• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SMP YANG TINGGAL DI DAERAH PEGUNUNGAN DAN PANTAI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SMP YANG TINGGAL DI DAERAH PEGUNUNGAN DAN PANTAI."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SMP YANG TINGGAL DI DAERAH PEGUNUNGAN

DAN PANTAI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh

DESI NATALIKA 0907093

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SMP YANG TINGGAL DI DAERAH PEGUNUNGAN DAN PANTAI

Oleh Desi Natalika

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Desi Natalika 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

DESI NATALIKA

0907093

PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SMP YANG TINGGAL DI DAERAH PEGUNUNGAN DAN PANTAI

Disetujui dan Disahkan oleh,

Pembimbing I

DR. Yunyun Yudiana, M.Pd NIP.196506141990011001

Pembimbing II

Sufyar Mudjianto. M.Pd NIP. 197503222008011005

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

(4)

ABSTRAK

Perbandingan Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa SMP Yang Tinggal Di Daerah Pegunungan Dan Pantai.

Desi Natalika (0907093)

(5)

ABSTRACT

The Comparison of Physical Fitness for Junior high school students’ who live in the mountains area and the coastal area.

Desi Natalika (0907093)

This research was motivated by the differences of topography, temperature, oxygen levels and the pattern of life the society who lived in the mountains and in the coastal area. The problem of this study is there any differences in the level of physical fitness in term of topography, temperature, oxygen levels and the patterns of life that are very different between the students who lived in the mountains and the students who lived in the coastal area. For those reason thats why this study was held by the entitled The Comparison of Physical Fitness Level Junior high school students who live in the mountains area and in the beach. The purpose of this research was to determine whether there are any differences for the physical fitness of junior high school students who live in mountain area and in the coastal area. The method that used was the ex post facto method. The instrument that used is the Indonesian Physical Fitness Test (TKJI) for junior high school students. As for the population in this research were VIII grade students of SMP 1 Bojonggambir and VIII grade students of SMP 1 Cipatujah. The samples in this study were 30 students of SMP 1 Bojonggambir and 30 students of SMP 1 Cipatujah. The sampling technique that used was random sampling. This study used statistical analysis ie T test analysis (hypothesis testing). While as the results of the data analysis in the hypothesis testing we can see from the calculation of T count> T table is 4.72> 2.001, for T count> T table. so, Ho is rejected. Thus from the result above, the conclusion is the physical fitness level of junior high school students who live in mountain area is better than in coastal area.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... PERNYATAAN... UCAPAN TERIMAKASIH... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR BAGAN... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I. PENDAHULUAN………...

A. Latar Belakang Masalah………...

B. Identifikasi Masalah………...

C. Rumusan Masalah………...

D. Tujuan Penelitian………...

F. Manfaat Penelitian………...

G. Batasan Masalah………...

BAB II. KAJIAN TEORETIS, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ...

A. Kajian Teoritis……….

i ii iii v vi ix x xi xii

1 1 5 6 6 6 7

8

(7)

1. Hakikat Kebugaran Jasmani...………... a. Pengertian Kebugaran Jasmani ...……….. b. Unsur-unsur Kebugaran Jasmani ...………. c. Manfaat Kebugaran Jasmani ....………. d. Fungsi Kebugaran Jasmani ...……….. e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani.... f. Kebugaran Jasmani Siswa Sekolah Menengah Pertama.... 2. Masyarakat Daerah Pegunungan...……… a. Pengertian Pegunungan ...…… b. Iklim Daerah Pegunungan……….. c. Budaya Masyarakat Pegunungan...………... d. Gaya Hidup Masyarakat Pegunungan ... e. Karakteristik Kebugaran Jasmani Masyarakat

Pegunungan... f. Masyarakat Daerah Bojonggambir... 3. Masyarakat Daerah Pantai...………...

a. Pengertian Daerah Pantai ...…... b. Iklim Daerah Pantai………... c. Budaya Masyarakat Pantai...………... d. Gaya Hidup Masyarakat Pantai ... e. Karakteristik Kebugaran Jasmani Masyarakat Pantai... f. Masyarakat Daerah Cipatujah... 4. Karakteristik Siswa Sekolah Menengah Pertama ………....

a. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja.. b. Perkembangan Remaja Berdasarkan Tiga Aspek……….. B. Kerangka Pemikiran ………... C. Hipotesis...

BAB III. METODELOGI PENELITIAN... A. Lokasi dan Subjek populasi/sampel Penelitian………...

(8)

B. Desain Penelitian dan Langkah-langkah Penelitian..………….... C. Metode Penelitian………... D. Definisi Operasional ………...

E. Instrument Penelitian…...………...

F. Prosedur Pengolahan Data ………...

BAB IV. HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA...

A. Deskriipsi data………....

B. Pengolahan Data dan Analisis Data……….... 1. Hasil perhitungan rata-rata dan simpangan baku... 2. Hasil perhitungan uji normalitas... 3. Hasil perhitungan uji homogenitas... 4. Hasil perhitungan pengujian hipotesis...

C. Diskusi Temuan……….

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... A. Kesimpulan... B. Saran...

DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN-LAMPIRAN...

55 56 57 58 63

67 67 67 68 68 69 70 71

74 74 74

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan makhluk hidup yang meliputi muka bumi dan proses-proses yang membentuknya. Demikian juga geografi mempelajari hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Dalam geografi, dikaji fenomena geosfer melalui tiga pendekatan, yaitu: pendekatan keruangan, ekologi dan kompleksitas wilayah. Fenomena geosfer pada hakikatnya terdiri dari tiga paham utama, seperti yang dikemukakan oleh Arfie (2009) bahwa:

Kemampuan fenomena geosfer pada hakikatnya ada tiga paham utama, yaitu: a. Paham deterministic ( faktor alam mempengaruhi manusia) b. Posibilistik ( faktor manusia mempengaruhi alam ) c. Probalistik ( faktor alam dan manusia sama-sama memberikan kemungkinan terbentuknya fenomena geosfer).

Paham deterministik merupakan paham yang berpendapat bahwa faktor alam dapat mempengaruhi manusia. Dalam kaitannya dengan paham deterministik ada kemungkinan alam dapat mempengaruhi kehidupan manusia, tidak hanya terhadap kebiasaan, karakter, serta kebudayaan saja, bahkan lebih jauh lagi ada kemungkinan dapat berpengaruh terhadap tingkat kebugaran jasmani.

(10)

2

sama lain. Terdapat banyak perbedaan antara satu daerah dengan daerah lainnya baik dari segi ketinggian, medan alam, suhu, iklim, bahkan jenis topografi alamnya. Menurut Herodutus (485-428 SM), bahwa :

Topografi adalah studi mengenai bentuk permukaan bumi, maupun planet-planet, bulan dan asteroid. Ada dua istilah yang harus dipahami berkaitan mengenai kedudukan dan bentuk permukaan bumi dan peta topografi, akan tetapi dalam hal ini penulis mendefinisikan topografi sebagai reliefatau bentuk permukaan bumi.

Topografi merupakan bagian yang tidak dipisahkan dari lingkungan hidup manusia. Dalam pembentukan fenomena geosfer dikemukakan bahwa lingkungan alam dapat mempengaruhi manusia, sehingga hal-hal yang terdapat dalam lingkungan serta pengaruhnya terhadap manusia itu menjadi suatu permasalahan yang menarik untuk dibagi. Topografi alam merupakan bagian yang sangat dominan terlihat perbedaanya antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya.

Pegunungan merupakan suatu daerah yang terdiri dari bukit atau gunung-gunung kecil dan lembah. Menurut Bemmelen (1970), mengatakan bahwa :

Pegunungan adalah bagian permukaan bumi yang tinggi, jauh lebih tinggi dari dataran sekitarnya (>620 m), simbol dataran, perbukitan, dan pegunungan digambarkan dengan warna hijau hingga cokelat tua atau ungu kehitaman.

(11)

3

pulang sekolah. Secara tidak sadar ini akan mempengaruhi fungsi alat-alat tubuhnya. Hal ini dijelaskan oleh Giriwijoyo (2007:19) dalam ilmu faal, bahwa:

“masalah-masalah yang berhubungan dengan fisiologis atau tingkat kemampuan menyesuaikan fungsi-fungsi alat tubuh itu bisa dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, salah satunya sifat medan dan ketinggian

daerah”

Banyak faktor-faktor yang mendukung anak didaerah ini untuk meningkatkan kebugaran jasmaninya. Faktor-faktor ini bisa mereka peroleh di lembaga pendidikan ataupun di luar itu. Karena daerah yang memiliki iklim yang cenderung dingin dan tidak banyak bangunan atau gedung-gedung tinggi ini masih memiliki ruang gerak yang cukup luas. Hal ini bisa membantu anak untuk memperluas tugas gerak dan secara tidak sadar dapat meningkatkan kebugaran jasmaninya. Pada daerah pegunungan daya tampung oksigen lebih besar karena aktivitas yang berat dan berada pada daerah ketinggian yang dingin dan lembab, seperti yang dikatakan oleh Haryanto bagian ilmu faal Fakultas Kedokteran atma jaya (http://ojs..lib.unair.ac.id/index.php/mkai/article/view/657), bahwa:

“Dasar pemikiran mengapa berlatih diketinggian dapat meningkatkan prestasi, hal ini adalah kapasitas aerobik yaitu keadaan hipoksia. Hipoksia yang terjadi di ketinggian diduga dapat merangsang pembentukan eritrosit sehingga meningkatkan kapasitas angkut oksigen. Dengan peningkatan kapasitas angkut oksigen, maka kapasitas aerobik (VO2max) meningkat. Tekanan atmosfer berbeda sesuai dengan perbedaan ketinggian suatu tempat. Semakin tinggi suatu tempat dari permukaan maka akan semakin kecil tekanan atmosfer tersebut”

(12)

4

yang di daerah pegunungan. Namun, tidak jarang pula anak-anak di daerah pantai sering bermain di sekitaran pantai bahkan di laut, seperti bermain bola, bermain kejar-kejaran, ikut mencari ikan di laut dan berenang, namun dengan kelembaban yang rendah akan menyebabkan anak-anak tersebut cepat lelah. Selain itu medan alam di daerah pantai sangat landai karena berupa daerah dataran rendah dan tingkat kesulitan dalam beraktivitas lebih kecil dibandingkan dengan medan alam di daerah pegunungan. Namun ada kemungkinan dengan kegiatan yang mereka lakukan dengan bermain di pantai dan ikut pergi mencari ikan di laut akan mempengaruhi fungsi-fungsi alat tubuhnya.

Keadaan alam daerah pegunungan sangat berbeda dengan keadaan alam didaerah pantai, baik dilihat dari segi topografi alam, temperatur udara dan lain sebagainya. Temperatur udara di pegunungan akan lebih dingin dan lebih lembab jika dibandingkan dengan temperatur udara daerah pantai, sehingga dalam melakukan aktivitas jasmani akan lebih nyaman dipegunungan. Durasi aktivitas jasmani di pegunungan memungkinkan akan lebih lama dibandingkan dengan di daerah pantai, sehingga diduga pengalaman gerak orang-orang pegunungan akan lebih banyak, demikian juga dilihat dari segi topografi alamnya, dapat dilihat bahwa permukaan bumi sangat berbeda antara di daerah pegunungan dengan di daerah pantai. Dalam hal ini, penulis mencoba untuk melakukan sebuah penelitian di dua daerah yaitu di daerah pegunungan dan di daerah pantai.

Kebugaran jasmani menurut ahli faal sebagai kemampuan seseorang untuk melakukan satu tugas khas yang memerlukan kerja muskular di mana kecepatan dan ketahanan merupakan kriteria utama.Kebugaran jasmani dapat memberikan kemudahan pada seseorang dalam melakukan serangkaian tugas gerak tubuhnya yang menjadi bagian aktivitas dalam hidupnya. Giriwijoyo, dkk(2004:21) menjelaskan sebagai berikut :

“Kebugaran jasmani adalah keadaan kemampuan jasmani yang dapat menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya terhadap tugas jasmani tertentu dan/atau terhadap keadaan lingkungan yang harus diatasi dengan cara yang efesien, tanpa kelelahan yang berlebihan dan telah pulih sempurna

(13)

5

Kebugaran jasmani sangat berhbungan dengan ergosistema primer dan ergosistema sekunder karena dua hal tersebut merupakan komponen dari kebugaran jasmani seperti yang dikemukakan oleh Santosa Giriwijoyo (149 : 2007) bahwa :

“Dilihat dari sudut pandang ilmu faal olahraga, komponen kebugaran jasmnaiterdiri dari : kemampuan/kualitas dasar ES I:kelentukan (fleksibility), kekuatan otot, daya tahan otot, koordinasi fungsi otot, dan kemampuan/ kualitas dasar ES II: daya tahan umum/ketahanan fisik fungsional.”

Tingkat kebugaran jasmani orang yang berada di daerah pegunungan ada kemungkinan lebih tinggi di bandingkan dengan orang-orang yang berada di daerah pantai, semua itu dapat disebabkan karena tingkat aktivitas jasmani dan ruang gerak penduduk didaerah pantai lebih tinggi di banding dengan penduduk yang di daerah pantai.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan terdapat beberapa identifikasi masalah, seperti sebagai berikut:

1. Bagaimana transportasi atau alat yang di gunakan untuk menempuh perjalanan menuju sekolah di daerah pegunungan dan daerah pantai? 2. Bagaimana jarak dan medan yang di tempuh oleh siswa menuju sekolah di

daerah pegunungan dan daerah pantai?

3. Bagaima proses pembelajaran di masing-masing daerah dengan suhu yang berbeda?

4. Apakah kegiatan yang di lakukan siswa sepulang sekolah misalnya berenang di pantai atau membantu orang tua ke kebun dapat berpengaruh terhadap kebugaran jasmaninya?

(14)

6

C.Rumusan Masalah

Keadaan topografi antara daerah pegunungan dan daerah pantai sangat berbeda, dan terdapat pula perbedaan ketika penduduk di daerah tersebut melakukan aktivitas. Daerah pegunungan yang umumnya dengan jalur yang menanjak dan udara yang segar akan membuat penduduk pegunungan lebih sulit untuk melakukan aktivitas namun mereka dapat melakukan aktivitas dengan jangka waktu yang cukup lama karena udara di daerah pegunungan cukup segar. Sedangkan di daerah pantai dengan keadaan alam yang umumnya landai dan udara yang panas akan menyebabkan mereka beraktivitas dengan mudah namun akan cepat lelah, karena dengan banyaknya keringat yang keluar akan menyebabkan mereka kekurangan cairan dalam tubuh dan kelelahan.

Berdasarkan yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengajukan perumusan masalah penelitian, yaitu :

“Apakah terdapat perbedaan tingkat kebugaran jasmani siswa SMP yang tinggal di daerah pegunungan dan di daerah pantai?”

D.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan jawaban yang telah dirumuskan mengacu pada latar belakang dan rumusan masalah yang peneliti ajukan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

“Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat kebugaran jasmani siswa SMP yang tinggal di daerah pegunungan dan di daerah pantai.”

E.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pihak lainnya. Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian, maka manfaat yang diharapkan oleh penulis melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai informasi dan sumbangan keilmuan yang berarti bagi lembaga-lembaga pendidikan, khususnya untuk sekolah yang dijadikan objek penelitian 2. Sebagai bahan pertimbangan pihak sekolah untuk memperhatikan dan

(15)

7

3. Sebagai bahan kesiapan bagi guru, orangtua, dan siswa agar lebih paham mengenai tingkat kebugaran jasmani dan kemampuan masing-masing siswa pada setiap daerah

4. Sebagai tambahan wawasan bagi penulis tentang perbandingan tingkat kebugaran jasmani siswa SMP di daerah pegunungan dengan siswa SMP di daerah pantai.

F. Batasan Penelitian

Agar ruang lingkup penelitian ini menjadi terarah pada tujuan yang akan dicapai, maka penelitian ini hanya terbatas pada:

1. Perbandingan tingkat kebugaran jasmani siswa SMPN 1 Bojonggambir yang berada di daerah pegunungan dan siswa SMPN 1 Cipatujah yang berada didaerah pantai.

2. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 1 Bojonggambir yang berada di daerah pegunungan dan siswa kelas VIII SMPN 1 Cipatujah yang berada didaerah pantai.

3. Sampel dalam penelitian ini adalah 30 siswa kelas VIII dari setiap sekolah. 4. Penelitian ini mengarah pada Perbandingan tingkat kebugaran jasmani siswa

SMPN 1 Bojonggambir yang berada di daerah pegunungan dan siswa SMPN 1 Cipatujah yang berada didaerah pantai.

5. Lokasi penelitian:

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 1 Bojonggambir: jl. Bojomggambir Desa Bojonggambir Kec. Bojonggambir, Kab. Tasikmalaya dan SMPN 1 Cipatujah: jl. Pamayangsari Desa Cipatujah Kec. Cipatujah Kab. Tasikmalaya. 6. Metode yang digunakan adalah metode ex post facto.

(16)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Tempat penelitian di daerah pegunungan dilaksanakan di SMPN 1 Bojonggambir Desa Bojonggambir, Kecamatan Bojonggambir, Kabupaten Tasikmalaya dengan ketinggian 800 mdpl dan di daerah pantai akan dilaksanakan di SMPN 1 Cipatujah Desa Cipatujah, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya dengan ketinggian 70 mdpl.

b. Waktu Penelitian

Waktu untuk pemberian instrumen yaitu pada tanggal 9-14 September 2013

c. Sasaran Penelitian

Perbandingan tingkat kebugaran jasmani ini di tujukan kepada siswa SMP kelas VII karena melihat dari karakter siswa SMP kelas VII yang berumur 13-14 tahun merupakan karakter yang senang bergerak dan dalam masa pertumbuhan, maka aktivitas yang mereka lakukan setiap harinya akan berpengaruh besar terhadap tubuhnya.

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Dalam menyusun sampai dengan menganalisis data sehingga mendapatkan gambaran sesuai dengan yang diharapkan diperlukan sumber data. Pada umumnya sumber data dalam sebuah penelitian disebut populasi dan sampel penelitian. Berkenaan dengan definisi populasi, Sudjana (1989:6) menjelaskan bahwa:

(17)

54

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/sebyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:117). Populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek / subjek yang dipelajari tetapi meliputi seluruh karakteristik / sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu (sugiyono, 2008:117).

Berdasarkan penjelesan di atas, maka populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah Pertama kelas VIII berjumlah 120 siswa yang berada di daerah pegunungan dan daerah pantai.

b. Sampel

Dalam penelitian ini tidak semua anggota pupolasi dijadikan sumber data, tetapi hanya sebagian pupolasi yang umumnya disebut sebagai sampel penelitian. Dalam penelitian ini, sampel yang akan diambil adalah sebanyak 30 orang dari populasi. “Cara pengambilan sampel secara acak yang berarti setiap individu dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu” Sugiyono (2008:171). Untuk pengambilan sampelnya Arikunto (2006:134) menyatakan bahwa :

“Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelititannya merupakan peenelitian populasi. Tetapi jika jumlah subyeknya lebih besar, dapat diambil antara 10-15% atau lebih, tergantung dari kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana serta luas dan sempitnya pengamatan dari setiap objek dan besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.”

(18)

55

SMP di daerah pantai, karena sudah sesuai dengan persyaratan ataupun karakteristik penelitian yang akan peneliti lakukan dan dapat mewakili populasi atau representatif.

B.Desain Penelitian dan Langkah-langkah Penelitian

1. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan randomized posttest only design. Desain ini merupakan modifikasi dari desain eksperimen, dimana dalam desain ini terdapat variabel bebas yang tidak dimanipulasi dengan tanda (x) berbeda dengan desain eksperimen. Maksud dari tidak di manipulasi yaitu pada penelitian ini variabel bebasnya telah terjadi atau sesuai dengan kenyataan. Desain atau rancangan penelitian yang dilakukan oleh penulis seperti yang terlihat dalam skema seperti pada gambar berikut :

Gambar 3.1

Desain penelitian randomized posttest only design

Keterangan :

Z1 : siswa di daerah pegunungan Z2 : siswa didaeran pantai

Y1 : tes kebugaran jasmani Indonesia di daerah pegunungan Y2 : tes kebugaran jasmani Indonesia di daerah pantai (X) : Variabel bebas yang tidak dimanipulasi

2. Langkah-langkah Penelitian

Mengenai langkah-langkah penelitian, Sutresna (2002:125) menjelaskan bahwa, “umumnya langkah penelitian di awali dengan proses penelusuran masalah, penelurusan data dan teori, perumusan hipotesis,

Z1 - ( X) Y1

(19)

56

penentuan metode penelitian, analisis dan interprestasi data, penarikan kesimpulan.” Secara skematis, langkah penelitian ini disusun dalam bagan berikut:

Bagan 3.1

Langkah-langkah Penelitian

C.Metode Penelitian

Dalam setiap penelitian diperlukan suatu metode. Penggunaan metode dalam penelitian diseduaikan dengan masalah dan tujuan penelitiannya. Hal ini seperti metode penelitian memiliki kedudukan yang penting dalam pelaksanaan dan analisis data.

Metode penelitian membicarakan mengenai tata cara pelaksanaan penelitian, metode penelitian menurut Arikunto (2002) mengemukakan bahwa

Rumusan Masalah

Populasi

Sampel

Siswa di Pegunungan Siswa di Pantai

Tes TKJI SMP

Data

(20)

57

“metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpukan dan penelitiannya”

Terdapat beberapa macam metode penelitian, seperti metode eksperimen, deskriptif, ex post facto dll. Berdasarkan beberapa macam metode penelitian tersebut, dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian “ex post facto” yaitu menguji apa yang telah terjadi pada subjek. Ex post Facto secara harfian berarti “sesudah fakta”, karena kausa atau sebab yang diselidiki tersebut sudah berpengaruh terhadap variabel lain. Penelitian ini disebut penelitian kausal komparatif karena dimaksud untuk menyelidiki kausa yang mungkin untuk suatu pola perilaku yang dilakukan dengan cara membandingkan subjek dimana pola tersebut ada dengan subjek yang serupa dimana pola tersebut tidak ada atau berbeda (Glass & Hopkin, 1979). Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menyelidiki apakah satu atau lebih kondisi yang sudah terjadi mungkin menyebabkan perbedaan perilaku pada subjek. Dengan kata lain, penelitian ini menentukan apakah terdapat perbedaan yang terjadi antar kelompok subjek (dalam variabel independen) menyebabkan terjadinya perbedaan pada variabel dependen.

Menurut Millan dan Schumacher (1989) penelitian ex post facto mempunyai kesamaan dengan penelitian eksperimen dalam hal:

1. Tujuan : untuk menetukan hubungan kausa 2. Kelompok perbandingan, dan

3. Teknik analisis yang digunakan

Hanya saja dalam penelitian ex post facto tidak ada manipulasi kondisi karena kondisi tersebut sudah terjadi sebelum penelitian mulai dilaksanakan. Karena penelitian ini memerlukan waktu yang relatif singkat.

D.Definisi Operasional

Berikut merupakan beberapa istilah yang di gunakan dalam penelitian, yaitu: 1. Kebugaran jasmani menurut Roiman Kebugaran jasmani adalah kesanggupan

(21)

58

pembebanan fisik yang diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa menimbulkan kelelahan berlebihan yang berarti.

2. Siswa menurut Rasyad (Adnan 2004), mengemukakan bahwa “...peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang yang bertindak sebagai pelaku pencari, penerima dan penyimpan isi pelajaran yang dilakukan untuk mencapi tujuan”

3. Menurut Ruhimat (2006:2), mengemukakan “daerah pantai atau dataran rendah adalah suatu wilayah yang landai atau datar dengan ketinggian 0-500 mdpl.” 4. Menurut Supriatna (2006:3), mengemukakan bahwa “daerah pegunungan

adalah wilayah yang berbukit-bukit dengan ketinggian di atas 500 mdpl.”

E.Instrumen Penelitian

Dalam suatu penelitian diperlukan alat ukur untuk mendapatkan data dari sampel yang diteliti. Biasanya alat ukuryang digunakan dalam suatu penelitian disebut dengan instrumen penelitian seperti yang dikemukakan oleh sugiono (2008:148) bahwa: “Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Berkaitan dengan penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan adalah Tes Kebugaran Jasmani Indonesia.

Dalam pengumpulan data kebugaran jasmani siswa sekolah menengah pertama ini menggunakan Tes Kebugaran Jasmani Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama yang di rancang dalam modul Tes dan Pengukuran Keolahraga oleh Nurhasan (2007:119) yang terdiri dari 5 (lima) item tes. Dimana TKJI merupakan uji kemampuan maksimal untuk menilai kemampuan anaerobik (alaktasid dan laktasid) dan kemampuan aerobik. Adapun tata cara pelaksanaan Tes Kebugaran Jasmani Tersebut Sebagai Berikut:

1. Tes Lari Cepat 50 meter

Tujuan : untuk mengukur kecepatan lari seseorang Alat/fasilitas :

(22)

59

b. Peluit c. Stopwatch

d. Bendera start dan tiang panjang

Pelaksanaan : subyek berdiri do belakang garis start dengan sikap berdiri, aba-aba “ya” subyek lari kedepan secepat mungkin menempuh jarak 50 meter. Pada saat subyek menyentuh/ melewati garis finish stopwatch dihentikan.

2. Tes Angkat Tubuh (30detik untuk putri; 60 detik untuk putra)

Tujuan: mengukur kekuatan dan daya tahan otot lengan dan otot bahu Alat/fasilitas:

a.Lantai yang rata dan bersih

b.Palang tunggal yang tinggi rendahnya dapat di atur sehingga subyek dapat bergantung

c.Stopwatch

d.Formulir pencatat hasil

Pelaksanaan: subyek bergantung pada palang tunggal, sehingga kepala, badan dan tungkai lurus. Kedua lengan dibuka selebar bahu dan keduanya lurus. Kemudian subyek mengangkat tubuhnya, dengan membengkokan kedua lengan, sehingga dagu menyentuh atau melewati palang tunggal, kemudian kembali kesikap semula. Lakukan gerakan tersebut secara berulang-ulang, tanpa istirahat selama 30 detik untuk putri dan 60 detik untuk putra.

3. Tes Baring Duduk 60 detik

Tujuan : mengukur kekuatan dan daya tahan otot perut Alat/fasilitas :

(23)

60

c.Formulir pencatat hasil d.Alat tulis

Pelaksanaan : subyek berbaring di atas lantai/rumput. Kedua lutut ditekuk ± 90º. Kedua tangan dilipat dan diletakan di belakang kepala dengan jari tangan saling berkaitan dan kedua lengan menyentuh lantai. Salah seorang teman subyek membantu memegang dan menekan kedua pergelangan kaki, agar kaki subyek tidak terangkat. Pada aba-aba “ya” subyek bergerak mengambil sikap duduk, sehingga kedua sikunya menyentuh paha, kemudian kembali ke sikap semula. Lakukan gerakan itu berulang-ulang cepat tanpa istirahat dalam waktu 60 detik.

4. Tes Loncat Tegak

Tujuan: Mengukur daya ledak (tenaga eksplosit) otot tongkai Alat/fasilitas :

a.Dinding yang rata dan lantai yang rata dan cukup luas

b.Papan berwarna gelap berukuran 30 x 150 cm, berskala ukuran cm yang digantung pada dinding dengan ketinggian jarak antara lantai dengan angka 0 (nol) pada papan skala ukuran 150cm

c.Serbuk kapur dan alat penghapus

d.Formulir pencatatan hasil tes dan alat tulis

(24)

61

5. Tes Lari jauh (800 meter untuk putri; 1000meter untuk putra)

Tujuan : mengukur daya tahan (cardio respiratory endurance) Alat/fasilitas :

a.Lapangan yang rata atau lintasan yang telah diketahui panjangnya mudah untuk menentukan jarak 800-1000 meter

b.Bendera start dan tiang pancang c.Peluit

d.Stopwatch e.Nomor dada

f. Formulir pencatatan hasil tes dan alat tulis g.Tanda/garis untuk start dan finish

Pelaksanaan : subyek berdiri dibelakang garis start. Pada aba-aba “siap” subyek mengambil sikap start berdiri untuk siap lari. Pada aba-aba “ya” subyek berlari menuju garis finish dengan menempuh jarak 800 meter untuk putri dan 1000 meter untuk putra. Bila ada yang mencuri start maka subyek tersebut dapa mengulangi tes tersebut. Adapun kriteris penilaian tiap butir tes adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1

Klasifikasi Nilai Tes Lari Cepat 50 Meter:

Putera Puteri Nilai

sd –6.7” sd –7.7 “ 5

6.8 “ –7.6 “ 7.8 “ –8.7 “ 4

7.7 “ –8.7 “ 8.8 “ -9.9 “ 3

8.8 “ –10.3 “ 10.0 “ –11.9 “ 2

10.4 “ – dst 12.0” – dst 1

(25)

62

Tabel 3.2

Klasifikasi Nilai Tes Angkat Tubuh Selama 30 Detik Untuk Putri Dan 60

Detik Untuk Putra

Putera Puteri Nilai

16 keatas 41 keatas 5

11 – 15 22 – 40 4

6 – 10 10 – 21 3

2 – 5 3 – 9 2

0 – 1 0 – 2 1

Tabel 3.3

Klasifikasi Nilai Tes Baring Duduk 60 Detik

Putera Puteri Nilai

38 keatas 28 keatas 5

28 – 37 19 – 27 4

19 – 27 9 – 18 3

8 – 18 3 – 8 2

0 – 7 0 – 2 1

Tabel 3.4

Klasifikasi Nilai Tes Loncat Tegak

Putera Puteri Nilai

66 ke atas 50 ke atas 5

53 – 65 39 – 49 4

42 – 52 30 – 38 3

31 – 41 21 – 29 2

(26)

63

Tabel 3.5

Klasifikasi Nilai Tes Lari Jauh 800 Meter Untuk Putri Dan 1000 Meter

Untuk Putra

Putera Puteri Nilai

sd –3’.04” sd –3’.06” 5

3’.05” –3’.53” 3’.07” –3’.55” 4

3’.54” –4’.46” 3’.56” –4’.58” 3

4’.47” –6’.04” 4’.59” –6’.40” 2

6’.05” ke atas 6’.41” ke atas 1

Untuk menentukan tingkat kebugaran jasmani, ikuti langkah-langkah berikut : 1. Jumlahkan nilai kelima butir tes

2. Cocokkan hasil penjumlahan nilai tersebut dengan norma tes kebugaran jasmani dibawah ini, yaitu:

Tabel 3.6

Klasifikasi Norma Tes Kebugaran Jasmani

Jumlah Nilai Klasifikasi Nilai

22 – 25 Baik sekali

18 – 21 Baik

14 – 17 Sedang

10 – 13 Kurang

5 – 9 Kurang sekali

F. Prosedur Pengolahan Data

(27)

64

Langkah-langkah pengolahan data tersebut ditempuh dengan prosedur sebagai berikut:

1. Mencari nilai rata-rata dari skor . Pendekatan statistiknya menggunakan rumus :

=

Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah:

: Skor rata-rata yang dicari x : Skor yang diperoleh n : jumlah sampel

∑ : ‘sigma’ yang berarti jumlah

2. Menghitung simpangan baku, dengan skor yang tidak dikelompokan, menurut Nurhasan (2002:37) menggunakan pendekatan statistik dengan rumus:

S =

Arti unsur-unsur tersebut adalah : S : Simpangan baku

X1 : Skor yang dicapai seseorang

: nilai rata-rata

n: Banyaknya jumlah orang

3. Menguji homogenitas, dalam uji ini menurut Nurhasan (2002:110) menggunakan pendekatan uji F, yang formulasi rumusnya adalah sebagai berikut :

F =

Kriteria pengujiannya adalah terima hipotesis, jika F-hitung < F-tabel dengan derajat kebebasan = (V1,V2) dan taraf nyata α = 0,05.

4. Menguji normalitas distribusi data dengan menggunakan pendekatan Uji Liliefors.

(28)

65

digunakan dalam sebuah penelitian itu diasumsikan sebagai kelompok ‘kecil’. Dalam uji ini tidak diperlukan parameter-parameter tertentu, oleh karena itu dikenal dengan pendekatan uji normalitas distribusi non parametrik.

Adapun langkah-langkah pengujian yang dapat dilakukan menurut Nurhasan (2002:105) adalah sebagai berikut:

a) Menyusun data hasil pengamatan, yang dimulai dari pengamatan yang paling kecil sampai nilai pengamatan yang paling besar.

b) Untuk semua nilai pengamatan dijadikan angka baku Z dengan pendekatan Z-skor yaitu:

Z =

c) Untuk setiap bangku angka tersebut dengan bantuan tabel distribusi normal baku (tabel distribusi Z). Kemudian hitung peluang dari masing-masing nilai Z (Fzi) dengan ketentuan : jika nilai Z negatif, maka dalam menentukan Fzi-nya adalah 0,5-luas daerah distribusi Z.

d) Menentukan proporsi masing-masing nilai Z (Szi) dengan cara melihat kedudukan nilai Z pada nomor urut sampel yang kemudian dibagi dengan banyaknya sampel.

e) Hitung selisih antara F(zi) – S(zi) dan tentukan harga mutlaknya.

(29)

66

5. Pengujian Hipotesis

Dalam pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji kesamaan dua rata-rata (dua pihak). Adapun pendekatan statistika yang digunakan menurut Sudjana (2005:243) yaitu sebagai berikut: Dalam hal rumusnya:

t =

dengan S 2

=

arti unsur-unsur tersebut : t = nilai t yang dicari ( t hitung)

: nilai rata-rata kelompok 1

: nilai rata-rata kelompok 2 n1 : banyaknya sample kelompok 1 n2 : banyaknya sampel kelompok 2 s : variansi induk

: variansi kelompok 1 : variansi kelompok 2

Kriteria pengujian yang berlaku adalah :

(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah terdapat perbedaan tingkat kebugaran jasmani siswa SMP yang tinggal di daerah Pegunungan dan Pantai. Siswa SMP di daerah pegunungan dari 30 siswa yang di teliti terdapat 7 siswa dengan rata-rata baik dan 23 siswa dengan rata-rata sedang, sedangakan siswa SMP di daerah pantai dari 30 siswa yang di teliti terdapat 16 siswa dengan rata-rata sedang dan 14 siswa dengan rata-rata kurang. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan alam yang sangat berbeda antara daerah pegunungan dan daerah pantai. Keadaan lingkungan akan mempengaruhi manusia, masyarakat daerah pegunungan memiliki kebugaran jasmani yang berbeda dengan masyarakat daerah pantai. Pada umumnya anak-anak di daerah pegunungan telah terbina kebugaran jasmaninya, karena mereka sudah terbiasa dengan perjalanan menuju sekolah atau tempat-tempat lainnya dengan perjalanan menanjak ataupun menurun dan perjalanan tersebut tidak jarang ditempuh dengan jarak yang dekat. Hal ini secara tidak langsung akan meningkatkan kebugaran jasmani.

Gambaran pola hidup siswa SMP di daerah pegunungan dan daerah pantai ini memberikan informasi bahwa kebugaran jasmani sebagai salahsatu faktor yang menentukan derajat kesehatan. Semakin baik tingkat kebugaran jasmani seseorang maka ketika beraktivitas sehari-hari akan mudah untuk dijalani. Kebugaran jasmani akan menunjang kehidupan selanjutnya dan memudahkan beraktivitas di lingkungan hidupnya masing-masing. Hal ini perlu disikapi dan ditindak lanjuti dengan suatu kebijakan pemerintah khususnya Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga dalam rangka mempersiapkan generasi masa depan yang berkualitas baik secara fisik, psikis, moral maupun intelektual.

B. Saran - saran

(31)

75

1. Bagi pihak sekolah agar menambah aktivitas belajar di luar kelas melalui pendekatan pendidikan alam terbuka dan lingkungan hidup. dalam hal ini dimaksudkan agar siswa lebih mengenal lingkungannya dan dapat melakukan berbagai aktivitas belajar di alam terbuka

2. Bagi para pendidik penjas agar lebih membebaskan anak dalam bergerak dan senang dalam berolahraga sehingga mereka tidak pasif. Dengan senang dalam bergerak berarti mere telah banyak beraktivitas dan hal tersebut akan mempengaruhi tingkat kebugaran jasmaninya.

3. Bagi orang tua pada umumnya agar lebih memberikan kebebasan kepada putra-putrinya untuk melakukan berbagai aktivitas fisik dalam memanfaatkan waktu luangnya. Hal ini berkaitan dengan aktivitas yang dapat meningkatkan kebugaran jasmani.

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik) Edisi Revisi VI. PT. Rineka Cipta: Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik) Edisi Revisi 2010. PT. Rineka Cipta: Jakarta.

Abduljabar, Bambang dan Darajat, Jajat. (2012). PJKR Aplikasi Statistika Dalam Penjas 2012. FPOK UPI Bandung.

Giriwijoyo, Santosa. Sidik, Dikdik Zafar. (2010). Ilmu Faal Olahraga. FPOK UPI BANDUNG: Bandung

Haryanto, Rika. (2006). Perubahan fisiologi pada ketinggian dan implikasinya pada latihan jasmani.

[online]. Tersedia:http://ojs..lib.unair.ac.id/index.php/mkai/article/view/657. [18Maret 2010.]

Habibudin, Tjetjep. (2005). Kebugaran jasmani siswa semester 1 sekolah dasar berbasis taman kanak-kanak (tk) dan non-tk; kontribusinya terhadap prestasi akademik. Tesis magister pada sps UPI Bandung: tidak diterbitkan

Kusmaedi, Nurlan. Husdatra. Hidayat, Yusuf. (2004). Pertumbuhan dan Perkembangan Sepanjang Rentang Kehidupan. Bandung.UPI. Bahan ajar

Nasution. (2009). Metode Research (penelitian ilmiah). Bumi Aksara: Jakarta

Nurhasan dan Cholil, Hasanudin. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. FPOK UPI Bandung: Bandung.

Riduwan. (2012). Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelittian. Alfabeta: Bandung.

Ruhimat, Mamat. Supriatna, Nana. Kosim. (2006). Ilmu pengetahuan sosial. Bahan ajar SMP. Bandung. Grafindo media Pratama

Sudjana. (2005). Metoda Statistika Edisi 6. Tarsito: Bandung.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Alfabeta: Bandung.

(33)

77

Tarigan, Beltasar .(2012). Optimalisasi Pendidikan Jasmani Dan Olahraga Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga (Sebuah Analisis Kritis). Bandung :FPOK UPI Bandung.

Tim Dosen UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. UPI: Bandung.

Hubungan kondisi fisik wilayah dengan aktivitas penduduk. Tersedia

:http://akbarasia.wordpress.com/2009/08/30/hubungan-kondisi-fisik-wilayah-dengan-aktifitas-penduduk/.

Konsep dasar dan pengertian bentang. Tersedia

Gambar

Gambar 3.1 Desain penelitian randomized posttest only design
Tabel 3.1 Klasifikasi Nilai Tes Lari Cepat 50 Meter:
Tabel 3.3 Klasifikasi Nilai Tes Baring Duduk 60 Detik
Tabel 3.6 Klasifikasi Norma Tes Kebugaran Jasmani

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kebugaran siswa SMP baik laki-laki maupun perempuan yang berada di pedesaan lebih baik daripada siswa SMP

Dari perhitungan pada Tabel 4 tentang kebugaran jasmani SMPN 36 Surabaya dapat disimpulkan, siswa yang termasuk dalam kategori kurang sekali sebanyak 26

Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh dapat diketahui jumlah presentase dari kategori kebugaran jasmani antara siswa yang mengikuti ekstrakurikuler futsal

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Studi Kasus Tingkat Kebugaran Jasmani Berdasarkan Indeks

perbedaan tingkat kebugaran jasmani siswa Sekolah Dasar di. daerah dataran

Selian hasil tersebut, dalam penelitian ini juga diperoleh data bahwa rata-rata kebugaran jasmani siswa putra lebih baik daripada kebugaran siswa putri di daerah dataran

Pemilihan sampel tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa fokus masalah penelitian ini adalah mengetahui tingkat kebugaran jasmani siswa kelas VIII SMPN 1

Dengan hasil tes kebugaran jasmani di atas didapatkan solusi yang tepat dalam mengatasi masalah tingkat kebugaran jasmani yaitu sebaiknya siswa memperbaiki atau membiasakan kebiasaan