• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI PENGALAMAN PELATIHAN, LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN SIKAP PROFESIONAL TERHADAP KUALITAS KINERJA : Kajian terhadap Tenaga PLKB/PKB di Kabupaten Bandung, Tahun 2004).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONTRIBUSI PENGALAMAN PELATIHAN, LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN SIKAP PROFESIONAL TERHADAP KUALITAS KINERJA : Kajian terhadap Tenaga PLKB/PKB di Kabupaten Bandung, Tahun 2004)."

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

^

KONTRIBUSI

PENGALAMAN PELATIHAN, LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN SiKAP PROFESIONAL TERHADAP

KUALITAS KINERJA

(Kajian ternadap Tenaga PLKB/PKB di Kabupaten Bandung, Tanun 2004)

T E S I S

Diajtikan uiitiik Mexiieiiulii Sebagian dari Syarat Meiiiperoleli

Gelar Magister Pendidikan Program Studi Adiiiinistrasi Pendidikan Konsentrasi Pereiicanaan Pendidikan

Oleli:

Rita Binakasih

029643

PROGRAM PASCA SARJANA

UNPVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

MENYETUJUI

KETUA PROGRAM STUDI

ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Prof. DR. H. Ti amsuddin Makmun, M.A.

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(3)

Lembaran Persetujuan Tesis

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

-7

Prof. DR. H. Tb.Xhia-SVamsuddin Makmun, M. A.

Pembimbing I

(4)

ABSTRAK

Kontribusi Pengalaman Pelatikan, Latar Belakang Pendidikan

dan Sikap Profesional terhadap Kualitas Kinerja

Rita Binakasik

(029643)

Penelitian ini diawali dengan adanya fenomena yang muncul dari tenaga PLKB/PKB di lembaga

BKKBN Kabupaten Bandung, yaitu bahwa: (1) Walaupun sejak tahun 1992 perekrutkan tenaga

PLKB/PKB harus berlatar belakang pendidikan S-l ke atas namun keberhasilan program BKKBN sampai saat ini tidak mengalami peningkatan, terutama masalah yang berkaitan dengan pemberdayaan keluarga dan reproduksi sehat remaja; (2) Kegiatan pelatihan yang dilaksanakan oleh tingkat kabupaten ke bawah tidak efektif, karena tidak berdasarkan pengelolaan yang benar, terutama dalam hal perencanaannya; (3) Tenaga PLKB yang mempunyai latar belakang pendidikan dan pengalaman pelatihan yang memadai tidak selalu mempunyai kualitas kinerja yang baik, namun sebaliknya bagi PLKB/PKB yang latar belakang pendidikan dan pengalaman pelatihannya kurang memadai tapi mempunyai sikap moral dan kerja positip (sikap profesional) memperlihatkan mempunyai kualitas

kinerja yang lebih baik.

Atas dasar fenomena tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai infonnasi tentang: (1) Besaraya kontribusi pengalaman pelatihan terhadap kualitas kinerja tenaga PLKB/PKB: (2) Besarnya kontribusi latar belakang pendidikan terhadap kualitas kinerja tenaga PLKB/PKB; (3) Besarnya kontribusi sikap profesional terhadap kualitas kinerja tenaga PLKB/PKB; (4) Besarnya kontribusi pengalaman pelatihan, latar belakang pendidikan, dan sikap profesional terhadap kualitas kinerja tenaga PLKB/PKB.

Analisisnya menggunakan pendekatan metode asosiatif-kuantitatif melalui analisis regresi-korelasi, analisis variansi (Anava) serta analisis jalur (path analysis), dimana data yang diperlukan

sudah mendapatkan perlakuan sebelumnya (ex-postfacto). Teori yang mendukungnya adalah

teori-teori yang dapat menjelaskan bahwa kompetensi yang mencakup penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap dan sistem nilai yang harus dilewati melalui pendidikan dan pelatihan berbanding

lurus dengan kualitas kinerja. Untuk keperluan penelitian ini telah diambil sampel sebanyak 66

respoden dari populasi sebanyak 377 orang tenaga PLKB/PKB yang ada di Kabupaten Bandung.

Kesimpulan dari hasil analisis regresi korelasi dan analisis jalur serta pembahasan menyatakan bahwa sikap profesional menjadi dasar bagi peningkatan kualitas kinerja. Latar belakang pendidikan

menjadi faktor kedua setelah sikap profesional yang dapat meningkatkan kualitas kinerja. Sedangkan pengalaman pelatihan tidak memberikan kontribusi secara signifikan baik terhadap sikap profesional maupun terhadap peningkatan kualitas kinerjanya.

Sebagai implikasinya kegiatan pelatihan dan pendidikan yang dilaksanakan oleh BKKBN Kabupaten Bandung tidak memberikan perubahan bagi sikap profesional tenaga PLKB/PKB yang tidak berdampak banyak bagi peningkatan kualitas kinerja. Dengan demikian, tenaga PLKB/PKB yang merupakan stimulan dan pengendali bagi implementasi seluruh program KB di lapangan tidak dapat berperan seoptimal mungkin, seliingga peran utama yang harus dijalankan oleh tenaga PLKB/PKB di antaranya membantu mengendalikan peningkatan jumlah penduduk dan meningkatkan kesejahteraan tidak dapat dicapai sesuai sasaran yang dicanangkan.

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

ucapan Terima kasih v

DAFTARISI viii

DAFTARTABEL xi

DAFTARGAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang Penelitian 1

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalak 6

C. Perumusan Masalak Penelitian 7

D. Tujuan Penelitian 8

E. Manfaat Penelitian 9

F. Asunisi dan Paradigma Penelitian 9

G. Hipotesis Penelitian 11

H. Metodologi Penelitian 12

I. Definisi Operasional 12

1.1. Pengalaman Pelatikan 13

1.2. Latar Belakang Pendidikan 14

1.3. Sikap Profesional 14

1.4. Kualitas Kinerja 15

1.5. Petugas Lapangan, Penyululx KB dan Kualitas Kiixerjanya 16

Bab II. landasan Teori Penelitian

A. Konsep Pengembangan Sumber Daya Manusia 18

B. Konsep Pendidikan dan Pelatikan 19

B.l. Konsep Pendidikan 19

B.2. Konsep Pelatikan 21

C. Konsep Sikap Profesional 24

D. Konsep Kualitas dan Kinerja 28

D.l. Konsep Kualitas 28

D.2. Konsep Kinerja 31

E. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

34

E.l. Sejarak Perkeinbangan BKKBN 34

E.2. Empat Pokok Program BKKBN 36

(6)

E.3. Kelenikagaan Program KB di Tingkat Lini Lapangan

39

E.4. Mekanisme Operasional Program KB Nasional di Lini

Lapangan '

E.5. Petugas Lapangan KB, Penyululi KB serta Tugas Pokok

dan Fungsinya 41

F. Kajian Terdakulu yang Relevan 43

BAB III. PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian 45

B. Teknik Peiigumpulan Data 45

B.l.TeknikKuesioner (Angket) 46

B.2. Teknik Okservasi 46

B.3. Studi Dokumentasi 47

B.4. Studi Kepustakaan 47

C. Populasi dan Sampel Penektian 4/

C.l.Populasi 47

C.2. Sampel Penektian 48

D. Penyusunan Instrumen 50

D.l. Definisi Operasional Variakel Penektian 50

D.2- Penyusunan Instrumen 51

1. Pengujian VaUditas dan Rekakiktas 54 2. Hasil Perkitungan Pengujian Vakditas dan Renabilitas ... 57

E. Prosedur Pengumpulan Data 59

E.l. Takap Persiapan 60

E.2. Takap Pelaksanaan t)2

F. Prosedur, Teknik Pengolakan dan Anaksis Data 62 F.l. Prosedur Pengolakan dan Anaksis Data 62

F.2. Teknik Pengolakan dan AnaUsis Data 64

F.3. Pengujian Kenormalan o4

F.4. AnaUsis Regresi dan Korelasi 66

F.5. Pengujian Asumsi Model Regresi 69

1. Pengujian Linieritas 69

2. Pengujian Mtdtikolinieritas 70

3. Pengujian Heteroskedastisitas 71

4. Pengujian Autokorelasi 72

5. Pengujian Kenormalan Regresi 73

F.6. Pengujian Signifikansi Regresi Linier Sederkana 73

F.7. Pengujian Signifikansi Korelasi Linier Ganda 74

F.8. Anaksis lalur (Path Analysis) 75

Bab IV. DESKRiPSi dan pembahasan Hasil penelitian

A. Deskripsi Data Hasil Penektian 78

(7)

B.l. Pengujian Kenormalan Distribusi 80

B.2. Hukungan Fungsional antar Variabel 83

B.3. Pengujian Asumsi Model Regresi 87

1. Pengujian Liixieritas 87

2. Pengujian Multikolinieritas 89

3. Pengujian Heteroskedastisitas 90

4. Pengujian Autokorelasi 92

5. Pengujian Kenormalan Regresi 93

B.4. Pengujian Hipotesis 95

B.5. Analisis Jalur (Path Analysis) 9?

C. Pembakasan Hasil Penektian 104

C.l. Korelasi antara Pengalaman Pelatikan dengan

Kuaktas Kinerja 105

C.2. Korelasi antara Latar Belakang Pendidikan dengan

Kuaktas Kinerja Tenaga PLKB/PKB 106

C.3. Korelasi antara Sikap Profesional dengan

Kuaktas Kinerja Tenaga PLKB/PKB 107

C.4. Korelasi antara Pengalaman Pelatikan, Latar Belakang

Pendidikan dan Sikap Profesional dengan

Kuaktas Kinerja Tenaga PLKB/PKB 110

D. Pemkakasan Kliusus 112

BABV. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 122

B. Impkkasi 124

C Rekomendasi 125

DAFTAR PUSTAKA 132

LAMPIRAN-LAMPIRAN 137

(8)

Daftar Tabel

Hal.a m a n

Takel 3.1. Kisi Alat Pengumpul Data

52

Takel 3.2. Vakditas dan Rekakiktas Tiga Variakel 59 Takel 3.3. Daftar Anaksis Variansi (Anava) untuk Pengujian Linieritas dan

Signifikansi Regresi Linier Sederkana 74

Takel 4.1. Data Hasil Penektian Empat Variakel dengan Banyaknya

Instrumen = 66 78

Takel 4.2. Deskripsi Ukuran Statistik untuk Setiap Variakel 80 Takel 4.3. Hasil Pengujian Kenormalan Data Sampel secara Manual 83

Takel 4.4. Hasil Perkitungan Koefisien Korelasi antara

Variakel Independen dengan Dependen 84

Takel 4.5. Hasil Perkitungan dan Pengujian Koefisien Korelasi 85

[image:8.595.69.478.140.576.2]

Takel 4.6. Nilai-nilai Taksiran Hubungan Ftxngsional 87

Tabel 4.7. Nilai-nilai Statistik F untuk Pengujian Linieritas

Model Regresi Linier &&

Tabel 4.8. Nilai-nilai Statistik F untuk Pengujian Signifikansi

Model Regresi Linier &&

Tabel 4.9- Koelisien Korelasi dengan Variabel Dependennya

Kuaktas Kinerja 89

Tabel 4.10. Nilai VIP dan Tolerance dengan Variabel Dependemiya

Kuaktas Kinerja 90

Takel 4.11. Hasil Deteksi Heteroskedastisitas setiap Model Regresi 92

Tabel 4.12. Hasil Perkitungan Koelisien Korelasi antara Variabel

Independen dengan Dependen 93

Tabel 4.13. Hasil Pengujian Kenormalan setiap Model Regresi 95

(9)

Takel 4.14. Pengujian Hipotesis Signifikansi Regresi Linier Sederkana

96

Tab el 4.15. Pengujian Hipotesis Signifikansi Koefisien Korelasi Ganda

96

Takel 4.16. Pengujian Hipotesis Signifikansi Koefisien Korelasi

97

Takel 4.17. Hasil Anaksis Jalur dari Model Regresi Ganda dengan

Tiga Variakel Independen

Takel 4.18. Hasil Anaksis Jalur daru Model Regresi Ganda dengan

DuaVariakel Independen setelak Reduksi 100

Takel 4.19- Hasil Anaksis Jalur daru Model Regresi Ganda dengan

Dua Variakel Independen 102

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gamkar 1. Skema Hukungan Korelasional dan Fungsional antar Variakel ...11

Gamkar 2. Skema Mekanisme Operasional Progratn Keluarga Berencana

Nasional di Lini Lapangan 40

Gamkar 3. Sekaran Titik-titik Residu Model Regresi 91

Gamkar 4. Sekaran Titik-titik Kenormalan Model Regresi 94

Gamkar 5. Diagram Jalur Model Regresi Tiga Variakel Independen 99 Gamkar 6. Diagram Jalur Model Regresi Dua Variakel Independen

setelak Reduksi 101

Gamkar 7. Diagram Jalur Model Regresi Dua Variakel Independen 103

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Instrumen Penektian

^^

Lampiran 2. Data Mentak Variakel Pengalaman Pelatikan yang Akan

Divakdasi dengan N = 25 dan Butir Instrumen = 30 144

Lampiran 3. Contok Penentuan Vakditas Instrumen untuk Variakel

Pengalaman Pelatikan (Xx) 145

Lampiran 4. Hasil Pengujian Vakditas Variakel Pengalaman Pelatikan

dengan N = 25 dan Butir Instrumen = 30

147

Lampiran 5. Data Variakel Pengalaman Pelatikan untuk Pengujian

Rekakilitas 148

Lampiran 6. Perkitungan Koefisien Rekakiktas untuk Variakel

Pengalaman Pelatikan 149

Lampiran 7. Hasil Perkitungan Koefisien Rekakiktas Variakel Pengalaman Pelatikan (SPSS) dengan Metode

SkalaParaleldanAlpka 150

Lampiran 8. Data Hasil Variakel Pengalaman Pelatikan yang

Sudak Divakdasi dengan N= 66 dan Butir Instrumen = 21 .... 151

Lampiran 9- Data Mentak Variakel Sikap Profesional yang Akan Divakdasi

dengan N = 25 dan Butir Instrumen = 30 Ia3

Lampiran 10. Hasil Pengujian Vakditas Variakel Sikap Profesional dengan

N = 25 dan Butir Instrumen = 30 154

Lampiran 11. DataVariakel Sikap Profesional untuk Pengujian Rekakiktas .. l5o Lampiran 12. Perkitungan Koefisien Rekakiktas untuk Variakel

Sikap Profesional 156

Lampiran 13. Hasil Perkitungan Koefisien Rekakiktas Variakel Sikap

Profesional (SPSS) dengan Metode Skala Paraleldan Alpka 158 Lampiran 14. Data Hasil Variakel Sikap Profesional yang Sudak Divakdasi

dengan N= 66 dan Butir Instrumen = 21 159

(12)

Lampiran 15. Data Mentak Variakel Kuaktas Kinerja yang Akan Divakdasi

dengan N = 25 dan Butir Instrumen = 45

161

Lampiran 16. Hasil Pengujian Vakditas Variakel Kuaktas Kinerja dengan

N =25 dan Butir Instrumen = 45 162

Lampiran 17. Data Variakel Kuaktas Kinerja untuk Pengujian

Rekakiktas l64

Lampiran 18. Perkitungan Koefisien Rekakiktas untuk Variakel

Kuaktas Kinerja 1^5

Lampiran 19- Hasil Perliitungan Koefisien Rekakiktas Variakel Kuaktas

Kinerja (SPSS) dengan Metode Skala Paralel dan Alpka

166

Lampiran 20. Data Hasil Variakel Kuaktas Kinerja yang Sudak Divakdasi

dengan N= 66 dan Butir Instrumen = 45 167 Lampiran 21. Contok Pengujian Kenormalan LiUiefors untuk

Variakel Pengalaman Pelatikan 169

Lampiran 22. Pengujian Kenormalan Koknogorov-Smirnov

untuk Variakel Latar Belakang Pendidikan 172

Lampiran 23. Kurva Normal Variakel Pengalaman Pelatikan, Latar Belakang Pendidikan, Sikap Profesional

dan Kuaktas Kinerja 1/3

Lampiran 24. Contok Perkitungan Koefisien Regresi dan Korelasi untuk

Variakel Pengalaman Pelatikan (Xj) 175

Lampiran 25. Nilai Koefisien, R dan R2 untuk Semua Model Regresi 177

Lampiran 26. Contok Hasil Perkitungan Pengujian Linieritas dan

Signifikansi Model Regresi antara Variakel Kuaktas Kinerja

dengan Pengalaman Pelatikan 184

Lampiran 27. Takel Anava Model Regresi antara Variakel Kuaktas Kinerja

dengan Pengalaman Pelatikan 186

Lampiran 28. Hasil Semua Pengujian Linieritas 187

Lampiran 29- Kurva Model Regresi Linier 189

(13)

Lampiran 30. Hasil Pengujian Multikolinieritas Model Regresi antara

Variakel Kuaktas Kinerja dengan Pengalaman Pelatikan,

Latar Belakang Pendidikan dan Sikap Profesional 192

Lampiran 31. Nilai Heteroskedaktisitas untuk Semua Model Regresi

193

Lampiran 32. Kurva Heteroskedaktisitas untuk Semua Model Regresi

196

Lampiran 33. Contok Hasil Perliitungan Pengujian Autokorelasi

(Durkin-Watson) 201

Lampiran 34. Nilai-nilai Durkin-Watson untuk Semua Model Regresi

203

Lampiran 35. Hasil Pengujian Kenormalan untuk Semua Model Regresi

205

Lampiran 36. Perkitungan Anaksis Jalur (Path Analysis) antara Variakel

Kuaktas Kinerja dengan Pengalaman Pelatikan,

Latar Belakang Pendidikan dan Sikap Profesional

215

Lampiran 37. Perkitungan Anaksis Jalur (Path Analysis) antara

Variakel Sikap Profesional dengan Pengalaman Pelatikan dan

Latar Belakang Pendidikan

219

Lampiran 38. Surat Keputusan Pengangkatan Pemkimking

221

Lampiran 39. Surat Keterangan Penektian

223

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kualitas kinerja sumber daya manusia (SDM) adalah hal terpenting dalam suatu

organisasi, tanpa kinerja SDM yang berkualitas, tentunya sulit bagi suatu organisasi

untuk berhasil mencapai tujuannya. Sehubungan dengan itu sebaiknya setiap organisasi berusaha untuk meningkatkan kualitas kinerja SDM-nya. Peningkatan kualitas kinerja biasanya diupayakan melalui manajemen sumber daya manusia (MSDM), yakni dapat dengan cara perekrutan dan penempatan pegawai yang tepat, memberikan kompensasi yang memadai, memperhatikan berbagai kebutuhan pegawai, dan dapat pula dengan cara melaksanakan kegiatan pendidikan, pelatihan,

serta pengembangan.

(15)

dapat menerima baik visi maupun misi, bahkan job-specnya. (sikap kerja negatif)

ditambah moralnya tidak baik (sikap mental negatif), tentunya kualitas kinerjanya juga akan buruk. Tapi sebelumnya perlu diketahui, bahwa sikap positif ini dapat

muncul dikarenakan oleh bawaan individu pegawai atau dapat pula muncul setelah melalui pelatihan dan pendidikan terlebih dahulu (Mar'at: 1981; 20).

Teori MSDM yang dikemukakan oleh para ahli di antaranya Benardin dan Russel (pada Rosidah dan Sulistiyani: 2003; 1-2), menyatakan bahwa salah satu faktor yang

dapat meningkatkan produktifitas, efektifitas dan kualitaspelayanan, adalah MSDM. Sedangkan salah satu fungsi MSDM adalah kegiatan pendidikan dan pelatihan. Selain

itu Schuler and Jackson (1987: 392) mengungkapkan:

Training and development is any attempt to improve current or future

employee performance by increasing, trough learning, an employee's ability to perform, usually by increasing the employee's skills and knowledge.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) kerap melaksanakan pelatihan dan peningkatan pendidikan bagi petugas fungsional dalam tahapan lini, yaitu petugas lapangan keluarga berencana (PLKB) dan penyuluh keluarga berencana

(PKB), dimana status PLKB berada di bawah PKB. Seiring dengan terus menerusnya

kegiatan pelatihan, juga dilaksanakan peningkatan latar belakang pendidikan

SDM-nya, seperti mulai tahun 1992 dilaksanakannya perekrutan PLKB/PKB berlatar

belakang pendidikan minimal S-l, yang sebelumnya direkrut dari pegawai dengan

latar belakang pendidikan SMA ke bawah, dan latar belakang pendidikan kesehatan,

(16)

Seorang PLKB/PKB mempunyai tugas-tugas pokok yang harus dilakukan di

lapangan, yaitu tugas-tugas yang berhubungan dengan empat pokok program

BKKBN. Dalam (BKKBN: 2001; 21-25) dijelaskan keempat program pokok

BKKBN tersebut sebagai berikut:

1. Program Pemkerdayaan Keluarga (PK)

Program ini bertujuan untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas melalui

upaya peningkatan kesejahteraan dan ketahanan keluarga. Dilaksanakan melalui

peningkatan kesadaran dan kemampuan keluarga serta peningkatan peran serta

perempuan dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar, di antaranya: kebutuhan

material, moral, dan spiritual, sehingga diharapkan mampu menangkal berbagai

budaya negatif.

2. Program Kesekatan Reproduksi Remaja (KRR)

Program ini mempunyai tujuan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai

kesehatan reproduksi khususnya untuk para remaja, umumnya untuk seluruh

lapisan

masyarakat,

sehingga

para

remaja

dapat

mempunyai

dan

bersikap/berprilaku secara sehat baik lahir/batin maupun jasmani dan rohani, serta

sosialnya (wellness).

3. Program Keluarga Berencana (KB)

Program keluarga berencana lebih dimaksudkan untuk membantu pasangan atau

perorangan dalam mencapai tujuan reproduksinya secara bertanggungjawab

dalam rangka membangun keluarga berkualitas dengan memperhatikan dan

menghargai hak-hak reproduksi seseorang dalam mengatur jumlah dan jarak

kelahiran, menghindari terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan

mengurangi kesakitan dan kematian karena kehamilan dan persalinan, dengan

prinsip operasional pemberdayaan perempuan dan peningkatan partisipasi pria.

4. Program Penguatan Kelemkagaan dan Jaringan Keluarga Berencana

(PKJKB)

Pada hakekatnya program penguatan kelembagaan dan jaringan KB ditujukan

untuk meningkatkan kemandirian sekaligus meningkatkan cakupan dan kualitas

pelayanan KB dan kesehatan reproduksi serta pemberdayaan keluarga terutama

yang

diselenggarakan

oleh

masyarakat

dan juga dimaksudkan

untuk

(17)

Dari keempat pokok program BKKBN tersebut yang harus dilaksanakan oleh

PLKB/PKB di lapangan antara lain sebagai berikut:

a. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) serta komunikasi inter personal/ konseling (KIP/K) tentang pengetahuan seluruh program BKKBN di lapangan.

b. Pembentukan kelompok bina keluarga, seperti kelompok Bina Keluarga Balita (BKB), kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR), kelompok Bina Keluarga Lansia (BKL), serta melakukan pembinaan terhadap kelompok-kelompok bina keluarga tersebut, dilengkapi dengan kerapihan pencatatan dan pelaporannya

(Record andReport-R/R). Adapun materi yang harus dikuasai yang berhubungan

dengan masalah ini antara lain: pengetahuan tentang tumbuh-kembang anak balita, reproduksi sehat remaja, pengetahuan umum penyakit HIV/AIDS, dan Iain-lain yang berhubungan dengan kesehatan keluarga.

c. Melaksanakan KIE kelompok dan individu (KIP/K) program KB, disertai dapat meningkatkan peserta KB yang tinggi (Current User (CU))/Pasangan Usia Subur (PUS) yang tinggi), kemandirian tinggi, serta meningkatkan kelestarian ber-KB. d. Pembentukan kelompok Upaya Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera

(UPPKS), serta melakukan pembinaan terhadap kelompok-kelompok UPPKS tersebut, dilengkapi dengan kerapihan R/R.

e. Pembentukan lembaga masyarakat, seperti Pos Pembantu Keluarga Berencana

Desa (PPKBD), Sub PPKBD, Kelompok Keluarga Sejahtera. Pembentukkan ini

(18)

Bila diperhatikan tugas dan fungsi tenaga PLKB/PKB di atas, tentu saja seorang

PLKB/PKB haruslah berwawasan; mempunyai sikap profesional; berkepribadian menarik; mempunyai cara berpikir baik; serta mempunyai keterampilan mengelola

dan koordinasi yang baik.

Selanjutnya kembali lagi kepada kedua teori yang telah dikemukakan di atas,

cukup jelas kiranya diterangkan bahwa pendidikan dan pelatihan dapat meningkatkan

kinerja pegawai. Demikian pula sama halnya dengan keberadaan program KB,

dengan dilaksanakannya perekrutan pegawai untuk PKB dengan latar belakang

pendidikan S-l selayaknya dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan

kualitas kinerja SDM-nya.

Berdasarkan pengamatan sementara di lapangan penulis menduga bahwa telah

terdapat sejumlah fenomena yang berkaitan dengan pelaksanaan program BKKBN di

lapangan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Walaupun sejak tahun 1992 perekrutkan tenaga PLKB/PKB harus berlatar

belakang S-l ke atas namun keberhasilan program KB sampai saat ini tidak mengalami peningkatan, terutama masalah yang berkaitan dengan pemberdayaan

keluarga dan reproduksi sehat remaja;

2. Kegiatan pelatihan yang dilaksanakan oleh tingkat kabupaten ke bawah tidak

efektif, karena tidak berdasarkan pengelolaan yang benar, terutama dalam hal

perencanaannya;

3. Kurang terlihat sikap profesional yang sangat menentukan kualitas kinerja tenaga

(19)

Menurut hemat penulis ketiga faktor ini perlu diteliti, sebab bila memang benar

adanya dugaan tersebut, maka telah terjadi pemborosan dalam berbagai aspek pada

lingkup lembaga pengembangan SDM, di antaranya pemborosan tenaga, biaya, waktu

dan pikiran.

Jika dari hasil penelitian terbukti bahwa dugaan terdapatnya fenomena yang telah dikemukakan di atas itu benar, maka harapan peneliti hasil penelitian ini dapat memberikan masukan sebagai solusi yang efisien dan efektif dalam mencapai kualitas

kinerja tenaga PLKB/PKB.

B. Identiiikasi Jan PemLatasan Masalan

Permasalahan di atas, tentunya dapat disebabkan oleh berbagai faktor, di

antaranya: komitmen terhadap pekerjaan, motivasi, kepuasan kerja, fasilitas yang

tersedia, sikap petugas, peran lembaga masyarakat, iklim lingkungan kerja,

kepemimpinan, perencanaan, pengendalian, pengembangan SDM (pendidikan dan pelatihan). Hasil pengamatan sementara di lapangan, dari sekian banyak faktor yang

dapat mempengaruhi kualitas kinerja SDM PLKB/PKB yang paling menonjol terlihat

adalah, faktor pengalaman pelatihan, latar belakang pendidikan, dan sikap profesional

dari masing-masing tenaga PLKB/PKB, selain itu karena berbagai keterbatasan peneliti, sehingga yang menjadi fokus masalah dalam penelitian dibatasi pada

"Kontribusi latar belakangpendidikan, pengalaman pelatihan dan sikap profesional

(20)

Secara rinci aspek yang menjadi fokus penelitian dapat dijabarkan seperti berikut

di bawah ini:

1. Pengalaman pelatihan empat program pokok BKKBN yang terdiri dari: pelatihan program pemberdayaan keluarga,,- pelatihan program kesehatan reproduksi remaja,, pelatihan program keluarga berencana, pelatihan program penguatan

kelembagaan dan jaringan KB.

2. Latar belakang pendidikan yang terdiri dari latar belakang pendidikan SMP, latar belakang pendidikan SMA, latar belakang pendidikan setara Diploma I, Diploma II (termasuk bidan dan latar belakang kesehatan), latar belakang pendidikan Diploma III dan sarjana muda, serta latar belakang pendidikan S-l ke atas.

3. Sikap profesional yang terdiri dari: sikap kerja dan sikap mental/moral seperti, inisiatif, tanggungjawab, loyalitas, kerjasama, kejujuran, ketelitian, kepribadian

dan aspek disiplin.

4. Kualitas kinerja sumber daya manusia terdiri dari aspek wawasan dan kemampuan operasional, aspek manajerial, dan aspek pelayanan terhadap

masyarakat.

C. Perumusan Masalan Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan batasan masalah yang telah dikemukakan

(21)

4&S-8&

.A

an, latar belakang pendidikan, dan sikap profesional terhadap kualitas

kinerja. Dan fokus masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

1. Seberapa besar kontribusi pengalaman pelatihan program BKKBN terhadap

kualitas kinerja tenaga PLKB/PKB?

2. Seberapa besar kontribusi latar belakang

pendidikan terhadap kualitas kinerja

tenaga PLKB/PKB?

3. Seberapa besar kontribusi sikap profesional

terhadap

kualitas kinerja tenaga

PLKB/PKB?

4. Seberapa besar kontribusi pengalaman pelatihan, latar belakang pendidikan, dan

sikap profesional terhadap kualitas kinerja tenaga PLKB/PKB?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan berbagai informasi/gambaran yang bermakna tentang:

1. Besarnya kontribusi pengalaman pelatihan terhadap kualitas kinerja tenaga

PLKB/PKB.

2. Besarnya kontribusi latar belakang pendidikan terhadap kualitas kinerja tenaga

PLKB/PKB.

3. Besarnya kontribusi sikap profesional terhadap kualitas kinerja tenaga

PLKB/PKB.

(22)

E. Maniaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi berbagai

pihak, khususnya bagi:

1. Lembaga, bahwa kegiatan pendidikan dan pelatihan akan efektif, apabila dilaksanakan melalui pengelolaan yang benar, terutama dalam aspek perencanaan

dan pelaksanaannya.

2. Lembaga, dalam hal ini departemen pengembangan SDM, bahwa pelaksanaan

pelatihan dapat meningkatkan kualitas kinerja SDMnya, apabila dalam pelatihan

tersebut tidak melupakan aspek peningkatan sikap profesional.

3. Para pimpinan unit pelaksana, dalam hal ini pengendali lapangan, bahwa sikap profesional merupakan dasar bagi meningkatnya kualitas kinerja tenaga

PLKB/PKB

4. Tenaga PLKB/PKB, bahwa penambahan ilmu penting sebagai upaya meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam profesinya sebagai

PLKB/PKB.

5. Lembaga, bahwa sangat perlu memberikan peluang bagi pegawai yang ingin

meningkatkan ilmu pengetahuannya baik pada pendidikan formal ataupun

nonformal haruslah mendapatkan dukungan dan bantuan semaksimal mungkin.

F. Asumsi dan Paradigma Penelitian

(23)

ihan program pemberdayaan keluarga, pelatihan program kesehatan reproduksi

remaja, pelatihan program keluarga berencana, pelatihan program penguatan

kelembagaan dan jaringan KB; (2) latar belakang pendidikan sebagai variabel independen (X2), yang terdiri dari latar belakang pendidikan SMP, latar belakang pendidikan SMA, latar belakang pendidikan setara Diploma I, Diploma II (termasuk bidan dan latar belakang kesehatan), latar belakang pendidikan Diploma III dan Sarjana Muda, serta latar belakang pendidikan S-l ke atas; (3) sikap profesional

(A3), terdiri dari: sikap kerja dan sikap mental/moral seperti, inisiatif, tanggungjawab,

loyalitas, kerjasama, kejujuran, ketelitian, kepribadian dan aspek disiplin; (4) kualitas kinerja sebagai variabel dependen (Y), terdiri dari aspek wawasan dan kemampuan

operasional, aspek manajerial, dan aspek pelayanan terhadap masyarakat. Untuk melakukan penelitian ini bertitik tolak pada asumsi-asumsi berikut ini:

1. Pelatihan dan latar belakang pendidikan dapat memberikan kontribusi terhadap kualitas kinerja (Dessler: 1997; 297).

2. Pelatihan, pendidikan formal, nonformal, budaya, agama, dan lingkungan dapat

memberikan kontribusi terhadap sikap individu (Mar'at :1981; 20).

3. Sikap profesional dapat memberikan kontribusi terhadap kualitas kinerja (Ruky:

2003; 57-62).

4. Sikap, pengalaman pelatihan, dan latar belakang pendidikan dapat memberikan kontribusi terhadap kualitas kinerja (Atmodiwirio: 2002).

Selanjutnya berdasarkan rumusan masalah, hubungan antar variabel dan

asumsi-asumsi tersebut dapat disusun pola pikir yang dapat menjabarkan berbagai

(24)

variabel yang akan diteliti serta membuat hubungan antara variabel dengan variabel

lainnya, atau pola pikir ini disebut sebagai paradigma penelitan (Sugiyono; 2000: 25)

Paradigma penelitian tersebut dapat dituangkan dalam bentuk bagan yang dapat

dilihat pada Gambar 1 di bawah ini

Pengalaman

Pelatihan

Kualitas

Kinerja

Tenaga

PLKB/PKB m

Sikap

Profesional m

>

R

r2

Latar

Belakang

[image:24.595.124.450.205.564.2]

Pendidikan

Gambar 1.

Paradigma Penelitian

G. Hipotesis Penelitian

Berkenaan dengan masalah yang diteliti, maka dirumuskan hipotesis penelitian

sebagai berikut:

1. Pengalaman pelatihan mempunyai kontribusi terhadap kualitas kinerja tenaga

PLKB/PKB.

(25)

2. Latar belakang pendidikan mempunyai kontribusi terhadap kualitas kinerja tenaga

PLKB/PKB.

3. Sikap profesional mempunyai kontribusi terhadap kualitas kinerja tenaga

PLKB/PKB

4. Pengalaman pelatihan, latar belakang pendidikan, dan sikap mempunyai

kontribusi terhadap kualitas kinerja tenaga PLKB/PKB.

H. Metoaologi Penelitian

Metode adalah suatu prosedur/cara berfikir yang sistematis dalam mencapai tujuan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode asosiatif

kuantitatif dalam hal ini analisis regresi-korelasi, analisis variansi dan analisis jalur

(path analysis). Data yang diperlukan sudah mendapatkan perlakuan sebelumnya,

sehingga penelitian langsung dapat dilaksanakan (ex-post facto). Sugiyono (1997: 7) mengungkapkan bahwa pada metode penelitian asosiatif minimal memiliki dua

variabel yang dihubungkan.

Sedangkan pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang digunakan dalam

penelitian dengan cara mengukur indikator-indikator variabel yang diteliti sehingga

diperoleh gambaran pengaruh di antara variabel-variabel tersebut.

I. Deiinisi Operasional

Definisi operasional variabel bertujuan untuk menjelaskan makna variabel penelitian. Seperti yang dikemukakan oleh Singarimbun (1989: 46):

(26)

Definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu

peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. ... dari informasi

tersebut akan mengetahui bagaimana caranya pengukuran atas variabel itu dilakukan. Dengan demikian peneliti dapat menentukan apakah prosedur pengukuran yang sama akan dilakukan (diperlukan) untuk prosedur

pengukuran baru.

Dalam penelitian ini dipakai beberapa variabel yang mempunyai definisi

operasional sebagai berikut:

1.1. Pengalaman Pelatinan

Pengalaman pelatihan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berupa pembelajaran, pembinaan dan orientasi berbagai kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan yang diberikan oleh tingkat propinsi, kabupaten, wilayah, dan

kecamatan serta pengalaman pelatihan yang berhubungan dengan:

1. Pemberdayaan keluarga, meliputi: (a) penyuluhan UPPKS, BKB, BKR, BKL; (b)

cara pembentukan kelompok kegiatan UPPKS, BKB, BKR, BKL; (c)

cara-cara melakukan pembinaan kelompok kegiatan UPPKS, BKB, BKR, BKL; (d)

cara-cara merapihkan R/R kelompok kegiatan UPPKS, BKB, BKR, BKL.

2. Reproduksi sehat remaja (RSR), meliputi: (a) materi program RSR; (b)

penyuluhan program RSR; (c) cara-cara merapihkan R/R dan RSR.

3. Keluarga berencana, meliputi: (a) pengetahuan macam-macam alat kontrasepsi;

(b) cara-cara pelaksanaan penyuluhan program KB; (c) cara-cara melakukan

pembinaan program KB; (d) cara-cara merapihkan R/R program KB.

(27)

4. Kelembagaan dan jaringan KB, meliputi: (a) cara-cara melaksanakan mekanisme

operasional (MEKOP); (b) keterampilan memandirikan lembaga masyarakat; (c)

cara-cara pelaksanaan pembinaan lembaga masyarakat.

1.2. Latar Belakang Pendidikan

Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian di sini adalah berupa pendidikan

formal yang sifatnya berjenjang dan berkelanjutan (sustainable) yang dimulai dari

jenjang: (1) latar belakang pendidikan SMP; (2) latar belakang pendidikan SMA; (3)

latar belakang pendidikan Diploma I, II termasuk di dalamnya latar belakang

pendidikan kesehatan (bidan dan keperawatan); (4) latar belakang pendidikan

Diploma III dan latar belakang pendidikan Sarjana Muda; dan (5) latar belakang

pendidikan S-l ke atas .

1.3. Sikap Profesional

Sikap individu sangat tergantung pada hasil pendidikan formal, pendidikan non

formal, budaya, agama, dan lingkungan. Pada Mar'at (1981: 20) dikemukakan

tentang sikap di antaranya adalah:

Attitude are learned, yaitu sikap dipandang sebagai hasil belajar, diperoleh

melalui pengalaman dan interaksi terus menerus dengan lingkungan. • Attitudes have referent, dimana sikap selalu dihubungkan dengan objek.

Attitude are sociallearnings, dimana sikap diperoleh dari hasil interaksi sosial.

Thurstone pada Mueller (1998: 3) mengemukakan bahwa sikap adalah (1) afeksi

untuk atau melawan, (2) penilaian tentang, (3) suka atau tidak suka akan, (4) tanggapan positif atau negatif terhadap suatu objek psikologis. Karena sikap ini

(28)

sifatnya tertutup maka pengukuran dilakukan terhadap tingkah laku yang

diperiihatkan sebagai akibat dari adanya sikap, dan terdapat dua sikap yang diukur

yaitu sikap kerja, meliputi: disiplin, loyalitas, dedikasi, kepemimpinan, ketelitian,

inisiatif, percaya diri, kerja sama, kemandirian, ramah/santun; dan sikap moral,

meliputi: keteladanan, tanggung jawab, kejujuran, ketakwaan.

Sikap profesional disini dimaksudkan sikap kerja dan mental positip yang

dimiliki oleh seorang tenaga PLKB/PKB sebagai kontruksi dari pengalaman, waktu,

kompetensi, keahlian serta pendidikan yang memadai dalam menjalankan tugasnya

sebagai petugas fungsional BKKBN di tingkat lini lapangan.

1.4. Kualitas Kinerja

Karena dalam penerapannya kualitas itu bersifat relatif, maka harus ada standar

yang perlu dipedomani sebagai pegangan dalam melakukan pengukuran. Menurut

Sallis (1993) kualitas adalah suatu ukuran penilaian atau penghargaan yang diberikan

atau dikenakan pada barang (product) dan/atau kinerjanya. Sementara itu, Idochi

(2000: 86) mengemukakan:

Kinerja yaitu berapa besar dan berapa jauh tugas-tugas yang telah

dijabarkan telah dapat diwujudkan atau dilaksanakan yang berhubungan

dengan tugas dan tanggung jawab yang menggambarkan pola prilaku

sebagai aktualisasi dari kompetensi yang dimiliki.

Kualitas kinerja pada penelitian ini merupakan kualitas kinerja dalam produk

pelayanan terhadap masyarakat dan lembaga meliputi:

(29)

1. Wawasan dan kemampuan operasional, yaitu: pelaksanaan visi dan misi, empat

program pokok BKKBN, menguasai job-specnya, menguasai kondisi wilayah,

bekerja dengan cerdik, selalu mencari perbaikan, dianggap bernilai oleh

pimpinan, selalu meningkatkan diri, memiliki inisiatif tinggi, mencari informasi

terbaru, membiasakan diri terhadap pekerjaan, disiplin dalam melakukan tugas.

2. Manajerial, yaitu: (a) perencanaan, terdiri dari; memiliki data basis, mampu

mengolah dan menganalisis data basis, serta dapat membuat rencana kerja dan

menentukan PPM; (b) pengorganisasian, terdiri dari; menumbuhkan dan membina lembaga masyarakat serta menggalang dukungan tokoh formal; (c) penggerakkan, terdiri dari: menggerakkan keluarga-keluarga untuk berperan aktif dalam program KB serta menggerakkan tokoh formal maupun informal; (d) pencatatan dan

pelaporan, terdiri dari: mencatat seluruh kegiatan yang dilakukan sendiri,

membantu membina dan meningkatkan R/R yang dilakukan oleh kader, melaporkan hasil pencatatan pada atasan serta melakukan rekapitulasi pelaporan.

1.5. Petugas Lapangan, Penyuluh KB dan Kualitas Kinerjanya

Petugas lapangan keluarga berencana adalah petugas yang diangkat sebagai pegawai di lingkungan BKKBN yang bertugas memberikan penerangan, bimbingan dan pembinaan kepada masyarakat tentang program BKKBN di pedesaan, dengan jenjang golongan maksimal II/c. Sedangkan, penyuluh keluarga berencana adalah petugas yang diangkat sebagai pegawai di lingkungan BKKBN yang bertugas

memberikan penerangan, bimbingan dan pembinaan kepada masyarakat tentang

(30)

program BKKBN. Adapun yang menjadi ukuran kualitas kinerja tenaga PLKB/PKB adalah tercapainya keberhasilan yang diperoleh seorang tenaga PLKB/PKB, yang dinilai berdasarkan pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(31)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode asosiatif-kuantitatif, dalam

hal ini analisis regresi dan korelasi, karena penelitian ini dimaksudkan untuk

mengungkap dan menafsirkan seberapa besar kontribusi serta hubungan antar masing-masing variabel yang diteliti. Data yang diperlukan sudah mendapatkan perlakuan sebelumnya, sehingga penelitian langsung dapat dilaksanakan (ex-post

facto). Sugiyono (1997: 7) mengungkapkan bahwa pada metode penelitian asosiatif

minimal terdapat dua variabel yang dihubungkan. Sedangkan pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang digunakan dalam penelitian dengan cara mengukur indikator-indikator variabel yang diteliti sehingga diperoleh gambaran pengaruh di antara variabel-variabel tersebut.

B. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang menunjang terhadap tujuan penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti digunakan teknik angket (kuesioner), teknik observasi, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan. Secara ringkas teknik pengumpulan data tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut di

bawah ini:

(32)

B.l. Teknik Kuesioner (Angket)

Pengumpulan angka dengan angket, dilakukan dengan cara mengajukan

pertanyaan-pertanyaan pada responden secara tertulis. Teknik angket ini dapat

disusun secara terbuka dan tertutup, maupun campuran keduanya. Angket terbuka

artinya responden diberikan peluang secara independen dalam menjawab. Angket

tertutup artinya responden dibatasi dalam menjawab beberapa altematif yang telah

tersedia. Dalam hal ini responden memilih dengan cara memberi tanda periksa (V)

pada kolom yang tersedia. Dalam penelitian ini menggunakan teknik angket

campuran, yakni angket terbuka untuk menggali berbagai informasi yang dapat

periksa-silang (cross-check) kebenaran jawaban dari angket tertutup, di samping

identitas responden. Data inti penelitian yang akan diungkapkan meliputi pengalaman

mengikuti pelatihan, kemampuan menguasai fungsi, tugas dan wawasan program

keluarga berencana, loyalitas, profesionalisme serta kualitas pelayanan. Hal ini cukup

relevan mengingat kuesioner juga dapat mengungkapkan pengetahuan, data nilai,

referensi, sikap, keyakinan, keadaan sosial, perasaan dan persepsi.

Selanjutnya dalam menjaring data sesuai dengan variabel penelitian, kuesioner

ini disusun berdasarkan pola "summated rating" yang dikembangkan oleh Likert

dikenal sebagai skala Likert (inventory).

B.2. Teknik Observasi

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data kualitas pelayanan yang diteliti.

Data yang dikumpulkan dengan observasi ini di antaranya meliputi keadaan

kelembagaan lembaga, keadaan kader, pengelolaan lembaga, kegiatan dan hasil

(33)

kegiatan Poktan (kelompok kegiatan), masalah-masalah petugas dan fasilitas yang

diberikan.

B.3. Studi Dokumentasi

Untuk menambah kelengkapan dari data-data yang telah ada, maka penulis

berusaha mencari buku-buku dokumen/arsip lainnya yang ada kaitannya dengan

objek penelitian. Buku-buku dokumen tersebut berupa buku-buku laporan kegiatan

pelatihan dari proyek.

B.4. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan ini digunakan untuk mendukung data yang bersifat teoritis. Dalam hal ini berupa informasi tertulis atau pendapat para ahli tentang pelatihan,

pendidikan, sikap, kinerja, kualitas (kualitas) pelayanan, pelatihan-pelatihan peningkatan kualitas pelayan, dan variabel-variabel yang berkaitan dengan penelitian, seperti pengalaman mengikuti pelatihan, kemampuan PLKB/PKB, loyalitas, dedikasi,

profesional, dan kualitas pelayanan. Hal ini penting untuk memperluas wawasan penulis.

C. Populasi dan Sampel Penelitian C.l. Populasi

Suatu populasi terdiri atas keseluruhan pengamatan yang menjadi perhatian (Walpole and Myers: 1995: 225). Populasi juga dapat dinyatakan sebagai keseluruhan objek yang akan diteliti yang mempunyai syarat-syarat tertentu atau satuan analisis. Sugiyono (1997: 57) menyatakan bahwa populasi sebagai wilayah generalisasi yang

(34)

terdiri dari objek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, sedangkan Nazir (1999: 327) mengatakan bahwa populasi adalah berkenaan dengan data, bukan orang atau bendanya. Dapat dinyatakan bahwa populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif berkaitan dengan

karakteristik tertentu dari sekumpulan objek yang lengkap.

Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah seluruh sumber daya manusia fungsional tenaga PLKB/PKB yang ada di 45 kecamatan sekabupaten Bandung. Sejumlah 377 orang tenaga PLKB/PKB ini terdiri dari: PKB dengan latar belakang pendidikan S-l ke atas; PKB dengan latar belakang pendidikan Sarjana Muda dan

D-III; PKB dengan latar belakang D-I, II dan bidang kesehatan (bidan/perawat); PKB

dengan latar belakang pendidikan SMA dan PKB dengan latar belakang SMP. Dengan karakteristik yang dipunyainya, PLKB merupakan petugas lapangan keluarga

berencana yang rnempunyai latar belakang pendidikan SMP dan jenjang golongan

yang diberikan maksimal golongan II/c, sedangkan untuk latar belakang pendidkan

PKB, minimal harus SMA/sederajat.

C.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah kumpulan dari unit pengambilan sampel, yang merupakan subjek dari populasi atau sebagai wakil dari populasi. Arikunto (1998: 117) mengatakan bahwa, "sampel adalah bagian dari populasi. Persyaratan pengambilan sarnpel yang benar-benar dapat mencerminkan populasinya (representativeness) di antaranya yaitu: (a) variabilitas, (b) besar sampel, (c) teknik penentuan sampel, (d) kecermatan

(35)

memasukan ciri-ciri dari sampel. Namun demikian perlu diperhatikan juga tulisan

dari Nasution (1991: 135) yang mengatakan bahwa, ... kualitas penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya, serta kualitas pelaksanaan dan pengolahannya."

Proses pengambilan sampel dilakukan melalui pendekatan pengambilan sampel secara bertahap (cluster sampling) dan pada tahap akhir pengambilan sampel dilakukan secara purposive. Pengambilan sampel secara purposive adalah sampel

diambil berdasarkan tujuan yang dilakukan dengan cara. mengambil obyek bukan didasarkan atas strata, keacakan atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan

tertentu. (Arikunto: 1998; 127-128). Pengambilan sampel secara bertahap

dilaksanakan pada pemilihan wilayah kecamatan.

Tingkat kesalahan diambil 10% dan banyaknya populasi N = 377, maka berdasarkan Nomogram Harry King ukuran sampelnya didapatkan sebesar 17,5% atau n = 17,5% x 377 « 65,975, sama dengan 66 responden (Sugiyono, 1997: 65-67).

Sampel diambil berdasarkan pada wilayah, yaitu:

1. Wilayah Kabupaten Bandung Utara terdiri dari Kecamatan Parongpong,

Lembang, dan Kecamatan Cisarua, sebanyak 17 responden.

2. Wilayah Kabupaten Bandung Barat terdiri dari Kecamatan Ngamprah,

Padalarang, dan Kecamatan Cipatat, sebanyak 17 orang.

3. Wilayah Kabupaten Bandung Selatan terdiri dari Kecamatan Pangalengan, Kecamatan Pameungpeuk, Kecamatan Dayeuhkolot, Kecamatan Margahayu,

(36)

Kecamatan Margaasih, Kecamatan Ibun, Kecamatan Arjasari, dan Kecamatan Banjaran, sebanyak 16 orang.

4. Wilayah Kabupaten Bandung Timur terdiri dari Kecamatan Cileunyi, Kecamatan

Cilengkrang Kecamatan Rancaekek, dan Kecamatan Cimenyan, sebanyak 16

orang.

D. Penyusunan Instrumen

D.l. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai. Variabel ini merupakan objek penelitian atau yang menjadi titik perhatian untuk diteliti. Dalam

penelitian ini ditetapkan variabel pengalaman pelatihan dengan lambang (X\)y variabel

latar belakang pendidikan dengan lambang (X2), variabel sikap profesional dengan lambang (X3) dan variabel kualitas kinerja tenaga PLKB/PKB dengan lambang (Y). Variabel-variabel X\, X2, dan A3 merupakan variabel-variabel independen

(independent variables) dan variabel Y sebagai variabel dependen (dependent

variable). Selanjutnya sebagai indikator variabelnya adalah sebagai berikut:

1. Indikator pengalaman pelatihan, meliputi program pemberdayaan keluarga (BKB,

BKR, BKL, dan UPPKS); program kesehatan reproduksi remaja; program

keluarga berencana; program penguatan kelembagaan danjaringanKB.

2. Indikator latar belakang pendidikan, terdiri dari: (a) latar belakang pendidikan

Sekolah Menengah Pertama atau sederajat; (b) latar belakang pendidikan Sekolah

Menengah Atas atau sederajat; (c) latar belakang pendidikan Diploma I, II,

(37)

(termasuk latar belakang kesehatan); (d) latar belakang pendidikan Diploma III,

Sarjana Muda; (e) dan latar belakang pendidikan S-l ke atas.

3. Indikator sikap profesional, meliputi sikap mental/moral dan sikap kerja positif. 4. Indikator kualitas kinerja tenaga PLKB/PKB, terdiri dari wawasan tentang visi

dan misi program keluarga berencana; wawasan tentang kewajiban dan hak PNS;

mampu menguasai kondisi wilayah; menguasai job-specnya; bekerja dengan cerdik; selalu mencari perbaikan; dianggap bernilai oleh pimpinan; selalu meningkatkan diri; memiliki inisiatif tinggi; mencari informasi terbaru; membiasakan diri terhadap pekerjaan; disiplin dalam melakukan tugas; kemampuan manajerial (perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pencatatan

dan pelaporan).

D.2. Penyusunan Instrumen

Penyusunan instrumen ini mengacu pada indikator-indikator dari variabel yang akan diteliti. Alat pengumpul data dikembangkan dengan angket yang berbentuk model inventori skala Likert. Alat ini dikembangkan melalui kisi-kisi yang sesuai dengan teori yang mendasarinya dan disusun dalam bentuk tabel. Variabel yang akan diteliti dikelompokkan ke dalam variabel pengalaman pelatihan, latar belakang pendidikan, sikap profesional, kualitas kinerja; serta subvariabel pemberdayaan keluarga, reproduksi sehat remaja, keluarga berencana, serta kelembagaan dan jaringan KB; dan akhirnya subvariabel tersebut dikelompokkan lagi ke dalam indikator-indikator yang dibutuhkan. Untuk lebih jelasnya uraian alat pengumpulan

data tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini.

(38)
[image:38.595.112.559.75.687.2]

VariabeJ Pengalaman Pelatihan (*) Latar Belakang Pendidikan (Jf2) Sub Variabel 1. penjtxtfdayaan *$a$yara*at 2* Reproduksi S«nafftP8*iija $R5R| 3, tfetattg* Befwrcaa* Tabel 3.1

Kisi Alat Pengumpul Data

UPPKS:

1. Keikutsertaan dalam pelatihan UPPKS 2. Melaksanakan pembentukan kelompok 3. Melakukan pembinaan

4. Merapihkan R/R

BKB:

1. Keikutsertaan dalam pelatihan BKB 2. Melaksanakan pembentukan kelompok 3. Melakukan pembinaan

4. Merapihkan R/R

BKR:

1. Keikutsertaan dalam pelatihan BKR 2. Melaksanakan pembentukan kelompok 3. Melakukan pembinaan

4. Merapihkan R/R

BKL:

1. Keikutsertaan dalam pelatihan BKL 2. Melaksanakan pembentukan kelompok 3. Melakukan pembinaan

4. Merapihkan R/R

1. Keikutsertaan dalam pelatihan RSR 2. Tahu akan konsep reproduksi sehat remaja 3. Melaksanakan Penyuluhan

4. Merapihkan R/R

Keikutsertaan dalam pelatihan program KB Menguasai materi penyuluhan alat kontrasepsi Melaksanakan Penyuluhan

Melakukan Pembinaan

Merapihkan R/R

Keikutsertaan dalam pelatihan Lembaga Masyarakat

Pedesaan (IMP) 2. Menjalankan MEKOP 3. Meningkatkan kemandirian

4. Melakukan pembinaan kepada lembaga

1. Lulusan SMP

2. Lulusan SMA jurusan sosial 3. Lulusan Diploma-l,ll

4. Lulusan D-lll dan Sarjana Muda

5. Minimal Lulusan S-1

5Z

,Neater

fc«Hr

U4

* - *

9 - i a

«*~t$

1?~«

2£*-2&

» i t &

(39)

Sikap Profesional (Xz) Kualitas Kinerja tenaga PLKB/PKB (Y)

1. Sikap kerja

2* Sikap tnoraJ

% Kemarnjwian Opera^lopat 2„ wmfaw .ffeHIXO,,

f&

1. Memiliki disiplin yang baik 2. Memiki loyalitas yang tinggi 3. Mempunyai dedikasi yang tinggi

4. Mempunyai sikap kepemimpinan yang baik 5. Melaksanakan tugas dengan teliti 6. Memiliki inisiatif yang baik 7. Memiliki percaya diri yang tinggi 8. Memiliki kerja sama yang baik 9. Mempunyai kemandirian

10. Memiliki sikap yang ramah dan santun

1. Memiliki keteladanan dalam kesehariannya 2. Memilikitanggung jawab yang tinggi 3. Memiliki kejujuran yang tinggi

Mempunyai wawasan tentang visi, misi dan program kegiatan keluarga berencana

Mempunyai wawasan tentang sebagai PNS

Mampu menguasai kondisi wilayah Menguasai job spesifikasinya Bekerja dengan cerdik Sselalu mencari perbaikan Dianggap bernilai oleh pimpinan Selalu meningkatkan diri Memiliki inisiatif tinggi

10. Mencari informasi terbaru

11. Membiasakan diri terhadap pekerjaan 12. Disiplin dalam melakukan tugas.

kewajiban dan hak

Perencanaan

1. Memiliki data basis

2. Mampu mengolah dan menganalisis data basis 3. Dapat membuat rencana kerja

4. Menentukan perkiraan permintaan masyarakat (PPM) Pengorganisasian

5. Menumbuhkan dan membina lembaga masyarakat 6. Menggalang dukungan tokoh formai

Penggerakan

7. Menggerakan keluarga-keluarga untuk berperan dalam program KB

8. Menggerakan tokoh formal maupun informal

Pencatatan dan pelaporan

9. Mencatat seluruh kegiatan yang dilakukan sendiri 10. Membantu membina dan meningkatkan pencatatan dan

pelaporan yang dilakukan oleh kader 11. Melaporkan hasil pencatatan pada atasan 12. Melakukan rekapitulasi pelaporan

53

aktif

#«2fr

21~2Si

to-U

l l l l l l l l l . l l M l t l l

(40)

1. Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid signifikan memiliki validitas rendah. Untuk menguji validitas alat ukur, teriebih dahulu dicari koefisien korelasi

antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan

setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah setiap skor butir,

dengan persamaan Product Moment Pearson, yaitu

f311

rh

nbuxri-lzUxfcUY)

h"""s Vterf-(zr=1*,)2Jfc^2-cm)2}'

dan pengujian terhadap besarnya korelasi r digunakan uj\-t sebagai berikut:

r<Jn-2

[3.2] ... t hitung

vT^7'

dengan

r hitung = koefisien korelasi Y,"=xXi = jumlah skor butir T"=\Yt = jumlah skor total

n = jumlah responden

/ = nilai t hitung

Daerah kritis untuk pengujian ini adalah tolak hipotesis nol Ho, Jika t hitung < Uabei dengan taraf signifikansi a = 0,05 dan derajat kebebasan n-2. Jika hipotesis nol H0 ditolak, maka dapat dikatakan bahwa data (instrumen) yang digunakan tidak valid.

(41)

Kemudian Arikunto (1996: 71) memberikan indeks korelasi r untuk menyatakan tingkat validitas dari instrumen sebagai berikut:

antara 0,80 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi antara 0,60 sampai dengan 0,80 : tinggi

antara 0,40 sampai dengan 0,60 : cukup antara 0,20 sampai dengan 0,40 : rendah

antara 0,00 sampai dengan 0,20 : sangat rendah

Selanjutnya instrumen yang sudah valid pada masing-masing variabel diuji reliabditasnya. Pengujian reliabilitas adalah suatu usaha untuk mengetahui keajegan

atau keterandalan alat pengumpul data penelitian (instrumen). Alat ukur yang baik tidak akan bersifat tendensius yang dapat mengarahkan responden untuk memilih

jawaban-jawaban tertentu. Alat ukur dapat dipercaya apabila datanya benar sesuai dengan kenyataan, maka berapa kalipun data diambil hasilnyatetap akan sama.

Terdapat beberapa cara untuk menguji reliabilitas di antaranya persamaan

Spearman Brown (Sugiyono. 1997: 104) seperti berikut:

[3.3] ... SB- 2p

l + p

dan

6sr=iA2

[3'4] - p =l-W^Vy

(42)

dimana

SB

P

D,

N

reliabilitas internal seluruh butir

korelasi antara nomor butir ganjil dengan nomer butir genap. selisih antar rank setiap kelompok ganjil dan rank kelompok genap banyaknya responden instrumen yang diuji cobakan

Pengujian reliabilitas instrumen dapat juga menggunakan persamaan Alpha

dengan instrumen berupa angket atau pertanyaan berbentuk uraian. Persamaan Alpha

dinyatakan seperti di bawah ini:

[3.5]... ru = K (K-l)

2\

i /

dimana

rn = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan

Ti=1 a\ = jumlah variansi butir

o\- variansi total.

Sedangkan untuk menghitung variansi total dan variansi butir digunakan

Persamaan [3.6] berikut di bawah ini:

[3.6]

ZUXb (Y,UXbf dan 2= su*f QX,*,)2^

dimana

n -• jumlah responden

Yi=1 X\ = jumlah kuadrat seluruh skor butir

(43)

"Lb^Xb = jumlah skor butir

Xr=i X] = jumlah kuadrat variabel Ydari setiap responden

X"=\ X, = jumlah dari setiap variabel Y

Dengan kriteria koefisien korelasi r yang menyatakan bahwa tingkat reliabilitas

instrumen yang sedang dikaji diukur oleh batasan-batasan di bawah ini:

antara 0,800 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi

antara 0,600 sampai dengan 0,800 : tinggi

antara 0,400 sampai dengan 0,600 : cukup

antara 0,200 sampai dengan 0,400 : rendah

antara 0,000 sampai dengan 0,200: sangat rendah (tidak reliabel).

2. Hasil Perkitungan Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Pengujian validitas butir butir instrumen dilakukan terhadap data yang terkumpul

sebanyak 25 lembar jawaban responden, yang sebelumnya dilakukan penyeleksian

teriebih dahulu dengan tujuan untuk memeriksa kelengkapan dan persiapan pengujian

validitas dan reliabilitas instrumen. Dari hasil pengujian validitas diperoleh butir-butir

yang valid, dan hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 4, 10 dan 16. Tahap berikutnya

dilakukan pengujian reliabilitas terhadap instrumen menggunakan teknik-teknik yang

telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.

Pengujian reliabilitas instrumen untuk variabel (X\) diperoleh dengan cara

(44)

Dari hasil perhitungan diperoleh besarnya taksiran reliabilitas Spearman-Brown

adalah 0,9551 dan menggunakan SPSS (lihat Lampiran 6 dan 7) diperoleh nilai 0,9560 yang sama dengan koefisien Alpha (a) = 0,9560 (lihat Lampiran7). Menurut tingkatan taksiran reliabilitas yang diperoleh masuk dalam katagori sangat tinggi. Sedangkan uji reliabilitas instrumen untuk variabel (X3) dan variabel (Y) berturut-turut menghasilkan nilai taksiran reliabilitas Spearman-Brown 0,9758 dan 0,9577 (lihat Lampiran 12 dan 18), dan menggunakan SPSS berturut-turut diperoleh nilai 0,9453 dan 0,9382 yang sama dengan nilai koefisien Alpha (a) = 0,9453 dan 0,9382 (lihat Lampiran 13 dan 19) yang masuk dalam katagori sangat tinggi.

Hasil perhitungan uji validitas dan reliabilitas setiap butir untuk variabel pengalaman pelatihan (Xi), variabel sikap profesional (X3) dan variabel kualitas kinerja (Y), didapatkan berturut-turut; (1) untuk variabel X\ dari 30 butir terdapat 9 butir yang tidak valid, yaitu butir ke 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, dan 30; (2) untuk

variabel X3 dari 30 butir terdapat 2 butir yang tidak valid, yaitu butir ke 8 dan 10; (3)

dan untuk variabel Y dari 45 butir terdapat 11 butir yang tidak valid yaitu butir ke 11,

24, 26, 29, 32, 33, 34, 36, 38, 39, 45.

Jadi butir yang dapat dipergunakan berturut-turut adalah, variabel pengalaman

pelatihan sebanyak 21 butir, variabel sikap profesional sebanyak 28 butir, dan

variabel kualitas kinerja tenaga PLKB/PKB sebanyak 34 butir (Lampiran 8, 14 dan

20).

Hasil pengujian validitas dan reliabilitas yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel

3.2 berikut di bawah ini.

(45)
[image:45.595.62.494.112.574.2]

Tabel 3.2.

Validitas dan Reliabilitas dari Tiga Variabel

Varwfcef

Jtomor Butir taitraroeit

yartgVatttf Jtimiafc Suftyang. Terpaka* Jtom&r Butir Instr«rr)eftyang11dak Valid Nilai Reliabilitas. tartmrnen. Pengalaman Pelatihan <*i)

1, 2, 3,4,5, 6, 7,8, 9, 10, 11,

12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20,21.

21

22, 23, 24, 25, 26, 27,

28, 29, 30

R= 0,9551 atau

a =0,9560

(sangat tinggi)

Sikap

Profesional

1, 2, 3,4, 5,6,7,9, 11, 12, 13,

14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21,

22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29,

30.

28

8,10 R = 0,9756 atau

a =0,9453

(sangat tinggi)

Kualitas

Kinerja

01

1, 2, 3,4,5, 6, 7, 8, 9, 10, 12,

13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20,

21, 22, 23, 25,27, 28, 30,31,

35, 37, 40, 41, 42, 43, 44.

34

11, 24, 26, 29, 32, 33,

34, 36, 38, 39, 45.

R= 0,9577 atau a =0,9382

(sangat tinggi)

Selanjutnya, dilakukan pengolahan terhadap 100 eksemplar angket hasil penelitian. Dari 100 eksemplar kuesioner yang tersebar dilakukan seleksi sehingga terkumpul sebanyak 66 eksemplar kuesioner yang dipakai untuk keperluan tahap pengolahan dan penganalisisan data yang juga dengan mempertimbangkan kelayakan dan jumlah ukuran sampel yang telah ditentukan pada prosedur penelitian.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Langkah-langkah pengumpulan data secara garis besarnya dapat digambarkan

sebagai berikut:

E.l. Tanap Persiapan

Tahap persiapan adalah tahap dimana lembar-lembar angket yang akan disebar dipersiapkan teriebih dahulu, serta mempersiapkan alat-alat yang diperlukan sehubungan dengan hal tersebut. Kemudian meminta ijin penelitian kepada pihak

(46)

terkait dan berwenang dan selanjutnya menghubungi responden. Pihak yang dimintai

ijin di antaranya Kepala dinas Catatan Sipil, Kependudukan dan Keluarga Berencana

Kabupaten, Para Pengendali Program Keluarga Berencana tingkat kecamatan yang

dijadikan obyek penelitian.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

korelasional antara variabel-variabel pengalaman pelatihan (Xi), latar belakang

pendidikan (X2), sikap profesional (X3), dan kualitas kinerja (Y). Untuk keperluan di

atas dipakai sebanyak empat variabel, yaitu variabel pengalaman pelatihan (Xi);

variabel latar belakang pendidikan (X2), variabel sikap profesional (^3), dan variabel kualitas kinerja (Y), dalam hal ini kualitas kinerja tenaga PLKB/PKB Kabupaten Bandung. Selanjutnya dilakukan perhitungan-perhitungan terhadap data yang

diperoleh dengan menggunakan teknik-teknik pengujian analisis statistik inferensial

yang telah dijelaskan pada Bab III.

Variabel pengalaman pelatihan yang diukur adalah aspek frekuensi pelatihan yang telah diikuti dan aspek wawasan serta kemampuan operasional. Variabel latar belakang pendidikan yang diukur adalah jenjang pendidikannya. Variabel sikap profesional yang diukur adalah aspek sikap kerja dan mental/moral, yang terdiri dari disiplin, loyalitas, dedikasi, kepemimpinan, ketelitian, kreatifitas, percaya diri, kerja sama, kemandirian, keramahan, keteladanan, tanggung jawab, kejujuran, ketakwaan,

kedisiplinan, loyalitas baik terhadap lembaga maupun terhadap masyarakat.

Sedangkan variabel kinerja yang diukur adalah meliputi aspek wawasan, kemampuan

organisasional, serta aspek manajerial.

(47)

.' • <> •••'•-• v it,,

%'-Peneliti menggunakan angket pada tahap pengujian instrumen sebanyaT "25

eksemplar yang terdiri dari 30 butir untuk variabel pengalaman pelatihan (Xi);* 30

butir untuk variabel sikap profesional (X3): dan 45 butir untuk variabel kualitas

kinerja (10, sedangkan variabel latar belakang pendidikan (X2) dimasukan dalam

identitas responden yang dapat dilihat pada Lampiran 1.

Setelah dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas terhadap 25 instrumen (lihat

Lampiran 2) yang dipakai untuk uji coba, pada variabel pengalaman pelatihan, sikap

profesional, dan latar belakang pendidikan berturut-turut butir yang valid hanya 21

butir untuk variabel pengalaman pelatihan (Xi), 28 butir untuk variabel sikap

profesional (X3), dan 34 butir untuk variabek kualitas kinerja (Y), sedangkan variabel

latar belakang pendidikan (X2) dimasukan dalam identitas responden. Pada tahap

selanjutnya dilakukan penelitian terhadap 100 orang responden, dan dari 100

responden ini yang dipakai hanya 66 responden. Penyebaran instrumen dilakukan

terhadap empat wilayah penelitian, yaitu di Wilayah Kabupaten Bandung Utara

sebanyak 25 eksemplar, 25 eksemplar untuk Wilayah Kabupaten Bandung Barat, 25

eksemplar untuk Wilayah Kabupaten Bandung Selatan, dan 25 eksemplar untuk

Wilayah Kabupaten Bandung Timur. Untuk menjawab pertanyaan di atas selanjutnya

melaksanakan langkah pengolahan dan analisis data.

E.2. Takap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan adalah tahap penyebaran angket kepada sejumlah 100

responden (tenaga PLKB/PKB). Setelah melalui pemeriksaan dari 100 responden

(48)

tersebut yang dipakai untuk tahap analisis hanya 66 responden, yaitu dari wilayah Kabupaten Bandung Utara dan Barat masing-masing sebanyak 17 responden, wilayah Kabupaten Bandung Selatan dan Timur masing-masing sebanyak 16 responden. Sebelum pengisian angket penulis memberikan penjelasan dan keterangan atau petunjuk cara pengisian baik kepada pengendali program KB tingkat kecamatan maupun kepada responden. Hal-hal seperti ini dilakukan untuk menghindari kesalahan atau kesalahfahaman serta untuk mendapatkan hasil sebagaimana yang diharapkan penulis. Selanjutnya melakukan observasi pada beberapa unit kontrol, yaitu kepada pengendali program keluarga berencana tingkat kecamatan dan beberapa kelompok lembaga masyarakat. Setelah data terkumpul langkah kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data dan analisis data yang disusul dengan penulisan pembahasan dengan mengikutsertakan studi pustaka mengenai manajemen Diklat.

F. Prosedur, Teknik Pengolakan dan Analisis Data

F. 1. Prosedur Pengolakan dan Anaksis Data

Langkah-langkah pengolahan dan analisis data penelitian pada garis besarnya

dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Verifikasi data, yaitu memeriksa jawaban responden yang dapat dan tidak dapat

(49)

melengkapinya. Namun demikian verifikasi data ini masih dilakukan sekali lagi

setelah semua berkas masuk.

2. Pemberian skor, yaitu memberi skor terhadap setiap responden untuk setiap alat pengukur variabel penelitian. Kemudian skor setiap responden tersebut dijumlahkan, dan ditulis dalam lembaran skor menurut variabel penelitian.

3. Tabulasi data, yaitu mentabulasi data skor menurut frekuensi distribusi skor untuk pengujian kenormalan distribusi dan penentuan kategori skor.

4. Komputasi dan analisis data, yaitu menghitung ukuran-ukuran statistik menurut

karakteristik variabel penelitian. Seperti rata-rata, simpangan baku, variasi,

koefisien regresi dan koefisien korelasi. Pengujian terhadap ukuran-ukuran statistik tersebut meliputi pengujian terhadap perkiraan parameter tentang koefisien regresi, parameter koefisien korelasi dan analisis variansi. Selain itu, dilakukan analisis jalur (path analysis) yang digunakan untuk mengetahui model regresi terbaik dan besarnya kontribusi pengaruh langsung dan tidak langsung

variabel-variabel independen terhadap variabel dependen.

5. Analisis data, yaitu menganalisis data yang telah dihitung, kemudian mengelompokkannya atas berbagai variabel sesuai dengan permasalahan yang dibahas dan hipotesis yang diajukan, sehingga dengan demikian bisa mengarah kepada pengambilan kesimpulan.

6. Penyajian data, yaitu mendeskripsikan data yang telah diolah dan dianalisis,

dalam bentuk uraian dan penyajian tabel-tabel, sehingga permasalahan yang dibahas dapat digambarkan secara jelas.

(50)

7. Pengujian hipotesis, yaitu menelaah kembali hipotesis penelitian yang telah diajukan dengan mempergunakan data yang telah diolah dan dianalisis.

8. Pembahasan dan penyimpulan, yaitu membahas data yang telah diolah, dianalisis,

dan telah dikaitkan dengan pengujian hipotesis yang diajukan, ditinjau dari segi

landasan teori dan pengalaman empirik. Selanjutnya diajukan beberapa

kesimpulan dan rekomendasi dari keseluruhan hasil penelitian tersebut.

F.2. Teknik Pengolakan dan Anaksis Data

Selain menggunakan SPSS, juga ada beberapa pengolahan dan analisis data yang dilakukan dengan cara manual, baik dalam hal pemberian skor, pentabulasian, maupun perhitungan-perhitungan. khusus tentang perhitungan-perhitungan dasar seperti penjumlahan, pengurangan, pembagian, perkalian dan juga perhitungan-perhitungan ukuran statistik seperti rata-rata, simpangan baku serta variansi. Selanjutnya, dilakukan analisis statistik yang mencakup beberapa hal seperti yang

akan dituliskan pada bagian selanjutnya.

F.3. Pengujian Kenormalan

Pengujian Kenormalan terhadap distribusi data sampel yang diperoleh perlu dilakukan karena berkaitan dengan analisis statistika mana yang akan diambil,

parametrik atau nonparametrik, pengujian ini dilakukan dengan memakai metode statistika yang diajukan oleh Kolmogorov-Smirnov (Siegel: 1997) dengan statistik

ujinya adalah

[3.7] ... D = maksimum \F0(X) - Sn(X)\,

(51)

dimana

Fo(X) = besarnya peluang baku dari setiap amatan atau fungsi distribusi

frekuensi kumulatif toeritis.

Sn(X) = banyaknya frekuensi setiap amatan yang memiliki nilai yang sama

dengan besarnya N atau fungsi distribusi kumulatif yang diamati dari

suatu sampel acak dengan N amatan.

N = banyaknya amatan.

Sedangkan kriteria ujinya adalah tolak hipotesis nol H0 jika D hasil perhitungan lebih

kecil atau sama dengan D tabel yang diperoleh dari Tabel Kolmogorov- Smirnov dengan taraf signifikansi a yang ditentukan. Jika Hipotesis nol Ho diterima, maka

dapat dinyatakan bahwa sampel yang diambil secara acak berasal dari suatu populasi yang berdistribusi normal. Selain memakai metode Kolmogorov-Smirnov pengujian

kenormalan ini juga menggunakan metode Lilliefors (Sudjana: 1989) dengan

hipotesisnya berbentuk:

Ho : populasi berdistribusi normal

H\ : populasi tidak berdistribusi normal

Prosedur yang harus ditempuh sebagai berikut:

a). Misalkan kita mempunyai sampel acak dengan hasil pengamatan xi, x2, ..., x„, kemudian pengamatan tersebut dibakukan menjadi z\, z2, ..., zn dengan

x. — x

menggunakan persamaan z. = — , dengan x dan s masing-masing merupakan

rata-rata dan simpangan baku sampel.

(52)

b). Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku dihitung peluang F(zi) =P(z <

c). Kemudian hitung proporsi zh z2, ..., zn yang lebih kecil atau sama dengan z,-. Jika

proporsi ini dinyatakan oleh S(zj), maka

banyaknya zx,z2...,zn yang < z,

•J -

d). Hitung selisih F(z,) - S(z,), kemudian tentukan harga mutlaknya.

e). Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut, katakanlah harga terbesarnya adalah L0.

Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, bandingkan L0 ini dengan nilai kritis L yang diambil dari tabel Lilliefors dengan taraf signifikansi a yang ditentukan. Kriterianya tolak hipotesis nol jika L0> L tabel.

F.4. Anaksis Regresi dan Korelasi

Pencarian ada tidaknya hubungan antara variabel dengan menggunakan analisis regresi dan analisis korelasi menggunakan korelasi sederhana seperti diberikan pada

Persamaan [3.1] dan koefisien regresi pada Persamaan [3.8], dimaksudkan untuk

mengetahui adanya hubungan antara variabel X\, X2, X3, dan Y. Untuk uji signifikansinya dihitung dengan menggunakan Persamaan [3.2]. Sedangkan model regresi linier yang digunakannya adalah:

[3.8] ... Y = a + ZUbiXl

(53)

Untuk menaksir parameter-paremeter dari persamaan regresi

Gambar

Tabel 4.7.Nilai-nilai Statistik F untuk Pengujian LinieritasModel Regresi Linier
Gambar 1.Paradigma Penelitian
Tabel 3.1Kisi Alat Pengumpul Data
Tabel 3.2.
+2

Referensi

Dokumen terkait

DIberitahukan kepada Bapak/Ibu ketua pelaksanaan Penelitian Dikti, banwa Kegiatan monev Eksternal akan dilaksanakan pada tanggal 1-2 November 2016, untuk tempat dan acaranya

Pendidikan politik (political education) adalah pendidikan kewarganegaran (civic education) untuk mengetahui tugas dan tanggung jawab sebagai warga negara atau

Sejak isu globalisasi dihembuskan oleh negara-negara maju, liberalisasi baik perdagangan dan investasi, telah menjadi spirit berbagai perjanjian dan kesepakatan ekonomi

Hanya pada indikator tentang kesesuaian harga produk dengan manfaat yang dirasakan, persentase Cheers lebih rendah dari Aqua (79%). Selain itu, dapat dilihat juga bahwa

Pr insip pengembangan jalan lingkungan yang dimasudkan dapat mengur angi fampak negatif ter hadap lingkungan antar a lain adalah dengan mengmbangkan jar ingan lingkungan yang

• Beri rating masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya pengaruh yang ada pada faktor strategi internal, mulai dari nilai 4 (sangat baik), nilai 3 (baik), nilai

Untuk menyelesaikan permasalahan yang ada, maka perlu dilakukan penelitian dalam pengambilan keputusan dengan menggunakan metode Weighted Product dan Multi Factor Evaluation

Pengaruh Pola Asuh Single Parent Terhadap Perilaku Seks Pranikah Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. PENGARUH POLA ASUH