HUBUNGAN SELF-EFFICACY GURU SMA BANDUNG
DENGAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BIOLOGI
BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DAN SELF-EFFICACY
SISWA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
OLEH :
YANTHI SIANIPAR
1201528
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH PASCASARJANA
HUBUNGAN SELF-EFFICACY GURU SMA BANDUNG
DENGAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BIOLOGI
BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DAN SELF-EFFICACY
SISWA
Oleh
Yanthi Sianipar
S.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia, 2008
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Biologi
© Yanthi Sianipar 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
HUBUNGAN SELF-EFFICACY GURU SMA BANDUNG
DENGAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BIOLOGI
BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DAN SELF-EFFICACY
SISWA
ABSTRAK
Tingkat self-efficacy merupakan salah satu hal yang patut dipertimbangkan dalam proses pembelajaran biologi, khususnya dengan adanya perubahan kurikulum. Tujuan penelitian ini untuk mengungkap hubungan self-efficacy guru biologi terhadap implementasi kurikulum 2013, hubungan self-efficacy guru biologi terhadap self-efficacy siswa dan untuk mendapatkan informasi mengenai kesiapan guru biologi dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Metode penelitian ini adalah metode korelasional. Subjek pada penelitian ini adalah 14 orang guru biologi X MIA SMA Negeri Bandung yang mengajar pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 yang dipilih secara random. Total siswa dari seluruh guru adalah 423 siswa. Data diperoleh melalui skala diferensiasi semantik self-efficacy guru, skala diferensiasi semantik self-efficacy siswa, lembar kesesuaian skala diferensiasi semantik guru dengan skala diferensiasi semantik siswa mengenai guru, rubrik RPP, observasi kegiatan pembelajaran, wawancara dan tes penguasaan konsep siswa. Sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung, guru dan siswa diberikan skala diferensiasi semantik self-efficacy guru, skala diferensiasi semantik self-efficacy siswa dan skala diferensiasi semantik siswa mengenai guru. Berdasarkan hasil skor kesesuaian skala diferensiasi semantik guru dengan siswa, maka guru dipilih secara purposive untuk diobservasi selama kegiatan pembelajaran biologi. Kegiatan pembelajaran direkam dalam lembar observasi. Setelah kegiatan pembelajaran, siswa diberikan seperangkat soal pilihan ganda dan dilakukan wawancara terhadap guru maupun siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tingkat self-efficacy guru SMA Bandung tergolong dalam kategori sedang, (2) tingkat self-efficacy siswa tergolong dalam kategori tinggi, (3) self-efficacy guru tidak mempengaruhi kualitas perencanaan kegiatan pembelajaran, (4) self-efficacy guru memiliki hubungan yang sedang terhadap pelaksanaan pembelajaran melalui pendekatan scientific (r = 0,417, α = 0,05), (5) self-efficacy guru memiliki hubungan yang lemah terhadap pelaksanaan penilaian autentik (r = 0,063, α = 0,05), (6) self-efficacy guru berkontribusi terhadap pembentukan self-efficacy siswa, (7) self-efficacy guru berkontribusi terhadap capaian hasil belajar siswa, (8) terdapatnya hubungan positif dan signifikan antara self-efficacy siswa dan capaian hasil belajar siswa (r = 0,193, p<0,05).
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
THE RELATIONSHIP BETWEEN SENIOR HIGH SCHOOL
TEACHER’S
SELF-EFFICACY WITH THE
IMPLEMENTATION OF STUDYING BIOLOGY BASED ON
CURRICULUM 2013 AND STUDENT
’S
SELF-EFFICACY
ABSTRACT
Level of self-efficacy is one thing that should be considered in the process of learning biology, especially with the change in the curriculum. The purpose of this study to reveal the relationship between teacher’s self-efficacy with implementation of studying biology based on curriculum 2013, the relationship between teacher’s self-efficacy with student’s self-efficacy and to obtain information about the readiness of the biology teacher’s in implementing the curriculum 2013. This research method is the correlation method. Subjects in this study were 14 high school biology teachers at X MIA Bandung who taught in the second semester of the academic year 2013/2014 were selected at random. Total students of all teachers are 423 students. Data obtained through semantic differentiation scale efficacy of teachers, semantic differentiation scale student self-efficacy, suitability sheet semantic differentiation scale teacher’s with semantic differentiation scale students about their teachers, rubric lesson plans, learning activities observation, interview and test students' mastery of concepts. Before learning activities going on, teachers and students are given a semantic differentiation scale self-efficacy of teachers, semantic differentiation scale self-efficacy of student and semantic differentiation scale self-efficacy students about their teachers. Based on the results of semantic differentiation scale suitability scores of teachers and students, the teacher selected purposively to be observed during the learning activities biology. Learning activities recorded in the observation sheet. After learning activities, students are given a set of multiple choice questions and conducted interviews with teachers and students. The results showed that: (1) the level of senior high school teacher’s self-efficacy belong to the medium category, (2) the level of student’s self-efficacy classified in the high category, (3) self-efficacy of teachers does not affect the quality of planning learning activities, (4) teacher’s self-efficacy have relationships that are medium level with implementation of learning through scientific approach (r = 0.417, α = 0.05), (5) self-efficacy of teachers have a weak connection with implementation of authentic assessment (r = 0.063, α = 0, 05), (6) self-efficacy of teachers contribute to the formation of student’s self-efficacy, (7) teacher’s self-efficacy contribute to the achievement of student learning outcomes, (8) the presence of a positive and significant relationship between student’s self-efficacy and student’s achievement in studying biology (r = 0.193, p <0.05).
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ………...……. i
ABSTRAK ……… ii
KATA PENGANTAR ……….. iv
UCAPAN TERIMA KASIH ……… v
DAFTAR ISI ………. vii
DAFTAR TABEL ………. ix
DAFTAR GAMBAR ………. x
DAFTAR LAMPIRAN ……….. xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1
B. Rumusan Masalah ……… 5
C. Batasan Masalah ……….. 6
D. Tujuan Penelitian ………. 7
E. Manfaat Penelitian ……….. 7
BAB II HUBUNGAN SELF-EFFICACY GURU SMA BANDUNG DENGAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BIOLOGI BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DAN SELF EFFICACY SISWA A.Self-Efficacy ……… 8
B.Implementasi Pembelajaran Biologi berdasarkan Kurikulum 2013 ……….……… 17
C.Tinjauan Pembelajaran Perubahan Lingkungan/Iklim dan Daur Ulang Limbah ………. 27
D.Ruang Lingkup Materi Perubahan Lingkungan/Iklim dan Daur Ulang Limbah ………. 31
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B.Metode Penelitian ………. 39
C.Desain Penelitian ……….. 39
D.Definisi Operasional ………. 40
E. Instrumen Penelitian ………. 41
F. Teknik Pengumpulan Data ……… 43
G.Analisis Data ………. 45
H.Alur Penelitian ……….. 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ………. 49
B.Pembahasan ……….. 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ………..… 98
B.Saran ……… 99
C.Keterbatasan penelitian ………. 99
DAFTAR PUSTAKA ………. 100
LAMPIRAN-LAMPIRAN ………. 106
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
2.1 Strategi pengubahan sumber ekspetasi self-efficacy ………....…….…….... 17
2.2 Perubahan pola pikir pada Kurikulum 2013 ………...…..……… 21
2.3 Kompetensi dasar biologi untuk materi perubahan lingkungan/iklim dan daur
ulang limbah ……… 27
3.1 Desain analisis penelitian korelasi self-efficacy guru terhadap self-efficacy
siswa …..…...……….… 39
3.2 Pengumpulan data penelitian ... 43
4.1 Jumlah nilai self-efficacy guru untuk setiap aspek …………....……… 50
4.2 Persentase kecocokan hasil observasi dengan skala diferensiasi semantik
self-efficacy guru ……...……….………….. 59
4.3 Hubungan antara self-efficacy guru kelas X SMAN Bandung dan imple-
-mentasi pendekatan scientific …………...……….………… 65
4.4 Hubungan antara self-efficacy guru kelas X SMAN Bandung dan imple-
-mentasi penilaian autentik ……...……..……….…………. 68
4.5 Hubungan antara self-efficacy guru yang tinggi terhadap self-efficacy
siswa……...…..……….……….………….... 68
4.6 Hubungan antara self-efficacy guru yang sedang terhadap self-efficacy
siswa.…………...……….……….…………... 69
4.7 Hubungan antara self-efficacy guru yang rendah terhadap self-efficacy
siswa.…...……….……….... 70
4.8 Hubungan antara self-efficacy guru yang tinggi terhadap hasil belajar
siswa...……….……… 71
4.9 Hubungan antara self-efficacy guru yang sedang terhadap hasil belajar
siswa.…………...……….………... 71
4.10Hubungan antara self-efficacy guru yang rendah terhadap hasil belajar
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.11 Hubungan antara self-efficacy siswa kelas X SMAN Bandung dan hasil
belajar siswa .…...……….……….. 73
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
2.1 Perkembangan kurikulum di Indonesia ……….... 18
2.2 Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan ilmiah ...….…... 23
2.3 Tiga ranah dalam pembelajaran dengan pendekatan ilmiah …...…….. 24
3.1 Teknik pengambilan sampel …..……….…... 38
3.2 Bagan alur penelitian …….……….... 48
4.1 Self-efficacy guru biologi kelas X SMAN Bandung ...………... 49
4.2 Sebaran materi yang dikuasai oleh guru biologi kelas X SMAN Bandung 52
4.3 Self-efficacy guru biologi SMAN Bandung dalam pengelolaan kelas ….. 53
4.4 Self-efficacy guru biologi SMAN Bandung dalam pembelajaran scientific.. 55
4.5 Self-efficacy guru biologi SMAN Bandung dalam penilaian autentik ..… 57
4.6 Kesesuaian skala diferensiasi semantik self-efficacy guru biologi dengan
skala diferensiasi semantik siswa mengenai guru biologi kelas X SMAN
Bandung ……….………... 58
4.7 Tingkat self-efficacy siswa kelas X SMAN Bandung …..………....…... 60
4.8 Aspek-aspek yang mempengaruhi tingkat self-efficacy siswa ……... 60
4.9 Sebaran jawaban skala diferensiasi semantik siswa kelas X MIA SMAN
Bandung ...………. 61
4.10 Teknik penilaian kemampuan siswa selama kegiatan praktikum …... 67
4.11 Hasil belajar siswa kelas X MIA SMAN Bandung ………..…. 70
4.12 Hubungan antara tingkat self-efficacy guru, proses pembelajaran dan
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
A.1 Kisi-kisi instrumen self-efficacy guru biologi ………...………...……. 106
A.2 Contoh instrumen skala diferensiasi semantik self-efficacy guru .…… 107
A.3 Kisi-kisi skala diferensiasi semantik self-efficacy siswa ……..…..…... 113
A.4 Instrumen skala diferensiasi semantik self-efficacy siswa ………..…... 114
A.5 Contoh instrumen skala diferensiasi semantik siswa mengenai guru ... 116
A.6 Instrumen rubrik Rencana Pelaksanaan Pembelajaran …….…….….. 117
A.7 Instrumen lembar observasi pelaksanaan KBM ……….. ….…….… .. 119
A.8 Instrumen rubrik wawancara guru biologi ……….. ….……….… 122
A.9 Instrumen rubrik wawancara siswa ……… ………….. ….…….……... 123
A.10 Instrumen penguasaan konsep biologi siswa ………….. …..…..…. .. 124
B.1 Validitas, reliabilitas dan daya pembeda butir uji coba instrumen
tes penguasaan konsep ..……….……. ... 132
C.1 Rekapitulasi hasil skala diferensiasi semantik self-efficacy
guru biologi ……….……….. 133
C.2 Rekapitulasi hasil skala diferensiasi semantik self-efficacy siswa...….. 134
C.3 Rekapitulasi kesesuaian data skala self-efficacy guru dengan
skala diferensiasi siswa mengenai guru ……… 148
C.4 Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran guru SMAN Bandung… 176
C.5 Rekapitulasi penilaian RPP guru biologi kelas X ……….. …. 185
C.6 Rekapitulasi persentase kecocokan hasil observasi dengan skala
diferensiasi semantik self-efficacy guru ……… ………….. 186
D.1 Surat izin penelitian dari Fakultas ………..……….. 190
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biologi merupakan mata pelajaran yang kompleks karena materi biologi
memiliki cakupan yang sangat luas mengenai bagaimana mengenal diri sendiri,
mengenal makhluk hidup di sekitar, mengetahui hubungan makhluk hidup dengan
makhluk hidup lain serta lingkungannya (Depdiknas dalam Ikhsan, 2011).
Menurut Rustaman (2005), merancang pengalaman belajar biologi erat kaitannya
dengan pengembangan keterampilan proses sains. Keterampilan proses yang
dimaksud antara lain mengamati, mengelompokkan, menginterpretasikan,
memprediksi, mengajukan pertanyaan, berhipotesis, merencanakan percobaan,
menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep dan mengkomunikasikan hasil
pengamatan atau diskusi baik secara lisan maupun tulis. Proses pembelajaran
biologi harus dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa, pemahaman siswa dan
keterampilan siswa dalam menganalisis fenomena yang terjadi di lingkungan
sekitarnya. Karakteristik mata pelajaran biologi ini menjadi tantangan tersendiri
bagi guru biologi dalam mengemas materi selama kegiatan belajar mengajar.
Walaupun biologi memiliki karakteristik yang menantang, objek biologi
yang berhubungan dengan makhluk hidup menjadi daya tarik tersendiri bagi
siswa. Namun sebagian guru biologi melakukan kesalahan klasik yang
menyebabkan siswa menganggap biologi sebagai mata pelajaran hafalan dan
membosankan, sehingga siswa cenderung menghindarinya. Suhailah (2011)
menemukan guru cenderung mengemas materi biologi menggunakan metode
ceramah bervariasi seperti tanya jawab, diskusi atau dengan menggunakan media
power point. Suhailah (2011) pun menemukan proses pembelajaran biologi di
SMA lebih menekankan pada kemampuan mengungkap kembali isi buku teks
dibandingkan keterampilan proses sains siswa sehingga ketuntasan belajar siswa
2
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tersebut tentu tidak menekankan siswa untuk mencari dan membangun konsep
sendiri. Berdasarkan temuan Ikhsan (2011), hal tersebut berdampak pada
rendahnya keaktifan siswa di kelas, rendahnya kemampuan siswa dalam
menghubungkan satu konsep dengan konsep biologi lainnya dan rendahnya
kemampuan siswa dalam menerapkan konsep biologi dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu diperlukan kemampuan guru untuk dapat mengemas konsep
biologi secara menarik.
Kemampuan guru dalam mengemas materi biologi sehingga dapat
menyentuh ranah kognitif, sikap dan keterampilan siswa tidak terlepas dari tingkat
self-efficacy guru tersebut. Menurut Bandura (1994), self-efficacy guru adalah
keyakinan diri yang dimiliki oleh seorang guru terhadap kemampuannya dalam
hal mempengaruhi pembuatan keputusan, mengenai pengelolaan kelas,
pengorganisasian rangkaian pelajaran, memotivasi siswa untuk belajar dan
berkomunikasi dengan siswa secara efektif untuk menunjang aktivitasnya di
sekolah demi tercapainya tujuan pendidikan. Self-efficacy dapat mempengaruhi
tingkat keberhasilan seseorang untuk menyelesaikan tugas yang dihadapinya
(Mihladiz, 2011; Yilmaz & Cavas, 2008; Aydin & Boz, 2010; Alivernini &
Lucidi, 2011) karena self-efficacy dapat membantu seseorang untuk memotivasi
diri agar lebih produktif dalam tempatnya bekerja (Axtell & Parker, 2003).
Self-efficacy pun dapat meningkatkan usaha dan ketekunan seseorang terhadap
tugas-tugas yang menantang sehingga tugas-tugas tersebut dapat selesai. Guru sains yang
memiliki pengalaman mengajar sains memiliki self-efficacy lebih tinggi
dibandingkan calon guru sains yang belum memiliki banyak pengalaman
mengajar. Selain itu, guru sains yang memiliki self-efficacy tinggi pun lebih
berkomitmen untuk mengajar dengan metode yang beragam (Coladarci dalam
Aydin & Boz, 2010).
Hasil penelitian Allinder (1994) menunjukkan guru yang memiliki
self-efficacy tinggi akan mengajar dengan metode yang beragam. Penggunaan metode
3
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Self-efficacy siswa tidak hanya
mempengaruhi kinerja, melainkan keterampilan dan kognisi siswa tersebut.
Bahkan secara tidak langsung, self-efficacy akan mempengaruhi ketekunan siswa
dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi. Siswa yang memiliki self-efficacy
tinggi dapat meningkatkan prestasi karena meyakini kemampuannya bahkan
mampu mengembangkan motivasi internal sehingga ia dapat meraih tujuannya.
Sebaliknya jika siswa memiliki self-efficacy yang rendah maka hasil belajarnya
pun akan kurang baik.
Temuan dari penelitian yang dilakukan oleh Muyasaroh (2012) pun
mengungkapkan bahwa self-efficacy guru dapat memberikan kontribusi yang
positif terhadap kemampuan menyiapkan dan melaksanakan kegiatan praktikum.
Yuliani (2013) menemukan sebanyak 66% guru biologi SMA Pandeglang
memiliki tingkat self-efficacy yang tinggi. Ia bahkan menekankan bahwa guru
dengan tingkat self-efficacy tinggi saja yang memberikan kontribusi terhadap
minat dan sikap siswa dalam pembelajaran biologi karena guru yang memiliki
tingkat self-efficacy tinggi menguasai sebagian besar konsep biologi yang akan
diajarkan. Guru yang menguasai sebagian besar konsep yang akan diajarkan,
tentunya akan memiliki beragam cara untuk mengemas materi tersebut sehingga
menarik bagi siswa. Hal ini menunjukkan masih ada 34% guru yang belum
memberikan kontribusi terhadap minat dan sikap siswa dalam pembelajaran
biologi.
Yilmaz & Cavas (2008) menemukan bahwa tingginya tingkat self-efficacy
dipengaruhi oleh pengalaman yang dimilikinya dalam menghadapi tugas tertentu.
Saat ini kurikulum di Indonesia mengalami perubahan dari Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013. Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 butir 19, menjelaskan
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
4
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kurikulum dari KTSP 2006 menjadi kurikulum 2013 pun dilandasi dengan
pemikiran tantangan abad 21 yang ditandai dengan abad ilmu pengetahuan,
knowledge-based society dan kompetensi masa depan (Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2013a, 2013b). Perubahan kurikulum dapat bersifat sebagian
komponen atau keseluruhan komponen kurikulum tergantung kebutuhan pada
masa itu. Perubahan kurikulum menyangkut berbagai faktor, baik orang-orang
yang terlibat dalam pendidikan dan faktor-faktor penunjang dalam pelaksanaan
pendidikan, salah satunya adalah guru. Adanya perubahan kurikulum secara tidak
langsung menuntut guru untuk dapat meningkatkan kemampuannya dari
persiapan, pelaksanaan hingga evaluasi pembelajaran sesuai dengan kurikulum
yang berlaku.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach).
Kurikulum dengan pendekatan ilmiah dapat menyentuh ranah sikap, keterampilan
dan pengetahuan siswa. Selain proses belajar dengan pendekatan ilmiah,
kurikulum 2013 menuntut guru untuk melakukan penilaian autentik. Hal ini tentu
berbeda dengan tuntutan KTSP. Adanya perubahan kurikulum memungkinkan
guru bertanya tentang cara mengelola pembelajaran sesuai dengan kurikulum
2013; langkah-langkah yang harus dilalui untuk mencapai tuntutan kurikulum
2013; persiapan dan cara penerapan penilaian autentik; dan cara untuk
menuangkan hasil penilaian autentik dalam rapor siswa yang berisi sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Hal ini selaras dengan hasil angket yang diberikan
kepada guru saat sosialisasi kurikulum 2013. Berdasarkan hasil angket yang
diberikan Rusilowati (Rohmawati, 2013), sebanyak 87% guru menyatakan
kesulitan memahami cara penilaian autentik, sebanyak 70% guru mengalami
kesulitan dalam pembuatan instrumen observasi, sebanyak 66% guru kesulitan
memahami model-model pembelajaran, dan sebanyak 79% guru mengalami
kesulitan dalam membuat instrumen penilaian. Bahkan Alkomari (2013)
5
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013.
Ini artinya guru di sekolah memerlukan persiapan untuk mengimplementasi
kurikulum 2013.
Begitu banyak persiapan yang harus guru lakukan untuk
mengimplementasikan kurikulum 2013. Untuk itu pemerintah telah melakukan
beberapa upaya untuk mempersiapkan dan memberikan pengalaman bagi guru
dalam menghadapi kurikulum 2013. Upaya itu antara lain mengadakan sosialisasi
kurikulum 2013 untuk semua guru biologi kelas X di Bandung pada tanggal 23-24
Juli 2013. Hal ini tentu sebagai upaya agar semua sekolah di Bandung siap
mengimplementasikan kurikulum 2013. Akan tetapi, apakah upaya pemerintah
tersebut dapat memastikan keberhasilan implementasi kurikulum 2013.
Implementasi kurikulum 2013 ini pun harus mempertimbangkan kesiapan diri dari
guru. Kesiapan diri guru untuk mengimplementasikan kurikulum 2013 akan
berkaitan erat dengan tingkat self-efficacy guru, karena salah satu faktor yang
mempengaruhi self-efficacy guru adalah pengalaman yang dimilikinya dalam
menghadapi tugas tertentu. Self-efficacy guru dalam mengimplementasikan
kurikulum 2013 ini pun penting diperhatikan karena tingkat self-efficacy guru pun
akan mempengaruhi minat, sikap dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan paparan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
hubungan self-efficacy guru SMA Bandung terhadap implementasi pembelajaran
Biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah
hubungan self-efficacy guru SMA Bandung terhadap implementasi pembelajaran
biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa?”
Untuk lebih memperjelas permasalahan tersebut, maka dimunculkan
6
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Bagaimanakah tingkat self-efficacy guru biologi kelas X SMA Negeri di
kota Bandung?
2. Bagaimanakah tingkat self-efficacy siswa kelas X SMA Negeri di kota
Bandung?
3. Bagaimanakah hubungan self-efficacy guru SMA Negeri di kota Bandung
dengan kemampuan guru merencanakan pembelajaran berdasarkan
kurikulum 2013?
4. Bagaimanakah hubungan self-efficacy guru SMA Negeri di kota Bandung
dengan kemampuan guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan
kurikulum 2013?
5. Bagaimanakah hubungan self-efficacy guru SMA Negeri di kota Bandung
dengan kemampuan guru melaksanakan penilaian autentik berdasarkan
kurikulum 2013?
6. Bagaimanakah hubungan self-efficacy guru SMA Negeri di kota Bandung
dengan self-efficacy siswa SMA Negeri Bandung?
7. Bagaimanakah hubungan self-efficacy guru SMA Negeri di kota Bandung
dengan capaian hasil belajar siswa?
C. Batasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya permasalahan pada penelitian ini, maka
permasalahan dibatasi sebagai berikut:
1. Pembelajaran biologi mencakup persiapan pembelajaran yang dilakukan
guru biologi (RPP) berdasarkan pendekatan ilmiah; pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa berdasarkan
pendekatan ilmiah; dan penilaian autentik yang dilakukan guru selama
proses kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar merupakan
interaksi antara guru dan siswa selama di kelas pada jam pelajaran Biologi.
7
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kali pertemuan pada materi perubahan lingkungan/iklim dan daur ulang
limbah.
2. Self-efficacy guru biologi yang diukur merupakan self-efficacy guru dalam
penguasaan konsep/materi biologi, pengelolaan kelas, pelaksanaan
pembelajaran scientific, dan pelaksanaan penilaian autentik berdasarkan
kurikulum 2013. Self-efficacy guru tersebut dikembangkan dari instrumen
baku Bandura.
3. Self-efficacy siswa SMA dibatasi pada tingkat keyakinan siswa akan
kemampuannya berdasarkan pengalaman pribadi/pencapaian diri,
pengalaman orang lain, dukungan orang sekitar, dan keadaan fisiologis dan
emosional. Self-efficacy siswa tersebut dikembangkan dari instrumen baku
Bandura.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan
penelitian ini yaitu untuk :
1. Mengungkap hubungan self-efficacy guru biologi terhadap implementasi
kurikulum 2013.
2. Mengungkap hubungan self-efficacy guru biologi terhadap self-efficacy
siswa.
3. Mendapatkan informasi mengenai kesiapan guru biologi untuk
mengimplementasikan kurikulum 2013
E. Manfaat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara
lain:
1. Bagi guru, melalui hasil penelitian ini guru dapat mengembangkan diri
8
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengelolaan kelas, pendekatan scientific dan penilaian autentik sehingga
self-efficacy siswa dan capaian hasil belajar siswa dapat meningkat.
2. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat dijadikan evaluasi untuk meningkatkan
self-efficacy, hasil belajar dan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran
biologi.
3. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi
mengenai salah satu faktor keberhasilan kurikulum 2013, khususnya dalam
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini merupakan seluruh guru biologi kelas X
MIA SMA Negeri Bandung yang mengajar pada semester genap tahun
ajaran 2013/2014. Guru biologi kelas X MIA di sekolah swasta tidak
termasuk dalam populasi penelitian ini karena hanya beberapa sekolah
swasta saja yang telah mengimplementasikan kurikulum 2013 sedangkan
seluruh guru biologi di SMAN Bandung sudah mengimplementasikan
kurikulum 2013 sejak tahun ajaran 2013/2014. Pemilihan sampel guru
biologi kelas X MIA SMAN Bandung dilakukan secara random.
Gambar 3.1 Teknik Pengambilan Sampel
Guru biologi kelas X MIA SMA Negeri Bandung berjumlah sebanyak
54 guru. Sebanyak 30% dari jumlah guru tersebut dipilih secara acak
(random) agar perolehan data dapat menggambarkan keadaan yang
39
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
skala diferensiasi semantik self-efficacy siswa dan skala diferensiasi
semantik siswa mengenai guru biologi yang mengajarnya. Kemudian enam
guru biologi dipilih kembali secara purposive untuk diobservasi kegiatan
pembelajarannya dan capaian hasil belajar siswanya. Pemilihan keenam
guru tersebut didasarkan pada kesenjangan antara data skala diferensiasi
semantik self-efficacy guru dan skala diferensiasi semantik siswa mengenai
guru tersebut. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran keadaan yang
sebenarnya.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Metode
korelasional menyelidiki kemungkinan hubungan antara dua atau lebih
variabel tanpa memanipulasi variabel tersebut. Penelitian korelasi
mendeskripsikan tingkatan dua atau lebih variabel kuantitatif yang terkait.
Penelitian korelasi bertujuan untuk memperjelas pemahaman mengenai
fenomena penting dengan mengidentifikasi hubungan antar variabel
(Fraenkel & Wallen, 2006).
C. Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang hubungan
antara tiga variabel, yaitu antara self-efficacy guru dengan implementasi
pembelajaran biologi dan self-efficacy siswa. Penelitian ini memiliki desain
penelitian sebagai berikut (Fraenkel & Wallen, 2006):
Tabel 3.1 Desain Analisis Penelitian Korelasi Self-Efficacy Guru Terhadap Self-Efficacy Siswa
Tingkat Self-Efficacy Guru
Tingkat Self-Efficacy Siswa
40
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tinggi
Sedang
Rendah
D. Definisi Operasional
1. Self-efficacy guru adalah skor self-efficacy guru yang diperoleh melalui
skoring yang dilakukan guru terhadap skala diferensiasi semantik
self-efficacy yang memuat indikator self-self-efficacy guru dalam penguasaan
konsep/materi biologi, pengelolaan kelas, pembelajaran dengan
pendekatan scientific, dan pelaksanaan penilaian autentik yang diukur
menggunakan instrumen baku Bandura yang telah dikembangkan.
Self-efficacy adalah tingkat keyakinan guru akan kemampuannya dalam
merencanakan, melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan
pendekatan ilmiah (scientific approach) dan melakukan penilaian
autentik berdasarkan kurikulum 2013. Self-efficacy guru juga ditunjang
data pendukung yang didapatkan dari hasil observasi dan hasil
wawancara guru.
2. Self-efficacy siswa adalah skor tingkat keyakinan siswa akan
kemampuannya untuk melakukan sesuatu. Self-efficacy siswa diperoleh
melalui skoring yang dilakukan siswa terhadap skala diferensiasi
semantik self-efficacy siswa yang memuat kemampuan siswa
berdasarkan pengalaman pribadi/pencapaian pribadi, pengalaman orang
lain, dukungan orang sekitar dan keadaan fisiologis dan emosional
menggunakan instrumen baku Bandura yang telah dikembangkan.
3. Implementasi pembelajaran biologi adalah skor ketercapaian rubrik
observasi kegiatan belajar mengajar pada kemampuan menerapkan
pembelajaran dengan pendekatan ilmiah (scientific approach) dan
41
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Kemampuan perencanaan pembelajaran biologi adalah skor ketercapaian
rubrik Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang meliputi
kemampuan perencanaan pengelolaan kelas, penerapan pembelajaran
dengan pendekatan ilmiah (scientific approach) dan penilaian autentik
berdasarkan kurikulum 2013.
E. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Skala diferensiasi semantik self-efficacy guru
Skala diferensiasi semantik self-efficacy digunakan untuk mengukur
self-efficacy guru yang meliputi indikator self-efficacy guru dalam
penguasaan konsep/materi biologi, pengelolaan kelas, pembelajaran
dengan pendekatan scientific, dan pelaksanaan penilaian autentik. Skala
diferensiasi semantik self-efficacy guru terdiri dari 60 pernyataan.
2. Skala diferensiasi semantik self-efficacy siswa
Skala diferensiasi semantik self-efficacy siswa digunakan untuk
mengukur self-efficacy siswa berdasarkan aspek pengalaman
pribadi/pencapaian pribadi, pengalaman orang lain, dukungan orang
sekitar dan keadaan fisiologis dan emosional. Skala diferensiasi
semantik self-efficacy siswa terdiri dari 16 pernyataan.
3. Lembar kesesuaian skala diferensiasi semantik guru dengan skala
diferensiasi semantik siswa mengenai guru
Lembar kesesuaian skala diferensiasi semantik guru dengan skala
diferensiasi semantik siswa mengenai guru berfungsi untuk
mendapatkan informasi kesesuaian pernyataan yang guru berikan pada
42
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kegiatan pembelajaran biologi, termasuk penilaian autentik yang guru
lakukan. Lembar kesesuaian skala diferensiasi semantik guru dan siswa
ini akan menjadi data pendukung self-efficacy guru. Instrumen ini berisi
34 pernyataan yang diisi oleh siswa menggunakan teknik check list.
4. Rubrik RPP
Rubrik RPP digunakan untuk menganalisis perencanaan pembelajaran
berdasarkan kurikulum 2013 oleh guru SMA. Rubrik RPP terdiri dari 5
aspek mengenai pengelolaan kelas, 16 aspek mengenai penerapan
pendekatan scientific dan 5 aspek mengenai penerapan penilaian
autentik. Instrumen ini menggunakan teknik check list.
5. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk memperoleh informasi pelaksanaan
kegiatan pembelajaran berbasis pendekatan scientific dan pelaksanaan
penilaian autentik yang telah direncanakan pada RPP. Lembar observasi
meliputi aspek penguasaan konsep, pengelolaan kelas, pembelajaran
berbasis scientific dan penilaian autentik. Lembar observasi ini juga
digunakan untuk memperoleh informasi mengenai kesesuaian
perencanaan kegiatan pembelajaran di RPP dengan kegiatan
pelaksanaan kegiatan pembelajaran biologi di kelas.
6. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara digunakan untuk merekam data yang belum
didapatkan dan menggali lebih dalam dari skala diferensiasi semantik
self-efficacy maupun lembar observasi. Wawancara ditujukan untuk
guru dan siswa. Wawancara guru meliputi aspek penguasaan konsep
biologi, pengelolaan kelas, pembelajaran berbasis scientific dan
43
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
meliputi aspek pengalaman pribadi/pencapaian pribadi, pengalaman
orang lain, dukungan orang sekitar dan keadaan fisiologis dan
emosional.
7. Tes tertulis
Tes tertulis diperuntukkan bagi siswa untuk mengetahui capaian hasil
belajar yang diperoleh siswa selama pembelajaran biologi berdasarkan
kurikulum 2013. Tes tertulis berisi 15 soal mengenai perubahan
lingkungan/iklim dan daur ulang limbah. Tes tertulis ini dikerjakan
dalam waktu 20 menit.
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui skala
diferensiasi semantik efficacy guru, skala diferensiasi semantik
self-efficacy siswa, analisis kesesuaian skala diferensiasi semantik guru dengan
siswa, analisis RPP, observasi kegiatan pembelajaran, tes penguasaan
konsep siswa dan wawancara. Pengumpulan data yang telah dilakukan
dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Pengumpulan Data Penelitian
Jenis data Pengumpulan
Skala diferensiasi semantik self-efficacy diberikan
kepada guru sebelum melakukan observasi kegiatan
pembelajaran. Data dari skala diferensiasi semantik
self-efficacy guru kemudian diberikan skor.
Tingkat
self-Skala diferensiasi semantik self-efficacy siswa
diberikan kepada siswa sebelum melakukan
observasi kegiatan pembelajaran. Data dari skala
44
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jenis data Pengumpulan
Kesesuaian skala diferensiasi semantik guru dengan
siswa dilakukan dengan membandingkan skala
diferensiasi semantik self-efficacy guru dengan skala
diferensiasi semantik penilaian siswa mengenai guru
yang bersangkutan. Skala penilaian ini pun diberikan
sebelum proses kegiatan pembelajaran berlangsung.
Data dari skala diferensiasi semantik siswa mengenai
guru kemudian diberikan skor. Hasil skor dari skala
diferensiasi semantik self-efficacy guru dan skor
skala diferensiasi semantik siswa mengenai guru
yang berbeda signifikan menjadi pertimbangan
peneliti untuk menentukan guru yang akan
diobservasi.
Analisis RPP Analisis RPP guru dilakukan terhadap perencanaan
pengelolaan kelas, penerapan pendekatan scientific
dan penilaian autentik. Pencatatan data dilakukan
menggunakan daftar cek kemudian ditranfers dalam
bentuk persentase.
Observasi Observasi dilakukan terhadap aktivitas dan perilaku
guru selama berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar. Observasi dilakukan sebanyak 1-2 kali
pertemuan. Peneliti merekam kesesuaian
perencanaan yang telah dibuat guru biologi dalam
RPP dengan kegiatan pembelajaran biologi yang
sedang berlangsung. Data kegiatan pembelajaran ini
dicatat dalam lembar observasi kemudian data
45
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jenis data Pengumpulan
data Deskripsi
dipersentasekan. Selain itu, kegiatan pembelajaran
pun dicatat dalam catatan lapangan dan
didokumentasikan menggunakan kamera video.
Faktor yang
Wawancara Wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa kelas
X MIA untuk menggali dan melengkapi data yang
didapatkan dari lembar observasi, skala diferensiasi
semantik self-efficacy guru, skala diferensiasi
semantik self-efficacy siswa dan analisis RPP.
Wawancara dilakukan setelah observasi kegiatan
belajar mengajar di kelas. Perekaman data dilakukan
menggunakan perekam suara dan dicatat secara
manual.
Seperangkat soal tes pilihan ganda untuk menguji
pengetahuan siswa diberikan setelah kegiatan
pembelajaran mengenai pengelolaan lingkungan
selesai.
G. Analisis Data
Seluruh data yang terkumpul akan diklarifikasi dan dianalisis. Tahap
pertama yang dilakukan adalah menghitung skor rerata (mean) untuk setiap
indikator variabel pada setiap kategori sehingga diperoleh kelompok
kategori tingkat self-efficacy guru dan self-efficacy siswa dengan interpretasi
tinggi, sedang dan rendah dengan menentukan interval setiap kategori
dengan rumus:
46
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Xn : skor tertinggi
Xi : skor terendah
K : jumlah kategori
Hasil persentase dari skala diferensiasi semantik self-efficacy guru
dengan lembar observasi guru diuji dengan persentase kecocokannya
dengan rumus:
Selanjutnya hasil persentase uji kesesuaian diintepretasikan berdasarkan
Riduwan (dalam Yuliani, 2013).
0 ≤ X ≤ 20 : tidak valid
21 ≤ X ≤ 40 : kurang valid
41 ≤ X ≤ 60 : cukup valid
61 ≤ X ≤ 80 : valid
81 ≤ X ≤ 100 : sangat valid
Tahap selanjutnya melakukan uji statistik non-parametrik, karena data
yang diperoleh merupakan data nominal atau data yang hanya dapat
digolongkan secara terpisah, secara diskrit atau kategori dan tidak dilandasi
persyaratan data harus berdistribusi normal (Sugiono, 2011). Menurut
Sugiono (2011), uji statistik non parametrik dapat digunakan untuk menguji
hipotesis deskriptif baik untuk data nominal/diskrit maupun untuk data
ordinal/peringkat/rangking. Menurut Ferguson (1971), untuk
mengungkapkan hubungan antara dua variabel dapat menggunakan
47
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang dikorelasikan berbentuk kategori (gejala ordinal). Koefisien
Kontigensi erat hubungannya dengan Chi-Kuadrat dan dihitung dengan
tabel kontigensi.
Keterangan : χ2
: Harga chi- kuadrat yang diperoleh
fo : Frekuensi yang di observasi
fh : Frekuensi yang di harapkan
Dengan kriteria pengujian:
H0 ditolak (H1 diterima) apabila χ2 hitung ≥χ2tabel
H0 diterima (H1 ditolak) apabila χ2 hitung < χ2 tabel
Selanjutnya apabila hendak menghitung koefisien kontigensinya, maka:
(Arikunto, 2010)
Keterangan : χ2
: Harga chi- kuadrat yang diperoleh
C : Contingency Coefficient (Koefisien Kontigensi)
N : jumlah populasi
Keeratan hubungan antar variabel dapat ditentukan dengan menggunakan
kriteria:
48
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
0,60 – 0, 79 = kuat
0,40 – 0,59 = sedang
0,20 – 0,39 = rendah
0,00 – 0,19 = sangat rendah
H. Alur Penelitian
1. Penyusunan Instrumen Penelitian
2. Melakukan Judgement Instrumen Penelitian 3. Revisi Instrumen Penelitian
1. Melakukan Uji Coba Tes Penguasaan Konsep Menyusun Proposal Penelitian
Melaksanakan Seminar Proposal
TAHAP PERSIAPAN
Analisis Kurikulum 2013 dan implementasinya
Analisis indikator self-efficacy guru dan siswa
49
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Self-efficacy merupakan penilaian akan kemampuan seseorang untuk
mengatur dan melaksanakan tindakan yang telah dilatihkan untuk menampilkan
suatu tindakan. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa guru biologi kelas X
SMAN Bandung memiliki tingkat self-efficacy yang sedang. Siswa kelas X MIA
SMAN Bandung memiliki tingkat self-eficacy yang berada pada kategori tinggi.
Tingkat self-efficacy guru tidak memiliki hubungan dengan kemampuan guru
dalam merancang kegiatan pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 karena
seluruh guru menggunakan rancangan pembelajaran hasil kegiatan sosialisasi
Kurikulum 2013. Tingkat self-efficacy guru memiliki hubungan dengan
implementasi pembelajaran Kurikulum 2013. Pada proses pembelajaran
perubahan lingkungan/iklim dan daur ulang limbah, tingkat self-efficacy guru
berkontribusi sedang pada pembelajaran scientific (r = 0,417), tetapi berkontribusi
rendah pada pelaksanaan penilaian autentik (r = 0,063). Faktor yang
mempengaruhi kontribusi self-efficacy pada pembelajaran scientific adalah
rendahnya kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan selama kegiatan
pembelajaran. Rendahnya hubungan antara self-efficacy guru dengan penilaian
autentik disebabkan 35,72% guru tidak dapat membuat instrumen penilaian sesuai
dengan kompetensi dasar biologi dan sebagian besar guru tidak memiliki waktu
yang cukup untuk melaksanakan penilaian autentik. Self-efficacy guru berperan
dalam meningkatkan self-efficacy siswa. Tingginya tingkat self-efficacy guru
berkontribusi secara positif terhadap self-efficacy siswa dan capaian hasil belajar
siswa. Selain self-efficacy guru, faktor minat, kondisi lingkungan belajar yang
kondusif, peranan teman sekitar maupun kelompok berperan dalam meningkatkan
self-efficacy siswa. Self-efficacy siswa SMAN Bandung memiliki hubungan
99
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Saran
Saran-saran untuk meningkatkan self-eficacy guru pada materi biologi adalah :
1. Bagi guru, diperlukan kajian yang lebih mendalam mengenai kesulitan yang
dihadapi siswa dalam mempelajari konsep pengelolaan lingkungan.
2. Bagi pihak sekolah, sebaiknya dilakukan kegiatan pendampingan
pembelajaran dengan teman sejawat baik dalam MGMP sekolah maupun
MGMP kota Bandung untuk mengatasi kendala yang ada dalam
mengimplementasikan kurikulum 2013.
3. Bagi supervisor, diperlukan evaluasi yang lebih mendalam mengenai
kemampuan guru dalam merencakan, melaksanakan hingga mengevaluasi
kegiatan pembelajaran. Hasil dari evaluasi tersebut kemudian disampaikan
kepada guru yang bersangkutan untuk menjadi bahan diskusi. Hal ini
sebagai upaya meningkatkan kemampuan diri guru.
4. Bagi pemerintah, diperlukan pelatihan khusus bagi guru biologi untuk
mendalami penilaian autentik agar sesuai dengan KI dan KD yang ada.
5. Bagi peneliti lain, disarankan untuk menguji kemampuan penguasaan
konsep guru melalui seperangkat tes soal, tidak hanya melalui skala
diferensiasi semantik self-efficacy saja.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan, antara lain:
1. Kegiatan observasi yang dilakukan hanya 1-2 kali pertemuan di dalam kelas
belum memberikan gambaran mengenai menyeluruh dari hubungan
self-efficacy guru dengan implementasi pembelajaran berdasarkan kurikulum
2013 dan self-efficacy siswa.
2. Pemilihan subjek penelitian yang diobservasi sebaiknya dipilih secara
random dari kesenjangan data antara skala diferensiasi guru dengan skala
diferensiasi siswa mengenai guru tersebut. Akan tetapi karena ada beberapa
guru yang tidak mau untuk diamati kegiatan pembelajarannya, maka
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Abbitt, J. (2011). An investigation of the relationship between self-efficacy beliefs about Technology Integration and Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) among Preservice Teachers. Journal of Digital in Teacher Education. 27 (4), 134-143.
Alkomari. (2013). Guru bingung buat silabus – terkait implementasi kurikulum
baru. Koran Sindo. [online]. Tersedia:
http://www.koran-sindo.com/node/324295. [diakses 12 Februari 2014].
Alivernini & Lucidi. (2011). Relationship between social context, self-efficacy, motivation, academic achievement, and intention to drop out of high school: a longitudinal study. The Journal of Education Research, 104: 241-252.
Allinder, R. M. (1994). The relation between efficacy and the instructional practices of special education teachers and consultants. Teacher Education and Special Education, 17, 86- 95.
Anderson, L & Krathwohl, D. (2010). Kerangka landasan untuk pembelajaran, pengajaran dan asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Aydin & Boz. (2010). Pre-Service Elementary Science Teachers’ Science Teaching Efficacy Beliefs and Their Sources. Elementary Education Online, 9(2), 694–704.
Axtell, C. & Parker, S. (2003). Promoting role breadth self-efficacy through involvement, work redesign and training. Human Relations, 56, 1. The Tavistock Institute. Sage Publications. Thousand Oaks, CA.
Azzy & Budiono. (2013). Penerapan strategi brain based learning yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. [online]. Tersedia: http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelD7E65F5E46C6CBD3E 592D38AF9EF0003. [diakses 05 Desember 2014]
101
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bandura, A. (2005). Self-Efficacy Beliefs Of Adolescents. [online]. Tersedia: http://people.ehe.osu.edu/ahoy/files/2009/02/bandura-instr.pdf [diakses 22 januari 2014]
Bandura, A. (2011). On the Functional Properties of Perceived Self-Efficacy Revisited. Journal of Management, 38 (1), 9-44.
Baron & Byrne. (2004). Psikologi Sosial Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Barnes, GV. (2000). Self-efficacy and teaching effectiveness. [online]
Tersedia:http://web.cfa.arizona.edu/sites/jsr/wp-content/docs/SelfEfficacyandTeachingEffectiveness.pdf. [diakses 8 Mei 2014]
Britner & Pajares. (2006). Source of science self-efficacy beliefs of middle school students. Journal of Research in Science Teaching. Vol 43 No 5, pp 485-499
Cholifah, Hendri dan Deswanti. (2013). Analisis faktor-faktor penyebab kesulitan siswa dalam mengungkapkan pertanyaan pada proses pembelajaran
biologi kelas VII SMP Bunda Padang. [online]. Tersedia:
http://www.ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php?journal=JFKIP&page=arti cle&op=viewFile&path[]=1649&path[]=1485 [diakses 21 Oktober 2014]
Corkett, et al. (2011). Student and teacher self-efficacy and the connection to reading and writing. Canadian Journal Of Education. 34, (1), 65-98.
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2003). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Effendi, M. (2008). Upaya menumbuhkan minat baca dan kemampuan bertanya mahasiswa program studi pendidikan matematika pada mata kuliah logika melalui strategi inkuiri. [online]. Tersedia: http://research-
report.umm.ac.id/index.php/research-report/article/viewFile/299/413_umm_research_report_fulltext.pdf. [diakses 23 September 2014]
Feist & Feist. (2008). Theories of personality. Edisi Keenam. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
102
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Fraenkel & Wallen. (2006). How to design and evaluate research in education. New York: Mc Graw Hill.
Hayati, P. (2010). Teori kognitif sosial dari Albert Bandura. [online]. Tersedia: hhtp://ayasipelitahayati.wordpress.com. [diakses 11 November 2011]
Henson, R. (2001). Teacher Self-Efficacy: Substantive Implicatioms and Measurement Dilemmas. Paper : Tidak diterbitkan
Hesti, W. (2011). Pembelajaran berbasis portofolio untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah siswa SMA pada konsep pencemaran lingkungan. Tesis, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia
Ikhsan. (2011). Penggunaan model pembelajaran berbasis praktikum terhadap peningkatan pemahaman dan keterampilan analisis siswa kelas XI IPA
SMA 1 Rawalo. [online]. Tersedia:http://digilib.ump.ac.id/files/
disk1/11/jhptump-a-ikhsansusa-521-1-babi.pdf. [diakses 12 Oktober 2014]
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2012). Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013a). Pedoman pelatihan implementasi kurikulum 2013. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013 b). Kerangka dasar dan struktur kurikulum 2013. [online]. Tersedia:http://sergu.unimed.ac.id/konten/ download/2013download/modulplpg2013/00_Modul%20Kurikulum%20 2013.pdf [diakses 12 Februari 2014]
103
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
King, Goodson dan Rohani. (1998). Higher order thinking skills. [online]. Tersedia: http://www.cala.fsu.edu/files/higher_order_thinking_skills.pdf [diakses 5 Desember 2014]
Kunandar. (2013). Penilaian autentik (penilaian hasil belajar peserta didik berdasarkan kurikulum 2013). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Larsen, R.J & Buss, D.M. (2008). Personality psychology : Domains of knowledge about human nature. New York: McGraw Hill
Liu, et al. (2006). Middle school’s self-efficacy, attitudes, and achievement in a computer-enhanced problem-based learning environment. Journal of Interactive Learnning Research. Vol 17 No 3, pp 225 -242
Mihladiz, et al. (2011). The relationship between the pre-service science teachers’ self-efficacy beliefs about science teaching and laboratory works. Wester Anatolia Journal of Educational Sciences,477-484.
Muslich, M. (2010). Authentic assessment: penilaian berbasis kelas dan kompetensi. Bandung: PT. Refika Aditama.
Muyasaroh, S. (2012). Studi efikasi guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran praktikum kimia koloid kelas XI IPA di MA Negeri Demak tahun pelajaran 2011/2012. Tesis IAIN Walisongo : tidak diterbitkan
Ningtyas, P. (2011). Pengaruh persepsi iklim kelas dan self-efficacy terhadap motivasi belajar anak jalanan. Tesis: tidak diterbitkan.
Panjares, F. (1996). Self-efficacy beliefs in academic setting. Review of Educational Research, Vol 66, No.4, 543 – 578
Pintrich & Schunk. (1996). The role of expectancy and self-efficacy beliefs [online] Tersedia: http://www.uky.edu/~eushe2/Pajares/PS.html [diakses 22 Oktober 2014]
Puspitawati, P. (2012). Studi tentang pelaksanaan program MGMP dalam upaya meningkatkan kemampuan profesional guru : Studi deskriptif terhadap program MGMP IPA SLTA di kota Bandung. Tesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
Riduwan. (2005). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peniliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
104
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Rustaman, et al. (2013). Penilaian Proses dan Hasil Belajar pada Kurikulum 2013. Bahan PPM : tidak diterbitkan.
Rustaman, N. (2005). Strategi belajar mengajar biologi. Malang: UM Press
Sagala, S. (2010). Supervisi pembelajaran dalam pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta
Sebekti. (1997) Profil kemampuan dasar (profesional) guru ditinjau dari tindakan dan keputusan pembelajaran oleh guru dalam konteks kegiatan perencanaan pelaksanaan dan penelitian pengajaran biologi di SMU. Disertasi, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia
Setiadi, R. (2007). Efikasi diri dan kinerja guru serta hasil belajar literasi siswa. [online].http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._
BAHASA_PERANCIS/196510131992021-RISWANDA_SETIADI /EFIKASI_DIRI_DAN_KINERJA_GURU_SERTA_HASIL_BELAJAR _LITERASI_S.pdf. [diakses 12Oktober 2014]
Setiadi, R. (2010). Self-efficacy in indonesian literacy teaching context: a theorical and empirical perspective. Bandung: Rizqi Press
Setiono, K. (2009). Psikologi perkembangan. Bandung: Widya Padjajaran.
Sihotang, L. (2012). Penerapan pembelajaran Model Eliciting Activities (Meas) untuk meningkatkan pengguasaan konsep fisika dan self-efficacy siswa. Tesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia
Siswoyo. (1997). Penggunaan teknik bertanya guru untuk meningkatkan berpikir dan konsepsi siswa tentang pembiasan cahaya di Sekolah Dasar. Tesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia
Somakim. (2010). Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan self-efficacy matematik siswa sekolah menengah pertama dengan penggunaan pendekatan matematika realistik. Disertasi, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia
Sugiono. (2011). Statistik non-parametris. Bandung: Alfabeta
Suhailah, U. (2011). Implikasi pembelajaran biologi melalui pendekatan keterampilan proses terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA MTA
Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. [online].
IMPLIKASI-PEMBELAJARAN-BIOLOGI-MELALUI-105
Yanthi Sianipar,2014
Hubungan self-efficacy guru SMA Bandung dengan implementasi pembelajaran biologi berdasarkan kurikulum 2013 dan self-efficacy siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENDEKATAN-KETERAMPILAN-PROSES-TERHADAP-HASIL-BELAJAR-SISWA-KELAS-X-SMA-MTA-SURAKARTA.pdf. [diakses 12 Oktober 2014]
Surtikanti, H. (2009). Biologi lingkungan. Bandung : Prisma Press Prodaktama.
Susilana, R. (2013). Prinsip pengembangan kurikulum. [online].
https://www.scribd.com/doc/222277033/Prinsip-Pengembangan-Kurikulum. [diakses 19 Desember 2013]
Towndrow & Ling (2008). Promoting inquiry through Science Reflective Journal Writing. Eurasia Journal of Mathematics, Science & technology Education, Vol 4 (3), pg 279-283
Tschannen-Moran, M & Woolfolk Hoy, A. (2001). Teacher efficacy : Capturing an elusive construct. Teaching and Teacher Education, 17, 783-805
Wulan, A. R (2008). Skenario baru bagi implementasi asesmen kinerja pada
pembelajaran sains di Indonesia. [online]. Tersedia:
http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/197404171 999032-ANA_RATNAWULAN/Skenario_baru_asesmen_kinerja.pdf [diakses 8 Maret 2013]
Yilmaz & Cavas. (2008). The effect of the teaching practice on pre-service
elementary teachers’ science teaching efficacy and classroom
management beliefs. Eurasia Journal of Mathematics Science and Technology Education, 4(1), 45-54
Yuliani, E. (2013). Kontribusi Efikasi Guru terhadap Minat dan Sikap Siswa pada Materi Biologi di SMAN Kabupaten Pandeglang. Tesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia
Yusmanah. (2012). Peningkatan Keterampilan Bertanya dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing dalam Pembelajaran Matematika. [online].Tersedia:http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/downlo ad/693/pdf. [diakses 21 Oktober 2014]
Zimmerman, B & Schunk, D. (1990). Self-regulated learning and academic achievement: An overview. Educational Psychologist, 25, 3-17.