• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEA Desain Baru Penjajahan AS di ASEAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MEA Desain Baru Penjajahan AS di ASEAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

MEA: Desain Baru Penjajahan AS di ASEAN

dr. Estyningtias P (Lajnah Siyasiyah DPP MHTI)

Pendahuluan

MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) yang diterapkan awal tahun 2015 nanti, akan menjadikan ASEAN seperti sebuah negara besar. Penduduk di kawasan ASEAN akan mempunyai kebebasan untuk melanglang buana, masuk ke suatu negara dan keluar dari suatu negara di kawasan ASEAN tanpa hambatan berarti. Penduduk mempunyai kebebasan dan kemudahan untuk memilih lokasi pekerjaan yang dianggap memberikan kepuasan bagi dirinya. Pun demikian dengan perusahaan. Perusahaan mempunyai kebebasan untuk memilih lokasi pendirian pabrik dan kantor perusahaan di kawasan ASEAN. Gambaran ini sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai MEA, yakni menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi dengan ciri adanya aliran bebas barang, jasa, dan tenaga kerja terlatih, modal, serta aliran investasi yang lebih bebas.

Untuk mencapai tujuan tersebut, dibuatlah Master Plan of ASEAN Connectivity (MPAC) yang menjadi acuan rencana aksi pelaksanaannya. MPAC tegak atas 3 pilar ASEAN Connectivity, yakni physical connectivity (pembangunan infrastruktur fisik), institutional connectivity (kelembagaan, mekanisme, dan proses yang efektif), dan people-to-people connectivity (penguatan antar-penduduk yang ditandai dengan peningkatan mobilitas masyarakat ASEAN)

Di Indonesia sendiri, upaya untuk menunjang ASEAN Connectivity ini dituangkan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

Di halaman 39 MP3EI disebutkan dengan jelas bahwa “Pada tataran regional dan global terdapat perkembangan kerjasama lintas batas yang perlu diperhatikan terutama adalah komitmen kerjasama pembangunan di tingkat ASEAN dan APEC. Indonesia perlu mempersiapkan diri mencapai target integrasi bidang logistik ASEAN pada tahun 2013 dan integrasi pasar tunggal ASEAN tahun 2015, sedangkan dalam konteks global WTO perlu mempersiapkan diri menghadapi integrasi pasar bebas global tahun 2020. Mencermati ketertinggalan Indonesia saat ini, perkuatan konektivitas nasional akan memastikan terintegrasinya Sistem Logistik Nasional secara domestik, terhubungnya dengan pusat-pusat perekonomian regional, ASEAN dan dunia (global) dalam rangka meningkatkan daya saing nasional. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memaksimalkan keuntungan dari keterhubungan regional dan global (regionally and globally connected).”

Ini menunjukkan bahwa MP3EI memang khusus dirancang untuk mempermudah ASEAN Connectivity yang akan mempercepat terbentuknya integrasi pasar tunggal ASEAN di tahun 2015 dan integrasi pasar bebas global yang dicanangkan WTO tahun 2020. Artinya inilah salah satu persiapan Indonesia untuk memasuki pasar bebas dunia.

Desain MEA: Arahan Barat

Secara politik, negara-negara di kawasan ASEAN banyak menarik minat negara-negara maju. Tidak saja karena potensi ekonominya yang luar biasa, tapi juga didukung dengan kondisi kesadaran politik penguasanya yang lemah dan cenderung mengikuti cara pandang Barat. Dan ASEAN yang merupakan satu-satunya organisasi regional di kawasan ini menjadi sarana tersendiri bagi negara-negara Barat untuk mencapai kepentingannya masing-masing.

(2)

Gambaran sederhana tentang ASEAN dan organisasi-organisasi regional di kawasan Asia Pasifik dapat dirujuk pada gambar berikut:

Meskipun regionalisme ASEAN pada awalnya lebih ditujukan untuk mendorong negara-negara di kawasan ASEAN melakukan usaha kerjasama di bidang ekonomi dan kesejahteraan, namun dalam perkembangannya, dinamika kerjasama kawasan ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh arus besar globalisasi, terutama globalisasi ekonomi yang begitu kuat memaksakan integrasi ekonomi. Maka munculnya deklarasi ASEAN yang termaktup dalam Bali Concord II, yang kelak membidani lahirnya MEA, menjadi cermin bagaimana kerjasama kawasan ini merespon arus globalisasi ekonomi yang semakin hari terpaannya semakin kuat. Dari sini jelaslah bahwa desain MEA adalah bagian dari globalisasi ekonomi yang diaruskan oleh negara pengembannya (dalam hal ini adalah negara-negara Barat, khususnya AS) untuk memastikan bahwa ASEAN siap dieksploitasi sumber dayanya.

Secara teori, memang terdapat hubungan yang signifikan antara regionalisasi dengan globalisasi. Meskipun tanpaknya bertentangan, namun sesungguhnya dua hal ini saling berkaitan satu dengan yang lain. Regionalisasi dianggap sebagai interdependensi antar negara dalam region, namun dalam pelaksanaannya tetap membutuhkan modal dan investasi. Maka peningkatan kebutuhan akan modal dan investasi ini justru memunculkan interdependensi antar region. Jadi, interdependensi antar region saat ini adalah globalisasi yang sesungguhnya. Dan fakta inilah yang hari ini terjadi di ASEAN. Berikut ini adalah sumber pendanaan untuk mewujudkan ASEAN Connectivity:

Nilai Strategis ASEAN di Mata Barat

(3)

Terdapat sekitar 32.000 pulau yang terbentang seluas 4 juta km2 lebih, serta dihuni oleh sekitar 600 juta penduduk dengan 900 bahasa dan dialek berbeda dalam kehidupan sehari-hari.

Secara ekonomi, potensi pembangunan ekonomi di kawasan ini sangat menjanjikan, dengan besaran GDP secara keseluruhan mencapai $ 2 triliun AS. Dari segi perekonomian, negara-negara di Asia Tenggara memiliki profil ekonomi yang beragam, dengan pendapatan per-kapita masing-masing negara yang bervariasi, dari negara dengan pendapatan tertinggi mencapai 60,000 dollar AS dalam satu tahun, hingga negara dengan tingkat pendapatan terendah mencapai 1000 dolar AS; serta persentase rata-rata tingkat pertumbuhan ekonomi mencapai 6 persen setiap tahunnya. Dari segi pembangunan sosial kemasyarakatan, angka Indeks Pembangunan Manusia/IPM (Human Development Index/HDI) di negara-negara Asia Tenggara bervariasi dari very high, high, medium, sampai low human development. Gambaran sederhana tentang keragaman jumlah penduduk, luas wilayah, peraihan pembangunan manusia dan kemajuan ekonomi dapat dirujuk pada tabel berikut:

Sebagai gambaran potensi ekonomi yang luar biasa ini dapat dilihat dalam dokumen MP3EI seperti yang tercantum dalam bagan di bawah ini:

(4)

Karena itu tak heran jika AS dan negara-negara Barat lainnya terus berupaya untuk memperebutkan “sepotong kue” bernama ASEAN ini. Kondisi ini diperparah dengan sangat lemahnya kesadaran politik para stakeholders di kawasan ini. Sehingga banyak yang tidak memahami bahwa MEA sebenarnya adalah skenario Barat untuk mengeksploitasi kekayaan alamnya.

MEA Menguatkan Hegemoni Barat

Barat tentu akan berpikir untuk bermain cantik. Sebab jika mereka salah langkah, maka keuntungan besar itu akan melayang. Karena itu Barat telah membuat beberapa langkah untuk memuluskan keinginannya. Langkah pertama adalah dengan menyibukkan para stakeholders di kawasan ini dengan angka-angka (bahkan dibuat peringkat) dalam ukuran-ukuran semu ala Kapitalis. Ini ditunjukkan dengan banyaknya kajian yang mendalam untuk mengukur seberapa besar peluang berbagai negara ASEAN dalam menghadapi MEA, tentu dengan ukuran ala Kapitalis. Hal ini tidak berarti bahwa ukuran-ukuran kuantitatif tidak penting, hanya saja pada faktanya, angka-angka tersebut tidaklah mampu menunjukkan realita yang sesungguhnya.

Salah satu contohnya World Economic Forum (WEF) dalam laporan tahun 2013-2014 menempatkan daya saing Indonesia pada urutan ke-38. Ini artinya kenaikan yang cukup signifikan dari urutan ke-50 tahun sebelumnya. Meskipun masih jauh di bawah Singapura dengan urutan ke-2, Malaysia ke-24, dan Brunei Darussalam ke-26, dan hampir sama dengan Thailand pada urutan ke-37, setidaknya peringkat Indonesia masih mengungguli beberapa negara ASEAN lainnya. Ambil contoh Filipina pada urutan ke-59, Vietnam ke-70, dan Laos, Kamboja, dan Myanmar masing-masing pada urutan ke-80, ke-88 dan ke-139. Dibanding China dan India; dua raksasa Asia yang sedang tumbuh, Indonesia berada di antaranya. China pada urutan ke-29 dan India pada urutan ke-60.

WEF menggunakan tiga faktor untuk mengukur daya saing. Pertama, faktor fundamental meliputi empat pilar, yaitu kelembagaan, infrastruktur, lingkungan makroekonomi, serta kesehatan dasar dan pendidikan dasar. Faktor fundamental naik ke posisi ke-45 dari sebelumnya ke-58. Kedua, faktor pendorong efisiensi meliputi enam pilar, yaitu pendidikan tinggi dan pelatihan, efisiensi pasar barang, efisiensi pasar tenaga kerja, pengembangan pasar keuangan, kesiapan teknologi dan skala pasar. Faktor ini naik peringkat dari ke-58 tahun 2012-2013 ke-52 tahun 2013-2014. Ketiga, faktor inovasi yang meliputi dua pilar yakni sopistikasi bisnis dan inovasi. Faktor ini juga mengalami kenaikan dari posisi ke-40 menjadi ke-33. Kenaikan peringkat daya saing terjadi karena ada perbaikan dalam unsur-unsur pilar pada tiga faktor tersebut. Di antara 12 pilar tersebut, yang tergolong bagus untuk Indonesia adalah pilar skala pasar dan lingkungan makroekonomi. Selain itu, kontribusi paling kuat terhadap kenaikan tersebut justru dari pilar infrastruktur, yang naik dari posisi ke-78 menjadi ke-61. Ini semakin menguatkan bahwa MP3EI memang mendapatkan perhatian penuh pemerintah Indonesia untuk memuaskan hati para investor asing.

Harus disadari bahwa review daya saing dilakukan setiap tahun. Jadi, tahun depan WEF akan melakukan penilaian kembali atas faktor-faktor pembentuk daya saing Indonesia. Pun demikian dengan negara-negara lain. Sementara itu harus dipahami pula bahwa negara-negara lain juga berupaya memperbaiki daya saingnya untuk memikat investor. Dengan kondisi ini akhirnya berbagai negara akan fokus untuk meningkatkan ranking agar bisa memikat investor daripada memperhatikan kondisi real masyarakatnya dan mencari solusi yang sebenarnya. Inilah salah satu cara cantik negara-negara Barat untuk mengalihkan fokus para stakeholders sehingga mereka akan lebih mudah melihat negara mana yang sepenuhnya mengikuti arahan Barat.

(5)

maju pada tahun 2025 dengan pendapatan per kapita yang berkisar antara USD 14.250 – USD 15.500 dengan nilai total perekonomian (PDB) berkisar antara USD 4,0 – 4,5 triliun. Untuk mewujudkannya diperlukan pertumbuhan ekonomi riil sebesar 6,4 – 7,5 persen pada periode 2011 – 2014, dan sekitar 8,0 – 9,0 persen pada periode 2015 – 2025. Pertumbuhan ekonomi tersebut akan dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5 persen pada periode 2011 – 2014 menjadi 3,0 persen pada 2025. Kombinasi pertumbuhan dan inflasi seperti itu mencerminkan karakteristik negara maju.”

Berikut ini adalah gambaran pencapaian PDB Indonesia:

Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organisation for Economic Cooperation and Development/ OECD) dalam laporan publikasi terbarunya juga memuji Indonesia dengan menyebutkan, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi paling pesat di antara negara-negara utama Asia Tenggara dengan kisaran 6% per tahun pada periode 2014-2018. Selain itu, Indonesia berpotensi menjadi negara maju atau berpenghasilan tinggi dalam dalam 30 tahun mendatang, lebih lambat dari China (13 tahun), namun lebih cepat dibandingkan India (46 tahun).

Pujian lain datang dari Guru Besar Ekonomi Stern School of Business, New York Univesity, AS, Prof Dr Nouriel Roubini bahkan menegaskan bahwa kebijakan ekonomi Indonesia sudah on the right track. Pengelolaan fiskal sudah cukup prudent dan kebijakan moneter sudah cukup tepat. Pendiri sekaligus Ketua Roubini Global Economics itu juga menyatakan, prospek ekonomi Indonesia lebih baik dibanding China dan India. Indonesia, RRT, dan India adalah tiga negara dengan penduduk terbesar di dunia, selain AS. Tapi, dibanding RRT dan India, kelas menengah Indonesia meningkat tajam dengan bonus demografi yang besar. Penduduk usia produktif akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Itu keunggulan pertama Indonesia dibanding China dan India. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir juga lebih baik dari China dan India. Pertumbuhan ekonomi China selama ini didorong oleh kredit bank yang sangat kencang dan kini mulai berdampak negatif terhadap perekonomian Negeri Tirai Bambu itu. Sedangkan di India, ketahanan fiskal lemah karena terjebak defisit fiskal yang besar di samping defisit neraca pembayaran.

(http://www.infobanknews.com/2013/10/perbaikan-daya-saing-menghadapi-mea-2015/)

Sebenarnya keinginan untuk menjadi negara maju adalah keinginan yang alami dan wajar bagi setiap bangsa. Namun keinginan ini tentu harus dibarengi dengan standar yang jelas tentang gambaran sebuah negara maju yang diinginkannya. Oleh karena itu jika Indonesia ingin menjadi negara maju seharusnya Indonesia memiliki ukuran-ukuran dan standar-standar tertentu yang telah ditentukan sebelumnya. Jadi tidak sekedar mengikuti standar dan ukuran yang dibuat oleh negara lain.

Selama ini pemetaan yang dibuat oleh Barat tentang status sebuah negara, apakah termasuk negara maju, berkembang atau terbelakang, adalah pemetaan yang didasarkan pada angka-angka perhitungan hasil prediksi, asumsi dan interpretasi yang tegak diatas teori ekonomi kapitalis buatan akal manusia. Tentu tak ada yang memungkiri bahwa kemampuan akal sangat terbatas dan bisa jadi memberikan hasil yang berbeda pada waktu yang berbeda dan pada orang yang berbeda. Oleh karena itu standar maju tidaknya sebuah negara jika didasarkan pada angka-angka ini tentu sangat mudah dipermainkan sesuai keinginan pihak yang membuat standar. Apalagi jika status maju tidaknya sebuah negara ini dikaitkan dengan banyaknya modal dan investasi yang akan ditanam. Tentu ini justru akan membuat negara-negara berkembang semakin terperosok dalam jeratan hegemoni kapitalis.

(6)

satu konten yang ditekankan adalah penggunaan ASEAN Curriculum Sourcebook sebagai salah satu rujukan untuk mengajarkan mata pelajaran ASEAN di tingkat SD, SMP dan SMA, sehingga pelajar ASEAN dapat mendapatkan wawasan yang sama. (Buletin Komunitas ASEAN edisi 3/Nopember 2013 hal 25)

Tentunya penggunaan kurikulum ASEAN ini tidak akan bisa mulus berjalan jika kurikulum di Indonesia berbeda arah tujuannya. Itulah sebabnya Indonesia mengikutinya dengan mengubah kurikulum yang ada menjadi kurikulum 2013 yang lebih berorientasi pada pembelajaran tematik integratif dan lebih menanamkan nilai dan pesan moral, mirip dengan kurikulum ASEAN. Jadi, sesungguhnya kurikulum 2013 adalah pesanan asing. Apalagi jika dikaitkan dengan laporan terkait implementasi program Learning To Live Together dari UNESCO. Semakin jelaslah bahwa Barat tengah berusaha untuk menguniversalkan nilai-nilai ideologinya dan memaksakannya di negeri-negeri muslim seiring dengan globalisasi yang terus diaruskan. Dengan kurikulum seperti ini kelak generasi muda yang akan memegang tampuk kepemimpinan negeri ini akan lebih mudah diarahkan oleh Barat.

MEA Dalam Pandangan Islam

Sejak isu globalisasi dihembuskan oleh negara-negara maju, liberalisasi baik perdagangan dan investasi, telah menjadi spirit berbagai perjanjian dan kesepakatan ekonomi baik bilateral seperti Japan Indonesia Economic Aggrement (JIEPA), maupun multilateral seperti Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), APEC, NAFTA dan WTO. Ciri yang paling menonjol dari perjanjian-perjanjian tersebut adalah menghilangkan secara bertahap berbagai tarif dan hambatan perdagangan dan investasi. Liberalisasi perdagangan yang digawangi WTO, IMF dan Bank Dunia ini sejatinya hanyalah kendaraan bagi negara-negara maju untuk memperluas pasar mereka demi memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya di negara-negara berkembang dan negara-negara miskin. Di sisi lain mereka enggan menerapkan aturan yang sama jika mengancam perekonomian domestik mereka.

Menurut Syekh Abdul Qadim Zallum bahwa tujuan utama dari kebijakan liberalisasi perdagangan tidak lain agar negara-negara berkembang di seluruh dunia dapat membuka pasar mereka terhadap barang dan investasi AS dan negara-negara maju yang memiliki superioritas atas negara-negara berkembang. Akibatnya negara-negara berkembang akan terus menjadi konsumen utama dari komoditas dan investasi negara-negara maju. Di sisi lain kebijakan tersebut membuat negara-negara berkembang semakin sulit dalam membangun fondasi ekonomi yang tangguh sebab mereka terus bergantung kepada negara-negara industri. Dengan demikian mereka tidak akan pernah bergeser menjadi negara industri yang kuat dan berpengaruh. ( Abdul Qadim Zallum, The American Campaign to Suppress Islam, hal. 29)

Oleh karena itu Islam mengharamkan konsep pasar bebas yang dipropagandakan oleh Amerika dan negara-negara barat. Di samping secara faktual jelas-jelas merugikan, sejatinya kebijakan tersebut tidak lain merupakan implementasi dari konsep kebebasan memiliki (freedom of ownership) yakni kebebasan untuk memiliki dan menguasai berbagai jenis komoditi. Padahal di dalam Islam konsep kemilikan telah diatur dengan jelas. Seseorang individu hanya berhak menguasai barang-barang yang masuk dalam kategori milkiyyah fardiyyah. Sementara untuk kepemilikan umum (milikiyyah ‘ammah) dan negara (milikiyyatu ad daulah) berada di tangan pemerintah yang dikelola untuk kemaslahatan rakyat.

Di samping itu, pasar bebas pada faktanya merupakan alat bagai negara-negara kufur mampu mencengkram dan mengontrol perekonomian negeri-negeri Islam. Padahal hal tersebut secara tegas dilarang dalam Islam sebagaimana firman Allah SWT:

ل

ل ِيببس

س َ ن

س ِينبمبؤؤمملؤاَ َىلسع

س َ ن

س ِيربفبَاك

س لؤلبَ هملللاَ لسعسجؤِيسَ نؤلسوس

“Dan Allah tidak memperkenankan orang-orang Kafir menguasai orang-orang beriman.” (QS al-Nisa [4]: 141)

Hal ini juga dikemukakan oleh Syekh Taqiuddin An-Nabhany. Menurutnya perdagangan luar negeri yang berbasis teori free market (hurriyatu al-mubadalah) yakni perdagangan luar negeri antara negara dilakukan tanpa hambatan seperti tarif bertentangan dengan Islam. Alasannya perdagangan luar negeri merupakan hubungan antara negara Islam dengan negara lain berada dalam tanggungjawab negara. Sebagaimana difahami bahwa negara memiliki otoritas untuk mengatur berbagai hubungan dan interaksi dengan negara lain termasuk hubungan antara rakyatnya dengan rakyat negara lain, baik dalam bidang ekonomi, perdagangan ataupun yang lainnya. Oleh karena itu perdagangan luar negeri tidak dibiarkan bebas tanpa kontrol.

(7)

al-harb dan mu’ahid. Termasuk dalam hal ini memberikan pelayanan kepada rakyatnya yang berdagang baik di dalam maupun di luar negeri. (Taqiuddin An-Nabhany, Nidzam Al Iqtishady fi Al Islam)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan kendaraan pribadi, masyarakat perlu membawa makanan ataupun minuman ketika akan melakukan perjalanan jarak jauh.. Selain itu, dengan membawa makanan dan

Berdasarkan data pada Tabel 3.16 (lihat lampiran 7) dapat dijelaskan bahwa hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan bantuan SPSS for windows dengan uji spearman

Kantor Kementerian Agama Kab.Deli Serdang, terus berupaya agar tujuan yang. telah digariskan oleh Kantor Kementerian Agama

Astawan (2008) menyatakan bahwa pada tempe, selain terdapat ketiga jenis isoflavon tersebut, terdapat juga antioksidan faktor II (6,7,4-trihidroksi isoflavon) yang mempunyai

Pada hasil praktikum dapat diketahui bahwa beberapa sampel minyak goreng Hemart yang telah digunakan untuk menggoreng tempe 1 kali, tahu 1 kali dan 2 kali memiliki angka peroksida

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan dan pada level berapa asap cair kusambi mampu memberikan hasil yang terbaik terhadap kandungan nutrisi

Pada pendapat kami, penyata-penyata kewangan tersebut telah dilaksanakan dengan betul dan selaras dengan polisi- polisi perakaunan yang tertera dalam Nota 1 untuk

Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui perbedaan dari kedua BPR, parameter yang digunakan unutk melihat perbedaan tingkat efisiensi yaitu dilihat dari