• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA AKAL INTERAKTIF UNTUKMENINGKATKAN PEMAHAMAN ALAT UKUR WAKTU (JAM)PADA SISWA TUNARUNGUDI SLB NEGERI CICENDO-KOTA BANDUNG:Penelitian Eksperimen Terhadap Anak Tunarungu Kelas 2 SDLB.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA AKAL INTERAKTIF UNTUKMENINGKATKAN PEMAHAMAN ALAT UKUR WAKTU (JAM)PADA SISWA TUNARUNGUDI SLB NEGERI CICENDO-KOTA BANDUNG:Penelitian Eksperimen Terhadap Anak Tunarungu Kelas 2 SDLB."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Ketunarunguan ... 8

1. Pengertian Anak Tunarungu ... 8

2. Jenis-Jenis Ketunarunguan ... 9

3. Dampak Ketunarunguan ... 10

(2)

b. Dampak Dalam Segi Intelegensi ... 11

B. Konsep Dasar Alat Ukur Waktu ... 15

C. Media Akal Interaktif Sebagai Media Pembelajaran ... 15

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 15

2. Manfaat Media Pembelajaran... 16

3. Media Akal Interaktif ... 18

D. Penggunaan Media Akal Interaktif Untuk Meningkatkan Pemahaman Alat Ukur Waktu (Jam) Bagi Siswa Tunarungu... 20

E. Penelitian Yang Relevan ... ... 22

2. Definisi Operasional Variabel ... . 27

B. Metode Penelitian ... 28

C. Populasi Dan Sampel Penelitian ... 30

1. Populasi Penelitian ... 30

2. Sampel Penelitian ... 31

D. Instrumen Dan Teknik Pengumpulan Data ... 31

1. Instrumen Penelitian ... 31

(3)

A. Uji Validitas Instrumen ... 35

B. Uji Reliabilitas Instrumen ... . 36

E. Teknik Pengolahan Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Peneltiian ... 40

1. Deskripsi Data Penelitian ... 40

2. Pengujian Hipotesis ... 49

B. Pembahasan Dan Hasil Penelitian ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 54

B. Rekomendasi ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 56

LAMPIRAN

(4)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 4.1 Rekapitulasi Skor Pretest Dan Postest Aspek Pengetahuan ... 40

Tabel 4.2 Rekapitulasi Skor Pretest Dan Postest Aspek Pemahaman ... 42

Tabel 4.3 Rekapitulasi Skor Pretest Dan Postest Aspek Penerapan ... 43

Tabel 4.4 Rekapitulasi Skor Pretest Dan Postest ... 45

Tabel 4.5 Rekapitulasi Selisih Skor Pretest Dan Postest ... 46

(5)

DAFTAR GRAFIK

Hal

Grafik 4.1 Rekapitulasi Skor Pretest Dan Postest Aspek Pengetahuan ... 41

Grafik 4.2 Rekapitulasi Skor Pretest Dan Postest Aspek Pemahaman ... 42

Grafik 4.3 Rekapitulasi Skor Pretest Dan Postest Aspek Penerapan ... 44

Grafik 4.4 Rekapitulasi Skor Pretest Dan Postest ... 45

Grafik 4.5 rekapitulasi selisih skor pretest dan postest ... 47

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang selalu dapat

dipelajari oleh setiap anak, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Di

lembaga formal, pelajaran matematika selalu ada di setiap jenjang pendidikan dari

TK sampai perguruan tinggi baik di sekolah umum maupun di sekolah khusus.

Pelajaran matematika telah diperkenalkan sedini mungkin.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang bermanfaat bagi

kehidupan manusia, namun dalam prakteknya, ada beberapa faktor mengapa mata

pelajaran ini kurang diminati, salah satunya karena matematika menggunakan

banyak angka serta simbol yang beragam sehingga anak mengalami kesulitan

dalam mempelajarinya.Walaupun demikian, matematika merupakan salah satu

ilmu yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari. Hal itu sejalan dengan

pendapat Ruseffendi (1988: 74) yang menyatakan bahwa “berhitung itu penting

untuk kehidupan praktis sehari-hari maupun keperluan melanjutkan sekolah, dan

hal tersebut didasarkan pada dua aspek yakni aspek sosial dan matematis”.

Salah satu materi pada mata pelajaran matematika pada jenjang sekolah dasar

kelas 2 yaitu mengenai alat ukur waktu satuan jam. Materi ini berkaitan erat

dengan kehidupan sehari-hari karena berkesinambungan dengan aktifitas/ kegiatan

(7)

berangkat sekolah, pukul berapa ia pulang sekolah, pukul berapa ia tidur, dan

lain-lain.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan, mata pelajaran

matematika khususnya materi alat ukur waktu dengan satuan jam ini membuat

siswa kesulitan dalam memahaminya karena anak harus dapat mengidentifikasi

kegunaan jarum pendek yang menunjukan jam dan jarum panjang yang

menunjukan menit, menuliskan jam tersebut beserta menitnya, kemudian

memahami perbedaan waktu melalui penulisan jam tersebut. Hal ini menimbulkan

kesulitan tak terkecuali bagi anak tunarungu.

Anak tunarungu bisa disebut juga dengan anak visual karena mereka lebih

banyak menyimpan informasi dengan melihat/ menggunakan indera visualnya.

Keterbatasannya tersebut menyebabkan anak tunarungu mengalami kesulitan

dalam menerima informasi yang bersifat auditif sehingga anak tunarungu

mengalami kesulitan dalam pemahaman materi pelajaran di sekolah, tak terkecuali

pada mata pelajaran matematika khususnya pada materi alat ukur waktu (jam).

Hasil observasi awal, terlihat bahwa anak tunarungu kebingungan dalam hal

mengidentifikasi waktu, penggunaan jarum pendek dan jarum panjangnya

seringkali tertukar. Anak tunarungu menggunakan jarum pendek untuk

menunjukan menit dan jarum panjang untuk menunjukan jam. oleh karena itu,

anak tunarungu mengalami kesulitan dalam membaca jam baik yang menunjukan

waktu tepat maupun waktu lebih.

Dengan demikian, diperlukan solusi untuk memecahkan permasalahan tersebut

(8)

sehari-hari. Dalam Standar Kompetensi Dasar (SKKD) Sekolah Dasar Luar Biasa

Tunarungu Tingkat Satuan Pendidikan (2006), bahwa Dalam setiap kesempatan,

pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang

sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah

kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep

matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan

menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga,

atau media lainnya.

Penggunaan media visual semestinya lebih dioptimalkan dalam proses

pembelajaran bagi anak tunarungu ini. Selain itu terlepas dari siapapun subjeknya,

proses belajar mengajar hendaknya berpusat pada siswa, mengembangkan

kreatifitas siswa, menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang,

mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai, menyediakan

pengalaman belajar yang beragam dan belajar melalui perbuatan.

Berdasarkan hal tersebut, guru memerlukan adanya suatu media pembelajaran

yang bisa memenuhi prinsip-prinsip tersebut. Salah satu produk teknologi saat ini

yang bisa digunakan sebagai media pembelajaran tersebut adalah komputer.

Komputer memiliki beberapa bentuk dalam hal penggunaannya sebagai media

pembelajaran, salah satunya yakni sebagai multimedia interaktif. Keunggulan

multimedia di dalam interaktivitas adalah media ini secara inheren mampu

memaksa pengguna untuk berinteraksi dengan materi baik secara fisik dan mental.

(9)

pembelajaran mampu menarik pengguna untuk mencoba secara aktif

pembelajaran yang disajikan.

Media ini tetap mengacu pada proses pembelajaran dan dengan program

multimedia interaktif ini diharapkan terjadi aktifitas belajar sambil bermain.

Dengan demikian pengguna tidak merasa bahwa mereka sesungguhnya

sedang belajar.

Salah satu multimedia interaktif yaitu berupa Media akal interaktif. Media ini

merupakan multimedia interaktif model drill yang merupakan program

pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan

software berupa program komputer yang berisi soal-soal latihan yang bertujuan

untuk melatih pengguna sehingga memiliki kemahiran dalam suatu keterampilan

atau memperkuat penguasaan suatu konsep.

Media ini sangat diperlukan khususnya bagi mata pelajaran matematika

mengenai alat ukur waktu dengan satuan jam. pengetahuan dan pemahaman akan

waktu sangat diperlukan karena berhubungan dengan kegiatan yang kita lakukan

sehari-hari.

Penggunaan media akal interaktif dalam pembelajaran matematika mengenai

materi alat ukur waktu dengan satuan jam ini diharapkan dapat memberikan

pengalaman belajar yang lebih berkesan karena di dalam penggunaan media akal

interaktif ini, anak dihadapkan pada situasi bermain sambil belajar sehingga

pembelajaran akan lebih menyenangkan.

Media Akal Interaktif menggabungkan unsur pendidikan (education) dengan

(10)

unsur-unsur media terutama animasi, teks, dan grafisnya diharapkan dapat membantu

proses penyampaian informasi dengan lebih cepat, mudah dipahami dan mudah

diingat.

B. Identifikasi Masalah

Banyak permasalahan yang dapat diidentifikasi dari kemampuan anak

tunarungu dalam memahami alat ukur waktu dengan satuan jam, dari

permasalahan tersebut peneliti melakukan identifikasi masalah. Adapun

identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Anak tunarungu kesulitan dalam mengidentifikasi waktu

2. Adanya perbedaan penulisan jam yang menunjukan pagi, siang,

sore, malam.

3. Media pembelajaran yang digunakan kurang optimal.

4. Penggunaan media pembelajaran yang menarik.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian tidak keluar dari tujuan atau meluas pada hal-hal yang tidak

perlu, maka dalam penelitian ini akan dibatasi pada masalah-masalah sebagai

berikut :

1. Peningkatan pemahaman mengenai alat ukur waktu (jam) bagi anak

tunarungu kelas 2 SDLB yaitu mengidentifikasi waktu yang ditunjukan

oleh jarum jam, menulis tanda waktu yang ditunjukan oleh jam, serta

(11)

2. Penggunaan media akal interaktif.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

“ Apakah penggunaan media akal interaktif dapat meningkatkan pemahaman

anak tunarungu tentang alat ukur waktu (jam) ?”

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh penggunaan media akal interaktif dalam meningkatkan

pemahaman tentang alat ukur waktu (jam) bagi anak tunarungu

kelas 2 di SLB Cicendo Kota Bandung.

b. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui pemahaman anak tunarungu sebelum dan

sesudah diberikan pembelajaran dengan media akal interaktif.

2) Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media akal interaktif

untuk meningkatkan pemahaman siswa tunarungu dalam hal

mengidentifikasi waktu, menulis tanda waktu yang ditunjukan

(12)

2. Kegunaan Penelitian

Penulis berharap hasil dari penelitian ini ada kegunaannya, diantaranya

yaitu:

a. Secara keilmuan dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam menentukan media pembelajaran

matematika bagi anak tunarungu.

b. Memberikan masukan pada pihak sekolah dan guru-guru

SLB bagian tunarungu tentang peranan multimedia untuk

meningkatkan pemahaman mengenai alat ukur waktu (jam)

bagi anak tunarungu

c. Media akal interakti diharapkan dapat membantu siswa

tunarungu dalam memahami alat ukur waktu dengan satuan

(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono,

2011:61).

Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka

macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi :

a. “variabel independen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel

bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen (terikat)”. (Sugiyono, 2011:61).

b. “variabel dependen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel

terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. (Sugiyono,

2011:61).

1. Definisi konsep variabel

a. Media Akal Interaktif

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu media akal interaktif.

media ini merupakan multimedia interaktif. Media Akal interaktif

(14)

dunia pendidikan. Media Akal interaktif ini juga merupakan

multimedia interaktif yang banyak mengandung unsur Drill atau

latihan.

Produk-produk yang dibuat akal bersifat edutainment, yang

menggabungkan pendidikan (education) dengan permainan

(entertainment).

Penggunaan media akal interaktif dalam pembelajaran matematika

mengenai materi alat ukur waktu dengan satuan jam ini diharapkan

dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih berkesan karena di

dalam penggunaan media akal interaktif ini, anak dihadapkan pada

situasi bermain sambil belajar sehingga pembelajaran akan lebih

menyenangkan.

b. Kemampuan Pemahaman Alat Ukur Waktu (Jam)

Variabel terikat yaitu pemahaman mengenai alat ukur waktu (jam)

bagi anak tunarungu. Alat ukur adalah perkakas untuk mengukur

(mencocokkan atau mengetahui jarak, bobot, luas, panas, getaran,

kecepatan, tegangan, tekanan, volume, dsb). Sedangkan alat ukur

adalah merupakan acuan suatu ukuran berdasarkan standar

internasional. Alat untuk mengukur waktu adalah dengan satuan jam.

Menentukan waktu (jam) sangat diperlukan dalam kehidupan

(15)

aktifitas manusia dalam berkegiatan. Oleh karena itu, pemahaman

akan waktu pada anak tunarungu harus lebih dioptimalkan.

2. Definisi operasional variabel

a. Media Akal Interaktif

Penggunaan media akal interaktif digunakan sebagai treatment

untuk meningkatkan pemahaman mengenai alat ukur waktu satuan jam

bagi anak tunarungu kela 2 SDLB, khususnya dalam mengidentifikasi

waktu yang ditunjukan oleh jarum jam, menulis tanda waktu yang

ditunjukan oleh jam, serta memahami perbedaan penulisan waktu.

Adapun langkah operasional penggunaan multimedia interaktif ini

adalah :

1. Nyalakan komputer, kemudian masukan media akal interaktif yang

berupa CD (Compact Disk) ke dalam CD-ROM Drive

2. Muncul menu utama berisikan materi-materi pelajaran di kelas 2

SDLB

3. Muncul menu judul program, disana terdapat tanda untuk masuk ke

program latihan mengenai alat ukur waktu (jam).

4. siswa memilih jawaban yang tepat pada soal-soal yang muncul di

layar komputer

5. Komputer akan merespon jawaban dari siswa, jika jawaban benar

(16)

jawaban salah, maka akan ada tampilan “salah” pada layar

komputer kemudian soal akan diulangi.

6. latihan soal menggunakan media Akal Interaktif ini dikatakan

berakhir jika siswa sudah mampu menyelesaikan 3 level permainan

dalam media ini.

b. Kemampuan Pemahaman Alat Ukur Waktu (Jam)

Pada penelitian ini, kemampuan pemahaman mengenai alat ukur waktu

(jam) dapat terlihat dari pretest (sebelum diberikan perlakuan) dan

peningkatannya dapat terlihat dari postest (sesudah diberikan perlakuan).

Instrumen penelitian berisi 10 soal yang menilai aspek kognitif.

Dalam penelitian ini, Pemahaman mengenai materi alat ukur waktu

diukur dengan menilai ranah kognitif yang meliputi :

1) Pengetahuan, mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari

dan disimpan dalam ingatan.

2) Pemahaman, mengacu pada kemampuan memahami makna materi.

3) Penerapan, mengacu pada menggunakan atau menerapkan materi

yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan kongkret.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara untuk memperoleh atau memecahkan

(17)

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen. Metode eksperimen bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya akibat

dari suatu perlakuan sebagaimana dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2006:3)

sebagai berikut :

“Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat

(hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti

dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang

bisa mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat

akibat dari suatu perlakuan”.

Berdasarkan pernyataan di atas, dalam penelitian ini sebagai faktor atau

kondisi yang dicobakan kepada subjek adalah penggunaan media akal interaktif

untuk meningkatkan pemahaman mengenai alat ukur waktu (jam) pada anak

tunarungu kelas 2.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

dengan desain “One Group Pretest-Posttest Design” yaitu eksperimen yang

dilakukan pada suatu kelompok saja tanpa kelompok pembanding. Pertama-tama

dilakukan pengukuran lalu dikenakan perlakuan untuk jangka waktu tertentu

kemudian dilakukan pengukuran akhir. Rancangan ini dapat digambarkan sebagai

berikut :

(Arikunto, 2006 : 85)

(18)

Keterangan :

O1 : tes awal (pre test) sebelum subjek mendapat perlakuan

X : perlakuan (treatment)

O2 : tes akhir (post test) setelah subjek mendapat perlakuan

Berdasarkan desain penelitian tersebut, maka langkah-langkah penelitian

ini ditetapkan, sebagai berikut :

a. memilih dan menentukan subjek untuk kelompok eksperimen

b. melaksanakan pretest tanpa menggunakan media akal interaktif

c. melaksanakan treatment atau perlakuan pada siswa tunarungu

menggunakan media akal interaktif

d. melaksanakan postest

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

”Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (sugiyono,

2011: 117).

Populasi pada penelitian ini adalah siswa tunarungu tingkat SDLB

(19)

2. Sampel

”Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakterikstik yang dimiliki

oleh populasi tersebut” (Sugiyono, 2011 : 118).

Sampel dalam penelitian ini yaitu siswa Tunarungu kelas 2 SDLB di

SLB B Negeri cicendo Kota Bandung dengan jumlah sampel 6 orang.

No Nama Jenis Kelamin

1 YA L

2 SA P

3 RI P

4 MI P

5 YI P

6 IL P

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

“Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik

semua fenomena ini disebut variabel penelitian” (Sugiyono, 2011:148).

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian

ini adalah instrumen yang berbentuk tes. “tes adalah serentetan pertanyaan

(20)

pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh

individu atau kelompok” (arikunto, 2006:150). Tes yang dipakai dalam

penelitian ini adalah tes prestasi (achievement test). Menurut Susetyo

(2011 : 3) bahwa :

Tes prestasi merupakan tes yang digunakan untuk mengukur

tingkat kemampuan seseorang dalam penalaran logis atau kemampuan

berpikir seseorang seperti berhitung, penalaran, logika verbal, dan

aspek-aspek lain yang terkait dengan kognitif atau pengetahuan.

Achievement test berkaitan dengan pengetahuan seseorang, oleh

karena itu ada dua kemungkinan jawabannya dari tes itu yaitu benar

atau salah. Bentuk tesnya pada umumnya berbentuk pilihan ganda,

dengan hanya ada satu jawaban benar.

Penggunaan instrumen dalam bentuk tes pada penelitian ini bertujuan

untuk memperoleh data pencapaian hasil belajar ranah kognitif yaitu

tingkat pengetahuan, pemahaman dan penerapan.

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis. Tes yang

dilakukan sebelum menggunakan media pembelajaran akal interaktif lalu

tes yang digunakan sesudah menggunakan media pembelajaran akal

ineraktif. Adapun tes yang dibuat oleh peneliti yaitu berupa tes tertulis

berbentuk isian yang meliputi soal-soal uraian sebanyak 10 soal. Item-item

soal dalam instrumen ini berisi kemampuan siswa tunarungu dalam hal

(21)

Instrumen dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data

pencapaian hasil belajar ranah kognitif tingkat pengetahuan, pemahaman

dan penerapan. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Susetyo,

(2011 : 3) bahwa :

Penyusunan kisi–kisi instrumen diperlukan untuk membuat instrumen

agar instrumen tidak menyimpang dari dari aspek yang diukur.

Langkah – langkah yang dilakukan dalam penyusunan instrumen :

1. Membuat kisi–kisi tes

2. Membuat butir soal

3. Membuat kriteria penilaian

4. Mempersiapkan media akal interaktif yang disesuaikan dengan

pokok bahasan untuk digunakan sebagai treatment yang akan

diberikan kepada sampel penelitian

Prosedur penelitian yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Melakukan studi pendahuluan atau observasi untuk memperoleh

gambaran dan mengetahui kondisi di lapangan yang akan dijadikan

tempat penelitian, serta untuk mengetahui gambaran secara jelas

tentang subjek penelitian.

2. Megurus surat ijin penelitian

Permohonan ijin dilakukan sebelum melaksanakan penelitian.

(22)

kelengkapan administrasi penelitian sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

3. Menyusun instrumen penelitian

4. Melakukan uji coba instrumen penelitian, uji coba instrument ini

meliputi uji validitas dan reliabilitas.

5. Melakukan penelitian, dengan langkah–langkah sebagai berikut :

a. Melakukan pre-tes (O1) untuk mengetahui kemampuan awal

sampel penelitian sebelum menggunakan media Akal Interaktif.

b. Melakukan treatment (X) atau perlakuan pada subjek penelitian

dengan menggunakan Media Akal Interaktif yang berisi

latihan-latihan soal mengenai materi alat ukur waktu (jam).

c. Melakukan posttes (O2) pada subjek penelitian untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh Media akal Interaktif

terhadap pemahaman materi Alat ukur waktu (jam) bagi siswa

tunarungu kelas 2 SDLB.

2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai apa

yang sedang diteliti, menurut S. Arikunto (2002:96) yang dimaksud data adalah

“hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka”. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan Tes. “Tes adalah serentetan

pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur

(23)

oleh individu atau kelompok” (Arikunto, 2002 : 107). Tes yang digunakan dalam

penelitian ini dengan memberikan tes berupa soal isian matematika mengenai

materi alat ukur waktu satuan jam.

Instrumen tes yang akan digunakan dalam penelitian ini harus diuji cobakan

terlebih dahulu agar memiliki kualitas yang baik. Adapun beberapa langkah

pengujian instrumen tes adalah sebagai berikut :

a. Uji Validitas Instrumen

“Validitas dapat diartikan sejauhmana hasil pengukuran dapat

diinterpretasikan sebagai cerminan sasaran ukur yang berupa kemampuan,

karakteristik atau tingkah laku yang diukur melalui alat ukur yang tepat”

(Susetyo, 2011:89).

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari

variabel yang diteliti secara tepat, (sugiyono, 2006:135) “valid berarti

instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya

diukur”.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi

dengan teknik penilaian ahli (judgment). Uji validitas dilakukan dengan

cara menyusun butir soal dari pokok bahasan mengenai alat ukur waktu

(jam), kemudian dilakukan penilaian kepada para ahli.

Skor akhir validitas diolah dengan menggunakan rumus :

P= n x100%

(24)

Ket : ∑n : Jumlah ahli menjawab cocok

∑N : Jumlah penilai/guru mata pelajaran

P : skor/ Persentase

Kriteria butir validitas:

Dalam melakukan judgment, jumlah ahli adalah 5 orang dan jumlah soal/

instrumen penelitiannya ialah 10 soal.

 Skor 5 = bila semua ahli menjawab cocok pada setiap butir soal

 Skor 4 = bila 4 ahli menjawab cocok pada setiap butir soal

 Skor 3 = bila 3 ahli menjawab cocok pada setiap butir soal

 Skor 2 = bila 2 ahli menjawab cocok pada setiap butir soal

 Skor 1 = bila 1 ahli menjawab cocok pada setiap butir soal

 Skor 0 = bila semua ahli menilai tidak cocok pada setiap butir soal

Sehingga :

 Skor max pada setiap butir soal = (5:5) x 100% = 100%

 Skor min pada setiap butir soal = (0:5) x 100% = 0%

b. Uji Reliabititas Instrumen

Arikunto (Haryadi, 2007:39) mengemukakan bahwa „reliabilitas tes adalah

(25)

soal yang tetap atau berubah-ubah‟. Oleh karenanya, kevalidan suatu soal pada tes

akan menunjang pula kereliabilitasan tes yang diberikan.

Adapun subjek ujicoba instrumen ini tentunya harus memiliki karakteristik

sama atau mendekati karakteristik subjek yang sebenarnya. Dalam hal ini subjek

tersebut adalah siswa tunarungu dengan kemampuan pemahaman yang kurang

mengenai materi alat ukur waktu (jam).

Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrument pada penelitian digunakan

reliabilitas konsistensi internal dengan menggunakan rumus Spearman Brown.

(Arikunto, S. 2006 : 180)

Keterangan :

r11 =reliabilitas instrument

r1/21/2 = rxy indeks korelasi antara dua belahan instrument

sebelum data dimasukkan ke dalam rumus diatas, terlebih dahulu menghitung

indeks korelasi antara dua belahan instrumen. Rumus yang digunakan yaitu :

(Arikunto, S. 2006 : 183)

=

2

(

)

2

2

(

)

2

(26)

Keterangan :

Setelah data dalam penelitian ini terkumpul dilakukan pengolahan data dengan

menggunakan perhitungan statistic non parametric karena jumlah subjek

penelitiannya tidak terlalu banyak serta bentuk datanya ordinal.

Untuk menganalisis data yang sudah terkumpul diperlukan teknik analisis data.

Dalam hal ini digunakan statistic non parametric dengan uji rangking bertanda (uji

wilcoxon). Penggunaan statistic uji rangking bertanda wilcoxon ini berdasarkan

pertimbangan bahwa subjek penelitian berhubungan sehingga dapat dipersamakan

sebagai subjek berpasangan. Hal ini berarti bahwa rangking bertanda wilcoxon

untuk membandingkan hasil skor tes awal dan hasil skor tes akhir dari subjek

penelitian yang sama.

Adapun langkah-langkah dalam mengolah data adalah sebagai berikut :

1. Menskor tes awal dan tes akhir dari setiap penilaian

2. Mentabulasikan skor tes awal dan skor tes akhir

3. Membuat tabel perhitungan skor tes awal dan tes akhir

4. Menghitung selisih skor tes awal dan tes akhir. Ditetapkan selisih bertanda

(27)

5. Menyusun rangking harga-harga di itu tanpa memperdulikan tanda. Untuk

harga-harga d yang sama buatlah rata-rata ranrking yang sama

6. Membutuhkan tanda (+) atau (-) untuk tiap rangking sesuai dengan tanda

beda

7. Menjumlahkan semua rangking bertanda positif atau negatif tergantung

dimana yang memberi jumlah lebih kecil untuk tanda yang dihilangkan

dan menuliskan dengan tanda T maka diperoleh Thitung

8. Membandingkan nilai T yang diperoleh dengan T dari table nilai-nilai

kritis T untuk uji wilcoxon

9. Membuat kesimpulan, yaitu :

Ho ditolak jika Thitung≤ Ttabel

(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan data keseluruhan dari hasil penelitian mengenai penggunaan

media akal interaktif untuk meningkatkan pemahaman alat ukur waktu (jam) bagi

anak tunarungu, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan media akal

interaktif dapat meningkatkan pemahaman alat ukur waktu (jam) bagi anak

tunarungu.

Penggunaan media akal interaktif dapat membuat kondisi pembelajaran

menjadi lebih menyenangkan karena anak bisa belajar sambil bermain.

Unsur-unsur yang terkandung dalam media akal interaktif ini dapat menimbulkan

suasana pembelajaran yang tidak membosankan sehingga anak lebih fokus dalam

mendalami materi pelajaran khususnya yang berkaitan dengan materi alat ukur

waktu (jam).

B. Rekomendasi

1. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk guru dalam

pembelajaran, khususnya mengenai materi alat ukur waktu (jam). Di dalam

media akal interaktif juga terdapat beberapa mata pelajaran lain yang dapat

dijadikan acuan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, maupun

(29)

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya dapat menggunakan media akal interaktif ini dalam

mata pelajaran yang lain karena selain matematika terdapat pula materi-materi

mata pelajaran lain seperti bahasa indonesia, ilmu pengetahuan alam, ilmu

pengetahuan sosial, dan sebagainya.

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Daryanto. (2010). Media Pembelajaran. Bandung: Gava Media

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SDLB-B (Tunarungu). Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.

Francisca, L. (2008). Penggunaan Media Cd Cermatika Akal Interaktif Dalam

Meningkatkan Kemampuan Berhitung Penjumlahan Pada Anak

Tunagrahita Ringan. Skripsi UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Lutfhi. (2005). Pengaruh Penggunaan Vcd Interaktif Pada Mata Pelajaran Sains. Skripsi UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Purwanto, D. (2010). Penggunaan Media Cd Interaktif Berbasis Animasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi. Skripsi UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Ruseffendi, H.E.T. (2005). Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan Cbsa. Bandung: Tarsito.

Sadja’ah, E. (2003). Pendidikan Bahasa Bagi Anak Gangguan Pendengaran Dalam Keluarga. Bandung: San Grafika.

Somad P. & Hernawati T. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Somantri, S. (2005). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Bandung : Alfabeta.

(31)

Susilowati, I. (2009). Penggunaan Math Trick Pada Operasi Perkalian Untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Tunarungu. Skripsi. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Susilana, R Dan Riyana, C. (2008). Media Pembelajaran. Bandung: KURTEKPEN FIP UPI.

Gambar

Tabel 4.1 Rekapitulasi Skor Pretest Dan Postest Aspek Pengetahuan .............  40
Grafik 4.3 Rekapitulasi Skor Pretest Dan Postest Aspek Penerapan .................  44

Referensi

Dokumen terkait

PENERAPAN MOD EL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGK ATKAN KEMAMPUAN KOMUNIIKASI MATEMATIS SISWA TENTANG SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG SED ERHANA.. Universitas

Penerapan Model Mind Map Dalam Meningakatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi dan Komunikasi.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

[r]

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI POKOK SIFAT-SIFAT CAHAYA.. Universitas

Hubungan antara kepuasan kerja dan resiliensi dengan organizational citizenship behavior (OCB) pada karyawan kantor pusat pt.. Jurnal psikologi

Salah satu contoh lokasi yang perlu dikembangkan Bandar udara Adisutjipto di Yogyakarta, karena pada daerah tersebut merupakan salah satu kota pariwisata yang dikunjungi oleh

Teori ini lebih menekankan pada aspek kepribadian seperti intelektualisasi, emosi, keadaan fisik (usia, tinggi dan berat badan) dan sifat-sifat pribadi lainnya. Teori ini memusatkan

Pengaruh Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisaional Terhadap Keinginan Untuk Keluar (Intensi Keluar) dari Suatu Organisasi pada Perawat Di RSI Hidayatullah