• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN HUBUNGAN INTERPERSONAL PESERTA DIDIK : Studi Pra Eksperimen Terhadap Peserta didik Kelas XI SMA Negeri 11 Bandung Ajaran 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN HUBUNGAN INTERPERSONAL PESERTA DIDIK : Studi Pra Eksperimen Terhadap Peserta didik Kelas XI SMA Negeri 11 Bandung Ajaran 2013/2014."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar : 165/S/PPB/2013

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK

MENGEMBANGKAN HUBUNGAN

INTERPERSONAL PESERTA DIDIK

(Studi Pra Eksperimen Terhadap Peserta didik Kelas XI SMA Negeri 11

Bandung Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

Vivit Puspita Dewi 0901246

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK

MENGEMBANGKAN HUBUNGAN

INTERPERSONAL PESERTA DIDIK

Oleh

Vivit Puspita Dewi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Asaretkha Adjane 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

VIVIT PUSPITA DEWI NIM.0901246

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK

MENGEMBANGKAN HUBUNGAN INTERPERSONAL

PESERTA DIDIK

(Studi Pra Eksperimen Terhadap Peserta didik Kelas XI SMA Negeri 11

Bandung Ajaran 2013/2014)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. Nandang Rusmana., M.Pd NIP.19600501 198603 1 004

Pembimbing II

Dr. Yusi Riksa Yustiana, M.Pd NIP. 19661115 199102 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Vivit Puspita Dewi (2013). Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Hubungan Interpersonal Peserta didik.

(Studi Pra Eksperimen Terhadap Peserta didik Kelas XI SMA Negeri 11 Bandung

Ajaran 2013/2014)

Penelitian bertujuan menghasilkan program bimbingan pribadi sosial yang

efektif untuk mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik. Masalah

utama penelitian adalah “Apakah program bimbingan pribadi sosial efektif untuk

mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik SMA Negeri 11 Bandung

Kelas XI Tahun Ajaran 2013/2014?” Metode penelitian yang digunakan yaitu

pra-eksperimen dengan One Group Pretest-Posttest Design. Sampel penelitian

sebanyak 20 peserta didik berdasarkan standar kelompok ideal dengan jumlah

anggota pada setiap kelompok 5 anggota. Program bimbingan pribadi sosial untuk

mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik yang diujikan dalam

penelitian memiliki daya pengaruh yang cukup baik, yaitu menghasilkan

peningkatan yang signifikan perubahan skor rata-rata kemampuan hubungan

interpersonal pada saat pretest sebesar 211.60 mengalami peningkatan menjadi

227,25 pada saat posttest. Rekomendasi penelitian ditunjukan kepada (1) guru

pembimbing, program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan hubungan

interpersonal peserta didik dapat menjadi rujukan dalam upaya membantu peserta

didik dalam mengembangkan hubungan interpersonal dan (2) peneliti selanjutnya,

dapat menggunakan pengungkap hubungan interpersonal dilihat dari faktor-faktor

yang mempengaruhi hubungan interpersonal.

Kata Kunci: Hubungan Interpersonal, Peserta didik SMA, Program Bimbingan

(5)

DAFTAR ISI

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL ... 11

A. Konsep Dasar Hubungan Interpersonal ... 11

1. Pengertian Hubungan Interpersonal ... 11

2. Teori Hubungan Interpersonal ... 12

3. Tahap-tahap Hubungan Interpersonal ... 14

4. Aspek-Aspek Hubungan Interpersonal ... 15

5. Jenis Hubungan Interpersonal ... 19

6. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal ... 21

B. Konsep Dasar Bimbingan Pribadi Sosial ... 23

1. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling ... 23

2. Program Bimbingan Pribadi Sosial ... 29

3. Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Hubungan Interpersonal ... 34

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 38

D. Kerangka Penelitian... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

A. Lokasi, Subjek Penelitian, dan Sampel Penelitian ... 41

1. Lokasi Penelitian ... 41

2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 41

B. Pendekatan, Metode, dan Desai Penelitian ... 42

C. Definisi Operasional Variabel ... 44

1. Program Bimbingan Pribadi Sosial ... 44

(6)

D. Proses Pengembangan Instrumen ... 45

E. Pengembangan Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Hubungan Interpersonal Peserta didik 48 F. Uji Coba Alat Ukur ... 52

3. Pengolahan Data untuk Pengembangan Program... 59

4. Analisis Data Posttest ... 62

I. Prosedur Penelitian ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 67

1. Gambaran Kemampuan Hubungan Interpersonal Sebelum dan Sesudah Memperoleh Intervensi ... 67

a. Gambaran Aspek-aspek Kemampuan Hubungan Interpersonal Sebelum Memperoleh Intervensi ... 68

b. Gambaran Efektivitas Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Hubungan Interpersonal Peserta Didik Setelah Memperoleh Intervensi ... 72

c. Efektifitas Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Hubungan Interpersonal... 79

1. Uji Efektivitas Program Bimbingan Pribadi Sosial 79 2. Data Hasil Observasi ... 81

3. Data Hasil Jurnal Kegiatan Harian ... 82

4. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan... 84

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 96

1. Pembahasan Gambaran Kemampuan Hubungan Interpersonal Sebelum dan Sesudah Memperoleh Intervensi ... 96

a. Pembahasan Gambaran Kemampuan Hubungan Interpersonal Sebelum Memperoleh Intervensi ... 96

b. Pembahasan Gambaran Aspek-aspek Kemampuan Hubungan Interpersonal Sebelum Memperoleh Intervensi ... 97

c. Pembahasan Gambaran Efektivitas Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Hubungan Interpersonal Peserta Didik Setelah Memperoleh Intervensi ... 103

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 108

(7)

B. Rekomendasi ... 109

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Anggota Polpulasi dan Sampel Penelitian ... 41

Tabel 3.2 Desain Penelitian ... 43

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Hubungan Interpersonal Peserta Didik (Sebelum Uji Coba) ... 46

Tabel 3.4 Hasil Penimbangan Angket Pengungkap Hubungan Interpersonal ... 52

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Item Hubungan Interpersonal Peserta Didik ... 54

Tabel 3.6 Tingkat Reliabilitas Instrumen Hubungan Interpersonal Peserta Didik ... 55

Tabel 3.7 Kisi-kisi Instrumen Hubungan Interpersonal Peserta Didik (Setelah Uji Coba) ... 55

Tabel 3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 57

Tabel 3.9 Konversi skor mentah menjadi skor matang dengan batas aktual ... 59

Tabel 3.10 Interpretasi Skor Kategori Hubungan Interpersonal ... 60

Tabel 3.11 Hasil Uji Normalitas ... 62

Tabel 3.10 Hasil Uji Homogenitas ... 63

Tabel 4.1 Perubahan Skor Tingkat Kemampuan Hubungan Interpersonal Peserta Didik Sebelum dan Sesudah Memperoleh Intervensi ... 72

Tabel 4.2 Perubahan Nilai Rata-rata Pretest dan Posttest Skor Kemampuan Hubungan Interpersonal Peserta Didik ... 73

Tabel 4.3 Perubahan Nilai Rata-rata Pretest dan Posttest Skor Kemampuan Hubungan Interpersonal Peserta Didik Berdasarkan Aspek Komunikasi yang Berkualitas ... 73

(9)

Tabel 4.5 Gambaran Hasil Skor Uji Efektivitas pada Aspek-aspek

Hubungan Interpersonal Peserta Didik ... 80

Tabel 4.6 Hasil Observasi ... 81

(10)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Perbedaan Kemampuan Hubungan Interpersonal Peserta

Didik pada Aspek Keterbukaan Setelah Memperoleh

Intervensi ... 75

Grafik 4.2 Perbedaan Kemampuan Hubungan Interpersonal Peserta

Didik pada Aspek Empati Setelah Memperoleh

Intervensi ... 75

Grafik 4.3 Perbedaan Kemampuan Hubungan Interpersonal Peserta

Didik pada Aspek Sikap Mendukung Setelah

Memperoleh Intervensi ... 76

Grafik 4.4 Perbedaan Kemampuan Hubungan Interpersonal Peserta

Didik pada Aspek Sikap Positif Setelah Memperoleh

Intervensi ... 77

Grafik 4.5 Perbedaan Kemampuan Hubungan Interpersonal Peserta

Didik pada Aspek Kesetaraan Setelah Memperoleh

Intervensi raan ... 77

Grafik 4.6 Perbedaan Kemampuan Hubungan Interpersonal Peserta

Didik pada Aspek Keterlibatan Mental atau Pikiran

Setelah Memperoleh Intervensi ... 78

Grafik 4.7 Perbedaan Kemampuan Hubungan Interpersonal Peserta

Didik pada Aspek Keterlibatan Emosil atau Perasaan

(11)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran ... 40

Bagan 3.1 Pengembangan Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Administrasi Penelitian ... 115

Lampiran 2 Kesimpulan Hasil Judgment Instrumen... 118

Lampiran 3 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 127

Lampiran 4 Instrumen Penelitian ... 136

Lampiran 5 Pengolahan Data Gambaran Umum ... 145

Lampiran 6 Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Hubungan Interpersonal Peserta Didik ... 162

Lampiran 7 Format Validasi Program ... 237

Lampiran 8 Pengolahan Data Post-Test ... 242

Lampiran 9 Contoh Isian Jurnal Kegiatan Harian ... 248

Lampiran 10 Daftar Hadir Peserta Didik Selama Intervensi ... 300

Lampiran 11 Kartu Bimbingan ... 302

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Hubungan interpersonal sangat penting untuk perkembangan perasaan

kenyamanan seseorang dalam berbagai lingkup sosial. Hubungan Interpersonal

membantu dalam pertumbuhan dan perkembangan kognitif dan sosial,

membangun identitas personal yang koheren dan positif, serta keyakinan akan

hubungan interpersonal dengan realitas sosial. Peserta didik yang tidak memiliki

hubungan interpersonal yang baik akan mengalami hambatan dalam proses

interaksi, cenderung merasa terasing atau terkucilkan dalam lingkungannya

Wijayanti (2012: 10).

Hasil studi yang dilakukan Lason, Csikszantmihalyi, dan Graef

(Wisnuwardhani dan Mashoedi, 2012: 1) yang menemukan 70% dari 179 remaja

dan orang dewasa melakukan aktivitas bersama orang lain setidaknya dua kali

dalam sehari, menunjukan hubungan interpersonal merupakan aspek yang

signifikan dan sangat penting bagi kehidupan.

Pearson (Wisnuwardhani dan Mashoedi, 2012: 2) mengemukakan hubungan

interpersonal adalah hubungan yang terdiri dari dua orang atau lebih yang saling

tergantung satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang konsisten.

Hubungan Interpersonal akan memberikan pengaruh terhadap satu dengan yang

lainnya atau dapat dikatakan juga sebagai hubungan yang bersifat timbal balik.

Hubungan interpersonal memiliki aspek-aspek yang mempengaruhi menurut

Davis dan Yoder (www. egidiustae.wordpress.com, Kusjarwati, 2001) hubungan

interpersonal dipengaruhi oleh kemampuan melakukan komunikasi yang

berkualitas dan partisipasi. Hubungan interpersonal memerlukan komunikasi yang

berkualitas dan partisipasi peserta didik terhadap kegiatan dalam kehidupan akan

menumbuhkan hubungan interpersonal yang lebih dekat.

Devito (2011: 286-290) menyatakan komunikasi yang berkualitas ditandai

dengan adanya yaitu: a) keterbukaan (openness), b) empati (empathy), c) sikap

(14)

(equality). Komunikasi merupakan hal yang paling penting dalam hubungan

interpersonal.

Pada aspek partisipasi menurut Davis (1962: 15) adalah keterlibatan mental

dan emosi seseorang untuk pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di

dalamnya. Pada dasarnya partisipasi sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan

emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya

untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan.

Peserta didik di SMA berada pada tahap perkembangan remaja. Hubungan

interpersonal merupakan unsur yang sangat penting bagi perkembangan

psikologis remaja yang sehat. Johnson (Supratiknya, 1995: 21) mengemukakan

beberapa manfaat hubungan interpersonal bagi peserta didik yaitu: (1) membantu

perkembangan intelektual dan sosial peserta didik, (2) identitas atau jati diri

remaja terbentuk lewat komunikasi dengan peserta didik lain, (3) dalam rangka

memahami realitas di sekelilingnya, peserta didik melakukan perbandingan sosial

untuk memperoleh pemahaman mengenai dunia di sekelilingnya, (4) kesehatan

mental peserta didik sebagian ditentukan oleh kualitas komunikasi atau hubungan

interpersonal yang terjalin antara peserta didik terutama dengan peserta

didik-peserta didik terdekatnya (significant others).

Menurut Tedjasaputra (2004: 34) peserta didik yang memiliki kesulitan

melakukan hubungan interpersonal akan mengalami persoalan yaitu sulit

menyesuaikan diri, mudah marah, cenderung memaksakan kehendak, egois, dan

ingin menang sendiri sehingga mudah terlibat perselisihan. Pesoalan-persoalan

yang dialami peserta didik dalam ketidakmampuan melakukan hubungan

interpersonal cenderung akan menghambat pembentukan kepribadian dan

aktualisasi diri dalam kehidupan, terutama dalam meraih prestasi di sekolah dan

dikhawatirkan dapat menimbulkan persoalan lain yang lebih kompleks bagi

peserta didik.

Peserta didik memiliki kebutuhan untuk terikat yang bertahan sepanjang

waktu dan umum dilakukan seperti berkenalan dan kemudian berteman. Dengan

menjalin hubungan dengan orang lain, peserta didik mencoba untuk mengenali

(15)

3

interaksi yang lebih akrab kepada orang lain, dan berusaha mempertahankan

interaksi agar lebih terasa nyaman (Wisnuwardhani dan Mashoedi, 2012: 1-2).

Peserta didik yang tidak hanya melakukan interaksi kepada orang yang

terdekatnya saja tetapi dapat melakukannya dengan siapa saja, maka dapat

dikatakan peserta didik tersebut tidak hanya dapat melakukan hubungan

interpersonal tetapi dapat mengembangkan hubungan interpersonalnya

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMA Negeri 11 Bandung yang

dilakukan pada tanggal 28 Januari 2013 sampai 02 Febuari 2013 melalui

wawancara dengan guru BK dan pengamatan langsung terdapat fenomena yang

menunjukkan kurang kemampuan hubungan Interpersonal yang dimiliki peserta

didik dapat dilihat dari perilaku peserta didik kelas XI Tahun Ajaran 2013/2014

yaitu kemampuan melakukan komunikasi yang berkualitas dengan aspek

keterbukaan terlihat perilaku yang menunjukkan ada peserta didik yang hanya

mau bergaul dengan teman terdekat saja, pada aspek empati menunjukkan peserta

didik bersikap tidak peduli ketika melihat temannya menangis bila tidak terlalu

akrab dengan diri peserta didik, dan peserta didik cenderung mengejek teman

yang memperoleh nilai jelek, pada aspek sikap mendukung, peserta didik

cenderung tidak mendengarkan temannya yang sedang berbicara di depan kelas,

pada aspek sikap positif dapat dilihat dan peserta didik masih kurang bisa

menghargai orang lain, dan pada aspek kesetaraan, terlihat masih ada peserta didik

yang hanya mau berteman dengan orang tertentu saja. Pada kemampuan dalam

partisipasi terlihat peserta didik masih ada yang enggan mengikuti kegiatan dalam

kelompok.

Studi pendahuluan juga dilakukan dengan menyebarkan instrument

hubungan interpersonal kepada peserta didik hasil yang diperoleh terlihat

hubungan interpersonal peserta didik kelas XI SMA Negeri 11 Bandung Tahun

Ajaran 2013/2014 dari jumlah sampel 329 peserta didik didapatkan 51 peserta

didik (15.5%) pada kategori tinggi berarti peserta didik sudah mampu melakukan

hubungan interpersonal dengan baik, peserta didik yang memiliki hubungan

interpersonal yang tinggi menunjukan keterbukaan dalam hubungan interpersonal

(16)

dikenalnya, peserta didik juga tidak ragu untuk menunjukan sikap mendukung

terhadap temannya, peserta didik sudah menunjukan sikap yang positif dalam

berhubungan dengan orang lain, dan peserta didik sudah menerapkan kesetaraan

dalam berhubungan dengan orang lain. Selain itu peserta didik dapat melakukan

kerja sama dengan baik dalam melakukan partisipasi keterlibatan mental maupun

keterlibatan emosinya. Sebanyak 231 peserta didik (70.2%) berada pada kategori

sedang yang artinya peserta didik sudah mampu melakukan hubungan

interpersonal menunjukan keterbukaan tetapi hanya sebatas kepada orang

terdekat, menunjukan sikap empati kepada teman tetapi masih sebatas berempati

kepada teman yang dikenalnya. Peserta didik sudah menunjukan dukungan

kepada orang lain tetapi masih belum mendalam hanya sebatas memberikan

dukungan yang sama dilakukan orang lain pada umumnya, peserta didik sudah

menunjukan sikap yang positif tetapi masih sebatas orang-orang terdekat, dan

peserta didik sudah menunjukan sikap kesetaraan tapi masih perlu

mengembangkan cara mengkomunikasikan kesetaraan agar dapat diterima oleh

orang lain. Selain itu peserta didik sudah mengikuti kegiatan kelompok tetapi

belum terlihat aktif dalam memberikan pendapatnya ataupun menunjukan ekspresi

perasaan. Dan sebanyak 47 peserta didik (14.3%) berada katagori rendah yang

artinya tidak ada peserta didik yang tidak mampu melakukan hubungan

interpersonal seperti kurang mampu menunjukan keterbukaan kepada orang lain,

kurang mampu menunjukan sikap empati kepada orang lain. Peserta didik kurang

mampu menunjukan dukungan kepada orang lain, peserta didik kurang mampu

menunjukan sikap yang positif kepada orang lain, dan peserta didik kurang

mampu menunjukan sikap kesetaraan tapi masih perlu mengembangkan cara

mengkomunikasikan kesetaraan agar dapat diterima oleh orang lain. Selain itu

peserta didik kurang mengikuti kegiatan kelompok seperti peserta didik belum

terlihat aktif dalam memberikan pendapatnya ataupun menunjukan ekspresi

perasaan.

Hasil studi pendahuluan yang diperoleh selain menunjukan sebagian besar

peserta didik berada pada kategori sedang pada kemampuan komunikasi yang

(17)

5

dan perlunya upaya bimbingan untuk mengembangkan hubungan interpersonal

peserta didik. Selain itu program bimbingan dan konseling yang ada di sekolah

lebih banyak terfokus pada layanan pemberian informasi dan orientasi, dan

kurangnya mengakomodasi upaya pengembangan hubungan interpersonalnya.

Ketidakmampuan peserta didik dalam mengembangkan hubungan

interpersonal cenderung menunjukan perilaku yang negatif. Salah satu perilaku

negatif yang dimaksud yaitu dalam bentuk menarik diri dalam lingkungan (negatif

pasif) maupun dalam bentuk agresif terhadap lingkungan (negatif aktif) (Yusuf,

2007: 26). Peserta didik yang memiliki perilaku negatif di sekolah akan

menimbulkan gangguan dalam berinteraksi sosial yang menjadikan peserta didik

terisolir dari lingkungannya. Fenomena ketidakmampuan peserta didik dalam

mengembangkan hubungan interpersonal, perlu memperoleh perhatian khusus

dari semua pendidikan di sekolah salah satunya bantuan dari bimbingan dan

konseling.

Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat

mencapai tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar

(akademik), dan karir (Depdiknas, 2008: 197). Guru bimbingan dan konseling

dapat membuat dan melaksanakan program bimbingan dan konseling untuk

memfasilitasi peserta didik agar dapat mencapai tugas perkembangannya.

Program bimbingan dan konseling meliputi empat bidang bimbingan, yaitu

bimbingan belajar, pribadi, sosial, dan karir. Permasalahan hubungan

interpersonal terdapat pada bidang pribadi sosial. Bimbingan pribadi sosial

diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan

individu dalam menangani masalah-masalah dirinya (Yusuf, 2009: 55).

Bimbingan pribadi sosial dirasa tepat membantu peserta didik untuk

mengembangkan hubungan interpersonal sesuai dengan salah satu tujuan

bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi sosial yaitu memiliki

kemampuan berinteraksi sosial yang diwujudkan dalam bentuk hubungan

persahabatan persaudaraan, atau silaturahmi dengan sesama manusia (Depdiknas,

(18)

Bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan hubungan interpersonal

peserta didik disusun dalam program bimbingan pribadi sosial yang direncanakan

secara sistematis, terarah, dan terpadu sebagai upaya mengembangkan hubungan

interpersonal juga diharapkan dapat membantu peserta didik mengatasi

permasalahan yang bersifat pribadi akibat dari ketidakmampuan dalam melakukan

hubungan interpersonal.

Berdasarkan fenomena yang dipaparkan, penelitian mengambil judul

“Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Hubungan

Interpersonal Peserta didik SMA Negeri 11 Bandung kelas XI tahun ajaran

2013/2014”.

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah

Masa remaja sering disebut sebagai masa social hunger (kehausan sosial),

yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan

yang lebih luas, terutama di dalam kelompok teman sebaya (peer group).

Kehidupan sebaya, terutama pertemanan sebaya merupakan ciri khas kehidupan

remaja, dimana interaksi bersama teman sebaya merupakan hal yang paling

menyenangkan. Pada masa remaja keterikatan terhadap teman sebaya sangat kuat

(www.wordpress.com, Sudrajat, 2008).

Pada masa remaja, pengaruh teman sebaya sangat berperan penting dalam

perkembangan peserta didik. Untuk dapat berinteraksi dan beradaptasi secara

baik dengan lingkungan sosial khususnya dalam lingkungan sekolah peserta didik

dituntut untuk menguasai aspek-aspek hubungan interpersonal agar dapat

menjalin hubungan interpersonal.

Aspek-aspek yang dapat menumbuhkan hubungan interpersonal yaitu

komunikasi yang berkualitas dan partisipasi. Komunikasi merupakan hal yang

paling penting dalam hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal

memerlukan komunikasi yang berkualitas. Partisipasi peserta didik terhadap

kegiatan dalam kehidupan akan menumbuhkan hubungan interpersonal yang lebih

(19)

7

Hubungan interpersonal sangat penting untuk perkembangan perasaan

kenyamanan personal peserta didik dalam berbagai lingkup sosial. Hubungan

interpersonal akan membantu peserta didik tersebut dalam pertumbuhan dan

perkembangan kognitif dan sosialnya, membangun identitas personal yang

koheren dan positif, serta keyakinan akan hubungan peserta didik dengan realitas

sosial. Menjalin hubungan dengan peserta didik lain. Peserta didik yang tidak

memiliki hubungan interpersonal yang baik akan mengalami hambatan dalam

proses interaksi, cenderung merasa terasing atau terkucilkan dalam lingkungannya

Wijayanti (2012: 10).

Usaha ke arah mengembangkan hubungan interpersonal dapat dilakukan

dengan memberikan Intervensi yang dilakukan oleh guru bimbingan dan

konseling. Intervensi dikemas dalam program bimbingan dan konseling.

Hubungan interpersonal merupakan bagian dari ranah bimbingan pribadi dan

sosial. Bimbingan pribadi sosial merupakan jenis bimbingan untuk membantu

peserta didik mengatasi masalah-masalah yang bersifat pribadi sebagai akibat

ketidakmampuan peserta didik menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.

Program bimbingan merupakan serangkaian kegiatan bimbingan yang

disusun secara sistematis, terarah, dan terpadu dengan mempertimbangkan

faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaksanaannya serta pada akhirnya untuk mencapai

tujuan yang diharapkan. Apabila dikaitkan dengan bimbingan pribadi sosial, maka

kegiatan bimbingan yang dimaksud merupakan jenis bimbingan dalam rangka

mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan hubungan

interpersonal di sekolah maupun di lingkungan tempat peserta didik berada.

Tujuan dari program bimbingan pribadi sosial yaitu agar peserta didik dapat

meningkatkan hubungan interpersonal di sekolah, sehingga peserta didik dapat

berinteraksi dengan baik dan dapat diterima oleh lingkungan sosialnya.

Bimbingan merupakan upaya untuk membantu individu berkembang sesuai

dengan kemampuan yang dimilikinya secara bertahap dalam proses yang matang.

Rochman Natawidjaya (Winkel, 2006: 67) mengartikan bimbingan sebagai

proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara

(20)

sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan

dan keadaan keluarga serta masyarakat.

Bimbingan pribadi sosial adalah bentuk bimbingan yang disusun sebagai

upaya untuk membantu peserta didik dalam menghadapi dan memecahkan

masalah-masalah pribadi sosial. Bimbingan pribadi sosial diarahkan untuk

memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan peserta didik dalam

menangani masalah-masalah yang dialami peserta didik. Bimbingan merupakan

layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan

memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang

dialami oleh peserta didik. Bimbingan dan konseling pribadi sosial diberikan

dengan cara menciptakan lingkungan interaksi pendidikan yang kondusif,

mengembangkan sistem pemahaman diri dan sikap yang positif, serta dengan

mengembangkan keterampilan sosial pribadi yang tepat. (Yusuf & Nurikhsan,

2005: 11).

Mengingat pentingnya program pribadi sosial di sekolah untuk membantu

peserta didik mengembangan hubungan interpersonal maka rumusan

permasalahan yang diangkat penelitian adalah “Apakah program bimbingan

pribadi sosial efektif untuk mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik

SMA Negeri 11 Bandung Kelas XI Tahun Ajaran 2013/2014?”

Sebagai need assement untuk menyusun program bimbingan pribadi sosial

adapun pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Bagaimana gambaran aspek-aspek kemampuan hubungan interpersonal

peserta didik SMA Negeri 11 Bandung Kelas XI Tahun Ajaran

2013/2014 sebelum memperoleh intervensi?

2. Bagaimana program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk

mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik SMA Negeri 11

Bandung Kelas XI Tahun Ajaran 2013/2014?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah mengetahui dan membuktikan secara empiris

(21)

9

interpersonal peserta didik SMA Negeri 11 Bandung Kelas XI Tahun Ajaran

2013/2014. Secara khusus tujuan dari penelitian menemukan hal-hal berikut:

1. Gambaran aspek-aspek hubungan interpersonal peserta didik SMA

Negeri 11 Bandung Kelas XI Tahun Ajaran 2013/2014 sebelum

memperoleh intervensi?

2. Gambaran program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk

mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik SMA Negeri 11

Bandung Kelas XI Tahun Ajaran 2013/2014 setelah memperoleh

intervensi?

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat:

1.Bagi Sekolah

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat dijadikan dasar oleh kepala

sekolah untuk membuat kebijakan menciptakan budaya sekolah yang dapat

memfasilitasi perkembangan hubungan interpersonal peserta didik.

2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Hasil penelitian dapat dijadikan bahan rujukan untuk pemberian layanan BK

dalam mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik.

3.Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB)

Penelitian menjadi salah satu program bimbingan pribadi sosial untuk

mengembangkan kemampuan hubungan interpersonal peserta didik.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi terdiri dari lima bab. Bab I pendahuluan terdiri dari

latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Bab II kajian pustaka yang

berisi konsep-konsep teori hubungan interpersonal dan program bimbingan

pribadi sosial. Bab III metode penelitian berisi beberapa komponen seperti lokasi

dan subjek populasi/sampel penelitian, cara pemilihan sampel serta justifikasi dari

(22)

definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrument,

teknik pengumpulan data, prosedur pengolahan data. Dan prosedur penelitian

Bab IV hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari pengolahan atau analisis data

untuk menghasilkan temuan terkait dengan masalah penelitian, pertanyaan

(23)

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi penelitian dan Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 11 Bandung yang beralamat Jalan

Kembar Baru Nomor: 23 Telp (022) 5201102 Bandung 40253. Pemilihan lokasi

penelitian didasarkan hasil Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMA Negeri

11 Bandung yang dilakukan pada tanggal 28 Januari 2013 sampai 02 Febuari

2013 melalui wawancara dengan guru BK dan pengamatan langsung masih

terdapat peserta didik menunjukan hubungan interpersonal yang belum optimal.

Hubungan interpersonal yang belum optimal dapat dilihat kurangnya kemampuan

melakukan komunikasi yang berkualitas dan kurangnya partisipasi peserta didik

dalam lingkungan pergaulannya. Studi pendahuluan juga dilakukan dengan

menggunakan instrument hubungan interpersonal, hasil yang diperoleh terlihat

kemampuan hubungan interpersonal peserta didik kelas XI SMA Negeri 11

Bandung sebagian besar berada pada kategori sedang. Sehingga perlu upaya untuk

mengembangkan hubungan interpersonal.

2. Populasi, dan Sampel Penelitian

Tabel 3.1

Jumlah Anggota Populasi dan Sampel Penelitian

No Kelas Populasi Sampel

1. XI IPA 1 45 33

2. XI IPA 2 45 31

3. XI IPA 3 45 30

4. XI IPA 4 45 32

5. XI IPA 5 45 32

6. XI IPA 6 45 19

7. XI IPA 7 45 34

(24)

9. XI IPS 2 45 30

10. XI IPS 3 45 30

11. XI IPS 4 45 30

12. XI IPS 5 45 33

13. XI IPS 6 45 31

Jumlah 455 329

Sampel penelitian peserta didik yang memperoleh intervensi adalah peserta

didik kelas XI SMA Negeri 11 Bandung yang berada pada kategori kemampuan

hubungan interpersonal sedang berdasarkan hasil studi pendahuluan juga

dipergunakan sebagai pre-test dipilih sebanyak 20 peserta didik.

B. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif karena

diperlukan hasil penelitian mengenai hubungan interpersonal peserta didik.

Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang akan mengukur hubungan

interpersonal peserta didik. Data hasil penelitian berupa skor (angka-angka)

akan diproses melalui pengolahan statistik selanjutnya dideskripsikan untuk

mendapatkan gambaran hubungan interpersonal peserta didik di sekolah.

Gambaran hubungan interpersonal peserta didik di sekolah diukur melalui

indikator-indikator dari masing-masing aspek yang akan dijadikan sumber

dalam penyusunan program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan

hubungan interpersonal peserta didik.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode pra-eksperimen.

Sugiyono (2010: 109) menyatakan:

Metode pra-eksperimen adalah suatu metode penelitian yang belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Hal ini dapat terjadi karena tidak adanya variabel kontrol..

Dalam penelitian metode pra-eksperimen yang dimaksud adalah suatu

(25)

43

meningkatkan hubungan interpersonal pada peserta didik kelas XI SMA

Negeri 11 Bandung tanpa ada kelompok kontrol

Desain yang digunakan dalam penelitian adalah desain satu kelompok subjek

(one group pre-post design). Menurut Arikunto (2009: 212) desain satu kelompok

subjek (one group pre-post design) adalah:

...eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa kelompok kontrol, dengan alasan bahwa pre-test memberikan landasan untuk membuat komparasi perubahan yang dialami oleh subjek yang sama sebelum dan sesudah dilaksanakan eksperimen treatment.

Desain eksperimen yang digunakan adalah Pra-Eksperimen Desain dalam

Bentuk ”One-Group Pretest-Posttest Designs”, yang dilakukan dengan

membandingkan keadaan sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan

pada kelompok eksperimen. Sugiyono (2010: 73)

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Kelompok Pre-test Pelakuan Post-Test

Eksperimen O1 X O2

Keterangan :

X : Program bimbingan pribadi sosial.

O1 : Hubungan Interpersonal yang rendah

O2 : Peningkatan hubungan interpersonal.

Data awal pengukuran kebutuhan penyusunan program bimbingan pribadi

sosial untuk mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik diambil dari

kondisi hubungan interpersonal peserta didik di sekolah. Tahapan kegiatan

program bimbingan yang layak dilaksanakan meliputi:

1. Tahap pengidentifikasian dilakukan melalui penyebaran angket kepada

peserta didik yaitu identifikasi tentang kemampuan hubungan interpersonal

peserta didik. Pengidentifikasian dilakukan melalui penyebaran angket

kepada peserta didik. Dan Identifikasi tentang layanan bimbingan pribadi

sosial yang dibutuhkan peserta didik untuk mengembangkan hubungan

(26)

2. Tahap pengembangan program layanan bimbingan belajar di SMAN 11

Bandung berdasarkan kajian terhadap data-data hasil pengidentifikasian

disertai terhadap konsep bimbingan pribadi sosial, maka dikembangkanlah

sebuah program hipotetik.

3. Tahap diskusi program hipotetik. Untuk menguji kelayakan sebuah program

langkah berikutnya adalah mengadakan diskusi dengan dosen dan guru

Bimbingan dan Konseling sebagai pertimbangan dalam pengembangan

program.

4. Tahap penyempurnaan program. Berdasarkan diskusi yang telah dilakukan

akhirnya program disempurnakan dan dinyatakan sebagai program yang

layak untuk dilaksanakan.

C. Definisi Operasional Variabel

1. Program Bimbingan Pribadi Sosial

Secara Operasional, pada penelitian yang dimaksud program bimbingan

pribadi sosial untuk mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik di

sekolah adalah rancangan aktivitas layanan bimbingan dan konseling yang

terencana, terorganisasi dan terkoordinasi dalam periode satu bulan untuk

membantu peserta didik mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik.

Struktur program yang dikembangkan dalam penelitian mengacu kepada

struktur pengembangan program berbasis tugas perkembangan yaitu: a) Rasional

Program, d) Tujuan, f) Rencana Operasional, i) Evaluasi.

2. Hubungan Interpersonal

Definisi operasional variabel penelitian mengacu pada pengertian hubungan

interpersonal adalah kemampuan dalam melakukan komunikasi yang berkualitas

dan partisipasi dalam kehidupan individu.

a. Kualitas komunikasi

Aspek komunikasi yang berkualitas yaitu: a) keterbukaan (openness), b)

empati (empathy), c) sikap mendukung (supportiveness), d) sikap positif

(positiveness), e) kesetaraan (equality). Indikator keterbukaan (openness), adalah

(27)

45

hubungan, dan menunjukan kepercayaan dalam membagi perasaan yang

dirasakan. Indikator empati (empathy) adalah menunjukan perhatian kepada orang

lain, menjaga perasaan orang lain, dan mengerti keinginan orang lain. Indikator

sikap mendukung (supportiveness) adalah memberi dukungan kepada teman,

memberikan penghargaan terhadap orang lain, dan Spontanitas. Indikator sikap

positif (positiveness) adalah menghargai orang lain, berpikiran positif terhadap

orang lain, dan tidak menaruh curiga secara berlebihan. Indikator kesetaraan

(equality) adalah menempatkan diri setara dengan orang lain, mengakui

pentingnya kehadiran orang lain, komunikasi dua arah, dan suasana komunikasi:

akrab dan nyaman.

b. Partisipasi

Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang untuk

pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab didalamnya. Pada dasarnya

partisipasi sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau perasaan

seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan

sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan.

D. Proses Pengembangan Instrumen

Berdasarkan jenis data yang diperlukan dalam penelitian maka dikembangkan

alat pengumpul data. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:

1. Menyusun indikator-indikator dari variabel penelitian yang akan

ditanyakan pada responden berdasarkan pada teori yang telah

dikemukakan dalam pembahasan sebelumnya. Membuat kisi-kisi dalam

bentuk matriks yang sesuai dengan indikator setiap variabel.

2. Mengembangkan instrument

3. Menyusun pertanyaan-pertanyaan disertai alternatif jawaban yang akan

dipilih oleh responden dengan berpedoman pada kisi-kisi butir angket

yang telah dibuat sekaligus menetapkan kriteria penyekoran untuk setiap

alternatif jawabannya.

4. Membuat petunjuk pengisian angket.

(28)

Jenis instrument pengungkap data dalam penelitian berupa inventori berskala.

Skala terdiri dari item, masing-masing aspek memiliki item. Skala dalam

penelitian menggunakan metode Likert yang dimodifikasi dengan menghilangkan

jawaban yang ditengah yaitu, R yang berarti tidak dapat menentukan jawaban atau

ragu-ragu. Alasan pertama untuk menghindari atau menghilangkan alternatif

jawaban R adalah jawaban R dapat dikatakan ragu-ragu, atau bahkan netral,

sehingga nantinya akan memberikan kesan bias pada jawaban. Selain itu jawaban

yang ditengah memiliki makna ganda. Kategori jawaban yang bermakna ganda

tidak diharapkan dalam suatu instrumen. Alasan kedua, tersedianya kategori

jawaban ditengah menimbulkan kecenderungan menjawab ditengah (central

tendency effect), terutama bagi responden yang ragu-ragu atau arah

kecenderungan jawabannya ke arah sesuai atau ke arah tidak sesuai. Tersedianya

jawaban ditengah akan menghilangkan banyak data penelitian, sehingga

mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring pada responden. (Hadi,

2000: 20)

Sistem penilaian item dalam penelitian menggunakan sistem penilaian skala 4

dengan menggunakan empat alternative. Pernyataan atau item-item yang di

terdapat dalam instrumen menggambarkan tingkat hubungan interpersonal terdiri

dari item favorable dan item unfavorable. Item favorable adalah item yang

mengandung nilai-nilai yang mendukung secara positif terhadap satu pernyataan

tertentu. Sedangkan item unfavorable adalah item yang mengandung nilai-nilai

yang mendukung secara negative terhadap satu pernyataan tertentu.

Kisi-kisi intrumen untuk mengungkap tingkat hubungan interpersonal peserta

didik dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian. Kisi-kisi

instrumen hubungan interpersonal akan tersaji pada tabel 3.3:

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Hubungan Interpersonal Peserta didik

(29)
(30)

pentingnya

E. Pengembangan Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk

Mengembangkan Hubungan Interpersonal Peserta Didik a. Persiapan

Persiapan pengembangan program pertama dilakukan studi literatur dan

studi pendahuluan selanjutnya program bimbingan pribadi sosial dibuat

(31)

49

SMA Negeri 11 Bandung tahun ajaran 2013/2014. Tujuan dibuatnya program

adalah mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik, Setelah

didapatkan need assement hubungan interpersonal peserta didik berada pada

kategori sedang maka komponen program yang disusun berupa layanan dasar

dengan strategi bimbingan kelompok.

b. Perancangan dan Pengembangan

Perancangan program dilakukan berdasarkan need assment yang sudah

didapatkan dengan instrument hubungan interpersonal berdasarkan aspek

komunikasi yang berkualitas meliputi keterbukaan, empati, sikap mendukung,

sikap positif, dan kesetaraan. Pada aspek partisipasi meliputi keterlibatan

mental dan keterlibatan emosi. Sasaran program bimbingan pribadi sosial

untuk mengembangkan kemampuan hubungan interpersonal yaitu peserta

didik kelas XI SMA Negeri 11 Bandung tahun ajaran 2013/2014.

Keterampilan yang harus dikuasai guru pembimbing dalam pelaksanaan

adalah membimbing peserta didik agar dapat mengembangkan kemampuan

hubungan interpersonal serta merencanakan kegiatan-kegiatan yang positif

untuk dilakukan peserta didik untuk mengembangkan hubungan

interpersonal.

Program dirancang untuk membantu peserta didik agar dapat

mengembangkan hubungan interpersonal lebih baik. sehingga pada saat di

kelas diharapkan peserta didik merasa nyaman dan kompak, apabila peserta

didik merasa nyaman di kelas, peserta didik dapat belajar dengan baik.

Selanjutnya program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk

mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik di validasi oleh tiga

dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan serta satu Guru BK SMA

Negeri 11 Bandung.

1) Program sebelum judge ( terlampir)

2) Program setelah judge (terlampir)

(32)

Penerapan program dilakukan sesuai dengan rancangan operasional yang

telah dirancang dan divalidasi. Penerapan program dilakukan selama satu

bulan sesuai dengan rancangan yang sudah dibuat.

d. Evaluasi (evaluating)

Evaluasi program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan

hubungan interpersonal dilakukan meliputi evaluasi proses, dan evaluasi

(33)

51

\

Bagan 3.1

Pengembangan Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Hubungan Interpersonal Peserta Didik

Persiapan Perancangan dan Penerapan

Pengembangan

Implementasi Program

Program Hipotetik Bimbingan

Pribadi Sosial untuk

Mengembangkan Hubungan

Interpersonal Peserta Didik

Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Hubungan Interpersonal yang sudah divalidasi Judgment Program kepada tiga orang dosen ahli dari jurusan PPB dan satu guru BK SMA Negeri 11 Bandung

Post-Test dengan

menggunakan instrument pengungkap hubungan interpersonal

Analisi Data

Program teruji 1. Studi Literatur

2. Studi Pendahuluan

3. Need Assement dengan

(34)

F. Uji Coba Alat Ukur

Kuesioner sebagai alat pengumpul data yang dipergunakan telah melalui

beberapa tahap pengujian, sebagai berikut:

a. Uji Kelayakan Instrumen

Instrumen keterampilan hubungan interpersonal peserta didik yang telah

disusun terlebih dahulu dilakukan uji kelayakan instrumen (judgement).

Penimbangan dilakukan oleh dosen ahli yaitu dosen dari jurusan Psikologi

Pendidikan dan Bimbingan. Penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

kelayakan instrumen dari segi bahasa, konstruk, dan konten, yakni kesesuaian

itempernyataan yang telah disusun dengan landasan teoritis dan ketepatan bahasa

yang digunakan, dilihat dari sudut bahasa baku dan subjek yang memberikan

respon.

Instrumen ditimbang oleh 3 orang dosen jurusan PPB FIP UPI yaitu 1) Dr.

Anne Hafina, M.Pd 2) Drs. Sudaryat Nurdin Akhmad, 3) Dr. Hj. Nani M.

Sugandi, M.Pd, Hasil penimbangan dari ahli tersebut, ditampilkan pada tabel 3.4

Tabel 3.4

Hasil Penimbangan Angket Pengungkap Hubungan Interpersonal

Hasil

Uji keterbacaan dilakukan kepada lima peserta didik SMA yaitu tiga orang

peserta didik laki-laki dan dua orang peserta didik perempuan dengan tujuan

untuk mengukur sejauh mana instrumen tersebut dapat dipahami dan dimengerti

oleh peserta didik. Hasilnya adalah sebagai berikut.

(35)

53

2) Pernyataan pada setiap item mudah dipahami dan dimengerti oleh peserta

didik.

Berdasarkan hasil uji keterbacaan kepada lima peserta didik kelas XI tingkat

SMA secara umum tidak mendapatkan kesulitan yang berarti, dalam arti para

peserta didik memahami setiap pernyataan yang ada dalam instrumen.

Selanjutnya hasil uji keterbacaan tersebut diujicobakan pada subjek penelitian

sesungguhnya dan dihitung secara statistik untuk mengetahui validitas dan

reliabilitasnya.

c. Uji Validitas dan Reliabilitas

1) Uji Validitas

Pengujian validitas yang dilakukan dalam penelitian dilakukan dengan

tujuan untuk menunjukan tingkat kesahihan instrument yang akan digunakan

dalam mengumpulkan data penelitian. Uji validitas diuji cobakan pada kelas XI

SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

Sugiyono (2010: 267) mengungkapkan “uji validitas alat pengumpulan

data dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur”. Semakin tinggi nilai validasi maka menunjukan semakin valid instrumen yang akan

digunakan.

Pengujian validitas butir item yang dilakukan dalam penelitian adalah seluruh

item yang terdapat dalam angket yang mengungkap hubungan interpersonal

peserta didik. Data yang digunakan untuk mengukur validitas item, merupakan

data hasil penyebaran instrumen. Penyebaran instrumen dilaksanakan sekaligus

untuk menguji validitas item (built-in). Pengolahan data dalam penelitian

dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Untuk menghitung

koefisien korelasi ini digunakan teknik korelasi. Rumus yang digunakan untuk

menghitung validitas setiap ítem pernyataan adalah rannk-difference correlation

yang juga dikenal dengan Sperman’s rho

Dalam penelitian ini, ítem dinyatakan valid apabila memiliki koefisien

(36)

nilai probabilitas (p-value) lebih kecil dari 0.05 (p-value < 0.05). Berdasarkan

pengolahan data, hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari 80 item pernyataan

dari angket hubungan interpersonal peserta didik terdapat 74 item pernyataan

yang valid dan 6 item pernyataan yang tidak valid. Berikut disajikan item-item

pernyataan setelah validasi.

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Item Hubungan Interpersonal Peserta Didik

Signifikansi No.Item Jumlah

Valid 1,2,3,4,5,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,

Reliabilitas instrumen menunjukkan sejauh mana instrumen yang

digunakan tersebut dapat dipercaya atau derajat keajegan (konsistensi) skor yang

diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang

berbeda. Arikunto (2006: 178) mengungkapkan “suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat data karena instrumen tersebut sudah baik”. Instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang dipercaya, karena berapa

kali pun data diambil hasilnya akan tetap sama.

Metode yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah metode Alpha.

Rumus yang digunakan sebagai berikut :

Dalam penelitian, koefisien reliabilitas dianggap signifikan pada total

perangkat instrument, dengan nilai probabilitas (p-value) lebih kecil dari 0.05 (

p-value < 0.05). Adapun mengetahui tingkat reliabilitas instrumen dalam penelitian

dengan taraf signifikansi 5% diolah dengan metode statistika memanfaatkan

program komputer SPSS forWindows Versi 16.0. Menurut Sugiyono (2010: 257)

sebagai tolak ukur, digunakan klasifikasi rentang koefisien reliabilitas sebagai

berikut:

0,00 – 0,199 derajat keterandalan sangat rendah

(37)

55

0,40 – 0,599 derajat keterandalan cukup

0,60 – 0,799 derajat keterandalan tinggi

0,80 – 1,00 derajat keterandalan sangat tinggi

(Sugiyono, 2010: 257)

Berdasarkan pengolahan data, hasil perhitungan memperlihatkan bahwa

dari ke 74 item pernyataan, menunjukkan koefisien reliabitas (konsistensi

internal) instrumen hubungan interpersonal sebesar 0.839 yang artinya, tingkat

korelasi dan derajat keterandalan instrumen hubungan interpersonal berada pada

kategori sangat tinggi.

Tabel 3.6

Tingkat Reliabilitas Instrumen Hubungan Interpersonal Peserta Didik

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

0.839 74

Adapun kisi-kisi instrument setelah uji coba dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut:

Tabel 3.7

Kisi-kisi Instrumen Hubungan Interpersonal Peserta Didik

(38)
(39)

57

Penelitian menggunakan skala likert dalam pengumpulan datanya. Dalam

pengumpulan data terlebih dahulu menentukan sumber data, kemudian jenis data,

teknik pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan

data secara lengkap dapat dilihat pada tabel 3.8:

Tabel 3.8

Teknik Pengumpulan Data

No Sumber Data Jenis Data Teknik

Pengumpulan

Instrumen

1. Peserta didik Kemampuan Hubungan

Interpersonal

Pre test dan Post test

Angket

H. Prosedur Pengolahan Data

Data yang diungkap melalui instrumen yang telah disebarkan adalah data

tentang gambaran hubungan interpersonal pada peserta didik. Adapun

langkah-langkah yang ditempuh untuk mengolah data yang diperoleh adalah sebagai

(40)

1. Verifikasi Data

Verifikasi data bertujuan untuk menyeleksi data yang dianggap layak untuk

diolah. Tahapan verifikasi data yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai

berikut.

a. Melakukan pengecekan jumlah instrumen yang telah terkumpul.

b. Melakukan tabulasi data yaitu perekapan data yang diperoleh dari peserta didik

dengan melakukan penyekoran sesuai dengan tahapan penyekoran yang telah

ditetapkan.

c. Setelah tabulasi data maka dilanjutkan dengan melakukan perhitungan statistik

sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.

Dari 329 responden yang mengisi instrumen hubungan interpersonal,

semuanya dinyatakan layak untuk dilakukan tabulasi data dan penyekoran karena

semua responden mampu mengisi instrumen hubungan interpersonal dengan baik

tanpa ada pernyataan yang terlewat.

2. Analisis Data Pretest

Langkah selanjutnya setelah seluruh data terkumpul dan diolah yakni

menganalisis data sebagai bahan acuan dalam menyusun program untuk

mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik SMA. Data-data yang

diperoleh dari hasil penyebaran instrumen kemudian diolah dengan menetapkan

tingkatan hubungan interpersonal peserta didik, apakah berada dalam tingkatan

tinggi, sedang, atau rendah.

Langkah-langkah dalam menentukan kedudukan peserta didik ke dalam tiga

kriteria menurut Arikunto (2009: 263-264) adalah sebagai berikut.

a. Menentukan nilai rata-rata ideal, dengan menggunakan rumus :

X ideal = ½ {(χ min) + (χ max)}

Ket:

(41)

59

Dalam penelitian ini skor max dan skor min dikalikan dengan jumlah item

(n).

b. Menentukan nilai simpangan baku ideal (S ideal), dengan menggunakan

rumus:

S ideal = 1/3 x ( S ideal)

Ket:

S ideal : Simpangan baku ideal

X ideal : Rata-rata ideal

Menentukan batas-batas kelompok

1) Kelompok kohesivitas kelas tinggi diperoleh dari skor rata-rata ideal

ditambah skor simpangan baku ideal ke atas;

2) Kelompok kohesivitas kelas sedang diperoleh dari skor antara kelas rendah

ditambah satu sampai sampai kelas tinggi dikurang satu;

3) Kelompok kohesivitas kelas rendah diperoleh dari skor rata-rata ideal

dikurang simpangan baku ideal ke bawah.

Tabel 3.9

Konversi skor mentah menjadi skor matang dengan batas aktual

Skala skor mentah Kategori Skor

X > µ + 1,0 ơ Tinggi

µ - 1,0 ơ ≤ X ≥µ + 1,0 ơ Sedang

X > µ - 1,0 ơ Rendah

3. Pengolahan Data untuk Pengembangan Program

Hasil pengolahan data kemampuan komunikasi interpersonal peserta didik

yang dijadikan landasan dalam pembuatan program bimbingan terlebih dahulu

dilakukan pengelompokan data menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan

rendah. Hasil pengelompokan data berdasarkan kategori dan interpretasinya dapat

(42)

Tabel 3.10

Interpretasi Skor Kategori Hubungan Interpersonal

Kategori Skor Interpretasi

Tinggi >247 Peserta didik mencapai tingkat

hubungan interpersonal tinggi pada

setiap aspeknya, menunjukan

keterbukaan dalam hubungan

interpersonal dengan siapa saja,

menunjukkan sikap empati bukan

hanya orang yang dikenalnya, peserta

didik tidak ragu untuk menunjukan

sikap mendukung terhadap temannya,

peserta didik menunjukan sikap yang

positif dalam berhubungan dengan

orang lain, dan peserta didik

menerapkan kesetaraan dalam

berhubungan dengan orang lain. Selain

itu peserta didik be kerja sama dengan

baik dalam partisipasi melibatkan mental

maupun keterlibatan emosinya.

Sedang 124<XI>246 Peserta didik mencapai tingkat

hubungan interpersonal yang sedang

pada setiap aspeknya, menunjukan

peserta didik mampu melakukan

hubungan interpersonal dengan

menunjukan keterbukaan tetapi

terbatas kepada orang terdekat,

menunjukan sikap empati kepada

teman tetapi terbatas kepada teman

(43)

61

menunjukan dukungan kepada orang

lain tetapi masih belum mendalam

terbata dukungan yang sama dilakukan

orang lain pada umumnya, peserta

didik menunjukan sikap yang positif

tetap terbatas pada orang-orang

terdekat, dan peserta didik

menunjukan sikap kesetaraan tapi

masih perlu mengembangkan cara

mengkomunikasikan kesetaraan agar

dapat diterima oleh orang lain. Selain

itu peserta didik sudah mengikuti

kegiatan kelompok tetapi belum

terlihat aktif dalam memberikan

pendapatnya ataupun menunjukan

ekspresi perasaan.

Rendah <123 Peserta didik pada mencapai tingkat

hubungan interpersonal yang rendah

pada setiap aspek, kesulitan

menunjukan keterbukaan kepada orang

lain, kurang mampu bersikap empati

kepada orang lain, kurang mampu

menunjukan dukungan kepada orang

lain, menunjukan sikap negatif kepada

orang lain, dan peserta didik kurang

mampu menunjukan sikap kesetaraan

sehingga masih perlu mengembangkan

keterampilan mengkomunikasikan

kesetaraan agar dapat diterima oleh

orang lain, peserta didik jarang

(44)

terlibat aktif memberikan pendapatnya

ataupun menunjukan ekspresi perasaan

pada situasi kelompok.

Kedudukan peserta didik dalam tingkat hubungan interpersonal menentukan

banyaknya peserta yang mendapatkan perlakuan/treatment. Setelah mendapatkan

treatment, diadakan kembali tes yang bersifat mengukur kembali tingkat

hubungan interpersonal peserta didik apakah ada perubahan atau tidak yang

disebut dengan post-test.

4. Analisis Data Posttest

Skor posttest kemampuan hubungan interpersonal peserta didik yang telah

diperoleh diuji melalui pengujian sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh

berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data menggunakan bantuan

software SPSS 16.0 for windows dengan uji statistic Kolmogorov-Smirnov atau

Shapiro-Wilk menggunakan taraf signifikansi 5%. Hipotesis yang digunakan

pada uji normalitas adaalh sebagai berikut:

H0 = Data pre-test dan post-test berdistribusi normal.

H1 = Data pre-test dan post-test berdistrtibusi tidak normal.

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

1) Jika Sig. ≥ 0.05 maka H0 diterima.

2) Jika Sig < 0.05 maka H0 ditolak.

Tabel 3.11 Hasil Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

Post_Test .144 20 .200* .939 20 .234

Dari tabel 3.11 diperoleh nilai signifikansi skor post-test dengan

(45)

63

taraf signifikansi α = 0.05. Sedangkan jika uji dengan Shapiro-Wilk didapatkan hasil signifikasi post-test sebesar 0.234. Oleh karena itu nilai signifikasi post-test

lebih besar dari α = 0.05, maka n H0 diterima dan H1 = ditolak berarti

berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitasi dilakukan bila data berdistribusi normal, pengujian

dilanjutkan dengan menguji homogenitas data menggunakan bantuan software

SPSS 16.0 for windows dengan uji statistic leven’s test dengan taraf signifikan

5%. Uji homogenitas dimaksudkan untuk menilai untuk menilai apakah data hasil

penelitian dari dua kelompok yang diteliti memiliki varian yang sama atau tidak.

Jika data memiliki varians yang cenderung sama (homogen) berarti

sampel-sampel dari kedua kelompok tersebut berasal dari populasi yang sama/seragam.

Dalam hal ini, dilakukan uji homogenitas varians antara data pre-test dan data

hasil post-test, hipotesis yang diajukan adalah

H0 = Varians kedua kelompok data tidak berbeda (varian data homogen)

H1 = Varians kedu kelompok data berbeda (varians data tidak homogeny)

Tabel 3.12

Hasil Uji Homogenitas

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

.172 1 38 .680

Dari tabel 3.12 diperoleh hasil uji Levene Statistic sebesar 0.680, pada taraf signifikansi α = 0.05. Berdasarkan hipotesis yang digunakan untuk uji homogenitas H0 diterima dan H1 ditolak. Disimpulkan varians data yang dianalisis

homogen.

c. Uji Statistika Nonparametik

Jika salah satu data posttest dari hasil data tidak memenuhi asumsi normalitas

(46)

d. Uji-t berpasangan

Jika data memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas maka digunakan uji t.

Skor t hasil penelitian menggunakan program SPSS 16.0, dengan menggunakan

teknik analisis Paired-Samples T-Test. Dalam hal ini, hipotesis yang diuji pada

penelitian adalah

H0 = Program bimbingan pribadi sosial tidak efektif untuk mengembangkan

hubungan interpersonal.

H1 = Program bimbingan pribadi sosial efektif untuk mengembangkan hubungan

interpersonal.

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

1) Jika Sig. ≥ 0.05 maka H0 diterima.

2) Jika Sig < 0.05 maka H0 ditolak.

I. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian meliputi langkah berikut :

1. Persiapan

a. Studi Literatur

b.Studi pendahuluan di SMA Negeri 11 Bandung yang dilaksanakan pada

tanggal 28 Januari 2013.

c.Membuat proposal penelitian dan mengkonsultasikannya dengan dosen mata

kuliah Metode Riset Bimbingan Konseling.

d.Proposal penelitian yang telah disahkan oleh dosen mata kuliah diserahkan

dengan persetujuan dari dari dewan skripsi, calon dosen pembimbing skripsi

serta ketua jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.

e.Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi pada

tingkat fakultas.

f.Mengajukan permohonan izin penelitian dari jurusan Psikologi Pendidikan

dan Bimbingan yang memberikan rekomendasi untuk melanjutkan ke tingkat

Fakultas dan Rektor UPI. Kemudian surat izin penelitian yang telah disahkan

(47)

65

g.Membuat instrumen penelitian berikut penimbangannya kepada tiga orang

dosen ahli dari jurusan PPB.

2. Pelaksanaan

a. Melakukan uji coba instrumen pada seluruh peserta didik kelas XI SMA

Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 yang merupakan pelaksanaan

pre-test.

b. Menghitung validitas dan reliabilitas instrumen yang telah diujicobakan.

c. Menentukan sampel treatment yaitu kelompok kelas peserta didik yang

tingkat hubungan peserta didiknya di bawah rata-rata kelompok.

d. Mengembangkan program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan

hubungan interpersonal pada peserta didik berdasarkan hasil analisis data

penelitian.

Untuk menghasilkan program bimbingan pribadi sosial dalam upaya

meningkatkan hubungan interpersonal yang layak, maka dilakukan beberapa

tahapan kegiatan sebagai berikut.

1) Tahap needs assessment tentang hubungan interpersonal pada peserta didik

SMA.

2) Tahap penyusunan program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan

hubungan interpersonal pada peserta didik, berdasarkan analisis dari hasil

needs assessment.

3) Tahap uji rasional program bimbingan pribadi sosial kepada pakar dan

praktisi lapangan. Hal ini bertujuan untuk menilai kelayakan program

bimbingan pribadi sosial.

4) Tahap penyempurnaan program bimbingan pribadi sosial. Berdasarkan hasil

uji kelayakan program bimbingan pribadi sosial yang telah dilakukan,

selanjutnya program bimbingan pribadi sosial tersebut disempurnakan dan

dinyatakan sebagai program bimbingan pribadi sosial yang memiliki

kelayakan untuk diujicobakan.

e. Melakukan treatment untuk meningkatkan hubungan interpersonal pada

(48)

f. Melakukan post-test untuk memperoleh data mengenai perubahan hubungan

interpersonal pada peserta didik setelah dilakukannya treatment.

3. Pelaporan

Tahapan ini merupakan tahap akhir dari tahapan penelitian. Pada tahap ini

seluruh kegiatan dan hasil penelitian dianalisis dan dilaporkan dalam bentuk

(49)

108

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Penelitian program bimbingan dan pribadi sosial untuk mengembangkan

hubungan interpersonal peserta didik kelas XI SMA Negeri 11 Bandung Tahun

Ajaran 2013/2014 menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Hubungan Interpersonal peserta didik kelas XI SMA Negeri 11 Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014 secara umum berada pada kategori sedang, berarti

menunjukan keterbukaan tetapi hanya sebatas kepada orang terdekat,

menunjukan sikap empati kepada teman tetapi masih sebatas berempati

kepada teman yang dikenalnya. Peserta didik sudah menunjukan dukungan

kepada orang lain tetapi masih belum mendalam hanya sebatas memberikan

dukungan yang sama dilakukan orang lain pada umumnya, peserta didik

sudah menunjukan sikap yang positif tetapi masih sebatas orang-orang

terdekat, dan peserta didik sudah menunjukan sikap kesetaraan tapi masih

perlu mengembangkan cara mengkomunikasikan kesetaraan agar dapat

diterima oleh orang lain.p Selain itu peserta didik sudah mengikuti kegiatan

kelompok tetapi belum terlihat aktif dalam memberikan pendapatnya ataupun

menunjukan ekspresi perasaan.

2. Program bimbingan pribadi sosial memiliki signifikan, artinya program

bimbingan pribadi sosial efektif untuk mengembangkan hubungan

interpersonal peserta didik. Hal ini terlihat adanya peningkatan rata-rata skor

hubungan interpersonal kepada sasaran intervensi secara keseluruhan baik

dari setiap aspek.

B. Rekomendasi

1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan hubungan

interpersonal peserta didik dapat menjadi rujukan dalam upaya membantu peserta

(50)

pribadi sosial dapat dilaksanakan secara terpadu sesuai dengan program sekolah

yang ada, dengan demikian akan lebih mudah bagi guru bimbingan dan konseling

dalam mengarahkan peserta didik menangani masalah-maslah pribadi sosial.

(Langkah Operasional terlampir pada pedoman pelaksanaan program)

2. Peneliti Selanjutnya

a. Program yang telah dirumuskan dan diuji cobakan terbatas pada peserta didik

pada kemampuan hubungan interpersonal pada kategori sedang. Peneliti

selanjutnya dapat mempergunakan bagi semu kategori, khusus untuk kategori

rendah dapat dirumuskan intervensi lainnya.,

b. Metode yang digunakan penelitian adalah metode pra-eksperimen tanpa ada

kelompok kontrol. untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap terhadap

keterandalan program penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode

eksperimen dengan melibatkan kelompok kontrol

c. Penelitian menggunakan pengungkap hubungan interpersonal dilihat dari

aspek-aspek yang mempengaruhi hubungan interpersonal, terdapat faktor

yang mempengaruhi hubungan interpersonal sehingga dapat diteliti lebih

Gambar

Tabel 4.7 Hasil Jurnal Kegiatan Harian ..............................................
Grafik 4.1
Tabel 3.1 Jumlah Anggota Populasi dan Sampel Penelitian
Tabel 3.2 Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

2.2.2 Langkah-langkah penerapan RCM pada sub-assembly kopling 20 BAB III KONTRUKSI DAN PENENTUAN KOMPONEN KRITIS PADA SUB- ASSEMBLY KOPLING .... Kontruksi dan Prinsip

Menganalisis faktor-faktor penyebab kemiskinan yang mempengaruhinya serta mengkaji efektifitas metode regresi spasial dalam menganalisis penyebab kemiskinan di

Jurnal Pendidikan Ekonomi , II.Diakses tanggal 10 April 2015, dari journal.unnes.ac.id/nju/index.php/DP/article/view/439/392..

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar logam kadmium (Cd), tembaga (Cu), dan zink (Zn) di dalam produk ikan tuna kemasan kaleng berdasarkan waktu penyimpanan dengan

POLA PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI TUNANETRA (Studi Deskriptif di Panti Sosial Bina Netra Wyta Guna Bandung.

Menurut Dorkas (2015), telah melakukan penelitian terhadap kandungan logam seng dan tembaga dalam produk daging sapi kemasan kaleng (corned beef) berdasarkan waktu kadaluwarsa

Penentuan shio dalam program sederhana ini dilakukan dengan pertama kali dengan menginput tanggal, bulan dan tahun kelahiran kemudian dilakuakn perhitungan dengan cara

Jadi, perangkat transmisi Uplink berfungsi sebagai pemroses suara dan gambar televisi dari studio televisi ataupun sinyal baseband dari sentral Telekomunikasi untuk dijadikan