• Tidak ada hasil yang ditemukan

PIERCING THE CORPORATE VEIL TERHADAP HOLDING COMPANY DALAM TINDAKAN HUKUM ANAK PERUSAHAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PIERCING THE CORPORATE VEIL TERHADAP HOLDING COMPANY DALAM TINDAKAN HUKUM ANAK PERUSAHAAN"

Copied!
258
0
0

Teks penuh

(1)

PIERCING THE CORPORATE VEIL TERHADAP HOLDING COMPANY DALAM TINDAKAN HUKUM ANAK PERUSAHAAN

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2

Program Studi Ilmu Hukum

Diajukan Oleh

Nama : Muhammad Syafi’i S.H NIM : 20141070026

Bagian : Ekonomi dan Bisnis Syariah

Kepada:

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM PROGRAM PASCASARJANA

(2)

PIERCING THE CORPORATE VEIL TERHADAP HOLDING COMPANY DALAM TINDAKAN HUKUM ANAK PERUSAHAAN

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2

Program Studi Ilmu Hukum

Diajukan Oleh

Nama : Muhammad Syafi’i S.H NIM : 20141070026

Bagian : Ekonomi dan Bisnis Syariah

Kepada:

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM PROGRAM PASCASARJANA

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

PIERCING THE CORPORATE VEIL TERHADAP HOLDING COMPANY DALAM TINDAKAN HUKUM ANAK PERUSAHAAN

TESIS Diajukan oleh:

Muhammad Syafi’i S.H

20141070026

Telah disetujui oleh : Dosen Pembimbing I

Dr.Mukti Fadjar ND S.H.,M.Hum Tanggal: 21 Desember 2016 NIK : 153.019

Dosen Pembimbing II

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

PIERCING THE CORPORATE VEIL TERHADAP HOLDING COMPANY DALAM TINDAKAN HUKUM ANAK PERUSAHAAN

Diajukan Oleh:

Muhammad Syafi’i S.H

20141070026

Tesis ini telah dipertahankan dan disahkan di depan Dewan Penguji Program Magister Ilmu Hukum

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tanggal : 30 Desember 2016

Yang terdiri dari :

Dr.Leli Joko Suryono S.H.,M.Hum Ketua Tim Penguji

Dr. Mukti Fajar ND, S.H., M.Hum Dr.Danang Wahyu,S.H.,M.Hum Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji

Mengetahui

Ketua Program Magister Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(5)

PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muhammad Syafi’i S.H NIM : 20141070026

Judul Tesis :Piercing The corporate veil terhadap Holding Company dalam Tindakan Hukum Anak Perusahaan

Dengan ini menyatakan bahwa tesis ini adalah asli, belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi.Jikapun telah ada tentunya berbeda pada bagian substansinya. Dalam tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tegas telah dicantumkan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, apabila di kemudian hari terdapat ketidakbenaran, maka saya bersedia menerima sanksi ringan berupa perbaikan tesis berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku.

Yogyakarta, 18 Juli 2016

Muhammad Syafi’i S.H 201401070026 MATERAI

(6)

MOTTO

Di Jalan ini tidak ada tempat untuk berhenti, Sikap Lamban berarti mati, Mereka Yang Bergerak Mereka Yang di Depan, Kemenangan hanya untuk mereka yang berjuang. Yang selanjutnya Lebih baik merasakan sulitnya pendidikan sekarang daripada rasa pahitnya kebodohan kelak. Terakhir, Kalau hari ini kita menjadi penonton bersabarlah menjadi pemain esok hari Karena sebuah perjalanan yang panjang dimulai dengan langkah kecil.

Kecerdasan tanpa ambisi bagaikan

seekor burung tak bersayap”. Salvador Dalí

(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan syukur atas kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan kenikmatannya, alhamdulillahirabbil’alamin dengan segala kerendahan hati sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Atas motivasi dan semangat yang diberikan oleh orang-orang terdekat dihati dan kehidupanku, kupersembahkan karya ini kepada:

1. Ayahanda Alm.Mardeka Ali yang masih terniang-niang pesan untuk menuntun ilmu dengan baik dan selalu harus menjadi pemenang. 2. Bapak dan ibu yang bekerja keras untuk mencari nafkah dan

mengirimkan kepadaku, dikota Jogja ini. Menjadi landasanku untuk menyelesaikan Strata Dua ini.

3. Alm.Kakek Ngangal dan Nenek Serpia tercinta, yang tak henti memberikan curahan kasih dan sayangnya yang banyak mengajarkanku tentang hidup, Semoga nenek diberikan umur yang panjang.

(8)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga dapat diselesaikannya Tesis ini yang berjudul: Piercing The Corporate Veil Terhadap Holding Company dalam Tindakan Hukum Anak Perusahaan.

Tak terlepas dari kuasa-Nya, Syukur Alhamdulillah Tesis ini terselesaikan dengan segenap semangat, kemampuan, dan sumber daya yang ada. Namun, tetap diakui Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Bermula dengan inilah mempersembahkan yang terbaik kepada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta telah mengantarkan tingkatan yang tinggi dalam bidang akademis.

Untuk itu, dengan segala penuh hormat menghaturkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Allah SWT yang telah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya makhluk.

2. Rasulullah Muhammad SAW sebagai tauladan yang sempurna bagi umat.

3. Bapak Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta selaku penanggung jawab.

4. Bapak Directur Pascasarjana Dr.Nuchmandi serta pak yamin.

5. Ibuk Dr.Yeni Widowaty,S.H., M.Hum selaku Ketua Prodi Magister Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

(9)

Terima kasih bapak memberikan ilmunya yang kelak bakal saya gunakan kedepannya.

7. Mamak, Maknga, Om Ermanto yang merupakan orang tua pengganti dulunya, yang memberikan berbagai cerita untuk menghiasi perjalanan ini, membuatku semakin dewasa dan mengerti akan arti satu kesatuan keluarga yang utuh.Berharap besar untuk dapat kita kembali bersatu dalam membangun keluraga yang lebih baik.

8. Paknga, Amei mamak, Amei lina, Amei sien, yang mnejadi bumbu cerita mengantarkan aku sebuah arti pentingnya sosok pasangan yang baik ketika mendampingi.

9. Adik-adiku tercinta Wiwin, Novi, riska, Alm.wawan, Doni, Ridho, Orin, Raman, Andri, Weldi, diki, lisa, ina, dan Ardi yang merupakan menjadi penerus keluarga kecil ini. Semoga kita bisa menjadi keluarga yang besar.

10. Buat bg hengki, bg ehen,mak mukhtar, buat ncu kuniang beserta suami, buat keluarga dari Alm.Mardeka ali , kalian merupakan keluargaku yang sangat aku banggakan,tanpa kalian suasana dikampung akan teras biasa saja.

11. Buat kelurga dari alm.kakek dari aluk,bg subor,bg andes,yang tidak dapat disebutkan satu persatu semoga kalian selalu dalam keadaaan baik.

Berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat memberikan kontribusi nyata terhadap keilmuan pada masa yang akan datang.

Yogyakarta, 20 Juni 2016 Penyusun

(10)

ABSTRAK

Holding company yang merupakan induk perusahaan sering kali melakukan dominasi terhadap tindakan anak perusahaan yang berdampak holding tanpa tanggung jawab. Limited liability yang merupakan prinsip tanggung jawab terbatas dimanfaatkan oleh Holding Company untuk melakukan campur tangan induk terhadap anak perusahaan. Tindakan hukum yang dilakukan oleh anak sedemikian rupa telah diatur oleh Holding company, namun jika terjadi permasalahan Holding tidak dapat dimintai pertanggung jawaban. Dalam penelitian ini timbul permasalahan mengapa perlu diterapkan piercing the corporate veil terhadap Holding company, dalam hal apa holding company bertanggung jawab terhadap tindakan hukum anak perusahaannya, dan bagaimana bentuk tanggung jawab holding tersebut terhadap anak tindakan hukum anak perusahaan.

Metode yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah Metode Penelitian Hukum Normatif atau disebut juga Penelitian Doktrinal yang pendekatannya menggunakan Yuridis Normatif. Sementara Data yang digunakanpun menggunakan Data Sekunder yaitu data berupa bahan primer, bahan sekunder serta tersier sekalipun. Untuk pengumpulan atau pengambilan datanya dilakukan dengan Search Library dengan menelaah bahan perustakaan yang selanjutnya akan dilakukan analisis berupa analisis kualitatif. Setelah melakukan Penelitian peneliti memiliki hasil kesimpulan bahwasanya terjadi dominasi tanpa tanggung jawab yang dilakukan oleh holding terhadap tindakan anak perusahaan sehingga perlu diterapkan Piercing the corporate veil tersebut, selanjutnya holding dapat bertanggung jawab apabila terjadi fakta-fakta yang menyesatkan, terjadinya penipuan dan ketidak adilan, sementara bentuk tanggung jawabnya kembali kepada objeknya sehingga bentuknya bermuara kepada bentuk tanggung jawab ganti rugi, sesuai dengan kerugian yang dialami oleh pihak ketiga tersebut.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 18

C.Tujuan Penelitian ... 19

D.Manfaat Penelitian ... 20

E.Keaslian Penelitian ... 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 26

A. Perseroan Terbatas ... 26

B. Perusahaan Group ... 58

C. PerbuatanSubjek Hukum ... 98

D. Teori Piercing The Corporate Veil ... 119

BAB III METODE PENELITIAN ... 155

A. Jenis Penelitian ... 155

B. Metode Pendekatan ... 155

C. Teknik Pengumpulan Bahan... 157

D. Tempat Pengambilan Bahan Penelitian... 158

E. Teknik Analisis Bahan ... 158

F. Sistematika Penulisan ... 159

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 161

(12)

C. Bentuk Tanggung Jawab Holding Company Terhadap tindakan hukum Anak Perusahaan setelah diterapkan

Piercing The corporate veil ... 194

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 206

A. Kesimpulan ... 206

B. Saran ... 209

DAFTAR PUSTAKA ... 211

(13)
(14)

ABSTRAK

Holding company yang merupakan induk perusahaan sering kali melakukan dominasi terhadap tindakan anak perusahaan yang berdampak holding tanpa tanggung jawab. Limited liability yang merupakan prinsip tanggung jawab terbatas dimanfaatkan oleh Holding Company untuk melakukan campur tangan induk terhadap anak perusahaan. Tindakan hukum yang dilakukan oleh anak sedemikian rupa telah diatur oleh Holding company, namun jika terjadi permasalahan Holding tidak dapat dimintai pertanggung jawaban. Dalam penelitian ini timbul permasalahan mengapa perlu diterapkan piercing the corporate veil terhadap Holding company, dalam hal apa holding company bertanggung jawab terhadap tindakan hukum anak perusahaannya, dan bagaimana bentuk tanggung jawab holding tersebut terhadap anak tindakan hukum anak perusahaan.

Metode yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah Metode Penelitian Hukum Normatif atau disebut juga Penelitian Doktrinal yang pendekatannya menggunakan Yuridis Normatif. Sementara Data yang digunakanpun menggunakan Data Sekunder yaitu data berupa bahan primer, bahan sekunder serta tersier sekalipun. Untuk pengumpulan atau pengambilan datanya dilakukan dengan Search Library dengan menelaah bahan perustakaan yang selanjutnya akan dilakukan analisis berupa analisis kualitatif. Setelah melakukan Penelitian peneliti memiliki hasil kesimpulan bahwasanya terjadi dominasi tanpa tanggung jawab yang dilakukan oleh holding terhadap tindakan anak perusahaan sehingga perlu diterapkan Piercing the corporate veil tersebut, selanjutnya holding dapat bertanggung jawab apabila terjadi fakta-fakta yang menyesatkan, terjadinya penipuan dan ketidak adilan, sementara bentuk tanggung jawabnya kembali kepada objeknya sehingga bentuknya bermuara kepada bentuk tanggung jawab ganti rugi, sesuai dengan kerugian yang dialami oleh pihak ketiga tersebut.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Holding company atau disebut juga Perusahaan Induk merupakan sebuah perusahaan sentral dimana mempunyai tujuan untuk memiliki saham dalam satu atau lebih perusahaan yang tentunya pada perusahaan lain, untuk mengatur satu atau berjumlah lebih pada perusahaan lain tersebut. Biasanya, suatu perusahaan holding memiliki banyak perusahaan yang bergerak dalam

bidang-bidang bisnis yang sangat berbeda-beda. Setidak-tidaknya proses pembentukan induk perusahaan itu dapat dilakukan dengan tiga prosedur, yaitu prosedur residu, prosedur penuh dan prosedur terprogram.1 Induk Perusahaan yang disebut dengan group

1Emmy Pangaribuan Simanjuntak, 1997,

Seri Hukum Dagang, Perusahaan kelompok (group Company /concern), Jogyakarta, Universitas

(16)

Company/concern/Perusahaan kelompok,2 merupakan gabungan dari beberapa perusahaan yang secara yuridis berdiri sendiri, tetapi dalam bidang ekonomi merupakan satu kesatuan yang tunduk pada perusahaan induk Concern yang dapat terjadi karena proses merger, consolidation, dan acquisition dan joint venture. 3

Dalam perkembangannya, hukum korporasi saat ini sudah sedemikian pesat, yang hingga dampak prakteknya dapat kita temui perusahaaan-perusahaan berskala besar yang tidak lagi dijalankan melalui bentuk perusahaan tunggal, melainkan dalam bentuk perusahaan group. Berbagai bentuk perusahaan group di Indonesia dapat kita temui seperti Perusahaan Group Semen Gresik, Group Astra, Group Bakrie, Group Bhaktie, Group Mnc dan lain sebagainya,4 yang tentunya di dalam terdapat

2

Ibid

3 Terdapat dalam undang Perseroan Terbatas Undang-Undang Nomor.40 Tahun 2007 Pasal. 122 s/d Pasal 134

(17)

para pengendali holding yang disebut ultimate shareholder (kepemilikan sampai dengan paling atas).5

Namun demikian, keberadaan Holding Company dalam perusahaan group di Indonesia ternyata belum menjadi justifikasi pengakuan yuridis terhadap status perusahaan group dengan badan hukum lainnya. Perusahaan group hanya mengacu pada realitas bisnis tergabungnya perusahaan-perusahaan untuk membentuk perusahaan group sebagai suatu kesatuan ekonomi.6

Sehingga pembentukan Holding Company tersebut dibalik tujuan yang baik, ternyata dapat juga pemanfaatan keadaan hukum dalam menjalankan kegiatan usahanya. Dengan demikian, Holding Company yang merupakan perusahaan induk jarang sekali untuk bisa ditembus pertanggung jawabannya, karena didalam Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas belum diatur secara lebih spesifik. Maka dari itu perlu untuk memahami dan mengkaji lebih dalam lagi konstruksi

5

Ibid

6

(18)

hukum apa yang digunakan untuk menjerat tindakan hukum anak perusahaan yang tentunya berhubungan dengan holding company dalam melakukan kejahatan atau pelanggaran di tatanan hukum perusahaan Indonesia. Adapun untuk melakukan pendekatan agar holding company dapat bertanggung jawab adalah melirik sebuah

Teori Piercing The Corporate Veil yang semestinya didalam perusahaan haruslah dapat benar-benar diterapkan, agar tentunya mendapatkan kebenaran materil maupun formil mengenai suatu permasalahan kejahatan atau pelanggaran suatu korporasi. Makna dalam Teori PCV (Piercing The corporate Veil) memiliki arti Penyingkapan tirai atau penerobosan terbatas perusahaan yang hampir disemua sistem hukum modern mengadopsi teori ini, namun yang membedakan adalah pengakuan derajat dan variasi dari pengaplikasiannya.7

Ada beberapa Fenomena yang menjadi alasan holding company menjadi suatu subjek hukum untuk

(19)

dimintai pertanggungjawaban jika menyalahi aturan yang ada, atau mengabaikan hukum dalam menjalani kegiatan usahanya bersama dengan anak perusahaan, dengan melihat beberapa fenomena hukum yang terjadi oleh para pemilik modal, yang secara yuridis formal disebut pemegang saham. Adapun fenomena yang menjadi peluang tindakan hukumnya antara lain8:

1. Mempunyai peluang untuk menjadikan suatu perseroan sebagai vihicle dalam melakukan tindakan hukum yang tidak terpuji. Antara lain menganggap para anggota Direksi dan Para Dewan Komisaris seakan-akan sebagai pegawai pemegang saham, yang harus tunduk dan patuh pada pemegang saham.

2. Para Pemegang Saham yang juga sering mengambil kebijakan yang menjadi wewenang Direksi atau Dewan Komisaris, yang sehingga menjadikannya seakan-akan sebagai boneka pemegang saham .

(20)

3. Maraknya perjanjian nominee saham, untuk mengelabuhi kepemilikan saham yang sebenarnya. 4. Membentuk holding company di bawah pengendalian

ultimate shareholder. Yaitu berdampak holding company selalu intervensi dalam tindakan hukum anak

perusahaan, yang dengan demikian memberikan kekhawatiran Holding tidak bertanggung jawab atas tindakan anak perusahaanya. Seharusnya ini menjadi perhatian khusus dalam menjalankan kegiatan usahanya sesuai dengan tatanan hukum perusahaan di Indonesia.

(21)

mengendalikan anak-anak perusahaan dalam mendukung tujuan kolektif perusahaan group sebagai satu kesatuan ekonomi. Pencampuran antara prinsip hukum mengenai kemandirian dari badan hukum induk dan anak perusahaan dalam perusahaan group, mengakibatkan pengendalian induk terhadap anak perusahaan dalam perusahaan Group berimplikasi pada perusahaan Group sebagai bentuk jamak secara yuridis dan kesatuan ekonomi.9 Perusahaan group sebagai bentuk jamak secara

yuridis dan kesatuan ekonomi menjadi keniscayaan ketika pengaturan perusahaan group masih menggunakan pendekatan hukum perseroan. Perusahaan group sebagai bentuk jamak secara yuridis dan kesatuan ekonomi adalah kontradiksi antara kemandirian yuridis dan ketidakmandirian ekonomi anak perusahaan.10

Kemandirian yuridis dan ketidakmandirian ekonomi anak perusahaan tidaklah mutually eksklusif

9

Op.cit, Emmy Simanjuntak Pangaribuan, Hlm.20

(22)

antara bentuk jamak secara yuridis ataupun kesatuan ekonomi, dalam prakteknya perbedaan aspek yuridis dan realitas bisnis dapat mendorong tindakan oportunistik induk perusahaan untuk menyalahgunakan konstruksi perusahaan Group antara lain 11 :

1. Induk perusahaan melakukan eksternalisasi usaha yang berisiko tinggi kepada anak/cucu/cici perusahaan. Apabila risiko yang dimaksud benar -benar terjadi maka:

a. Induk perusahaan tidak bertanggung jawab atas perbuatan hukum anak perusahaan. Sebaliknya anak perusahaan yang menjalankan instruksi dibebani tanggung jawab hukum atas dampak kerugian dari kegiatan usaha tersebut.

b. Berlakunya prinsip hukum limited ability

memberikan peluang bagi induk perusahaan untuk mengeksternalitasikan kegiatan usaha yang beresiko tinggi kepada anak perusahaan.

11

(23)

Apabila segala sesuatunya tidak berlangsung sebagaimana mestinya, anak perusahaan harus bertanggung jawab pada kerugian pihak ketiga. Induk perusahaan hanya bertanggung jawab sebesar nilai sahamnya atas ketidak mampuan anak perusahaan menyelesaikan tanggung jawab pada pihak ketiga.

2. Pada perusahaan group piramida, apabila pihak yang menjalankan instruksi adalah cucu perusahaaan, induk perusahaan memperoleh perlindungan berupa limited ability, sebagaimana tindakan pada poin 1b induk perusahaan dapat mengeksternalisasikan kegiatan usaha yang beresiko tinggi kepada cucu perusahaan. Berlakunya limited ability dalam limited liability

(24)

usaha beresiko kepada anak perusahaan pada lapisan keempat, kelima dan seterusnya.

3. Induk perusahaan dapat memanfaatkan sebagian utang anak perusahaan untuk membiayai kegiatan operasional anak perusahaan yang lain tanpa sepengetahuan kreditur anak perusahaan.

(25)

37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan penundaan kewajiban Pembayaran utang, kemungkinan kreditur anak perusahaan mengajukan Actio Paulina untuk menuntut pembatalan perbuatan hukum debitur yang merugikan keduanya. Namun salah satu persyaratan pengajuan gugatan sebagaimana diatur dalam pasal 42 Undang -undang Nomor 37 Tahun 2004 adalah perbuatan hukum tersebut dilakukan dalam jangka waktu satu tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan oleh hakim pengadilan Niaga, padahal induk sebagai pimpinan perusahaan group dapat melakukan tindakan lebih dari satu tahun sebelumnya.

(26)
(27)

terbatas atau yang dikenal dengan limited liability dari suatu perseroan terbatas dapat dibebankan kepada para pengurusnya itu sendiri.

(28)

memohon agar PN Tanjung Pinang mengangkat kembali sita jaminan tersebut.12

Pada tingkat pertama, Pengadilan Negeri Tanjung Pinang menolak perlawanan pelawan dan menyatakan sebagai pelawan yang tidak benar. Putusan tersebut dikuatkan oleh putusan Pengadilan Tinggi Pekanbaru. Atas putusan yang demikian, Pelawan mengajukan permohonan kasasi ke Mahkamah Agung (MA). Salah satu alasan pemohon kasasi yaitu bahwa yang melakukan perjanjian jual beli valuta asing dan perjanjian gadai adalah PT.Bank Lippo,Tbk cabang Tanjung Pinang yang diwakili dan di tanda tangani oleh kuasa Direksi yaitu saudara Herman Phang (Herman) dan Oktavia dengan PT.Gunung Bintan Abadi yang diwakili dan ditanda tangani oleh Su Meng Liang (Pemohon Kasasi I/Pelawan/Pembanding) selaku direktur.13

12Alfeus Jebabun, Piercing The Corporate Viel, http://catakum. blogspot.co.id/2015 /01/piercing-corporate-veil.html, diunduh pada Tanggal 17 Maret 2016 Pukul 07.00 wib

13

(29)

Namun, Mahkamah Agung menolak permohonan kasasi pemohon. Menurut MA, sebagai Direktur dan Presiden Komisaris, para pelawan ikut bertanggungjawab atas kewajiban perusahaan dalam perjanjian tersebut. Terhadap alasan-alasan kasasi, Mahkamah Agung berpendapat bahwa alasan-alasan kasasi tersebut tidak dapat dibenarkan, judex facti tidak salah menerapkan hukum, bahwa Pelawan I dan II sebagai Presiden Direktur dan selaku Presiden Komisaris PT.Gunung Bintan Abadi (PT.GBA) yang telah menanda tangani perjanjian dengan PT Bank CIMB Niaga atau Terlawan ikut bertanggung jawab atas kewajiban PT.Gunung Bintan Abadi pada PT.Bank CIMB Niaga atau Terlawan.14 Dari beberapa contoh yang dikemukakan sebelumnya membuat Teori piercing the corporate veil diakui keberadaannya di Indonesia dengan melihat beberapa case yang terjadi

(30)

sebelumnya, yang dengan demikian semestinya holding company dapat dijembatani melalui teori ini juga.

Doktrin untuk menyingkap tabir hukum perseroan atau yang dikenal dengan Piercing the corporate veil di Indonesia masih relaif baru, sehingga masih diperlukan pengembangan medan aplikasi yang tepat dalam sistem hukum positif Indonesia. Para peletak dasar teori badan hukum belum menyadari bahwa tindakan hukum perseroan yang pada hakikatnya dilakukan oleh para pribadi manusia, yang berada dibalik badan hukum tersebut dapat dimanfaatkan oleh pribadi tersebut, untuk melakukan perbuatan tercela dengan tetap mendasarkan pada kewenangan bertindak suatu badan hukum yang dianggap sebagai subyek hukum.15

Hal tersebut dapat dikarenakan pilihan politik hukum Indonesia yang menganut asas positivisme hukum yang meresepsi doktrin hukum nuullum dilectum sine

(31)

praveia legi poenali yang artinya tiada seseorang dapat

dipidana sebelum ada Undang-undang mengaturnya terlebih dahulu, sehingga tanpa adanya perwujudan hukum dalam suatu ketentuan hukum positif, maka tindakan hukum apapun sepanjang tidak diatur dalam normative hukum positif, menjadikan tindakan hukum yang dilakukan menjadi diperbolehkan. Namun, tidak terlepasnya kebebasan hakim dalam menggali suatu perkara dapat mencari cara lain tentunya dibenarkan norma dan asas hukum. Dengan demikian penerapan doktrin hukum korporasi dalam hukum positif di Indonesia menjadi penting, antara lain agar perseroan-perseroan dapat dikelola dengan baik good corporate governace yang pada akhirnya dapat mendukung perkembangan momentum pembangunan ekonomi secara makro.16

Dari berbagi hal yang dikemukakan diatas, maka Teori Piercing The corporate veil menurut penulis

16

(32)

menarik untuk dipahami dan dikaji lebih dalam lagi untuk mencapai suatu filosofi hukum tercapainya keadilan. Adapun untuk pembatasan penelitian ini hanya dilakukan sebatas hubungan Holding terhadap anak perusahaan saja, Sementara terkait dengan holding terhadap cucu serta cicit tidak dilakukan karena pemberlakukan atau analisisnyapun akan sangat berbeda. Serta pembatasan selanjutnya terletak pada perspektif perdata, untuk pidana hanya saja sebagai ulasan penambah khasanah wawasan saja. Dengan dasar pertimbangan tersebut penulis menyimpulkan judul yang akan diteliti adalah “PIERCING THE CORPORATE VEIL TERHADAP

HOLDING COMPANY DALAM TINDAKAN HUKUM ANAK PERUSAHAAN”

B. Rumusan Masalah :

(33)

berhubungan dengan tindakan hukum anak perusahaan?

2. Dalam hal apa sajakah Holding Company harus bertanggung Jawab terhadap Tindakan Hukum Anak Perusahannya, baik sebelum diterapkan Piercing the croporate veil maupun setelah diterapkannya Teori

tersebut?

3. Bagaimanakah Bentuk Tanggung Jawab Holding Company Terhadap tindakan Hukum Anak Perusahaan setelah diterapkan Piercing The corporate veil?

C. Tujuan Penelitian :

1. Mengkaji dan memahami keberadaan penggunaan Teori Piercing the Corporate Veil Terhadap Holding Company yang berhubungan dengan

tindakan hukum Anak Perusahaan di Indonesia 2. Mengetahui dan mengkaji dalam hal apa saja yang

(34)

Veil yang berhubungan dengan tindakan hukum

Anak Perusahaan di Indonesia

3. Menjawab dan mengetahui Bentuk tanggung jawab Piercing the Corporate veil Terhadap

Holding Company yang berhubungan dengan Anak Perusahaan di Indonesia.

D.Manfaat Penelitian :

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam aspek teoritis maupun aspek praktis.

(35)

2. Dalam aspek praktis, penelitian ini diharapkan memberikan pemahaman dan sudut pandang kepada masyarakat tentang upaya dalam mewujudkan keadilan dalam perkara bisnis tentunya, terkait kegiatan perusahaan yang tidak diperbolehkan untuk melakukan perbuatan melawan hukum dalam memperkaya harta pribadi, dan sekaligus sebagai saran bagi pemerintah tentang pentingnya untuk merevisi peraturan perundang-undangan khusunya tentang badan hukum terutama Perseroan Terbatas mengenai Holding Company.

E. Keaslian Penelitian :

(36)

1. Rustamaji Purnomo dengan judul Penerapan Doktrin Piercing the corporate veil pada perseroan terbatas (Studi Kasus PT.Djaya tunggal dan PT.Bank perkembangan Asia). Metode yang digunakan Yuridis normatif. Fokus kajiannya adalah kepada analisis kasus yang menyimpulkan bahwasanya tidak berlaku hanya pada pemagang saham saja tetapi melainkan direksi dan komisaris juga dimintai pertanggung jawabnanya. Majelis hakim telah menggunakan Piercing the corporate veil pada perkara ini sehingga direksi dan komisaris dapat dimintai pertanggung wabannya. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2008 Universitas Sumatera Utara Medan.

(37)

dipublikasikan sehingga tidak terlalu mendapatkan informasi yang detail. Namun peneliti dapat menggambarkan bahwasanya Desertasi yang dilakukan buk Sulistiowati sangatlah detail dan peneliti menyimpulkan sangatlah general karena berbagai sudut pandang yang dilakukan sehingga fokus kajiannya adalah kepada Perusahaan Grup dimana lebih banyak menggunakan berbagai teori hukum yang berlaku diindonesia. Artinya Desertasi yang dihasilkan sulistiowati sangatlah lengkap, namun ada beberapa tambahan yang semestinya juga harus lebih dibahas secara detail.

(38)

4. Piercing The Corporate Veil Terhadap Holding Company dalam Tindakan Hukum Anak Perusahaan. Diteliti oleh Muhammad Syafi’i Magister Ilmu Hukum UMY. Berbeda dengan sebelumnya tentunya dilihat dari Rumusan Masalah dan fokus kajiannya. Penelitian ini menggunakan metode normatif. Tesis ini lebih mengungkapkan kesisi teori untuk menjawab permasalahannya, yang membedakan dengan yang lain adalah bukan saja hubungan hukumnya yang dikaji tetapi melainkan sampai dengan bentuk tanggung jawabnya lebih diperdalam melalui Teori Piercing the Corporate Veil, Teori Badan Hukum, dan Teori Tanggung jawab. Fokus kajiannya adalah kepada Piercing the corporate veil

(39)
(40)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Terhadap Perseroan Terbatas 1. Pengertian Terhadap Perseroan Terbatas

Sebelum kita membahas pengertian perseroan terbatas, sebaiknya kita masuk terlebih dahulu tentang perusahaan. Perusahaan yang terdiri dari badan hukum dan tidak berbadan hukum. Adapun menurut para ahli perusahaan itu adalah17 :

a. Molengraaffa Perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus menerus, bertindak keluar, untuk memperoleh penghasilan dengan cara memperdagangkan atau menyerahkan barang atau mengadakan perjanjian perdagangan18 b. Murti Sumarni pada tahun 1997, Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang

17 Dudung, Pengertian PT dan CV, http://www.dosenpendidikan. com/pengertian-pt-dan-cv-menurut-6-para-ahli/ diunduh pada tanggal 25 April 2016 Pukul 15.00 Wib

18

(41)

mengolah sumber daya ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan tujuan memperoleh keuntungan dan memuaskan kebutuhan masyarakat.19

c. Much Nurachmad, Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.20 d. Menurut Hukum, Perusahaan adalah mereka yang

melakukan sesuatu untuk mencari keuntungan dengan menggunakan banyak modal (dalam arti luas), tenaga kerja yang dikerjakan dengan terang-terangan serta secara terus menerus dengan tujuan mendapatkan sebuah penghasilan dengan cara

19

Ibid

20

(42)

menjual atau membeli barang – barang atau mengadakan sebuah perjanjian perdagangan.21

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan melalui Undang-undang No.3 Tahun 1982 tentang wajib daftar perusahaan pasal 1 (b) Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba. Perbedaan yang mendasar dari bentuk Usaha berbadan hukum dan tidak berbadan hukum adalah

a. Usaha berbadan hukum adalah22:

21 Nandasaputri, Pengantar Hukum bisnis, https:// nandasaputri 189.wordpress.com/2013/10/18/pengantar-hukum-bisnis-pengertian-perusa haan/, diunduh pada tanggal 25 April 2016 Pukul 15.10 Wib

(43)

1) Dapat melakukan perbuatan hukum (rechtshandeling) dalam hubungan-hubungan hukum (rechtsbetrekking)

2) Mempunyai harta kekayaan sendiri, dimana harta perusahaan dan harta pribadi dipisahkan secara jelas.

3) Mempunyai hak dan kewajiban

4) Dapat digugat dan menggugat didepan pengadilan Contoh: Perseroan Terbatas (PT), Perusahaan Umum (Perum), Perusahaan Perseroan (Persero), Perusahaan Daerah (Prusda), Koperasi, dan Yayasan.

b. Sedangkan usaha tidak berbadan hukum adalah23 :

1) Tidak dapat melakukan perbuatan hukum dalam hubungan hukum karena bukan merupakan subjek hukum

23

(44)

2) Kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum diletakan pada mitra atau sekutu dari bentuk usaha tersebut, dengan pembatasan pengaturan yang ditetapkan oleh Undang-undang

3) Harta kekayaan perusahaan dan pribadi tidak terpisah dengan jelas, atau pada prinsipnya usaha ini tidak memiliki kekayaan sendiri.

4) Tidak mempunyai hak dan kewajiban 5) Tidak dapat digugat dan menggugat pada

(45)

Dalam hal ini karena Peseroan Terbatas adalah merupakan bagian perusahaan yang berbadan hukum, maka pengertian Perseroan Terbatas adalah :

a. Dikutip dalam bukunya Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, kata perseroan menunjuk kepada modalnya yang terdiri atas sero (saham). Sedangkan kata terbatas menunjuk kepada tanggung jawab pemegang saham yang tidak melebihi nilai nominal saham yang diambil bagian dan dimilikinya24

b. Perseroan Terbatas adalah suatu bentuk perseroan yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan dengan modal perseroan tertentu yang terbagi atas saham-saham, dalam mana para pemegang saham (persero) ikut serta dengan mengambil satu saham atau lebih dan melakukan perbuatan-perbuatan hukum dibuat oleh nama bersama, dengan tidak bertanggung-jawab sendiri untuk persetujuan-persetujuan perseroan itu (dengan tanggung-jawab yang semata-mata terbatas pada modal yang mereka setorkan)25

24 Dianambarningrum, Perseroan Tertbatas, http://dianambarningrum 16.blogspot.co.id /2016/01/perseroan-terbatas.html, diunduh pada tanggal 25 April 2016 Pukul 15.30 wib

25

(46)

c. Berdasarkan Pasal 1 UUPT No. 40 Tahun 2007 pengertian Perseroan Terbatas (Perseroan) adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar seluruhnya yang terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

Dengan demikian ada beberapa unsur-unsur yang harus dipenuhi untuk bisa dikatakan badan usahanya adalah Perseroan Terbatas 26 :

a. Berbentuk badan hukum, yang merupakan persekutuan modal

b. Didirikan atas dasar perjanjian c. Melakukan kegiatan usaha d. Modalnya terbagi saham-saham

(47)

e. Memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam UUPT serta peraturan persyaratan material pendirian perseroan terbatas.

Perseroan Terbatas merupakan perusahaan yang oleh Undang-undang dinyatakan sebagai perusahaan yang berbadan hukum. Dengan status yang demikian itu, Perseroan Terbatas menjadi subyek hukum pendukung hak dan kewajiban, sebagai badan hukum. Hal ini berarti Perseroan Terbatas dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum seperti seorang manusia dan dapat pula mempunyai kekayaan atau utang. Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT), yang secara efektif berlaku sejak tanggal 16 Agustus 2007.

(48)

dasar hukum Pembentukan suatu Perseroan Terbatas adalah27 :

a. Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas

b. Undang-undang No.8 Tahun 1997 tentang dokumen perusahaan

c. Undang-undang No.8 Tahun 1995 tentang pasar modal berkaitan dengan pembentukan PT Terbuka d. Peraturan pemerintah No. 26 Tahun 1998 tentang

pemakaian nama perseroan terbatas

e. Keputusan menkumham republik indonesia No. M-01.HT.01.01 Tahun 2000 tanggal 4 oktober 2000 tentang pemberlakuan sistem administrasi badan hukum dan hak asasi manusia republik Indonesia.

f. Surat edaran Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Hukum dan Hak

(49)

Asasi Manusia Republik Indonesia No. C-1.HT.01.10-03 pada tanggal 8 maret 2004 tentang berakhirnya sistem manual terhadap permohonan pengesahan akta pendirian, persetujuan dan pelaporan akta perubahan anggaran dasar perseroan terbatas.

g. Keputusan Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. C-1.HT.01.01 pada tahun 2003 tanggal 22 januari 2003 tentang tata cara pengajuan permohonan dan pengesahan akta pendirian dan persetujuan akta perubahan anggaran dasar perseroan terbatas.

3. Organ Perseroan Terbatas

Perseroan Terbatas terdiri dari 3 organ didalamnya yaitu RUPS, Direksi, dan Komisaris. Namun yang dijadikan tinjauan dalam penelitian ini hanyalah RUPS dan Direksi.

(50)

Rapat umum pemgang saham yang selanjutnya disebut dengan RUPS adalah merupakan organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak dapat diberikan kepada Direksi ataupun komisaris yang tentunya dalam batas-batas ditentukan dalam undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 ataupun anggaran dasarnya. Semestinya pemegang saham tidak memiliki power dalam pengelolaan perseroan tersebut, artinya tidak ada kekeuataan atau campur tangan dalam pengelolaan perseroan. Namun, apabila bertemu dalam suatu RUPS maka dapat membuat suatu keputusan.Pada intinya pemgang saham tidak dapat mencampuri urusan pengelolaan perseroan.28

Forum Rups adalah merupakan suatu konsep terbaik dalam mengambil keputusan untuk dijalankan oleh perseoran. Adapun tujuan diadakannya RUPS baik

28Ridwan Khairandy, 2013,

Pokok-Pokok Hukum Dagang,

(51)

berdasarkan undang-undang maupun anggaran dasar adalah agar dapat memungkinkan pemegang saham memiliki kekuatan kesempatan mengetahui dan melakukan evaluasi kegiatan perseroan dan manajemen perseroan pada waktu yang tepat tanpa ikutr campur tangan terhadap perseroan tersebut, dimana perseroan melakukan bisnisnya.29

Menurut Fuady bahwasanya tidak ada ketentuan yang tegas dalam undang-undang mengenai batas-batas dan ruang lingkup kewenangan yang dapat dilakukan oleh RUPS dalam suatu Perseroan Terbatas dimana yaitu30 : 1) RUPS tidak boleh mengambil keputusan yang

bertentangan dengan Hukum yang berlaku.

2) RUPS tidak diizinkan mengambil suatu keputusan yang bertentanganjuga dengan anggaran dasarnya, namun dapat diubah oleh RUPS asal memenuhi syarat untuk ini.

29 Simon Fisher,

Hukum Perusahaan, Jakarta, Rajawalipers, Hlm.102

30 Munir fuady, 2005,

Perlindungan Pemegang Saham Minoritas,

(52)

3) Selanjutnya RUPS tidak boleh merugikan stakeholeder baik pemegang saham minoritas maupun karyawan, kreditur, masyrakat sekitar dan sebagainya. 4) RUPS juga tidak diizinkan untuk untuk mengambil

keputusan kewenangan dari direksi dan komisaris, sejauh organ perusahaan tersebut tidak menyalah gunakan kewenangannya. Hal ini sebagai konsekuensi logis dari prinsip kewenangan dari RUPS.

Rapat umum pemgang saham memilki hak yang tidak diberikan kepada direksi dan komisaris dalam batas yang ditentukan undang-undang maupun anggaran dasar tersebut 31 :

a) Dapat mengesahkan perbuatan hukum yang dilakukan oleh pendiriuntuk kepentingan Perseroan terbatas yang belum didirikan setelah PTerseroan terbatas menjadi badan hukum pada Pasal 13 ayat (1)

(53)

b) Dapat menetapkan sebuah anggaran dasar Pasal 19 ayat (1)

c) Menyetujui pemegang saham dan kreditor lainnya yang memilki tagian terhadap perseroan terbatas atas harga saham yang dimilikinya Pasal 35 ayat (1)

d) Dapat menyetujui pembelian kembali saham tau pengalihannya lebih lanjut

e) Memutuskan pengurangan Modal Peseroan Terbatas

f) Menyetujui penmabahan modal Perseroan Terbatas

g) Dapat mengangkat anggota direksi

h) Menghentikan anggota dirkesi sewktu-waktu i) Menetapkan gaji dan tunjangan anggota direksi j) Dapat menyetujui penggabungan, peleburan,

(54)

k) Dan terakhir adalah dapat memutuskan laba bersih termasuk penyisihan untuk cadangan.

Didalam sistem hukum Belanda RUPS bukanlah merupakan forum untuk mengangkat dan mengusulkan pergantian direksi amupun komisaris, melainkan untuk menentukan pembagian deviden atau pembagian laba. Jika tidak puas dengan kebijakan suatu perseroan tersebut maka mereka dapatlah melakukan gugatan atau memilih jalan keluar terakhir menjual sam perusahaan yang dimilikinya.32

b. Pengertian Direksi

Pengertian direksi merupakan dewan direktur yang dapat terdiri atas suatu atau beberapa orang direktur. Apabila direksi lebih dari 1 orang direktur, maka salah satunya menjadi direktur utama atau presiden direktur dan yang lainnya

(55)

menjadi direktur atau wakil direktur, menurut Pasal 1 butir (5) UUPT direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik didalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

(56)

fungsi yakni fungsi pengurusan perusahaan atau manajemen fungsi perwakilan atau representasi. 33

Pada dasarnya anggota direksi adalah buruh atau pegawai perseroan. Perusahaan sebagai badan hukum adalah majikan anggota direksi Peseroan Terbatas. Didalam Perseroan Terbatas tertutup seringkali pemegang saham juga menjadi direksi perseroan yang bersangkutan. Walaupun itu adalah pemegang saham namun ketika dia menjadi direktur, maka dia terikat pada hubungan kerja dengan perseroan. Dengan perkataan lain, dia adalah karyawan perseroan. Didalam Perseroan Terbatas terbuka biasanya orang yang menjadi anggota direksi adalah orang profesional yang bukan pemegang saham perseroan yang bersangkutan.34

33 Ridwan Khairandy, 2013,

Pokok-Pokok Hukum Dagang,

Yogyakarta, Fhuiipers, Hlm.105 34

(57)

Sebagai konsekuensi dari kedudukan tersebut, maka hubungan hukum antara direksi dan perseroan adalah hubungan kerja yang tunduk kepada hukum perburuhan atau hukum ketenagakerjaan. Konsekuensi dari hubungan tersebut adalah anggota direksi untuk mendapat upah atau gaji dari perseroan. Didalam Pasal 96 ayat (1) UUPT disebutkan bahwa ketentuan besarnya gaji dan tunjangan anggota direksi ditetapkan berdasar keputusan RUPS. Oleh Pasal 96 ayat (2) UUPT ditentukan bahwa kewenangan RUPS tersebut dapat dilimpahkan kepada dewan komisaris.

(58)

menggunakan wewenangnya hanya untuk kepentingan perseroan semata. 35

Fidusia dalam bahasa latin dikenal sebagai fiduciary bermakna kepercayaan. Secara teknis istilah dimaknai sebagai memegang sesuatu dalam kepercayaan atau seseorang yang memegang sesuatu dalam kepercayaan untuk kepentingan orang. Seseorang memiliki tugas fiduciary manakala ia memiliki kapasitas Fiduciary. Seseorang dikatakan memiliki kapasitas Fiduciary jika bisnis yang ditransaksikannya, harta benda atau kekayaan yang dikuasai bukan untuk kepentingan diri sendiri, tetapi untuk kepentingan orang lain. Orang yang memberinya kewenangan tersebut memiliki kepercayaan yang besar kepadanya. Pemegang

35

(59)

amanahpun wajib memiliki itikad baik dalam menjalankan tugasnya.36

Fiduciary duty akan tercipta jika ada fiduciary relationship. Fiduciary relationship

telah menjadi bagian dalam yurisprudensi hukum anglo american selama hampir 250

tahun. Sebelumnya pengertian mengenai

fiduciary relationship masih menjadi perdebatan panjang. Selain itu para ahli hukum dan praktisi hukum tidak dapat menjelaskan kapan fiduciary relationship itu muncul, tindakan apa yang termasuk pelanggaran fiduciary relationship, apa akibat hukum atas

terjadinya pelanggaran tersebut. Setelah melalui proses yang panjang, para ahli hukum praktisi hukum akhirnya menyepakati satu konsep awal fiduciary relationship. Konsep ini menyatakan bahwa fiduciary relationship

36 Munir Fuady, 2002,

(60)

terjadi ketika terdapat dua pihak dimana salah satu pihak, mempunyai kewajiban untuk bertindak atau memberikan nasehat demi dan untuk kepentingan pihak kedua mengenai persoalan-persoalan tertentu yang ada didalam ruang lingkup hubungan tersebut.37

Kepengurusan Perseroan Terbatas sehari-hari dilakukan oleh direksi. keberadaan direksi dalam suatu organ perseroan merupakan suatu keharusan dengan kata lain perseroan wajib memiliki direksi. Hal ini dikarenakan perseroan sebagai artificial person, dimana perseroan tidak dapat berbuat

apa-apa tanpa adanya bantuan anggota direksi sebagai natural person. Berdasarkan fiduciary duty direksi suatu perseroan diberi kepercayaan yang tinggi oleh perseroan untuk mengelola suatu perusahaan, dalam hal ini

37

(61)

direksi harus memiliki standar integritas dan loyalitas tinggi, tampil serta bertindak untuk kepentingan perseroan secara bonafit. 38

4. Tanggung Jawab Perseroan Terbatas

Sebelum menjelaskan tanggung jawab Sebuah Perseroan Terbatas,alangkah baiknya memahami terlebih dahulu tentang Teori Tanggung Jawab. Secara harfiah dapat diartikan sebagai keadaan wajib menanggung segala sesuatunya jika terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan atau juga berarti hak yang berfungsi menerima pembebanan sebagai akibat sikapnya oleh pihak lain.39

Suatu konsep yang terkait dengan konsep kewajiban hukum adalah konsep tanggungjawab hukum (liability). Seseorang yang bertanggungjawab secara hukum atas perbuatan tertentu bahwa dia dapat dikenakan suatu sanksi dalam kasus perbuatannya

38 Ridwan Khairandy,

Op.cit, Hlm.109

(62)

bertentangan/berlawanan hukum. Sanksi dikenakan deliquet, karena perbuatannya sendiri yang membuat orang tersebut bertanggungjawab. Subyek responsibility dan subyek kewajiban hukum adalah sama. Dalam teori tradisional, ada dua jenis tanggung jawab: pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan (based on fault) dan pertanggungjawab mutlak (absolut responsibility).40

Menurut kamus bahasa Indonesia tanggung jawab itu adalah suatu keadaaan dimana wajib menanggung segala urusannya, berkewajiban menanggung, memikul tanggung jawab dengan segala sesuatunya dan menanggung akibatnya. 41

Ridwan halim mencoba mendefinisikan bahwasanya tanggung jawab hukum merupakan suatu akibat lebih lanjut dari pelaksanaan suatu peranan, yakni peranan yang merupakan hak dan kewajiban

40Jimly Asshiddiqie, Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen tentang Hukum, Jakarta, Konstitusi Press, 2006. Hlm 61

(63)

ataupun suatu kekuasaan. Secara umum tanggung jawab hukum itu dairtikan sebagai kewajiban hukum untuk melakukan sesutau atau prilaku menurut cara tertentu yang tidak menimpang dari praturan-peraturan yang ada. 42

Menurut Purbacaraka bahwa tanggung jawab hukum itu sendiri bersumber atau lahir dari penggunaan sebuah fasilitas dalam kemampuan tiap orang untuk menggunakan hak tau melkaksanakan kewajibannya. Maksudny adalah suatu setiap pelaksanaan kewajiban dan setiap penngguanaan hak yang dilakukan secara tidak memadaai maupun yang dilakukan secara tidak memadai maupun secara memadai pada dasarnya tetap harus disertai pertanggung jawaban pelaksanaan kekuasaan.43

Perihal prinsip tanggung jawab sangatlah penting, karena akan sangat diperlukan dan seberapa

42

Ibid 43

(64)

jauh tanggung jawab yang dapat dibebankan kepada pihak-pihak tersebut.44

Ada beberapa prinsip tanggung jawab yang secara umum dapat dibedakan menjadi :

a) Liability based on fault (kesalahan)

b) Presumpsition of liability yakni praduga selalau bertanggung jawab

c) Presumtion of nonliability Praduga tidak selalau bertanggung jawab

d) Tanggung jawab mutlak yaitu Limitation of liability

e) Pembatasan tanggung jawab yaitu limitation of liability

Berdasarkan unsur kesalahan adalah merupakan prinsip yang sangat umum berlaku baik dalam perdata maupun pidana khususnya pasal 1365, 1366 dan 1367. Prinsip ini sangatlah tegas. Bahwasanya pertanggung jawaban secara hukum jika

(65)

ada unsur kesalahannya maka dapat dimintai pertanggung jawaban. Diman lazim disebut pasal perbuatan melawan hukum. Dimana ada 4 unsur pokok yaitu adanya unsur kesalahan,perbuatan dan kerugian yang diterima serta adanya kausalitas kesalahan dan kerugian.45

Selanjutnya adalah prinsip parduga untuk selalau bertanggung jawab dimana prinsip ini merupakan prinsip dimana tergugat selalau dianggap bertanggung jawab sampai ia membuktikan ia tidak bersalah, sehingga beban pembukyian ada pada tergugat.46

Presumption of non liability dimana prinsip ini merupakan prinsip kebalikan keduanya. Prinsip ini hanya dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang

45 Anonim, Prinsip Tanggung jawab Hukum, https://wisuda.unud. ac.id/pdf/1116051106-3-BAB%202.pdf, siunsuh pada tanggal 16 Desember 2016 Pukul 18.00 wib

46

(66)

sangat terbatas dimana pembatasannya biasanya common sense.47

Selanjutnya yang keempat adalah prinsip tanggung jawab mutlak dimana merupakan tanggung jawab absolut dimana prinsip tanggung jawab yang menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang menentukan, namun ada pengecualian-pengecualian yang memungkin kan untuk dibebaskan dari tanggung jawab misalny dalam keadaaan Force majeur, sebaliknya adalah merupakan tanggung jawab tanpa kesalahan dan tidak ada pengecualian.

Dan terakhir adalah Pembatasan tanggung jawab yaitu pembatasan sangat disenangi oleh pelaku usaha untuk mencamtumkan sebagai klausula eksonerasi dalam perjanjian standar yang dibuat. Pembatasan mutlak harus berdasarkan peraturan prundang-undangan.

47

(67)

Berikut Tabel 2.1 penjelasan mengenai Teori Pertanggung Jawaban

NO Prinsip Tanggung jawab

Unsur-unsurnya Catatan Tambahan

1. Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan

Unsur Kesalahan

 adanya perbuatan  adanya unsur

kesalahan  adanya kerugian yang diderita  adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian. Psl.1365,1366,1367

2. Prinsip Praduga Untuk Selalu Bertanggung Jawab Prinsip ini menyatakan bahwa tergugat selalu dianggap bertanggung jawab (presumption of liability principle), sampai ia dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah.

Dalam prinsip ini, beban pembuktiannya ada pada si

tergugat.

3. Prinsip Praduga Untuk Tidak Selalu Bertanggung Jawab

Prinsip ini adalah kebalikan dari prinsip yang kedua, prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab hanya

Contoh dari penerapan prinsip ini adalah pada hukum pengangkutan. Kehilangan atau kerusakan

(68)

dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat terbatas.

(konsumen) adalah tanggung jawab dari

penumpang.

4. Prinsip tanggung jawab

absolut Merupakan prinsip yang tidak dapat dielakan

Menurut E. Suherman, strict liability disamakan dengan

absolute liability, dalam prinsip ini tidak ada kemungkinan untuk membebaskan diri dari

tanggung jawab 5. Prinsip tanggung jawab

dengan Pembatasan Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan (limitation of liability principle) ini sangat disenangi oleh pelaku usaha untuk dicantumkan sebagai klausula eksonerasi dalam perjanjian standar yang dibuatnya. -

Sumber : Sonny Pungus S.H.,M.kn,Teori Pertanggung Jawaban 48

Pengertian tanggung jawab hukum menurut hukum perdata adalah merupakan seseorang terhadap perbuatan yang melawan hukum.

48Sonny Pungus ,Teori Pertanggung Jawaban , http://sonny-tobelo.

(69)

Didalam buku Yahya harahap yang berjudul Hukum perseroan Terbatas, dibagilah menjadi dua tanggung jawab dalam perseroan. Pertama adalah Tanggung jawab perdata Perseroan dan yang kedua adalah Tanggung jawab Pidana Perseroan. Adapun penjelasannya masing masing yakni : a. Ditinjau dari segi hukum perdata, terdapat beberapa

tanggung jawab yang melekat pada diri setiap perseroan sebagai badan hukum yang terpisah dan berbeda dari pemegang saham dan pengurus perseroan. Tanggung jawab perdata yakni tanggung jawab perseroan yang menyangkut domain bidang hukum perdata dalam arti luas. Dimana Terdiri dari Tanggung jawab Kontraktual Perseroan dan Tanggung jawab akibat Perbuatan melawan Hukum perseroan.

(70)

perikatan tersebut sesuai dengan yang telah dituangkan oleh para pihak termasuk Perseroan itu sendiri.49, 2) Tanggung jawab akibat Perbuatan melawan hukum

yang teridri dari :

a) Tanggung jawab PMH berdasar pasal 1365 KUHperdata

b) Tanggung Jawab Perseroan beradasar pasal 1367 ayat (3) KUHperdata

b. Ditinjau dari segi hukum pidana, bahwasanya Perseroan Terbatas dapat bertanggung jawab dalam hal tindak pidana, yakni Pertanggung jawaban pidana berdasar perseorangan. Ajaran atau prinsip umum yakni:

1) Orang secara individu yaitu yang dapat menjadi subjek pelaku pidana adalah manusia yang disebut dengan

human element atau naturlijke person yakni orang perorangan atau pribadi kodrati. Maka dari itu pertanggung jawabannya merupakan jawaban pribadi

(71)

2) Tindak pidana yang dilakukan seseroang, tidak dapat dipikulkan pertanggung jawabnnya kepada orang lain diluar pelakunya.

5. Asas-asas dalam melaksanakan kegiatan usaha Perseroan Terbatas

Menurut penjelasan pasal 4 selain daripada peraturan perundang – undangan yang disebut diatas, setiap perseroan harus menaati asas – asas

hukum yang terdiri atas50:

a. Asas Iktikad baik ( te goeder trouw, good faith, bonafide)

b. Asas kepantasan (behoorlijk, proper)

c. Asas Kepatutan (redelijkheid en billijkheid, reasonableness and fairness)

d. Prinsip tata kelola perseroan yang baik (good corporate governance)

(72)

Demikian gambaran ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku dan mengikat kepada perseroan. Akan tetapi, tidak hanya meliputi ketentuan hukum positif yang diuraikan diatas, tetapi juga diberlakukan dan diterapkan asas – asas hukum itikad baik, kepantasan kepatutan, dan tata kelola yang baik. B. Tinjauan Terhadap Perusahaan Group

1. Pengertian Perusahaan Group

Definisi group tidak diatur di dalam undang-undang. Meskipun begitu, dalam beberapa ketentuan teknis, dapat kita temui penjabaran definisi group perusahaan. Hanya, perlu dipahami juga, bahwa penjabaran tersebut secara yuridis hanya dapat dipakai dalam ruang lingkup ketentuan tersebut.51

Ketentuan teknis tersebut, di antaranya adalah Peraturan Menteri Negara Agraria, Kepala BPN No. 2/1999 tentang Izin Lokasi yang menjelaskan pengertian group

51 Imam nasima, Klinik definisi perusahaan satu Group, http://www.

(73)

perusahaan sebagai dua atau lebih badan usaha yang sebagian sahamnya dimiliki oleh orang atau oleh badan hukum yang sama baik secara langsung maupun melalui badan hukum lain, dengan jumlah atau sifat pemilikan sedemikian rupa, sehingga melalui pemilikan saham tersebut dapat langsung atau tidak langsung menentukan penyelenggaraan atau jalannya badan usaha.(Pasal 1 ayat (3) )

Sebagai bahan perbandingan, dalam KUH Perdata Belanda (Burgerlijk Wetboek) group didefinisikan sebagai Kesatuan ekonomi di mana badan-badan hukum atau persekutuan-persekutuan terkait secara organisatoris. Group perusahaan adalah badan-badan hukum dan persekutuan-persekutuan yang saling terkait di dalam sebuah group. (Pasal 2:24b BW)

(74)

jelas bahwasanya batasan group perusahaan adalah sebagai berikut52:

a. Dua atau lebih badan usaha yang terkait secara organisatoris.

b. Kepemilikan (saham) oleh orang atau badan hukum yang sama (aspek kepemilikan).

c. Orang atau badan hukum tersebut dapat menentukan penyelenggaraan jalannya badan usaha (aspek pengendalian).

Di Indonesia istilah perusahaan group atau kelompok lebih dikenal dengan konglomerasi. Kata konglomerasi berasal dari kalimat bahasa inggris yaitu conglomerate. Menurut Black Law Dictionary pengertian

conglomerate berarti "a corporation that owns unrelated enterprises in wide variety of industry"Abriged, 2000 53. Dari pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa konglomerasi atau perusahaan kelompok merupakan

52

Ibid

(75)

perusahaan yang memiliki hubungan yang berbeda dengan perusahaan-perusahaan dalam beragam jenis industri. Di Indonesia selain dengan istilah konglomerasi, juga dikenal dengan perusahaan kelompok, group perusahaan, atau konsern, yang mana terjemahan dari bahasa Belanda yaitu concern.

Menurut Christianto Wibisono, yang dimaksud dengan perusahaan kelompok ialah salah suatu bentuk usaha yang merupakan penggabungan atau pengelompokan dua atau lebih perusahaan yang bergerak dalam berbagai kegiatan baik vertikal maupun horizontal54

Sementara Emmy pangaribuan mendefinisikan perusahaan kelompok sebagai suatu gabungan atau susunan dari perusahaan-perusahaan yang secara yuridis mandiri, yang terkait satu dengan yang lain begitu erat , sehingga membentuk suatu kesatuan ekonomi yang tunduk pada suatu pimpinan yaitu suatu perusahaan induk

(76)

sebagai pimpinan sentral55. Demikian juga pengertian perusahaan kelompok didefinisikan oleh S.M Bartman sebagai suatu susunan dari perusahaan-perusahaan yang secara yuridis berdiri sendiri dibawah suatu pimpinan sentral.56

2. Tinjauan terhadap Holding dan anak perusahaan

a. Pengertian Tentang Holding dan anak perusahaan Langkah penggabungan dan peleburan merupakan lawan atau juga sebuah kebalikan dari tindakan holding. Holding adalah suatu tatanan diantara sejumlah perseroan-perseroan, yang secara yuridis masing-masing merupakan subjek hukum yang mandiri satu terhadap yang lain, tetapi sebenarnya kesemuanya merupakan satu kesatuan ekonomis. Secara ekonomis, kepemilikannya mayoritas berada di satu tangan dan jika perseroan-perseroan ini berdiri

55 Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Perusahaan kelompok, Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1996, Hlm.1

(77)

sendiri-sendiri, maka tidak lain semata-mata dari segi struktur yuridis dinamakan sistem beranak-pinak dalam struktur perseroan. Struktur seperti inilah yang acapkali disebut sebagai struktur holding atau dalam kepustakaan Belanda sering disebut sebagai struktur concern, yang dalam praktik di negara kita acap kali disebut group.57

Konstruksi perusahaan group merupakan suatu kesatuan ekonomi yang tersusun dari perusahaan-perusahaan berbadan hukum mandiri yang dipandang sebagai induk dan anak perusahaan. Undang-undang Perseroan Terbatas tidak memberikan pengakuan yuridis terhadap perusahaan group sebagai badan hukum tersendiri. Sebaliknya Undang-undang Perseroan Terbatas telah memberikan legitimasi bagi munculnya realitas kelembagaan perusahaan group melalui legitimasi kepada suatu perseroan, melakukan perbuatan hukum untuk memiliki saham pada

57 Rudhi Prasetya 2,

(78)

perseroan lain atau mengambilalih saham yang menyebabkan beralihnya pengendalian perseroan lain sehingga berimplikasi kepada lahirnya keterakitan induk dan anak perusahaan.58

A holding company heads a group of company, a company(ies) which is directly or indirectly under the control of holding company is termed a subsidiary company(ies).

Stephen Griffin dalam bukunya yang berjudul Company Law Fundamental Principles memberikan

batasan-batasan mengenai definisi holding company Sebagaimana penjabaran di atas, induk perusahaan memiliki kewenangan untuk menjadi pimpinan sentral yang mengendalikan dan mengoordinasikan anak-anak perusahaan dalam suatu kesatuan ekonomi. Pimpinan sentral ini menggambarkan suatu kemungkinan melaksanakan hak atau pengaruh yang bersifat

58 Sulistiowati ,

(79)

menentukan. Pelaksanaan pengaruh dalam perusahaan group dapat bersifat mengurangi hak.59

Sementara itu, Ray August menyatakan bahwa holding company adalah perusahaan yang dimiliki oleh

induk perusahaan atau beberapa induk perusahaan untuk mengawasi, mengoordinasikan, dan mengendalikan kegiatan usaha anak-anak perusahaannya. Pengertian serupa juga dikemukakan oleh Garner, yaitu perusahaan holding adalah suatu perusahaan yang dibentuk untuk mengontrol perusahaan lainnya, biasanya dalam membatasi perannya untuk menguasai saham dan mengelola manajerial.60

Pengertian holding company di atas menunjuk kepada investment holding company karena induk perusahaan hanya menjalankan fungsi mengawasi, mengoordinasikan, dan mengendalikan kegiatan usaha anak-anak perusahaannya saja. Ratnawati Prasodjo

59Stephen Griffin,

Company Law Fundamental Principles(US:

Pearson Education Limited, 2000), Hlm.54 60

(80)

menyatakan bahwa Undang-undang Perseroan Terbatas tidak mengenal kepemilikan saham atau investasi perusahaan lain sebagai bentuk usaha.61

Terdapat dua model pengendalian perusahaan group ditinjau dari kegiatan usaha induk perusahaan, yaitu sebagai berikut: 62

1) Investment Holding Company. Pada investment holding company, induk perusahaan hanya melakukan penyertaan saham pada anak perusahaan, tanpa melakukan kegiatan pendukung ataupun kegiatan operasional. Induk perusahaan memperoleh pendapatan hanya dari deviden yang diberikan oleh anak perusahaan.

2) Operating Holding Company. Pada operating holding company, induk perusahaan menjalankan kegiatan usaha atau mengendalikan anak perusahaan. Kegiatan usaha induk perusahaan biasanya akan menentukan

61

Loc.cit

62

(81)

jenis izin usaha yang harus dipenuhi oleh induk perusahaan tersebut. Terkait dengan adanya dua jenis holding company di atas, Pasal 2 Undang-undang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa perseroan harus mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, dan kesusilaan. Adanya maksud dan tujuan serta kegiatan usaha pada ketentuan Pasal 2 Undang-undang Pesreroan Terbatas menjadi syarat wajib bagi suatu perseroan sehingga investment holding company tidak dapat dianggap sebagai suatu kegiatan usaha.

(82)

mengizinkan adanya investment holding company. Pada praktiknya, selain menjalankan pengendalian terhadap anak perusahaan, sebagian besar induk perusahaan pada perusahaan group di Indonesia masih menjalankan kegiatan usaha sendiri.

Berdasarkan penjabaran di atas, induk perusahaan dapat menunjuk anggota perusahaan lainnya untuk bertindak sebagai holding sehingga pada suatu konstruksi perusahaan terdapat lebih dari satu

holding company. Dari sudut pandang induk perusahaan, anggota perusahaan group yang ditunjuk untuk menjadi holding disebut sebagai subholding company atau holding antara. Sesuai dengan arahan

induk perusahaan, subholding company atau holding antara menjalankan pengendalian dan koordinasi terhadap anak-anak perusahaan.

(83)

dan berjumlah banyak sehingga induk perusahaan mendesentralisasikan sebagian kewenangannya kepada subholding company.63

Sementara Anak Perusahaan adalah subsidiary company yaitu perusahaan yang turut atau sepenuhnya dikendalikan oleh perusahaan lain karena sebagian besar atau seluruh modalnya dimiliki oleh perusahan lain atau induk perusahaan tersebut.Dari uraian di atas dapat juga kita lihat bahwa yang lebih memberikan fungsi dan peranan adalah Perseroan Anak, yang mana biasanya Perseroan Anak yang menjalankan bisnis dari Perseroan Induk, dan dengan adanya Perseroan Anak, Perseroan Induk dapat terhindar dari kerugian potensial. Selain itu, juga dengan adanya Perseroan Anak, jika sesuatu terjadi terhadap usaha yang dijalankan oleh Perseroan Anak, Perseroan Induk hanya bertanggungjawab sebatas saham yang dimilikinya di Perseroan Anak, karena keduanya adalah entitas yang terpisah (separate entity).

63

(84)

b. Pengaturan Holding dan anak perusahaan di Indonesia Adapun Dominasi perusahaan group dibandingkan bentuk badan usaha lain di Indonesia belum dapat menjadi justifikasi bagi perlunya pengakuan yuridis terhadap status perusahaan group ataupun legislasi berupa peraturan perundang-undangan yang khusus mengatur mengenai keterkaitan induk dan anak perusahaan dalam kontruksi perusahaan group.64 Sesuai dengan peruntukan sebagai dasar hukum bagi perseroan terbatas,65 Undang-undang 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas tidak memberikan pengakuan yuridis terhadap perusahaan group sebagai badan hukum tersendiri VIS-À-VIS badan hukum lainya.66

Terhadap induk dan anak perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas Undang-undang 40 Tahun

64 Terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur kegiatan usaha pada industry tertentu, misalnya peraturan bank Indonesia mengenaisingle presence policy. Peraturan bank Indonesia ini mendorong kepada pembentukan bank holding company

65 Pandangan Blumberg, terkait pengaturan Perusahaan Group di indoensia yang belum diatur khusus.

(85)

2007 masih mempertahankan pengakuan yuridis terhadap status badan hukum induk dan anak perusahaan sebagai subjek hukum mandiri, walaupun terdapat keterkaitan antara induk dan anak perusahaan. Berdasarkan pendekatan ini, kerangka pengaturan perusahaan group yakni induk dan anak perusahaan di Indonesia menggunakan pendekatan Perseroan Tunggal.67

Analisis pasal demi pasal pada Undang-undang No.40 tahun 2007 mengenai pengaturan keterkaitan induk dan anak perusahaan masih sangat terbatas. Pengakuan yuridis mengenai keberadaan induk dan anak perusahaan dalam Undang-undang No.40 Tahun 2007 hanya menyangkut ekspresi induk dan anak perusahaan. Bahkan, U

Gambar

table sebagai berikut:

Referensi

Dokumen terkait

Peranan Perguruan Tinggi dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Pembelajaran di kelas teori Praktikum di lab komputer Tugas Individual 1, 2, 3 dan 5.. Pembelajaran

Pengiklan harus menentukan berapa banyak audiensi yang akan menyaksikan iklan yang disajikan oleh suatu media dalam periode waktu tertentu. Dan dalam periode

Dengan mengetahui hasil fungsi extremitas atas pada penatalaksanaan pada pasien fraktur metafise distal radius intraartikuler usia muda melalui penilaian klinis

Diinduksi parasetamol pada kelompok kontrol negatif, kontrol positif dan perlakuan EETM 1 jam setelah. perlakuan di hari terakhir Dipuasakan semua kelompok selama

Penggunaan Susu Bubuk Afkir sebagai Suplemen pada Pakan Komersial terhadap Karkas dan Persentase Lemak Abdominal Ayam Broiler Jantan. Pengaruh Pemberian Ragi Tape pada Tepung

Dari gambar 16 dapat dilihat bahwa pengambilan jawaban berdasarkan nilai probabilitas yang paling besar antara pertanyaan dengan label yang sudah dilakukan proses

Prosedur mediasi dalam menyelesaikan perkara perdata yang telah diatur dalam Perma No 1 tahun 2008 dalam mewujudkan asas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah karakteristik responden ibu hamil di Puskesmas