• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN MULTIMEDIA PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN MULTIMEDIA PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMP."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

Halaman

E. Definisi Operasional ………. 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ……… 11

B. Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Literasi Sains dan Teknologi …….. 12

C. Literasi Sains……… 19

D. Asesmen Literasi sains……….. 21

E. Komputer sebagai Media Pembelajaran ……….. 29

F. Uraian Materi Pembelajaran ………... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian …..….. ……… 47

B. Desain Penelitian…...….……… 47

C. Alur Penelitian ….…….……… 48

(2)

G. Pengembangan Multimedia Pembelajaran IPA Terpadu ………. 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian …..….. ……… 74

B. Analisis Data …..…...….……… 85

C. Temuan dan Pembahasan.……… 90

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan ………. …..….. ……… 105

Rekomendasi…..…...….……… 106

(3)
(4)

# 1 5 0( 0! ! ! !

# 2 1 5 -% ! !

# 3 1 5 1 !

# 4 1 5 -% ! ! %

# 1 5 0( 0! ! ! !

! %

# + ! % ! *

6 "

# + ! %

! 6 "

# + !

3 32 33 34

34

4&

(5)
(6)

Halaman LAMPIRAN A

1. Surat Keputusan Pembimbing dari SPS UPI………..…… 2. Hasil Uji Coba Instrumen ..………

112 114

LAMPIRAN B

1. Peta Konsekuensi ……… 118

2. Peta Konsep Pencemaran Lingkungan ……… 119

3. Peta Konsep Material Kimia ………... 120

4. Deskripsi Pembelajaran ……… 121

5. Rancangan Penelitian……… 139

6. Matrik Soal ……… 143

7. Lembar Jawaban ……… 160

8. Angket Sikap terhadap Pembelajaran ……… 9. Angket Penilaian Multimedia ……… 10.Pedoman Wawancara ………

2. Data Angket Sikap terhadap Sains……… 184

3. Data Angket Sikap terhadap pembelajaran……… 185

4. Uji Normalitas, Homogenitas dan Signifikansi ……… 186

5. Storyboard Multimedia Pembelajaran IPA Terpadu pada Tema Pencemaran Lingkungan ……… 198

LAMPIRAN D

1. Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah ………

2. Dokumentasi Kegiatan ………

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada pasal 19 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan merumuskan bahwa ”proses pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi

peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik serta

psikologis peserta didik”. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diperlukan dalam kehidupan

sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah

yang dapat diidentifikasikan. Di tingkat SMP/MTs diharapkan ada penekanan

pembelajaran Salingtemas (Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat) secara

terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu

karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana

(Depdiknas, 2006).

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific

inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta

mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu

pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara

langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah

(8)

Pada umumnya pembelajaran sains di Indonesia masih menekankan pada tingkat

hafalan dari sekian banyak materi atau pokok bahasan tanpa diikuti dengan pemahaman

yang bisa diterapkan siswa ketika berhadapan dengan situasi nyata dalam kehidupannya.

Pembelajaran sains masih didominasi oleh penggunaan metode ceramah dan kegiatannya

lebih berpusat pada guru (Depdiknas, 2006). Aktivitas siswa dapat dikatakan hanya

mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting (Mahyuddin,

2007). Siswa hanya mempelajari sains sebagai produk. Sains sebagai proses, sikap, dan

aplikasi belum sepenuhnya tersentuh dalam pembelajaran. Hal ini senada dengan riset

yang dilakukan oleh Holbrook (2005) yang menunjukkan bahwa pembelajaran sains

tidak relevan dan tidak disukai siswa.

Masih lemahnya kemampuan siswa dalam bidang sains khususnya literasi sains

terbukti dari hasil penelitian tentang asesmen hasil belajar sains pada level internasional

seperti yang diselenggarakan oleh Organization for Economic Co-operation and

Development (OECD) melalui Programme for International Student Assesment

(PISA). Studi ini melibatkan siswa usia 15 tahun. Indonesia ikut berpartisipasi sejak

studi ini dilakukan di tahun 2000. Pada tahun 2000 studi diikuti oleh 41 negara,

Indonesia berada pada urutan ke-38 pada kemampuan sains (OECD, 2003: 110). Kedua,

tahun 2003 diikuti oleh 40 negara, Indonesia berada pada urutan ke-38 pada kemampuan

sains (OECD, 2004: 294). Ketiga tahun 2006 diikuti oleh 57 negara, Indonesia berada

pada urutan ke-50 pada kemampuan sains (PISA, 2006).

Lebih jauh Holbrook (2005) menyatakan siswa perlu mengetahui relevansi dari

sebuah pengajaran, seperti pada kehidupan sehari-hari atau relevansinya pada kehidupan

(9)

untuk mencapai cita-citanya dalam pendidikan melalui sains. Hal ini penting bagi siswa

untuk dapat lebih menghargai sains dalam pendidikan mereka. Tujuan pembelajaran

sains dewasa ini harus menekankan pada kemampuan warga negara agar sadar sains

(scientific literacy) serta sadar sains dan teknologi (scientific and technological literacy).

Sadar sains (literasi sains) didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan

sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti,

dalam rangka memahami serta memuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan

yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia (PISA-OECD, 2003). Definisi

literasi sains ini memandang literasi sains bersifat multidimensional, bukan hanya

pemahaman terhadap pengetahuan sains, akan tetapi kemampuan menerapkan sains

dalam konteks kehidupan nyata (Firman, 2006 dan Wulan, 2008).

Berdasarkan analisis data hasil tes PISA Nasional 2006 (Firman, 2007), dapat

dikemukakan beberapa temuan diantaranya bahwa “capaian literasi peserta didik rendah,

dengan rata-rata sekitar 32% untuk keseluruhan aspek, yang terdiri atas 29% untuk

konten, 34% untuk proses, dan 32% untuk konteks”. Dari hasil temuan tersebut, pada

aspek konteks aplikasi sains terbukti banyak peserta didik di Indonesia tidak mampu

menghubungkan pengetahuan sains yang dipelajarinya dengan fenomena-fenomena

alam, karena mereka tidak memperoleh pengalaman untuk menghubungkannya (Firman,

2007).

Implikasi dari kenyataan tersebut, guru sebagai ujung tombak pelaksanaan

pendidikan di sekolah diharapkan dapat mengembangkan pembelajaran aktif, inspiratif,

kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM). Model pembelajaran IPA terpadu

(10)

diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), sampai dengan Sekolah Menengah Atas/Madrasah

Aliyah (SMA/MA). Model pembelajaran ini pada hakekatnya merupakan suatu

pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun

kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik

dan otentik (Depdikbud, 1996). Melalui pembelajaran IPA terpadu, peserta didik dapat

memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk mencari,

menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Dengan demikian peserta

didik terlatih untuk menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara

menyeluruh (holistik), bermakna, otentik dan aktif.

Pembelajaran IPA terpadu yang didalamnya menggabungkan bidang kajian dapat

memperlihatkan hubungan bermakna antar konsep yang dipelajari, meningkatkan taraf

berpikir karena dihadapkan pada situasi pembelajaran yang lebih luas, menyajikan

penerapan/aplikasi tentang dunia nyata yang dialami dalam kehidupan sehari-hari

sehingga memudahkan pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi sains sebagai

konsep, proses dan sikap yang merupakan bagian dari sains. Oleh karena itu guru perlu

merancang pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar yang menunjukkan

kaitan antar konsep-konsep yang mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa.

Penggunaan multimedia dalam pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman

konsep (Rizaldi, 2009), meningkatkan kemampuan generik sains, keterampilan berpikir

kritis (Agustin, 2009), peningkatan pemahaman pada level mikroskopis (Sholehudin,

2009), meningkatkan keterampilan proses sains (Supriyatman, 2008). Hal ini terjadi

(11)

disimulasikan, tampilannya dapat dibuat menarik, dan dengan navigasi yang baik dapat

dipelajari secara individual dengan urutan materi sesuai dengan kehendak siswa (Jacob,

1992 dalam Munir, 2001). Multimedia memiliki beberapa keunggulan dibandingkan

dengan media-media lainnya, yaitu kemampuan interaktivitas. Interaksi ini bervariasi

dari yang paling sederhana misalnya pengguna harus menekan tombol atau melakukan

klik dengan mouse sampai interaksi yang kompleks misalnya aktivitas pengguna dalam

simulasi yang harus mengubah-ubah suatu variabel tertentu. Arsyad (2007)

mengungkapkan bahwa multimedia bertujuan untuk menyajikan informasi dalam bentuk

yang menyenangkan, menarik, mudah dimengerti, dan jelas. Pemanfaatan media

pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sifat pasif peserta didik, dengan

kata lain media yang sesuai dengan kebutuhan akan dapat mengoptimalkan perolehan

hasil belajar peserta didik (Sholehudin, 2009).

Permasalahannya yang seringkali muncul berkaitan dengan bagaimana ide-ide

pembelajaran inovatif dikembangkan adalah bagaimana mengkombinasikan model

pembelajaran dengan penggunaan multimedia, software animasi komputer yang

menyajikan simulasi dan visualisasi yang berhubungan dengan level submikroskopis

untuk meningkatkan literasi sains. Berdasarkan hal tersebut, usaha untuk meneliti dan

mengembangkan multimedia pada pembelajaran IPA Terpadu untuk meningkatkan

literasi sains siswa SMP merupakan hal yang penting dan menarik untuk dilakukan.

Salah satu tema yang dijadikan konteks aplikasi sains dalam PISA adalah tema

lingkungan. Tema lingkungan secara global berhubungan dengan pelestarian biosfer dan

perubahan iklim, secara sosial berhubungan dengan dampak perubahan iklim terhadap

(12)

dengan etika lingkungan dan prilaku ramah lingkungan (PISA,2006). Perubahan iklim

adalah perubahan yang disebabkan oleh aktivitas manusia baik secara langsung maupun

tidak langsung yang mengubah komposisi atmosfer secara global dan mengakibatkan

perubahan variasi iklim yang dapat diamati dan dibandingkan dalam kurun waktu

tertentu.

Pendidikan lingkungan hidup (PLH) merupakan upaya mengubah prilaku dan

sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak yang bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai lingkungan dan

isu-isu permasalahan lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakan masyarakat

untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian dan keselamatan lingkungan di masa yang

akan datang. Pendidikan lingkungan hidup mempelajari permasalahan lingkungan

khususnya masalah dan pengelolaan pencemaran lingkungan serta sumber daya dan

konservasinya (Santosa et al, 2010).

Pada kurikulum SMP terdapat kompetensi dasar yang berhubungan dengan tema

lingkungan yaitu pada kompetensi dasar (7.4) Mengaplikasikan peran manusia dalam

pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan dan

kompetensi dasar (3.1) Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Kedua kompetensi dasar itu terdapat dalam

Standar Kompetensi Lulusan SMP Kelas VII. Untuk memahami peranan manusia dalam

pengelolaan lingkungan, mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan diperlukan

pemahaman yang memadai tentang sifat-sifat material kimia baik sifat fisika maupun

(13)

sehingga diharapkan siswa lebih arif dalam memilih dan mengelola limbah material

kimia supaya tidak membebani lingkungan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang

akan dikaji adalah “bagaimanakah mengembangkan pembelajaran IPA terpadu

menggunakan multimedia dan bagaimanakah efektivitasnya dalam meningkatkan literasi

sains siswa SMP?

Rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimanakah efektivitas pembelajaran IPA terpadu menggunakan multimedia dalam

meningkatkan literasi sains siswa SMP pada aspek konten, proses, konteks aplikasi

dan respon sikap terhadap isu-isu sains pada tema pencemaran lingkungan?

b. Bagaimana tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran IPA terpadu

menggunakan multimedia?

c. Bagaimanakah karakteristik pembelajaran IPA terpadu dengan menggunakan

multimedia pada tema pencemaran lingkungan?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Memperoleh bukti empiris tentang tingkat efektivitas pembelajaran IPA terpadu

(14)

2. Mendapatkan informasi berkaitan dengan pendapat siswa dan guru tentang

pembelajaran IPA terpadu menggunakan multimedia pada tema pencemaran

lingkungan.

3. Mendapatkan informasi berkaitan dengan karakteristik pembelajaran IPA terpadu

menggunakan multimedia pada tema pencemaran lingkungan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penenelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru dan

sekolah, diantaranya:

1. Bagi Guru

Memberikan wawasan dan pengalaman tentang penggunaan pembelajaran IPA

terpadu menggunakan multimedia sebagai salah satu strategi pembelajaran IPA.

2. Bagi sekolah

Memberikan masukan tentang pengembangan pembelajaran IPA terpadu yang dapat

dipraktikkan secara operasional di sekolah.

3. Bagi peneliti lain

Memberikan masukan yang berharga untuk peneliti lain untuk meneliti lebih jauh

dan lebih mendalam mengenai pengembangan pembelajaran IPA terpadu

menggunakan multimedia pada tema yang lain.

E. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan

(15)

1. Multimedia adalah gabungan beberapa alat-alat teknik misalnya komputer, memori

elektronik, jaringan informasi dan alat-alat display yang dapat menyajikan informasi

melalui berbagai format (seperti teks, gambar nyata, grafik) dan melalui multisaluran

sensorik. Konsep multimedia meliputi tiga level (Mayer, 2001). Pertama level teknik

yang berkaitan dengan alat-alat teknik sebagai alat mengangkut tanda-tanda (signs),

kedua level semiotik yang berhubungan dengan bentuk representasi (teks, gambar atau

grafik) yang dapat dianggap sebagai jenis tanda (types of signs), dan ketiga level

sensorik yang berkaitan dengan saluran sensorik yang berfungsi untuk menerima

tanda. Munir (2001) mendefinisikan multimedia sebagai gabungan antara berbagai

media seperti teks, numerik, grafik, gambar, animasi, video, fotografi, suara, dan data

yang dikendalikan dengan program komputer (dalam satu software digital) yang

mempunyai kemampuan interaktif dan merupakan salah satu alternatif yang baik

sebagai alat bantu dalam pembelajaran.

2. Pembelajaran IPA terpadu (sains) merupakan pembelajaran yang menggabungkan

ketiga disiplin IPA (fisika, kimia dan biologi) dengan cara memilih/menetapkan suatu

tema/topik pemersatu sehingga peserta didik mampu melihat hubungan bermakna

antar ketiga konsep bidang kajian IPA (Depdikbud, 1999).

3. Literasi sains merupakan kemampuan menggunakan pengetahuan sains,

mengidentifikasi permasalahan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti,

dalam rangka mengerti serta membuat keputusan tentang alam perubahan yang terjadi

pada alam sebagai akibat aktivitas manusia (PISA-OECD, 2006).

4. Konten sains adalah salah satu aspek dari literasi sains yang merujuk kepada konsep

(16)

perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia dalam konteks

perorangan, sosial dan global (PISA-OECD, 2006).

5. Proses sains adalah salah satu asepek dari literasi sains yang mengandung pengertian

proses mental yang terlibat ketika menjawab suatu pertanyaan atau memecahkan

masalah, seperti mengidentifikasi dan menginterpretasi bukti serta menerangkan suatu

kesimpulan (PISA-OECD, 2006).

6. Konteks aplikasi sains merupakan salah satu aspek dari literasi sains yang

menggambarkan relevansi antara sains dengan kehidupan sehari-hari. Sains digunakan

untuk pengambilan keputusan/ kebijakan yang berhubungan dengan kesehatan,

penggunaan sumber energi, kualitas lingkungan hidup, resiko dan kemajuan sains dan

teknologi (PISA-OECD, 2006).

7. Sikap merupakan salah satu aspek dari literasi sains yang menggambarkan tanggapan

seseorang terhadap isu-isu sains, yang meliputi ketertarikan terhadap sains, dukungan

terhadap inkuiri ilmiah, dan tanggung jawab terhadap sumber daya dan lingkungan

(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitan ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan pendidikan

(educational research and development) meliputi tahapan define, design, and develop

(Thiagarajan, et.al., 1974). Tahapan define dilakukan untuk menyusun, rancangan awal

dan dilakukan melalui kajian pustaka (pembelajaran dan peniliain literasi sains dan IPA

terpadu) dan analisis standar isi mata pelajaran IPA. Hasil tahapan define dijadikan

pijakan untuk melakukan tahapan design yakni merancang model pembelajaran. Tahapan

develop dilakukan dengan memvalidasi dan mengembangkan produk untuk

menghasilkan produk yang teruji, dalam bentuk uji coba model.

B. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam tahap develop penelitian ini adalah weak

experimental (Frankel, et.al., 2001). Jenis metode eksperimental ini dikatakan lemah

(weak) karena tidak memiliki kontrol terhadap validitas internal. Penelitian ini difokuskan

pada pengembangan model pembelajaran IPA terpadu menggunakan multimedia untuk

dapat meningkatkan literasi sains siswa. Untuk mengetahui perubahan hasil belajar berupa

penguasaan pada aspek konten, proses, konteks aplikasi sains dan sikap terhadap sains

siswa pada tema pencemran lingkungan digunakan desain “one group pretest-posttest

design”, yaitu penelitian yang dilaksanakan pada satu kelas siswa, diawali dengan

memberikan pretes untuk mengidentifikasi penguasaan awal siswa. Kemudian

dilaksanakan model pembelajaran. Setelah pembelajaran selesai, dilakukan postes untuk

(18)

pengaruh penerapan pembelajaran pada subjek penelitian, dilakukan uji statistik untuk

mengetahui signifikansi perbedaan antara skor rata-rata pretes dan postes. Menurut

Arikunto (2006) desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :

O1 X O2 Keterangan :

O1 = Pretes

O2 = Postes

X = Pembelajaran IPA Terpadu dengan Multimedia

C. Alur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini secara garis besar dapat

dibagi menjadi tiga tahap, yaitu

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan dilakukan persiapan berikut :

a. Melakukan analisis materi pada standar kompetensi dan kompetensi dasar

pada standar isi mata pelajaran IPA SMP/MTs kelas VII yang berhubungan

dengan tema pencemaran lingkungan.

b. Melakukan studi kepustakaan mengenai pembelajaran IPA terpadu,

pembelajaran menggunakan multimedia untuk meningkatkan literasi sains

siswa.

c. Penyusunan model pembelajaran dan storyboard multimedia.

d. Membuat perangkat pembelajaran, berupa multimedia tema pencemaran

(19)

e. Menyusun instrumen penelitian seperti tes tertulis, lembar kerja siswa (LKS),

pedoman wawancara dan angket.

f. Melakukan validasi instrumen penelitian, penilaian kelayakan multimedia

dilakukan oleh dosen pakar media dan dosen pakar materi, sedangkan

instumen pretes-postes judgement dilakukan oleh dosen pakar literasi sains

dan dosen pakar IPA.

g. Melakukan revisi instrumen penelitian, berdasarkan saran dan masukan

dosen pakar.

h. Menguji instrumen penelitian.

i. Menentukan sekolah lokasi penelitian.

j. Mempersiapkan surat perijinan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan penerapan model pembelajaran

oleh guru mata pelajaran IPA SMP dibantu oleh peneliti dan seorang rekan

sejawat yang bertindak sebagai observer untuk mengamati kegiatan guru dan

siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan model pembelajaran

dilakukan pada tanggal 2 – 3 Juni 2010 setelah sebelumnya dilakukan pretes pada

tanggal 26 Mei 2010. Pelaksanaan postes, dan wawancara dilakukan pada tanggal

3 Juni 2010. Jadwal pelaksanaan penerapan model pembelajaran dapat dilihat

(20)

Tabel 3.1

Pelaksanaan Penerapan Model Pembelajaran Pertemuan

ke Hari/Tanggal Waktu Kegiatan

1 Rabu, 26 Mei material kimia dalam kehidupan sehari-hari 2 Rabu, 2 Juni

2010

2 x 40 menit Pembelajaran pencemaran lingkungan dengan

dianalisis dan diolah secara statistik untuk data kuantitatif dan secara deskriptif

untuk data kualitatif. Hasil pengolahan data digunakan untuk proses penarikan

kesimpulan.

Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian maka digunakan alur penelitian

(21)

3.

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Multimedia Pembelajaran, dan Instrumen Penelitiaan

Penentuan Validasi Isi RPP, Multimedia Pembelajaran, dan Instrumen Penelitian

Uji coba pembelajaran, Multimedia pembelajaran dan instrumen penelitian

Perbaikan

Pretes

Pembelajaran IPA terpadu dengan multimedia

(22)

Langkah pertama yang dilakukan adalah analisis terhadap standar isi pada

kompetensi dasar nomor 7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan

lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Kompetensi dasar ini

terdapat dalam standar kompetensi nomor 7. Memahami saling ketergantungan dalam

ekosistem. Standar kompetensi dan kompetensi dalam bidang kajian biologi di atas

berhubungan erat dengan standar kompetensi nomor 4. Memahami berbagai sifat dalam

perubahan fisika dan kimia, khususnya kompetensi dasar 4.1 Membandingkan sifat fisika

dan sifat kimia zat, serta kompetensi dasar nomor 4.3 Menyimpulkan perubahan fisika dan

kimia berdasarkan percobaan sederhana. Selanjutnya melakukan kajian pustaka terhadap

literasi sains dan penilaiannya untuk menentukan tema dan konteks aplikasi sains yang

akan dikemas dalam pembelajaran menggunakan multimedia.

Sementara dilakukan pengembangan multimedia, dilakukan juga penyusunan soal

pretes dan postes untuk aspek konten, proses dan konteks aplikasi sains, serta skala Likert

untuk mengukur sikap terhadap sains siswa pada konteks aplikasi yang diberikan. Skala

Likert juga disusun untuk mendapatkan tanggapan siswa terhadap model pembelajaran

yang dikembangkan serta menyususn pedoman wawancara untuk guru dan siswa.

Pembuktian validitas isi dan validitas konstruk instrumen dilakukan dengan pertimbangan

oleh 2 dosen ahli. Setelah instrumen diperbaiki sesuai saran dan masukan dosen ahli,

kemudian dilakukan uji coba soal pada siswa. Pengujian soal kepada siswa bertujuan

untuk melihat keterbacaan, kelayakan dan reliabilitas soal. Sedangkan untuk angket hanya

dilakukan untuk menguji keterbacaan dan validasi isi. Terhadap multimedia yang

dikembangkan juga dilakukan validasi dengan meminta pertimbangan 2 dosen ahli dan uji

coba penggunaan media. Berdasarkan saran dan masukan dosen ahli dan hasil ujicoba

(23)

Setelah semua instrumen selesai dilakukan validasi dan dapat digunakan,

kemudian dilakukan pretes terhadap siswa. Setelah pemberian pretes tersebut siswa dibagi

menjadi 5 kelompok dan diberi tugas kelompok untuk mengidentifikasi material kimia

yang selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari. (LKS terlampir pada lampiran B).

Pembelajaran dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaran.

Pertemuan pertama dilakukan di ruang laboratorium komputer dan masing-masing siswa

menggunakan komputer. Pertemuan kedua dilakukan di ruang kelas untuk melakukan

diskusi tentang ”bagaimana kita dapat selektif memilih material kimia sehari-hari agar

tidak membebani lingkungan?”. Setelah dilakukan implementasi model pembelajaran

IPA terpadu kemudian dilakukan postes untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa,

dilanjutkan dengan pengisian angket untuk seluruh siswa dan wawancara terhadap

perwakilan siswa yang berasal dari kelompok tinggi, sedang dan rendah. Setelah semua

data terkumpul, dilakukan pengolahan dan analisis data. Berdasarkan hasil analisis data

dan pembahasan dilakukan proses penarikan kesimpulan.

D. Subjek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas VII pada salah satu SMP Negeri di

Kabupatan Bandung Barat sebanyak 26 siswa. Subjek dipilih dengan cara purposive

sampling, yaitu peneliti memilih sampel berdasarkan kebutuhan dan sampel dianggap

representatif. Siswa dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu tinggi, sedang, dan rendah

berdasarkan nilai rata-rata ulangan harian mata pelajaran IPA. Pembagian kelompok

siswa dilakukan dengan cara mengurutkan nilai siswa dari nilai tertinggi sampai terendah.

Kelompok tinggi ditentukan dengan cara mengambil 27% siswa dari urutan atas dan

(24)

Berdasarkan hal tersebut, maka diperoleh siswa kelompok tinggi sebanyak 7 siswa,

sedang 12 siswa dan rendah 7 siswa.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian. Dalam

pengembangan instrumen penelitian ini, dilakukan dua hal yaitu penyusunan instrumen

dan pengujian validitas instrumen. Pada penelitian ini terdapat instrumen yang disusun

meliputi soal tes tertulis dan angket sikap terhadap konteks sains untuk digunakan pada

pretes dan postes, pedoman wawancara dan angket sikap siswa terhadap pembelajaran.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan dalam

tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3.2 Instrumen yang digunakan dalam penelitian

No Sumber

Data Jenis Data

Teknik

Pengumpulan Data Instrumen 1 Siswa Hasil belajar siswa pada aspek

konten, proses dan konteks aplikasi sebelum dan sesudah pembelajaran IPA terpadu dengan multimedia

Pretes dan Postes Butir soal pilihan ganda

2 Siswa Hasil belajar siswa pada aspek sikap terhadap sains sebelum dan sesudah pempelajaran IPA terpadu dengan multimedia

Pretes dan Postes Angket pernyataan sikap terhadap sains

3 Siswa Tanggapan terhadap

pembelajaran IPA terpadu dengan

(25)

a. Tes Tertulis.

Tes tertulis yaitu kumpulan butir soal yang digunakan untuk mengukur aspek

konten, proses, dan konteks aplikasi sains siswa sebelum dan sesudah

pembelajaran. Butir soal yang disusun sebanyak 20 soal pilhan ganda (PG). Tes

yang dirancang peneliti berdasarkan pada kurikulum tingkat satuan pelajaran

(KTSP) SMP tahun 2006.

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Literasi Sains

No Aspek Literasi Sains Nomor Soal

I. Konten

1 Mengidentifikasi Pertanyaan ilmiah

Angket ini digunakan untuk memperoleh data mengenai tanggapan siswa

terhadap tema konteks aplikasi sains. Angket ini disatukan dengan soal pretes dan

postes berisi pernyataan-pernyataan yang berhubungan indikator sikap dalam

literasi sains. Angket disusun dalam bentuk skala Likert, yaitu menyajikan suatu

(26)

ceklis (√ ) pada SS jika sangat setuju, S jika setuju, TS jika tidak setuju, dan STS

jika sangat tidak setuju. Masing-masing jawaban dikaitkan dengan nilai, SS = 4, S

= 3, TS = 2, dan STS = 1 untuk pernyataan positif dan sebaliknya SS = 1, S = 2,

TS = 3 dan STS = 4 untuk pernyataan negatif (Ruseffendi, 1998).

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket Respon Sikap

No Indikator Sikap Pernyataan

1 Mendukung inquiry sains 1, 5, 6, 9,15, 16 2 Ketertarikan terhadap sains 2, 8, 17,19 3 Tanggung jawab terhadap

sumber daya dan lingkungan

3, 4, 7, 10, 11, 12, 13, 14, 18, 20

c. Angket Sikap terhadap Pembelajaran

Angket ini adalah instrumen penelitian untuk menyurvei pilihan, opini,

ekspektasi responden dalam jumlah besar (Firman, 2006). Angket dalam penelitian

ini adalah angket tertutup, dimana jawaban dari setiap pernyataan sudah disiapkan

sehingga responden tinggal memilih.

Pernyataan dalam angket berjumlah 24 butir yang terdiri dari 16 pernyataan

positif dan 8 pernyataan negatif. Pernyataan-pernyataan tersebut memuat sikap

siswa terhadap pelajaran IPA terpadu dengan multimedia, konten bahan ajar, dan

kesadaran lingkungan. Kisi-kisi angket yang digunakan dirangkum dalam Tabel

3.7 berikut.

Tabel 3.5 Indikator Angket Siswa

No Indikator No. Pernyataan

1 Sikap siswa terhadap materi pencemaran lingkungan

1,2,3,5,6,7,14,17,18,19,22

2 Sikap siswa terhadap pembelajaran IPA terpadu dengan multimedia

4,8,9,10,11,20,21,23,24

3 Sikap siswa yang menunjukkan kesadaran lingkungan

(27)

d. Pedoman Wawancara

Arikunto (2002) mengemukakan behwa “Interviu yang sering juga disebut

dengan wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara”. Salah satu tujuan

wawancara menurut Sugiyono (2006) adalah “Untuk mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam”. Hal tersebut didukung oleh Sudjana dan

Ibrahim (2004) yang menyatakan bahwa “Wawancara digunakan untuk mendapat

informasi yang berkenaan dengan pendapat, aspirasi, harapan, persepsi,

keinginan, keyakinan dan lain-lain dari responden/individu”.

Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini adalah wawancara secara

tidak terstruktur, yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang

telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya

(Sugiyono, 2004). Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis

besar permasalahan yang akan ditanyakan. Adapun tujuan dilakukan wawancara

pada penelitian ini adalah untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru terhadap

pembelajaran yang telah dilakukan dan informasi lain yang mendukung analisis

data.

2. Validasi Instrumen Penelitian

Analisis terhadap instrumen penelitian yang berupa tes dilakukan terdiri dari

uji validitas, uji reliabilitas, analisis tingkat kesukaran soal dan analisis daya pembeda.

Analisis validitas dan reliabilitas dilakukan untuk mengkaji tingkat kesulitan dan

keajegan pertanyaan tes, menganalisis tingkat kesukaran artinya mengkaji soal-soal tes

dari segi kesulitannya, sehingga diperoleh soal-soal yang termasuk kategori mudah,

(28)

tes dari segi kesanggupan tes tersebut dalam membedakan siswa yang termasuk

kategori rendah dengan siswa kategori tinggi prestasinya (Sudjana, 2006). Pengujian

instrumen berdasarkan hasil uji coba soal terhadap siswa kelas VIII yang berjumlah 32

orang dengan instrumen berbentuk pilihan ganda.

a. Uji Validitas

Validasi instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

validasi isi. Pengujian validasi isi tersebut menggunakan judgement dengan

pertimbangan ahli. Pengujian validasi instrumen penelitian dengan validasi isi

tersebut bertujuan agar terdapat kesuaian antara materi pelajaran yang telah

diajarkan dengan isi instrumen yang telah dibuat.

Validasi tes didasarkan pada validasi internal. Validasi internal dicapai

apabila terdapat kesuaian antara bagian-bagian butir soal dengan instrumen secara

keseluruhan. Validasi internal dilakukan dengan memperoleh pertimbangan dan

penilaian (judgement) dari dosen pembimbing dan dosen ahli lainnya serta secara

empiris dilakukan dengan cara mengkorelasikan setiap butir soal dengan skor

totalnya. Untuk menguji validasi ini digunakan teknik korelasi product moment

angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson, yaitu korelasi antara skor butir item

dengan skor total, dengan rumus sebagai berikut:

=

(Arikunto: 2009)

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y yang dikorelasikan

X = skor butir soal yang diuji validitasnya

Y = skor total

(29)

Selanjutnya diuji dengan menggunakan rumus uji-t dengan rumus,

=

(Arikunto: 2009)

Keterangan:

N= jumlah subjek

rxy= koefesien korelasi

Perhitungan analisis butir soal dilakukan dengan menggunakan bantuan

software MS-Excell 2007. Suatu tes dikatakan mempunyai koefisien korelasi jika

terdapat korelasi antara -1,00 sampai +1,00. Koefisien negatif menunjukkan

hubungan kebalikan, sedangkan koefisien positif menunjukan kesejajaran. Kriteria

koefisien korelasi menurut Arikunto (2009) adalah:

Tabel 3.6. Tafsiran Harga Koefisien Korelasi

Harga Koefisien Korelasi Interpretasi

0,80-1,00 Sangat tinggi

0,60-0,79 Tinggi

0,40-0,59 Cukup

0,20-0,39 Rendah

0,00-0,19 Sangat rendah

Harga koefisien korelasi yang diperoleh, kemudian dikonsultasikan pada

tabel harga kritis r product moment dengan tingkat kepercayaan tertentu sehingga

dapat diketahui signifikansi korelasi tersebut. Jika harga r hasil perhitungan lebih

besar dari harga kritis dalam tabel, maka korelasi tersebut signifikan.

Dengan jumlah responden 32 siswa, maka harga kritis dari r product

moment pada tingkat kepercayaan 95% adalah 2,042 sehingga bila t hitung = 6,61

lebih besar dari t tabel(0.05)(30) = 2,042, maka butir soal dinyatakan valid. Hasil

(30)

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pegumpul data karena instrumen itu

sudah baik (Arikunto, 2009). Suatu instrumen mempunyai reliablitas tinggi jika

dilakukan pengukuran secara berulang-ulang dengan alat ukur itu terhadap subjek

yang sama dalam kondisi yang sama akan menghasilkan informasi yang sama atau

mendekati sama (Firman, 1991).

Pengujian reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan internal

consistency yang dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja,

kemudian data yang diperoleh tersebut dianalisis dengan menggunakan rumus

KR-20 (Kuder Richardson). Reliabilitas dihitung dengan rumus KR-KR-20 sebagai berikut:

= ∑ (Arikunto: 2009)

Keterangan:

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1- p) ∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = banyaknya item

S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

Kemudian data yang diperoleh tersebut diinterpretasikan pada suatu

(31)

Tabel 3.7. Klasifikasi Analisis Reliabilitas Tes (Arikunto 2009)

Nilai Interpretasi

0,000-0.199 Sanagat rendah

0.200-0.399 Rendah

0.400-0.599 Cukup

0.600-0.799 Tinggi

0.800-1.000 Sangat tinggi

Hasil perhitungan reliabilitas butir soal selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran A. Berdasarkan pengolahan tersebut diperoleh reliabilitas tes pilihan

ganda sebesar 0,79 dan tergolong klasifikasi tinggi.

c. Analisis Tingkat Kesukaran

Taraf kemudahan suatu pokok uji adalah proporsi (bagian) dari

keseluruhan siswa yang menjawab benar pada pokok uji tersebut (Firman,1991).

Taraf kemudahan tiap butir soal PG ditentukan dengan menggunakan persamaan:

=

(Arikunto, 2009)

Dengan:

P = indeks kemudahan

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

Js = jumlah seluruh siswa peserta tes

Dari hasil perhitungan tarap kesukaran kemudahan diklasifikasikan

sebagai berikut.

Tabel 3.8. Tafsiran Harga Indeks Taraf Kemudahan

Indeks kesukaran Tafsiran

0,00-0,30 Sukar

0,31-0,70 Sedang

(32)

Hasil perhitungan taraf kemudahan butir soal selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran A. Berdasarkan pengolahan tersebut diperoleh tingkat kesukaran tes

PG berkisar antara 0,250 sampai 0,781 dengan distribusi 10 item soal (50%)

termasuk klasifikasi sedang dan 8 item soal (40%) klasifikasi sukar dan 2 item soal

(10%) klasifikasi mudah.

d. Analisis Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara

siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan

rendah (Purwanto,2004). Pembelahan ini didasarkan pada 27% skor teratas sebagai

kelompok atas dan 27% skor terbawah sebagai kelompok bawah.

Daya pembeda untuk soal PG ditentukan menggunakan rumus sebagai berikut: = !

! − #

#

(Arikunto,2009)

Keterangan:

D = daya pembeda

BA= banyaknya peserta kelompok atas yang mejawab soal dengan benar

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

Tabel 3.9. Tafsiran Daya Pembeda (Arikunto, 2009)

Indeks Kesukaran Tafsiran

0,00 D 0,20 Jelek

0,20 D 0,40 Cukup

0,40 D 0,70 Baik

D 0,70 Baik sekali

(33)

berkisar antara 0,44 sampai 0,89 dengan klasifikasi baik.

Secara keseluruhan hasil analisis uji coba pokok uji dirangkum dalam tabel

3.10 berikut:

Tabel 3.10 Rekapitulasi Hasil Analisis Pokok Uji No. Pokok

Pengolahan data dilakukan berdasarkan jenis data yang diperoleh melalui

instrumen yang digunakan. Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data

kuantitatif berupa hasil belajar dalam bentuk skor atau nilai yang merupakan data utama

yang digunakan dalam menguji hipotesis, sedangkan data kualitatif merupakan data

(34)

1. Analisis Data Kuantitatif

a. Pengolahan Data Pretes dan Postes

Analisis data kuantitatif yang dilakukan meliputi analisis data pretes dan

postes. Pengolahan data hasil pretes dan postes bertujuan untuk mengetahui hasil

belajar berupa penguasaan konten, proses, dan konten aplikasi sains yang dimiliki

siswa sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran IPA terpadu dengan

multimedia.

Analisis data yang diuji secara statistik dilikukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Menskor tiap lembar jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban.

b. Menghitung skor mentah dari setiap jawaban dari pretes dan postes.

c. Mengubah nilai dalam bentuk persentase dengan cara:

$%&'% )%*+' % =∑ -'+'.'/ *0'& 1'/2 .3/'∑ 0 '& *0'& × 100%

d. Menghitung nilai nilai rata-rata keseluruhan dan nilai rata-rata yang diperoleh

siswa,

$%&'% 7' ' − 7' ' =$%&'% 80 '& 9'+'.'/ :3/'9;<&'ℎ )%*+'

e. Menentukan peningkatan literasi sains siswa dengan cara menghitung

Normalilized Gain (%) pada keseluruhan literasi sains dan tiap aspek konten,

proses dan konteks aplikasi sains untuk keseluruhan siswa dan tiap kategori

siswa yaitu kelompok tinggi, sedang dan rendah dengan menggunakan rumus:

>'%/ 3 /0 <'&%*'*% % =/%&'% <'@*%<;< − /%&'% ? 3 3* × 100%/%&'% ?0* 3* − /%&'% ? 3 3*

(35)

Kriteria peningkatan gain ternormalisasi menurut Meltzer adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.11. Kriteria Peningkatan Gain

Gain Ternormalisasi Kriteria Peningkatan

G<0,5 Peningkatan rendah

0,5≤G≤0,7 Peningkatan sedang

G>0,7 Peningkatan tinggi

f. Menilai tingkat penguasaan semua aspek literasi sains siswa berdasarkan

kategori kemampuan berikut,

Tabel 3.12.Tafsiran Kategori Kemampuan (Arikunto,2009)

Nilai (%) Kategori Kemampuan

81 -100 Sangat Baik

61-80 Baik

41-60 Cukup

21-40 Kurang

0-20 Sangat Kurang

g. Melakukan analisis statistik skor pretes dan postes untuk menguji

signifikansi. Tahap-tahap analisis sebagai berikut:

1). Uji Normalitas data dilakukan dengan menggunakan Chi kuadrat (χ2)

dengan derajat kebebasan tertentu sebesar banyaknya kelas interval

dikurangi tiga (dk = k-3). Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan

95%. Rumus perhitungan nilai χ2 adalah :

χABCDEF = G HI HJ

HJ

Keterangan :

(36)

fh = frekuensi harap

Kriteria :

Berdistribusi normal jika χ2hitung < χ2tabel

(Arikunto, 2002)

Uji normalitas dengan menggunakan tes Chi kuadrat melalui program

SPSS 17.0 dengan penafsiran sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi pada kolom asymp. Sig (2-tailed) atau

probabilitas >0,05 maka data terdistribusi normal. Jika nilai

signifikansi pada kolom asymp. Sig (2-tailed) atau probabilitas <0,05

maka data tidak terdistribusi normal (Santoso, 2005).

2) Uji homogenitas dua varians, sampel-sampel yang berasal dari satu

populasi dan diperkirakan sama, belum tentu sama kenyataannya.

Apabila dua atau lebih sampel diperiksa dengan teknik tertentu dan

ternyata homogen, maka dapat dikatakan bahwa sampel-sampel

tersebut berasal dari populasi yang sama (Arikunto, 2002). Uji

homogenitas digunakan untuk mengetahui data sampel pada setiap

kelompok dapat dikatakan homogen atau tidak. Untuk menguji

homogenitas varians populasi digunakan uji F (Sudjana, 2001)

dengan mengambil derajat kebebasan pada taraf signifikansi 5%.

Adapun kriteria pengujian homogenitas dua varians adalah sebagai

berikut:

• Jika diperoleh harga Fhitung < Ftabel, maka kedua varian homogen

• Jika diperoleh harga Fhitung > Ftabel, maka kedua varian tidak

homogen

(37)

menguji perbedaan rata-rata dua sampel berpasangan dan Independent

sampel T Test untuk menguji perbedaan rata-rata dua sampel yang

tidak berhubungan melalui program SPSS 17.0 dengan penafsiran

sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi sig (2-tailed)>0,05 maka H0 diterima, maka

disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata

skor pretes dan postes yaitu berupa peningkatan penguasaan semua

aspek literasi sains siswa. Jika nilai signifikansi sig (2-tailed)<0,05

maka H0 ditolak, maka disimpulkan terdapat perbedaan yang

signifikan antara rata-rata skor pretes dan postes yaitu berupa

peningkatan penguasaan semua aspek literasi sains siswa.

h. Melakukan analisis statistik untuk menguji signifikansi perbedaan

penguasaan setiap aspek literasi sains berdasarkan kategori kelompok siswa

(tinggi, sedang dan rendah) dengan menggunakan program SPSS 17.0

melalui tahap-tahap berikut:

1) Uji normalisasi dengan menggunakan tes Chi Kuadrat melalui

program SPSS 17.0 dengan penafsiran sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi pada kolom asymp.sig (2-tailed) atau

probabilitas >0,05 maka data terbistribusi normal. Jika nilai

signifikansi pada kolom asymp.sig (2-tailed) atau probabilitas <0,05

maka data tidak terbistribusi normal.

2) Melakukan uji signifikansi dengan menggunakan One Way Anova

jika terdapat dua atau lebih kelompok data yang terdistribusi normal.

Adapun penafsiran datanya adalah sebagai berikut:

(38)

tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretes

dan postes yaitu berupa peningkatan penguasaan semua aspek literasi

sains siswa pada kelompok tinggi, sedang, dan rendah. Jika nilai sig

(2-tailed) <0,05 maka H0 ditolak, maka disimpulkan terdapat

perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretes dan postes

yaitu berupa peningkatan penguasaan aspek konten, proses dan

konteks aplikasi sains siswa pada kelompok tinggi, sedang, dan

rendah.

2. Analisis Data Sikap

Angket digunakan untuk menganalisis sikap (kepedulian) siswa terhadap tema pembelajaran (pencemaran lingkungan) dan tanggapan siswa terhadap

pembelajaran menggunakan model pembelajaran IPA Terpadu dengan multimedia.

Analisis data dilakukan dengan menghitung persentase masing-masing jawaban

siswa untuk setiap pernyataan dalam angket.

Angket tanggapan siswa dipersentasekan dengan menggunakan rumus:

Persentase = 10000

persentase yang diperoleh kemudian ditafsirkan dalam bentuk kalimat seperti

(39)

100% = seluruhnya

3. Analisis Data Kualitatif

Analisis data kualitatif yang dilakukan adalah analisis data hasil wawancara.

hasil wawancara yang diperoleh dari perwakilan tiap kelompok siswa yaitu kelompok

tinggi, sedang dan rendah. Hasil wawancara ini digunakan untuk memperoleh

informasi tentang tanggapan dan pendapat siswa mengenai pembelajaran IPA terpadu

dengan multimedia. Hasil wawancara ini digunakan sebagai data pendukung bagi data

kuantitatif penelitian.

G. Pengembangan Multimedia Pembelajaran IPA Terpadu

Pengembangan multimedia melalui pembelajaran IPA Terpadu dengan tema

pencemaran lingkungan pada praktiknya mengikuti langkah-langkah berikut :

1. Perancangan multimedia

Perancangan multimedia mengikuti langkah-langkah dalam model ADDIE

(Hackbarth, 1999 dalam Purwanto, 2005) yaitu:

Langkah Pertama: Analisis (Analyze), langkah ini terdiri dari beberapa

kegiatan dimulai dari analisis kurikulum, yakni mengkaji standar isi, standar

kompetensi dan kompetensi dasar sebagai acuan pembelajaran. Analisis

karakteristik pembelajar, dan analisis tentang setting dimana media atau model

pembelajaran tersebut dimanfaatkan. Berdasarkan tema yang telah ditetapkan yaitu

pencemaran lingkungan, maka ditentukan kompetensi dasar (aspek konten) yang

berhubungan dengan tema untuk dikembangkan keterpaduannya yaitu; a)

menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari; b) membandingkan sifat fisika dengan sifat kimia; c)

(40)

pencemaran dan kerusakan lingkungan. Langkah Kedua : Perancangan (Design),

penyusunan kerangka struktur isi program, penyusunan garis-garis besar isi

program media (GBIPM) yang dituangkan dalam cetak biru bahan ajar

(storyboard). Langkah Ketiga : Produksi (Development), proses pengambilan

gambar merekam, membuat animasi, menyusun teks dan sebagainya yang

dilanjutkan dengan proses pemrograman dengan dengan authoring tools,

pengemasan/formatting, pengkajian dan penyuntingan. Pada tahap ini peneliti

menggunakan jasa seorang professional dalam pembuatan multimedia. Langkah

Keempat : Implementasi (Implementation), uji coba pemanfaatan dan

penyempurnaan atau revisi serta penggandaan. Langkah kelima Evaluasi

(Evaluation), penilaian termasuk penilaian manfaat dan pengaruhnya terhadap

siswa. Berdasarkan masukan dari siswa pada uji coba diperbaiki beberapa bagian

dalam multimedia yang dikembangkan. Selanjutnya meminta pakar multimedia

(dosen TIK UPI) dan pakar ilmu kimia (dosen Kimia UPI) untuk memberikan

masukan dan penilaian. Berdasarkan masukan dan penilaian para pakar multimedia

yang dikembangkan direvisi kembali.

Adapun model pembelajaran multimedia pada manusia tema pencemaran

lingkungan terdiri dari empat buah menu yaitu: menu utama, standar kompetensi,

kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, dan menu materi. berikut penjelasan untuk

setiap menu yaitu:

a. menu utama berisikan beberapa sub menu yaitu:

1). Standar Kompetensi; menyajikan bebarapa standar kompetensi yang berhubungan dengan pembelajaran pada tema pencemaran lingkungan. 2). Kompetensi Dasar; menyajikan kompetensi dasar-kompetensi dasar yang

berhubungan dengan tema pencemaran lingkungan.

(41)

dicapai melalui pembelajaran ini.

4). Materi; berisi sub menu yang menjadi bahan ajar tema pencemaran lingkungan

5). Toolbar Petunjuk, Evalusi, Profil dan Referensi ditempatkan pada bagian bawah hal utama.

b. Materi: berisi sub menu dasar pemilihan bahan kimia, sifat bahan kimia, dan pengaruh bahan kimia terhadap lingkungan.

c. Sub menu dasar pemilihan bahan kimia; menyajikan film tribute to earth sebagai dasar untuk menggiring siswa pada tahap kuriositi.

d. Sub menu sifat bahan kimia; menyajikan sifat kimia dan sifat fisika dalam berbagai animasi dan film pendek.

e. Sub menu pengaruh terhadap lingkungan; menyajikan tentang pencemaran lingkungan secara umum membandingkan lingkungan yang bersih dengan

lingkungan tercemar, pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah,

pemanasan global, hujan asam, penipisan lapisan ozon, efek rumah kaca, banjir

dan longsor dalam berbagai media teks, animasi dan film.

f. Tahap evaluasi dilakukan pada akhir pembelajaran yang terdiri dari 20 item soal pilihan ganda. Tahapan evaluasi tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1) siswa memilih menu evaluasi yang menampilkan 20 item soal pilihan

ganda,

2) untuk melanjutkan ke nomor soal berikutnya siswa, menekan tombol/menu

next (tidak bisa kembali ke soal dengan nomor soal yang lebih rendah),

3) bila siswa menjawab benar maka ada apresiasi dan bila menjawab salah

siswa diberi petunjuk untuk mempelajari atau mencari dengan sumber lain

(web) tentang artikel tersebut dan,

(42)

mengoreksi kesalahan dan melihat jawaban yang benar dari setiap item soal

tersebut.

Strategi dalam pembuatan multimedia diperlihatkan dalam gambar 3.2 berikut:

Gambar 3.2 Strategi Pengembangan Multimedia

Model presentasi multimedia pembelajaran IPA terpadu pada tema pencemaran

lingkungan dan hubungannya dengan literasi sains yang dikembangkan disajikan dalam

tabel 3.13 berikut:

Spesifikasi Permasalahan

Desain Pemecahan Masalah

Skenario Pembelajaran

Skrip

Pembuatan Komponen Multimedia

Programming

Multimedia

Uji Coba

Implementasi

(43)

Tabel 3.13 Model Presentasi Multimedia Pembelajaran IPA Terpadu

pencemaran lingkungan, (2) menunjukkan indikator pembelajaran, kolom (3)

menunjukkan tahapan pembelajaran, kolom (4) menunjukkan indikator literasi sains

yang dikembangkan, dan kolom (5) menunjukkan frame dalam tampilan multimedia

dan strategi pembelajarannya.

2. Ujicoba multimedia

Ujicoba multimedia dilakukan pada siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Lembang

Kabupaten Bandung Barat Tahun Pelajaran 2009/2010, pemilihan ini berdasarkan

pertimbangan bahwa kelas 10 sudah memiliki pengetahuan yang memadai

terhadap konten yang disajikan, memiliki kemampuan untuk memberikan pendapat

terhadap tampilan, desain multimedia yang dikembangkan.

Dari hasil ujicoba diperbaiki hal-hal yang dirasakan kurang dan perlu mendapat

perbaikan. Hasil perbaikan ini kemudian dikonsultasikan pada dosen pakar dalam

ilmu kimia dan dosen pakar multimedia.

3. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan multimedia.

Pada tahap pelaksanaan pembelajaran menggunakan multimedia penulis mendapat

hambatan yang berhubungan dengan kondisi laboratorium komputer yang ada di

SMP tempat penelitian tidak menjalankan dengan baik multimedia yang

dikembangkan, sehingga akhirnya menggunakan laboratorium komputer SMA

(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Efektivitas pembelajaran IPA terpadu menggunakan multimedia pada tema

pencemaran lingkungan ditunjukkan dengan peningkatan perolehan hasil belajar pada aspek

konten, proses dan konteks aplikasi yang dinyatakan dengan gain ternormalisasi keseluruhan

sebesar 67,2%. Peningkatan perolehan hasil belajar untuk ketiga aspek terjadi pada semua

kelompok siswa, peningkatan gain ternormalisasi pada kelompok tinggi sebesar 75,7%,

sedang 67,3% dan rendah 58,4%. Peningkatan perolehan hasil belajar pada aspek konten

ditunjukkan dengan gain ternormalisasi sebesar 64,9%, proses sebesar 67,6% dan konteks

aplikasi sains sebesar 66,5%. Pada aspek respon sikap terhadap isu sains (lingkungan)

efektivitasnya ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar yang diukur dengan skala sikap

dengan peningkatan sebesar 0,4. Peningkatan skala sikap berdasarkan indikator sikap, pada

indikator mendukung inquiry sains terjadi peningkatan sebesar 0,4 skala, ketertarikan

terhadap sains sebesar 0,5 skala, dan tanggung jawab terhadap sumber daya dan lingkungan

sebesar 0,4 skala.

Pembelajaran yang dikembangkan mendapat tanggapan yang baik dari siswa dan

guru, hal ini karena merupakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, siswa dapat

memilih bahan pelajaran sesuai keinginannya, berhubungan dengan kehidupan sehari-hari

(45)

untuk digunakan baik untuk digunakan secara mandiri maupun digunakan oleh guru sebagai

panduan untuk pembelajaran tema pencemaran lingkungan.

Pembelajaran IPA terpadu pada tema pencemaran lingkungan mengggunakan

multimedia memiliki karakteristik adanya penggunaan multimedia pada tahap kontak untuk

menyajikan data dan fakta yang dijadikan dasar menggangkat tema pembelajaran pada tahap

kuriosi dan pada tahap elaborasi untuk memfasilitasi siswa dalam mengeksplorasi, menggali

pemahaman konsep untuk menjawab rasa keingintahuannya, sehingga pembelajaran menjadi

bermakna dan menyenangkan.

Rekomendasi

Penelitian ini menekankan pada aktivitas siswa dalam pembelajaran tetapi

dampaknya berpengaruh pada penampilan dan sikap siswa. Berkaitan dengan kesimpulan

dari penelitian ini dapat direkomendarikan beberapa hal berikut:

1. Pembelajaran IPA terpadu pada tema pencemaran lingkungan dengan menggunakan

multimedia dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran dalam meningkatkan

literasi sains siswa SMP.

2. Dalam melaksanakan model pembelajaran IPA terpadu ini, diharapkan guru dan

manajemen sekolah mempersiapkan perangkat komputer dan fasilitas lain yang

mendukung untuk menjalankan program multimedia ini dengan optimal.

3. Pembelajaran yang dikembangkan pada tema pencemaran lingkungan ini hanya salah satu

tema yang diangkat, guru atau peneliti lain dapat mengembangkan pada tema-tema yang

lain.

4. Guru harus merancang pembelajaran IPA terpadu dengan multimedia ini untuk tema-tema

yang dipandang penting saja karena proses penyusunan program dan implementasinya

(46)

5. Kerjasama antara guru mata pelajaran Kimia, Fisika, Biologi, IPS dan Bahasa sangat

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, R.R. (2009). Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Kemampuan Generik Sains, Keterampilan Berpikir Kritis, dan Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI pada Topik Interaksi Antar Molekul, Tesis pada PPS UPI: tidak diterbitkan.

Akahori, K. (2003). The Feature and Roles of Simulation Software in Classroom, Japan: Proceeding ISAGA.

Allo E. L. (2005). Model Pembelajaran Radioaktif Berbasis Komputer dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Positif Siswa SMA. Tesis pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan

Arikunto,S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Arsyad, A. (1997). Media Pembelajaran, Jakarta, Rajawali Press.

Boediono, W. K, (2004). Teori dan Aplikasi Statistika dan Probabilitas. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya.

Coburn, P., et al. (1985). Practical Guide to Computer in Education 2nd. California: Addison- Wesley Publication Company, Inc.

Dahar, R.W . (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas, (2002). Pendekatan Kontekstual. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Depdiknas, (2006). Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu, Jakarta, Pusat Kurikulum – Balitbang Depdiknas

Departemen Pendidikan Nasional, (2007). Naskah Akademik : Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA, Jakarta Puskur Balitbang Depdiknas.

Firman, H. (2007). Laporan Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA Nasional Tahun 2006. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas.

Fraenkel & Norman. (1990). How to Design and Evaluate Research in Education. London: Mc. Graw Hill, Inc.

Gräber, W et al (2002). Scientific Literacy: Der Beitrag der Naturwissenschaften zur Allgemeinen Bildung. Opladen: Leske & Budrich.

(48)

Henno, I. and Kitsing, M, PISA 2006-Performance of Estonia, www.pisa.oecd.org

Holbrook, J. (1998).”A Resource Book for Teachers of Science Subjects”. UNESCO.

Holbrook, J., Laius, A., dan Rannikmäe, M. (2003).“The Influence of Social Issue-Based Science Teaching Materials On Students’ Creativity”, University of Tartu, Estonian Ministery of Education.

Holbrook, J. (2005).”Making Chemistry Teaching Relevant”. Chemical Education International.6(1), 1-12.

Lajoie, et.al., (2001). Constructing knowledge in the context of Bioworld. Dalam Instructional Science

29 : 155-186 : http//www/library.uq.edu.au [23 Mei 2007]

Mahyuddin, (2007). Pembelajaran Asam Basa dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMA, Tesis Pada PPS UPI : tidak diterbitkan

Meltzer, D.E. (2002). “The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics : A Possible “Hidden Variable” in Diagnostic Pretest Scores”. American Journal Physics. 70, (12), 1259-1286.

Minium, King & Bear. (1993). Statistical Reasoning in Psychology and Education. Canada: John Wiley & Sons, Inc.

Munir, (2001). Aplikasi Teknologi Multimedia dalam Proses Belajar Mengajar. Mimbar Pendidikan : University Press UPI.

Nawari, (2010). Analisis Statistik dengan MS Excel 2007 dan SPSS 17. Jakarta, Elex Media Komputindo.

Nentwig, P., Parchmann, I., Demuth, R., Gräsel, C., Ralle, B. (2002). “Chemie im Context-From situated learning in relevant contexts to a systematic development of basic chemical

concepts”. Makalah Simposium Internasional IPN-UYSEG Oktober 2002, Kiel Jerman.

Nurhadi. ( 2004 ). Pembelajaran kontekstual dan penerapannya dalam KBK . Malang : Universitas Negeri Malang

OECD-PISA.(2003). First Results from PISA 2003 (executive summary ). www.pisa.oecd.org

Pachler, N. (1999). “Theories of Learning and ICT”, dalam Learning To Teach Using ICT in the Secondary School. London: Routledge.

(49)

Purwanto, (2005). Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Tekonologi Komunikasi dan Informasi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah, dalam Teknologi Pembelajaran: Peningkatan Daya Saing Sumber Daya Manusia, Jakarta, Universitas Terbuka.

Rieber, R.H. (1990). Using Animation in Science Instruction with Young Children. Dalam Journal of Research in Science Teaching, Vol 24 (5) hal. 403-415. Tersedia : http://www/library.uq.edu.au [31 Mei 2007}

Rizaldi, O. (2009). Penggunaan Media Simulasi Virtual pada Pembelajaran dengan Pendekatan Konseptual Interaktif dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Kaitannya dengan Fenomena Fisis Materi Listrik Statis, Tesis pada PPS UPI : tidak diterbitkan

Ruseffendi. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Press.

Rustaman, N. Y. (2006). Literasi Sains Siswa Indonesia 2000 dan 2003. Seminar Sehari Hasil Studi Internasional Prestasi Siswa Indonesia dalam Bidang Matematika, Sains dan Membaca. Jakarta: Puspendik Depdiknas.

Sadiman, A.S, et.al., (1993). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Santosa, K, et.al., (2010). Pendidikan Lingkungan Hidup, Universitas Negeri Semarang.

Sholehudin, D. (2009). Penggunaan Media Animasi Komputer untuk Meningkatkan Pemahaman Level Mikroskopis dan Penguasaan Konsep Siswa pada Pokok Bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan, Tesis pada PPS UPI: tidak diterbitkan.

Shwartz Y., Ben-Zvi R., Hofstein A., (2006). The use of scientific literacy taxonomy for assessing the development of chemical literacy among high-school students, The Royal Society of Chemistry, 7 (4) 203-225.

Smaldino, et.al., (2005). Instructional Technology and Media for Learning 8th ed. New Jersey: Pearson Educational Inc.

Stiggins, R.J. (1994). Student Centered Classroom Assessment. New York: Macmillan College Publishing Company.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

(50)

Supriyatman, (2009). Model Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Simulasi Komputer Interaktif untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Rangkaian Listrik Arus Searah dan Keterampilan Proses Sains, Tesis pada PPS UPI tidak diterbitkan

Suyanti, R. D., Arifin M., & Liliasari. (2005). Peran Multimedia pada Pembelajaran Inkuiri Kimia Anorganik II. Prosiding Seminar HISPIPPAI.

Widyaningtyas, R. (2008). Pembentukan Pengetahuan Sains, Teknologi dan Masyarakat dalam Pandangan Pendidikan IPA. [online]. Tersedia: http://educare.e-fkipunla.net. [22 Juni 2008]

Gambar

Pelaksanaan Penerapan Model PembelajaranTabel 3.1
Gambar 3.1  :  Alur Penelitian
tabel 3.2 di bawah ini.
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Literasi Sains
+7

Referensi

Dokumen terkait

2. Tata tertib sekolah ditetapkan oleh kepala sekolah melalui rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan masukan komite sekolah, dan peserta didik. Penetapan Kode etik sekolah

Berikan penilaian pada salah satu pilihan yang tersedia di sebelah kanan setiap pernyataan, berkaitan dengan apa yang saudara rasakan saat mendengarkan musik yang

Die Habilitationsordnung der Rechtswissenschaftlichen Fakultät der Universität zu Köln vom 18. § 2 Absatz 3 Satz 2 wird wie folgt neu gefasst: „Die Bewerberin oder der Bewerber

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KERJASAMA SISWA DALAM

(5) Setelah mengadakan penelitian yang cukup mengenai bidang usaha yang terbuka dan ketentuan-ketentuan lain yang bersangkutan, calon penanam modal mengajukan permohonan

 Besarnya pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan Nilai Perolehan Objek Kena Pajak (Pasal 1 ayat 7 UU No.28/07).. 3.1.3 Depresiasi

Tujuan dari penulisan Ilmiah ini adalah untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan dalam melayani konsumen dengan baik yang melakukan pembayaran rekening listrik yang dioperasikan pada

sebesar 0,000 lebih kecil dari tingkat signifikansi alpha yang telah ditetapkan