• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN PROFIL TINGKAT KEBUGARAN JASMANI DAN PERILAKU SOSIAL ANTARA SISWA SMP DI DAERAH PEDESAAN DENGAN SISWA DI PERKOTAAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN PROFIL TINGKAT KEBUGARAN JASMANI DAN PERILAKU SOSIAL ANTARA SISWA SMP DI DAERAH PEDESAAN DENGAN SISWA DI PERKOTAAN."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

DENGAN SISWA DI PERKOTAAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Olahraga Rekreasi

Oleh:

MAULANA YUSUP 0901780

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKRASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

PERBANDINGAN PROFIL TINGKAT

KEBUGARAN JASMANI DAN

PERILAKU SOSIAL ANTARA SISWA

SMP DI DAERAH PEDESAAN

DENGAN SISWA DI PERKOTAAN

Oleh Maulana Yusup

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga Kesehatan

© Maulana Yusup 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

(3)

0901780

PERBANDINGAN PROFIL TINGKAT KEBUGARAN JASMANI DAN PERILAKU SOSIAL ANTARA SISWA SMP DI DAERAH PEDESAAN

DENGAN SISWA DI PERKOTAAN.

Disetujui dan Disahkan Oleh:

Pembimbing I

Dr. Yunyun Yudiana, M.Pd NIP. 196506141990011001

Pembimbing II

Drs. Oom Rohmah, M.Pd NIP. 196005181987032003

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Drs. Mudjihartono, M.Pd NIP. 196508171990011001

(4)

ABSTRACT

Maulana Yusup, 0901780. The Comparison of Physical Fitness Level Profile and Social Behavior Between Junior High Students From The Village Area And Junior High Students From The Urban Area. Counselor I, Dr. Yunyun Yudiana, M.Pd. Counselor II, Drs. Oom Rohmah, M.Pd.

The aim of this research was to examine the level of physical fitness and social behavior between junior high students from the highlands area and junior high students from the urban area. Besides, this research was intended to discover the comparison of better physical fitness level between both of schools, and to find out the comparison of the social behavior from both of schools.

This research used Ex Post Facto research method and Probability Sampling technique. This was intended so that the members of the population had an equal chance to be the samples. The total 78 samples are from both of schools which mean 39 samples from each school. The instruments used in this research were Indonesia physical fitness level test and social behavior questionnaire test.

(5)

ABSTRAK

Maulana Yusup. 0901780. Perbandingan Profil Tingkat Kebugaran Jasmani dan Perilaku Sosial antara Siswa SMP di Daerah Pedesaan dengan Siswa di Perkotaan. Pembimbing I Dr. Yunyun Yudiana, M.Pd. Pembimbing II Drs. Oom Rohmah, M.Pd.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani dan Perilaku Sosial antara Siswa SMP di Daerah Pedesaan dengan di Perkotaan. Selain itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tingkat kebugaran jasmani yang lebih baik dari kedua Sekolah tersebut, serta untuk mengetahui perbandingan perilaku sosial pada kedua sekolah terebut.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode Ex post facto. Adapun pengambilan sampel memakai teknik Probability sampling. Hal ini dilakukan supaya semua anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel. Kemudian dari total sampel 78 orang tersebut dibagi rata kepada dua sekolah, sehingga masing-masing sekolah diambil sampel sebanyak 39 orang. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tingkat kebugaran jasmani indonesia dan tes angket perilaku sosial.

Dari hasil penelitian yang saya lakukan dari kedua sekolah tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat kebugaran jasmani siswa SMP di Daerah Pedesaan berada pada kategori nilai baik dan tingkat kebugaran jasamani siswa SMP di Perkotaan berada pada kategori nilai cukup.Terdapat perbedaan tingkat kebugaran jasmani siswa SMP dari kedua sekolah tersebut, dimana untuk saat ini siswa SMP di daerah Pedesaan memiliki tingkat kebugaran jasmani yang lebih baik.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

UCAPAN TERIMAKASIH ………... i

PERNYATAAN ………...………... iv

ABSTRAK ………..……… v

KATA PENGANTAR ……… vi

DAFTAR ISI……… vii

DAFTAR TABEL……… ix

DAFTAR GAMBAR……….. x

DAFTAR LAMPIRAN……….. xi

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Rumusan Masalah………. 10

C. Tujuan Penelitian………... 11

D. Manfaat Penelitian………. 11

E. Batasan Penelitian………. 12

F. Anggapan Dasar ….……….. 13

G. Penjelasan Istilah………..………. 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, dan HIPOTESIS PENELITIAN……….……… 17

A. Kajian Pustaka………..

1. Kebugaran Jasmani……….………. 2. Pengelompokan Kebugaran Jasmani..……… 3. Komponen Kebugaran Jasmani………. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebugaran Jasmani…....

(7)

B. Perilaku Sosial …..……….. 1. Pengertian Perilaku Sosial …..……… 2. Bentuk Perilaku Sosial………..………... 3. Faktor-faktor yang dapat membentuk Perilaku Sosial.…...

35

1. Masyarakat di Daerah Pedesaan………..……… 2. Ciri-ciri Masyarakat Pedesaan………. 3. Mata Pencaharian Masyarakat pedesaan di dataran tinggi…. 4. Kegiatan Masyarakat Pedesaan.……….. 5. Kebudayaan Masyarakat di Daerah Pedesaan………. .……..

46 6. Gaya Hidup Masyarakat Perkotaan (Urban)………..

57 G. Hipotesis Penelitian………. 70

BAB III METODE PENELITIAN……… 71

A. Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel Penelitian………

(8)

1. Instrumen untuk mengukur perilaku sosial siswa……… 2. Instrumen untuk mengukur tingkat kebugaran jasmani siswa

SMP………..

3. Uji Coba Angket………..

81

89 100 F. Proses Pengembangan Instrumen………..

1. Uji Validitas Instrumen Penelitian……….. 2. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian………..

102 103 104

G. Teknik Pengumpulan Data dan Alasan Rasionalnya………. 105

H. Analisis Data………... 105

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA………. 111

A. Hasil Penelitian 1. Pengolahan atau Analisis Data.……….. 111

a. Data Mentah Hasil Penelitian……….……….. 111

1). Data Tes Kebugaran Jasmani………..……... 111

2). Data Tes Perilaku Sosial………. 113

2. Pembahasan atau Analisis Temuan……… 116

B. Pembahasan atau Analisis Temuan..………. 123

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….. 128

A. Kesimpulan……….. 128

B. Saran……… 129

DAFTAR PUSTAKA……….. 130

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Pengambilan Jumlah Populasi……….……….... 73

Tabel 3.2 Pengambilan Jumlah Sampel..………. 74

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian…………..………... 77

Tabel 3.4 Ketentuan Pemberian Skor pada Angket Perilaku Sosial siswa melalui model skala Linkert………. 83

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Perilaku Sosial.……… 84

Tabel 3.6 Pernyataan Berdasarkan Indikator Pembelajaran Penjas..… 85

Tabel 3.7 Tabel nilai tes kebugaran jasmani indonesia lari 50 meter... 98

Tabel 3.8 Tabel nilai tes kebugaran jasmani indonesia angkat tubuh 60;30 detik………....………... 98

Tabel 3.9 Tabel nilai tes kebugaran jasmani indonesia Baring duduk 60 detik………...………. 99

Tabel 3.10 Tabel nilai tes kebugaran jasmani indonesia Loncat Tegak. 99 Tabel 3.11 Tabel nilai tes kebugaran jasmani indonesia Lari Jauh 1000;800 meter………..……… 99 Tabel 3.12 Norma tes kebugaran jasmani indonesia……….. 100

Tabel 3.13 Konversi Nilai……..……….. 106

Tabel 3.14 Kategori Kemampuan………. 106

Tabel 4.1 Kriteria skor………. 113

Tabel 4.2 Hasil data perilaku Sosial Siswa SMPN 2 Cikajang-Garut…. 114 Tabel 4.3 Hasil data perilaku Sosial Siswa SMPN 45 Bandung…..…. 114

(10)

Tabel 4.5 Uji Normalitas Data………. 117 Tabel 4.6 Uji Homogenitas……….. 117

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Desain Penelitian……….. 75 Gambar 3.2 Langkah-langkah Penelitian….……… 76 Gambar 3.3 Diagram persentase subvariabel tes kebugaran jasmani

antara siswa SMP di daerah pedesaan dengan di perkotaan. 112 Gambar 3.4 Diagram persentase subvariabel perilaku sosial antara

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Angket Uji Coba……….………...

Lampiran 2. Angket Penelitian………..

Lampiran 3. Lembar Tes Kebugaran Jasmani……….. Lampiran 4. Uji Validitas Instrumen Angket Perilaku Sosial…..……… Lampiran 5. Pengujian Reliabilitas secara internal dengan menggunakan

teknik belah dua dari spearman brown….………...

Lampiran 6. Korelasi skor total ganjil dan genap..……….... Lampiran 7. Data nilai perilaku sosial siswa .……….. Lampiran 8. Data skor tes tingkat kebugaran jasmani indonesia

siswa SMPN 45 kota bandung kelas viii……….. Lampiran 9. Data skor tes tingkat kebugaran jasmani indonesia

siswa SMPN 2 Cikajang Garut kelas viii……….. Lampiran 10. Hasil rata-rata, kategori dan konversi nilai tes tingkat

kebugaran jasmani siswa SMPN 45 bandung kelas viii….. Lampiran 11. Hasil rata-rata, kategori dan konversi nilai tes tingkat

(13)

Lampiran 19 Dokumentasi foto persiapan sebelum tes kebugaran

jasmani di SMPN 45 Bandung………..…….

Lampiran 20 Dokumentasi foto tes angket perilaku sosial SMP di

Perkotaan……..……….

Lampiran 21 Dokumentasi foto tes kebugaran jasmani vertical jump

SMP di Perkotaan………..……

Lampiran 22 Dokumentasi foto tes kebugaran jasmani sit up dan pull up

SMP di Perkotaan ….………..

Lampiran 23 Dokumentasi foto persiapan sebelum tes kebugaran

jasmani SMP di Daerah Pegunungan………..…….

Lampiran 24 Dokumentasi foto tes angket perilaku sosial SMP di

Daerah Pedesaan.……….

Lampiran 25 Dokumentasi foto tes kebugaran jasmani vertical jump SMP di Daerah Pedesaan….….….………..…… Lampiran 26 Dokumentasi foto tes kebugaran jasmani sit up SMP di

Daerah Pedesaan………..

Lampiran 27 Surat Keputusan……….

Lampiran 28 Surat Izin Penelitian……….. Lampiran 29 Surat Keterangan telah mengadakan penelitian…………..

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia tidak akan terlepas dari aktivitas. Aktivitas merupakan suatu kegiatan atau kebutuhan yang dibutuhkan oleh individu maupun kelompok, karena sangat menguntungkan baik dalam segi materil maupun moril. Kebutuhan yang belum tercapai atau dirasa masih kurang, akan memacu individu ataupun kelompok terus berusaha untuk mencapai titik kepuasannya, karena memang itu merupakan sifat dasar manusia. Aktivitas sangat berhubungan dengan kegiatan fisik, seperti berjalan, menulis, makan, sampai tidur pun berhubungan dengan fisik.

Kondisi fisik seseorang terkait erat dengan kesehatan dan kebugaran jasmani. Salah satu cara untuk mendapatkan kondisi fisik yang baik adalah melalui kegiatan olahraga yang teratur dan sesuai dengan keadaan tubuh tiap individu. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kosasih (1993:21), bahwa :

“Olahraga merupakan alat ampuh untuk pembentukan fisik dan mental bangsa”. Dengan sering berolahraga, maka aktivitas sehari-hari juga akan terasa ringan saat melakukannya. Target dalam melakukan suatu aktivitas atau kegiatan adalah mencapai kepuasan tertinggi.

(15)

Kegiatan olahraga merupakan kegiatan yang tiada putus–putusnya, bahkan dapat dikatakan bahwa olahraga sudah merupakan suatu bagian dari kegiatan hidup manusia. Olahraga sudah merupakan kebutuhan hidup manusia. Dengan berolahraga terutama olahraga kesehatan akan dapat memelihara dan meningkatkan derajat hidup manusia. Tanpa melakukan olahraga secara rutin akan terjadi penurunan kesehatan dan memperbesar kemungkinan terserang penyakit non infeksi seperti demam, flu, batuk, dan lain sebagainya.

Seiring dengan kemajuan zaman dan teknologi yang semakin canggih dewasa ini, orang-orang telah berfikir maju dan memandang sesuatu dengan mudah, maksudnya ingin praktis. Sehingga den gan adanya fikiran tersebut maka masyarakat cenderung kurang melakukan aktivitas gerak fisik yang menyebabkan mudah terserang berbagai penyakit jantung, kolesterol, paru-paru, hipertensi dan berbagai penyakit lainnya.

Agar tubuh mencapai keadaan bugar diperlukan aktifitas fisik yang berupa olahraga. Kemampuaan fisik yang tinggi diperlukan oleh semua orang diantaranya anak-anak, remaja dan dewasa apabila mereka memiliki kebugaran jasmani yang tinggi, maka mereka akan mampu beraktivitas sehari-hari dengan waktu yang relative lama dibandingkan dengan mereka yang memiliki aktifitas fisik rendah.

Untuk dapat mengembangkan kemampuaan fisik, banyak cara yang dapat dilakukan seperti halnya dengan berolahraga. Dalam dunia pendidikan formal sekolah secara langsung mengelola proses pendidikan jasmani. Sekolah membawa amanat bangsa mewujudkan calon kader generasi muda yang tangguh, bersih, disiplin, taat pada ajaran agama, memiliki wawasan pengetahuaan dan rasa kebangsaan. Hal ini sebagaimana tercantum dalam tap MPR no 11/1993 tentang tujuan pendidikan nasional sebagai berikut :

(16)

Upaya untuk mencapai tujuan pendidikan seperti tercantum dalam tujuan pendidikan nasional tersebut di atas, sekolah memerlukan susunan atau acuan yang dapat di jadikan landasan dalam penyelengaraan pendidikan dalam hal ini dapat terjawab dengan adanya kurikulum sekolah yang wajib dilaksanakan di setiap jenjang dan tingkat pendidikan, baik dalam kegiatan intrakulikuler maupun ekstrarikuler. Pendidikan jasmani dalam lingkup pendidikan nasional pada saat ini tidak terlepas dari suatu keyakinan terhadap nilai-nilai pendidikan jasmani yang terkandung di dalamnya dan tidak hanya aspek fisik yang menjadi alat pendidikan namun bersamaan dengan itu berkembang pula aspek mental, emosional, sosial yang serasi dengan tahapan-tahapan perkembangannya.

Pada umumnya setiap orang akan setuju bahwa dalam diri manusia bukan aspek jasmani saja yang berperan, tetapi juga aspek jiwa atau rohani memilki peran dalam hidup manusia. Jasmani manusia dapat dilihat secara jelas atau konkrit, sedangkan jiwa tidak dapat diamati secara langsung. Untuk mengamati aspek jiwa adalah dari perilaku manusia misalnya, seseorang dalam melalukan suatu kegiatan antara lain sungguh-sungguh, semangat, memilki perasaan gembira melalui tertawa dan raut muka yang cerah. Aspek jasmani dan rohani merupakan satu kesatuan dalam diri manusia dalam melakukan suatu kegiatan. Selaras dengan penjelasan Harsono (1988:242) sebagai berikut: “Manusia adalah kesatuan dari jiwa dan raga, satu psychomatic unity, yang satu dengan yang lainnya selalu akan saling pengaruh mempengaruhi.” Pengaruh yang dirasakan oleh jiwa akan pula berpengaruh terhadap raga kita, demikian pula sebaliknya.

(17)

Oleh karena itu, kebugaran jasmani yang tinggi diperlukan oleh anak usia sekolah mulai dari taman kanak-kanak sampai sekolah menengah. Memiliki kebugaran jasmani yang tinggi, siswa mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan siswa yang memiliki kebugaran jasmani yang rendah. Seperti yang ditulis oleh Karhiwikarta, (1991) : “ Kebugaran Jasmani pada hakikatnya merupakan suatu kondisi tubuh yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan dan masih mempunyai cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dengan baik maupun melakukan pekerjaan yang tidak terduga.” Kebugaran jasmani mempunyai arti penting bagi anak usia sekolah, antara lain dapat meningkatkan fungsi organ tubuh, sosial emosiaonal, sportivitas, dan semangat kompetisi. Bahkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa : kebugaran jasmani mempunyai hubungan positif dengan prestasi akademis ( Iskandar, dkk : 1999).

Tingkat kebugaran jasmani sangat diperlukan guna mendukung aktivitas sehari-hari sehingga orang memiliki tingkat kebugaran yang baik tidak akan memiliki kelelahan yang berarti. Oleh karena itu semua aktivitas manusia menuntut kebugaran jasmani.

Hal ini sesuai dengan pendapat Giriwijoyo (2007:22) sebagai berikut:

Semua bentuk kegiatan manusia selalu memerlukan dukungan fisik jasmani, sehingga masalah kemampuan fisik/jasmani merupakan faktor dasar bagi setiap aktivitas manusia. Oleh karena itu untuk setiap aktivitas kita sehari-hari, minimal kita harus mempunyai kemampuan fisik/jasmani yang selalu mampu mendukung tuntutan aktivitas itu dan tentu saja lebih baik lagi bila kita memiliki pula cadangannya. Adanya kemampuan fisik melebihi kebutuhan minimal, menjamin kelancaran tugas dan kesejahteraan diri dan keluarganya, karena ia masih mempunyai kemampuan untuk melakukan tugas ekstra dan tugas/ perhatian bagi keluarganya sepulang kerja, bukannya langsung tidur saja oleh karena sudah kehabisan tenaga.

(18)

program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibu. Tapi penjas adalah bagian penting dari pendidikan. Melalui penjas yang diarahkan dengan baik, anak akan mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pemanfaatan waktu senggang, teribat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbangkan pada kesehatan fisik dan mentalnya.

Definisi di atas mennjukan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak bisa di pisahkan dari pendidikan umum.

Sedangkan pendidikan jasmani menurut para ahli seperti William (dalam: Abduljabar, 2010:3) “pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang terpilih sehingga dilaksanakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.”

Sementara itu menurut Hetherington (dalam: Abduljabar, 2010:7) seseorang yang terdidik secara jasmani memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Menunjukan kompetensi dalam keterampilan gerak dan pola-pola gerak yang diperlukan untuk menampilkan berbagai aktivitas jasmani

2. Menunjukan pemahaman tentang konsep gerak, prinsip, strategi, dan taktik ketika siswa menerapkan dalam belajar dan penampilan aktivitas jasmani

3. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani secara teratur

4. Mencapai dan memelihara peningkatan tingkat kebugaran jasmani terkait kesehatan

5. Menunjukan tanggung jawab dan sikap respek personal dan sosial dalam setting aktivitas jasmani; dan

6. Memperoleh nilai-nilai keuntungan aktivitas jasmani seperti: kesehatan, keriangan, stimulasi, ekspresi diri, dan interaksi sosial (NASPE, 2004)

(19)

pengetahuan, keterampilan serta sikap dan nilai untuk pengembangan kepribadian dan perwujudan dari peserta didik.

Sekolah sebagai pendidikan formal memiliki tingkatan atau jenjang yang teratur, yaitu mulai dari tingkatan dasar sampai dengan tingkat atas meliputi Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtida’iyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), atau Madrasah Aliyah (MA). Masing-masing jenjang memiliki tujuan pendidikan yang berbeda-beda, namun mengacu pada tujuan yang sama yaitu tujuan pendidikan nasional.

Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan individu yang sedang mengalami transisi terutama dalam prilaku yang dipengaruhi oloeh perkembangan psikologis dan sosial. Masa ini tergolong pada masa menuju remaja, sehingga pertumbuhan dan perkembngannya sesuai dengan tugas perkembangan remaja. Masa ini merupakan masa yang terbaik untuk diberdayakan melalui aktivitas-aktivitas jasmani, karena tingkat pertumbuhan dan perkembangannya pada masa ini relative tinggi. Hal ini diperjelas oleh pendapat Nadisah (1991:32) bahwa: “Adolesensi atau remaja berusia adalah individu-individu yang berusia 10 sampai 18 tahun untuk perempuan atau 12 sampai 20 tahun untuk anak laki-laki. Masa Adolesensi merupakan masa transisi tau peralihan dari masa kanak-kanak untuk menjadi dewasa.”

(20)

Disekolah anak tidak hanya bertemu, bertatap muka, berinterkasi pada saat proses pembelajaran di kelas saja, begitupun di rumah juga tidak hanya berkmpul dengan keluarga, tetapi dimanapun dan kapanpun mereka akan saling berinteraksi dengan siapapun baik itu teman sebaya ataupun diatas usianya.

Sebagai makhluk sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang hayatnya senantiasa berhubungan dengan individu lainnya atau dengan kata lain melakukan relasi interpersonal. Dalam relasi interpersonal itu ditandai dengan berbagai aktivitas tertentu, baik aktivitas yang dihasilkan berdasarkan naluriah semata atau justru melalui proses pembelajaran tertentu. Perilaku sosial amat sangat di butuhkan oleh anak terhadap lingkunagnnya. Mengutip pendapat Krech et al (1982) dari Tesis yang ditulis ibu Oom Rohmah (2010:13), menyatakan ada 12 sifat respon antar pribadi yang di klasifikasi kedalam tiga kategori yaitu:

a) Role dispositions (kecenderungan prilaku peran) terdiri dari:

a) Ascendance (social timidity). Sifat pemberani dan pengecut secara sosiali. b) Dominance (submissiveness). Sifat berkuasa dan dan sifat patuh.

c) Social initiative (social passivity). Sifat inisiatif dan pasif secara sosial. d) Independence (dependence). Sifat mandiri dan tergantung.

b) Sociometric dispositions (kecenderungan prilaku dalam hubungan sosial) terdiri dari:

a) Accepting of other (rejecting of other). Dapat diterima dan ditolak oleh orang lain.

b) Sociability (unsociability). Suka bergaul atau tidak suka bergaul. c) Friendliness (unfriendliness). Sifat ramah dan tidak ramah. d) Sympathetic (unsympathetic). Simpatik dan tidak simptik.

c) Expressive dispositions (kecenderungan prilaku ekspresif) terdiri dari:

a) Competitiveness (non competitiveness). Sifat suka bersaing dan tidak suka bersaing (kerjasama).

(21)

d) Exhibitionistic (self effacing). Sifat suka pamer atau menonjolkan diri. Sedangkan menurut Surjono Sukamto (1982), perilaku sosialnya mengatakan bahwa ciri-ciri khas desa berdasarkan kondisi masyarakatnya,antara lain:

a. Warga masyarakat pedesaan memiki hubungan kekerabatan yang kuat, karena umumnya berasal dari satu keturunan. Karena itu biasanya dalam suatu wilayah pedesaan, antara sesama warga masyarakat masih memiliki hubungan keluarga atau saudara.

b. Karena mereka berasal dari satu keturunan, maka corak kehidupannya bersifat gameinschaft, yaitu diikat oleh sistem kekeluargaan yang kuat. Selain itu penduduk desa juga merupakan masyarakat yang bersifat face to face group, artinya bahwa antara penduduk yang satu dengan yang lainnya saling mengenal.

Dari penjelasan diatas kemungkinan besar perilaku sosial siwa SMP di daerah pegunungan lebih baik, karena kebesamaanya, kerukunannya dan kekeluargaannya yang cukup kuat.

Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan makhluk hidup yang meliputi muka bumi dan proses-proses yang membentuknya. Demikian juga geografi mempelajari hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Dalam geografi, dikaji fenomena geosfer melalui tiga pendekatan, yaitu: pendekatan keruangan, ekologi, kompleksitas wilayah. Fenomena geosfer pada hakikatnya terdiri dari tiga paham utama, seperti yang dikemukakan oleh Arfie (2009) bahwa :

Kemampuan fenomena geosfer pada hakikatnya ada tiga paham utama, yaitu: a. Paham deterministic ( faktor alam mempengaruhi manusia ) b. Posibilistik ( faktor manusia mempengaruhi alam ) c. Probalistik ( faktor alam dan manusia sama-sama memberikan kemungkinan terbentuknya fenomena geosfer).

(22)

kebiasaan, karakter, serta kebudayaan saja, bahkan lebih jauh lagi ada kemungkinan dapat berpengaruh terhadap tingkat kebugaran jasmani.

Lingkungan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, keduanya merupakan satu kesatuan yang terintregasi satu sama lain. Terdapat banyak perbedaan antara satu daerah dengan daerah lainnya baik dari segi ketinggian , medan alam, suhu, iklim, bahkan jenis topografi alamnya.

Kebugaran jasmani menurut ahli faal sebagai kemampuan seseorang untuk melakukan satu tugas khas yang memerlukan kerja muskular di mana kecepatan dan ketahanan merupakan kriteria utama.Kebugaran jasmani dapat memberikan kemudahan pada seseorang dalam melakukan serangkaian tugas gerak tubuhnya yang menjadi bagian aktivitas dalam hidupnya. Giriwijoyo, dkk (2004:21) menjelaskan sebagai berikut :

Kebugaran jasmani adalah keadaan kemampuan jasmani yang dapat menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya terhadap tugas jasmani tertentu dan/atau terhadap keadaan lingkungan yang harus diatasi dengan cara yang efesien, tanpa kelelahan yang berlebihan dan telah pulih sempurna sebelum datang tugas yang sama pada esok harinya.

Tingkat kebugaran jasmani orang yang berada di daerah pegunungan ada kemungkinan lebih tinggi di bandingkan dengan orang-orang yang berada di daerah perkotaan, kebugaran jasmani sangat berhbungan dengan ergosistema primer dan ergosistema sekunder karena dua hal tersebut merupakan komponen dari kebugaran jasmani seperti yang dikemukakan oleh Santosa Giriwijoyo (149 : 2007) bahwa :

Dilihat dari sudut pandang ilmu faal olahraga, komponen kebugaran jasmnai terdiri dari : kemampuan/kualitas dasar ES I:kelentukan (fleksibility), kekuatan otot, daya tahan otot, koordinasi fungsi otot, dan kemampuan/ kualitas dasar ES II: daya tahan umum/ketahanan fisik fungsional.

(23)

sedangkan motor ability atau kemampuan gerak dasar ditentukan oleh komponen-komponen ergosistema primer dan ergosistema sekunder.

SMPN 2 Cikajang Garut yang kegiatan pembelajaran penjasnya mengacu kepada kurikulum yang dibuat pemerintah, akan tetapi yang membedakannya adalah sekolah mereka berada pada ketinggian, mayoritas penduduk di pegunungan bekerja sebagai pemetik teh dan petani yaitu suatu pekerjaan yang dilakukan di lading sawah untuk bercocok tanam yang dimana untuk sampai ketempat meraka harus berjalan kaki melewati bukit dan pematang sawah ataupun perkebunan teh.

Sedangkan di SMPN 45 Bandung kegiatan pembelajaran penjasnya sama halnya seperti sekolah-sekolah umum lainnya, mengacu kepada program pemerintah. Faslitas-fasilitas yang sudah lumayan kumplit untuk sebuah sekolah menengah pertama di daerah bandung, untuk menunjang semua kebutuhan siswa-siswi dalam pembelajaran penjas, ditambah guru-gurunya yang sudah bersertivikasi mengubah antusiasme siswa-siswi menjadi lebih besemangat mengikuti pembelajaran penjas di SMPN 45 Bandung.

Mengacu kepada latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis ingin meneliti tentang “Perbandingan Profil Tingkat Kebugaran Jasmani Dan Perilaku Sosial Antara Siswa Smp Di Daerah Pedesaan Dengan Siswa Di Perkotaan.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah, maka permasalahan dapat diidentifikasi yakni:

1. Apakah terdapat perbedaan tingkat kebugaran jasmani antara siswa SMP di daerah pedesaan dengan di perkotaan?

2. Apakah terdapat perbedaan Perilaku Sosial antara siswa SMP di daerah pedesaan dengan di perkotaan?

(24)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan jawaban yang telah dirumuskan mengacu pada latar belakang dan rumusan masalah yang peneliti ajukan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat kebuagaran jasmani antara siswa di daerah pedesaan dan perkotaan.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat perilaku sosial antara siswa di daerah pedesaan dan perkotaan.

3. Untuk mengetahui siswa manakah yang lebih baik kebuagaran jasmani dan perilaku sosial antara siswa di daerah pedesaan dan perkotaan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pihak lainnya. Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian, maka manfaat yang diharapkan oleh penulis melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

Dengan adanya penelitian ini, penulis dapat mengetahui tingkat kebugaran jasmani dan perilaku sosial siswa di tiap-tiap sekolah dasar dan juga sebagai penambahan pengetahuan bagi penulis.

2. Bagi Siswa SMP

Untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan atau tingkat kebugaran jasmani dan perilaku sosialnya. Sebagai bahan kesiapan bagi siswa agar lebih paham mengenai tingkat kebugaran jasmani dan kemampuan masing-masing siswa untuk bersosialisasi pada setiap daerah.

3. Bagi Lembaga

(25)

4. Bagi Sekolah

Sebagai bahan pertimbangan pihak sekolah untuk memperhatikan dan memanfaatkan lingkungan sebagai sarana peningkatan kebugaran jasmani bagi siswa dan mengerti keadaan siswa sesuai dengan kondisi lingkungannya.

5. Bagi Guru

Bahan pengetahuan dan wawasan dalam mengajar dan mengetahui karakter para siswa.

E. Batasan Masalah

Agar ruang lingkup penelitian ini menjadi terarah pada tujuan yang akan dicapai, maka penelitian ini hanya terbatas pada:

1. Perbandingan tingkat kebugaran jasmani siswa SMPN 2 Cikajang Garut dan siswa SMPN 45 Bandung.

2. Pengaruh perilaku sosial dari setiap siswa di masing-masing sekolah?

3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat kebuagaran jasmani dan perilaku sosialantara siswa di daerah pedesaan dan perkotaan.

4. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 2 Cikajang Garut dan siswa SMPN 45 Bandung.

5. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII dari setiap sekolah. 6. Penelitian ini mengarah pada mengetahui tingkat kebugaran jasmani siswa

SMPN 2 Cikajang Garut dan siswa SMPN 45 Bandung. 7. Lokasi penelitian:

Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah SMPN 2 Cikajang Garut JL. Ngamplang Kp. Kubang Badak Kec. Cikajang Kab. Garut dan SMPN 45 Bandung jl. Yogyakarta No. 01 Antapani Bandung.

8. Metode yang digunakan adalah metode ex post facto.

(26)

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar diperlukan sebagai pegangan dalam proses penelitian, anggapan dasar merupakan suatu titik tolak pendapat dalam melihat suatu bahasa dengan menelusuri gejala yang akan diamati dalam suatu penelitian atau sebagai titik tolak dari proses yang dilakukan dalam penelitian dan harus didasarkan atas kebenaran yang telah diyakini oleh para peneliti. Dalam hal ini Arikunto (2006: 24) menjelaskan bahwa “Anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti didalam melaksanakan penelitiannya.”

Setiap manusia berhak memiliki kebugaran jasmani, karena dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia harus menjalaninya dengan keadaan tubuh yang bugar agar tidak terjadi keletihan yang berlebihan, seperti yang diungkapkan oleh Dwiyogo dan Sulistyorini (1994:10), bahwa:“Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk dapat melakukan tugas sehari-hari dengan semangat, tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan, dan dengan penuh energi melakukan dan menikmati kegiatan waktu luang.”

Yang dikatakan oleh Rika Haryanto bagian ilmu faal Fakultas Kedokteran atma jaya, bahwa:

“Dasar pemikiran mengapa berlatih diketinggian dapat meningkatkan prestasi, hal ini adalah kapasitas aerobik yaitu keadaan hipoksia. Hipoksia yang terjadi di ketinggian diduga dapat merangsang pembentukan eritrosit sehingga meningkatkan kapasitas angkut oksigen. Dengan peningkatan kapasitas angkut oksigen, maka kapasitas aerobik meningkat.”

Dengan begitu kebugaran jasmani tiap individu di daerah pedesaan akan tetap terjaga bahkan meningkat.

(27)

sadar akan mempengaruhi anak untuk melakukan tugas gerak demi mencapai kebugaran jasmani dan motor ability yang baik.

Aktivitas siswa yang berada didaerah pedesaan akan berbeda dengan aktivitas siswa yang berada di perkotaan, oleh karena itu ada kemungkinan perbedaan aktivitas tersebut dapat berpengaruh terhadap motor ability mereka karena secara tidak langsung aktivitas mereka merupakan bagian dari suatu proses latihan.

Dari pembahasan diatas terlihat bahwa penduduk di daerah pedesaan lebih baik tingkat kebugaran jasmaninya di bandingkan dengan tingkat kebugaran jasmani penduduk di perkotaan.

Sedangkan untuk prilaku sosialnya Surjono Sukamto (1982). Mengatakan bahwa ciri-ciri khas desa berdasarkan kondisi masyarakatnya,antara lain:

a. Warga masyarakat pedesaan memiki hubungan kekerabatan yang kuat, karena umumnya berasal dari satu keturunan. Karena itu biasanya dalam suatu wilayah pedesaan, antara sesama warga masyarakat masih memiliki hubungan keluarga atau saudara.

b. Karena mereka berasal dari satu keturunan, maka corak kehidupannya bersifat gameinschaft, yaitu diikat oleh sistem kekeluargaan yang kuat. Selain itu penduduk desa juga merupakan masyarakat yang bersifat face to face group, artinya bahwa antara penduduk yang satu dengan yang lainnya saling mengenal.

Wirth, mendifinisikan kota sebagai “pemukiman yang relatif besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya. Akibatnya hubungan sosialnya menjadi longgar acuh dan tidak pribadi (impersonal relation).

(28)

Dari pembahasan diatas terlihat bahwa penduduk di daerah pedesaan lebih baik tingkat kebugaran jasmaninya dan perilaku sosialnya di bandingkan dengan tingkat kebugaran jasmani dan perilaku sosial penduduk di perkotaan.

G. Penjelasan Istilah

Berikut merupakan beberapa istilah yang di gunakan dalam penelitian, yaitu: 1. Tingkat kebugaran jasmani menurut Karhiwikarta, (1991) : “ Kebugaran Jasmani

pada hakikatnya merupakan suatu kondisi tubuh yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan dan masih mempunyai cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dengan baik maupun melakukan pekerjaan yang tidak terduga.” Kebugaran jasmani mempunyai arti penting bagi anak usia sekolah, antara lain dapat meningkatkan fungsi organ tubuh, sosial emosiaonal, sportivitas, dan semangat kompetisi. Bahkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa : kebugaran jasmani mempunyai hubungan positif dengan prestasi akademis ( Iskandar, dkk : 1999).

2. Perilaku sosial amat sangat di butuhkan oleh anak terhadap lingkunagnnya. Mengutip pendapat Krech et al (1982) dari Tesis yang ditulis ibu Oom Rohmah (2010:13), menyatakan ada 12 sifat respon antar pribadi yang di klasifikasi kedalam tiga kategori yaitu:

a) Role dispositions (kecenderungan prilaku peran) terdiri dari:

1) Ascendance (social timidity). Sifat pemberani dan pengecut secara sosiali. 2) Dominance (submissiveness). Sifat berkuasa dan dan sifat patuh.

3) Social initiative (social passivity). Sifat inisiatif dan pasif secara sosial. 4) Independence (dependence). Sifat mandiri dan tergantung.

b) Sociometric dispositions (kecenderungan prilaku dalam hubungan sosial) terdiri dari:

(29)

2) Sociability (unsociability). Suka bergaul atau tidak suka bergaul. 3) Friendliness (unfriendliness). Sifat ramah dan tidak ramah. 4) Sympathetic (unsympathetic). Simpatik dan tidak simptik.

c) Expressive dispositions (kecenderungan prilaku ekspresif) terdiri dari:

1) Competitiveness (non competitiveness). Sifat suka bersaing dan tidak suka bersaing (kerjasama).

2) Aggressiveness (non aggressiveness). Sifat agresif dan tidak agresif. 3) Self consciousness (social pois). Sifat kalem atau tenang secara sosial. 4) Exhibitionistic (self effacing). Sifat suka pamer atau menonjolkan diri. 3. “Daerah pegunungan adalah wilayah yang berbukit-bukit dengan keetinggian di

atas 500 mdpl. Supriatna (2006:3).” Lingkungan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, keduanya merupakan satu kesatuan yang terintregasi satu sama lain. Terdapat banyak perbedaan antara satu daerah dengan daerah lainnya baik dari segi ketinggian , medan alam, suhu, iklim, bahkan janis topografi alamnya.

4. SMPN 2 Cikajang-Garut termasuk kedalam wilayah dataran tinggi dengan ketinggian wilayah 1310 meter dari atas permukaan laut dengan suhu udara 19 - 26C sehingga cocok untuk wilayah pertanian, perkebunan dan peternakan, yaitu suatu pekerjaan yang dilakukan di ladang sawah untuk bercocok tanam yang dimana untuk sampai ketempat meraka harus berjalan kaki melewati bukit dan pematang sawah ataupun perkebunan teh. Pembelajarannya yang mengacu kepada program pemerintah seperti sekolah lain pada umumnya.

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada dua sekolah yang berbeda mulai dari ketinggian, suhu wilayah, adat kebiasaan masyarakat sehari-hari, kegiatan ekonomi, Perilaku sosialnya dan keadaan sekolahnya. Dalam menyusun sampai dengan menganalisis data sehingga mendapatkan gambaran sesuai dengan yang diharapkan maka diperlukan sumber data. Pada umumnya sumber data dalam penelitian disebut Populasi dan Sampel penelitian.

1. Lokasi

Tempat yang digunakan peneliti sebagai lokasi penelitian adalah di dua sekolah. Sekolah yang pertama yaitu siswa SMPN 2 Cikajang Garut JL. Ngamplang Kp. Kubang Badak Kec. Cikajang Kab. Garut dan sekolah yang kedua yaitu siswa SMPN 45 Bandung Jl. Yogyakarta No. 01 Antapani Bandung, dipilih karena merupakan salah satu sekolah yang dipastikan mempunyai fasilitas lengkap untuk pembelajaran penjas sehingga dapat mempermudah peneliti untuk melakukan proses penelitian.

2. Populasi

Dalam menyusun sampai dengan menganalisis data sehingga mendapatkan gambaran sesuai dengan yang diharapkan maka diperlukan sumber data. Pada umumnya sumber data dalam penelitina disebut Populasi dan Sampel penelitian.

(31)

organisasi dan lain-lainnya.” dan Sujana (1989:6) sendiri menjelaskan, bahwa “Populasi adalah totalitas semua nilai mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran kuantitatif atau kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas.”

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang berasal dari dua sekolah yang berbeda yaitu SMPN 2 Cikajang Garut dan SMPN 45 Bandung. Yang berjumlah 432 siswa dari SMPN 45 Bandung dan 350 Siswa dari SMPN 2 Cikajang Garut, jadi 782 siswa dari seluruh Sekolah. Dalam pengambilan suatu data dari populasi dapat dilakukan dengan cara mengambil sebagian data dari jumlah populasi yang ada. Sebagian populasi tersebut biasa disebut dengan istilah sampel. Tentang hal ini, Sudjana (1991:71) menjelaskan:

Populasi tidak terbatas luasnya, bahkan ada yang tak dapat dihitung jumlah dan besarannya sehingga tidak mungkin diteliti. Kalaupun akan diteliti, memerlukan biaya, tenaga, waktu yang sangat mahal dan tidak praktis. Oleh karena itu perlu dipilih sebagian saja asal memiliki sifat – sifat yang sama dengan populasinya. Proses menarik sebagian subjek, gejala, atau objek yang ada pada suatu populasi disebut sampel.

Sedangkan Arikunto (2006:58), dalam bukunya Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.

(32)

Tabel 3.1

Pengambilan Jumlah Populasi

No Nama Sekolah Jumlah Populasi

1 SMPN 2 Cikajang Garut 350

2 SMPN 45 Bandung 432

Total 782

3. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap mewakili keseluruhan populasi yang bersangkutan. Mengenai batasan sampel penelitian oleh Arikunto (2006:131) dijelaskan bahwa, “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.”

Mengenai jumlah sampel penelitian, peneliti berpedoman pada Arikunto (2006:134) yang menyatakan bahwa:

Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10%-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari:

a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana

b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal-hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.

c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar hasilnya akan lebih baik.

(33)

pengambilan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan starata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut, (Riduwan, 2004:58)

Maka penentuan perhitungan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 78

2 , 78 782 100

10

orang

Kemudian dari total sampel 78 orang tersebut dibagi rata kepada dua sekolah, sehingga masing-masing sekolah diambil sampel sebanyak 39 orang. Spesifikasi sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMP kelas VIII dari SMPN 2 Cikajang Garut dan SMPN 45 Bandung.

Penulis mengambil sampel sebanyak itu dengan alasan keterbatasan waktu, tenaga dan biaya. Adapun proporsi sampel untuk masing-masing strata atau wilayah yaitu:

Tabel 3.2

Pengambilan Jumlah Sampel

No Nama Sekolah Jumlah Populasi Jumlah Sampel

1 SMPN 2 CIKAJANG 350 39

2 SMPN 45 BANDUNG 432 39

Total 782 78

B. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara menyimpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis dan sesuai dengan tujuan penelitian. Sudjana ( 1992:7) menjelaskan sebagai berikut:

(34)

Z1 - (x) Y1 - Y2

Z2 - (x) Y1 - Y2

merupakan langkah-langkah lengkap yang perlu diambil jauh sebelum eksperimen dilakukan agar supaya data yang semestinya diperlukan dapat diproleh sehingga akan membawa kepada analisis objektif dan kesimpulan yang akan berlaku untuk kesimpulan yang sedang dibahas.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan randomized control grup posttest only design. Desain ini merupakan modifikasi dari desain esksperimen, dimana dalam desain ini terdapat varibel bebas yang tidak dimanipulasi denga tanda (x) berbeda dengan desain eksperimen. Maksud dari tidak di manipulasi yaitu pada penelitian ini variabel bebasnya telah terjadi atau sesuai dengan kenyataan. desain atau rancangan penelitian yang dilakukan oleh penulis seperti yang terlihat dalam skema seperti pada gambar berikut:

Desain penelitian yang dipakai penulis seperti pada gambar berikut :

Gambar 3.1

Desain Penelitian Post tes Only keterangan :

Z1 : Siswa di daerah Pedesaan (SMPN 2 Cikajang Garut)

Z2 : Siwa di Perkotaan (SMPN 45 Bandung)

Y1 : Tes Angket Perilaku Sosial Siswa

Y2 : Tes kesegaran jasmani indonesia untuk tingkat menengah pertama

(35)

Adapun langkah-langkah penelitiannya dideskripsikan dalam bentuk bagan 3.2 dibawah ini :

Gambar 3.2 Langkah-langkah Penelitian POPULASI

SMPN di Daerah Pedesaan

SAMPEL

TKJI ANGKET PERILAKU SOSIAL

Pengupulan Data

SMPN di Perkotaan

Pengolahan Data

Hasil

(36)

1. Jadwal Penelitian

Sebagai salah satu perencanaan penelitian yang disusun, maka peneliti membuat jadwal penelitian untuk mempermudah pengontrolan waktu yang digunakan dalam penelitian ini, berikut jadwal penelitian yang direncanakan:

Jadwal Penelitian

No Waktu Kegiatan Penelitian

1. 21Februari 2013 Menentukan masalah penelitian. 2. 26 Maret 2013 Seminar proposal penelitian. 3. 16 Mei 2013 Perumusan penelitian.

4. 16-18 Juli 2013 Pengajuan surat penelitian kepada Pihak Sekolah.

5. 1 Agustus 2013 Penentuan populasi dan sampel penelitian dari setiap Sekolah.

6. 3-5 September 2013 Tes Angket dan Tes kebugaran Jasmani Indonesia siswa SMPN 2 Cikajang Garut dan SMPN 45 Bandung.

7. 10-23 September 2013 Pengolahan dan analisis data. 8. 24 September - 10

Oktober 2013

Penyusunan draf skripsi.

(37)

Jadwal penelitian ini merupakan acuan bagi peneliti untuk melaksankan penelitiannya, adapun perubahan atau adanya hal-hal yang perlu ditambahkan akan disesuaikan dengan kebutuhan demi kelancaran penelitian tersebut.

C. Metode Penelitian

Pada dasarnya penelitian merupakan suatu aktivitas untuk memecahkan suatu permasalahan dengan cara mengumpulkan data, mengklasifikasikan, menganalisis dan menyimpulkan. Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, akurat, teruji serta objektif maka diperlukan suatu metode penelitian yang sesuai dengan permasalahan yang di teliti. Metode penelitian adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mempermudah pemecahan masalah dengan menggunakan teknik dan alat-alat tertentu, sehingga diperoleh hasil yang sesuai dengan penelitian. Menurut Sugiyono (2006:1) metode adalah sebagai berikut :

Metode merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasio nal, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa metode penelitian berkaitan dengan prosedur, alat serta desain penelitian yang digunakan untuk mendapatkan tujuan yang diinginkan sehingga dihasilkan penelitian yang benar-benar ilmiah atas permasalahan-permasalahan penelitian.

(38)

jasmani dan Perilaku afektip yang dimiliki oleh siswa SMP yang di daerah pedesaan dan di perkotaan.

Berdasarkan masalah tersebut penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian ex post facto. Metode yang digunakan ini lebih menitik beratkan pada penelitian komparatif. Mengenai hal ini, M. Nasir (1999:68) menyatakan “Penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriftif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab akibat, dengan menganalisa faktor-faktor penyebab terjadinya atau pun munculnya suatu fenomena tertentu”. Tujuan penelitian ex post facto adalah melihat akibat dari suatu fenomena dan menguji hubungan dan sebab akibat dari data-data setelah semua kejadian yang dikumpulkan telah selesai berlangsung. Adapun Sukardi (2003:174) menjelaskan bahwa “penelitian ex-postfacto merupakan penelitian, dimana rangkaian variabel-variabel bebas telah terjadi, ketika peneliti mulai melakukan pengamatan terhadap variabel terikat”. Ciri utama dalam penelitian ex post facto dapat dijelaskan oleh Nasir (1999:73) sebagai berikut “Sifat penelitian ex post facto, yaitu tidak ada kontrol terhadap variabel. Variabel dilihat sebagaimana adanya”. Hal ini lebih lanjut diterangkan pula oleh Arikunto (2002:237) yaitu, “Pada penelitian ini, peneliti tidak memulai prosesnya dari awal, tetapi langsung mengambil hasil”. Sukardi (2003:165) mengemukakan hal yang sama bahwa “...karena sesuai dengan arti ex-postfacto, yaitu „dari apa dikerjakan setelah kenyataan‟, maka penelitian ini disebut sebagai penelitian sesudah kejadian”. Dalam menjabarkan metode tersebut maka peneliti membuat langkah penelitian sebagai berikut :

1. Mengumpulkan data yang diperoleh dari tes Perilaku Sosial melalui angket yang disebarkan.

2. Mengumpulkan data yang diperoleh dari tes kebugaran melalui Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk SMP.

(39)

D. Definisi Operasional

Variabel penelitian adalah konsep yang memiliki aturan. Peraturan variabel penelitian bersumber pada kerangka teori yang dijadikan dasar penyusunan konsep berpikir. Variabel dalam penelitian ini adalah:

Variabel penelitian, perbandingan Perilaku sosial siswa, sekor yang diperoleh merupakan ruang lingkup dari: Rule dispositions (kecenderungan Perilaku peran), Sociometric dispositions (kecenderungan Perilaku dalam hubungan sosial), Expressive dispositions (kecenderungan Perilaku ekspresif). Perilaku Sosial yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu perilaku sosial siswa yang menghasilkan dari kegiatan proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah.

Dengan demikian untuk memperoleh data mengenai proses Perilaku sosial, maka peneliti menggunakan alat ukur berupa angket yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan baik yang positif maupun negatif.

Sedangkan skor yang di peroleh untuk mengetahui kebugaran jasmani siswa yaitu dengan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk tingkat Menengah Pertama. Tujuan Untuk mengukur kemampuan fisik siswa dan menentukan tingkat kesegaran jasmani siswa sekolah menengah pertama putra dan putri, serta remaja yang seusia. Butir-buti tesnya, terdiri dari: Tes Lari Cepat 50 meter, Tes Angkat Tubuh ( 30 detik untuk putri; 60 detik untuk putra), Tes Baring Duduk 60 detik, Tes Loncat Tegak, tes Lari Jauh (800 meter untuk putri; 1000 meter untuk putra)

E. Instrumen Penelitian

(40)

mengukur Perilaku Sosial dan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk mengukur Tingkat Kebugaran Jasmani siswa SMP di Daerah Pedesaan dan di Perkotaan.

1. Instrumen untuk Mengukur Perilaku Sosial Siswa

Alat untuk mengukur Perilaku sosial di setiap SMP yang di teliti adalah dengan menggunakan tes angket atau kuesioner. Untuk memperoleh data yang akurat dalam sebuah penelitian tentunya diperlukan sebuah alat yang disebut instrument. Mengenai instrumen ini, Arikunto (1997:138) menerangkan sebagai berikut:

“Berbicara tentang jenis-jenis metode dan instrumen pengumpulan data sebenarnya tidak ubahnya dengan berbicara masalah evaluasi. Mengevaluasi tidak lain adalah memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena mengevaluasi juga adalah mengadakan pengukuran”.

Oleh karena itu alat atau instrumen dalam sebuah penelitian mutlak harus ada sebagai bahan untuk pemecahan masalah penelitian yang hendak diteliti. Secara garis besar mengenai alat evaluasi ini Arikunto (1997:138) menggolongkannya atas dua macam yaitu tes dan non tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Non tes adalah dengan mengamati sampel yang diteliti sesuai dengan kebutuhan penelitian sehingga diperoleh data yang diinginkan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket atau kuesioner sebagai alat pengumpul data. Mengenai pengertian angket atau kuesioner ini Arikunto (1997:128) menjelaskan sebagai berikut: “kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”.

(41)

untuk diungkapkan pengalaman yang telah dimilikinya. Adapun angket yang penulis gunakan adalah angket tertutup, maksudnya adalah angket yang disusun dalam bentuk pernyataan terbatas, tegas, lengkap dan kongkret sehingga responden hanya diminta untuk mengisi jawaban pada halaman yang telah disediakan. Dengan demikian yang diperoleh dari responden tidak berupa uraian yang lebih rinci.

Data terkumpul dari angket be rupa angka-angka yang dapat menunjukkan tentang Perilaku sosial yang hendak diteliti. Skala yang penulis gunakan adalah dengan Skala Likert. Mengenai skala Likert, Sukardi (2003:146) menjelaskan sebagai berikut:

“Skala ini telah banyak digunakan oleh para peneliti guna mengukur persepsi atau sikap seseorang. Skala ini menilai sikap atau tingkah laku yang diinginkan oleh para peneliti dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden. Kemudian responden diminta memberikan pilihan jawaban atau respons dalam skala ukur yang telah disediakan, misalnya sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju”.

Dengan pernyataan di atas, maka kuesioner dan skala Likert yang penulis pilih ini dirasa sesuai dengan permasalahan yang hendak penulis teliti, yaitu tentang apakah terdapat perbedaan Perilaku sosial siswa yang signifikan anatar siswa di daerah pegunungan dengan di perkotaan. Dalam pelaksanaannya populasi yang telah terlibat dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani diberikan tes angket Perilaku sosial. Tes yang sama juga diberikan kepada kelompok kontrol dengan jumlah yang sama yaitu 39 orang. Setelah itu dievaluasi dan dibandingkan Perilaku sosial yang dimiliki sampel yang telah terlibat kegiatan pembelajaran penjas, mana yang memiliki Perilaku sosial yang baik. Dari situ penulis berharap dapat menarik kesimpulan dan memperoleh jawaban dari masalah penelitian yang penulis teliti.

(42)

akhirnya angket ini sudah dipahami oleh responden. Setelah berkonsultasi akhirnya angket Perilaku sosial ini sudah disetujui oleh ahli psikologi.

Dalam penyusunan angket ini, penulis melakukan penilaian terhadap butiran pertanyaan dengan menggunakan skala Likert dikembangkan pada tahun 1932 dan mengalami perbaikan yang dilakukan oleh Requist dan Sletto pada tahun 1936. Skala Sikap Likert ini terdiri dari satu set pertanyaan, individu yang diukur sikapnya diharapkan memberi suatu respon terhadap setiap pertanyaan dengan menjawab salah satu dari alternatif jawaban. Sebagian dari perrnyataan itu ada yang menyenangkan (positif) responden tidak menyenangkan (negatif). Kemungkinan jawaban berupa sangat setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Setiap jawaban mungkin nilai yang berbeda sesuai dengan arah pertanyaan, lengkap setiap kemungkinan jawaban ini dapat dilihat pada table 3.4

Tabel 3.4

Ketentuan Pemberian Skor pada Angket Perilaku Sosial

Siswa Melalui Model Skala Sikap Likert

Alternatif jawaban Skor Alternatif Jawaban

(43)

Penulis menyusun pernyataan-pernyataan agar responden dapat menjawab salah satu alternatif jawaban tersebut dengan berpedoman pada penjelasan Surakhmad (1990:184) sebagai berikut :

1. Rumuskan setiap pernyataan sejelas-jelasnya dan seringkas-ringkasnya

2. Mengajukan pernyataan-pernyataan yang memang dapat dijawab oleh responden, pernyataan mana yang tidak menimbulkan kesan negatif.

3. Sifat pernyataan harus netral dan obyektif

4. Mengajukan hanya pernyataan yang jawabannya tidak dapat diperoleh dari sumber lain

5. Keseluruhan pernyataan dalam angket harus sanggup mengumpulkan kebulatan jawaban untuk masalah yang kita hadapi

Dari uraian tersebut, maka penulis simulkan bahwa pernyataan yang disusun dalam angket ini harus bersifat jelas, ringkas, dan tegas. Selanjutnya penulis melakukan langkah-langkah penyusunan angket yaitu dengan melakukan spesifikasi data. Maksuknya untuk menjabarkan ruang lingkup masalah yang akan diukur. Untuk lebih jelas dan memudahkan penyusunan spesifikasi data tersebut, maka penulis tuangkan dalam bentuk kisi-kisi yang tampa dalam Tabel. 3.5.

Tabel 3.5

Kisi-kisi Instrumen Perilaku Sosial

No Komponen Sub. Komponen Indikator

(44)

3.Perilaku Ekspresif

c. Sikap ramah atau tidak ramah

d. Sikap simpati atau tidak simpati

a.Kooperasi atau tidak kerjasama

b. Agresivitas atau tidak agresiv

c. Sifat kalem atau tidak kalem

d. Sikap pamer atau tidak pamer.

Tabel 3.6

Pernyataan Berdasarkan Indikator Pembelajaran Penjas

Sub komponen Indikator Pernyataan No Soal

+ - 1. Perilaku Peran Pemberani a. Mempertahankan

haknya

b. Tidak menghiraukan masalah mencolok mata c. Tidak malu melakukan

suatu perbuatan d. Percaya diri

mengedepankan kepentingan sendiri

3 1

52

(45)
(46)
(47)

Sifat kalem atau tidak Sumber: Ujang Sudrajat,2010; dari tesis Ibu Oom Rohmah,2010

Dari komponen-komponen tesebut, selanjutnya dijadikan bahan penusunan butir-butir pernyataan atau soal dalam angket. Butir-butir pernyataan atau soal tersebut dibuat dalam bentuk pernyataan-pernyataan dengan kemungkinan jawaban yang tersedia.

Dalam perumusan pernyataan ditulis senantiasa berpedoman kepada sifat pernyataan yang sederhana yaitu penyusunan dalam perumusan suatu pernyataan makin jelas dan tegas sifatnya. oleh karena itu hendaknya diusahakan agar pernyataan tidak berbelit-belit. Mengenai pembuatan pernyataan angket Surakhmad(1990:185) menjelaskan sebagai berikut:

a. Rumusan setiap pernyataan sejelas-jelasnya dan seringkas-ringkasnya. b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang memang dapat dijawab oleh

responden, pertanyaan mnsa yang tidak menimbulkan agresif. c. Sifat pertanyaan hams netral dan objektif.

d. Mengajukan pertanyaan yang jawabannya tidak diproleh dari sumber lain. e. Keseluruhan pertanyaan dalam angket harus sanggup menyimpilkan

(48)

Dari pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pembuatan pernyataan angket harus jelas dan mudah dibaca sehingga tidak menimbulkan kebingungan bagi pembaca, serta keseluruhan pernyataan dapat mencakup permasalahan yang sedang diteliti.

2. Instrumen untuk Mengukur Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa SMP

Pengumpulan data dalam pelaksanaan penelitian ini adalah menggunakan beberapa tes yang disesuaikan dengan komponen kebugaran jasmani indonesia tingkat menengah pertama.

Untuk memperoleh data dalam penenlitian ini, digunakan prosedur pelaksanaan tes yang sudah baku yaitu Tes Kebugaran Jasmani Indonesia untuk tingkat SMP atau sederajat usia 13-15 tahun, instrumen ini terdiri dari tes 5 (lima) item , menurut Nurhasan dan Cholil (2007 : 119) sebagai berikut: a) lari 50 meter, b) baring duduk 50 detik, c) angkat tubuh 50 detik, d) loncat tegak, dan e) lari 800 dan 1.000 meter. Tes tersebut harus dilaksanakan dalam satu satuan waktu.

Tujuan Untuk mengukur kemampuan fisik siswa dan menentukan tingkat kesegaran jasmani siswa sekolah menengah pertama putra dan putri, serta remaja yang seusia. Tata cara tes pelaksanaan tes kebugaran jasmani Indonesia (TKJI)

a. Rangkaian Tes

1) Tes Lari Cepat 50 meter

2) Tes Angkat Tubuh ( 30 detik untuk putri; 60 detik untuk putra) 3) Tes Baring Duduk 60 detik

4) Tes Loncat Tegak

5) tes Lari Jauh (800 meter untuk putri; 1000 meter untuk putra)

b. Kegunaan/Fungsi Tes

(49)

2) Menentukan status kondisi fisik siswa

3) Menilai kemampuan fisik siswa, sebagai salah satu tujuan pengajaran penjaskes

4) Mengetahui perkembangan kemampuan fisik siswa

5) Sebagai bahan untuk memberikan bimbingan dalam meningkatkan kebugaran jasmaninya

6) Sebagai salah satu bahan masukan dalam memberikan nilai pelajaran penjaskes.

c. Alat dan Fasilitas

1) Lintasan lari atau lapangan yang datar tidak licin 2) Stop watch

3) Bendera start dan tiang pancing 4) Nomor dada

5) Palang tunggal

6) Papan bersekala dengan ukuran 30 x 150 cm dan berwarna gelap 7) Serbuk kapur

8) Penghapus

9) Formulir pencatatan hasil tes dan alat tulis.

d. Ketentuan Tes

TKJI merupakan satu rangkaian tes, oleh karena itu semua butir tes harus dilaksanakan secara berurutan, terus- menerus dan tidak terputus dengan memperhatikan kecepatan perpindahan butir tes ke butir tes berikutnya dalam 3 menit. Perlu dipahami bahwa butir tes dalam TKJI bersifat baku dan tidak boleh dibolak-balik, dengan urutan pelaksanaan tes sebagai berikut.

1) Pertama : Lari cepat 50 meter

(50)

3) Ketiga : Baring duduk (sit up), 60 detik. 4) Keempat : Loncat tegak (vertical jump)

5) Kelima : Lari jauh 800 meter untuk putri; 1000 meter untuk putra

e. Petunjuk Umum

1) Siswa-siswi SMPN 2 Cikajang Garut dan SMPN 45 Bandung a) Dalam kondisi sehat dan siap untuk melaksanakan tes

b) Diharapkan sudah makan maksimal 2 jam sebelum tes c) Memakai sepatu dan pakaian olahraga

d) Melakukan pemanasan (warming up) e) Memahami tata cara pelaksanaan tes

f) Jika tidak dapat melaksanakan salah satu atau lebih dari tes maka tidak mendapatkan nilai atau gagal.

2) Peneliti

a) Mengarahkan para siswa-siswi untuk melakukan pemanasan (warming up) b) Memberikan nomor dada yang jelas dan mudah dilihat peneliti

c) Memberikan pengarahan kepada siswa-siswi SMP tentang petunjuk pelaksanaaan tes dan mengijinkan mereka untuk mencoba gerakan-gerakan tersebut.

d) Memperhatikan kecepatan perpindahan pelaksanaan butir tes ke butir tes berikutnya dengan tempo sesingkat mungkin dan tidak menunda waktu. e) Tidak memberikan nilai pada siswa-siswi yang tidak dapat melakukan

satu butir tes atau lebih

f) Mencatat hasil tes dapat menggunakan formulir tes perorangan atau per butir tes.

f. Petunjuk Pelaksanaan Tes 1) Tes Lari 50 Meter

(51)

Tes ini bertujuan untuk mengukur kecepatan b) Alat dan Fasilitas

(1) Lintasan lurus, rata, tidak licin, mempunyai lintasan lanjutan, berjarak 60 meter

(2) Bendera start (3) Peluit

(4) Tiang pancang (5) Stop watch (6) Serbuk kapur (7) Formulir TKJI (8) Alat tulis c) Peneliti

Pengukur waktu merangkap pencatat hasil tes d) Pelaksanaan

(1) Sikap permulaaan

Siswa-siswi SMP berdiri dibelakang garis start (2) Gerakan

(a) pada aba-aba “SIAP” Siswa-siswi SMP mengambil sikap start berdiri, siap untuk lari

(b) pada aba- aba “YA” Siswa-siswi SMP lari secepat mungkin menuju garis finish

(3) Lari masih bisa diulang apabila Siswa-siswi SMP (a) Pelari mencuri start

(b) Pelari tidak melewati garis finish (c) Pelari terganggu oleh pelari lainnya (d) jatuh atau terpeleset

(4) Pengukuran waktu

(52)

(5) Pencatat hasil

(a) hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari untuk menempuh jarak 50 meter dalam satuan detik

(b) waktu dicatat satu angka dibelakang koma.

2) Tes Gantung Angkat Tubuh (Pull Up), 30 detik untuk putri; 60 detik untuk putra

a) Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot lengan dan bahan

b) Alat dan fasilitas

(1) Lantai yang rata dan bersih

(2) Palang tunggal yang dapat diatur ketinggiannya yang disesuaikan dengan ketinggian Siswa-siswi SMP, palang pegangan terbuat dari besi.

(3) Stopwatch

(4) serbuk kapur atau magnesium karbonat (5) alat tulis

c) Peneliti

(1) pengamat waktu

(2) penghitung gerakan merangkap pencatat hasil d) Pelaksanaan

(1) Sikap permulaan

Siswa-siswi SMP berdiri di bawah palang tunggal. Kedua tangan berpegangan pada palang tunggai selebar bahu. Pegangan telapak tangan menghadap ke arah letak kepala.

(2) Gerakan

(53)

kemudian kembali ké sikap permulaan. Gerakan ini dihitung satu kali.

(b) Selama melakukan gerakan, mulai dan kepala sampai ujung kaki tetáp merupakan satu garis lurus.

(c) Gerakan ini dilakukan berulang-ulang, tanpa istirahat sebanyak mungkin selama 30 detik;60 detik.

(d) Angkatan dianggap gagal dan tidak dihitung apabila:

 pada waktu mengangkat badan, Siswa-siswi SMP melakukan gerakan mengayun

 pada waktu mengangkat badan, dagu tidak menyentuh palang tunggal

 pada waktu kembali ke sikap permulaan kedua lengan tidak lurus

(3) Pencatatan Hasil

(a) Gerakan yang dihitung adalah angkatan yang dilakukan dengan sempurna.

(b) Gerakan yang dicatat adaiah jumlah (frekuensi) angkatan yang dapat dilakukan dengan sikap sempurna tanpa istirahat selama 30 detik;60 detik.

(c) Siswa-siswi SMP yang tidak mampu melakukan Tes angkatan tubuh ini, walaupun telah berusaha, diberi nilai nol (0).

3) Tes Baring Duduk (Sit Up) Selama 60 detik a) Tujuan

Mengukur kekuatan dan ketahanan otot perut. b) Alat dan fasilitas

(54)

(3) alat tulis

(4) alas atau tikar atau matras dan lain-lain c) Peneliti

(1) pengamat waktu

(2) penghitung gerakan merangkap pencatat hasil d) Pelaksanaan

(1) sikap permulaan

(a) berbaring telentang di lantai, kedua lutut ditekuk dengan sudut 90˚ dengan kedua jari-jarinya diletakkan di belakang kepala.

(b) Siswa-siswi SMP lain menekan atau memegang kedua pergelangan kaki agar kaki tidak terangkat.

(2) Gerakan

(a) Gerakan aba-aba “YA” Siswa-siswi SMP bergerak mengambil sikap duduk sampai kedua sikunya menyentuh paha, kemudian kembali ke sikap awal.

(b) Lakukan gerakan ini berulang-ulang tanpa henti selama 60 detik e) Pencatatan Hasil

(1) Gerakan tes tidak dihitung apabila:

(a) pegangan tangan terlepas sehingga kedua tangan tidak terjalin lagi (b) kedua siku tidak sampai menyentuh paha

(c) menggunakan sikunya untuk membantu menolak tubuh

(2) Hasil yang dihitung dan dicatat adalah gerakan tes yang dapat dilakukan dengan sempurna selama 60 detik

(3) Siswa-siswi SMP yang tidak mampu melakukan tes ini diberi nilai nol

4) Tes Loncat Tegak (Vertical Jump) a) Tujuan

(55)

(1) Papan berskala centimeter, warna gelap, ukuran 30 x 150 cm, dipasang pada dinding yang rata atau tiang. Jarak antara lantai dengan angka nol (0) pada papan tes adalah 150 cm

(2) Serbuk kapur

(3) Alat penghapus papan tulis (4) Alat tulis

c) Peneliti

Pengamat dan pencatat hasil d) Pelaksanaan

(1) Sikap permulaan

(a) Terlebih dulu ujung jari Siswa-siswi SMP diolesi dengan serbuk kapur atau magnesium karbonat

(b) Siswa-siswi SMP berdiri tegak dekat dinding, kaki rapat, papan skala berada pada sisi kanan / kiri badan Siswa-siswi SMP. Angkat tangan yang dekat dinding lurus ke atas, telapak tangan ditempelkan pada papan skala hingga meninggalkan bekas jari. (2) Gerakan

(a) Siswa-siswi SMP mengambil awalan dengan sikap menekukkan lutut dan kedua lengan diayun ke belakang. Kemudian Siswa-siswi SMP meloncat setinggi mungkin sambil menepuk papan dengan tangan yang terdekat sehingga menimbulkan bekas.

(b) Lakukan tes ini sebanyak 3 kali tanpa istirahat atau boleh diselingi Siswa-siswi lain

e) Pencatatan Hasil

(1) Selisih raihan loncatan dikurangi raihan tegak (2) Ketiga selisih hasil tes dicatat

(56)

5) Tes Lari jauh 800m untuk putri;1000m untuk putra a) Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur daya tahan jantung paru, peredaran darah dan pernafasan

b) Alat dan Fasilitas (1) Lintasan lari (2) Stopwatch (3) Bendera start (4) Peluit

(5) Tiang pancang (6) Alat tulis c) Peneliti

(1) Petugas pemberangkatan (2) Pengukur waktu

(3) Pencatat hasil

(4) Pengawas dan pembantu umum d) Pelaksanaan

(1) Sikap permulaan

Siswa-siswi SMP berdiri di belakang garis start (2) Gerakan

(a) Pada aba-aba “SIAP” Siswa-siswi SMP mengambil sikap berdiri, siap untuk lari

(b) Pada aba-aba “YA” Siswa-siswi SMP lari semaksimal mungkin menuju garis finish

e) Pencatatan Hasil

(1) Pengambilan waktu dilakukan mulai saat bendera start diangkat sampai Siswa-siswi SMP tepat melintasi garis finish.

Gambar

Tabel 4.6 Uji Homogenitas…………………………………………….. 117 Tabel 4.7 Uji Hipotesis…………………………………………………
Gambar 3.1 Desain Penelitian………………………………………….. 75
Tabel 3.1 Pengambilan Jumlah Populasi
Tabel 3.2 Pengambilan Jumlah Sampel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kebugaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian terhadap pembebanan fisik yang diberikan, mulai dari kegiatan sehari-hari tanpa

Dari hasil penelitian tentang perbandingan kebugaran jasmani, dapat diketahui bahwa tingkat kebugaran jasmani antara siswa kelas X SMAN 1 Mojosari, MAN Mojosari, dan SMKN 1

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S1) Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan

Berdasarkan hasil penelitian tingkat kebugaran jasmani diketahui secara keseluruhan, Siswa kelas X Madrasah Aliyah Hidayatul Mutaallimin hasil perhitungan yang telah

Dapat dikatakan bahwa lebih dari 50% mahasiswa program studi pendidikan jasmani memiliki tingkat kebugaran jasmani yang kurang baik.. Mahasiswa perlu mengatur pola

Pada pola transportasi siswa SMP Negeri 2 Way Jepara, dari hasil angket yang diberikan pada sampel yang diteliti didapatkan sebanyak 50 % siswa menjawab menggunakan

Rangkaian tes kebugaran jasmani yang dilaksanakan antara lain: lari 60 meter, gantung angkat tubuh/gantung siku tekuk, baring duduk 60 detik, loncat tegak dan lari 1000/1200

KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan pada penelitian ini ialah hasil tes kebugaran jasmani peserta ekstrakurikuler olahraga