Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No : 061/S/PLS/V/2013
PENERAPAN METODE EXPERIENTIAL LEARNING OLEH WIDYAISWARA DALAM PELATIHAN FUNGSIONAL DASAR PENYULUH PERTANIAN AHLI DI
BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN LEMBANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
Disusun Oleh
Amelia Nur Fauza 0906871
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penerapan Metode Experiential Learning Oleh Widyaiswara
Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli
di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Oleh
Amelia Nur Fauza
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Amelia Nur Fauza 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN
AMELIA NUR FAUZA 0906871
PENERAPAN METODE EXPERIENTIAL LEARNING OLEH WIDYAISWARA DALAM PELATIHAN FUNGSIONAL DASAR PENYULUH PERTANIAN AHLI DI
BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN LEMBANG
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
PEMBIMBING I
Dr. Ayi Olim, M.Pd. NIP. 19510914 197501 1 001
PEMBIMBING II
Dr. Jajat S. Ardiwinata, M.Pd. NIP. 19590826 198603 1 003
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Penerapan Metode Experiential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli di Balai Besar Pelatihan Pertanian
Lembang
Masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah penerapan metode experiential learning oleh widyaiswara dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di BBPP Lembang. Metode experiential learning atau belajar dari pengalaman merupakan kajian dari ilmu pendidikan luar sekolah bagi orang dewasa, yang dapat diterapkan dalam sebuah pelatihan. Peserta yang terlibat pada pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di BBPP Lembang merupakan pegawai negeri sipil yang ingin meningkatkan kompetensinya sebagai penyuluh ahli.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran bagaimana penerapan metode experiential learning yang diterapkan widyaiswara dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli dari mulai perencanaan penerapan metode
experiential learning, pelaksanaan penerapan metode experiential learning dan evaluasi dari penerapan metode experiential learning.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif,
yaitu metode penelitian yang bertujuan mendeskripsikan apa yang saat ini berlaku. Penelitian tidak menguji hipotesa, tapi hanya mendeskripsikan sesuai dengan informasi yang ada. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan informan sebanyak enam orang dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dokumentasi dan triangulasi.
Hasil penelitian mengungkapkan data mengenai (1) Perencanaan penerapan metode experiential learning, diantaranya persiapan widyaiswara, peserta belajar, dan sistem pembelajaran. (2) Pelaksanaan metode experiential learning pada pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli diantaranya adalah, aspek proses belajar experiential learning. (3) Evaluasi penerapan metode experiential learning
Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
Application Of Methods Of Experiential Learning By Trainer In Basic Functional Training Expert Agricultural Extension At Center For Agricultural Training
Lembang
Problems are the focus of this research is the application of methods of experiential learning by trainer in the basic functional training agricultural extension experts in BBPP Lembang. Methods of experiential learning or learning from experience is the study of science education for adults outside of school, which can be applied in a training. Participants involved in the basic functional training agricultural extension experts in Lembang BBPP is civil servants who want to improve their competence as an expert instructor.
This study aims to gain an idea of how the application of experiential learning methods are applied to basic functional training lecturers in agricultural extension experts from planning the application of experiential learning methods, implementation of experiential learning methods and evaluation of the application of experiential learning methods.
The method used in this study is the descriptive research method, the method of research that aims to describe what is currently in effect. Study did not test the hypothesis, but only describe accordance with existing information. The research approach used in this study is a qualitative approach with as many as six people informant with data collection techniques such as interviews, observation, documentation and triangulation.
The results reveal data concerning (1) Planning application experiential learning methods, including preparation of lecturers, participants learn, and learning systems. (2) The method of experiential learning on the basis of functional training such as agricultural extension expert, experiential learning aspect of the learning process. (3) Evaluation of the application of experiential learning method is done by selecting the shape and type of evaluation, process evaluation and outcome evaluation of the basic functional training agricultural extension experts in BBPP Lembang.
vi Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN i
KATA PENGANTAR ii
UCAPAN TERIMA KASIH iii
ABSTRAK v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Penelitian 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 6
C. Tujuan Penelitian 7
D. Manfaat Penelitian 7
E. Struktur Organisasi Skripsi 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA 9
A. Konsep Pendidikan Luar Sekolah 9
1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah 9
2. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah 10
3. Fungsi Pendidikan Luar Sekolah 11
4. Pelatihan dalam Pendidikan Luar Sekolah 11
B. Konsep Dasar Pelatihan 13
1. Pengertian Pelatihan 13
2. Tujuan Pelatihan 14
3. Prinsip-prinsip Pelatihan 14
4. Pengelolaan Pelatihan 16
5. Pendekatan Pelatihan 20
vii Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7. Metode Pelatihan 24
C. Experiential Learning 26
1. Konsep Dasar 26
2. Prosedur Experiential Learning 28
3. Experiential Learning dan model belajar lainnya 31
D. Konsep Penyuluh Pertanian 33
1. Pengertian Penyuluh Pertanian 33
2. Tujuan Penyuluh Pertanian 34
3. Prinsip Penyuluh Pertanian 35
4. Sasaran Penyuluh Pertanian 35
5. Kompetensi Penyuluh Pertanian 36
BAB III METODE PENELITIAN 38
A. Lokasi dan Subjek Penelitian 38
1. Lokasi Penelitian 38
2. Subjek Penelitian 38
B. Desain Penelitian 39
1. Tahap Pra-Lapangan 39
2. Tahap Pekerjaan Lapangan 40
3. Tahap Analisis Data 40
4. Tahap Penulisan Laporan 40
C. Metode Penelitian 41
D. Definisi Operasional 41
E. Instrumen Penelitian 44
F. Teknik Pengumpulan Data 45
1. Observasi 44
2. Wawancara 46
3. Studi Dokumentasi 47
4. Triangulasi Data 47
G. Analisis Data 48
viii Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Reduksi Data 48
3. Penyajian Data 48
4. Penarikan kesimpulan dan Verifikasi 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 50
A. Gambaran Lokasi Penelitian 50
1. Sejarah Perkembangan Lembaga 50
2. Visi, Misi dan Motto Lembaga 51
3. Sarana dan Prasarana 52
4. Lokasi Lembaga Pelatihan 52
B. Gambaran Umum Program Pelatihan Fungsional Dasar
Penyuluh Pertanian Ahli 53
1. Latar Belakang 53
2. Waktu Penyelenggaraan 54
3. Data Pengelola Program 54
4. Warga Belajar 54
5. Identitas Informan Penelitian 55
C. Deskripsi Hasil penelitian 57
1. Perencanaan Penerapan Metode Experiential Learning
Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar
Penyuluh Pertanian Ahli Di BBPP Lembang 57
2. Pelaksanaan Penerapan Metode Experiential Learning
Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar
Penyuluh Pertanian Ahli di BBPP Lembang 78
3. Evaluasi Penerapan Metode Experiential Learning
Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar
Penyuluh Pertanian Ahli di BBPP Lembang 90
D. Pembahasan Hasil Penelitian 96
1. Perencanaan Penerapan Metode Experiential Learning
Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar
ix Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Pelaksanaan Penerapan Metode Experiential Learning
Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar
Penyuluh Pertanian Ahli di BBPP Lembang 99
3. Evaluasi Penerapan Metode Experiential Learning
Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar
Penyuluh Pertanian Ahli di BBPP Lembang 101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 104
A. Kesimpulan 104
1. Perencanaan Penerapan Metode Experiential Learning
Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar
Penyuluh Pertanian Ahli Di BBPP Lembang 104
2. Pelaksanaan Penerapan Metode Experiential Learning
Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar
Penyuluh Pertanian Ahli di BBPP Lembang 104
3. Evaluasi Penerapan Metode Experiential Learning
Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar
Penyuluh Pertanian Ahli di BBPP Lembang 105
B. Saran 105
1. Pihak Lembaga Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang 105
2. Bagi Peserta Pelatihan 105
3. Bagi Peneliti Selanjutnya 105
1
Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Sumber daya manusia merupakan sebuah modal dalam pembangunan, karena
kualitas dari sumber daya manusia sangat dibutuhkan untuk meningkatkan daya
saing bangsa. Menurut data yang diambil dari CIA World Factbook 2004
Indonesia menempati urutan keeempat dengan jumlah penduduk terpadat didunia
diperkirakan sekitar 257.516.167 jiwa yang mendiami wilayah Indonesia,
banyaknya penduduk di Indonesia tidak menjamin sumber daya mereka dapat
bersaing karena terbukti masih banyaknya pengangguran yang ada di Indonesia.
Adapun dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan tingkat pengangguran
terbuka di Indonesia pada Februari 2012 mencapai 6,32% atau 7,61 juta orang,
sektor-sektor yang mengalami penurunan adalah sektor pertanian 1,3 juta orang
atau 3,01%. Oleh karena itu dalam upaya pengembangan kualitas sumber daya
manusia pengembangan di segala bidang terus ditingkatkan terutama di bidang
pendidikan, dimana pendidikan berperan penting dalam proses perubahan kearah
yang lebih baik lagi. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan
bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keeagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tersebut
telah dijelaskan bahwa pendidikan merupakan salah satu upaya persoalan untuk
mengembangkan kualitas sumber daya manusia, tetapi yang jadi permasalahan
dalam era globalisasi seperti sekarang ini, sumber daya manusia yang terampil
dan memiliki kinerja tinggi sangat diperlukan, sehingga mampu bersaing dalam
2
Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
produktivitas sumber daya manusia yang berkualitas adalah aset utama untuk
mencapai tujuan. Oleh karena itu pengelolaan sumber daya manusia harus
dioptimalkan. Perlu disadari bersama bahwa untuk mengembangkan sumber daya
manusia setiap organisasi memiliki keterbatasan. Oleh karena itu perlu melibatkan
pihak lain dalam proses pengembangan sumber daya manusia tersebut. Melalui
cara inilah pelatihan dibutuhkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Hasibuan
(2001:70) yaitu dengan pengembangan sumber daya manusia, maka diharapkan
produktivitas kerja akan meningkat, kualitas dan kuantitas produksi semakin baik,
karena technical skill dan managerial skill sumber daya manusia yang semakin
baik. Nasution (1982:71) menegaskan pelatihan adalah suatu proses belajar
mengajar dengan mempergunakan teknik dan metode tertentu, guna meningkatkan
keterampilan dan kemampuan kerja seseorang. Dimana tujuan pelatihan untuk
meningkatkan produktivitas.
Dari pendapat para ahli tersebut pelatihan merupakan langkah yang tepat agar
dapat menjalankan tugas serta fungsi dari jabatannya sendiri. Fokus kegiatannya
adalah untuk meningkatkan kemampuan kerja dalam memenuhi kebutuhan
tuntutan cara bekerja yang paling efektif pada masa sekarang. Ernesto A. Franco
(1991) mengemukakan pelatihan adalah “suatu tindakan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang karyawan yang melaksanakan pekerjaan
tertentu”. Dalam PP RI nomor 71 tahun 1991 pasal 1 disebutkan latihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memperoleh, meningkatkan serta
mengembangkan produktivitas, disiplin, sikap kerja dan etos kerja pada tingkat
keterampilan tertentu berdasarkan persyaratan jabatan tertentu yang
pelaksanaannya lebih mengutamakan praktek dari pada teori.
Melalui sentuhan pelatihan individu akan mampu berperan secara aktif
didalam proses belajarnya dan mampu memperbaiki kemampuannya dengan
adanya pengarahan yang akan berakibat pada perkembangan, karena pengalaman
merupakan guru yang paling berharga yang menunjukan bahwa dari
pengalamanlah kita dapat mengambil banyak pelajaran. Dari situlah kita dapat
memanfaatkan pengalaman di dunia nyata untuk mencapai tujuan belajar.
3
Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dewey (1938) mengungkapkan pentingnya pembelajaran melalui pengalaman
sebagai landasan pendidikan.
Metode Experiential learning adalah suatu proses belajar mengajar yang
mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan serta
nilai-nilai juga sikap melalui pengalamannya secara langsung. Oleh karena itu,
metode ini akan bermakna tatkala pembelajar berperan serta dalam melakukan
kegiatan. Dalam hal ini, Experiential learning menggunakan pengalaman sebagai
katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan
kemampuannya dalam proses pembelajaran. Didalam suatu pelatihan seorang
widyaiswara harus lebih kreatif dalam memilih metode yang tepat dalam proses
pembelajarannya agar terciptanya situasi dan kondisi yang efektif didalam suatu
pelatihan dengan melibatkan langsung peserta pelatihan dalam proses belajarnya
berdasarkan kebutuhan dari peserta pelatihan dan lebih mudah diterapkan dalam
kehidupannya sehari hari.
Widyaiswara adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diangkat sebagai
pejabat fungsional oleh pejabat yang berwenang dengan tugas, tanggung jawab,
wewenang untuk mendidik, mengajar, dan/atau melatih PNS pada lembaga
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pemerintah. Dengan dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan
Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil, dan Peraturan MENPAN Nomor 14
Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya, serta
Peraturan Bersama Kepala Lembaga Administrasi Negara dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor1 dan 2 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya, terlihat jelas bahwa
Widyaiswara adalah jabatan karier yang menuntut kompetensi tinggi di
masing-masing jenjangnya.
Pada Experiential learning, langkah menantang bagi widyaiswara adalah
memikirkan atau merancang aktifitas pengalaman belajar seperti apa yang harus
terjadi pada diri peserta baik individu maupun kelompok. Aktifitas pembelajaran
harus berfokus pada peserta pelatihan (student-centered learning). Dengan
4
Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
harus kita katakan atau sampaikan harus secara detail kita sampaikan dengan baik.
Begitu pula dengan media dan alat bantu pembelajaran lain yang yang dibutuhkan
juga harus benar-benar telah tersedia dan siap untuk digunakan. Experiential
learning mendorong peserta dalam aktivitasnya untuk berpikir lebih banyak,
mengeksplor, bertanya, membuat keputusan, dan menerapkan apa yang telah
mereka pelajari. Penyebutan istilah experiential learning dilakukan untuk
menekankan bahwa experience (pengalaman) berperan penting dalam proses
pembelajaran dan membedakannya dari teori pembelajaran lainnya seperti teori
pembelajaran kognitif ataupun behaviorisme (Kolb, 1984).
Experiential learning merupakan salah satu metode yang digunakan dalam
sebuah pelatihan, sasaran dari metode ini yaitu orang dewasa karena dalam
penerapannya experiential learning berfokus pada pengalaman, hal ini sejalan
dengan prinsip orang dewasa bahwasannya orang dewasa belajar dari
pengalamannya. Pendidikan orang dewasa atau yang disebut dengan andragogi
merupakan salah satu pendekatan dalam pendidikan luar sekolah karena peserta
didiknya yaitu orang dewasa yang datang dari berbagai latar belakang yang
berbeda serta memiliki pengalaman yang berbeda-beda. Experiential learning
berkaitan dengan pendidikan luar sekolah, karena experiential learning
merupakan salah satu metode dari pendidikan orang dewasa.
Dewasa ini, Sektor pertanian memegang peranan strategis karena
kontribusinya yang sangat nyata dalam pembangunan ekonomi nasional. Untuk
terus meningkatkan perannya telah ditetapkan visi pertanian 2010-2014 yaitu
pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumberdaya local untuk
meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, ekspor dan kesejahteraan petani.
Untuk memberikan motivasi dan penghargaan kepada penyuluh pertanian agar
mampu meningkatkan kinerjanya, telah diatur penjenjangan karir penyuluh
pertanian melalui Peraturan Menteri Negara pendayagunaan aparatur negara
nomor PER/02/MENPAN/2/2008 tentang jabatan fungsional penyuluh pertanian.
Berdasarkan PERMENPAN ini, salah satu jenjang jabatan fungsional penyuluh
pertanian ini disebut penyuluh pertanian ahli yang diselenggarakan di Balai Besar
5
Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pembangunan infrastruktur di Indonesia perlu ditindak lebih dalam oleh
pemerintah setempat khususnya infrastruktur pertanian karena pertanian
memegang peranan penting dalam pertumbuhan pembangunan ekonomi di
Indonesia. Menurut data di Badan Pusat Statistik tahun 2013 jumlah tenaga
pertanian di Indonesia sebanyak 39,96 juta orang perlu dilatih agar mampu
bersaing di era globalisasi ini. Petani di Indonesia dari tahun ke tahun banyak
mengalami perubahan, populasi petani di Indonesia telah berubah secara positif.
Secara makro populasi petani telah menjadi lebih kecil jumlahnya secara persentil
tetapi lebih tinggi kualitasnya, ditandai oleh lebih baiknya tingkat pendidikan
mereka, lebih mengenal kemajuan, dan pengetahuan serta ketrampilannya telah
meningkat. Hal ini disebabkan oleh banyaknya penyuluhan pembangunan
pertanian, para petani telah memiliki pola komunikasi yang terbuka, lebih mampu
berkomunikasi dengan orang dari luar sistem sosialnya, petani dalam melakukan
usaha tani bahkan telah mampu berorientasi pada pasar. Dalam hal ini penyuluh
pertanian dianggap mampu membina petani-petani yang ada di wilayahnya agar
mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam pembelajaran yang dilakukan di
Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang menggunakan metode experiential
learning, dimana pembelajaran berpusat di peserta belajar dan berorientasi pada
pengalamannya masing-masing sehingga dalam penyampaiannya dianggap lebih
mudah karena peserta pelatihan ikut terlibat dalam proses belajarnya. Penyuluhan
pertanian disini ialah proses aktif yang memerlukan interaksi agar terbangun
proses perubahan prilaku individu dari pengetahuan, sikap, dan juga keterampilan
yang dimilikinya, sehingga dalam proses penyampaiannya diperlukan komunikasi
dua arah agar pesan yang dimaksud dapat tersampaikan dengan baik dan benar.
Dari hasil identifikasi, metode experiential learning digunakan dalam
pelatihan dasar fungsional penyuluh pertanian ahli di Balai Besar Pelatihan
Pertanian Lembang yang melibatkan 30 orang peserta pelatihan yang berasal dari
instansi pemerintah Provinsi/Kota/Kabupaten yang diusulkan oleh pimpinan unit
kerja yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme penyuluh pertanian dan
6
Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hal tersebut maka penulis bermaksud melakukan penelitian lebih
mendalam mengenai Penerapan Metode Experiential Learning Oleh Widyaiswara
Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar
Pelatihan Pertanian Lembang.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Beberapa permasalahan pokok yang berhasil di identifikasi berdasarkan
temuan di lapangan adalah sebagai berikut :
1. Terbiasa dengan pembelajaran peluncuran dan harus berubah menjadi
pembelajaran transformatif
2. Peserta yang mengikuti pelatihan merupakan hasil identifikasi kebutuhan
lapangan dimana peserta pelatihan merupakan PNS yang menduduki jabatan
fungsional penyuluh pertanian untuk tingkat ahli
3. Meningkatnya kebutuhan akan profesionalisme penyuluh pertanian, sehingga
diadakannya pelatihan untuk penyuluh pertanian ahli
4. Tingkat umur peserta pelatihan bermacam-macam sehingga dalam
penerapannya memiliki pengalaman yang berbeda-beda
5. Metode experiental learning dalam penerapannya dapat memudahkan
pelaksanaan pembelajaran bagi orang dewasa, karena dalam proses
pembelajarannya diikuti oleh orang dewasa dan juga berdasarkan pengalaman
secara langsung penyuluh pertanian ahli
6. Prosedur pembelajaran dalam experiential learning memiliki empat tahapan,
yaitu pengalaman konkret, refleksi, konseptualisasi dan penerapan
pengalaman
Dari uraian yang dipaparkan pada identifikasi masalah, penulis membatasi
permasalahan penelitian terkait dengan penerapan metode experiential learning
dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli. Untuk memperjelas
lingkup penelitian, maka penulis merumuskan ke beberapa bentuk pertanyaan
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana perencanaan penerapan metode experiential learning oleh
widyaiswara dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di
7
Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Bagaimana pelaksanaan penerapan metode experiential learning oleh
widyaiswara dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di
BBPP Lembang?
3. Bagaimana evaluasi dari penerapan metode experiential learning oleh
widyaiswara dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di
BBPP Lembang?
C. Tujuan Penelitian
Mengacu kepada latar belakang, identifikasi dan rumusan masalah diatas,
maka tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :
1. Memperoleh gambaran perencanaan penerapan metode experiential learning
oleh widyaiswara dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di
BBPP Lembang
2. Memperoleh gambaran pelaksanaan penerapan metode experiential learning
oleh widyaiswara dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di
BBPP Lembang
3. Memperoleh gambaran evaluasi penerapan metode experiential learning oleh
widyaiswara dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di
BBPP Lembang
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu :
1. Secara konsep, Dengan penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan
pengetahuan mengenai pelatihan terutama di bidang pertanian khususnya di
BBPP dan dapat memperoleh pengetahuan mengenai metode yang tepat
dilakukan didalam pelatihan agar tercapainya tujuan yang akan dicapai dan
juga bermanfaat bagi penyuluh pertanian agar dapat memperoleh wawasan
dari penelitian ini
2. Secara praktis, Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi pihak yang berkepentingan dengan metode pelatihan di
lembaga pelatihan
8
Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan serta wawasan sebagai
pengalaman hidup
E. Struktur Organisasi Skripsi
Pada penyusunan skripsi ini, peneliti memberikan gambaran sistematika
dalam penulisan skripsi untuk mempermudah penyusunan dan pembahasannya
yang terdiri dari :
BAB I : Pendahuluan yang membahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika organisasi skripsi
BAB II : Kajian pustaka mengenai konsep pendidikan luar sekolah, konsep dasar pelatihan, experiential learning, konsep penyuluh pertanian
BAB III : Metodologi Penelitian, membahas mengenai lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen
penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data.
BAB IV : Hasil penelitian meliputi gambaran tentang lembaga penelitian, gambaran umum penyelenggara pelatihan, gambaran responden penelitian,
deskripsi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.
BAB V : Kesimpulan dan Saran, membahas kesimpulan dari hasil penelitian dan beberapa saran yang dapat direkomendasikan oleh peneliti
38
Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP)
Lembang Bandung. BBPP merupakan lembaga pelatihan yang mengembangkan
teknik pelatihan teknis, fungsional dan kewirausahaan di bidang pertanian. BBPP
beralamat di Jl. Kayuambon 82 Lembang, Bandung Barat.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah benda, hal atau orang dan tempat dimana data untuk
variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahkan dalam penelitian (Arikunto,
2006:116). Dalam penelitian, subjek penelitian berperan sangat penting karena
dari situlah data tentang penelitian akan diamati. Subjek penelitian dinamakan
nara sumber, partisipan atau informan dalam penelitian. Sugiyono (2013:298)
menjelaskan bahwa pada umumnya dalam penelitian kualitatif tidak
menggunakan populasi karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu
yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan
ke populasi, tapi ditransferkan ketempat lain pada situasi sosial yang memiliki
kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari.
Subjek penelitian adalah ada sesuatu yang terkait dengan hal yang akan
diteliti. Sedangkan sumber data ialah suatu benda, hal, atau orang dan tempat di
mana peneliti mengamati, membaca, atau bertanya tentang data. Penentuan
sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive, menurut
Sugiyono (2013:52) purposive dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu,
purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu.
Dalam penelitian ini sumber data berasal dari penyelenggara pelatihan di
BBPP Lembang. Subjek penelitian disini berjumlah enam orang terdiri dari tiga
39
Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Setiawan, SP dari badan pelaksana penyuluhan pertanian perikanan dan
kehutanan, Ibu Sri Parlina Rejeki, SP dari dinas pertanian tanaman pangan, dan
Ibu Rini Ekowati, S.Pt dari dinas pertanian peternakan dan perikanan, dua orang
widyaiswara yaitu Bapak Ir. Asep Adinata, MP dan Bapak Ir. Muharja, MP dan
satu orang penyelenggara pelatihan yaitu Ibu Yuni Anggraeni S.AP.
Dari widyaiswara, penyelenggara pelatihan, dan lulusan peserta pelatihan
pertanian ahli, peneliti menggali data dan informasi mengenai perencanaan
penerapan metode experiential learning dan evaluasi penerapan metode
experiential learning sedangkan untuk pelaksanaan penerapan metode
experiential learning, peneliti menggali informasi dan data dari widyaiswara dan
lulusan peserta pelatihan pertanian ahli, dari penyelenggara pelatihan, data dan
informasi yang digali yaitu berhubungan dengan sejarah lembaga, latar belakang
dalam penyelenggaraan program pelatihan
B. Desain Penelitian
Dalam desain penelitian ini, peneliti akan memaparkan tahapan-tahapan yang
harus dilakukan oleh peneliti dalam menjawab pertanyaan penelitian, yaitu ada
empat tahap yang harus dilakukan oleh peneliti, sesuai yang dikemukakan oleh
Moleong (2013: 127) yaitu:
1. Tahap Pra-Lapangan
Pada tahapan pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan
observasi langsung ke lokasi penelitian, kebetulan lokasi penelitian merupakan
tempat peneliti melaksanakan program latihan profesi yang berlokasi di Jalan
kayuambon no.82 Lembang Kabupaten Bandung Barat, 40391. Hal tersebut
dilakukan peneliti karena agar memperoleh gambaran pokok yang ada di lokasi
penelitian. Selanjutnya peneliti melakukan perizinan kepada pihak-pihak terkait
mulai dari instansi lembaga pendidikan yang sedang ditempuh, kemudian sering
berkonsultasi dengan pihak di BBPP, penulis menjelaskan maksud dan tujuan
dilakukannya penelitian ini. Kemudian penulis melakukan wawancara dengan
salah satu widyaiswara dan juga salah satu penyelenggara pelatihan disana,
setelah itu penulis mengkaji dan menganalisis apakah fokus permasalahan yang di
40
Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahapan ini, peneliti berusaha menimbang dan memilih data yang akan
dijadikan fokus masalah penelitian, serta pemilihan narasumber dan metode pada
penelitian ini. Apa saja yang akan dilakukan oleh peneliti, siapa yang akan
dijadikan subjek penelitian, dan siapa saja yang akan dijadikan narasumber.
Setelah peneliti menentukan subjek penelitian, pada tahap pelaksanaan lapangan
ini maka peneliti menyusun instrumen penelitian, kemudian mengumpulkan data
yang ada di lapangan, serta membuat penyimpulan hasil data yang diperoleh dari
lapangan.
3. Tahap Analisis Data
Pada tahap analisis data, peneliti menganalisis hasil data dan informasi yang
ada di lapangan, karena tahap ini merupakan tahap yang menentukan dalam
mencari jawaban atas permasalahan penelitian. Model yang dipakai dalam teknik
analisis data disini adalah metode analisis deskriptif, metode yang digunakam
dalam usaha mencari dan mengumpulkan data, menyusun, menggunakan serta
menfsirkan data yang sudah ada ntuk menguraikan secara lengkap, teratur dan
teliti terhadap suatu obyek penelitian. Kegiatan analisis data ini dimulai dengan
mengumpulkan data dan informasi yang dihasilkan dari wawancara, observasi,
pengamatan, dokumen pribadi, dokumen resmi. Kemudian data yang terkumpul
diolah sesuai dengan kaidah relevansi pengolahan data dalam penelitian kualitatif.
4. Tahap Penulisan Laporan
Pada tahap penulisan laporan ini, peneliti menyajikan keseluruhan tahapan
kegiatan selama penelitian. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data yang telah
terkumpul selama proses penelitian berlangsung. Analisis data dilakukan secara
terus menerus selama proses penelitian sampai pada data dan informasi yang
diperlukan terkumpul. Pengolahan data berupa laporan awal atas perbandingan
laporan data empirik dengan teoritik, dan pengolahan data terakhir dilakukan
setelah data yang dikumpulkan telah lengkap dan terkumpul. Tahap penulisan
laporan merupakan tahap akhir penyusunan hasil penelitian. Setelah itu peneliti
41
Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Metode Penelitian
Metodologi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan
suatu metode. Penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu
pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta untuk mewujudkan
kebenaran. Pendapat lain menyebutkan bahwa metode penelitian adalah cara-cara
berfikir dan berbuat yang dipersiapkan dengan baik-baik untuk mengadakan
penelitian, dan untuk mempunyai suatu tujuan penelitian (kartini kartono,
1988:20). Karena masalah yang diteliti merupakan masalah yang sedang terjadi
dan ada saat ini, maka penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam Moleong
(2013:3) mengemukakan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif merujuk
pada apa yang diungkapkan Moleong (2013: 6) bahwa:
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti ingin
mengetahui dan memahami suatu penerapan metode experiential learning oleh
widyaiswara dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di BBPP
Lembang.
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya kekeliruan dalam menafsirkan istilah-istilah
dalam penulisan, maka penulis memberikan penjelasan umum maupun definisi
operasional dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Penerapan
Menurut Browne dan Wildavsky (2004:70) penerapan merupakan perluasan
42
Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penerapan dalam penelitian ini adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu
teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan dan untuk kepentingan yang
diinginkan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya.
2. Metode Experiential Learning
Menurut Dick & Carey strategi pembelajaran merupakan
komponen-komponen dari suatu materi termasuk aktivitas sebelum pembelajaran dan
partisipasi peserta didik yang merupakan prosedur pembelajaran yang
digunakan kegiatan selanjutnya. Metode yaitu cara atau suatu pendekatan
secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan,
dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu untuk mencapai
tujuan. Experiential learning berfokus pada proses pembelajaran untuk
masing-masing individu (David Kolb). Metode Experiential learning yaitu
cara pembelajaran yang dilakukan melalui refleksi dan juga melalui suatu
proses pembuatan makna dari pengalaman langsung.
3. Widyaiswara
Dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Republik
Indonesia Nomor : 14 tahun 2009, tentang jabatan fungsional widyaiswara
disebutkan bahwa jabatan fungsional widyaiswara merupakan jabatan karir
yang hanya dapat diduduki oleh PNS dengan tugas pokoknya adalah mendidik,
mengajar, dan/atau melatih PNS pada Lembaga Diklat Pemerintah yang
bersangkutan. (Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara, 2010:4).
4. Penyuluh pertanian ahli
Penyuluh pertanian berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional
penyuluh pertanian pada instansi pemerintah baik di tingkat pusat maupun
daerah. Penyuluh pertanian dimaksud hanya dapat diduduki oleh seorang yang
telah berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil. Salim, F. (2005), bahwa
penyuluhan pertanian adalah upaya pemberdayaan petani dan keluarganya
beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal
dibidang pertanian, agar mampu menolong dirinya sendiri baik dibidang
ekonomi, sosial maupun politik sehingga meningkatkan pendapatan dan
43
Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penyuluh pertanian ahli adalah jabatan fungsional penyuluh pertanian yang
dalam pelaksanaan pekerjaannya didasarkan atas disiplin ilmu pengetahuan,
metodologi dan teknik analisis tertentu.
5. Perencanaan
Perencanaan menurut Nana Sudjana (2006:16) ialah proses yang sistematis
dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada
waktu yang akan datang. Menurut Smith & Ragan perencanaan pembelajaran
adalah proses sistematis dalam mengertikan prinsip belajar dan pembelajaran
ke dalam rancangan untuk bahan dan aktivitas pembelajaran. Perencanaan
adalah proses bagaimana menetapkan tujuan serta menetapkan
langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang ditetapkan melalui tahapan analisis dan
evaluasi alternatif yang mungkin dikerjakan. Perencanaan berfungsi pula
untuk menetapkan dasar dan arah untuk sebuah lembaga POD dan
mengarahkan program yang dilakukan secara bersama oleh staf untuk
mencapai tujuan yang secara eksplisit telah ditetapkan dalam perencanaan.
Tujuan utama dari perencanaan strategis yaitu memadukan antara tujuan
fungsional dengan perencanaan operasional dari staf. Perencanaan dalam
penerapan metode experiential learning meliputi aspek persiapan widyaiswara
didalamnya terdapat indikator penyusunan kebutuhan pelatihan, penyusunan
aktivitas metode serta peran widyaiswara dalam pelatihan fungsional dasar
penyuluh pertanian ahli di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang.
6. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran ini tidak terlepas dari proses perencanaan
yang telah diuraikan, tentunya sudah dalam bentuk rencana atau program
kegiatan. Dengan kata lain, pelaksanaan kegiatan ini merupakan implementasi
rencana atau program yang telah dibuat dalam proses perencanaan.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran ini secara sederhana paling tidak
mencakup pengembangan strategi pembelajaran menunjuk upaya
mengimplementasikan suatu rencana yang telah disusun. Pengembangan
strategi dimaksudkan untuk memberi "nyawa" terhadap interaksi seluruh
44
Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(andragogis). Ini berarti bahwa pengembangan strategi pembelajaran
merupakan taktik yang digunakan tutor agar dapat memfasilitasi warga belajar
dalam mencapai tujuan belajar dengan efektif dan efisien. Pelaksanaan dalam
penerapan metode experiential learning meliputi aspek proses belajar
experiential learning dengan indikator melakukan kegiatan belajar,
memahami suatu permasalahan, menarik kesimpulan umum dan menerapkan
prinsip-prinsip yang diperolehnya dalam situasi baru dalam pelatihan
fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di Balai Besar Pelatihan Pertanian
Lembang.
7. Evaluasi
Dalam bahasan perencanaan kegiatan pembelajaran telah disebutkan bahwa,
evaluasi proses kegiatan pembelajaran tidak hanya mengukur dan
mengevaluasi hasil belajar warga belajar saja, namun sistem kegiatan dan
dampaknya pun harus dievaluasi. Hal ini mengandung arti evaluasi diarahkan
pada evaluasi produk, proses dan dampak dari kegiatan pembelajaran itu
sendiri. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam penilaian ini, yakni (1)
norma, (2) prosedur penilaian dan (3) alat penilaian. Norma berkaitan dengan
ukuran-ukuran keberhasilan yang diinginkan. Prosedur berkenaan dengan
bagaimana cara penilaian itu dilakukan. Sedangkan alat penilaian berkenaan
dengan instrumen dalam bentuk soal-soal yang akan diujikan pada warga
belajar. Evaluasi dalam penerapan metode experiential learning yang meliputi
aspek evaluasi dengan indikator bentuk dan jenis evaluasi, proses evaluasi dan
hasil evaluasi dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di
Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang utama adalah peneliti sendiri,
peneliti juga berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai
sumber data, melakukan pengumpulan data, analisis data, menafsirkan data dan
membuat kesimpulan atas temuan itu sendiri. Hal ini sesuai dengan yang
45
Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bertindak sebagai instrumen utama. Sedangkan menurut Nasution (1988) dalam
buku Sugiyono (2013:60-61) :
Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunaka, bahkan hasil yang diharapkan, itu semua tidak dapat ditentukan secara jelas dan pasti sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.
Berdasarkan pendapat diatas, peneliti merupakan sebagai instrumen sebelum
permasalah belum jelas dan pasti, tetapi setelah masalahnya jelas, maka dapat
dikembangkan suatu instrumen. Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri dari
pertanyaan awal, fokus penelitian, pengumpulan data, analisis dan membuat
kesimpulan. Instumen penelitian yang peneliti susun terdapat tiga macam yaitu
pedoman wawancara untuk pengelola pelatihan, widyaiswara dan peserta
pelatihan fungsional penyuluh pertanian ahli.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data berguna untuk mengumpulkan data yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data
dilakukan pada natural setting (kondisi yang ilmiah), sumber data dan teknik
pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta wawancara yang
mendalam dan juga dokumentasi. Dalam penelitian ini, digunakan empat teknik
pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, studi dokumentasi dan
triangulasi.
1. Observasi
Observasi yaitu pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian
terhadap suatu objek menggunakan seluruh indera. Menurut Lexy J. Moleong
(2013:157) memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan oleh subjek.
Keuntungan yang dapat diambil dari teknik observasi ini yaitu pengalaman
langsung yang diperoleh karena peneliti terjun langsung pada saat penelitian
sebagai observer. Menurut Arikunto (2006:205) observasi adalah menatap
46
Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
akan diteliti¸ observasi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Sanafiyah Faisal (1990) dalam Sugiyono (2013:64) menyatakan bahwa didalam
observasi peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari sumber yang sedang
diamati, sambil melakukan pengamatan peneliti ikut melakukan apa yang
dilakukan oleh sumber data dan ikut merasakan suka-dukanya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik partisipasi aktif karena,
peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan nara sumber tetapi belum sepenuhnya
lengkap.
2. Wawancara
Wawancara (interview) menurut Kartini Kartono (1986:171) adalah “suatu
percakapan yang diarahkan pada suatu masalah terterntu; ini merupakan proses
Tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik”. Budiyono (2003: 52) mengatakan bahwa metode wawancara (disebut pula
interview) adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan
antara peneliti (atau orang yang ditugasi) dengan subyek penelitian atau
responden atau sumber data. Dalam hal ini pewawancara menggunakan
percakapan sedemikian hingga yang diwawancara bersedia terbuka mengeluarkan
pendapatnya. Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2013:73-75) menyebutkan
bahwa secara garis besar wawancara dibagi menjadi tiga cara yaitu, 1) wawancara
terstruktur, yang susunan pertanyaannya sudah ditetapkan sebelumnya dengan
disertai alternatif jawaban, 2) wawancara semistruktur dimana dalam
pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur, 3)
wawancara tidak terstruktur, wawancara secara mendalam dan terbuka bersifat
bebas dimana susunan pertanyaannya dapat diubah sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi saat itu.
Wawancara yang dilakukan peneliti yaitu wawancara tak berstruktur, karena
pada penelitiannya peneliti menggunakan pedoman wawancara yang berupa
garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Tujuan menggunakan wawancara
tak berstruktur adalah agar menemukan permasalahan secara lebih terbuka,
47
Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Studi Dokumentasi
Selain menggunakan wawancara dan observasi peneliti juga melakukan studi
dokumentasi dengan cara mengumpulkan data-data yang ada dalam catatan, arsip
foto, dan sebagainya. Studi dokumentasi dapat dimanfaatkan untuk menguji,
menafsirkan bahkan untuk meramalkan (Lexy J. Moelong, 2013: 161). Studi
dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan observasi dan wawancara
dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan
lebih dipercaya jika didukung oleh dokumentasi yang ada. Studi dokumentasi
menurut Sukmadinata (2005:221) adalah, merupakan suatu teknik pengumpulan
data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen
tertulis, gambar maupun elektronik.
Dalam penelitian ini, peneliti menghimpun berbagai dokumen yang terkait
dengan fokus penelitian yang akan peneliti teliti.
4. Triangulasi
Triangulasi yaitu mengecek kebenaran data dengan membandingkan dari
sumber data, bertujuan untuk membandingkan tingkat keabsahan data dengan
kenyataan yang sebenarnya terjadi. Dengan menggunakan triangulasi dalam
pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan
pasti. Menurut Sugiyono (2013:83) triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan berbagai sumber data. Triangulasi teknik berarti peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan
data dari sumber yang sama, peneliti menggunakan observasi partisipatif,
wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara
serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang
berbeda dengan teknik yang sama.
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada dengan menguji kredibilitas
data mengenai penerapan metode experiential learning dalam pelatihan
48
Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu G. Analisis Data
Analisis data merupakan proses untuk menafsirkan data yang diperoleh.
Analisis data dilakukan secara terus-menerus sampai dapat diambil keputusan
akhir atau penarikan kesimpulan. Teknik yang digunakan diperoleh dari hsil
observasi, hasil wawancara dan hasil dokumentasi yang dideskripsikan sesuai
dengan kenyataan di lapangan. Menurut Bogdan dalam Sugiyono (2013:88)
analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga
mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan
langkah-langkah yang dikemukakan oleh Sugiyono (2013: 92-99) sebagai berikut :
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data bertujuan untuk memperoleh data dari hasil observasi,
wawancara dan hasil studi dokumentasi yang dialami sendiri oleh peneliti.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menyangkut semua hal yang berhubungan
dengan penelitian yang peneliti teliti secara alamiah dan berhubungan dengan
kegiatan penyelenggaraan pelatihan penyuluh pertanian ahli.
2. Reduksi Data
Reduksi Data adalah proses pemilihan data untuk memperoleh data yang
terjadi di lapangan agar lebih terarah sesuai dengan tujuan penelitian. Mereduksi
data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok dan memfokuskan pada hal-hal
yang penting. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Proses reduksi ini
dilakukan secara terus-menerus sesuai dengan tujuan penelitian.
3. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya (Sugiyono
49
Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam bentuk catatan lapangan. Dengan menyajikan data, maka akan lebih
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi.
4. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman
adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang ditemukan
masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat
yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan dalam
penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan
sejak awal, tapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa
masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan (Sugiyono
2013:99).
Dalam menyimpulkan hasil, kesimpulan yang ada di verifikasi selama proses
penelitian berlangsung. Penarikan kesimpulan pada penelitian ini merupakan
penarikan kesimpulan secara menyeluruh selama peneliti menemukan data di
lapangan. sumber data yang terlibat dalam penelitian ini adalah peserta pelatihan,
104
Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini peneliti akan mengemukakan kesimpulan dan saran
berdasarkan temuan hasil penelitian dan uraian bab-bab sebelumnya mengenai
masalah yang diteliti yaitu: “Penerapan Metode Experiential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli.”
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang telah dibahas di bab sebelumnya, peneliti dapat
menyimpulkan hasil sebagai berikut :
1. Perencanaan penerapan metode experiential learning oleh widyaiswara dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di BBPP Lembang.
Perencanaan dari metode experiential learning yang diterapkan dalam
pelatihan fungsional penyuluh pertanian ahli telah memiliki kesejalanan konsep
dengan hasil di lapangan dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan
pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli. Perencanaan yang sesuai
dengan konsep perencanaan yang didalamnya meliputi aspek persiapan
widyaiswara, peserta belajar serta sistem pembelajaran. Pada tahap ini
widyaiswara, penyelenggara pelatihan serta peserta pelatihan menentukan bahan
belajar, memilih dan menentukan metode, serta menentukan media yang akan
digunakan dalam perencanaan penerapan metode experiential learning.
2. Pelaksanaan penerapan metode experiential learning oleh widyaiswara dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di bbpp lembang.
Pelaksanaan metode yang diterapkan dalam penyuluh fungsional pertanian
ahli memiliki pelaksanaan dalam proses belajar experiential learning yang sesuai
dengan konsep serta teori dari experiential learning. Metode digunakan karena
105
Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang belajar dari pengalamannya sehingga apa yang sudah didapatkan menjadi
pengalaman baru untuk disampaikan kepada sasaran.
3. Evaluasi dari penerapan metode experiential learning oleh widyaiswara dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di BBPP Lembang.
Evaluasi dari metode experiential learning dalam penyuluh fungsional
pertanian ahli pun sesuai dengan konsep evaluasi. Hal tersebut dapat dilihat dari
bentuk evaluasinya, evaluasi yang digunakan sesuai dengan prosedur evaluasi,
pada saat mengevaluasi pelatihan didalamnya terdapat evaluasi terhadap metode
yang digunakan. Adapun pelaksanaan evaluasi dilakukan sebelum, tengah-tengah
pembelajaran dan sesudah proses pembelajaran, hal ini diambil agar dapat
membandingkan tingkat pengetahuan peserta sebelum dan sesudah pelaksanaan
pembelajaran. Evaluator dalam pelatihan ini yaitu semua pihak ikut terlibat,
sehingga dalam proses evaluasinya peserta menilai widyaiswara dan
penyelenggara pelatihan, widyaiswara menilai peserta, dan penyelenggaraan
pelatihan pun ikut menilai widyaiswara sehingga dalam pelaksanaan pelatihan
selanjutnya disesuaikan dengan yang sudah di evaluasi.
B. Saran
Setelah mengkaji hasil serta kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini,
maka berikut ialah saran yang diharapkan dapat berguna bagi semua pihak.
1. Pihak Lembaga Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
a. Dalam pelaksanaan pelatihan pihak penyelenggara dan widyaiswara BBPP
Lembang dapat mempertahankan dan mengembangkan yang sudah diterapkan
dalam proses pelatihannya.
b. Dalam pelaksanaan pelatihan widyaiswara dapat mempertahankan proses
penerapan metode experiential learning.
2. Bagi Peserta Pelatihan
Peserta pelatihan penyuluh pertanian ahli sebaiknya menerapkan metode yang
dapat disesuaikan dengan kebutuhan dari sasaran yang dapat digunakan agar
sesuai dengan proses pembelajaran dan dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
106
Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Peneliti selanjutnya diharapkan lebih mampu mengkaji mengenai berbagai
metode pelatihan lainnya sehingga menjadi lebih baik lagi yang dinilai
berhubungan dengan penerapan metode pelatihan. Semoga penelitian ini
bermanfaat sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang merasa tertarik untuk
107 Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Abdulhak, I. 2000. Metodologi Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung: Andira.
Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
Baharuddin-Wahyuni, E N. 2012. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media.
IKAPI. 2009. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung:
Fokusmedia.
Kamil, M. 2009. Pendidikan Nonformal. Bandung: Alfabeta.
Kamil, M. 2010. Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi).
Bandung: Alfabeta.
Knowles, Malcom S. et.al (1984). Andragogi in Action: Applying Modern
Principles of Adult Learning. San Fransisco : Jossey-Bass Inc.
Komar, Oong. 2006. Filsafat Pendidikan Nonformal. Bandung: Pustaka Setia
Mangkunegara, & Anwar Prabu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mardikanto, T. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret
University Press.
Moleong, L.J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
Rosda.
Nasution, S. 1982. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: Bina Aksara.
108
Amelia Nur Fauza, 2013
Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sudjana. 2004. Pendidikan Nonformal. Bandung: Falah Production.
Sudjana. 2007. Sistem dan Manajemen Pelatihan (Teori dan Aplikasi). Bandung:
Falah Production.
Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Non Buku :
Ayi Olim. 2013. Modul Teori dan Praktek Pembelajaran Orang Dewasa.
Bandung: Tidak diterbitkan.
Ayi Olim. 2013. Modul Manajemen Pendidikan Orang Dewasa (POD). Bandung:
Tidak diterbitkan.
Balai Besar Pelatihan Pertanian. 2013. Panduan Pelatihan Fungsional Dasar
Penyuluh Pertanian Ahli. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Wahono, Mahruf. 2000. Makalah: Metode Experiential Learning. Bandung:
Tidak Diterbitkan.
Sumber Skripsi :
Hikmah, Ari. (2011). Studi Deskriptif Pada Pelatihan Budidaya Ternak Sapi
Potong di Desa Cigagade Kecamatan Limbangan Kab. Garut. Skripsi
UPI: Tidak diterbitkan
Internet:
Gandi. 2010. Model Pembelajaran Experiental Learning. [Online]. Tersedia:
http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/11/model-pembelajaran-experiental-learning.html [02 Juni 2013]
Kartono. 2008. Pengertian Penyuluhan Pertanian. [Online]. Tersedia: