkah pertama yang dilakukan dalam menganalisis hasil wawancara siswa
adalah membuat transkrip wawancara masing-masing siswa berdasarkan data
hasil rekaman. Selanjutnya hasil transkrip wawancara dianalisis untuk
menyeleksi dan mengelompokkan letak dan penyebab kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal stoikiometri berdasarkan tahap-tahap pemecahan masalah.
Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel yang terdiri letak kesulitan siswa
berdasarkan tahap-tahap pemecahan masalah, penyebab kesulitan siswa dan
sumber data (Lampiran C-14) . Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat dengan
mudah menelusuri data tersebut ditemukan. Transkrip tersebut dianalisis untuk
menambah informasi yang sudah diperoleh dari observasi dan untuk menggali
upaya-upaya yang akan dilakukan oleh guru untuk mengatasi kesulitan siswa
65 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN
Penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi secara mendalam mengenai
kesulitan yang dihadapi siswa pada materi stoikiometri berdasarkan proses
pembelajarannya maupun hasil pembelajarannya. Berdasarkan hasil penelitian maka
pada bagian ini akan disimpulkan tentang kesulitan-kesulitan menyelesaikan soal
stoikiometri dan tanggapan guru tentang upaya-upaya yang akan dilakukan untuk
mengatasi kesulitan tersebut.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Proses pembelajaran stoikiometri yang berlangsung di kelas di mulai dengan
apersepsi yaitu guru menjelaskan tentang konsep prasyarat. Pada kegiatan inti
guru menjelaskan tentang langkah-langkah penyelesaian soal stoikiometri dengan
menggunakan metode problem solving. Sedangkan pada kegiatan penutup guru
tidak membimbing siswa untuk menyusun kesimpulan. Dari uraian di atas dapat
dilihat bahwa proses pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher centered)
2. Pemahaman siswa pada materi stoikiometri sangat rendah dikarenakan
kurangnya penguasaan siswa terhadap konsep prasyarat. Hal ini dapat dilihat dari
nilai rata-rata siswa pada masing-masing konsep tata nama senyawa, persamaan
reaksi dan konsep mol sebesar 33, 13 dan 19.
3. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal stoikiometri karena
pemahaman siswa pada konsep prasyarat sangat rendah. Selain itu siswa juga
mengalami kesulitan dalam tahap-tahap pemecahan masalah yaitu menganalisis
nilai rata-rata 47, tahap melakukan perhitungan nilai rata-rata 28 dan tahap
melakukan evaluasi memperoleh nilai rata-rata 24. Dari hasil penelitian ini juga
dapat disimpulkan bahwa soal berstruktur dapat memudahkan siswa dalam
menyelesaikan soal stoikiometri.
4. Tanggapan-tanggapan guru tentang upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
kesulitan siswa dalam menyelesaikan stoikiometri adalah meningkatkan motivasi
belajar, menata ulang materi, lebih intensif dalam membimbing siswa,
membiasakan tidak menggunakan kalkulator, memperluas wawasan guru,
mengatur waktu pembelajaran remedial.
B. Saran-saran
Berdasarkan temuan, pembahasan, kesimpulan, keterbatasan penelitian dapat
dikemukakan beberapa saran.
1. Untuk menyelesaikan soal stoikiometri, siswa harus menguasai konsep prasyarat
stoikiometri terlebih dahulu. Oleh karena itu guru perlu menata ulang materi
kimia kelas X agar pelaksanaan pembelajaran materi konsep prasyarat tidak
terlalu berjauhan dengan materi stoikiometri sehingga siswa tidak mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan soal stoikiometri yang diakibatkan oleh
kurangnya pemahaman siswa pada materi konsep prasyarat tersebut.
2. Disarankan kepada guru kimia kelas X untuk menggunakan metode pemecahan
masalah stoikiometri dalam proses pembelajaran dan membimbing siswa untuk
menggunakan tahap-tahap pemecahan masalah stoikiometri secara konsisten.
3. Sewaktu memulai proses pembelajaran stoikiometri disarankan guru
menyampaikan tentang pentingnya stoikiometri sebagai konsep prasyarat untuk
memahami materi selanjutnya misalnya larutan asam-basa, kesetimbangan
4. Kepada guru kimia disarankan agar proses pembelajaran berlangsung guru lebih
banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat
sehingga proses pembelajaran berpusat pada siswa (student centered).
5. Disarankan kepada guru kimia dan siswa untuk menggunakan harga massa molar
zat dalam pengubahan massa zat menjadi mol atau sebaliknya, bukan
menggunakan Ar atau Mr yang tidak memiliki satuan.
6. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal stoikiometri
maka guru perlu memberikan latihan soal yang lebih banyak dan lebih bervariasi.
Soal yang dipilih atau disusun hendaknya berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
dan memiliki angka sederhana sehingga siswa tidak mengalami kesulitan dalam
perhitungan. Selain itu pada saat mengerjakan latihan soal guru membiasakan
siswa untuk tidak menggunakan kalkulator agar siswa tidak tergantung pada
kalkulator dalam menyelesaikan soal hitungan.
7. Untuk memudahkan siswa dalam menyelesaikan soal stoikiometri maka guru
disarankan untuk menyusun jenis soal berstruktur agar siswa memamahami alur
penyelesaian soal dengan baik. Selain itu guru perlu secara konsisten menerapkan
tahap-tahap pemecahan masalah agar siswa dapat mengerjakan soal secara
sistematis.
8. Untuk mengidentifikasi kesulitan siswa lebih dini dalam menyelesaikan soal
stoikiometri maka guru perlu meluangkan waktu untuk memeriksa latihan siswa.
9. Bila siswa memiliki nilai rendah, maka disarankan guru untuk mengidentifikasi
permasalahan siswa dan melakukan upaya yang tepat agar siswa tidak mengalami
kesulitan. Upaya dapat dilakukan adalah melaksanakan pembelajaran remedial
10. Perlu diadakan penelitian yang sejenis dengan sampel yang lebih besar,
sehingga dapat terungkap kesulitan-kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal
stoikiometri secara lebih akurat dan dilakukan upaya secara langsung untuk
DAFTAR PUSTAKA
Adesoji,F.A .(2008). Students’ Ability Level and Effectiveness of Problem- Solving Instrucsional Strategy dalam J. Soc. Sci. [Online], 17 Vol 1 Hal 5-8[ 1 April 2010]
Arifin, M. et all .(2000).Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung : JurusanPendidikan Kimia FPMIPA
Arikunto, S (2009).Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan,Edisi Revisi,Cetakan 10. Jakarta: Bumi Aksara
Chandrasegaran,AL et all (2009).Students’ Dilemmas in Reaction Stoichiometry Problem Solving : Deducing the Limiting Reagent in Chemical Reactions Chemistry Education Research and Practise [Online], Vol 10 Hal 14-23. Tersedia :www.rsc.org/cerp [ 6 Maret 2010]
Chang,R. (2005) . Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti, Jilid 1, Edisi ke-3 Jakarta ; Erlangga
Jegede, C.S.A .(2007).The Effect of Problem- Solving Technique on Students’dalam Research Journal of Aplied Sciences 2 Vol 7 Hal 801-803. Tersedia : Medwell Online [ 1 April 2010]
Johari, JMC dan Rachmawati, M (2004) .Kimia SMA Jilid 1 untuk Kelas X,Jakarta : Esis
Moleong.L.J. (2007) .Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya
Okanlawon,A.E .(2010).Teaching Reaction Stoichiometry: Exploring and Acknowledging Nigerian Chemistry Teachers’ Pedagogical Content Knowledge dalam Cypriot Journal Of Educational Sciences [Online], Vol 5 Hal 107-129. Tersedia :www.world-education-center.org/index.php/cjes [ 28 Desember 2010]
Panitia Pelaksana PLPG Rayon 10.(2009).Bahan Ajar PLPG Kimia SMA/MA Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
Rahayu, S.I (2001).Hakikat Pembelajaran Kimia di Perguruan Tinggi. Proyek Pengembangan UT, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Depdiknas
Schmidt,H.-J .(1997). An Alternate Path to Stoichimetric Problem Solving dalam Research in Science Education Vol 1 Hal 237-249. [ 28 Desember 2010]
Selvaratnam, M dan Canagaratna, S.G (2008).Using Problem-Solution Maps To Improve Students’Problem Solving Skills. Division of Chemical Education[Online], Vol 85 Hal 381-384. Tersedia :www.JCE.DivCHED.org [ 6 Maret 2010]
Sudargo, F. (2008). Silabus Metode Penelitian Pendidikan Berbasis IPA. Bandung : Pasca Sarjana UPI
Sudjino, A (2007). Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Remaja Rosda Karya. Bandung.
Sugiyono (2004). Metode Penelitian Administrasi . Alfabeta. Bandung.
Sukardi, H.M (2009) Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa .(1991).Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Toth, Z dan Sebestyen, A .(2009) Relationship between Students’ Knowledge Structure and Problem Solving Strategy in Stoichimetric Problems based on the Chemical Equation dalam Eurasian J. Phys. Chem. Educ [Online], Vol 1 Hal 8-20. [ 6 Maret 2010]
Universitas Pendidikan Indonesia. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah,Bandung : UPI