ABSTRAK
PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SMP YANG BERADA DI PERKOTAAN
DAN DI PEDESAAN
Oleh
Burhannudin Sadly
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat kebugaran jasmani antara siswa laki-laki di SMP perkotaan dengan di pedesaan dan antara siswa perempuan di SMP perkotaan dengan di pedesaan. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi guru, dan sekolah untuk menambah pengetahuan bagaimana perbedaan tingkat kebugaran jasmani siswa SMP di perkotaan dan di pedesaan baik laki-laki atau perempuan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 25 Bandar Lampung dan SMP Negeri 2 Way Jepara. Sampel berjumlah 32 siswa di SMP 25 dan 30 siswa di SMP 2. Teknik pengambilan data menggunakan wawancara, angket, dan observasi.
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Burhannudin Sadly, lahir di Way Jepara pada tanggal 03 Oktober 1992, anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis lahir dari pasangan Bapak Drs. Sugiyanto dan Ibu Salbiyah.
Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis antara lain: Sekolah Dasar (SD) di Matdrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Braja Asri Way Jepara Lampung Timur dan selesai pada tahun 2004. Kemudian masuk SMP Negeri 01 Way Jepara Lampung Timur pada tahun 2004 dan lulus pada tahun 2007. Kemudian masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Way Jepara Lampung Timur pada tahun 2007 dan selesai pada tahun 2010.
MOTO
Tak Ada Yang Tak Mungkin Jika Kita Mau Berdo’a Dan Berusaha Dengan Bersungguh-Sungguh
(Penulis)
Hidup Kita Akan Terasa Indah Ketika Kita Mensyukuri Semua Yang Ada Pada Diri Kita, “Apapun Itu”
(Penulis)
Setiap Orang Punya Jatah Gagal, Habiskan Jatah Gagalmu Ketika Masih Muda
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya skripsi ini dengan judul ”Perbandingan Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa SMP Yang Berada Di Perkotaan Dan Di Pedesaan”.
Penyusunan karya penulisan skripsi ini dalam rangka menyelesaikan pendidikan program strata satu (S1) sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd.)
Sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan dalam penulisan skripsi ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, diharapkan sumbangan pemikiran positif yang konstruktif demi penyempurnaan tulisan ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandar Lampung, 19 Desember 2014 Penulis
SANWACANA
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamiin. Jika ada permulaan, maka pasti ada akhir dan
akhirnya penantian panjang itu berakhir dengan selesainya tugas akhir ini.
Syukurku yang tak terhingga ku ucapkan kepada-Mu pemilikku, yang memberiku segala-galanya. Dari yang tidak punya dan tidak bisa apa-apa hingga memiliki pemikiran yang amat kaya dan luar biasa dan bisa melakukan aktivitas yang tak terhingga. Allah ku yang Mulia. Tak lupa sholawat serta salam penulis haturkan pada Rosululloh, nabi akhir zaman, yang syafaatnya dinantikan kaum muslimin di hari akhir, yang perilakunya menuntunku dan semua manusia yang mau berubah kearah yang lebih baik, Nabiku Muhammad SAW.
Di akhir penantian ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada pribadi-pribadi yang luar biasa antara lain:
x
2. Drs. Baharudin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan dan segenap dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung.
3. Drs. Frans Nurseto, M.Psi. selaku pembimbing I yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan kepada penulis
4. Drs. Sudirman Husin, M.Pd. selaku pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis
5. Dr. Rahmat Hermawan, M.Kes. selaku pembahas yang telah memberikan pengarahan, saran dan keritik kepada penulis.
6. Kepala SMP Negeri 25 Bandar Lampung dan kepala SMP Negeri 2 Way Jepara Lampung Timur beserta dewan guru yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.
7. Bapak dan ibu dosen Penjaskes yang telah membantu dalam proses perkuliahan, bimbingan, pembinaan dan atas segala ilmu yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak dan ibu staff Tata Usaha FKIP Unila yang telah membantu proses terselesaikannya skripsi ini.
Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan akan tetapi penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, 19 Desember 2014 Penulis
xi DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 4
1.3. Rumusan Masalah ... 5
1.4. Tujuan Penelitian ... 5
1.5. Manfaat Penelitian ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebugaran Jasmani ... 7
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani ... 8
2.3. Komponen-Komponen Kebugaran Jasmani ... 9
2.4. Pengertian VO2Max... 12
2.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya VO2Max ... 13
2.6. Latihan Meningkatkan VO2Max……….. ... 15
2.7. Pengertian Kota ………... ... 15
2.8. Ciri-Ciri Kota ………... ... 16
2.9. Pengertian Desa ………... ... 18
3.0. Ciri-Ciri Desa ………... ... 19
3.1. Perbedaan Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota ... 19
3.2. Penelitian yang relevan ... 20
3.3. Kerangka pikir ... 21
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian... 23
3.2. Populasi dan Sampel ... 24
3.3. Devinisi Operasional Variabel ... 25
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 26
3.5. Instrumen Penelitian... 29
xii
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian ... 43
4.2. Deskripsi Data ... 43
4.3. Hasil Temuan Penelitian ... 53
4.4. Hasil Wawancara Dan Pengamatan ... 56
4.5. Pembahasan ... 59
4.6. Pembahasan Diskripsi Data ... 59
4.7. Temuan Hasil ... 68
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 74
B. Saran ... 75
xiii Daftar Tabel
Tabel Halaman
1. Nilai TKJI umur 13-15 th Laki-Laki ... 38
2. Nilai TKJI umur 13-15 th Perempuan ... 38
3. Norma TKJI ... 38
4. Jenis Kelamin ... 43
5. Usia ... 44
6. Latar Belakang Pendidikan Orang Tua Siswa SMP di Perkotaan ... 44
7. Latar Belakang Pendidikan Orang Tua Siswa SMP di Pedesaan ... 45
8. Pekerjaan Orang Tua Siswa SMP di Perkotaan ... 45
9. Pekerjaan Orang Tua Siswa SMP di Pedesaan ... 46
10. Penghasilan Orang Tua Siswa SMP di Perkotaan... 47
11. Penghasilan Orang Tua Siswa SMP di Pedesaan ... 47
10. Pola Makan Siswa SMP di Perkotaan ... 48
11. Pola Makan Siswa SMP di Pedesaan ... 48
12. Pola Istirahat Siswa SMP di Perkotaan ... 49
13. Pola Istirahat Siswa SMP di Pedesaan ... 50
14. Aktifitas Olahraga Siswa SMP di Perkotaan ... 50
15. Aktifitas Olahraga Siswa SMP di Pedesaan ... 51
xiv
16. Transportasi Yang Di Gunakan Siswa SMP di Pedesaan ... 52
17. Klasifikasi TKJI SMP Perkotaan Kategori Laki-Laki ... 53
18. Klasifikasi TKJI SMP Perkotaan Kategori Perempuan ... 54
19. Klasifikasi TKJI SMP Pedesaan Kategori Laki-Laki ... 54
20. Klasifikasi TKJI SMP Pedesaan Kategori Perempuan ... 55
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Rencana Judul Skripsi ... 78
2. Surat Penelitian Pendahuluan ... 79
3. Surat Izin Penelitian ... 81
4. Surat Telah Melakukan Penelitian ... 83
5. Formulir TKJI ……… 85
6. Formulir Bleep Test ... 86
7. Angket Penelitian ... 87
8. Penilaian Bleep Test ... 89
9. Data Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa SMP di Perkotaan ... 91
10. Data Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa SMP di Pedesaan ... 92
11. Data Tingkat VO2Max Siswa SMP di Perkotaan ... 93
12. Data Tingkat VO2Max Siswa SMP di Pedesaan ... 94
13. Foto Penelitian di SMP Negeri 25 Bandar Lampung ... 95
14. Foto Penelitian di SMP Negeri 2 Way Jepara ... 101
15. Foto Pengisian Angket ... 107
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Lari 50 m ... 31
2. Gantung/Angkat Tubuh ... 34
3. Baring Duduk ... 35
4. Loncat Tegak ... 36
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia tidak bisa dilepaskan dari aktivitas sehari-hari yang secara rutin
dilakukan, mulai dari bangun tidur, menyapu rumah, mencuci, memasak, sekolah ataupun bekerja. Aktivitas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sangat berhubungan dengan kegiatan fisik, seperti berjalan, menulis, makan, dan tidur. Kondisi fisik seseorang terkait erat dengan kesehatan dan kebugaran jasmani. Seperti yang dikemukakan oleh Agus Mukhlolid (2004) menyatakan bahwa kebugaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan untuk melakukan kerja dan aktivitas, mempertinggi daya kerja dengan tanpa mengalami kelelahan yang berarti atau berlebihan.
2
Dalam dunia pendidikan formal sekolah secara langsung mengelola proses pendidikan jasmani baik dalam bidang intrakurikuler maupun ekstrakurikuler, dalam bidang intrakurikuler pendidikan jasmani masuk dalam mata pelajaran wajib yang harus diikuti setiap siswa sedangkan dalam bidang ekstrakurikuler, sekolah memberikan berbagai bentuk pengembangan diri dalam bidang olahraga dan membebaskan setiap siswanya untuk memilih dan mengembangkan
kemampuan sesuai keahlian masing-masing siswa. Pendidikan jasmani dalam lingkup pendidikan nasional pada saat ini tidak terlepas dari suatu keyakinan terhadap nilai-nilai pendidikan jasmani yang terkandung di dalamnya dan tidak hanya aspek fisik yang menjadi alat pendidikan namun bersamaan dengan itu berkembang pula aspek mental, emosional, sosial yang serasi dengan tahapan-tahapan perkembangannya.
Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan individu yang sedang mengalami transisi terutama dalam prilaku yang dipengaruhi oleh
perkembangan psikologis dan sosial. Masa ini tergolong pada masa menuju remaja, sehingga pertumbuhan dan perkembngannya sesuai dengan tugas perkembangan remaja. Masa ini merupakan masa yang terbaik untuk diberdayakan melalui aktivitas-aktivitas jasmani yang bertujuan untuk membentuk jasmani yang bugar dan sehat, karena tingkat pertumbuhan dan perkembangannya pada masa ini relatif tinggi. Kebugaran jasmani mempunyai arti penting bagi siswa, antara lain dapat meningkatkan fungsi organ tubuh, sosial emosiaonal, sportivitas, dan semangat kompetisi. Berkaitan dengan tujuan peningkatan kesehatan dan kebugaran jasmani, maka optimalisasi
3
lingkungan, dan untuk melakukan aktifitas sehari-hari terutama kegiatan belajar dan bermain baik di sekolah maupun dirumah, salah satu prasarat untuk itu adalah kondisi fisik yang baik. Oleh karena itu, kebugaran jasmani yang tinggi sangat diperlukan oleh anak sekolah. Dengan memiliki kebugaran jasmani yang tinggi, siswa mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan siswa yang memiliki kebugaran jasmani yang rendah.
Di Indonesia mengenal dua letak tata pemukiman yang disebut dengan perkotaan dan pedesaan. Di perkotaan sudah mulai ditunjang dengan alat-alat transportasi yang digunakan oleh masyarakat perkotaan seperti penggunaan angkot dan kendaraan pribadi dalam kegiatan sehari-hari. Sedangan di pedesaan di dominasi oleh perbukitan yang bentuk jalannya naik dan turun dan penduduknya terbiasa melewati jalan tersebut. Hal ini juga mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani setiap orang dan tidak terkecuali bagi anak sekolah menengah pertama (SMP). Hal ini sesuai dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh Moh Sholihin (2013) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan tingkat kebugaran jasmani siswa yang berangkat dan pulang sekolah berjalan kaki, bersepeda, dan menggunakan kendaraan umum. Siswa yang berjalan kaki dan menggunakan sepeda lebih baik tingkat kebugarannya daripada siswa yang menggunakan kendaraan umum karena siswa yang berjalan kaki lebih sering melakukan pergerakan kaki yang mempengaruhi daya tahan siswa. Sedangkan siswa yang menggunakan kendaraan umum pergerakannya lebih sedikit.
4
ada waktu untuk melakukan olahraga ataupun aktifitas fisik seperti melakukan pekerjaan rumah, mereka lebih mengutamakan untuk mengikuti les atau tambahan pelajaran diluar jam sekolah, sehingga anak mengalami kelelahan dalam berfikir dan mempengaruhi fisik mereka. Berbeda dengan di perkotaan, siswa SMP di pedesaan lebih banyak menghabiskan waktu diluar jam sekolahnya untuk sekedar membantu pekerjaan orang tua seperti mencari rumput di sawah untuk pakan ternak, membantu orang tua dalam menggarap sawah, ataupun mengerjakan pekerjaan rumah ketika orang tua mereka sibuk di sawah.
Fenomena diatas yang menjelaskan bagaimana perbedaan pola hidup siswa perkotaan dan pedesaan itu terlihat jelas sangat mempengaruhi kebugaran jasmani siswa. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti lebih luas lagi mengenai
perbandingan tingkat kebugaran jasmani khusus untuk siswa SMP yang berada di perkotaan dan pedesaan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi masalah yaitu
1. Adanya perbedaan lingkungan tempat tinggal antara daerah perkotaan dengan pedesaan, seperti ketersediaan transportasi yang banyak digunakan oleh siswa untuk menuju kesekolah ataupun kerumah.
2. Adanya perbadaan kondisi sosial antara daerah perkotaan dan pedesaan, seperti perbedaan tingkat pendidikan.
5
didominasi oleh bidang pertanian dan perkebunan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas penulis merumuskan masalah yaitu :
1. Bagaimana tingkat kebugaran jasmani antara siswa SMP di perkotaan dan di pedesaan siswa laki-laki?
2. Bagaimana tingkat kebugaran jasmani antara siswa SMP di perkotaan dan di pedesaan siswa perempuan?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui bagaimana tingkat kebugaran jasmani antara siswa SMP di perkotaan dan di pedesaan siswa laki-laki.
2. Mengetahui bagaimana tingkat kebugaran jasmani antara siswa SMP di perkotaan dan di pedesaan siswa perempuan.
E. Manfaat Penelitian
Hasil yang peneliti harapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Guru
6
b. Bagi Sekolah
Melalui hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi sekolah dalam
merumuskan kurikulum terutama dalam berbagai macam ekstrakurikuler yang dapat menampung bakat individu siswa terutama dalam bidang olahraga. c. Program Studi Penjaskes
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kebugaran Jasmani
Kebugaran jasmani meliputi dasar fisiologis yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari. Menurut The President`s Council on Physical Fitness and Sports yang dikutib oleh Charles T. Kuntzleman and The Editors of Consumer Guide, 1978
(dalam Junusul Hairy (2010 : 15) menyatakan bahwa kebugaran jasmani adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas seharihari dengan giat dan dengan penuh kewaspadaan, tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih dapat
menikmati waktu senggangnya serta menghadapi hal yang tak terduga sebelumnya. Sesuai dengan definisi tersebut maka kebugaran jasmani yang
diperlukan oleh masing-masing individu sangat berbeda dan bervariasi, tergantung pada sifat tantangan fisik yang dihadapinya.
Di tinjau dari ilmu faal (fisiologi) kebugaran jasmani (PPIKOR 2012 : 53) adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian terhadap
8
tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan-keperluan mendadak.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan suatu pekerjaan fisik yang dikerjakan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti disini maksudnya adalah setelah seseorang melakukan pekerjaannya, orang tersebut masih memiliki cukup semangat dan energi untuk menikmati waktu luangnya maupun untuk keperluan mendadak yang lain.
1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kebugaran Jasmani
Menurut Giri Wiarto (2013 : 169) ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani seseorang, yaitu:
a. Umur
Kebugaran jasmani anak-anak meningkat sampai mencapai maksimal pada usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 0,8-1% per tahun, tetapi jika rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya.
b. Jenis Kelamin
Sampai pubertas biasanya kebugaran jasmani anak laki-laki hamper sama dengan anak perempuan, tapi setelah pubertas anak laki-laki biasanya mempunyai nilai yang jauh lebih besar.
c. Genetik
9
d. Makanan
daya tahan yang tinggi bila mengkonsumsi tinggi kabohidrat (60-70%). diet tinggi protein terutama untuk memperbesar otot dan untuk olahraga yang memerlukan kekuatan otot yang besar.
e. Rokok
Kadar CO yang terhisap akan mengurangi VO2 maks, yang berpengaruh terhadap daya tahan, selain itu menurut penelitian perkins dan sexton, nicotine yang ada, dapat memperbesar pengeluaran energy dan mengurangi nafsu makan.
Sedangkan menurut buku Pedoman Pengukuran Kesegaran Jasmani (Departemen Kesehatan RI), faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani antara lain : a). Genetik, b). Umur, c). Jenis Kelamin, d). Kegiatan Fisik, dan e). Kebiasaan Merokok. Dari beberapa faktor diatas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani seseorang antara lain : a). Umur, b). Jenis Kelamin, c). Genetik, d). Makanan, d). Kegiatan Fisik, dan e). Kebiasaan Merokok.
2. Komponen-Komponen Kebugaran Jasmani
Menurut Junusul Hairy (2010 : 1.15) Kebugaran jasmani tergantung pada dua komponen dasar, yaitu kebugaran organik (Organic Fitness) dan kebugaran dinamik (Dinamic Fitness). kedua komponen itu sangat penting didalam kebugaran jasmani secara keseluruhan dan interaksi keduanya itu yang menentukan tingkat kebugaran jasmani yang kita miliki.
10
dipengaruhi oleh umur dan mungkin dipengaruhi keadaan sakit atau kecelakaan termasuk akibat perang. keadaan yang berhubungan dengan organism sebenarnya bersifat statis dan sangat sulit atau bahkan tidak mungkin untuk diubah. tingkat kebugaran organic menentukan potensi kebugaran jasmani secara keseluruhan. Kebugaran dinamik, variabelnya lebih banyak. Istilah ini biasa dipergunakan untuk hal-hal yang mengarah kepada kesiapan dan kapasitas tubuh untuk bergerak dan bertindak dalam tingkatan tertentu sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Misalnya seseorang yang mengalami gangguan pada jantungnya atau gangguan pada system metabolismenya, atau gangguan pada system syaraf
ataupun gangguan pada organ tubuh lainnya maka orang itu dikatakan tidak dalam kondisi sehat atau bugar. begitu juga orang yang dalam kondisi sehat, tetapi sangat tidak aktif (kebanyakan duduk) juga ia dikatakan dalam kebugaran jasmani yang rendah karena kebugaran dinamiknya rendah dan kekuatan serta daya
tahannya kurang. Kebugaran organik dan dinamik, kedua-duanya harus dipertimbangkan dalam mengadakan evaluasi kebugaran jasmani, karena keduanya sangat penting.
Selanjutnya kebugaran dinamik masih diklasifikasikan kedalam dua katagori, yaitu kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan dan kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan motorik. Banyak para ahli sependapat, kalau ditinjau dari sudut pandang kesehatan bahwa kebugaran jasmani melibatkan empat komponen yang terpisah, tetapi saling berhubungan, yaitu daya tahan kardiovaskular, kekuatan dan daya tahan otot, fleksibilitas dan komposisi tubuh.
11
membantu terhadap empat komponen dasar yang telah disebutkan. Komponen-komponen atau elemen-elemen dari kebugaran jasmani menurut M. Sajoto (1995 : 8) diantaranya:
a) Kekuatan (strength), adalah kemampuan dalam mempergunakan otot untuk menerima beban suaktu bekerja.
b) Daya tahan (endurance), adalah kemampuan seseorang untuk bekerja dalam jangka waktu yang relative lama dengan kelelahan yang tidak berarti. c) Daya otot (muscular power), kemampuan seseorang dalam mempergunakan
kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya. d) Kecepatan (speed), kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan
berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkatsingkatnya. e) Daya Lentur (flexibility), efektifitas seseorang dalam penyesuaian diri untuk
segala aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas.
f) Kelincahan (agility), kemampuan seseorang mengubah posisi diarea tertentu. g) Koordinasi (coordination), kemampuan seseorang untuk mengintegrasikan
bermacam-macam gerakan yang berbeda dalam pola gerakan tunggal secara efektif.
h) Keseimbangan (balance), kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf otot.
i) Ketepatan (accuracy), kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran.
12
B. VO2 Max
1. Pengertian VO2 Max
VO2max adalah pengambilan oksigen selama ekskresi maksimum latihan. VO2max hanya dapat dipertahankan dalam jangka waktu yang sangat pendek, cukup beberapa menit saja, pengukuran banyaknya udara atau oksigen disebut VO2max , V yang berarti Volume, O2 berarti oksigen, Max yang berarti maksimum. Dengan demikian VO2 max berarti volume oksigen yang tubuh dapat gunakan saat bekerja sekeras mungkin (Jonathan & Kathken. L Kuntaraf, 1992:35). Menurut Devries (dalam Joesoef, 1988) yang dimaksud dengan VO2max adalah derajat metabolisme aerob maksimum dalam aktivitas fisik dinamis yang dapat dicapai seseorang. Sedangkan menurut Thoden (dalam Sukarman, 1992), yang dimaksud dengan VO2max adalah: “Daya tangkap aerobik maksimal menggambarkan jumlah oksigen maksimum yang dikonsumsi per satuan waktu oleh seseorang selama latihanatau tes, dengan latihan yang makin lama makin berat sampai kelelahan.Ukurannya disebut VO2max. VO2max adalah ambilan oksigen (oxygen intake) selama upaya maksimal”.
13
Volume oksigen maksimal sering dianggap sebagai tolak ukur kebugaran fisik seseorang, terutama sebagai tolak ukur stamina seorang atlit. Sebenarnya selain VO2max masih banyak faktor yang mempengaruhi stamina seseorang dintaranya mental-psikologis, teknik-taktik dalam pertandingan olahraga, faktor cuaca dll. Untuk seseorang yang bukan atlit mempunyai VO2max yang tinggi berarti juga mempunyai kebugaran fisik yang baik dan pastinya tidak gampang lelah dalam beraktivitas.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi VO2 Max
Wiesseman (dalam Kuntaraf, 1992) ahli Kesehatan Masyarakat dariUniversitas Loma Linda menyebutkan lima faktor yang mempengaruhiVO2max seseorang yaitu: jenis kelamin, usia, keturunan, komposisi tubuh,dan latihan.
a. Jenis kelamin
Setelah masa pubertas wanita dalam usianya yang sama dengan priaumumnya mempunyai konsumsi oksigen maksimal yang lebih rendah daripria.
b. Usia
Setelah usia 20-an VO2 max menurun dengan perlahan- lahan. Dalamusia 55 tahun, VO2max lebih kurang 27 % lebih rendah dari usia 25tahun. Dengan
sendirinya hal ini berbeda dari satu dengan orang yang lain.Mereka yang mempunyai banyak kegiatan VO2 max akan menurun secaraperlahan.
c. Keturunan
14
kapiler yang lebih baik terhadap otot-otot,mempunyai kapasitas 14 paru-paru yang lebih besar, dapat mensuplaihaemoglobin dan sel darah merah yang lebih banyak dan jantung yanglebih kuat. Dilaporkan bahwa konsumsi oksigen maksimum bagi merekayang kembar identik sangat sama (Klissouras, dalam Kuntaraf, 1992).
d. Komposisi tubuh
Walaupun VO2max dinyatakan dalam beberapa milliliter oksigen yang dikonsumsi per kg berat badan, perbedaan komposisi tubuh seseorang
menyebabkan konsumsi yang berbeda. Misalnya tubuh mereka yang mempunyai lemak dengan persentasi tinggi mempunyai konsumsi oksigen maksimum yang lebih rendah. Bila tubuh berotot kuat, VO2max akan lebih tinggi. Sebab itu, jika dapat mengurangi lemak dalam tubuh,konsumsi oksigen maksimal dapat
bertambah tanpa tambahan latihan.
e. Latihan/olahraga
Kita dapat memperbaiki VO2max dengan olahraga atau latihan. Dengan latihan daya tahan yang sistematis, akan memperbaiki konsumsi oksigen maksimal dari 5% sampai 25%. Proses berlatih yang dilakukan secarateratur, terencana berulang-ulang dan semakin lama semakin bertambah bebannya, serta dimulai dari yang sederhana ke yang lebih kompleks (Sistematis dan Metodis). Penelitian
menunjukan bahwa laki-laki usia 65-74 tahun dapat meningkatkan VO2max sekitar 18 % setelah berolahraga secara teratur selama 6 bulan (Wiesseman, dalam Kuntaraf, 1992). Menurut Astrand (1986), faktor fisiologis yang mempengaruh dayatahan jantung-paru antara lain: faktor genetik, usia, jenis kelamin,
15
ditentukan oleh faktor genetik, selebihnya adalah oleh latihan.Oleh karena itu VO2max seseorang dapat ditingkatkan; paling tidak daya tahan aerobik dapat meningkat antara 6-20% dengan pelatihan atletik,yaitu dengan melakukan jalan, jogging, ataupun lari. Peningkatan VO2maxyang lebih besar pada umumnya adalah terhadap individu yang tidak terlatih. Sedangkan pada orang yang
latihannya teratur dan pada atlet yang banyak mempergunakan daya tahan, maka peningkatan VO2max nya kecil.
3. Latihan Meningkatkan VO2 Max
Latihan harus mengunakan otot-otot besar tubuh secara intensif (terus-menerus) dalam durasi yang relatif lama. Latihan yang baik untuk meningkatkan VO2max adalah jenis latihan cardio atau aerobik, latihan yang memacu detak jantung, paru dan sistem otot. Latihan harus berlangsung dalam durasi yang relatif lama namun dengan intensitas dominan sedang. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa VO2max dapat ditingkatkan dengan latihan pada intensitas detak jantung 65% s/d 85% dari detak jantung maximum, selama setidaknya 20 menit, frekuensi 3-5 kali seminggu (French & Long 2012 dalam rikimakaro.blogspot. com). Contoh latihan yang dapat dilakukan adalah lari diselingi jogging jarak jauh, Fartleks, Interval Training, Cross country atau kombinasi dan modifikasi dari latihan tersebut.
C. Kota
1. Pengertian Kota
16
lewat pasar setempat. Adapun barang-barangnya dibuat setempat pula ditambah yang dari pedesaan. Ini dasar sifat cosmopolitan kota yang menjadi hakikat kota; sehubungan itu ciri khas kota adalah pasarnya.
Sjoberg (dalam Daldjoedini 2003:37) melihat lahirnya kota lebih dari timbulnya suatu golongan spesialis non-agraris, dimana yang berpendidikan merupakan bagian penduduk yang terpenting. Mereka itu adalah literatur yakni golongan pujangga, sastrawan dan ahli keagamaan, itulah titik awal kota. Baru berikutnya muncul pembagian kerja tertentu dalam kehidupan kota. Pengertian Kota Menurut UU No 22/ 1999 Tentang Otonomi Daerah Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kota merupakan
kawasan pusat pelayanan pemerintahan, sosial, dan ekonomi yang masyarakatnya bekerja bukan dalam bidang pertanian (agraris).
2. Ciri-ciri kota
17
a. Morfologi (bentuk)
Masalah pokok adalah perbandingan bentuk fisik kota dengan fisik pedesaan; dikota kita lihar gedung-gedung besar tinggi serba berdekatan sedangkan didesa rumah tersebar dalam lingkungan alam. Tetapi perkembangan jaman juga memperlihatkan menjadi kaburnya perbedaan bentuk fisik kota bagian pinggiran mirip desa dan didesapun muncul bangunan-bangunan meniru gaya kota.
b. Jumlah Penduduk
Kota diukur berdasarkan jumlah penduduknya. Kini untuk sementara di Indonesia dipakai kriteria kota demikian: kota kecil berpenduduk 20.000-50.000 jiwa; kota sedang 50.000-100.000 jiwa; kota besar 100.000-1.000.000 jiwa; dan kota metropolitan 1.000.000-10.000.000 jiwa.
c. Hukum
Pengertian kota di sini dikaitkan dengan adanya hak-hak hukum tersendiri bagi penghuni kota.
d. Ekonomi
Ciri kota disini adalah hidup non-agraris; kota fungsi khasnya lebih cultural, industry, perdagangan. Dari itu semua yang nyatanya menonjol adalah yang ekonomi perniagaan.
e. Sosial
18
3. Pengertian Desa
Pengertian Desa secara umum adalah permukiman manusia yang letaknya diluar kota dan penduduknya berpangupajiwa agraris. Dalam bahasa Indonesia sehari-hari disebut juga kampung. Bintarto dalam bukunya Pengantar Goegrafi Desa (1977) (Dalam Daldjoedini 2003:57) menulis bahwa memang sulit menyusun dari
definisi desa yang tepat, tetapi sebagai geograf ia mendefinisikan desa sebagai perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsure-unsur geografis, social, ekonomi, politis dan kultural yang ada disitu, dalam hubungannya dan pengaruh timbale balik dengan daerah-daerah lainnya.
Adapun desa dalam arti administratif oleh Sutardjo Kartohadikusumo (Dalam Daldjoedini 2003:57) dijelaskan sebagi suatu satu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri. Menurut UU No 22 Tahun 1999, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal usuk dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistim pemerintahan naisional dan berada didalam daerah kabupaten.
19
4. Ciri-ciri desa
Menurut dirjen Bangdes (pembangunan desa) (dalam Daldjoedini 2003:60) ciri-ciri wilayah desa antara lain :
a. Perbandingan lahan dengan manusia cukup besar, lahan dipedesaan relative lebih luas ketimbang jumlah penduduk, sehingga kepadatan penduduk masih rendah,
b. Lapangan kerja yang dominan agraris, c. Hubungan antar warga desa sangat akrab, d. Tradisi lama masih berlaku.
5. Perbedaan Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
Perbadaan masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan menurut soejono soekanto (2012 :143) :
Masyarakat pedesaan Masyarakat perkotaan Warga memiliki ubungan yang
lebih erat
Dalam kehidupan biasanya berkelompok atas dasar kekeluargaan
Umumnya hidup dari pertanian Golongan orang tua memegang
peran penting
Dari segi pemerintahan hubungan penguasa dengan rakyat bersifat informal
Perhatian masyarakat lebih pada keperluan utama kehidupan
Kehidupan keagamaan lebih kental Banyak berurbanisasi kekota
karena ada yang menarik di kota
Jumlah penduduknya tidak tentu Bersifat individualis
Pekerjaan lebih bervariasi, lebih tegas batasannya dan lebih sulit mencari pekerjaan
Perubahan social terjadi secara cepat, menimbulkan konfik antara golongan muda dengan golongan orang tua Interaksi lebih ditekankan faktor
kepentingan daripada faktor pribadi Perhatian lebih pada penggunaan
kebutuhan hidup yang dikaitkan dengan masalah prestise
Kehidupan agama lebih longgar Banyak minggran yang berasal dari
20
B. Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian yang telah dilakukan dan relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Hidayat (2012) dengan judul :
“Perbandingan Aktifitas Olahraga Di Kalangan Siswa SMP Di Kota Dan Siswa SMP Di Desa Di Luar Jam Sekolah”. Menyimpulkan bahwa 1. Aktifitas fisik
yang dominan dilakukan siswa SMP di kota adalah jalan-jalan dan renang, sedangkan pada siswa SMP di desa dominan melakukan aktifitas lari dan bermain (permainan tradisional), 2. Permainan yang dominan dilakukan siswa SMP di kota adalah bola voli dan bulu tangkis, sedangkan pada siswa SMP di desa dominan melakukan permainan sepak bola dan bola voli, 3. Pertandingan yang dominan dilakukan siswa SMP di kota dan di desa sama yaitu Olahraga Olympiade Siswa Nasional (O2SN).
2. Penelitian yang dilakukan oleh Yayak Cahyono (2013) dengan judul :
“Perbandingan Tingkat Kesegaran Jasmani Antara Siswa Putra Yang Berasal
Dari Desa Dan Kota (Studi Pada Siswa Kelas Xi Smk I Antartika Sidoarjo)”. Menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan tingkat kesegaran jasmani antara siswa putra kelas XI SMK I Antartika Sidoarjo yang berasal dari desa dan kota.
3. Penelitian yang dilakukan olehMoh. Sholihin (2013) dengan judul : “Perbandingan Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa Berdasarkan Pola
21
kebugaran jasmani siswa berdasarkan pola transportasi ke sekolah yang berbeda studi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Sampang.
C. Kerangka Berfikir
Dari kerangka diatas dapat diketahui bahwa adanya perbedaan antara desa dan kota seperti kemajuan tekhnologi mempengaruhi berbagai pola hidup yang
praktis, begitupun kebiasaan hidup sehari-hari siswa yang bersekolah di perkotaan dan pedesaan. Oleh sebab itu antara siswa yang bertempat tinggal di desa dan di kota perlu diketahui kebugarannya melalui tes kebugaran jasmani. Seseorang yang memiliki kebugaran jasmani yang baik maka dalam setiap aktifitasnya tidak akan cepat mengalami kelelahan dan kesegaran fisiknya akan cepat pulih setelah melakukan kegiatan. Begitupun siswa yang memiliki kebugaran jasmani yang baik, maka siswa tidak akan cepat lelah saat belajar ataupun saat kegiatan diluar sekolah.
Pendidikan Orang tua
Pekerjaan Orang Tua
Penghasilan Orang tua
Pola Makan Siswa
Pola Istirahat Siswa
Aktifitas Olahraga
Transportasi yang Digunakan Siswa Kesekolah Perkotaan
Pedesaan Kebugaran Jasmani
22
23
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode yang sesuai dan dapat mengungkapkan suatu permasalahan yang akan dikaji kebenarannya,
penggunaan metode dalam penelitian disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitiannya. Metode penelitian mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pelaksaan pengumpulan dan anlisis data.
Arikunto (2006:160) menjelaskan bahwa: “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Seperti dikatakan Sugiyono (2013:15) bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci,
pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
24
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Pada bagian ini, akan dijelaskan populasi penelitian dan sampel penelitian. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:80). Sedangkan menurut (Arikunto 2006: 130) Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 25 Bandar Lampung dan SMP Negeri 2 Way Jepara.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013:80). Sedangkan menurut (Riduwan, 2011:56) sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode “cluster random sampling”. Yang mana metode cluster random sampling/area
adalah teknik pengambilan sampel yang dipilih berdasarkan area-area tertentu (Sugiyono, 2013:83).
25
itu SMP Negeri 2 Way Jepara juga merupakan salah satu sekolah yang aktif dalam kegiatan olahraga dalam lingkup kecamatan.
Dalam pengambilan sampel yaitu dengan cara mengundi dari keseluruhan jenjang kelas dari kelas VII-XI dan diambil satu jenjang kelas. Kemudian mengundi dari jenjang kelas yang terpilih dan diambil satu kelas untuk masing-masing sekolah. Pengambilan sampel jenjang kelas yaitu kelas VIII yang terdiri dari 8 kelas untuk SMP Negeri 25 Bandar Lampung dan 4 kelas untuk SMP Negeri 2 Way Jepara. Pengambilan sampel kelas terpilih kelas VIII C berjumlah 32 siswa dari SMP Negeri 25 Bandar Lampung dan kelas VIII A berjumlah 30 siswa dari SMP Negeri 2 Way Jepara yang selanjutnya akan menjadi sampel dalam penelitian ini.
C. Definisi Operasional Variabel
Adapun definisi operasional variabel penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kebugaran Jasmani
Definisi operasional kebugaran jasmani berdasarkan pada pendapat yang dikembangkan oleh Giriwijoyo (2002) mengungkapkan, kebugaran jasmani adalah keadaan kemampuan jasmani yang dapat menyesuaikan fungsi alat alat tubuhnya terhadap tugas jasmani tertentu atau terhadap keadaan lingkungan yang harus diatasi dengan cara yang efisien, tanpa kelelahan yang berlebihan dan telah pulih sempurna sebelum datang tugas yang sama pada esok harinya.
2. Kota
26
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
3. Desa
Definisi operasional desa menurut UU No 22 Tahun 1999, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usuk dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistim pemerintahan naisional dan berada didalam daerah kabupaten.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam sebuah penelitian mutlak diperlukan untuk memperoleh hasil dari penelitian yang dilakukan. Data yang diperoleh akan menunjang terhadap hasil dari penelitian yang dilakukan. Semakin akurat data yang diperoleh, maka akan dapat menghasilkan penlitian yang baik pula. Sebaliknya jika data yang diperoleh tidak akurat, maka hasil penelitian juga kurang baik. Teknik yang digunakan untuk proses pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan Teknik trianggulasi, yaitu:
1. Dokumentasi
Dokumentasi untuk mengumpulkan data sekunder dari berbagai referensi seperti buku literatur, surat kabar, arsip dan dokumen yang berhubungan dengan
27
berupa cacatan buku, surat, transkip, majalah, agenda dan sebagainya.
Teknik atau studi dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil-dalil, atau hukum-hukum dan lain-lain berhubungan dengan masalah penelitian. Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data yang utama karena pembuktian hipotesisnya yang diajukan secara logis dan rasional melalui pendapat, teori, atau hukum-hukum, baik mendukung maupun menolak hipotesis tersebut.
2. Observasi
Observasi dilakukan memperoleh gambaran mengenai tingkat kebugaran jasmani dan vo2max siswa. Sebagai metode ilmiah observasi dapat diartikan sebagai pengamatan, meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi observasi merupakan suatu penyelidikan yang dilakukan secara sistematik dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indra terutama mata terhadap kejadian yang berlangsung dan dapat dianalisa pada waktu kejadian itu terjadi.
Dibandingkan metode survey metode observasi lebih obyektif. Metode ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap fenomena yang akan diteliti. Dimana dilakukan pengamatan atau pemusatan perhatian terhadap obyek dengan menggunakan seluruh alat indra, jadi
28
3. Wawancara
Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu pewancara (interviuwer) yang
mengajukan pertanyaan dari yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan atas itu. Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menggunakan menilai keadaan seseorang. Dalam wawancara tersebut biasa dilakukan secara individu maupun dalam bentuk kelompok, sehingga didapat data informatik yang orientik. Metode interview adalah sebuah dialog atau tanya jawab yang dilakukan dua orang atau lebih yaitu pewawancara dan terwawancara (nara sumber) dilakukan secara berhadap-hadapan (face to face).
Sedangkan interview yang penulis gunakan adalah jenis interview pendekatan yang menggunakan petunjuk umum, yaitu mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis-garis besar atau pokok-pokok yang ditanyakan dalam proses wawancara, penyusunan pokok-pokok ini dilakukan sebelum wawancara. Dalam hal ini pewawancara harus dapat menciptakan suasana yang santai tetapi serius yang artinya bahwa interview dilakukan dengan sungguh- sungguh, tidak main-main tetapi tidak kaku.
Wawancara itu digunakan untuk mengungkapkan data tentang data individu dari siswa. Dalam penelitian ini digunakan alat pengumpulan data yang berupa
29
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik, fenomena ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2013:222). Sebelum melakukan
penelitian, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan instrumen penelitian yang akan digunakan. Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 (dua) yaitu tes dan non tes.
1. Tes TKJI
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) umur 13-15 tahun. Adapun alasan peneliti menggunakan TKJI umur 13-15 ini adalah karena dalam tingkat pendidikan menengah pertama, rata-rata umur siswa adalah 13-15 tahun. Sehingga pengukurannya lebih di khususkan dan lebih cocok untuk siswa tingkat SMP.
Kesahihan rangkaian tes :
Rangkaian tes untuk anak umur 13-15 tahun mempunyai nilai reliabelitas: a. Untuk putra 0,960
b. Untuk putri 0,804
Rangkaian tes untuk anak umur 13-15 tahun mempunyai nilai validitas: a. Untuk putra 0,950
b. Untuk putri 0,923
Adapun Prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
30
b. Untuk perempuan terdiri dari : lari 50 meter, gantung angkat tubuh 60 detik, baring duduk 60 detik, loncat tegak, lari jauh 800 meter.
c. Alat dan fasilitas yang digunakan : lintasan lari atau lapangan, stopwatch, bendera start, palang tunggal, nomor dada, papan berskala loncat tegak, serbuk kapur, penghapus, formulir isian dan alat tulis, pluit, pengetes (tester), pengambil waktu (timmer), pengawas, pembantu, pencatat.
Prosedur pelaksanaan tes : 1) Lari 50 meter
i. Tujuan
Tes ini bertujuan untuk mengukur kecepatan.
ii. Tes ini memerlukan alat dan fasilitas, diantaranya: lintasan lari sejauh 50 meter, atau tanah yang datar, bendera start, peluit, tiang pancang, stopwatch, serbuk kapur, formulir isian.
iii. Petugas tes (Tester)
Juru keberangkatan dan pengukur waktu merangkap pencatat hasil. iv. Pelaksanaan
-sikap permulaan
testi berdiri dibelakang garis keberangkatan
-gerakan pada aba-aba “siap” testi mengambil start berdiri siap untuk lari. Pada aba-aba “ya” testi lari secepat mungkin menuju garis akhir.
-lari bisa diulang apabila : a) testi mencuri start
31
v. Pengukuran waktu
Pengukuran waktu dilakukan dari saat bendera start diangkat, sampai testi melewati garis akhir.
vi. Pencatatan hasil
a) hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai testi dalam satuan detik, b) waktu dicatat
satu angka dibelakang koma (stopwatch manual)
[image:47.595.177.433.337.519.2]dua angka dibelakang koma (stopwatch digital)
Gambar 3.1. Lari 50 meter
2) Tes Gantung Angkat Tubuh Untuk Laki-Laki, Dan Tes Gantung Siku Tekuk Untuk Perempuan
Tes Gantung Angkat Tubuh Untuk Laki-Laki
i. Tujuan
32
ii. Tes ini memerlukan alat dan fasilitas, diantaranya: palang tunggal yang dapat dinaikan dan diturunkan, stopwatch, formulir isian dan alat tulis, nomor dada, serbuk kapur.
iii. Petugas tes (Tester)
Pengukur waktu dan penghitung gerakan merangkap pencatat hasil. iv. Pelaksanaan
-Sikap permulaan,
Peserta berdiri dibawah palang tunggal, dengan bantuan tolakan kedua kaki testi melakukan tolakan keatas dan memeganng palang tunggal. Cara pegangan telapak tangan menghadap kearah kepala testi.
-Gerakan
Dari sikap menggantung testi mengangkat badannya keatas, sambil menekuk kedua sikunya, sampai dagu testi berada diatas palang tunggal. Kemudian kembali keposisi semula, dan diusahakan sebanyak mungkin selama 60 detik.
-Angkatan dianggap gagal dan tidak dihitung apabila :
pada waktu mengangkat badan, testi melakukan gerakan mengayun,
pada waktu mengangkat badan, dagu tidak menyentuh palang tunggal,
pada waktu kembali kesikap permulaan kedua tangan tidak lurus.
v. Pencatatan hasil
- yang dihitung adalah gerakan yang sempurna.
33
- testi yang tidak mampu malakukan tes angkat tubuh ini, walaupun telah berusaha hasilnya ditulis dengan angka 0 (nol).
Tes Gantung Siku Tekuk Untuk Perempuan
i. Tujuan
Tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan dan daya tahan otot lengan dan otot bahu.
ii. Tes ini memerlukan alat dan fasilitas, diantaranya: palang tunggal yang dapat dinaikan dan diturunkan, stopwatch, formulir isian dan alat tulis, nomor dada, serbuk kapur.
iii. Petugas tes (Tester)
Penghitung gerakan merangkap pencatat hasil. iv. Pelaksanaan
- Sikap permulaan
Testi berdiri dibawah palang tunggal, kedua tangan berpegangan kepada palang tunggal selebar bahu. Pegangan telapak tangan menghadap kearah kepala.
- Gerakan
Dengan bantuan tolakan kedua kaki, testi melompat keatas sampai bergantung siku tekuk, dagu berada diatas palang tunggal, sikap tersebut dipertahankan selama mungkin.
v. Pencatatan hasil
34
Gambar 3.2. Angkat Tubuh
3) Baring Duduk 60 Detik i. Tujuan
Tes ini mempunyai tujuan untuk mengukur kekuatan dan daya tahan otot perut.
ii. Tes ini memerlukan alat dan fasilitas, diantaranya: lantai/lapangan rumput yang rata dan bersih, stopwatch, nomor dada, formulir isian dan alat tulis. iii. Petugas tes (Tester)
- pengamat waktu,
- penghitung gerakan merangkap pencatat hasil. iv. Pelaksanaan
- Sikap Permulaan
Berbaring terlentang dilantai, kedua lutut ditekuk dengan sudut 90o, kedua tangan dan jari-jari berselang-seling, diletakkan dibelakang kepala,
35
- Gerakan
Pada aba-aba “ya”, testi bergerak mengambil sikap duduk sehingga kedua sikunya menyentuh kedua paha dan kembali kesikap permulaan, dilakukan berulang-ulang selama 60 detik.
v. Pencatatan hasil
[image:51.595.190.424.325.459.2]Hasil yang dihitung dan dicatat adalah jumlah gerakan baring duduk yang dilakukan dengan gerakan sempurna selam 60 detik.
Gambar 3.3. Baring duduk
4) Loncat Tegak i. Tujuan
Tes ini bertujuan untuk mengukur daya ledak otot.
ii. Tes ini memerlukan alat dan fasilitas, diantaranya: papan bersekala sentimeter warna gelap, berukuran 30 x 150 cm, dipasang pada dinding atau tiang, jarak anata lantai dengan angka 0 pada skala, yaitu : 150 cm, serbuk kapur, alat penghapus, nomor dada, formulir isian dan alat tulis. iii. Petugas tes (Tester)
36
iv. Pelaksanaan - Sikap Permulaan
ujung jari testi terlebih dahulu diolesi dengan kapur, kemudian testi berdiri tegak dekat papan skala dengan kedua kaki rapat, kemudian tangan yang dekat papan skala diangkat lurus keatas, ujung jari menempel sehingga meninggalkan bekas dan menunjuk suatu angka.
- Gerakan
Testi mengambil ancang-ancang dengan menekuk kedua kaki dan lengan diayun kebelakang, kemudian testi meloncat setinggi mungkin sambil menepuk papan skala sehingga meninggalkan bekas dan menunjuk suatu angka.
v. Pencatatan hasil
[image:52.595.245.407.500.718.2]- angka raihan loncatan dikurangi angka berdiri tegak, - ketiga selisih raihan dicatat.
37
5) Lari 800 dan 1000 meter i. Tujuan
Tes ini mempunyai tujuan untuk mengukur daya tahan jantung, paru dan peredaran darah.
ii. Tes ini memerlukan alat dan fasilitas, diantaranya: lintasan lari sejauh 800 dan 1000 meter, stopwatch, bendera start, peluit, tiang pancang, nomor dada, formulir isian dan alat tulis.
iii. Petugas tes (Tester)
Juru keberangkatan, pengukur waktu, pencatat hasil, dan pembantu umum. iv. Pelaksanaan
- Sikap Permulaan
Testi berdiri dibelakang garis pemberangkatan. - Gerakan
Pada aba-aba “siap” testi mengambil sikap start berdiri dibelakang garis pemberangkatan, siap untuk lari. Pada aba-aba “ya” testi lari secepat mungkin menuju garis akhir setelah menempun jarak 800/1000 meter. v. Pencatatan hasil
[image:53.595.140.481.615.717.2]- Pengambilan waktu dilakukan saat bendera start diangkat sampai pelari tepat melintasi garis akhir
38
Sedangkan untuk menentukan kategori baik tidaknya, tertera pada tabel kebugaran jasmani berikut :
[image:54.595.134.515.234.344.2]a. Tabel nilai
Tabel 3.1. Table Nilai Tes Kebugaran Jasmani Indonesia Untuk Umur 13-15 Tahun Laki-Laki Lari 50 meter Gantung angkat tubuh Baring duduk 60 detik Loncat tegak Lari 1000
meter Nilai
<6,7” 16 >38 >66 <3’04” 5
6,8-7,6” 11-15 28-37 53-65 3’05”-3’35” 4
7,7”-8,7” 6-10 19-27 42-52 3’34”-4’46” 3
8,8”-10,3” 2-5 8-18 31-41 4’47”-6’04” 2
[image:54.595.133.514.436.543.2]10,5”> 0-1 0-7 <30 >6’05” 1
Tabel 3.2. Table Nilai Tes Kebugaran Jasmani Indonesia Untuk Umur 13-15 Tahun Perempuan Lari 50 meter Gantung angkat tubuh Baring duduk 60 detik Loncat tegak Lari 1000
meter Nilai
<7,7” 41” >28 >50 <3’06” 5
7,8”-8,7” 22”-40” 19-27 39-49 3’07”-3’55” 4
8,8”-9,9” 10”-21” 9-18 30-38 3’56”-4’58” 3
10”-11,9” 3”-9” 3-8 21-29 4’59”-6’40” 2
>12,0” 0”-2” 0-2 <20 >6’41” 1
b. Tabel norma
Tabel 3.3. Norma Tes Kebugaran Jasmani Indonesia
No. Jumlah Nilai Klasifikasi
1 22-25 Baik Sekali (BS)
2 18-21 Baik (B)
3 14-17 Sedang (S)
4 10-13 Kurang (K)
[image:54.595.134.402.652.732.2]39
2. Tes VO2 Max Dengan Bleep Test a. Perlengkapan
1) Lapangan yang tidak licin sepanjang 20 meter 2) Sound system
3) Pita Kaset 4) Meteran 5) Stopwatch b. Persiapan Test
1) Panjang lapangan yang standar adalah 20 meter dengan lebar 1-1,5 m. 2) Lakukan pemanasan dan peregangan.
3) Jangan makan 2 jam sebelum tes. 4) Gunakan pakaian olahraga.
5) Jangan melakukan tes sesudah latihan berat. c. Pelaksanaan Test
1) Cek bahwa bunyi dua “bleep” yang menjadi standar untuk pengukuran lapangan adalah satu menit (enam puluh detik), apabila kaset telah
meregang atau menyusut maka pembuatan lapangan mengacu pada Tabel 2) Testi harus berlari dan menginjakkan salah satu kaki pada garis akhir dan
berputar untuk kembali berlari setelah bunyi “bleep” terdengar.
3) Lari bolak-balik terdiri dari beberapa tingkatan, setiap tingkatan terdiri dari beberapa balikan, setiap tingkatan ditandai oleh bunyi “bleep” sebanyak tiga
kali, sedangkan setiap balikan ditandai oleh bunyi “bleep”.
40
5) Lakukan dengan sungguh-sungguh.
6) Untuk mempermudah memantau testi, gunakan format terlampir 7) Lakukan penenangan (cooling down)setelah melakukan tes
Sedangkan untuk menentukan kadar VO2 Max, tertera pada tabel kebugaran jasmani yang terlampir.
3. Kuesioner/Angket
Untuk mendukung data yang telah terkumpul maka dilakukan suatu pengumpulan informasi dengan menggunakan angket dan wawancara. Mengenai angket atau kuesioner ini Arikunto (2006: 151) menjelaskan sebagai berikut : “Kuesioner
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia
ketahui”. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup yaitu
jawaban untuk setiap pertanyaan/pernyataan telah disediakan, Responden bebas memberikan jawaban untuk setiap pertanyaan sesuai alternatif jawaban yang telah disiapkan.
F. Teknik Analisis Data
41
menggambarkan data yang sudah diperoleh melalui proses analitik yang mendalam dan selanjutnya diakomodasikan dalam bentuk bahasa secara runtut atau dalam bentuk naratif. Analisis data dilakukan secara induktif, yaitu dimulai dari lapangan atau fakta empiris dengan cara terjun ke lapangan, mempelajari fenomena yang ada di lapangan. Analisis data dalam penelitian kualitaif dilakukan secara bersamaan dengan cara proses pengumpulan data Menurut Miles dan Humberman (1984:21-23) dalam buku Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data (2011) tahapan analisis data sebagai berikut:
1. Pengumpulan data
Penelitian mencatat semua data secara obyektif dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan wawancara di lapangan.
2. Reduksi data
Reduksi data yaitu memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data-data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencarinya sewaktu-waktu diperlukan.
3. Penyajian data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang
42
4. Pengambilan keputusan atau verifikasi
74
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data, mengenai perbandingan tingkat kebugaran jasmani anatara siswa SMP di perkotaan dan di pedesaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada umumnya kebugaran jasmani siswa laki-laki di SMP yang berada di pedesaan lebih baik dari kebugaran siswa laki-laki di SMP yang berada di perkotaan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pendidikan orang tua yang memiliki pengaruh terhadap pekerjaan dan penghasilan orang tua, orang tua yang bekerja di pertanian atau pekerjaan selalu melibatkan anaknya dalam pekerjaan, hal ini terlihat dalam ruang lingkup pedesaan. Sealin itu kebiasaan siswa juga mempengaruhi, seperti pola makan siswa, pola istirahat siswa, pola olahraga siswa, dan pola transportasi siswa saat berangkat dan pulang sekolah, siswa yang berjalan kaki saat ke sekolah kebugarannya berbeda dengan siswa yang menggunakan kendaraan.
75
mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk belajar/les sehingga waktu untuk bekerja dan membantu orang tua sedikit berkurang. Selain itu
perbedaan kebugaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pendidikan orang tua yang memiliki pengaruh terhadap pekerjaan dan penghasilan orang, pola makan siswa, pola istirahat siswa, pola olahraga siswa, dan pola
transportasi siswa saat berangkat dan pulang sekolah, siswa yang berjalan kaki saat ke sekolah kebugarannya berbeda dengan siswa yang menggunakan kendaraan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka selanjutnya peneliti mengajukan beberapa saran. Adapun saran tersebut adalah:
1. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini bukan merupakan kesimpulan secara umum, penelitian masih perlu dikembangkan lagi, sehingga penelitian ini perlu dikaji ulang dengan mengunakan sampel yang lebih banyak sehingga akan didapat hasil yang lebih signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Andi, Riki. VO2Max (Volume Oksigen Maximal). Dalam
http://rikimarko.blogspot.com/2013/10/VO2-Max-Volume-Oksigen-Maximal.html. Diakses 15 Mei 2014 Pukul 19.47 WIB
Bungin Burhan. 2012. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rajagrafindo Persada.
Cahyono, Yayak. 2013. Perbandingan Tingkat Kebugaran Jasmani Antara Siswa Putra Yang Berasal Dari Desa Dan Kota (Studi Pada Siswa Kelas XI SMK I Antartika Sidoarjo) . J. Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan. 1(3) : 580-583
Dewan Penyunting. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Bandar Lampung : Universitas Lampung.
Daldjoeni. 2003. Geografi Desa dan Kota. Bandung: P.T. ALUMNI.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Kebugaran Jasmani dan Rekreasi. 1995. Tes Kebugaran Jasmani Indonesia Untuk Umur 13-15 Tahun. Jakarta.
Depkes Republik Indonesia. 2005. Petunjuk Teknis Pengukuran Kebugaran Jasmani. Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat. Departemen Kesehatan : Jakarta.
Emzir. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta : Rajagrafindo Persada.
Giri Wiarto. 2013. Fisiologi dan Olahraga. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Irianto, Djoko Pekik. (2007). Panduan Gizi Lengkap Keluarga Dan Olahraga. Yogyakarta : ANDI.
77
Joesoef, Abdul Hamid., (1988), Tesis. Pengaruh Latihan Fisik dan atau Pemakaian Jamu Kebugaran Jasmani Terhadap Kapasitas Kerja
Fisik Kelompok Umur Dewasa Muda. Universitas Padjadjaran Bandung.
Kuntaraf. (1992). Olahraga Sumber Kesehatan, Indonesia Publishing House, Bandung.
Mukholid, Agus . 2004. Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta : Yudhistira.
PPIKOR, 2012. Ilmu Kesehatan Olahraga. Bandar Lampung : Penjaskes FKIP Unila.
Riduwan. 2011. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta.
Sajoto, M. (1995).Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang: Dahara Prize
Sastropanoelar, Soedarno. 1992. Pendidikan Kesegaran Jasmani. Jakarta : Departemen Pendidikan dan KebudayaanDirektorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek PembinaanTenaga Kependidikan.
Sholihin, Moh. 2013. Perbandingan Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa
Berdasarkan Pola transportasi Ke Sekolah Yang Berbeda. J. Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan. 1(2) : 348-352
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada (Rajawali Perss) : Jakarta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Suharjana. 2008. Pendidikan Kebugaran Jasmani. Pedoman Kuliah. Yogyakarta. FIK UNY
Sukardi. 2003. Metode Penelitian Pendidikan-Kompetensi dan Praktik. Bumi Aksara : Jakarta.
Sudarno. 1992. Pendidikan Kebugaran Jasmani.Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.