• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN MAJLIS TAKLIM RIYADUS SHOLIHAH TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN KELUARGA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN MAJLIS TAKLIM RIYADUS SHOLIHAH TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN KELUARGA."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

No.Daftar FPIPS.1818/UN.40.2.6.1/PL/2013

PERANAN MAJLIS TAKLIM RIYADUS SHOLIHAH TERHADAP

PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN KELUARGA

(Studi Kasus di Tiga Keluarga)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh:

SITI ALIFAH BAZLINA

0907085

ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Siti Alifah Bezlina,2013

PERANAN MAJLIS TAKLIM RIYADUS SHOLIHAH TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERANAN MAJLIS TAKLIM RIYADUS SHOLIHAH TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN KELUARGA

(Studi Kasus di Tiga Keluarga)

Oleh

Siti Alifah Bazlina 0907085

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial

© Siti Alifah Bazlina 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang. Skripsi ini tidak boleh diperbanyak

seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau

(3)

PERNYATAAN

“Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Peranan Majlis Taklim Riyadus Sholihah terhadap Peningkatan Kualitas Pendidikan Keluarga (Studi Kasus di Tiga Keluarga)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini”.

Bandung, Oktober 2013 Yang membuat pernyataan,

(4)
(5)

LEMBAR PENGESAHAN

SITI ALIFAH BAZLINA 0907085

PERANAN MAJLIS TAKLIM RIYADUS SHOLIHAH TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN KELUARGA

(Studi Kasus di Tiga Keluarga)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I

Dr. H. Syahidin, M.Pd. NIP. 19570611 198703 1001

Pembimbing II

Dr. Wawan Hermawan, M.Ag. NIP. 19740209 200501 1002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

(6)
(7)

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi ini telah diuji pada:

Hari/Tanggal : Kamis, 31 Oktober 2013

Tempat : Gedung FPIPS UPI

Panitia Ujian :

1. Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M. Si. NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekretaris :

Dr. H. Endis Firdaus, M. Ag. NIP. 19570303 198803 1 001

3. Penguji :

Prof. Dr. H. Makhmud Syafe’i, M.Ag., M.Pd.I. NIP. 19550428 198803 1 001

Dr. H. Fahrudin, M. Ag. NIP. 19591008 198803 1 003

(8)

Siti Alifah Bezlina,2013

PERANAN MAJLIS TAKLIM RIYADUS SHOLIHAH TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PERANAN MAJLIS TAKLIM RIYADUS SHOLIHAH TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN KELUARGA

(Studi Kasus di Tiga Keluarga)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya majlis taklim yang bermunculan di masyarakat namun banyak yang mengalami pasang surut bahkan ada yang bubar. Masyarakat yang mengikuti majlis taklim mayoritas adalah kaum ibu yang notabene sudah mempunyai anak dan mereka harus mendidik anak mereka agar menjadi generasi penerus yang berguna bagi bangsa dan agama. Pendidikan pertama dan paling utama yang didapatkan oleh anak yaitu melalui pendidikan keluarga. Pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang paling esensial karena pendidikan tersebut merupakan peletak dasar dan pembinaan anak selanjutnya. Banyak orang tua yang kesulitan untuk mendidik anak dengan baik dan benar yang sesuai dengan ajaran Islam. Munculnya majlis taklim sebagai lembaga pendidikan non formal tentu bisa menjadi wadah khususnya bagi kaum ibu untuk mendapatkan pembinaan yang bisa diterapkan dalam keluarganya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan majlis taklim Riyadus Sholihah terhadap peningkatan kualitas pendidikan keluarga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi dan catatan lapangan (field notes). Majlis taklim Riyadus Sholihah memiliki banyak kegiatan pembinaan bagi para jamaah yaitu, pengajian rutin yang dilaksanakan setiap hari jumat, pelaksanaan hari besar agama Islam (PHBI), pelatihan salat khusu, Training One Minute Awareness (OMA), koperasi, kegiatan sosial dan perlombaan yang diadakan setiap akhir tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa majlis taklim Riyadus Sholihah sangat berperan penting terhadap peningkatan kualitas pendidikan keluarga, diantaranya (1) sebagai wadah pembinaan bagi keluarga terutama dalam meletakkan dasar keimanan (2) memotivasi jamaah untuk memberikan pendidikan terbaik bagi anak (3) membangun niat masyarakat untuk menyekolahkan anak (4) membangun persepsi masyarakat akan pentingnya pendidikan (5) memotivasi untuk menjadi figur orang tua yang baik bagi anak (6) memotivasi untuk terus berprestasi.

(9)

v

ABSTRACT

ROLE OF MOSQUE COMMITTEES (RIYADUS SHOLIHAH) TOWARDS QUALITY OF IMPROVEMENT FAMILY EDUCATION

( Case Studies in Three Family )

This research is motivated by a lot of emerged Mosque Committees (Riyadus Sholihah) in the society, but the Mosque Committee had many experienced ups and downs and some have disbanded. For some people who follow this Mosque Committees (Riyadus Sholihah) are the mothers who already had children and they had to see the fact that they have to educate their children in order to be useful for the next generation in the future. The foremost education is obtained by the child through the family education. Family education is the most essential education, because education in the family is the foundation for the child development. Many parents who struggle to educate children properly in accordance with the teachings of Islam (Religion). This Mosque Committees (Riyadus Sholihah) emergence as non formal education, certainly could be a forum especially for mothers to get a workable coaching in his family. This research aims to determine the role of the Mosque Committees (Riyadus Sholihah) to improving the quality of family education. The method that used in this research is descriptive method with qualitative approach. Data was collected through interviews , observation , documentation studies, and field notes. Mosque Committees (Riyadus Sholihah) has many development activities for the followers. For example, regular recitation that held every friday, the memorial of Islamic religious holidays, Salat Khusy’u training, One Minute Awareness Training, union / cooperatives activities, social activities, and competitions for the mothers group / Mosque Committees (Riyadus Sholihah) that held every year. The results showed that the Mosque Committees (Riyadus Sholihah) had very important role on improving the quality of family education, including (1) as a forum for the family (members/followers in Mosque Committees), especially in laying the foundation of faith in Islam. (2) Motivate the followers (Mosque Committees) to provide the best education for children (3) Build the intention to educate children (4) Build community perceptions of the importance education ( 5 ) Motivate the parents to be a good figure for children (6) motivated to continue to excel / get the achivement.

(10)

Siti Alifah Bezlina,2013

PERANAN MAJLIS TAKLIM RIYADUS SHOLIHAH TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... vi BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined. B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Struktur Organisasi ... Error! Bookmark not defined. BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. A. Tinjauan Tentang Majlis Taklim ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian Majlis Taklim... Error! Bookmark not defined. 2. Fungsi dan Tujuan Majlis Taklim ... Error! Bookmark not defined. 3. Peranan Majlis Taklim ... Error! Bookmark not defined. 4. Materi yang Dikaji Majlis Taklim ... Error! Bookmark not defined. 5. Metode yang Digunakan Majlis Taklim ... Error! Bookmark not

defined.

6. Majlis Taklim Sebagai Lembaga Pendidikan Non Formal ... Error!

Bookmark not defined.

B. Tinjauan Tentang Pendidikan Keluarga ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian Pendidikan Keluarga ... Error! Bookmark not defined. 2. Fungsi Keluarga ... Error! Bookmark not defined. 3. Aspek-Aspek Pendidikan dalam Keluarga ... Error! Bookmark not

defined.

4. Pentingnya Pendidikan Keluarga ... Error! Bookmark not defined. BAB IIIMETODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.

(11)

D. Definisi Operasional... Error! Bookmark not defined. E. Tahap-Tahap Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Tahap Pralapangan ... Error! Bookmark not defined. 2. Tahap Kegiatan Lapangan ... Error! Bookmark not defined. F. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. G. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not

defined.

A. DESKRIPSI SINGKAT TENTANG OBJEK PENELITIAN ... Error!

Bookmark not defined.

1. Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya Majlis Taklim ... Error!

Bookmark not defined.

2. Visi Misi dan Tujuan Majlis Taklim Riyadus Sholihah ... Error!

Bookmark not defined.

3. Status Majlis Taklim Riyadus Sholihah... Error! Bookmark not

defined.

B. HASIL PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. 1. Proses Pembinaan di Majlis Taklim Riyadus Sholihah ... Error!

Bookmark not defined.

2. Faktor Pendukung, Kendala dan Solusi dalam Proses Pembinaan di Majlis Taklim Riyadus Sholihah ... Error! Bookmark not defined. 3. Dampak yang Dirasakan Jamaah dari Pembinaan Majlis Taklim

(12)

Siti Alifah Bezlina,2013

PERANAN MAJLIS TAKLIM RIYADUS SHOLIHAH TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari, individu selalu melakukan hubungan sosial dengan individu lain atau kelompok-kelompok tertentu. Hubungan sosial yang terjadi antar individu maupun antar kelompok tersebut juga dikenal dengan istilah interaksi sosial. Interaksi antara berbagai segi kehidupan yang sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari itu akan membentuk suatu pola hubungan yang saling mempengaruhi sehingga akan membentuk suatu sistem sosial dalam masyarakat. Keadaan inilah yang dinamakan proses sosial.

Salah satu tempat yang menjadi tempat kontak sosial di tengah masyarakat adalah majlis taklim. Majlis taklim ini merupakan tempat berkumpulnya seseorang untuk menuntut ilmu (khususnya ilmu agama).

Kehadiran majlis taklim dalam masyarakat Indonesia sudah menjadi bagian dari kehidupan sosial yang semakin menguat hadir di tengah-tengah masyarakat. Majlis taklim merupakan tempat pengajaran atau pendidikan agama Islam yang paling fleksibel dan tidak terikat oleh waktu. Majlis taklim bersifat terbuka terhadap segala usia, lapisan atau strata sosial, dan jenis kelamin. Waktu penyelenggaraannya pun tidak terikat, bisa pagi, siang, sore, atau malam. Tempat yang digunakannya pun bisa dilakukan dirumah, masjid, muṣallā, gedung, aula, halaman, dan sebagainya. Selain itu majlis taklim memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai lembaga dakwah dan lembaga pendidikan non formal. Fleksibilitas majlis taklim inilah yang menjadi kekuatan sehingga mampu bertahan dan merupakan lembaga pendidikan Islam yang paling dekat dengan umat (masyarakat) (Anitasari, et.al., 2010: 4).

(13)

Majlis taklim pada dasarnya tidaklah ditujukan bagi jenis kelamin tertentu, hanya saja dalam perkembangannya, majelis taklim menjadi lekat dengan kehidupan para perempuan lebih dari laki-laki. Hal ini dapat dilihat dari jumlah jamaah perempuan biasanya lebih banyak dibandingkan dengan jamaah laki-laki, bahkan majlis taklim yang khusus untuk perempuan juga lebih banyak hidup dan tumbuh dalam masyarakat dibandingkan dengan majlis taklim dengan jamaah khusus laki-laki. Hingga upaya untuk mengorganisir majlis taklim yang berjamaah khusus perempuan telah banyak dilakukan (Anitasari, et.al., 2010: 4).

Majlis taklim sebagai lembaga pendidikan non formal berkembang pesat di Indonesia. Baik di kota-kota besar maupun di desa pasti terdapat majlis taklim yang kebanyakan didominasi oleh kaum perempuan terutama kaum ibu. Menurut Ramayulis (2010: 283) lembaga pendidikan non formal adalah lembaga pendidikan yang teratur namun tidak mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan kuat.

Sebagai lembaga pendidikan non formal, majlis taklim menjamur di Indonesia dengan identitasnya masing-masing salah satunya dengan seragam. Belakangan ini kita bisa melihat banyak ibu-ibu yang mengikuti pengajian menggunakan seragam yang sama dan menunjukkan ciri khas majlis taklimnya masing-masing.

Majlis taklim bukan hanya bergerak dalam bidang keagamaan saja melainkan juga di bidang sosial dan budaya. Dalam bidang keagamaan biasanya meliputi pengajian, membaca Al-Qur`ān, dan hal-hal yang berkaitan dengan ibadah. Dalam bidang sosial budaya, majlis taklim berusaha untuk meluruskan adat atau budaya yang melenceng dari ajaran Islam yang berkembang di masyarakat.

(14)

3

sama lain. Hal itu terjadi karena adanya perbedaan mazhab yang dianut oleh

seseorang. Ada yang menganut mazhab Hanafi, Syafi’i, Maliki dan Hambali.

Namun terkadang perbedaan tersebut dijadikan sebagai suatu masalah besar oleh masyarakat sehingga menimbulkan perdebatan bahkan pertengkaran atau permusuhan.

Perbedaan mazhab juga bisa menimbulkan masalah baru yakni berkumpulnya sebagian orang dan saling menggosip atau saling memperbincangkan keburukan satu sama lain. Gosip dalam Islam lebih dikenal dengan kata gibah. Gibah artinya membicarakan atau menggunjing atau dalam bahasa sekarang merumpi tentang orang lain, yaitu membicarakan orang lain tentang sesuatu yang tidak disukai apabila ia mendengarkannya. Gibah termasuk ke dalam akhlāq mażmūmah yakni akhlāq yang tercela dan hukumnya haram. Hal ini sejalan dengan firman Allāh dalam Q.S. Al-Hujurāt ayat 12;

































































Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan

janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah

menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah

kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allāh.

Sesungguhnya Allāh Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.

(Q.S. Al-Hujurāt [49]: 12)1

1 Semua teks dan terjemahan Al-Qurꞌān dalam skripsi ini dikutip dari Ms. Word Menu Add-Ins

(15)

Masalah lain yang terjadi di kehidupan masyarakat yaitu mengenai ekonomi. Lemahnya perekonomian di masyarakat bisa menimbulkan kesenjangan antara si kaya dan si miskin. Selain itu, di kehidupan masyarakat biasanya terjadi saling pamer harta antara tetangga yang satu dengan yang lain sehingga bisa menimbulkan sifat ḥasad atau dengki. Dengki adalah sifat yang dimiliki oleh seseorang yang menginginkan hilangnya kesenangan yang dimiliki oleh orang lain dan berusaha memindahkannya kepada dirinya. Sifat

ḥasad itu adalah sifat yang jelek dan sebenarnya menyakiti dan menyiksa pemiliknya sebelum ia menyakiti orang lain. Hal ini sesuai dengan firman

Allāh dalam Q.S. An-Nisā` ayat 32,

























































Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allāh

kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang

mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allāh sebagian dari karunia

-Nya. Sesungguhnya Allāh Maha mengetahui segala sesuatu. (Q.S.

An-Nisā` [4]: 32)

(16)

5

Agar majlis taklim dapat menjadi wadah pembinaan umat menuju masyarakat Islam, majlis taklim tidak boleh dijalankan sebagai sebuah aktivitas rutin belajar-mengajar tanpa arah dan tujuan yang jelas. Seharusnya majlis taklim bertujuan: (1) mengokohkan ‘aqīdaħ (keimanan) pesertanya, (2) menjadikan pesertanya sebagai pribadi yang selalu terikat dengan syarī’āt Islam dalam kehidupan kesehariannya, (3) menjadikan pesertanya sebagai ibu yang mendidik anaknya dengan baik, sehingga menjadi kader umat yang berkualitas, (4) menjadikan pesertanya sebagai pejuang penegakkan syarī’āt dalam masyarakat (Mubarak, 2007).

Di Indonesia kebanyakan orang yang mengikuti majlis taklim adalah kaum ibu yang sudah mempunyai anak dan keluarga sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa adanya keterkaitan antara majlis taklim sebagai lembaga pendidikan non formal dengan peningkatan kualitas pendidikan keluarga.

Antara keluarga dan pendidikan adalah dua istilah yang tidak bisa dipisahkan. Sebab, dimana ada keluarga di situ ada pendidikan (Djamarah, 2004: 2). Dalam buku Pendidikan dalam Keluarga karya Soelaeman (1994: 168) disebutkan bahwa keluarga dianggap sebagai lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi anak. Maka dari itu, akan terjadi perbedaan dalam mendidik anak antara orang tua yang sering mengikuti kegiatan di majlis taklim dengan orang tua yang tidak mengikuti kegiatan di majlis taklim.

(17)

Pada umumnya, majlis taklim itu musiman, namun majlis taklim Riyadus Sholihah berbeda dengan majlis taklim lainnya. Majlis taklim Riyadus Sholihah ini stabil baik dari jumlah jamaahnya maupun aktivitasnya. Peneliti berasumsi bahwa majlis taklim Riyadus Sholihah memiliki kekhasan dan program pembinaan yang baik sehingga mampu mengikat jamaahnya. Oleh sebab itu, peneliti merasa perlu mendalami lebih jauh penyebab majlis taklim Riyadus Sholihah bisa bertahan dan stabil sementara majlis taklim lainnya pasang surut bahkan ada yang bubar. Selain itu, peneliti juga memandang penting untuk melakukan penelitian mengenai peranan majlis taklim Riyadus Sholihah terhadap peningkatan kualitas pendidikan keluarga.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka rumusan masalah utama dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah Peranan Majlis taklim Riyadus Sholihah Terhadap Peningkatan Kualitas Pendidikan

Keluarga di Kelurahan Leuwigajah?”.

Dari rumusan masalah utama di atas maka dapat dijabarkan kepada beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses pembinaan majlis taklim Riyadus Sholihah dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan keluarga?

2. Apa saja faktor pendukung dan kendala dalam proses pembinaan dan bagaimana cara mengatasinya?

3. Apa dampak yang dirasakan jamaah dari proses pembinaan majlis taklim Riyadus Sholihah?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan salah satu faktor penting karena dapat menjadi acuan dalam kegiatan penelitian. Oleh karena itu, yang menjadi tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut:

(18)

7

Tujuan umum yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran secara utuh mengenai peranan majlis taklim Riyadus Sholihah terhadap peningkatan kualitas pendidikan keluarga. 2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengkaji proses pembinaan majlis taklim Riyadus Sholihah dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan keluarga.

b. Menganalisis faktor pendukung dan kendala dalam proses pembinaan dan cara mengatasinya.

c. Menaganalisis dampak yang dirasakan oleh jamaah dari proses pembinaan majlis taklim Riyadus Sholihah.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan (kontribusi) terhadap keilmuan (science) khususnya mengenai pendidikan agama di masyarakat.

2. Manfaat Praktis

Dengan diadakannya penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi berbagai pihak yang berhubungan dengan dunia pendidikan Islam pada umumnya maupun di majlis taklim seperti:

a. Mengetahui dan memahami pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam di masyarakat.

b. Mengambil manfaat dari proses pembinaan agama Islam di masyarakat, guna memecahkan problematika pendidikan Islam pada masa kini.

(19)

d. Sebagai pembangunan dan pengembangan terhadap peningkatan pendidikan Islam di masyarakat.

E. Struktur Organisasi

Agar penulisan dalam penelitian (skripsi) ini mengarah kepada maksud yang sesuai dengan judul, maka penulisan ini peneliti susun berdasarkan sistematika yang telah ditentukan dalam Pedoman Karya Tulis Ilmiah UPI 2012. Rincian dari sistematika tersebut adalah sebagai berikut:

BAB I

Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi.

BAB II

Bab ini berisi tentang penjelasan konsep-konsep yang mendukung penelitian yakni mengenai pengertian majlis taklim, fungsi dan tujuan majlis taklim, peranan majlis taklim, pengertian pendidikan keluarga, fungsi keluarga, aspek-aspek pendidikan dalam keluarga, dan pentingnya pendidikan keluarga.

BAB III

Metodologi penelitian dan prosedur penelitian yang terdiri dari metode penelitian, pendekatan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, tahap penelitian, lokasi penelitian, dan subjek penelitian.

BAB IV

Hasil penelitian dan pembahasan untuk menjawab pertanyaan dari permasalahan yang telah penulis rumuskan. Pada bab ini juga dituliskan deskripsi hasil penelitian dan pembahasannya.

BAB V

(20)

Siti Alifah Bezlina,2013

PERANAN MAJLIS TAKLIM RIYADUS SHOLIHAH TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley (Sugiyono, 2009: 49) dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Pemilihan lokasi atau site selection perlu dirumuskan dengan jelas, terutama dalam tema atau fokus-fokus

penelitian yang kompleks.

Adapun lokasi penelitian ini adalah majlis taklim Riyadus Sholihah yang berada di Jalan Kerkof Gang Warga RT 02/09 Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi. Majlis taklim ini berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Miftahus Shiddiq. Dasar pertimbangan pemilihan lokasi ini dikarenakan stabilitas baik dari jumlah jamaah maupun aktivitasnya. Jumlah jamaah di majlis taklim ini sekitar 80-150 jamaah bahkan bisa mencapai 300 jamaah dalam kegiatan-kegiatan tertentu. Selain itu, majlis taklim ini juga mempunyai keunikan tersendiri yaitu selalu mengadakan lomba antar majlis taklim setiap malam tahun baru yang temanya selalu berganti setiap tahun. Dalam penelitian ini yang menjadi aktor adalah tiga keluarga dari jamaah majlis taklim Riyadus Sholihah yang berbeda mata pencaharian atau profesinya. Aktivitas yang ingin diteliti yaitu bagaimana peranan majlis taklim terhadap peningkatan kualitas pendidikan keluarga yang ada di sana.

Sedangkan yang menjadi subjek penelitian adalah: 1. Ketua Yayasan Pendidikan Islam Miftahus Shiddiq 2. Pengelola Majlis Taklim Riyadus Sholihah

3. Ustāż/ustāżaħ (pemberi materi) di Majlis Taklim Riyadus Sholihah 4. Tiga keluarga jamaah Majlis Taklim Riyadus Sholihah yang berbeda

(21)

3.1 Gambar Denah Lokasi Majlis Taklim Riyadus Sholihah

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor (Basrowi dan Suwandi, 2008: 1) mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data desktiptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Hal itu sejalan dengan yang diungkapkan oleh Kirk dan Miller (Moleong, 2012: 4) bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.

Pendekatan penelitian kualitatif menurut Nasution (2003: 5) pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi

dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsīran tentang dunia

(22)

41

Pendekatan kualitatif juga terkadang disebut dengan pendekatan naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada keadaan yang alami tanpa rekayasa yang dilakukan oleh peneliti, pendekatan kualitatif naturalistik mempunyai kriteria (Arikunto, 2006: 14-18) sebagai berikut :

(1) mempunyai sifat induktif yaitu pengembangan konsep yang didasarkan atas data yang ada, mengikuti desain penelitian yang fleksibel sesuai dengan konteksnya; (2) melihat setting dan respon secara keseluruhan atau holistik; (3) validitas penelitian ditekankan pada kemampuan peneliti; (4) menekankan pada seting alami pada perolehan data asli atau natural conditions dimana peneliti harus menjaga keaslian kondisi jangan sampai merusak atau merubahnya; (5) mengutamakan proses atau daripada hasil; (6) peneliti sebagai instrumen; (7) menganjurkan penggunaan triangulasi, yaitu penyilangan informasi yang diperoleh dari sumber sehingga pada akhirnya hanya data yang absah saja yang digunakan untuk mencapai hasil penelitian; (8) menguntungkan diri pada teknik dasar studi lapangan; (9) mengadakan analisis data sejak awal.

Menurut Moleong (2012: 9) dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Selain itu, hanya manusia sebagai alat sajalah yang dapat berhubungan dengan responden atau objek lainnya, dan hanya manusialah yang mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat penelitian disini tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian (Moleong, 2012: 168).

(23)

C. Metode Penelitian

Metode merupakan cara yang dilakukan dalam penelitian untuk mengumpulkan, mengidentifikasi, dan menganalisis data. Sedangkan penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu (Sukmadinata, 2006: 5).

Dalam sebuah penelitian tidak dapat dengan seenaknya menggunakan sebuah metode. Penggunaan sebuah metode itu harus disesuaikan dengan tujuan penelitian itu sendiri dan harus disesuaikan dengan permasalahan yang akan diteliti dalam suatu objek. Jadi setiap penelitian itu akan berbeda dalam penggunaan metodenya, ini dikarenakan penyesuaian dengan permasalahan yang dihadapi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif bertujuan untuk mendapatkan gambaran dari suatu keadaan yang ada pada masa sekarang dan sedang berlangsung serta berpusat pada masalah yang masih aktual. Metode deskriptif yang digunakan sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Sudjana (2004: 64) bahwa penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan, dan pendapat yang diungkapkan oleh Faisal dan Wasesa (1992: 119) bahwa :

Studi deskriptif berusaha mendeskriptifkan dan menginterpretasikan apa yang ada. Ia bisa mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau kecenderungan yang tengah berkembang. Studi deskriptif terutama berkenaan dengan masa kini meskipun tidak jarang juga memperhitungkan peristiwa masa lampau dan pengaruhnya terhadap kondisi masa kini.

Bungin (2010: 68) mengatakan bahwa:

(24)

43

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 1999: 63). Menurut Sukmadinata (2006:76-81) dalam penelitian deskriptif sendiri ada beberapa variasi, yaitu studi perkembangan, studi kasus, studi kemasyarakatan, studi perbandingan, studi hubungan, studi waktu dan gerak, studi kecenderungan, studi tindak lanjut, analisis kegiatan, dan analisis isi atau dokumen.

1. Studi Perkembangan: penelitian deskriptif, bisa mendeskripsikan sesuatu keadaan saja, tetapi bisa juga mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan perkembangannya. Dalam studi perkembangan (developmental studies). Dalam penelitian ini yang dikaji adalah perubahan-perubahan atau

kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh seseorang, suatu lembaga, organisasi, ataupun kelompok masyarakat tertentu.

2. Studi Kasus: Studi kasus (case study) merupakan metode untuk menghimpun dan menganalisis data berkenaan dengan sesuatu kasus. Sesuatu dijadikan kasus biasanya karena ada masalah, kesulitan, hambatan, penyimpangan, tetapi bisa juga sesuatu dijadikan kasus meskipun tidak ada masalah, malahan dijadikan kasus karena keunggulan atau keberhasilannya. 3. Studi Kemasyarakatan: Studi kemasyarakatan (communit study) merupakan kajian intensif yang dilakukan terhadap suatu kelompok masyarakat yang tinggal bersama disuatu daerah yang dimiliki ikatan dan karakteristik tertentu.

4. Studi Perbandingan: Studi perbandingan (comparative studi atau causal comparative) merupakan bentuk penelitian deskriptif yang membandingkan

dua atau lebih dari dua situasi, kejadian, kegiatan, dan program.

(25)

6. Studi Waktu atau Gerak: Studi waktu atau gerak (time and motion study) ditujukan untuk meneliti atau menguji jumlah waktu dan banyaknya gerakan yang diperlukan untuk melakukan suatu kegiatan atau proses. 7. Studi Kecenderungan: Studi kecenderungan (trend study) merupakan

penelitian deskriptif yang cukup menarik. Studi ini diarahkan untuk melihat kecenderungan perkembangan atau prediksi dibuat berdasarkan pertimbangan data longitudinal yang ada.

8. Studi Tindak Lanjut: Studi tindak lanjut (follow up study) merupakan pengumpulan dan analisis terhadap para lulusan atau orang-orang yang telah meyelesaikan suatu program pendidikan, latihan atau pembinaan. 9. Analisis Kegiatan: Analisis kegiatan (activity analysis) diarahkan untuk

menganalisis kegiatan yang dilakukan dalam melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan, dalam bidang industri, bisnis, pemerintahan, lembaga sosial, dan lain-lain.

10.Analisis Isi atau Dokumen: Analisis isi atau dokumen (content or document analysis) ditujukan untuk menghimpun dan menganalisis

dokumen-dokumen resmi, dokumen-dokumen yang validitas dan keabsahannya terjamin baik dokumen perundangan dan kebijakan maupun hasil-hasil penelitian.

Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan pada latar belakang masalah, yaitu penelitian fokus mengenai peranan majlis taklim Riyadus Sholihah terhadap peningkatan kualitas pendidikan keluarga, maka metode yang digunakan adalah studi kasus (case study). Peneliti akan menganalisis secara cermat suatu aktivitas, proses, peristiwa, yang ada di majlis taklim Riyadus Sholihah dan di tiga keluarga jamaah yang berbeda mata pencahariannya.

D. Definisi Operasional

1. Peranan

(26)

45

peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. 2. Majlis taklim

Majlis taklim adalah tempat perkumpulan orang banyak untuk mempelajari agama Islam melalui pengajian yang diberikan oleh guru-guru dan ahli agama Islam (Muthiah, 2006: 21). Majlis taklim adalah salah satu lembaga pendidikan diniyah non formal yang bertujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allāh Swt dan akhlāq mulia bagi jamaahnya, serta mewujudkan rahmat bagi alam semesta.

3. Pendidikan keluarga

Menurut Djamarah (2004: 2) mengemukakan bahwa pendidikan keluarga adalah pendidikan yang berlangsung dalam keluarga yang dilaksanakan oleh orang tua sebagai tugas dan tanggung jawabnya dalam mendidik anak dalam keluarga. Pendidikan keluarga adalah segala usaha yang dilakukan oleh orang tua (suami dan istri) bagi anaknya untuk membimbing potensi jasmani dan rohani anak menuju ke arah kesempurnaan, sehingga terciptanya pribadi anak yang ṣāliḥ dan menjadi keluarga yang sakinaħ (tentram) dalam mewujudkan masyarakat Islam yang sejahtera.

E. Tahap-Tahap Penelitian

1. Tahap Pralapangan

(27)

a. Menyusun Rancangan Penelitian

Dalam penyusunan suatu penelitian, maka peneliti harus teliti dalam menyusun rancangan penelitian, baik langkah-langkah dalam melakukan penelitian, maupun langkah-langkah dalam penyusunan laporan hasil penelitian. Menurut Basrowi dan Suwandi (2008: 84) rancangan suatu penelitian paling tidak berisi:

(1) Latar belakang masalah dan alasan pelaksanaan penelitian, (2) kajian kepustakaan, (3) pemilihan lapangan atau setting penelitian, (4) penentuan jadwal penelitian, (5) pemilihan alat penelitian, (6) rancangan pengumpulan data, (7) rancangan analisis data, (8) rancangan perlengkapan, (9) rancangan pengecekan kebenaran data.

Menurut Satori dan Komariah (2009:83) bahwa langkah pertama penelitian kualitatif secara formal adalah merancang penelitian, hal tersebut ditegaskan oleh Moleong dalam Satori dan Komariah (2009:83) bahwa rancangan penelitian diartikan sebagai usaha merencanakan dan menentukan segala kemungkinan dan perlengkapan yang diperlukan dalam suatu penelitian.

Rancangan penelitian disusun berupa proposal, dan proposal merupakan pondasi awal peneliti untuk melangkah ke tahapan penelitian berikutnya. Proposal penelitian skripsi berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, kajian pustaka, organisasi penulisan dan daftar pustaka. Setelah diajukan dan disetujui oleh Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS), maka penulis mendapatkan Surat Keputusan (SK) penunjukan dosen pembimbing yang dikeluarkan 01 Oktober 2012, pembimbing yang dimaksud adalah Dr. H. Syahidin, M.Pd. sebagai dosen pembimbing I, dan Wawan Hermawan, M.Ag. sebagai dosen pembimbing II.

b. Memilih Lapangan Penelitian

(28)

47

mempelajari serta mendalami fokus serta rumusan masalah penelitian. Untuk itu dalam melakukan penelitian kualitatif, peneliti harus menjajaki terlebih dahulu lapangan yang akan diteliti untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang ada di lapangan. Keterbatasan geografis dan praktis seperti waktu, biaya, tenaga, perlu dipertimbangkan dalam penentuan lokasi penelitian.

Dalam penelitian ini penulis memilah-milah dulu majlis taklim mana yang memiliki kekhasan khusus dan berbeda dengan majlis taklim pada umumnya. Maka dari itu penulis memilih majlis taklim Riyadus Sholihah dengan berbagai pertimbangan yaitu adanya stabilitas baik dari jumlah jamaah maupun aktivitasnya.

c. Mengurus Perizinan

Pertama-tama yang perlu diketahui oleh peneliti ialah siapa saja yang berkuasa dan berwenang memberikan izin bagi pelaksanaan penelitian. Selain mengetahui siapa yang berwenang, segi lain yang perlu diperhatikan ialah persyaratan yang diperlukan, seperti surat tugas, surat izin instansi di atasnya, identitas diri, perlengkapan yang akan digunakan, dan lain sebagainya (Basrowi dan Suwandi, 2008: 85). Prosedur perizinan yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:

1. Peneliti mengajukan surat permohonan melakukan penelitian kepada Ketua Prodi IPAI FPIPS UPI Bandung.

2. Mengajukan surat rekomendasi permohonan izin untuk mengadakan penelitian dari Dekan FPIPS UPI Bandung untuk disampaikan kepada Rektor UPI Bandung.

3. Rektor UPI Bandung mengeluarkan surat permohonan izin untuk disampaikan kepada Ketua Yayasan Pendidikan Islam Miftahus Shiddiq dan Pengelola Majlis Taklim Riyadus Sholihah.

d. Menjajaki dan Menilai Keadaan Lapangan

(29)

lapangan, namun dalam hal-hal tertentu telah menilai keadaan lapangan. Objek penelitian perlu dijajaki dan dinilai guna melihat dan sekaligus mengenal unsur-unsur sosial dan keadaan objek penelitian.

Basrowi dan Suwandi (2008: 86) mengemukakan bahwa:

Maksud dan tujuan penjajakan lapangan adalah berusaha mengenal segala unsur lingkungan sosial, fisik, dan keadaan alam. Jika peneliti telah mengenalnya, maksud dan tujuan lainnya adalah untuk membuat peneliti mempersiapkan diri, mental maupun fisik, serta menyiapkan perlengkapan yang diperlukan. Pengenalan lapangan dimaksudkan pula untuk menilai keadaan, situasi, latar dan konteksnya, apakah terdapat kesesuaian dengan masalah, hipotesis, dan teori seperti yang dipikirkan sebelumnya oleh peneliti.

e. Memilih dan Memanfaatkan Informan

Informan adalah orang dalam pada latar penelitian. Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi, informan berfungsi sebagai seseorang yang membantu peneliti dalam mengumpulkan data objek penelitian.

f. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Perlengkapan yang harus dipersiapkan oleh peneliti antara lain mencakup; perlengkapan fisik, surat izin mengadakan penelitian, kontak dengan daerah yang menjadi latar penelitian, pengaturan perjalanan, terutama jika lapangan penelitian jauh letaknya, perlengkapan pribadi, dan perlengkapan pendukung yang akan digunakan dalam penelitian (Basrowi dan Suwandi, 2008: 87).

g. Persoalan Etika Penelitian

(30)

49

2. Tahap Kegiatan Lapangan

Untuk memasuki pekerjaan di lapangan, peneliti perlu memahami latar penelitian terlebih dahulu. Disamping itu, peneliti harus mempersiapkan dirinya, baik secara fisik maupun secara mental di lapangan. Pada tahap ini, peneliti juga harus mampu dalam membatasi objek penelitian. Pembatasan objek penelitian ini juga didasarkan pada pembatasan permasalahan yang diteliti. Hal ini dilakukan agar mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dulu memilih keluarga jamaah berdasarkan mata pencahariannya (profesi). Peneliti mengelompokkan tiga mata pencaharian, masing-masing lima orang. Lalu peneliti meminta kepada Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. selaku Dekan FPIPS UPI dan dua dosen IPAI yaitu Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag. dan Dr. Munawar Rahmat, M.Pd. untuk memilih masing-masing satu dari jamaah yang telah dikelompokkan tadi untuk menjadi subjek penelitian. Maka terpilihlah tiga keluarga jamaah untuk diteliti. Hal ini bertujuan agar terhindar dari manipulasi data sehingga peneliti benar-benar melakukan penelitian secara murni.

(31)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Bungin (2010: 108) dalam bukunya yang berjudul Penelitian Kualitatif mengemukakan bahwa:

Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju atau pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu (Basrowi dan Suwandi, 2008: 127). Sebelum melaksanakan wawancara para peneliti menyiapkan instrumen wawancara yang disebut dengan pedoman wawancara (interview guide). Pedoman ini berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang meminta untuk dijawab atau direspon oleh responden (Sukmadinata, 2006, hal. 216). Penggunaan instrumen wawancara ini dilakukan untuk mengetahui data penelitian diantaranya data tentang latar belakang majlis taklim, proses pembinaan keagamaan di majlis taklim, dan peranannya terhadap peningkatan kualitas keluarga.

2. Observasi

Sukmadinata (2006: 219) mengemukakan bahwa:

(32)

51

serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam observasi nonpartisipatif (nonparticipatory observation) pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.

Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan (Bungin, 2010: 115). Tujuan observasi pada penelitian ini ialah untuk menggali informasi tentang kegiatan pembinaan keagamaan di majlis taklim dan peranannya terhadap peningkatan kualitas pendidikan keluarga.

3. Studi Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan (Basrowi dan Suwandi, 2008: 158). Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupkan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan studi dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang latar belakang majlis taklim dan struktur organisasi majlis taklim.

4. Catatan Lapangan (Field Notes)

(33)

G. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

Sugiyono (2009: 89) mendefinisikan analisis data sebagai berikut: Analisis data adalah proses mencari dan menyusun sacara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang peneliti dapatkan, yaitu dari hasil wawancara, observasi dan, studi dokumentasi maka peneliti melakukan prosedur pengolahan dan analisis data dari hasil pengumpulan data. Tahap analisis data adalah tahap pengolahan data, untuk itu peneliti membagi analisis penelitian kedalam empat tahap berikut, yaitu: Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (Basrowi dan Suwadi, 2008: 209) yang mencangkup tiga kegiatan yang bersama, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan atau

verifikasi (conclusion drawing/verification). 1. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya (Sugiyono, 2009: 92). Basrowi dan Suwandi (2008: 209) mengemukakan bahwa:

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian, pengabstraksian dan pentransformasian data kasar dari lapangan. Mereduksi data berfungsi untuk data berfungsi untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi sehingga interpretasi bisa ditarik.

(34)

53

sumber data lainnya sehingga validitas data yang ada dapat dipertanggung jawabkan.

Dengan demikian mereduksi data merupakan suatu analisis yang menajamkan untuk mengorganisasikan data. Dalam hal ini, peneliti harus mampu merekam semua data yang didapat melalui observasi, wawancara, catatan lapangan, kemudian melakukan seleksi terhadap data yang relevan dengan fokus penelitian.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan (Basrowi dan Suwandi, 2008: 209). Miles dan Huberman (Sugiyono, 2009: 95) menyatakan yang paling sering digunakan untuk penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Selanjutnya disarankan oleh Sugiyono (2010: 95) bahwa dalam mendisplaykan data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart.

Dalam tahap ini peneliti juga melakukan display data secara sistematik, agar lebih mudah untuk dipahami interaksi antar bagian-bagiannya dalam konteks yang utuh bukan segmental atau fragmental terlepas satu dengan yang lainnya (Basrowi dan Suwandi, 2008: 210). Dengan demikian dalam mendisplaykan data, peneliti disarankan untuk tidak gegabah dalam mengambil kesimpulan.

(35)

rumusan masalah pada penelitian kualitatif bersifat sementara dan akan terus berkembang setelah penelitian dilakukan. Hal tersebut sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009: 99) bahwa terdapat dua kemungkinan kesimpulan dalam langkah ketiga ini, yaitu:

(1) Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya, (2) tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Lebih lanjut Sugiyono (2009: 99) mengemukakan bahwa:

(36)

Siti Alifah Bezlina,2013

PERANAN MAJLIS TAKLIM RIYADUS SHOLIHAH TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dijelaskan dalam bab IV, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Pendirian awal majlis taklim Riyadus Sholihah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1991 yakni sebagai wadah pembelajaran bagi komunitas Muslīm dan Muslīmaħ untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allāh Swt, berakhlak mulia, serta mampu menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari yang berkenaan dengan hubungan antara insan dengan Khaliknya, sesama manusia, dan alam sekitar.

2. Kegiatan yang dilaksanakan majlis taklim Riyadus Sholihah tidak hanya menyelenggarakan pengajian rutin saja seperti pengajian jumat, namun ada kegiatan pembinaan lain yang diselenggarakan oleh majlis taklim, yaitu:

a. Pelaksanaan Hari Besar Islam (PHBI) b. Pelatihan salat khusu

c. Training One Minute Awareness (OMA) d. Koperasi

e. Kegiatan sosial

f. Perlombaan akhir tahun

3. Peranan majlis taklim Riyadus Sholihah terhadap peningkatan kualitas keluarga adalah:

a. Sebagai wadah pembinaan bagi keluarga terutama dalam meletakkan dasar keimanan.

b. Memotivasi para jamaah untuk memberikan pendidikan terbaik bagi anak.

(37)

d. Membangun persepsi masyarakat akan pentingnya pendidikan.

e. Memotivasi untuk menjadi figur orang tua yang baik (suri tauladan) bagi anak.

f. Memotivasi untuk terus berprestasi.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil yang diperoleh, ada beberapa hal yang menjadi rekomendasi dari hasil penelitian ini, antara lain:

1. Bagi majlis taklim Riyadus Sholihah

Kegiatan pembinaan yang terdapat di majlis taklim Riyadus Sholihah ini sudah cukup bervariasi dan bagus namun agar lebih menarik jamaah dan lebih meningkatkan kualitas majlis taklim sebaiknya diperbaiki dari segi manajemen, misalnya saja yang asalanya manajemen keluarga dirubah menjadi manajemen modern yang dikelola secara lebih profesional.

2. Bagi keluarga yang diteliti

Hendaknya keluarga jamaah lebih rutin mengikuti semua kegiatan pembinaan yang ada di majlis taklim Riyadus Sholihah dan harus lebih aktif lagi ketika proses pembinaan dilakukan.

3. Bagi peneliti berikutnya

(38)

Siti Alifah Bezlina,2013

PERANAN MAJLIS TAKLIM RIYADUS SHOLIHAH TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

---. (2002). Al-Qu`rān dan Terjemahannya. Penerjemah: Tim Penerjemah Depag RI. Jakarta: CV Darus Sunnah.

Ahid, N. (2010). Pendidikan Keluarga dalam Perspektif Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Alawiyah, T. (1997). Strategi Dakwah di Lingkungan Majlis Ta'lim. Bandung: Mizan.

Al-Jauhari, M. M. dan Khayyal, M. A. (2005). Membangun Keluarga Qur'ani (Panduan Untuk Wanita Muslimah). Jakarta: Amzah.

Alwasilah, A. C. (2012). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

Anitasari, et.al.. (2010, April). Perempuan dan Majlis Ta'lim: Membicarakan Isu Privat Melalui Ruang Publik Agama. Retrieved Januari 10, 2013, from http://today pdf.net/rahima-b.pdf-id6341643

Arifin, M. (2009). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara. Arifin, M. (2009). Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara. Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Az-Zahra, A. (2012, April 9). Retrieved Januari 10, 2013, from

http://bintuahmad.wordpress.com/2012/04/09/majelis-talim-seputar-pengertian-kedudukan-fungsi-dan-tujuan/

Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Bungin, B. (2010). Penelitian Kualitatif (Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya). Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Dagun, S. M. (1990). Psikologi Keluarga (Peranan Ayah dalam Keluarga). Jakarta: Rineka Cipta.

Daradjat, Z. (1982). Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental. Jakarta: Bulan Bintang.

(39)

Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Djamarah, S. B. (2004). Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga

(Sebuah Perspektif Pendidikan Islam). Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Ensiklopedi, D. R. (1994). Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve.

Hidayat, et.al.. (2008). Membentuk Keluarga Sakinah. Bandung: Mulia Press. Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Istikhori, A. (2008). Pendidikan Agama Islam dalam Majlis Taklim Kaum Ibu RW 01 Kelurahan Tegal Parang Jakarta Selatan. Skripsi Sarjana pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta: Tidak diterbitkan.

Joesoef, S. dan Santoso, S. (1981). Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya: Usana Offset Printing.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Edisi Keempat). (2008). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Moleong, L. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mubarak. (2007). Peran Majlis Ta'lim dalam Mewujudkan Masyarakat Islam.

Retrieved Januari 21, 2013, from

http://berpikirkuat.blogspot.com/2007/12/peran-majlis-talim-dalam-mewujudkan.html

Munawir, A. W. (1997). Al-Munawir Kamus Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Progresif.

Muthiah, S. (2006). Peranan Majelis Ta'lim Al-Mujahidin dalam Pembentukan Sikap Keagamaan Remaja di Kelurahan Belendung Batu Ceper Tangerang. Skripsi Sarjana pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta: Tidak diterbitkan.

Nasional, D. P. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nazir, M. (1999). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

(40)

106

Satori, D. dan Komariah, A. (2009). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sauri, S. (2006). Membangun Komunikasi dalam Keluarga (Kajian Nilai Religi, Sosial, dan Edukatif). Bandung: PT Genesindo.

Shihab, Q. (1993). Keluarga Tiang Negara dalam Membumikan Al Qur'an. Bandung: Mizan.

Shochib, M. (2010). Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: Rineka Cipta.

Soekanto, S. (1984). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali.

Soekanto, S. (2005). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Soelaeman, M. I. (1994). Pendidikan dalam Keluarga. Bandung: CV Alfabeta. Sudjana, D. (2007). Pendidikan Nonformal. Dalam M. Ali, R. Ibrahim, N. S.

Sukmadinata, D. Sudjana, & W. Rasjidin, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press.

Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta. Sukmadinata, N. S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Dan Total Shift- Share sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan Kabupaten Mesuji positif sebesar 15,54 milyar berarti secara keseluruhan sektor keuangan, persewaan, dan

Dosis pupuk kandang kambing 30 ton ha -1 dapat meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang, berat kering, bobot buah per tanaman, bobot buah per petak dan

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika).. Tanggung jawab sosial yang telah dilakukan kepada karyawan yaitu

Jika preseden yang lebih awal adalah benar-benar mengikat, tetapi sulit atau tidak mungkin untuk membedakannya maka ada satu cara lain untuk menghindari

Visi Misi Aturan Profesionalisme Insentif Sumber daya Rencana kerja kepentingan Kemajuan Konflik Nilai &. Visi Misi Aturan Profesionalisme Insentif Sumber daya Rencana

Untuk menahan gaya tarik yang cukup besar pada serat serat balok bagian tepi bawah, maka diperlukan baja tulangan sehingga disebut dengan istilah “ Beton

Hal tersebut disebabkan oleh karakteristik responden berdasarkan usia mayoritas yang mengisi kuesioner berusia dibawah 25 tahun, dengan pendidikan terakhir SMA/SMK

Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: “Pengaruh Dana Pihak Ketiga Terhadap Volume Kredit Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”,