• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LESSON STUDY TERHADAP EFEKTIVITAS GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SEKOLAH MENENGAH UMUM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH LESSON STUDY TERHADAP EFEKTIVITAS GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SEKOLAH MENENGAH UMUM."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Halaman

4. Pengembangan Profesional Guru Melalui Lesson Study ... 71

H. Hasil Penelitian yang Relevan ... 77

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengolahan ... 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 116

B. Saran-saran ... 116

DAFTAR PUSTAKA ... 118

LAMPIRAN-LAMPIRAN A. Instrumen Penilaian Penampilan Guru ... 122

B. Data Hasil Observasi Penilaian Penampilan Guru ... 124

C. Hasil Analisis Data ... 128

(3)

Halaman E. Foto Hasil Penelitian ... 147 F. Surat Keterangan ... 154

(4)

DAFTAR TABEL & GAMBAR

Tabel Halaman

2.1 Distribusi Kecerdasan IQ Menurut Stanford Revision………. 29

3.1. Rancangan Program Lesson Study... 88

3.2. Jadwal Kegiatan Penelitian Lesson Study... 90

3.3. Rencana Jadwal Kegiatan Observasi ……… 91

3.4. Kisi-kisi Instrument Penilaian Penampilan Mengajar Penjas-orkes….. 99

3.5. Skala Alternatif Jawaban... 100

4.1. Deskripsi Data Efektivitas Penampilan Guru... 105

4.2. Hasil Uji Normalitas Efektivitas Penampilan Guru... 106

4.3. Hasil Uji Homogenitas Efektivitas Penampilan Guru... 107

4.4. Hasil Uji-t Efektivitas Penampilan Guru... 109

Gambar Halaman 3.1. Desain Penelitian ... 87

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman A. INSTRUMENT PENILAIAN PENAMPILAN GURU

PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN ... 122

B. DATA HASIL OBSERVASI 1. Data Hasil Observasi Penanpilan Guru (Lesson Study) ………. 124

2. Data Hasil Observasi Penampilan Guru (non Lesson Study) ………. 126

C. HASIL ANALISIS DATA 1. Deskripsi Data Efektivitas Penampilan Guru ... 128

2. Hasil Uji Normalitas Efektivitas Penampilan Guru ... 129

3. Hasil Uji Homogenitas Efektivitas Penampilan Guru ... 130

4. Hasil Uji Hipotesis ... 130

D. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ... 132

D. FOTO PELAKSANAAN PENELITIAN ... 147

E. SURAT KETERANGAN 1. Surat Keputusan Pembimbing Tesis ……….. 154

2. Surat Ijin Melakukan Penelitian/Observasi ……… 156

3. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ………. 157

(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.

Menurut Undang–Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 yang berbunyi.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada TuhanYang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Di dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional dibutuhkan manusia – manusia yang profesional dibidang masing-masing, manusia yang terlatih, dan

(7)

manusia yang terdidik, sehingga akan mampu membimbing dan membina masyarakat menjadi warga yang unggul dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satu upaya yang sistematis dan terorganisir yang dapat dilakukan adalah melalui peningkatan kompetensi dan kinerja guru. Betapa pentingnya seorang guru mempunyai kompetensi dan kinerja yang baik, sehingga ia akan mampu melaksanakan tugas-tugasnya dengan penuh tanggung jawab dalam proses belajar mengajar.

Kompetensi yang mempengaruhi proses belajar mengajar (PBM) antara lain siswa, kurikulum, guru, metode, sarana prasarana dan lingkungan. Dari berbagai komponen tersebut, komponen guru merupakan komponen yang paling menentukan, karena guru akan mengelola komponen-komponen yang lainnya, sehingga guru diharapkan dapat meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku. Guru sebagai ujung tombak penyampaian materi pelajaran harus mempunyai berbagai kemampuan, sehingga guru mampu menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

(8)

digunakan guru untuk proses pengelolaan kelas dalam suatu pengajaran.

Aktivitas Pendidikan Jasmani yang diperoleh siswa cenderung terbatas. Siswa berpartisipasi pada permainan dan aktivitas yang jumlahnya relatif terbatas. Demikian juga kesempatan dan waktu aktif belajar untuk mengembangkan konsep dasar dan keterampilan gerakpun terbatas. Pendapat di atas sesuai dengan hasil wawancara dengan Rahmat Setiadi (2009) mengatakan bahwa, “Aktivtitas gerak siswa pada waktu proses belajar olahraga bila dirata-ratakan hanya kurang lebih antara 20 sampai 30 menit saja dari total waktu belajar”.

Dalam aktivitas pendidikan jasmani di sekolah, siswa hanya diberikan pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan satu minggu sekali saja. Bahkan itu pun siswa hanya melakukannya kurang lebih sekitar satu jam apabila mereka benar-benar melakukan aktivitas pembelajaran secara aktif. Pada kenyataannya dalam dua jam pembelajaran yang dialokasikan, hanya sekitar 30 % saja siswa dapat terlibat aktif untuk melakukan aktivitas gerak.

(9)

jumlah waktu aktif belajarnya lebih banyak, karena guru yang efektif adalah guru yang bisa memberikan jumlah waktu aktif belajar kepada siswa lebih banyak. Seperti halnya dikatakan oleh Rusli Lutan (1988) dalam Ikin Sahrikin (2010:4) menyatakan bahwa,

Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa kesempatan merupakan konsep utama, dan karena itu, dalam pengertian yang lebih operasional, berapa jumlah waktu yang dihabiskan oleh siswa untuk aktif belajar atau berlatih, merupakan indikator utama dari efektivitas pengajaran.

Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan yang dapat dikatakan efektif dalam pengajarannya di sekolah adalah guru yang bisa memberikan jumlah waktu aktif belajar kepada siswa lebih banyak dalam pembelajarannya berusaha untuk melibatkan siswa secara tepat terhadap proses pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan tersebut, yaitu dengan persentasi keterlibatan siswa yang tinggi dari waktu yang tersedia, dan dengan mempertimbangkan strategi mengajar untuk mendukung terciptanya suasana belajar yang kondusif antara guru dengan siswa ataupun siswa dengan siswa.

Adang Suherman (2009:55) menjelaskan tentang efektivitas mengajar itu adalah

(10)

Dari pararan di atas cukup jelas bahwa semakin banyaknya waktu yang digunakan oleh siswa untuk mempelajari materi pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, maka semakin banyak pula kandungan bahan materi yang dapat diserap oleh siswa di dalam satuan waktu, baik itu dalam satu jam pelajaran, satu pokok bahasan, satu semester, ataupun satu tahun ajaran.

Kurangnya efektivitas proses pembelajaran khuhusnya dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah sebuah masalah dalam dunia pendidikan. Apabila dibiarkan akan menjadi hambatan tercapainya sebuah tujuan, yang paling mendasar adalah tujuan pembelajaran dalam kompetensi dasar. Oleh karena itu tujuan pendidikan jasmani dan tujuan pendidikan nasional tidak akan tercapai.

(11)

dalam Depdikbud (1998:5) sebagai berikut:

...menumbuhkan kegairahan guru untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi program kegiatan belajar mengajar (KBM) dalam rangka meningkatkan sikap percaya diri sebagai guru.

Ada beberapa jenis kegiatan pembinaan profesi pendidik yang dilaksanakan diantaranya kegiatan penataran, pendidikan dan latihan, musyawarah guru mata pelajatan (MGMP). Pendapat di atas sejalan dengan pendapat Adang Suherman (2011) menyatakan, “Dalam proses pembinaan profesi pendidik ada beberapa kegiatan yaitu: KKG/MGMP, sertifikasi guru, diklat, pelatihan dan penataran.”

Lebih lanjut Adang Suherman (2010), menyatakan tentang pola pembinaan profesi pendidik adalah sebagai berikut:

Model pembinaan di KKG/MGMP ada dua model yaitu model tradisional yang kegiatannya hanya berkumpul dan berdiskusi sedangkan model kedua adalah lesson study dengan kegiatannya adalah berkumpul, berdiskusi mengenai perangkat pembelajaran, praktek mengajar yang diobservasi, dan adanya perbaikan perangkat pembelajaran serta perbaikan dalam proses mengajar.

(12)

kinerja pendidik akan menyebutkan sebagai berikut,

...dilakukan di Jepang yang populer dengan istilah lesson study. Kegiatan ini pada prinsipnya merupakan bentuk kolaborasi guru dalam memperbaiki kinerja mengajarnya dengan berkonsentrasi pada studi tentang dampak positif guru terhadap kinerja belajar siswa dalam kelas. Kelompok guru yang melakukan studi ini pada dasarnya merupakan proses kolaborasi dalam pembelajaran.

Lesson study dicoba dan ditumbuhkembangkan pertama kali di suatu SMP di

lereng gunung Fujiyama Jepang pada abad 18 dengan pengagasnya adalah kepala sekolah yang bernama Masaaki Sato. Menurut Suparlan (2009:2), lesson

study berasal dari bahasa Jepang yaitu,

...lesson study dikenal dengan ”jugyokenkyu”, yang merupakan gabungan dari dua kata yaitu ”jugyo” yang berarti lesson atau pembelajaran, dan”kenkyu”yang berarti study atau kajian. Dengan demikian lesson study merupakan proses pengkajian terhadap pembelajaran.

Lesson study bukan sebuah model pembelajaran, bukan pula metode

pembelajaran atau strategi pembelajaran, melainkan lesson study adalah sebuah model pembinaan profesi guru untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran siswa secara bersama dan berkelanjutan. Hal ini sependapat dengan Slamet Mulyana (2007), yang dikutip Akhmad Sudrajat (2010:2), menyatakan bahwa,

(13)

Lebih lanjut Akhmad Sudrajat (2010:2), yang mengutip pernyataan Catherine Lewis (2002) adalah sebagai berikut:

Lesson study is a simple idea. If you want to improve instruction, what could be more obvious than collaborating with fellow teachers to plan, observe, and reflect on lessons? While it may be a simple idea, lesson study is a complex process, supported by collaborative goal setting, careful data collection on student learning, and protocols that enable productive discussion of difficult issues.

Dengan kata lain lesson study dapat diartikan suatu proses pembinaan para guru yang dilakukan oleh sekelompok guru dengan tujuan untuk meningkatkan proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa secara besama-sama dan terus menerus. Lesson study bila dilakukan dengan sistematis dan baik akan menghasilkan beberapa

manfaat/keuntungan. Menurut Caterine Lewis (2004) yang dikutif oleh Akhmad Sudrajat (2010:3),

... bahwa Lesson Study sangat efektif bagi guru karena telah memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk dapat:

(1) Memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan dibelajarkan kepada siswa,

(2) Memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa,...

(3) Mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran ...

(4) Belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa,.. (5) Mengembangkan keahlian dalam mengajar, ....

(6) Membangun kemampuan melalui pembelajaran kolegial, ...

(7) Mengembangkan “The Eyes to See Students” (kodomo wo miru me), ...

(14)

yang bisa diambil dari Lesson Study yaitu:

...beberapa manfaat lain yang bisa diambil dari lesson study diantaranya: (1) Guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya,

(2) Guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota/komunitas lainnya, dan (3) Guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson

Study.

Selain manfaat ada pula kelebihan lesson study. Kelebihan lesson study menurut Sofan & Iif (2010:134), menyatakan bahwa,

...peran guru yang dapat berubah-ubah: siapapun dapat berperan sebagai guru pengajar dalam satu waktu dan menjadi guru pengamat di lain waktu.

Pergantian peran ini menciptakan rasa saling mengerti serta mendukung diantara guru dan secara efektif meningkatkan mutu proses belajar mengajar.

Lebih lanjut Krisnan SR (2010), menyatakan bahwa kelebihan lesson study adalah,

Adapun kelebihan metode lesson study sebagai berikut:

1. Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni , bahasa, sampai matematika dan olahraga serta pada setiap tingkatan kelas.

2. Dapat dilaksanakan Antar guru/pendidik dengan lintas sekolah, ...

3. Lesson Study memiliki nilai ganda dalam hal bekerjasama antara siswa/ santri/ murid/ mahasiswa dan warga belajar serta dapat meningkatkan inovasi dan kreativitas ...

4. Lesson study, dengan terjadinya interaksi antar pendidik, dapat membuka dan meningkatkan sifat terbuka, ...

Lesson Study sebagai model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian

(15)

masyarakat pembelajar (learning community). Dengan menitikberatkan pada prinsip kesejawatan (kolegial) serta melalui sharing pengetahuan dan pengalaman, para guru termotivasi untuk meningkatkan profesionalisme, sehingga masing-masing saling berkolaborasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Walaupun lesson study cukup efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, namun tidak berarti tanpa hambatan (kendala). Menurut Usep Supriatna (2009:3) mengatakan, “Selain kendala yang ada pada guru itu sendiri, juga kondisi sosial dan budaya yang telah membentuk karakter siswa berpengaruh dalam pelaksanaan LS”. Semua tahap yang dilaksanakan dalam kegiatan lesson study, merupakan tahap-tahap penting dan membangun komitmen bersama dalam rangka peningkatan dan perbaikan pembelajaran.

Didalam proses pembinaaan profesi pendidik khususnya dalam kegiatan diklat sampai saat ini masih belum maksimal, hal ini terbukti dengan adanya guru yang mengikuti pendidikan dan latihan dampaknya belum signifikan terhadap mutu guru itu sendiri. Hal ini disebabkan karena pelatihan yang diberikan tidak sesuai dengan di lapangan dan aplikasi hasil pelatihan kurang diterapkan.

Hal tersebut sependapat dengan I Wayan Santyasa (2009) bahwa,

(16)

Kendala lain yang dihadapi dalam pembinaaan profesi dalam kegururuan yaitu masih terisolasinya sistem manajemen. Hal ini sependapat dengan Habib Prasetyo (2010:2), bahwa, “pola-pola pendidikan guru yang ada dewasa ini masih terisolasi dengan sub-sistem manajemen lainnya seperti rekrutmen, penempatan, mutasi,

promosi, pengkajian, dan pembinaan profesi.”

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin mencoba untuk meneliti mengenai pengaruh lesson study terhadap efektivitas guru dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMU.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang dianggap penting untuk diteliti adalah apakah ada pengaruh lesson study terhadap efektivitas guru dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMU?

C. Pembatasan Masalah

(17)

SMU yang masing-masing kelompok berjumlah 10 orang untuk kelompok eksperimen dan 10 kelompok kontrol. Dari masing-masing kelompok tersebut guru tampil mengajar sebanyak 2 kali sehingga, jumlah dari masing-masing kelompok tersebut berjumlah 20 kali tampil. Dari sanalah data yang diambil dalam penelitian ini.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah mengacu pada rumusan masalah di atas adalah ingin mengungkap apakah ada pengaruh lesson study terhadap efektivitas guru dalam proses belajar mengajar Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMU.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan memberikan sumbangan yang berati bagi berbagai pihak terutama bagi dunia pendidikan secara umum. Selain itu hasil penelitian ini juga akan memberikan manfaat dalam perkembangan keilmuan, khususnya dalam kajian lesson study pada pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di Indonesia.

1. Manfaat Teoris.

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat member manfaat sebagai berikut:

(18)

b. Dapat memberikan sumbangan terhadap upaya mendalami pemahaman lesson study pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan

Kesehatan dalam proses pembelajaran melalui lesson study. 2. Manfaat Praktis.

Secara praktis penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada:

a. Bagi guru memberikan masukan khusunya guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di lapangan dalam upaya meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Kemudian kelompok MGMP tingkat pusat dan daerah bisa memberikan informasi yang berupa musyawarah guru-guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan ataupun berupa pelatihan-pelatihan bagi seluruh guru, dalam rangka meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar siswa dalam

pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMU.

b. Bagi Kepala Sekolah dan Pengawas Guru Pendidikan Jasmani Olaraga dan Kesehatan, hasil ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam kegiatan pembinaan profesi keguruan, terutama yang berkaitan dengan pengembangan kegiatan belajar mengajar Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan melalui lesson study.

(19)

Anggapan dasar adalah titik awal bagi penulis untuk melakukan sebuah penelitian. Anggapan dasar merupakan pegangan penulis dalam melakukan penelitian yang hendak dan sedang dilaksanakan. Mengenai anggapan dasar ini, Arikunto (1997:22) menjelaskan bahwa “anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti dalam melaksanakan penelitiannya.”

Anggapan dasar suatu merupakan hal harus diyakini kebenarannya oleh peneliti, dan merupakan landasan atau titik tolak pemikiran yang akan memberikan batasan-batasan dalam keseluruhan proses penelitian. Menurut pendapat Riduwan (2010:30) menyatakan bahwa, Fungsi anggapan dasar dalam sebuah tesis merupakan titik pangkal penelitian dalam rangka penulisan tesis.”. Selain itu, anggapan dasar juga dapat menjadi dasar untuk merumuskan hipotesis dalam penelitian. Berdasarkan paparan di atas, dalam hal ini penulis mencoba memberikan anggapan dasar yang menjadi landasan teori dalam penelitian ini.

Menurut Adang Suherman (2009:55), menyatakan bahwa, gambaran umum tentang efektivitas mengajar ditandai oleh gurunya yang selalu aktif dan siswanya secara konsisten aktif belajar. Dalam lingkungan pembelajaran yang efektif, siswa tidak bekerja sendiri melainkan selalu diawasi oleh gurunya dan mereka tidak banyak waktu yang terbuang begitu saja siswa jarang pasif.

(20)

waktu yang tersedia, dengan pertimbangan strategi mengajar yang mendukung terciptanya suasana belajar yang akrab dan ramah.

Anggapan dasar yang berhubungan dengan lesson study adalah menurut Akhmad Sudrajat (2010:1), mengemukakan bahwa, salah satu masalah atau topik pendidikan yang belakangan ini menarik untuk diperbincangkan yaitu tentang Lesson Study, yang muncul sebagai salah satu alternatif guna mengatasi masalah praktik

pembelajaran yang selama ini dipandang kurang efektif.

Sulastri dan Rahayu (2006:7), yang di kutip oleh Ibrohim menyatakan bahwa, hasil monitoring dan evaluasi kegiatan piloting dan lesson study dalam pembelajaran biologi di sekolah menengah kota Malang menunjukkan bahwa kegiatan ini dapat meningkatkan keprofesionalan guru meningkatkan proses dan hasil belajar biologi. Di samping itu guru biologi menjadi lebih inovatif dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Di samping itu, hasil belajar siswa meningkat, ditandai peningkatan hasil biologi siswa dari 72% siswa yang mendapatkan nilai di atas 60 menjadi 97% siswa

(21)

pembelajaran di kelas, (d). berdasarkan pengalaman real di kelas, lesson study mampu menjadi landasan bagi pengembangan pembelajaran, dan (e). lesson study akan menempatkan peran para guru sebagai peneliti pembelajaran (Lewis, 2002).

William Cerbin dan Bryan Kopp (2006:253) yang mengutip pendapat (Murata & Takahashi, 2002) menyatakan bahwa, lesson study is highly valued by Japanese teachers and an effective way to promote long term teaching improvement. In a

survey of 125 active lesson study practitioners in Japan, 98% reported that lesson

study helped them improve their teaching and 91% believe that lesson study is the

most effective form of professional development.

Hal tersebut di atas mengandung pengertian bahwa lesson study sangat dihargai oleh guru di Jepang dan hal tersebut suatu cara yang efektif untuk perbaikan mengajar jangka yang panjang. Hal tersebut berdasarkan hasil survei terhadap 125 kajian pembelajaran yang aktif di Jepang, melaporkan 98% membantu mereka meningkatkan cara mengajar mereka dan 91% percaya bahwa lesson study adalah bentuk paling efektif dalam pengembangan profesional.

Lebih lanjut William Cerbin dan Bryan Kopp (2006:253) juga berpendapat, Moreover, researchers argue that lesson study has helped improve thequality of

instruction in mathematics and science at the elementary level in Japan, resulting in

higher student achievement in these areas over the past two decade (Stigler &

(22)

Lesson study telah membantu meningkatkan kualitas pengajaran di pelajaran

Matematika dan ilmu pengetahuan di tingkat SD di Jepang, sehingga prestasi siswa yang lebih tinggi dicapai selama dua dekade terakhir. Pendapat lain dikemukakan oleh Catherine C. Lewis (2005;5) menyatakan, because of its diverse forms and the diverse capabilities brought to it by different educators, generalizations about lesson

study’s effectiveness (orineffectiveness) are inappropriate, just as generalizations

about the effectiveness of teaching are inappropriate, unless we specify how it is done

However, several cases reveal that lesson study can be used effectively by North

American teachers. karena sifatnya yang beragam bentuk dan kemampuan yang

dibawa oleh pendidik/guru, secara umum tentang efektif tidaknya lesson study itu akan tergantung kepada guru yang melakukannya. Namun, beberapa kasus mengungkapkan bahwa lesson study dapat digunakan secara efektif oleh para guru Amerika Utara.

Dari beberapa pendapat di atas maka penulis memberikan kesimpulan tentang kelebihan kegiatan lesson study adalah:

1. Dapat meningkatkan keprofesionalan guru khususya dalam meningkatkan hasil dan proses belajar siswa.

2. Dapat meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan guru dalam proses mengajar.

3. Dapat meningkatkan kualitas pengajaran. 4. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(23)

1. Karena masih banyak guru yang tidak mau menginovasi tentang proses belajar mengajar, maka cara mengajarnyapun tidak ada perubahan.

2. Kondisi sosial dan budaya yang telah membentuk karakter siswa sehingga berpengaruh kepada keberhasilan lesson study.

G. Hipotesis.

Suatu hipotesis memegang peranan penting dalam suatu penelitian untuk menjelaskan permasalahan yang harus dicapai pemecahannya. Arikunto (2002:64) menyebutkan bahwa “Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.”

Sesuai dengan anggapan dasar yang penulis kemukakan di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan lesson study terhadap efektivitas guru dalam proses belajar mengajar pada Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMU.

H. Metode Penelitian.

(24)

haruslah tepat. Mengenai jenis dan bentuk metode penelitian yang digunakan dalam sebuah penelitian biasanya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam sebuah penelitian tersebut.

Pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode penelitian Ex-post Facto. Adapun Sukardi ( 2003:174) menjelaskan bahwa “ penelitian Ex post Facto merupakan penelitian dimana rangkaian variabel-variabel bebas telah terjadi, ketika peneliti mulai melakukan pengamatan terhadap variabel terikat”. Ciri utama dalam penelitian ex post facto dapat dijelaskan oleh Natsir ( 1999:73 ) sebagai berikut “sifat penelitian ex post facto yaitu tidak ada kontrol terhadap variabel. Variabel dilihat sebagaimana adanya”. Hal ini lebih lanjut diterangkan Arikunto ( 2002:237 ) yaitu,”pada penelitian ini, peneliti tidak memulai prosesnya dari awal, tetapi langsung mengambil hasil”.

Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian Intact-Group Comparison, metode ini menitik beratkan pada penelitian komparatif. Dalam metode

ini terdapat dua kelompok, yaitu kelompok pertama yang sudah men dapatkan pembinaan profesi guru melalui lesson study (O1) disebut kelompok eksperimen dan kelompok kedua yaitu pembinaan profesi guru non lesson study (O2) disebut kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut pada saat proses belajar mengajar dilakukan observasi terhadap efektivtiasnya.

(25)

penampilan Guru, yaitu untuk mengukur efektivitas proses belajar mengajar, yang mana instrumen tersebut mengacu pada instrumen yang dikembangkan oleh Adang Suherman (2009:36) tentang penilaian penampilan mengajar Penjas.

I. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah merupakan keseluruhan obyek/subyek yang akan diteliti, dan tentu masing-masing mempunyai karakteristik yang khas. Populasi penelitian mencakup segala sesuatu yang akan dijadikan subyek/obyek penelitian yang akan diteliti, dan yang menjadi populasi dn sampel dalam penelitian ini adalah guru-guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SMU yang berada di kabupaten Cianjur yang berjumlah 34 orang.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik sampling purposive. Sugiyono (2009:124) menyatakan bahwa, “Sampling purposive

adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Sedangkan teknik penentuan sampel mengacu pada pendapat Roscoe (1982) yang dikutif oleh Sugiyono (2009:132) bahwa, “Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-masing antara 10 s/d 20”. Lebih lanjut Adang Suherman (2009:18) menyebutkan bahwa, “Jumlah sampel untuk penelitian kausal komparatif sama dengan untuk penelitian eksperimen minimal 15 orang ...”. Dalam penelitian ini penentuan jumlah sampel mengacu kepada kedua pendapat di atas.

(26)
(27)
(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Prosedur Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk melakukan sebuah penelitian. Penggunaan metode dalam pelaksanaan penelitian adalah hal yang sangat penting, sebab dengan menggunakan metode penelitian yang tepat diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Mengenai bentuk dan jenis metode penelitian yang digunakan dalam sebuah penelitian biasanya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam sebuah penelitian tersebut. Seperti diungkapkan Surakhmad Winarno (1982:131) bahwa, “Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan”. Penggunaan metode tergantung kepada permasalahan yang akan dibahas. Dengan kata lain, penggunaan metode harus dilihat dari efektivitas, efesiensi dan relevansinya metode tersebut.

Suatu metode dikatakan efektif apabila selama pelaksanaannya dapat terlihat adanya perubahan positif menuju tujuan yang diharapkan dari penelitian yang dilaksanakan. Sedangkan suatu metode dikatakan efesien apabila penggunaan waktu, fasilitas, biaya dan tenaga dapat dilaksanakan sehemat mungkin, namun dapat mencapai hasil yang maksimal. Metode dikatakan relevan apabila waktu penggunaan hasil pengolahan dengan tujuan yang hendak dicapai tidak terjadi penyimpangan.

(29)

penelitian tersebut. Di samping itu, penggunaan metode tergantung kepada permasalahan yang akan dibahas, dengan kata lain penggunaan suatu metode harus dilihat dari efektivitasnya, efisiennya, dan relevansinya metode tersebut. Suatu metode dikatakan efektif apabila selama pelaksanaan dapat terlihat adanya perubahan positif menuju tujuan yang diharapkan.

Sedangkan suatu metode dapat dikatakan efisien apabila penggunaan waktu, fasilitas, biaya dan tenaga dapat dilaksanakan sehemat mungkin namun dapat mencapai hasil yang maksimal. Metode dikatakan relevan apabila waktu penggunaan hasil pengolahan dengan tujuan yang hendak dicapai tidak terjadi penyimpangan.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian Ex-post facto. Adapun Sukardi (2003) dalam Agus Mulyana (2008:94) menjelaskan bahwa, ‘penelitian Ex-post Facto merupakan penelitian dimana rangkaian variabel-variabel bebas telah terjadi, ketika peneliti mulai melakukan pengamatan terhadap variabel terikat’. Ciri utama dalam penelitian ex-post facto adalah tidak ada kontrol terhadap variabel. Variabel dilihat sebagaimana adanya. Hal ini lebih lanjut diterangkan Arikunto Suharsimi (2002:237) yaitu, ”pada penelitian ini, peneliti tidak memulai prosesnya dari awal, tetapi langsung mengambil hasil”.

(30)

melakukan manipulasi atau treatment terhadap variable-variabel bebasnya, hal ini menunjukkan bahwa perubahan dalam variabel-variabelnya sudah terjadi.

Kerlinger (1964) dalam Agus Mulyana (2008:95) mendefinisikan metode penelitian ex-post facto adalah sebagai berikut:

That research in which the independent variable or variable have already occurred and in which the researcher starts with the observation of a dependent variable or variables in retrospect for their possible relations to, and effects on, the dependent variable or variables.

Pendapat Kringler diatas dapat diartikan bahwa penelitian ex post facto merupakan suatu penelitian dimana variabel atau variabel bebas tersebut telah terjadi, dan peneliti memulai dengan mengobservasi hubungan yang terlihat, atau adanya dampak terhadap suatu variable atau variable terikat.

Usaha peneliti untuk menghubungkan ini setelah sesuatu perlakuan dilakukan pada suatu hasil atau terikat ukuran. Sementara itu berjalan alami atau ex-post facto boleh tidak ada bentuk gambaran hubungan dari desain lain, hal ini berbeda dalam arti bahwa perlakuan yang diberikan adalah pilihan dari suatu manipulasi. Untuk alasan ini, mungkin bukan untuk mengasumsikan suatu hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan variabel terikat. Jika terjadi hubungan, tetapi jika hubungan yang diperoleh dapat diprediksi, hal ini tidak perlu diartikan bahwa variabel penelitian adalah berhubungan secara sebab akibat.

(31)

mencegah penafsiran yang tidak sesuai. Apa saja yang merupakan dugaan-dugaan yang dapat dikategorikan seperti itu. Peneliti harus menerima hasil-hasil penelitian secara empiris dan harus membatasi pembahasan hasil tersebut dalam dalam memilih dugaan yang tidak berdasar.” Dugaan demikian dalam penelitian ex-post facto, hubungan-hubungan sebab-akibat adalah sangat lemah dan sifatnya sementara.

Metode penelitian ex-post facto dikatakan juga dengan istilah metode Causal-Comparative, hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Van Dalen (1962)

dalam Agus Mulyana (2008:97) menyatakan bahwa, ‘Metode causal-comparative merupakan suatu penelitian yang mengamati dan melihat suatu masalah secara mendalam ke dalam situasi hidup, dengan cara membandingkan dua situasi kelompok yang berbeda’.

Metode causal-comparative berdasarkan pada aturan-aturan dari suatu perjanjian dan perbedaan paham dalam suatu keadaan, dimana menyebabkan suatu efek yang diamati diberikan mungkin dengan penambahan dengan cara mencatat unsur-unsur yang diperoleh ketika hasilnya tidak berubah-ubah serta tanpa alternatif kosong walau yang diraih hasilnya kosong / tidak tampak.

Lebih khususnya desain penelitian ini menggunakan desin penelitian Intact-Group Comparison, metode ini menitik beratkan pada penelitian komparatif. Pada

desain ini, sampel dibagi menjadi dua kelompok yakni kelompok yang variable bebasnya sudah terjadi. Sedangkan satu kelompok lainnya non lesson study berfungsi sebagai kelompok kontrol atau pembanding.

(32)

mengacu pada Sugiyono (2009:111) adalah Intact-group comparison. Desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

X O1

O2

Intact-group Comparison Sugiyono (2009:111)

Keterangan

X = Variable bebas berupa pembinaan profesi guru melalui lesson study yang sudah terjadi. (penjabarannya ada dalam program lesson study tabel 3.1)

O1 = Observasi terhadap efektivitas PBM (Kel Eksperimen) yang dilakukan terhadap guru yang sudah mendapat pembinaan profesi yaitu lesson study O2= Observasi terhadap efektivitas PBM (Kel Kontrol) yamg dilakukan terhadap guru yang tidak mendapat pembinaan profesi lesson study.

(33)

Tabel 3.1

Rancangan Program Lesson Study

NO LAGKAH-LANGKAH KEGIATAN WAKTU KET

1 Collaboratively planning the study lesson 60’ Perencanaan bersama-sama mengenai:

- RPP

- Penyususunan evaluasi pembelajatan. - Analisis Permasalahan (materi, metode,

strategi, sarana dan prasarana)

- Mengkaji ulang RPP yang sudah dibuat bersama.

- Rencana solusi permasalahan yang timbul

2 Seeing the study lesson in action 80’ a. Salah seorang menjadi guru model

mempraktekkan RPP yang sudah dibuat bersama.

b. Guru yang lainnya sebagai observer, dan mengobservasi aktivitas siswa, interaksi siswa dengan siswa, dan interaksi siswa dengan guru.

3. Discussing the study lesson 45’

a. Membahas temuan-temuan dalam proses pembelajaran.

(34)

pengamatan.

4 Revising the lesson (opsional) 30’

a. Semua anggota secara bersama-sama melakukan revisi RPP, metode mengajar, praktek pembelajaran, evaluasi sehingga menghasilkan praktek pembelajaran yang mutakhir.

b. Revisi ini berdasarkan hasil dari observasi pada saat proses belajar berlangsung dengan bukti-bukti dari hasil observasi.

5 Teaching the new version of the lesson (opsional) 80’

a. Mengajar dengan versi baru hasil dari diskusi bersama-sama.

b. Guru yang lainnya melakukan observasi terhadap proses belajar hasil revisi

6 Sharing reflection about the new the version of

the lesson

45’ a. Berbagi refleksi tentang proses pembelajaran

versi baru.

b. Kritik dan saran pada guru model disampaikan dengan bijak umtuk perbaikan pembelajaran selanjutnya.

(35)

Tabel 3.2

Jadwal Kegiatan Lesson Study MGMP Penjas-Orkes Di Kabupaten Cianjur

No Hari/tanggal/waktu Kegiatan Tempat

1. Sabtu 18/Juni 2011

a. Praktek pembelajaran RPP 1. b. Diskusi dan refleksi RPP 1

b. Refleksi RPP 1 hasil revisi

SMU PGRI Cianjur

4. Rabu/22 Juni 2011 07.00-13.00 WIB

a. Praktek pembelajaran RPP 2 b. Diskusi dan refleksi RPP 2 c. Revisi RPP hasil diskusi

SMU PGRI Cianjur

5. Kamis/23 Juni 2011 07.00 -13.00 WIB

a. Praktek Pembelajaran RPP 2 hasil revisi.

b. Refleksi RPP 2 hasil revisi

SMU PGRI Cianjur

6. Jumat/24 Juni 2011 07.00-11.00 WIB

.a. Praktek pembelajaran RPP 3 b. Diskusi dan refleksi RPP 3

a. Praktek Pembelajaran RPP 3 hasil revisi.

b. Refleksi RPP 2 hasil revisi. c. Penutupan Kegiatan

(36)

Sedangkan jadwal kegiatan penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 3.3

Rencana Jadwal Kegiatan Observasi

No Hari/tanggal/waktu Kegiatan Tempat

1. Sabtu 18/Juli 2011 07.00 – 13.00 WIB

Observasi efektivitas penampilan guru sebanyak 4 kali tampil (2x lesson study dan 2x non lesson study) guru sebanyak 4 kali tampil (2x lesson study dan 2x non lesson study) guru sebanyak 4 kali tampil (2x lesson study dan 2x non lesson study) guru sebanyak 4 kali tampil (2x lesson study dan 2x non lesson study) guru sebanyak 4 kali tampil (2x lesson study dan 2x non lesson study) sebanyak 2 kali tampil (kel lesson Study) guru sebanyak 4 kali tampil (2x lesson study dan 2x non lesson study

SMU Pasundan 2

(37)

8.

Sabtu /23 Juli 2011 07.00-13.00 WIB

Observasi efektivitas penampilan guru sebanyak 4 kali tampil (2x lesson study dan 2x non lesson study) guru sebanyak 4 kali tampil (2x lesson study dan 2x non lesson study) guru sebanyak 4 kali tampil (2x lesson study dan 2x non lesson study)

B. Variable dan Definisi Operasional 1. Variable Penelitian

Variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari (Kerlinger (1973) dalam Sugiyono, 2009:61). Dengan kata lain variabel penelitian pada dasarnya adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2009:61).

(38)

menyebabkan kekeliruan pendapat dan dapat mengaburkan (menjadi bias) akan pengertian yang sebenarnya.

Variabel-variabel tersebut terdiri dari variable bebas dan variable terikat. Variable bebas adalah variable yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya dan timbulnya variable terikat (dependen). Pada penelitian ini yang menjadi variable bebas adalah proses pembinaan profesi guru melalui lesson study, serta variable yang menjadi kontrol yaitu proses pembinaan profesi guru non lesson study. Sedangkan variable terikat adalah merupakan variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah efektivitas proses belajar mengajar guru.

Secara rinci dapat diidentifikasikan variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Variable bebas ( Independen )

Pada penelitian ini, yang menjadi variabel bebasnya adalah proses pembinaan profesi guru melalui lesson study.

b. Variabel Terikat ( Dependen ).

Pada penelitian ini, yang menjadi variabel terikat ( dependen ) adalah efektivitas proses belajar mengajar. Efektivitas berasal dari kata “efektif yang berarti ada efeknya, akibatnya, kesan serta pengaruhnya terhadap sesuatu benda atau perkara” (Depdikbud, 2001:115). Efektivitas berasal dari bahasa Inggris yaitu Effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur. Efektivitas menunjukan taraf

(39)

tujuannya. Dari uraian diatas dapat dijelaskan kembali bahwa efektivitas merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan menunjukan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang di capai. Setiap pekerjaan yang dilaksanakan secara efisien sudah tentu efektif, karena dilihat dari segi hasil, tujuan atau akibat yang dikehandaki dengan perbuatan itu telah tercapai.

Menurut Moh.Uzer Usman (2009:5) menyebutkan bahwa, “Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi anatara individu dan individu dengan lingkungannya.” Dengan demikian efektivitas belajar dapat diartikan suatu proses akibat dari perubahan tingkah laku pada individu akibat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya.

Dalam penelitian ini efektivitas mengajar diartikan bagaimana seorang guru yang aktif dalam mengajar, baik dalam memberikan motivasi, memberikan penguatan, sehingga siswa menjadi aktif belajar, dan guru selalu mengawasi proses belajar siswa dan langsung mengoreksi kesalahan-kesalahan yang terjadi.

2. Definisi Operasional.

Untuk menghindari penafsiran terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulis kemukakan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun beberapa istilah yang termasuk adalah:

(40)

lingkungan, kemungkinan-kemugkinan prilaku itu diulangi akan menurun. Jadi konsekuensi-konsekuensi dari prilaku seseorang pada suatu saat, memegang peranan penting dalam menentukan prilaku orang itu selanjutnya. b. Lesson study adalah satu model pembinaan profesi pendidik melalui

pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.

c. Efektivitas didefinisikan adalah suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya efek atau akibat yang dikehendaki. Jika seseorang melakukan suatu perbuatan dengan maksud tertentu yang memang dikehendaki, maka orang itu dikatakan efektif kalau memang menimbulkan akibat dari yang dikehendakinya itu. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. d. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh

perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan

lingkungannya.

(41)

ada di luar kelas, dan (3) memberikan stimulus, bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa.

f. Pedidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan didefinisikan suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, tujuan yang ingin dicapai bersifat menyeluruh, mencakup domain psikomotor, kognitif dan afektif. Dengan kata lain dengan aktivitas jasmani itu anak diarahkan untuk belajar, sehingga terjadi perubahan prilaku, tidak saja menyangkut fisikal, tetapi juga intelektual, emosional, sosial dan moral.

C. Populasi dan Sampel.

Populasi adalah merupakan keseluruhan obyek/subyek yang akan diteliti, dan tentu masing-masing mempunyai karakteristik yang khas. Sugiyono (2009:117) mengatakan bahwa ”Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

(42)

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan penelitian. Populasi dalam penelitian ini

adalah guru-guru SMU di kabupaten Cianjur yang berjumlah 34 orang.

Pengertian sampel menurut Arikunto (1988) yang dikutif oleh Riduwan (2010:56) menyatakan bahwa, ‘Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti)’. Pendapat Sugiyono (2009:118) bahwa, “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sedangkan menurut Furqon (2008:146) menyatakan bahwa, “...sampel terdiri atas sejumlah satuan analisis yang merupakan bagian dari keseluruhan anggota populasi”.

(43)

Sampel dalam penelitian ini menggunakan guru-guru Penjas-orkes SMU yang berjumlah 10 orang untuk kelompok eksperimen dan 10 kelompok kontrol. Dari masing-masing kelompok tersebut guru tampil mengajar sebanyak 2 kali sehingga, jumlah dari masing-masing kelompok tersebut berjumlah 20 kali

tampil. Dari sanalah data yang diambil dalam penelitian ini.

D. Instrumen Penelitian.

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam, oleh karena itu harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian disebut instrument penelitian. Menurut Sugiyono (2009:147) menyatakan bahwa, “...instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Sedangkan menurut Adang Suherman (2001:19) bahwa, “Insrumen adalah alat untuk memperoleh informasi”. Instrumen yang baik adalah yang dapat mengukur apa yang hendak diukur, serta memiliki keajegan dalam pengukuran. Mengenai instrumen ini, Arikunto Suharsimi (1997:138) mengemukakan sebagai berikut;

Berbicara tentang jenis-jenis metode dan instrumen pengumpulan data sebenarnya tidak ubahnya dengan berbicara masalah evaluasi. Mengevaluasi tidak lain adalah memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena mengevaluasi juga adalah mengadakan pengukuran.

(44)

Arikunto Suharsimi (1997:138) mengolongkannya atas dua macam yaitu tes dan non tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrument penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan alat ukur berupa instrumen penampilan guru. Instrumen tersebut untuk mengukur efektivitas proses belajar mengajar, yang mana instrumen tersebut dikembangkan oleh Adang Suherman (2009:36), yang berjumlah 38 pernyataan. Instrumen tersebut bernama Penilaian Penampilan Mengajar Penjas.

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Penampilan Guru

Variable Proses Guru Mengajar

Indikator Proses Guru

Mengajar No Pernyataan Jumlah

(45)

diukur secara langsung pada saat guru sedang mengajar. (Adang

Suherman 2009:35-36)

Kejelasan pernyataan tugas

belajar 7,10, 25 3

Pola pengembangan isi 5, 6, 2

Penilaian 21, 35, 37, 38 4

Adapun alternatif jawaban yang digunakan dan skala penilaiannya adalah sebagai berikut pada tabel 3.4

Tabel 3.5

Skala Alternatif Jawaban

Alternatif Jawaban Skor Pernyataan

Positif Negatif

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Kurang Setuju (KS) 2 3

Tidak Setuju (TS) 1 4

E. Teknik Pengumpulan Data.

(46)

observasi efektivitas PBM guru pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.

Untuk memperoleh data tersebut, penulis melakukan serangkaian langkah yang ditempuh. Pertama-tama penulis menentukan sampel yang selanjutnya sampel yang sudah mendapat perlakuan sebelumnya yaitu pembinaan profesi guru melalui lesson study dan non lesson study yang tidak diberikan perlakuan apapun. Setelah itu

penulis melakukan observasi terhadap efektivitas proses guru mengajar.

F. Analisis dan Pengolahan Data.

Penghitungan dan analisis data dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk mengetahui makna dari data yang diperoleh dalam rangka memecahkan masalah penelitian. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data adalah sebagai berikut: 1. Menyeleksi data observasi yang terkumpul. Proses ini dilakukan karena

mungkin saja pada sebagian butir pernyataan dalam lembar observasi, terdapat jawaban yang tidak diisi oleh observer.

2. Memberikan skor pada tiap-tiap butir pernyataan dalam data observasi sesuai dengan kriteria penilaian yang telah ditentukan.

3. Memasukkan atau melakukan input data dari skor tersebut pada program komputer Microsoft Excel 2007.

(47)

Analisis data dilaksanakan dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) Serie 16. Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah

sebagai berikut:

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilaksanakan dengan tujuan agar dapat memperoleh informasi mengenai distribusi kenormalan data. Selain itu, uji normalitas data juga akan menentukan langkah yang harus ditempuh selanjutnya, yaitu analisis statistik apa yang harus digunakan, apakah statistik parametrik atau non-parametrik. Langkah yang dilakukan adalah dengan menginput dan menganalisa

menggunakan deskripsi explore data pada menu SPSS Serie. 16.

Uji normalitas dari output yang dihasilkan program SPSS 16 terdapat lima uji analisis normalitas data, yaitu kolmogorov smirnov, Shapiro-wilk, QQ Plots, Detrended normal QQ Plots, dan Spread V.S Level Plot. Ke lima uji analisis ini sebenarnya saling mendukung satu sama lainnya. Untuk uji normalitas, penulis mengacu pada analisis kolmogorov smirnov . Penulis memiliki anggapan bahwa untuk jumlah sampel kurang atau sama dengan 30 orang atau termasuk pada kategori kelompok sampel kecil.

2. Uji Homogenitas Data

(48)

syarat dari uji statistik parametrik, data penelitian harus berdistribusi normal dan homogen.

Uji homogenitas data menggunakan program software SPSS Serie 16 adalah sama dengan uji normalitas data. Output yang dihasilkan dari descriptive explore data tersebut sekaligus menghasilkan dua analisis, yaitu normalitas dan homogenitas data. Untuk uji homogenitas data mengacu pada penghitungan Lavene Statistik hasil output dari SPSS.

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis data dilakukan guna mendapatkan kesimpulan dari data yang diperoleh. Jenis analisis statistik yang digunakan untuk melakukan uji hipotesis dalam rangka mencari kesimpulan ditentukan oleh hasil uji normalitas dan homogenitas data. Dalam uji hipotesis ini penulis membandingkan hasil observasi kelompok eksperimen (lesson study) dengan kelompok kontrol (non lesson study). Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan model pembinaan profesi guru melalui lesson study terhadap efektivitas proses belajar mengajar pada Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMU.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan hasil observasi efektivitas PBM guru antara kelompok sampel eksperimen dan kelompok sampel kontrol (independent sample t-test). Pengujian ini dilakukan untuk menguji hipotesis, apakah terdapat perngaruh yang signifikan antara model pembinaan profesi guru melalui lesson study dengan model pembinaan non lessson study.

(49)
(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian adalah terdapat pengaruh yang signifikan dari lesson study terhadap efektivitas guru dalam proses belajar mengajar Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMU. Hal ini berarti bahwa dengan pembinaan profesi guru/pendidi melalui lesson study (kajian pembelajaran) dapat meningkatkan efektivitas guru dalam dalam proses belajar mengajar di sekolah menengah umum khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.

B. Saran-saran

Dari hasil penelitian ini, penulis memberikan beberapa saran dan masukan sebagai berikut:

Bagi guru Penjas-orkes diharapkan dapat terus meningkatkan kompetensinya dengan menggali berbagai pengetahuan terkait dengan pembelajaran. Dalam hal ini guru diharapkan dapat saling berkomunikasi dengan sesama rekan guru lainnya, terutama dengan guru mata pelajaran yang sama agar dapat melakukan sharing terhadap berbagai permasalahan yang ada.

(51)

pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian bahwa, pembelajaran yang dirancang secara bersama-sama dan dievaluasi bersama, memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran yang tanpa dirancang bersama. Oleh karena itu, penulis menyarankan agar kegiatan dalam MGMP terutama Penjas-orkes, dapat lebih eksis lagi dalam upaya meningkatkan kualitas dan mutu pembelajaran.

(52)
(53)

DAFTAR PUSTAKA

Adang Suherman. (2002). Penelitian Korelasional dan Komparasi dalam Kurikulum dan Pengajaran. Makalah. Bandung. Pasca Sarjana UPI.

Adang Suherman. (2009). Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: Bintang Warli Artika.

Abu Ahmadi. (1998). PsikologiUmum. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Agus Mulyana. (2010). Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap tingkat Kemampuan Memori Jangka Pendek, Memori Jangka Panjang, dan Prestasi Belajar. Tesis. Bandung. Pasca Sarjana. UPI.

Akhmad Sudrajat. (2010). Lesson Study Untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran. [Online]. Tersedia:

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/22/lesson-study-untuk-meningkatkan-pembelajaran/ [25.Desember 2010]

Arikunto, Suharsimi. (1997). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta. Rineka cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta. Rineka cipta.

Catherine C. Lewis. (2005). Lesson Study in North America: Progress and Challenges. [Online]. Tersedia:

http://www.lessonresearch.net/internationalls.pdf [14.05.2011]

Catharina Tri, A. (2005). Psikologi Pendidikan. Semarang : UPT MKK UNNES. Depdikbud. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dewa Ketut Suardi. (1994). Bimbingan dan Konseling, Jakarta : PT Bina Aksara. Habibprasetio. (2011). Hambatan Tumbuhnya Pendidikan Di Indonesia. [Online].

(54)

Hadiyanto Sahputra. (2009). Peningkatan Pembelajaran Kimia dengan Lesson Studi. [Online]. Tersedia: http://pewartakabarindonesia.blogspot.com/ [5. 01. 2011].

Harsono. (1988).Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta. P2LPTK

Ibrohim. (2010). “Panduan Pelaksanaan Lesson Study”. Malang. Universitas Negeri Malang.

Ikin Sahrikin. (2011). Pengaruh Reinforcement Terhadap Minat Siswa dan JWAB dalam Pembelajaran Penjas-orkes.Tesis.Bandung. Pasca Sarjana. UPI. Inung Rahayu. (2007). Pendidikan Jasmani.[Online].Tersedia:

http://www.blogger.com/feeds/7753941800971126079/posts/default [6 Juni 2011]

I Wayan Santyasa . (2009). Implementasi lesson study dalam Pembelajaran UNDIKSHA. Makalah dalam seminar Implentasi Lesson Study dalam Pembelajaran Guru TK,SD,SMP, Nusa Penida.

Krisnan SR. (2010). Penerapan Metode Lesson study Dalam Pembentukan yang Berkarakter. Karya Ilmiah. Surabaya. FKIP UNS.

M. Buchori (1991). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

M. Natsir. ( 1999). Metodologi Penelitian, cetakan 3. Jakarta : Ghalia. Indonesia. Muhammad Harun Rasyid. (2010). Implementasi Lesson Study untuk Meningkatkan

Efektivitas dan Motivasi Belajar Siswa Bidang Produktif Mekanik Industri di SMK Negeri 1 Jatirejo Mojokerto. [Online].Tersedia: http://karya- ilmiah.um.ac.id/index.php/TA-Mesin/article/view/9304.[6 Juni 2011].

Muhtar Abdul Karim. (2008). Apa, Mengapa dan Bagaimana Lesson Study. Makalah. Malang. P4TK PKn dan IPS.

Munadi Sutera. (2008). Belajar Mengajar PAI.[Online]. Tersedia:

http://alkhafy.blogspot.com/2008/02/belajar-mengajar-pai.html. [6Juni 2011] Pedoman Penulisan Karya ilmiah. (2009). Bandung. UPI.

(55)

Purwanti,S. (2009). Pengertian Strategi Pembelajaran. [Online]. Tersedia:

http://ilmuagamabuddha.byethost12.com/berita-124-pengertian-strategi-pembelajaran.html. [2Juni 2011]

Riduwan. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis, cetakan ke 8 Bandung. Alfabeta.

Sardiman A.M. (2010). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: PT Raja Grapindo Persada.

Slamet, (1995). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: P.T.Rineka Cipta.

Slamet Mulyana. (2010). Dampak Pendidikan dan Latihan Terhadap Guru-Guru. [Online]. Tersedia : http://www.infodiknas.com/dampak-pendidikan-dan pelatihan-lesson-study-terhadap-guru-guru/ [03. 02. 2011]

Soemarno Soemosasmito. (1988). Dasar, Proses dan Efektivitas Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud, Dirjen, Dikti, PPLPTK.

Sofan dan Iif K. (2010). Proses Pembelajaran Inovatif dan Kreatif Dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Subali (Facebook @ 2011. English US). (10 Januari 2011). Kinerja Pendidik dalam Pembelajaran.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan PendekatanKuantitatif,Kualitatif dan R&D, cetakan ke 8. Bandung. CV Alfabeta.

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan, Yogyakarta: Bumi Aksara Sunawan, A dan Rosilah, A. (2008). “Lesson Study” Makalah dalam TOT Fasilitator KKG/MGMP. LPMP.Jawa Barat.

Sumaryanto.(2011). Makalah Bakat Khusus. [Online]. Tersedia:

http://www.scribd.com/doc/30724866/makalah-bakat-khusus [6 Juni 2011] Sambas. (2010. Konsep Efektivitas Pembelajaran. [Online] Tersedia:

http://sambasalim.com/pendidikan/konsep-efektivitas-pembelajaran.html [6Juni 2011]

(56)

Suparlan. (2009). Lesson Study Dan Peningkatan Kompetensi Guru. [Online]. Tersedia: www.suparlan.com. [24. Maret 2010]

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Media Wacana Pres

Usep Supriatna. (2009). Mengatasi hambatan dalam pelaksanaan Lesson Study. [Online]. Tersedia:

http://muhammadirfani.wordpress.com/2009/02/22/mengatasi-hambatan- dalam- pelaksanaan-lesson-study-2/ [28 Januari 2011]

Uzer Usman M. (2009). Menjadi Guru Propesional. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Wawan Junaidi. (2009). Definisi Strategi Pembelajaran. [Online]. Tersedia:

http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/definisi-strategi-pembelajaran.html.[ 2 Juni 2011]

Widinto (2010). Definisi Belajar Dan Mengajar. [Online]. Tersedia:

http://edukasi.kompasiana.com/2010/09/26/definisi-belajar-dan-mengajar/ [4 Juni 2011]

Wiki. (2007). Lesson Study. [Online]. Tersedia:

http://en.wikipedia.org/wiki/Lesson_study [10 Desember 2010]

William Cerbin & Bryan Kopp. (2006). Lesson Study as a Model for Building Pedagogical Knowledge and Improving Teaching. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education .2006, Volume 18, Number 3, 250-257 [Online]. Tersedia: http://www.isetl.org/ijtlhe/ [25.April 2011] Yoga Permana. (2010). Pengertian Belajar. [Online].Tersedia:

http://yogapw.wordpress.com/2010/10/01/pengertian-belajar-2 [2 Juni 2011] Yul, Iskandar. (2004). Tes, Bakat, Minat, Sikap dan Personality MMPI-DG,

Jakarta : Yayasan Darma Graha.

_____, (2010). Definsi Pendidikan Jasmani. [Online]. Tersedia:

http://www.definisionline.com/2010/01/definisi-pendidikan-jasmani.html. [3

(57)

Gambar

Gambar                                                                                                       Halaman
Tabel 3.3 Rencana Jadwal Kegiatan Observasi
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Penampilan Guru
Tabel 3.5 Skala Alternatif Jawaban

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok terhadap penyalahgunaan smartphone siswa kelas XI ADP SMK Muhammadiyah 2 Pekanbaru lebih dari separo

merupakan penggunaan suatu proses yang mengaktivitasi pemikiran perilaku dan perasaan yang terus menerus dalam upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses

Pramana (2016) dalam penelitiannya di Bank Mandiri Cabang Veteran menemukan hasil bahwa kepercayaan nasabah berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas nasabah

Wasit mempunyai kewenangan dan kekuasaan penuh untuk menegakan petandingan.Jika terjadi kekacauan pada saat pertandingan berlangsung (contohnya perkelahian antar

Hydraulic jack beban aksial Load cell Actuator beban lateral Strong floor Rigid frame.. 121 2) Uji tarik pipa baja dan semua diameter tulangan yang dipakai dilakukan dengan

Aktioksidan membantu memnghentikan proses perusakan sel dengan cara memberikan elektron kepada radikal bebas.  Antioksidan dipercaya mampu untuk mencegah beberapa penyakit

Menata tabung reaksi atau peralatan gelas lain di dalam wadah aluminium bagian dalam sedemikian rupa hingga tersedia ruangan untuk bergeraknya uap air secara bebas

Dinas kesehatan yang seharusnya juga memiliki tugas dalam pelaksanaan JKN belum sepenuhnya memahami apa yang menjadi tugasnya sehingga masih hanya sebatas penganggaran dan