No. Daftar : 165/S/PPB/2013
PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK
MENGEMBANGKAN HUBUNGAN
INTERPERSONAL PESERTA DIDIK
(Studi Pra Eksperimen Terhadap Peserta didik Kelas XI SMA Negeri 11
Bandung Ajaran 2013/2014)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Oleh
Vivit Puspita Dewi 0901246
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK
MENGEMBANGKAN HUBUNGAN
INTERPERSONAL PESERTA DIDIK
Oleh
Vivit Puspita Dewi
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Asaretkha Adjane 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
VIVIT PUSPITA DEWI NIM.0901246
PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK
MENGEMBANGKAN HUBUNGAN INTERPERSONAL
PESERTA DIDIK
(Studi Pra Eksperimen Terhadap Peserta didik Kelas XI SMA Negeri 11
Bandung Ajaran 2013/2014)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Dr. Nandang Rusmana., M.Pd NIP.19600501 198603 1 004
Pembimbing II
Dr. Yusi Riksa Yustiana, M.Pd NIP. 19661115 199102 2 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Vivit Puspita Dewi (2013). Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Hubungan Interpersonal Peserta didik.
(Studi Pra Eksperimen Terhadap Peserta didik Kelas XI SMA Negeri 11 Bandung
Ajaran 2013/2014)
Penelitian bertujuan menghasilkan program bimbingan pribadi sosial yang
efektif untuk mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik. Masalah
utama penelitian adalah “Apakah program bimbingan pribadi sosial efektif untuk
mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik SMA Negeri 11 Bandung
Kelas XI Tahun Ajaran 2013/2014?” Metode penelitian yang digunakan yaitu
pra-eksperimen dengan One Group Pretest-Posttest Design. Sampel penelitian
sebanyak 20 peserta didik berdasarkan standar kelompok ideal dengan jumlah
anggota pada setiap kelompok 5 anggota. Program bimbingan pribadi sosial untuk
mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik yang diujikan dalam
penelitian memiliki daya pengaruh yang cukup baik, yaitu menghasilkan
peningkatan yang signifikan perubahan skor rata-rata kemampuan hubungan
interpersonal pada saat pretest sebesar 211.60 mengalami peningkatan menjadi
227,25 pada saat posttest. Rekomendasi penelitian ditunjukan kepada (1) guru
pembimbing, program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan hubungan
interpersonal peserta didik dapat menjadi rujukan dalam upaya membantu peserta
didik dalam mengembangkan hubungan interpersonal dan (2) peneliti selanjutnya,
dapat menggunakan pengungkap hubungan interpersonal dilihat dari faktor-faktor
yang mempengaruhi hubungan interpersonal.
Kata Kunci: Hubungan Interpersonal, Peserta didik SMA, Program Bimbingan
DAFTAR ISI
B. Identifikasi Masalah dan Rumusan masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 9
BAB II PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL ... 11
A. Konsep Dasar Hubungan Interpersonal ... 11
1. Pengertian Hubungan Interpersonal ... 11
2. Teori Hubungan Interpersonal ... 12
3. Tahap-tahap Hubungan Interpersonal ... 14
4. Aspek-Aspek Hubungan Interpersonal ... 15
5. Jenis Hubungan Interpersonal ... 19
6. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal ... 21
B. Konsep Dasar Bimbingan Pribadi Sosial ... 23
1. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling ... 23
2. Program Bimbingan Pribadi Sosial ... 29
3. Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Hubungan Interpersonal ... 34
C. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 38
D. Kerangka Penelitian... 40
BAB III METODE PENELITIAN ... 41
A. Lokasi, Subjek Penelitian, dan Sampel Penelitian ... 41
1. Lokasi Penelitian ... 41
2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 41
B. Pendekatan, Metode, dan Desai Penelitian ... 42
C. Definisi Operasional Variabel ... 44
1. Program Bimbingan Pribadi Sosial ... 44
D. Proses Pengembangan Instrumen ... 45
E. Pengembangan Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Hubungan Interpersonal Peserta didik 48 F. Uji Coba Alat Ukur ... 52
3. Pengolahan Data untuk Pengembangan Program... 59
4. Analisis Data Posttest ... 62
I. Prosedur Penelitian ... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67
A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 67
1. Gambaran Kemampuan Hubungan Interpersonal Sebelum dan Sesudah Memperoleh Intervensi ... 67
a. Gambaran Aspek-aspek Kemampuan Hubungan Interpersonal Sebelum Memperoleh Intervensi ... 68
b. Gambaran Efektivitas Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Hubungan Interpersonal Peserta Didik Setelah Memperoleh Intervensi ... 72
c. Efektifitas Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Hubungan Interpersonal... 79
1. Uji Efektivitas Program Bimbingan Pribadi Sosial 79 2. Data Hasil Observasi ... 81
3. Data Hasil Jurnal Kegiatan Harian ... 82
4. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan... 84
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 96
1. Pembahasan Gambaran Kemampuan Hubungan Interpersonal Sebelum dan Sesudah Memperoleh Intervensi ... 96
a. Pembahasan Gambaran Kemampuan Hubungan Interpersonal Sebelum Memperoleh Intervensi ... 96
b. Pembahasan Gambaran Aspek-aspek Kemampuan Hubungan Interpersonal Sebelum Memperoleh Intervensi ... 97
c. Pembahasan Gambaran Efektivitas Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Hubungan Interpersonal Peserta Didik Setelah Memperoleh Intervensi ... 103
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 108
B. Rekomendasi ... 109
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jumlah Anggota Polpulasi dan Sampel Penelitian ... 41
Tabel 3.2 Desain Penelitian ... 43
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Hubungan Interpersonal Peserta Didik (Sebelum Uji Coba) ... 46
Tabel 3.4 Hasil Penimbangan Angket Pengungkap Hubungan Interpersonal ... 52
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Item Hubungan Interpersonal Peserta Didik ... 54
Tabel 3.6 Tingkat Reliabilitas Instrumen Hubungan Interpersonal Peserta Didik ... 55
Tabel 3.7 Kisi-kisi Instrumen Hubungan Interpersonal Peserta Didik (Setelah Uji Coba) ... 55
Tabel 3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 57
Tabel 3.9 Konversi skor mentah menjadi skor matang dengan batas aktual ... 59
Tabel 3.10 Interpretasi Skor Kategori Hubungan Interpersonal ... 60
Tabel 3.11 Hasil Uji Normalitas ... 62
Tabel 3.10 Hasil Uji Homogenitas ... 63
Tabel 4.1 Perubahan Skor Tingkat Kemampuan Hubungan Interpersonal Peserta Didik Sebelum dan Sesudah Memperoleh Intervensi ... 72
Tabel 4.2 Perubahan Nilai Rata-rata Pretest dan Posttest Skor Kemampuan Hubungan Interpersonal Peserta Didik ... 73
Tabel 4.3 Perubahan Nilai Rata-rata Pretest dan Posttest Skor Kemampuan Hubungan Interpersonal Peserta Didik Berdasarkan Aspek Komunikasi yang Berkualitas ... 73
Tabel 4.5 Gambaran Hasil Skor Uji Efektivitas pada Aspek-aspek
Hubungan Interpersonal Peserta Didik ... 80
Tabel 4.6 Hasil Observasi ... 81
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Perbedaan Kemampuan Hubungan Interpersonal Peserta
Didik pada Aspek Keterbukaan Setelah Memperoleh
Intervensi ... 75
Grafik 4.2 Perbedaan Kemampuan Hubungan Interpersonal Peserta
Didik pada Aspek Empati Setelah Memperoleh
Intervensi ... 75
Grafik 4.3 Perbedaan Kemampuan Hubungan Interpersonal Peserta
Didik pada Aspek Sikap Mendukung Setelah
Memperoleh Intervensi ... 76
Grafik 4.4 Perbedaan Kemampuan Hubungan Interpersonal Peserta
Didik pada Aspek Sikap Positif Setelah Memperoleh
Intervensi ... 77
Grafik 4.5 Perbedaan Kemampuan Hubungan Interpersonal Peserta
Didik pada Aspek Kesetaraan Setelah Memperoleh
Intervensi raan ... 77
Grafik 4.6 Perbedaan Kemampuan Hubungan Interpersonal Peserta
Didik pada Aspek Keterlibatan Mental atau Pikiran
Setelah Memperoleh Intervensi ... 78
Grafik 4.7 Perbedaan Kemampuan Hubungan Interpersonal Peserta
Didik pada Aspek Keterlibatan Emosil atau Perasaan
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran ... 40
Bagan 3.1 Pengembangan Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Administrasi Penelitian ... 115
Lampiran 2 Kesimpulan Hasil Judgment Instrumen... 118
Lampiran 3 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 127
Lampiran 4 Instrumen Penelitian ... 136
Lampiran 5 Pengolahan Data Gambaran Umum ... 145
Lampiran 6 Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Hubungan Interpersonal Peserta Didik ... 162
Lampiran 7 Format Validasi Program ... 237
Lampiran 8 Pengolahan Data Post-Test ... 242
Lampiran 9 Contoh Isian Jurnal Kegiatan Harian ... 248
Lampiran 10 Daftar Hadir Peserta Didik Selama Intervensi ... 300
Lampiran 11 Kartu Bimbingan ... 302
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Hubungan interpersonal sangat penting untuk perkembangan perasaan
kenyamanan seseorang dalam berbagai lingkup sosial. Hubungan Interpersonal
membantu dalam pertumbuhan dan perkembangan kognitif dan sosial,
membangun identitas personal yang koheren dan positif, serta keyakinan akan
hubungan interpersonal dengan realitas sosial. Peserta didik yang tidak memiliki
hubungan interpersonal yang baik akan mengalami hambatan dalam proses
interaksi, cenderung merasa terasing atau terkucilkan dalam lingkungannya
Wijayanti (2012: 10).
Hasil studi yang dilakukan Lason, Csikszantmihalyi, dan Graef
(Wisnuwardhani dan Mashoedi, 2012: 1) yang menemukan 70% dari 179 remaja
dan orang dewasa melakukan aktivitas bersama orang lain setidaknya dua kali
dalam sehari, menunjukan hubungan interpersonal merupakan aspek yang
signifikan dan sangat penting bagi kehidupan.
Pearson (Wisnuwardhani dan Mashoedi, 2012: 2) mengemukakan hubungan
interpersonal adalah hubungan yang terdiri dari dua orang atau lebih yang saling
tergantung satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang konsisten.
Hubungan Interpersonal akan memberikan pengaruh terhadap satu dengan yang
lainnya atau dapat dikatakan juga sebagai hubungan yang bersifat timbal balik.
Hubungan interpersonal memiliki aspek-aspek yang mempengaruhi menurut
Davis dan Yoder (www. egidiustae.wordpress.com, Kusjarwati, 2001) hubungan
interpersonal dipengaruhi oleh kemampuan melakukan komunikasi yang
berkualitas dan partisipasi. Hubungan interpersonal memerlukan komunikasi yang
berkualitas dan partisipasi peserta didik terhadap kegiatan dalam kehidupan akan
menumbuhkan hubungan interpersonal yang lebih dekat.
Devito (2011: 286-290) menyatakan komunikasi yang berkualitas ditandai
dengan adanya yaitu: a) keterbukaan (openness), b) empati (empathy), c) sikap
(equality). Komunikasi merupakan hal yang paling penting dalam hubungan
interpersonal.
Pada aspek partisipasi menurut Davis (1962: 15) adalah keterlibatan mental
dan emosi seseorang untuk pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di
dalamnya. Pada dasarnya partisipasi sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan
emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya
untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan.
Peserta didik di SMA berada pada tahap perkembangan remaja. Hubungan
interpersonal merupakan unsur yang sangat penting bagi perkembangan
psikologis remaja yang sehat. Johnson (Supratiknya, 1995: 21) mengemukakan
beberapa manfaat hubungan interpersonal bagi peserta didik yaitu: (1) membantu
perkembangan intelektual dan sosial peserta didik, (2) identitas atau jati diri
remaja terbentuk lewat komunikasi dengan peserta didik lain, (3) dalam rangka
memahami realitas di sekelilingnya, peserta didik melakukan perbandingan sosial
untuk memperoleh pemahaman mengenai dunia di sekelilingnya, (4) kesehatan
mental peserta didik sebagian ditentukan oleh kualitas komunikasi atau hubungan
interpersonal yang terjalin antara peserta didik terutama dengan peserta
didik-peserta didik terdekatnya (significant others).
Menurut Tedjasaputra (2004: 34) peserta didik yang memiliki kesulitan
melakukan hubungan interpersonal akan mengalami persoalan yaitu sulit
menyesuaikan diri, mudah marah, cenderung memaksakan kehendak, egois, dan
ingin menang sendiri sehingga mudah terlibat perselisihan. Pesoalan-persoalan
yang dialami peserta didik dalam ketidakmampuan melakukan hubungan
interpersonal cenderung akan menghambat pembentukan kepribadian dan
aktualisasi diri dalam kehidupan, terutama dalam meraih prestasi di sekolah dan
dikhawatirkan dapat menimbulkan persoalan lain yang lebih kompleks bagi
peserta didik.
Peserta didik memiliki kebutuhan untuk terikat yang bertahan sepanjang
waktu dan umum dilakukan seperti berkenalan dan kemudian berteman. Dengan
menjalin hubungan dengan orang lain, peserta didik mencoba untuk mengenali
3
interaksi yang lebih akrab kepada orang lain, dan berusaha mempertahankan
interaksi agar lebih terasa nyaman (Wisnuwardhani dan Mashoedi, 2012: 1-2).
Peserta didik yang tidak hanya melakukan interaksi kepada orang yang
terdekatnya saja tetapi dapat melakukannya dengan siapa saja, maka dapat
dikatakan peserta didik tersebut tidak hanya dapat melakukan hubungan
interpersonal tetapi dapat mengembangkan hubungan interpersonalnya
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMA Negeri 11 Bandung yang
dilakukan pada tanggal 28 Januari 2013 sampai 02 Febuari 2013 melalui
wawancara dengan guru BK dan pengamatan langsung terdapat fenomena yang
menunjukkan kurang kemampuan hubungan Interpersonal yang dimiliki peserta
didik dapat dilihat dari perilaku peserta didik kelas XI Tahun Ajaran 2013/2014
yaitu kemampuan melakukan komunikasi yang berkualitas dengan aspek
keterbukaan terlihat perilaku yang menunjukkan ada peserta didik yang hanya
mau bergaul dengan teman terdekat saja, pada aspek empati menunjukkan peserta
didik bersikap tidak peduli ketika melihat temannya menangis bila tidak terlalu
akrab dengan diri peserta didik, dan peserta didik cenderung mengejek teman
yang memperoleh nilai jelek, pada aspek sikap mendukung, peserta didik
cenderung tidak mendengarkan temannya yang sedang berbicara di depan kelas,
pada aspek sikap positif dapat dilihat dan peserta didik masih kurang bisa
menghargai orang lain, dan pada aspek kesetaraan, terlihat masih ada peserta didik
yang hanya mau berteman dengan orang tertentu saja. Pada kemampuan dalam
partisipasi terlihat peserta didik masih ada yang enggan mengikuti kegiatan dalam
kelompok.
Studi pendahuluan juga dilakukan dengan menyebarkan instrument
hubungan interpersonal kepada peserta didik hasil yang diperoleh terlihat
hubungan interpersonal peserta didik kelas XI SMA Negeri 11 Bandung Tahun
Ajaran 2013/2014 dari jumlah sampel 329 peserta didik didapatkan 51 peserta
didik (15.5%) pada kategori tinggi berarti peserta didik sudah mampu melakukan
hubungan interpersonal dengan baik, peserta didik yang memiliki hubungan
interpersonal yang tinggi menunjukan keterbukaan dalam hubungan interpersonal
dikenalnya, peserta didik juga tidak ragu untuk menunjukan sikap mendukung
terhadap temannya, peserta didik sudah menunjukan sikap yang positif dalam
berhubungan dengan orang lain, dan peserta didik sudah menerapkan kesetaraan
dalam berhubungan dengan orang lain. Selain itu peserta didik dapat melakukan
kerja sama dengan baik dalam melakukan partisipasi keterlibatan mental maupun
keterlibatan emosinya. Sebanyak 231 peserta didik (70.2%) berada pada kategori
sedang yang artinya peserta didik sudah mampu melakukan hubungan
interpersonal menunjukan keterbukaan tetapi hanya sebatas kepada orang
terdekat, menunjukan sikap empati kepada teman tetapi masih sebatas berempati
kepada teman yang dikenalnya. Peserta didik sudah menunjukan dukungan
kepada orang lain tetapi masih belum mendalam hanya sebatas memberikan
dukungan yang sama dilakukan orang lain pada umumnya, peserta didik sudah
menunjukan sikap yang positif tetapi masih sebatas orang-orang terdekat, dan
peserta didik sudah menunjukan sikap kesetaraan tapi masih perlu
mengembangkan cara mengkomunikasikan kesetaraan agar dapat diterima oleh
orang lain. Selain itu peserta didik sudah mengikuti kegiatan kelompok tetapi
belum terlihat aktif dalam memberikan pendapatnya ataupun menunjukan ekspresi
perasaan. Dan sebanyak 47 peserta didik (14.3%) berada katagori rendah yang
artinya tidak ada peserta didik yang tidak mampu melakukan hubungan
interpersonal seperti kurang mampu menunjukan keterbukaan kepada orang lain,
kurang mampu menunjukan sikap empati kepada orang lain. Peserta didik kurang
mampu menunjukan dukungan kepada orang lain, peserta didik kurang mampu
menunjukan sikap yang positif kepada orang lain, dan peserta didik kurang
mampu menunjukan sikap kesetaraan tapi masih perlu mengembangkan cara
mengkomunikasikan kesetaraan agar dapat diterima oleh orang lain. Selain itu
peserta didik kurang mengikuti kegiatan kelompok seperti peserta didik belum
terlihat aktif dalam memberikan pendapatnya ataupun menunjukan ekspresi
perasaan.
Hasil studi pendahuluan yang diperoleh selain menunjukan sebagian besar
peserta didik berada pada kategori sedang pada kemampuan komunikasi yang
5
dan perlunya upaya bimbingan untuk mengembangkan hubungan interpersonal
peserta didik. Selain itu program bimbingan dan konseling yang ada di sekolah
lebih banyak terfokus pada layanan pemberian informasi dan orientasi, dan
kurangnya mengakomodasi upaya pengembangan hubungan interpersonalnya.
Ketidakmampuan peserta didik dalam mengembangkan hubungan
interpersonal cenderung menunjukan perilaku yang negatif. Salah satu perilaku
negatif yang dimaksud yaitu dalam bentuk menarik diri dalam lingkungan (negatif
pasif) maupun dalam bentuk agresif terhadap lingkungan (negatif aktif) (Yusuf,
2007: 26). Peserta didik yang memiliki perilaku negatif di sekolah akan
menimbulkan gangguan dalam berinteraksi sosial yang menjadikan peserta didik
terisolir dari lingkungannya. Fenomena ketidakmampuan peserta didik dalam
mengembangkan hubungan interpersonal, perlu memperoleh perhatian khusus
dari semua pendidikan di sekolah salah satunya bantuan dari bimbingan dan
konseling.
Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat
mencapai tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar
(akademik), dan karir (Depdiknas, 2008: 197). Guru bimbingan dan konseling
dapat membuat dan melaksanakan program bimbingan dan konseling untuk
memfasilitasi peserta didik agar dapat mencapai tugas perkembangannya.
Program bimbingan dan konseling meliputi empat bidang bimbingan, yaitu
bimbingan belajar, pribadi, sosial, dan karir. Permasalahan hubungan
interpersonal terdapat pada bidang pribadi sosial. Bimbingan pribadi sosial
diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan
individu dalam menangani masalah-masalah dirinya (Yusuf, 2009: 55).
Bimbingan pribadi sosial dirasa tepat membantu peserta didik untuk
mengembangkan hubungan interpersonal sesuai dengan salah satu tujuan
bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi sosial yaitu memiliki
kemampuan berinteraksi sosial yang diwujudkan dalam bentuk hubungan
persahabatan persaudaraan, atau silaturahmi dengan sesama manusia (Depdiknas,
Bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan hubungan interpersonal
peserta didik disusun dalam program bimbingan pribadi sosial yang direncanakan
secara sistematis, terarah, dan terpadu sebagai upaya mengembangkan hubungan
interpersonal juga diharapkan dapat membantu peserta didik mengatasi
permasalahan yang bersifat pribadi akibat dari ketidakmampuan dalam melakukan
hubungan interpersonal.
Berdasarkan fenomena yang dipaparkan, penelitian mengambil judul
“Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Hubungan
Interpersonal Peserta didik SMA Negeri 11 Bandung kelas XI tahun ajaran
2013/2014”.
B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah
Masa remaja sering disebut sebagai masa social hunger (kehausan sosial),
yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan
yang lebih luas, terutama di dalam kelompok teman sebaya (peer group).
Kehidupan sebaya, terutama pertemanan sebaya merupakan ciri khas kehidupan
remaja, dimana interaksi bersama teman sebaya merupakan hal yang paling
menyenangkan. Pada masa remaja keterikatan terhadap teman sebaya sangat kuat
(www.wordpress.com, Sudrajat, 2008).
Pada masa remaja, pengaruh teman sebaya sangat berperan penting dalam
perkembangan peserta didik. Untuk dapat berinteraksi dan beradaptasi secara
baik dengan lingkungan sosial khususnya dalam lingkungan sekolah peserta didik
dituntut untuk menguasai aspek-aspek hubungan interpersonal agar dapat
menjalin hubungan interpersonal.
Aspek-aspek yang dapat menumbuhkan hubungan interpersonal yaitu
komunikasi yang berkualitas dan partisipasi. Komunikasi merupakan hal yang
paling penting dalam hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal
memerlukan komunikasi yang berkualitas. Partisipasi peserta didik terhadap
kegiatan dalam kehidupan akan menumbuhkan hubungan interpersonal yang lebih
7
Hubungan interpersonal sangat penting untuk perkembangan perasaan
kenyamanan personal peserta didik dalam berbagai lingkup sosial. Hubungan
interpersonal akan membantu peserta didik tersebut dalam pertumbuhan dan
perkembangan kognitif dan sosialnya, membangun identitas personal yang
koheren dan positif, serta keyakinan akan hubungan peserta didik dengan realitas
sosial. Menjalin hubungan dengan peserta didik lain. Peserta didik yang tidak
memiliki hubungan interpersonal yang baik akan mengalami hambatan dalam
proses interaksi, cenderung merasa terasing atau terkucilkan dalam lingkungannya
Wijayanti (2012: 10).
Usaha ke arah mengembangkan hubungan interpersonal dapat dilakukan
dengan memberikan Intervensi yang dilakukan oleh guru bimbingan dan
konseling. Intervensi dikemas dalam program bimbingan dan konseling.
Hubungan interpersonal merupakan bagian dari ranah bimbingan pribadi dan
sosial. Bimbingan pribadi sosial merupakan jenis bimbingan untuk membantu
peserta didik mengatasi masalah-masalah yang bersifat pribadi sebagai akibat
ketidakmampuan peserta didik menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.
Program bimbingan merupakan serangkaian kegiatan bimbingan yang
disusun secara sistematis, terarah, dan terpadu dengan mempertimbangkan
faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaksanaannya serta pada akhirnya untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Apabila dikaitkan dengan bimbingan pribadi sosial, maka
kegiatan bimbingan yang dimaksud merupakan jenis bimbingan dalam rangka
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan hubungan
interpersonal di sekolah maupun di lingkungan tempat peserta didik berada.
Tujuan dari program bimbingan pribadi sosial yaitu agar peserta didik dapat
meningkatkan hubungan interpersonal di sekolah, sehingga peserta didik dapat
berinteraksi dengan baik dan dapat diterima oleh lingkungan sosialnya.
Bimbingan merupakan upaya untuk membantu individu berkembang sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya secara bertahap dalam proses yang matang.
Rochman Natawidjaya (Winkel, 2006: 67) mengartikan bimbingan sebagai
proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan
dan keadaan keluarga serta masyarakat.
Bimbingan pribadi sosial adalah bentuk bimbingan yang disusun sebagai
upaya untuk membantu peserta didik dalam menghadapi dan memecahkan
masalah-masalah pribadi sosial. Bimbingan pribadi sosial diarahkan untuk
memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
menangani masalah-masalah yang dialami peserta didik. Bimbingan merupakan
layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan
memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang
dialami oleh peserta didik. Bimbingan dan konseling pribadi sosial diberikan
dengan cara menciptakan lingkungan interaksi pendidikan yang kondusif,
mengembangkan sistem pemahaman diri dan sikap yang positif, serta dengan
mengembangkan keterampilan sosial pribadi yang tepat. (Yusuf & Nurikhsan,
2005: 11).
Mengingat pentingnya program pribadi sosial di sekolah untuk membantu
peserta didik mengembangan hubungan interpersonal maka rumusan
permasalahan yang diangkat penelitian adalah “Apakah program bimbingan
pribadi sosial efektif untuk mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik
SMA Negeri 11 Bandung Kelas XI Tahun Ajaran 2013/2014?”
Sebagai need assement untuk menyusun program bimbingan pribadi sosial
adapun pertanyaan penelitian, yaitu:
1. Bagaimana gambaran aspek-aspek kemampuan hubungan interpersonal
peserta didik SMA Negeri 11 Bandung Kelas XI Tahun Ajaran
2013/2014 sebelum memperoleh intervensi?
2. Bagaimana program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk
mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik SMA Negeri 11
Bandung Kelas XI Tahun Ajaran 2013/2014?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian adalah mengetahui dan membuktikan secara empiris
9
interpersonal peserta didik SMA Negeri 11 Bandung Kelas XI Tahun Ajaran
2013/2014. Secara khusus tujuan dari penelitian menemukan hal-hal berikut:
1. Gambaran aspek-aspek hubungan interpersonal peserta didik SMA
Negeri 11 Bandung Kelas XI Tahun Ajaran 2013/2014 sebelum
memperoleh intervensi?
2. Gambaran program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk
mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik SMA Negeri 11
Bandung Kelas XI Tahun Ajaran 2013/2014 setelah memperoleh
intervensi?
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat:
1.Bagi Sekolah
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat dijadikan dasar oleh kepala
sekolah untuk membuat kebijakan menciptakan budaya sekolah yang dapat
memfasilitasi perkembangan hubungan interpersonal peserta didik.
2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan rujukan untuk pemberian layanan BK
dalam mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik.
3.Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB)
Penelitian menjadi salah satu program bimbingan pribadi sosial untuk
mengembangkan kemampuan hubungan interpersonal peserta didik.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi skripsi terdiri dari lima bab. Bab I pendahuluan terdiri dari
latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Bab II kajian pustaka yang
berisi konsep-konsep teori hubungan interpersonal dan program bimbingan
pribadi sosial. Bab III metode penelitian berisi beberapa komponen seperti lokasi
dan subjek populasi/sampel penelitian, cara pemilihan sampel serta justifikasi dari
definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrument,
teknik pengumpulan data, prosedur pengolahan data. Dan prosedur penelitian
Bab IV hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari pengolahan atau analisis data
untuk menghasilkan temuan terkait dengan masalah penelitian, pertanyaan
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi penelitian dan Sampel Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 11 Bandung yang beralamat Jalan
Kembar Baru Nomor: 23 Telp (022) 5201102 Bandung 40253. Pemilihan lokasi
penelitian didasarkan hasil Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMA Negeri
11 Bandung yang dilakukan pada tanggal 28 Januari 2013 sampai 02 Febuari
2013 melalui wawancara dengan guru BK dan pengamatan langsung masih
terdapat peserta didik menunjukan hubungan interpersonal yang belum optimal.
Hubungan interpersonal yang belum optimal dapat dilihat kurangnya kemampuan
melakukan komunikasi yang berkualitas dan kurangnya partisipasi peserta didik
dalam lingkungan pergaulannya. Studi pendahuluan juga dilakukan dengan
menggunakan instrument hubungan interpersonal, hasil yang diperoleh terlihat
kemampuan hubungan interpersonal peserta didik kelas XI SMA Negeri 11
Bandung sebagian besar berada pada kategori sedang. Sehingga perlu upaya untuk
mengembangkan hubungan interpersonal.
2. Populasi, dan Sampel Penelitian
Tabel 3.1
Jumlah Anggota Populasi dan Sampel Penelitian
No Kelas Populasi Sampel
1. XI IPA 1 45 33
2. XI IPA 2 45 31
3. XI IPA 3 45 30
4. XI IPA 4 45 32
5. XI IPA 5 45 32
6. XI IPA 6 45 19
7. XI IPA 7 45 34
9. XI IPS 2 45 30
10. XI IPS 3 45 30
11. XI IPS 4 45 30
12. XI IPS 5 45 33
13. XI IPS 6 45 31
Jumlah 455 329
Sampel penelitian peserta didik yang memperoleh intervensi adalah peserta
didik kelas XI SMA Negeri 11 Bandung yang berada pada kategori kemampuan
hubungan interpersonal sedang berdasarkan hasil studi pendahuluan juga
dipergunakan sebagai pre-test dipilih sebanyak 20 peserta didik.
B. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif karena
diperlukan hasil penelitian mengenai hubungan interpersonal peserta didik.
Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang akan mengukur hubungan
interpersonal peserta didik. Data hasil penelitian berupa skor (angka-angka)
akan diproses melalui pengolahan statistik selanjutnya dideskripsikan untuk
mendapatkan gambaran hubungan interpersonal peserta didik di sekolah.
Gambaran hubungan interpersonal peserta didik di sekolah diukur melalui
indikator-indikator dari masing-masing aspek yang akan dijadikan sumber
dalam penyusunan program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan
hubungan interpersonal peserta didik.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode pra-eksperimen.
Sugiyono (2010: 109) menyatakan:
Metode pra-eksperimen adalah suatu metode penelitian yang belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Hal ini dapat terjadi karena tidak adanya variabel kontrol..
Dalam penelitian metode pra-eksperimen yang dimaksud adalah suatu
43
meningkatkan hubungan interpersonal pada peserta didik kelas XI SMA
Negeri 11 Bandung tanpa ada kelompok kontrol
Desain yang digunakan dalam penelitian adalah desain satu kelompok subjek
(one group pre-post design). Menurut Arikunto (2009: 212) desain satu kelompok
subjek (one group pre-post design) adalah:
...eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa kelompok kontrol, dengan alasan bahwa pre-test memberikan landasan untuk membuat komparasi perubahan yang dialami oleh subjek yang sama sebelum dan sesudah dilaksanakan eksperimen treatment.
Desain eksperimen yang digunakan adalah Pra-Eksperimen Desain dalam
Bentuk ”One-Group Pretest-Posttest Designs”, yang dilakukan dengan
membandingkan keadaan sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan
pada kelompok eksperimen. Sugiyono (2010: 73)
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Kelompok Pre-test Pelakuan Post-Test
Eksperimen O1 X O2
Keterangan :
X : Program bimbingan pribadi sosial.
O1 : Hubungan Interpersonal yang rendah
O2 : Peningkatan hubungan interpersonal.
Data awal pengukuran kebutuhan penyusunan program bimbingan pribadi
sosial untuk mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik diambil dari
kondisi hubungan interpersonal peserta didik di sekolah. Tahapan kegiatan
program bimbingan yang layak dilaksanakan meliputi:
1. Tahap pengidentifikasian dilakukan melalui penyebaran angket kepada
peserta didik yaitu identifikasi tentang kemampuan hubungan interpersonal
peserta didik. Pengidentifikasian dilakukan melalui penyebaran angket
kepada peserta didik. Dan Identifikasi tentang layanan bimbingan pribadi
sosial yang dibutuhkan peserta didik untuk mengembangkan hubungan
2. Tahap pengembangan program layanan bimbingan belajar di SMAN 11
Bandung berdasarkan kajian terhadap data-data hasil pengidentifikasian
disertai terhadap konsep bimbingan pribadi sosial, maka dikembangkanlah
sebuah program hipotetik.
3. Tahap diskusi program hipotetik. Untuk menguji kelayakan sebuah program
langkah berikutnya adalah mengadakan diskusi dengan dosen dan guru
Bimbingan dan Konseling sebagai pertimbangan dalam pengembangan
program.
4. Tahap penyempurnaan program. Berdasarkan diskusi yang telah dilakukan
akhirnya program disempurnakan dan dinyatakan sebagai program yang
layak untuk dilaksanakan.
C. Definisi Operasional Variabel
1. Program Bimbingan Pribadi Sosial
Secara Operasional, pada penelitian yang dimaksud program bimbingan
pribadi sosial untuk mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik di
sekolah adalah rancangan aktivitas layanan bimbingan dan konseling yang
terencana, terorganisasi dan terkoordinasi dalam periode satu bulan untuk
membantu peserta didik mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik.
Struktur program yang dikembangkan dalam penelitian mengacu kepada
struktur pengembangan program berbasis tugas perkembangan yaitu: a) Rasional
Program, d) Tujuan, f) Rencana Operasional, i) Evaluasi.
2. Hubungan Interpersonal
Definisi operasional variabel penelitian mengacu pada pengertian hubungan
interpersonal adalah kemampuan dalam melakukan komunikasi yang berkualitas
dan partisipasi dalam kehidupan individu.
a. Kualitas komunikasi
Aspek komunikasi yang berkualitas yaitu: a) keterbukaan (openness), b)
empati (empathy), c) sikap mendukung (supportiveness), d) sikap positif
(positiveness), e) kesetaraan (equality). Indikator keterbukaan (openness), adalah
45
hubungan, dan menunjukan kepercayaan dalam membagi perasaan yang
dirasakan. Indikator empati (empathy) adalah menunjukan perhatian kepada orang
lain, menjaga perasaan orang lain, dan mengerti keinginan orang lain. Indikator
sikap mendukung (supportiveness) adalah memberi dukungan kepada teman,
memberikan penghargaan terhadap orang lain, dan Spontanitas. Indikator sikap
positif (positiveness) adalah menghargai orang lain, berpikiran positif terhadap
orang lain, dan tidak menaruh curiga secara berlebihan. Indikator kesetaraan
(equality) adalah menempatkan diri setara dengan orang lain, mengakui
pentingnya kehadiran orang lain, komunikasi dua arah, dan suasana komunikasi:
akrab dan nyaman.
b. Partisipasi
Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang untuk
pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab didalamnya. Pada dasarnya
partisipasi sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau perasaan
seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan
sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan.
D. Proses Pengembangan Instrumen
Berdasarkan jenis data yang diperlukan dalam penelitian maka dikembangkan
alat pengumpul data. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
1. Menyusun indikator-indikator dari variabel penelitian yang akan
ditanyakan pada responden berdasarkan pada teori yang telah
dikemukakan dalam pembahasan sebelumnya. Membuat kisi-kisi dalam
bentuk matriks yang sesuai dengan indikator setiap variabel.
2. Mengembangkan instrument
3. Menyusun pertanyaan-pertanyaan disertai alternatif jawaban yang akan
dipilih oleh responden dengan berpedoman pada kisi-kisi butir angket
yang telah dibuat sekaligus menetapkan kriteria penyekoran untuk setiap
alternatif jawabannya.
4. Membuat petunjuk pengisian angket.
Jenis instrument pengungkap data dalam penelitian berupa inventori berskala.
Skala terdiri dari item, masing-masing aspek memiliki item. Skala dalam
penelitian menggunakan metode Likert yang dimodifikasi dengan menghilangkan
jawaban yang ditengah yaitu, R yang berarti tidak dapat menentukan jawaban atau
ragu-ragu. Alasan pertama untuk menghindari atau menghilangkan alternatif
jawaban R adalah jawaban R dapat dikatakan ragu-ragu, atau bahkan netral,
sehingga nantinya akan memberikan kesan bias pada jawaban. Selain itu jawaban
yang ditengah memiliki makna ganda. Kategori jawaban yang bermakna ganda
tidak diharapkan dalam suatu instrumen. Alasan kedua, tersedianya kategori
jawaban ditengah menimbulkan kecenderungan menjawab ditengah (central
tendency effect), terutama bagi responden yang ragu-ragu atau arah
kecenderungan jawabannya ke arah sesuai atau ke arah tidak sesuai. Tersedianya
jawaban ditengah akan menghilangkan banyak data penelitian, sehingga
mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring pada responden. (Hadi,
2000: 20)
Sistem penilaian item dalam penelitian menggunakan sistem penilaian skala 4
dengan menggunakan empat alternative. Pernyataan atau item-item yang di
terdapat dalam instrumen menggambarkan tingkat hubungan interpersonal terdiri
dari item favorable dan item unfavorable. Item favorable adalah item yang
mengandung nilai-nilai yang mendukung secara positif terhadap satu pernyataan
tertentu. Sedangkan item unfavorable adalah item yang mengandung nilai-nilai
yang mendukung secara negative terhadap satu pernyataan tertentu.
Kisi-kisi intrumen untuk mengungkap tingkat hubungan interpersonal peserta
didik dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian. Kisi-kisi
instrumen hubungan interpersonal akan tersaji pada tabel 3.3:
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Hubungan Interpersonal Peserta didik
pentingnya
E. Pengembangan Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk
Mengembangkan Hubungan Interpersonal Peserta Didik a. Persiapan
Persiapan pengembangan program pertama dilakukan studi literatur dan
studi pendahuluan selanjutnya program bimbingan pribadi sosial dibuat
49
SMA Negeri 11 Bandung tahun ajaran 2013/2014. Tujuan dibuatnya program
adalah mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik, Setelah
didapatkan need assement hubungan interpersonal peserta didik berada pada
kategori sedang maka komponen program yang disusun berupa layanan dasar
dengan strategi bimbingan kelompok.
b. Perancangan dan Pengembangan
Perancangan program dilakukan berdasarkan need assment yang sudah
didapatkan dengan instrument hubungan interpersonal berdasarkan aspek
komunikasi yang berkualitas meliputi keterbukaan, empati, sikap mendukung,
sikap positif, dan kesetaraan. Pada aspek partisipasi meliputi keterlibatan
mental dan keterlibatan emosi. Sasaran program bimbingan pribadi sosial
untuk mengembangkan kemampuan hubungan interpersonal yaitu peserta
didik kelas XI SMA Negeri 11 Bandung tahun ajaran 2013/2014.
Keterampilan yang harus dikuasai guru pembimbing dalam pelaksanaan
adalah membimbing peserta didik agar dapat mengembangkan kemampuan
hubungan interpersonal serta merencanakan kegiatan-kegiatan yang positif
untuk dilakukan peserta didik untuk mengembangkan hubungan
interpersonal.
Program dirancang untuk membantu peserta didik agar dapat
mengembangkan hubungan interpersonal lebih baik. sehingga pada saat di
kelas diharapkan peserta didik merasa nyaman dan kompak, apabila peserta
didik merasa nyaman di kelas, peserta didik dapat belajar dengan baik.
Selanjutnya program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk
mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik di validasi oleh tiga
dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan serta satu Guru BK SMA
Negeri 11 Bandung.
1) Program sebelum judge ( terlampir)
2) Program setelah judge (terlampir)
Penerapan program dilakukan sesuai dengan rancangan operasional yang
telah dirancang dan divalidasi. Penerapan program dilakukan selama satu
bulan sesuai dengan rancangan yang sudah dibuat.
d. Evaluasi (evaluating)
Evaluasi program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan
hubungan interpersonal dilakukan meliputi evaluasi proses, dan evaluasi
51
\
Bagan 3.1
Pengembangan Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Hubungan Interpersonal Peserta Didik
Persiapan Perancangan dan Penerapan
Pengembangan
Implementasi Program
Program Hipotetik Bimbingan
Pribadi Sosial untuk
Mengembangkan Hubungan
Interpersonal Peserta Didik
Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Hubungan Interpersonal yang sudah divalidasi Judgment Program kepada tiga orang dosen ahli dari jurusan PPB dan satu guru BK SMA Negeri 11 Bandung
Post-Test dengan
menggunakan instrument pengungkap hubungan interpersonal
Analisi Data
Program teruji 1. Studi Literatur
2. Studi Pendahuluan
3. Need Assement dengan
F. Uji Coba Alat Ukur
Kuesioner sebagai alat pengumpul data yang dipergunakan telah melalui
beberapa tahap pengujian, sebagai berikut:
a. Uji Kelayakan Instrumen
Instrumen keterampilan hubungan interpersonal peserta didik yang telah
disusun terlebih dahulu dilakukan uji kelayakan instrumen (judgement).
Penimbangan dilakukan oleh dosen ahli yaitu dosen dari jurusan Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan. Penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
kelayakan instrumen dari segi bahasa, konstruk, dan konten, yakni kesesuaian
itempernyataan yang telah disusun dengan landasan teoritis dan ketepatan bahasa
yang digunakan, dilihat dari sudut bahasa baku dan subjek yang memberikan
respon.
Instrumen ditimbang oleh 3 orang dosen jurusan PPB FIP UPI yaitu 1) Dr.
Anne Hafina, M.Pd 2) Drs. Sudaryat Nurdin Akhmad, 3) Dr. Hj. Nani M.
Sugandi, M.Pd, Hasil penimbangan dari ahli tersebut, ditampilkan pada tabel 3.4
Tabel 3.4
Hasil Penimbangan Angket Pengungkap Hubungan Interpersonal
Hasil
Uji keterbacaan dilakukan kepada lima peserta didik SMA yaitu tiga orang
peserta didik laki-laki dan dua orang peserta didik perempuan dengan tujuan
untuk mengukur sejauh mana instrumen tersebut dapat dipahami dan dimengerti
oleh peserta didik. Hasilnya adalah sebagai berikut.
53
2) Pernyataan pada setiap item mudah dipahami dan dimengerti oleh peserta
didik.
Berdasarkan hasil uji keterbacaan kepada lima peserta didik kelas XI tingkat
SMA secara umum tidak mendapatkan kesulitan yang berarti, dalam arti para
peserta didik memahami setiap pernyataan yang ada dalam instrumen.
Selanjutnya hasil uji keterbacaan tersebut diujicobakan pada subjek penelitian
sesungguhnya dan dihitung secara statistik untuk mengetahui validitas dan
reliabilitasnya.
c. Uji Validitas dan Reliabilitas
1) Uji Validitas
Pengujian validitas yang dilakukan dalam penelitian dilakukan dengan
tujuan untuk menunjukan tingkat kesahihan instrument yang akan digunakan
dalam mengumpulkan data penelitian. Uji validitas diuji cobakan pada kelas XI
SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.
Sugiyono (2010: 267) mengungkapkan “uji validitas alat pengumpulan
data dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur”. Semakin tinggi nilai validasi maka menunjukan semakin valid instrumen yang akan
digunakan.
Pengujian validitas butir item yang dilakukan dalam penelitian adalah seluruh
item yang terdapat dalam angket yang mengungkap hubungan interpersonal
peserta didik. Data yang digunakan untuk mengukur validitas item, merupakan
data hasil penyebaran instrumen. Penyebaran instrumen dilaksanakan sekaligus
untuk menguji validitas item (built-in). Pengolahan data dalam penelitian
dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Untuk menghitung
koefisien korelasi ini digunakan teknik korelasi. Rumus yang digunakan untuk
menghitung validitas setiap ítem pernyataan adalah rannk-difference correlation
yang juga dikenal dengan Sperman’s rho
Dalam penelitian ini, ítem dinyatakan valid apabila memiliki koefisien
nilai probabilitas (p-value) lebih kecil dari 0.05 (p-value < 0.05). Berdasarkan
pengolahan data, hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari 80 item pernyataan
dari angket hubungan interpersonal peserta didik terdapat 74 item pernyataan
yang valid dan 6 item pernyataan yang tidak valid. Berikut disajikan item-item
pernyataan setelah validasi.
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Item Hubungan Interpersonal Peserta Didik
Signifikansi No.Item Jumlah
Valid 1,2,3,4,5,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,
Reliabilitas instrumen menunjukkan sejauh mana instrumen yang
digunakan tersebut dapat dipercaya atau derajat keajegan (konsistensi) skor yang
diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang
berbeda. Arikunto (2006: 178) mengungkapkan “suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat data karena instrumen tersebut sudah baik”. Instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang dipercaya, karena berapa
kali pun data diambil hasilnya akan tetap sama.
Metode yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah metode Alpha.
Rumus yang digunakan sebagai berikut :
Dalam penelitian, koefisien reliabilitas dianggap signifikan pada total
perangkat instrument, dengan nilai probabilitas (p-value) lebih kecil dari 0.05 (
p-value < 0.05). Adapun mengetahui tingkat reliabilitas instrumen dalam penelitian
dengan taraf signifikansi 5% diolah dengan metode statistika memanfaatkan
program komputer SPSS forWindows Versi 16.0. Menurut Sugiyono (2010: 257)
sebagai tolak ukur, digunakan klasifikasi rentang koefisien reliabilitas sebagai
berikut:
0,00 – 0,199 derajat keterandalan sangat rendah
55
0,40 – 0,599 derajat keterandalan cukup
0,60 – 0,799 derajat keterandalan tinggi
0,80 – 1,00 derajat keterandalan sangat tinggi
(Sugiyono, 2010: 257)
Berdasarkan pengolahan data, hasil perhitungan memperlihatkan bahwa
dari ke 74 item pernyataan, menunjukkan koefisien reliabitas (konsistensi
internal) instrumen hubungan interpersonal sebesar 0.839 yang artinya, tingkat
korelasi dan derajat keterandalan instrumen hubungan interpersonal berada pada
kategori sangat tinggi.
Tabel 3.6
Tingkat Reliabilitas Instrumen Hubungan Interpersonal Peserta Didik
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
0.839 74
Adapun kisi-kisi instrument setelah uji coba dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut:
Tabel 3.7
Kisi-kisi Instrumen Hubungan Interpersonal Peserta Didik
57
Penelitian menggunakan skala likert dalam pengumpulan datanya. Dalam
pengumpulan data terlebih dahulu menentukan sumber data, kemudian jenis data,
teknik pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan
data secara lengkap dapat dilihat pada tabel 3.8:
Tabel 3.8
Teknik Pengumpulan Data
No Sumber Data Jenis Data Teknik
Pengumpulan
Instrumen
1. Peserta didik Kemampuan Hubungan
Interpersonal
Pre test dan Post test
Angket
H. Prosedur Pengolahan Data
Data yang diungkap melalui instrumen yang telah disebarkan adalah data
tentang gambaran hubungan interpersonal pada peserta didik. Adapun
langkah-langkah yang ditempuh untuk mengolah data yang diperoleh adalah sebagai
1. Verifikasi Data
Verifikasi data bertujuan untuk menyeleksi data yang dianggap layak untuk
diolah. Tahapan verifikasi data yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai
berikut.
a. Melakukan pengecekan jumlah instrumen yang telah terkumpul.
b. Melakukan tabulasi data yaitu perekapan data yang diperoleh dari peserta didik
dengan melakukan penyekoran sesuai dengan tahapan penyekoran yang telah
ditetapkan.
c. Setelah tabulasi data maka dilanjutkan dengan melakukan perhitungan statistik
sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.
Dari 329 responden yang mengisi instrumen hubungan interpersonal,
semuanya dinyatakan layak untuk dilakukan tabulasi data dan penyekoran karena
semua responden mampu mengisi instrumen hubungan interpersonal dengan baik
tanpa ada pernyataan yang terlewat.
2. Analisis Data Pretest
Langkah selanjutnya setelah seluruh data terkumpul dan diolah yakni
menganalisis data sebagai bahan acuan dalam menyusun program untuk
mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik SMA. Data-data yang
diperoleh dari hasil penyebaran instrumen kemudian diolah dengan menetapkan
tingkatan hubungan interpersonal peserta didik, apakah berada dalam tingkatan
tinggi, sedang, atau rendah.
Langkah-langkah dalam menentukan kedudukan peserta didik ke dalam tiga
kriteria menurut Arikunto (2009: 263-264) adalah sebagai berikut.
a. Menentukan nilai rata-rata ideal, dengan menggunakan rumus :
X ideal = ½ {(χ min) + (χ max)}
Ket:
59
Dalam penelitian ini skor max dan skor min dikalikan dengan jumlah item
(n).
b. Menentukan nilai simpangan baku ideal (S ideal), dengan menggunakan
rumus:
S ideal = 1/3 x ( S ideal)
Ket:
S ideal : Simpangan baku ideal
X ideal : Rata-rata ideal
Menentukan batas-batas kelompok
1) Kelompok kohesivitas kelas tinggi diperoleh dari skor rata-rata ideal
ditambah skor simpangan baku ideal ke atas;
2) Kelompok kohesivitas kelas sedang diperoleh dari skor antara kelas rendah
ditambah satu sampai sampai kelas tinggi dikurang satu;
3) Kelompok kohesivitas kelas rendah diperoleh dari skor rata-rata ideal
dikurang simpangan baku ideal ke bawah.
Tabel 3.9
Konversi skor mentah menjadi skor matang dengan batas aktual
Skala skor mentah Kategori Skor
X > µ + 1,0 ơ Tinggi
µ - 1,0 ơ ≤ X ≥µ + 1,0 ơ Sedang
X > µ - 1,0 ơ Rendah
3. Pengolahan Data untuk Pengembangan Program
Hasil pengolahan data kemampuan komunikasi interpersonal peserta didik
yang dijadikan landasan dalam pembuatan program bimbingan terlebih dahulu
dilakukan pengelompokan data menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan
rendah. Hasil pengelompokan data berdasarkan kategori dan interpretasinya dapat
Tabel 3.10
Interpretasi Skor Kategori Hubungan Interpersonal
Kategori Skor Interpretasi
Tinggi >247 Peserta didik mencapai tingkat
hubungan interpersonal tinggi pada
setiap aspeknya, menunjukan
keterbukaan dalam hubungan
interpersonal dengan siapa saja,
menunjukkan sikap empati bukan
hanya orang yang dikenalnya, peserta
didik tidak ragu untuk menunjukan
sikap mendukung terhadap temannya,
peserta didik menunjukan sikap yang
positif dalam berhubungan dengan
orang lain, dan peserta didik
menerapkan kesetaraan dalam
berhubungan dengan orang lain. Selain
itu peserta didik be kerja sama dengan
baik dalam partisipasi melibatkan mental
maupun keterlibatan emosinya.
Sedang 124<XI>246 Peserta didik mencapai tingkat
hubungan interpersonal yang sedang
pada setiap aspeknya, menunjukan
peserta didik mampu melakukan
hubungan interpersonal dengan
menunjukan keterbukaan tetapi
terbatas kepada orang terdekat,
menunjukan sikap empati kepada
teman tetapi terbatas kepada teman
61
menunjukan dukungan kepada orang
lain tetapi masih belum mendalam
terbata dukungan yang sama dilakukan
orang lain pada umumnya, peserta
didik menunjukan sikap yang positif
tetap terbatas pada orang-orang
terdekat, dan peserta didik
menunjukan sikap kesetaraan tapi
masih perlu mengembangkan cara
mengkomunikasikan kesetaraan agar
dapat diterima oleh orang lain. Selain
itu peserta didik sudah mengikuti
kegiatan kelompok tetapi belum
terlihat aktif dalam memberikan
pendapatnya ataupun menunjukan
ekspresi perasaan.
Rendah <123 Peserta didik pada mencapai tingkat
hubungan interpersonal yang rendah
pada setiap aspek, kesulitan
menunjukan keterbukaan kepada orang
lain, kurang mampu bersikap empati
kepada orang lain, kurang mampu
menunjukan dukungan kepada orang
lain, menunjukan sikap negatif kepada
orang lain, dan peserta didik kurang
mampu menunjukan sikap kesetaraan
sehingga masih perlu mengembangkan
keterampilan mengkomunikasikan
kesetaraan agar dapat diterima oleh
orang lain, peserta didik jarang
terlibat aktif memberikan pendapatnya
ataupun menunjukan ekspresi perasaan
pada situasi kelompok.
Kedudukan peserta didik dalam tingkat hubungan interpersonal menentukan
banyaknya peserta yang mendapatkan perlakuan/treatment. Setelah mendapatkan
treatment, diadakan kembali tes yang bersifat mengukur kembali tingkat
hubungan interpersonal peserta didik apakah ada perubahan atau tidak yang
disebut dengan post-test.
4. Analisis Data Posttest
Skor posttest kemampuan hubungan interpersonal peserta didik yang telah
diperoleh diuji melalui pengujian sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data menggunakan bantuan
software SPSS 16.0 for windows dengan uji statistic Kolmogorov-Smirnov atau
Shapiro-Wilk menggunakan taraf signifikansi 5%. Hipotesis yang digunakan
pada uji normalitas adaalh sebagai berikut:
H0 = Data pre-test dan post-test berdistribusi normal.
H1 = Data pre-test dan post-test berdistrtibusi tidak normal.
Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:
1) Jika Sig. ≥ 0.05 maka H0 diterima.
2) Jika Sig < 0.05 maka H0 ditolak.
Tabel 3.11 Hasil Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Post_Test .144 20 .200* .939 20 .234
Dari tabel 3.11 diperoleh nilai signifikansi skor post-test dengan
63
taraf signifikansi α = 0.05. Sedangkan jika uji dengan Shapiro-Wilk didapatkan hasil signifikasi post-test sebesar 0.234. Oleh karena itu nilai signifikasi post-test
lebih besar dari α = 0.05, maka n H0 diterima dan H1 = ditolak berarti
berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitasi dilakukan bila data berdistribusi normal, pengujian
dilanjutkan dengan menguji homogenitas data menggunakan bantuan software
SPSS 16.0 for windows dengan uji statistic leven’s test dengan taraf signifikan
5%. Uji homogenitas dimaksudkan untuk menilai untuk menilai apakah data hasil
penelitian dari dua kelompok yang diteliti memiliki varian yang sama atau tidak.
Jika data memiliki varians yang cenderung sama (homogen) berarti
sampel-sampel dari kedua kelompok tersebut berasal dari populasi yang sama/seragam.
Dalam hal ini, dilakukan uji homogenitas varians antara data pre-test dan data
hasil post-test, hipotesis yang diajukan adalah
H0 = Varians kedua kelompok data tidak berbeda (varian data homogen)
H1 = Varians kedu kelompok data berbeda (varians data tidak homogeny)
Tabel 3.12
Hasil Uji Homogenitas
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
.172 1 38 .680
Dari tabel 3.12 diperoleh hasil uji Levene Statistic sebesar 0.680, pada taraf signifikansi α = 0.05. Berdasarkan hipotesis yang digunakan untuk uji homogenitas H0 diterima dan H1 ditolak. Disimpulkan varians data yang dianalisis
homogen.
c. Uji Statistika Nonparametik
Jika salah satu data posttest dari hasil data tidak memenuhi asumsi normalitas
d. Uji-t berpasangan
Jika data memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas maka digunakan uji t.
Skor t hasil penelitian menggunakan program SPSS 16.0, dengan menggunakan
teknik analisis Paired-Samples T-Test. Dalam hal ini, hipotesis yang diuji pada
penelitian adalah
H0 = Program bimbingan pribadi sosial tidak efektif untuk mengembangkan
hubungan interpersonal.
H1 = Program bimbingan pribadi sosial efektif untuk mengembangkan hubungan
interpersonal.
Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:
1) Jika Sig. ≥ 0.05 maka H0 diterima.
2) Jika Sig < 0.05 maka H0 ditolak.
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian meliputi langkah berikut :
1. Persiapan
a. Studi Literatur
b.Studi pendahuluan di SMA Negeri 11 Bandung yang dilaksanakan pada
tanggal 28 Januari 2013.
c.Membuat proposal penelitian dan mengkonsultasikannya dengan dosen mata
kuliah Metode Riset Bimbingan Konseling.
d.Proposal penelitian yang telah disahkan oleh dosen mata kuliah diserahkan
dengan persetujuan dari dari dewan skripsi, calon dosen pembimbing skripsi
serta ketua jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.
e.Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi pada
tingkat fakultas.
f.Mengajukan permohonan izin penelitian dari jurusan Psikologi Pendidikan
dan Bimbingan yang memberikan rekomendasi untuk melanjutkan ke tingkat
Fakultas dan Rektor UPI. Kemudian surat izin penelitian yang telah disahkan
65
g.Membuat instrumen penelitian berikut penimbangannya kepada tiga orang
dosen ahli dari jurusan PPB.
2. Pelaksanaan
a. Melakukan uji coba instrumen pada seluruh peserta didik kelas XI SMA
Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 yang merupakan pelaksanaan
pre-test.
b. Menghitung validitas dan reliabilitas instrumen yang telah diujicobakan.
c. Menentukan sampel treatment yaitu kelompok kelas peserta didik yang
tingkat hubungan peserta didiknya di bawah rata-rata kelompok.
d. Mengembangkan program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan
hubungan interpersonal pada peserta didik berdasarkan hasil analisis data
penelitian.
Untuk menghasilkan program bimbingan pribadi sosial dalam upaya
meningkatkan hubungan interpersonal yang layak, maka dilakukan beberapa
tahapan kegiatan sebagai berikut.
1) Tahap needs assessment tentang hubungan interpersonal pada peserta didik
SMA.
2) Tahap penyusunan program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan
hubungan interpersonal pada peserta didik, berdasarkan analisis dari hasil
needs assessment.
3) Tahap uji rasional program bimbingan pribadi sosial kepada pakar dan
praktisi lapangan. Hal ini bertujuan untuk menilai kelayakan program
bimbingan pribadi sosial.
4) Tahap penyempurnaan program bimbingan pribadi sosial. Berdasarkan hasil
uji kelayakan program bimbingan pribadi sosial yang telah dilakukan,
selanjutnya program bimbingan pribadi sosial tersebut disempurnakan dan
dinyatakan sebagai program bimbingan pribadi sosial yang memiliki
kelayakan untuk diujicobakan.
e. Melakukan treatment untuk meningkatkan hubungan interpersonal pada
f. Melakukan post-test untuk memperoleh data mengenai perubahan hubungan
interpersonal pada peserta didik setelah dilakukannya treatment.
3. Pelaporan
Tahapan ini merupakan tahap akhir dari tahapan penelitian. Pada tahap ini
seluruh kegiatan dan hasil penelitian dianalisis dan dilaporkan dalam bentuk
108
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Penelitian program bimbingan dan pribadi sosial untuk mengembangkan
hubungan interpersonal peserta didik kelas XI SMA Negeri 11 Bandung Tahun
Ajaran 2013/2014 menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Hubungan Interpersonal peserta didik kelas XI SMA Negeri 11 Bandung
Tahun Ajaran 2013/2014 secara umum berada pada kategori sedang, berarti
menunjukan keterbukaan tetapi hanya sebatas kepada orang terdekat,
menunjukan sikap empati kepada teman tetapi masih sebatas berempati
kepada teman yang dikenalnya. Peserta didik sudah menunjukan dukungan
kepada orang lain tetapi masih belum mendalam hanya sebatas memberikan
dukungan yang sama dilakukan orang lain pada umumnya, peserta didik
sudah menunjukan sikap yang positif tetapi masih sebatas orang-orang
terdekat, dan peserta didik sudah menunjukan sikap kesetaraan tapi masih
perlu mengembangkan cara mengkomunikasikan kesetaraan agar dapat
diterima oleh orang lain.p Selain itu peserta didik sudah mengikuti kegiatan
kelompok tetapi belum terlihat aktif dalam memberikan pendapatnya ataupun
menunjukan ekspresi perasaan.
2. Program bimbingan pribadi sosial memiliki signifikan, artinya program
bimbingan pribadi sosial efektif untuk mengembangkan hubungan
interpersonal peserta didik. Hal ini terlihat adanya peningkatan rata-rata skor
hubungan interpersonal kepada sasaran intervensi secara keseluruhan baik
dari setiap aspek.
B. Rekomendasi
1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan hubungan
interpersonal peserta didik dapat menjadi rujukan dalam upaya membantu peserta
pribadi sosial dapat dilaksanakan secara terpadu sesuai dengan program sekolah
yang ada, dengan demikian akan lebih mudah bagi guru bimbingan dan konseling
dalam mengarahkan peserta didik menangani masalah-maslah pribadi sosial.
(Langkah Operasional terlampir pada pedoman pelaksanaan program)
2. Peneliti Selanjutnya
a. Program yang telah dirumuskan dan diuji cobakan terbatas pada peserta didik
pada kemampuan hubungan interpersonal pada kategori sedang. Peneliti
selanjutnya dapat mempergunakan bagi semu kategori, khusus untuk kategori
rendah dapat dirumuskan intervensi lainnya.,
b. Metode yang digunakan penelitian adalah metode pra-eksperimen tanpa ada
kelompok kontrol. untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap terhadap
keterandalan program penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode
eksperimen dengan melibatkan kelompok kontrol
c. Penelitian menggunakan pengungkap hubungan interpersonal dilihat dari
aspek-aspek yang mempengaruhi hubungan interpersonal, terdapat faktor
yang mempengaruhi hubungan interpersonal sehingga dapat diteliti lebih