• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jiwa kewirausahaan mahasiswa Universitas Sanata Dharma ditinjau dari kultur keluarga, program studi, dan jenis pekerjaan orang tua : studi kasus pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jiwa kewirausahaan mahasiswa Universitas Sanata Dharma ditinjau dari kultur keluarga, program studi, dan jenis pekerjaan orang tua : studi kasus pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma."

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

vi

ABSTRAK

JIWA KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA UNIVERSITAS SANATA DHARMA DITINJAU DARI KULTUR KELUARGA, PROGRAM STUDI,

DAN JENIS PEKERJAAN ORANG TUA

Studi Kasus pada Mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Elisabeth Desy Yani Liku Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari kultur keluarga; (2) perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari program studi; (3) perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua.

Penelitian ini dilakukan di Universitas Sanata Dharma pada bulan Desember 2006-Februari 2007. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa dari tujuh program studi yang masih aktif dan telah mengikuti mata kuliah kewirausahaan. Jumlah populasi adalah 975 mahasiswa. Jumlah sampel penelitian adalah 258 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dan proportional sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah chi kuadrat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari kultur keluarga (2hitung = 130,37 >2tabel

= 3,84 ); (2) ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari program studi (2hitung = 16,42 >2tabel = 12,6); (3) ada perbedaan jiwa kewirausahaan

(2)

vii

ABSTRACT

ENTREPRENEURSHIP SPIRIT OF SANATA DHARMA UNIVERSITY STUDENTS BASED ON FAMILY CULTURE, STUDY PROGRAM,

AND PARENT’S KIND OF JOB

A Case Study: Students of Sanata Dharma University Elisabeth Desy Yani Liku

Sanata Dharma University Yogyakarta

2007

This research was intended to understand: (1) the difference of students entrepreneurship spirit based on family culture; (2) the difference of students entrepreneurship spirit based on study program; (3) the difference of students entrepreneurship spirit based on parent’s kind of job.

This research was done at Sanata Dharma University from December 2006 to February 2007. The data collecting methods used were both questionnaire and documentation. The population at this research was all of the active students at seven study programs that had taken entrepreneurship lecture. Total amount of the population was 975 students. The sample of this research were 258 students. The sample taking methods used both purposive sampling and proportional random sampling. The analysis data used was chi square.

The results of this research showed that: (1) there was a difference of students entrepreneurship spirit based on family culture (2count = 130,37 >2table

= 3,84); (2) there was a difference of students entrepreneurship spirit based on study program (2count = 16,42 >2table = 12,6); (3) there was a difference of

students entrepreneurship spirit based on parent’s kind of job (2count = 6,57

(3)

JIWA KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA UNIVERSITAS SANATA DHARMA DITINJAU DARI KULTUR KELUARGA, PROGRAM STUDI,

DAN JENIS PEKERJAAN ORANG TUA

Studi Kasus pada Mahasiswa Universitas Sanata Dharma

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Elisabeth Desy Yani Liku NIM: 021334038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Juli 2007 Penulis

(7)

v

MOTO

Dalam situasi apapun harus selalu ada pengharapan

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kukerjakan dengan penuh semangat, tekun, dan kerja keras. Tapi pengerjaan skripsi ini pula tidak lepas dari rasa mengeluh, capek, bosan, dan air mata. Namun sungguh apa yang kualami itu akan menjadi pengalaman yang sangat berharga untuk langkahku kedepan.

Kupersembahkan skripsi ini untuk mereka yang senantiasa ada dihati:

Allah Bapa & Bunda Maria

Terima kasih Engkau selalu memberikan yang terbaik untukku

Nenek Toraja

Terima kasih selalu menjadi perantara doa-doaku kepada Bapa Bapak & Mama tercinta

Terima kasih untuk doa, semangat, nasihat, dan segalanya yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang tidak terukur… Tuhan Menyertai…….

Adik kembarku Vendra & Vendri

Terima kasih untuk ocehannya, semoga kita bisa tetap berantem… Mbai , Mas Atot, dan ponakanku yang genit & lucu…Nindya

Terima kasih untuk doa, semangat, nasihat, & bantuan dalam bentuk apapun yang telah diberikan. Semoga Tuhan Memberkati

Mas Jefry terkasih

Doa & semangat membuat kita tetap bertahan & tidak menyerah hingga sekarang. Terima kasih untuk semuanya….

(8)

vi

ABSTRAK

JIWA KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA UNIVERSITAS SANATA DHARMA DITINJAU DARI KULTUR KELUARGA, PROGRAM STUDI,

DAN JENIS PEKERJAAN ORANG TUA

Studi Kasus pada Mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Elisabeth Desy Yani Liku Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari kultur keluarga; (2) perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari program studi; (3) perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua.

Penelitian ini dilakukan di Universitas Sanata Dharma pada bulan Desember 2006-Februari 2007. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa dari tujuh program studi yang masih aktif dan telah mengikuti mata kuliah kewirausahaan. Jumlah populasi adalah 975 mahasiswa. Jumlah sampel penelitian adalah 258 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dan proportional sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah chi kuadrat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari kultur keluarga (2hitung = 130,37 >2tabel

= 3,84 ); (2) ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari program studi (2hitung = 16,42 >2tabel = 12,6); (3) ada perbedaan jiwa kewirausahaan

(9)

vii

ABSTRACT

ENTREPRENEURSHIP SPIRIT OF SANATA DHARMA UNIVERSITY STUDENTS BASED ON FAMILY CULTURE, STUDY PROGRAM,

AND PARENT’S KIND OF JOB

A Case Study: Students of Sanata Dharma University Elisabeth Desy Yani Liku

Sanata Dharma University Yogyakarta

2007

This research was intended to understand: (1) the difference of students entrepreneurship spirit based on family culture; (2) the difference of students entrepreneurship spirit based on study program; (3) the difference of students entrepreneurship spirit based on parent’s kind of job.

This research was done at Sanata Dharma University from December 2006 to February 2007. The data collecting methods used were both questionnaire and documentation. The population at this research was all of the active students at seven study programs that had taken entrepreneurship lecture. Total amount of the population was 975 students. The sample of this research were 258 students. The sample taking methods used both purposive sampling and proportional random sampling. The analysis data used was chi square.

The results of this research showed that: (1) there was a difference of students entrepreneurship spirit based on family culture (2count = 130,37 >2table

= 3,84); (2) there was a difference of students entrepreneurship spirit based on study program (2count = 16,42 >2table = 12,6); (3) there was a difference of

students entrepreneurship spirit based on parent’s kind of job (2count = 6,57

(10)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Kasih yang telah melimpahkan segala rahmat, kasih, dan bimbinganNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini, yaitu:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan arahan dan bimbingan

2. Kepala Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan arahan dan bimbingan

3. Bpk. S. Widanarto P., S.Pd., M.Si. selaku Kaprodi Pendidikan Akuntansi dan Pembimbing II yang dengan sabar telah memberikan arahan dan bimbingan

4. Bpk. L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Pembimbing I yang dengan sabar telah memberikan arahan dan bimbingan

5. Bpk. A. Heri Nugroho, S.Pd. yang dengan sabar telah memberikan arahan dan bimbingan

6. Ibu Catur Rismiati, S.Pd, M.A. yang telah memberikan arahan dan bimbingan

7. Bpk. Drs. Gregorius Hendra Poerwanto, M.Si. selaku Kaprodi Manajemen yang telah memberikan izin penelitian

8. Bpk. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Kaprodi Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan izin penelitian

9. Bpk. Drs. B. Rahmanto, M.Hum. selaku Kaprodi Sastra Indonesia yang telah memberikan izin penelitian

(11)

ix

11. Ibu Agnes Maria Polina, S.Kom., M.Sc. selaku Kaprodi Teknik Informatika yang telah memberikan izin penelitian

12. Ibu Christine Patramurti, S.Si., Apt., M.Si. selaku Kaprodi Farmasi yang telah memberikan izin penelitian

13. Sekretariat Prodi Pendidikan Akuntansi. Terima kasih atas bantuannya selama ini

14. Teman-teman PAK A angkatan 2002. Terima kasih untuk kebersamaan dan kekompakan selama ini

15. Teman-teman PAK B & C angkatan 2002. Terima kasih untuk kebersamaan selama ini

16. Teman-teman Prodi Manajemen, PAK, PE, Sastra Indonesia, Ilmu Komputer, Teknik Informatika, dan Farmasi-Apoteker angkatan 2001 – 2004. Terima kasih untuk bantuannya telah berkenan mengisi kuesioner 17. Mbah-mbah, bude-bude, bule-bule, & om-om. Terima kasih untuk doa dan

bantuan yang selalu diberikan

18. Keluarga Cendana 4 dan 6. Terima kasih sudah menjadi keluarga terbaikku selama di Yogya

19. Teman-teman Mudika Lingkungan Karang Asem & Paguyuban Lektor St. Yohanes Krisostomus. Terima kasih untuk semua yang diberikan. Aku dapat berkembang karena kalian

20. Bpk Gabriel Budi Halan, Ibu Fransiska Ete Kedang (Flores), dan Tante Suster (Malang). Terima kasih untuk semua doa dan dukungan yang diberikan

21. Bapak & Ibu Soemarno (Lampung). Terima kasih untuk doa dan restu yang selalu diberikan

22. Br.Tadeus, Sr. Louis, Fr. Bill, Fr. Yolan. Terima kasih selalu memberikan doa dan semangat

(12)

x

24. Teman-teman TK, SD, SMP & SMA, khususnya Sinta & Septi. Terima kasih untuk semangat & doa yang selalu diberikan

25. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis. Terima kasih untuk doa, bantuan, semangat, kritikan, dan semua kebaikan yang kalian berikan selama ini. Tuhan berkati…...

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Yogyakarta, 3 Juli 2007

(13)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Jiwa Kewirausahaan ... 9

B. Kultur Keluarga ... 14

C. Program Studi ... 17

D. Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 21

E. Kerangka Teoretik ... 26

F. Perumusan Hipotesis ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 33

(14)

xii

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 35

F. Metode Pengumpulan Data ... 40

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 41

H. Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 50

A. Sejarah Perkembangan USD ... 50

B. Visi, Misi, dan Tujuan USD ... 54

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Deskripsi Data ... 56

B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 67

C. Pengujian Hipotesis ... 68

D. Pembahasan ... 77

BAB VI PENUTUP ... 85

A. Kesimpulan ... 85

B. Keterbatasan Penelitian ... 86

C. Saran ... 86

(15)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Kultur Keluarga ... 36

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Jiwa Kewirausahaan ... 39

Tabel 3.3 Hasil Pengujian Validitas Variabel Jiwa Kewirausahaan ... 42

Tabel 3.4 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kultur Keluaga ... 43

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai r ... 44

Tabel 3.6 Interpretasi Nilai C ... 49

Tabel 5.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Program Studi ... 56

Tabel 5.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Orang Tua .. 57

Tabel 5.3 Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa ... 59

Tabel 5.4 Kultur Keluarga pada DimensiPower Distance ... 60

Tabel 5.5 Kultur Keluarga pada DimensiIndividualism vs Collectivism ... 62

Tabel 5.6 Kultur Keluarga pada DimensiFemininity vs Masculinity ... 63

Tabel 5.7 Kultur Keluarga pada DimensiUncertainty Avoidance... 64

Tabel 5.8 Kultur Keluarga ... 66

Tabel 5.9 Hasil Pengujian Normalitas ... 67

Tabel 5.10 Hasil Pengujian Homogenitas ... 68

Tabel 5.11 Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa Ditinjau dari Kultur Keluarga 69 Tabel 5.12 Tabel Kontingensi Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa Ditinjau dari Kultur Keluarga ... 69

Tabel 5.13 Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa Ditinjau dari Program Studi ... 71

Tabel 5.14 Tabel Kontingensi Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa Ditinjau dari Program Studi ... 72

Tabel 5.15 Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa Ditinjau dari Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 74

(16)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Kuesioner ... 91

LAMPIRAN 2. Data Induk Variabel ... 96

LAMPIRAN 3. Perhitungan PAP II dan Mean, Median, Modus ... 108

LAMPIRAN 4. Perhitungan Normalitas dan Homogenitas ... 120

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perusahaan mempunyai peran yang sangat signifikan sebagai motor penggerak perekonomian suatu negara. Perusahaan baik yang berskala besar maupun kecil dapat memobilisasi perekonomian melalui penyerapan tenaga kerja. Namun semenjak krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997, peran perusahaan tersebut semakin menurun. Hal ini dapat dilihat dari ketidakmampuan perusahaan menjalankan proses produksi akibat membengkaknya biaya produksi. Kenyataan tersebut selanjutnya berdampak pada perusahaan yang terpaksa mencari sumber pendanaan eksternal, bahkan melakukan PHK terhadap karyawannya.

(18)

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka sangatlah penting menumbuhkan jiwa kewirausahaan bagi masyarakat usia produktif. Menurut Suryana (2003:1), inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang. Sifat berwirausaha bukan hanya diperankan oleh pengusaha kecil, tetapi dimiliki juga oleh pihak bukan pengusaha, seperti dosen, mahasiswa, para lulusan sekolah, dan masyarakat lainnya. Selain sikap kreatif dan inovatif, jiwa kewirausahaan juga ada pada setiap orang yang menyukai perubahan, pembaharuan, kemajuan, dan tantangan. Sutanto (2002:12) mengungkapkan bahwa jiwa kewirausahaan dapat dicerminkan dari sikap ulet dan tangguh, dinamis, produktif, beretos kerja keras, berani mengambil keputusan yang tepat sehingga memperkecil resiko, jujur, dan terpercaya.

(19)

kewirausahaan merupakan bakat atau bawaan lahir, atau dengan kata lain dengan sendirinya seseorang mempunyai jiwa seperti ini karena ia memang dari keturunan yang gemar berwirausaha. Namun pandangan tersebut kurang tepat. Jika seseorang mengikuti jejak orang tuanya untuk berwirausaha, hal tersebut lebih banyak diperoleh dari proses belajar (http://www.republika.co.id /korandetail.asp?id=232090&kat.id=100).

Penawaran mata kuliah kewirausahaan di tujuh program studi (prodi) di USD, yakni prodi Manajemen, Pendidikan Akuntansi, Pendidikan Dunia Usaha, Sastra Indonesia, Ilmu Komputer, Teknik Informatika, dan Farmasi-Profesi Apoteker, dimaksudkan untuk mengembangkan dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan mahasiswa. Ada beberapa faktor yang diduga kuat berhubungan dengan pembentukan jiwa kewirausahaan mahasiswa, antara lain: kultur keluarga, pekerjaan orang tua, dan latar belakang pendidikan. Pada dimensi kultur keluarga yang berbeda, kemungkinan jiwa kewirausahaan yang dimiliki mahasiswa juga berbeda. Kultur keluarga dapat diklasifikasikan ke dalam empat dimensi, yaitu: power distance, individualism/collectivism,

masculinity/femininity, dan uncertainty avoidance. Keluarga dengan dimensi

(20)

individualis, anak-anak belajar untuk berpikir mengenai diri mereka sendiri. Mereka diharapkan bertanggung jawab pada setiap opini yang dibuat. Oleh karena itu, semakin individualis maka semakin tinggi jiwa kewirausahaan pada anak. Sebaliknya dalam budaya kolektif, hal utama yang dipegang adalah loyalitas pada keluarga. Sifat loyal ini menjadikan kuatnya ikatan persaudaraan, sehingga secara terus-menerus anak kurang dapat bertanggung jawab terhadap kebutuhan keuangannya. Dalam keluarga seperti ini, jiwa kewirausahaan pada anak kurang bisa terbentuk atau rendah. Pada dimensi

masculinity, laki-laki dan perempuan memegang nilai ketegasan, sedangkan dalam dimensi femininity memegang nilai yang lebih lunak. Oleh karena itu berdasarkan karakteristik jiwa kewirausahaan yang telah diungkapkan sebelumnya, maka kultur keluarga pada dimensi masculinity akan lebih dominan membentuk jiwa kewirausahaan anak dibandingkan pada dimensi

femininity. Keluarga dengan budaya uncertainty avoidance yang tinggi akan berdampak pada rendahnya jiwa kewirausahaan anak, sedangkan pada tingkat

uncertainty avoidance rendah memungkinkan terbentuknya jiwa

kewirausahaan anak. Dengan mengembangkan sikap dan cara berpikir positif, maka akan meminimalkan perasaan terancam pada sesuatu yang belum pasti.

(21)

berwirausaha bagi mahasiswanya, baik berupa tempat usaha, peralatan-peralatan yang diperlukan, dan izin usaha, maka memungkinkan terbentuknya jiwa kewirausahaan. Tenaga pengajar seperti dosen pada setiap prodi juga memiliki metode berbeda-beda dalam membekali mahasiswa untuk tertarik berwirausaha. Ada dosen yang berpedoman pada metode ceramah saja yang dirasa sudah cukup memadai untuk perkuliahan, ada juga dosen yang berpedoman pada metode ceramah atau pemberian teori, kemudian dilengkapi dengan penerapan dalam praktek di lapangan.

(22)

menguasai struktur dan mekanisme kerja komputer. Prodi Teknik Informatika dalam salah satu rumusan tujuannya memfokuskan agar lulusannya mampu bersikap positif dan mandiri dalam mengembangkan kemampuan ilmu teknik yang dimilikinya dan menerapkannya secara arif dan bijaksana untuk memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat. Prodi Farmasi-Profesi Apoteker memiliki tujuan menghasilkan Apoteker yang berjiwa Pancasila, berbudi luhur, mempunyai kemandirian dan kreativitas, memiliki keterampilan di bidang pelayanan kefarmasian, serta memiliki tekad untuk berpartisipasi aktif dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat. Mahasiswa yang berada pada prodi-prodi tersebut akan memiliki jiwa kewirausahaan yang sejalan dengan tujuan yang telah dirumuskan, jika benar-benar diarahkan dan dipersiapkan dengan baik.

Jiwa kewirausahaan yang ada pada seseorang juga tidak terlepas dari situasi dan kondisi dimana orang tersebut berada. Mahasiswa yang orang tuanya berwirausaha akan lebih mempengaruhi dirinya untuk berwirausaha pula dibandingkan jika orang tuanya tidak berwirausaha. Pada mahasiswa yang orang tuanya berwirausaha akan selalu membiasakan anaknya melakukan sikap-sikap, seperti tidak takut gagal, tidak cepat puas, dan selalu berusaha lebih baik daripada sebelumnya. Hal ini sejalan dengan sifat-sifat wirausahawan yang sukses.

(23)

dalam judul “Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Ditinjau dari Kultur Keluarga, Program Studi, dan Jenis

Pekerjaan Orang Tua” dan merupakan studi kasus pada mahasiswa USD yang telah mengikuti mata kuliah kewirausahaan.

B. Batasan Masalah

Ada banyak faktor yang mempengaruhi jiwa kewirausahaan seseorang. Faktor- faktor tersebut dapat ditinjau dari berbagai hal antara lain: kultur keluarga, latar belakang sosial masyarakat, pekerjaan orang tua, latar belakang pendidikan, serta adanya sarana. Penelitian ini memfokuskan pada jiwa kewirausahaan seseorang yang ditinjau dari kultur keluarga, program studi, dan jenis pekerjaan orang tua.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari kultur keluarga ?

2. Apakah ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari program studi ?

(24)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari kultur keluarga ?

2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari program studi ?

3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua ?

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa, khususnya bagi mahasiswa yang program studinya menawarkan mata kuliah kewirausahaan agar dapat memotivasi diri menjadi seorang wirausaha. 2. Bagi Universitas

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Jiwa Kewirausahaan

1. Pengertian jiwa kewirausahaan

Jiwa merupakan sesuatu yang abstrak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:416), jiwa diartikan sebagai seluruh kehidupan batin manusia yang terjadi dari perasaan batin, pikiran, angan-angan, dsb. Seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan mempunyai sikap mental yang berani menanggung resiko, berpikiran maju, dan berani berdiri di atas kaki sendiri (Sutanto, 2002:12). Sikap mental ini akan membawa seseorang untuk berkembang secara terus-menerus dalam jangka panjang. Sejalan dengan hal tersebut, Susilo dan Soerata (2004:118) menjelaskan bahwa kualitas mental dari seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan meliputi :

a. Kemampuan mengorganisir

Seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan mampu mengorganisir berbagai potensi dalam dirinya, baik kekuatan maupun kelemahan, sehingga ia memiliki keyakinan yang mantap untuk mencapai tujuan usahanya dengan prestasi yang optimal.

b. Memiliki kemampuan dan kemauan untuk berprestasi

(26)

c. Bertindak secara aktif

Sukses merupakan tindakan positif yang berproses, dimana di dalamnya terkandung nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan.

d. Mengembangkan sikap dan cara berpikir yang positif

Sikap dan cara berpikir yang positif akan berdampak positif pada usaha yang dijalankan.

e. Keterampilan kepemimpinan

Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan mengubah potensi menjadi realita. Jiwa kewirausahaan yang tercermin dalam kemampuan memimpin dapat membangun kerja sama dengan berbagai pihak.

f. Memiliki wawasan yang luas dan pandangan ke depan

Berdasarkan analisis atas fakta bisnis yang faktual, seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan mampu memprediksi dan mengantisipasi masa depan.

g. Kemampuan membuat keputusan dan keberanian mengambil resiko Seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan akan mampu untuk membuat keputusan yang cepat dan tepat, serta berani mengambil resiko.

h. Kemampuan menjalin kerja sama bisnis

(27)

i. Kemampuan untuk berdiri sendiri

Tidak semata-mata mengandalkan bawahan atau orang lain mencerminkan jiwa kewirausahaan yang mandiri.

j. Bersikap antusias

Sikap ini meliputi senyuman, keyakinan, dan konsisten yang dapat meneguhkan tujuan yang telah ditetapkan.

k. Ulet, disiplin, dan percaya diri

Sikap ini merupakan faktor utama untuk meraih kesuksesan. l. Bersikap optimis

Dengan bersikap optimis, seseorang dapat memandang bahwa kegagalan dan keberhasilan merupakan peristiwa wajar yang sering dialami dalam berwirausaha.

Dari penjelasan tersebut, akhirnya dapat disimpulkan bahwa jiwa kewirausahaan adalah rasa percaya diri, ulet, disiplin, memiliki jiwa kepemimpinan, mandiri, antusias, optimis, dan berpikir positif, serta berani mengambil resiko dalam menjalankan dan mengelola suatu usaha. 2. Dimensi jiwa kewirausahaan

(28)

Ciri-ciri : Watak :

a. Percaya diri Keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas, dan optimis

b. Berorientasi pada tugas dan hasil

Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik dan inisiatif

c. Pengambilan risiko dan suka tantangan

Kemampuan untuk mengambil risiko yang wajar

d. Kepemimpinan Perilaku sebagai pemimpin,

bergaul dengan orang lain, dan menanggapi saran-saran dan kritik e. Keorisinilan Inovatif, kreatif, dan fleksibel f. Berorientasi ke masa depan Pandangan ke depan, perspektif

(29)

a. Memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah

b. Lebih menghargai prestasi daripada uang c. Kemampuan untuk belajar dari pengalaman d. Memotivasi diri sendiri

e. Semangat untuk bersaing f. Tegas

g. Tidak bergantung pada alam dan berusaha untuk tidak menyerah pada alam

h. Berdaya cipta dan luwes

i. Selalu menghendaki umpan balik dengan segera j. Selalu belajar dari kegagalan

k. Menyukai perubahan, pembaharuan, kemajuan, dan tantangan l. Bersedia menanggung resiko waktu dan uang

m. Rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukan n. Disiplin

o. Memiliki visi dan tujuan usaha yang jelas

(30)

B. Kultur Keluarga

1. Pengertian kultur keluarga

Istilah kultur/budaya berasal dari ilmu antropologi. Definisi ini pertama kali dikemukakan oleh ahli antropologi Inggris bernama Sir Edward B.Taylor (Ensiklopedi Umum untuk Pelajar, 2005:107). Menurutnya, kebudayaan adalah keseluruhan sistem yang terdiri dari pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, kemampuan, serta kebiasaan yang diperoleh seseorang sebagai anggota masyarakat. Sementara itu, Haviland (1988:338) dalam Ralph Linton menyebut kebudayaan sebagai warisan sosial umat manusia.

Budaya lahir ketika manusia bertemu dengan manusia lainnya dan membangun kehidupan bersama. Hofstede (1994:5) mengartikan kultur sebagai:

…a collective phenomenon, because it is at least partly shared with people who live or lived within the same social environment, which is where it was learned. It is the collective programming of the mind which distinguishes the members of one group or category of people from another

Kultur merupakan bentuk pemrograman mental secara kolektif. Kultur membedakan anggota kelompok satu dengan kelompok lainnya dalam pola pikir, perasaan, dan tindakan anggota suatu kelompok. Sebagai bentuk pemrograman mental secara kolektif, kultur cenderung sulit berubah. Jikalau berubah, maka perubahan berlangsung secara evolutif

(31)

tersebut telah menjadi bagian dari diri para anggota kelompok, tetapi kultur telah terkristalisasi ke dalam komunitas yang mereka bangun.

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat dipahami bahwa cultureatau kebudayaan adalah pola pikir, perasaan, tindakan, pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, kemampuan, serta kebiasaan yang merupakan warisan sosial suatu kelompok atau komunitas yang telah terbentuk.

Kultur dari suatu kelompok atau komunitas dapat ditemui dalam sebuah keluarga yang merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia (Gerungan, 1987:180). Dalam sebuah keluarga, pola pikir, tindakan ataupun kebiasaan yang dilakukan oleh orang tua atau anggota keluarga lainnya memungkinkan diserap anak. Hal ini selanjutnya akan berpengaruh sekaligus menjadi kerangka perilaku anak dalam melakukan suatu tindakan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kultur keluarga adalah segala macam pola pikir, perasaan, tindakan, pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, kemampuan, serta kebiasaan yang ada pada suatu kelompok atau komunitas yang memungkinkan dapat diserap oleh generasi berikutnya.

2. Dimensi kultur keluarga

(32)

Dalam dimensi power distance terdapat ketidaksamaan penerimaan atas kekuasaan yang didistribusikan. Hal ini dapat ditemui dalam sebuah keluarga. Semua orang memulai pembentukan mental setelah mereka lahir dari orang yang lebih tua dan secara terus-menerus akan membentuk pribadi seperti pendahulunya tersebut. Indikator dimensi power distance

mencakup: kepatuhan terhadap orang tua atau anggota keluarga lain yang lebih tua, dan ketergantungan pada orang tua. Dimensi individualism

berbeda dengan collectivism. Individualitas digambarkan sebagai orang tinggal dalam masyarakat dimana kepentingan individu berada di atas kepentingan kelompok. Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga belajar untuk berpikir mengenai diri mereka sendiri atau “aku”. Kolektivitas digambarkan sebagai orang hidup dalam masyarakat dimana kepentingan kelompok berada di atas kepentingan pribadi. Hal utama yang dipegang dalam dimensi kolektivitas adalah loyalitas pada kelompoknya. Hal ini berarti diharapkan adanya pembagian sumber daya diantara anggota. Dimensi individualitas versus kolektivitas mencakup indikator: kebebasan menyatakan pendapat, loyalitas pada anggota keluarga lain, keleluasaan untuk mandiri, keterikatan sosial satu sama lain dalam keluarga, kebutuhan untuk komunikasi, dan perasaan yang muncul atas pelanggaran aturan/norma tertentu.

(33)

perbedaan tingkatan dari ketidaksamaan dalam hubungan antara orang tua-anak sudah dijelaskan dalam dimensi power distance, sedangkan hubungan antara suami-istri dijelaskan dalam dimensi masculinity-femininity. Pada dimensi maskulin, laki-laki dan perempuan memegang nilai ketegasan, sedangkan dalam dimensi feminin memegang nilai yang lebih lunak. Aturan-aturan dalam sebuah keluarga dapat dilihat secara jelas pada ayah dan ibu dalam mempengaruhi mental anak mereka. Oleh karena itu, satu dimensi yang berhubungan dengan gender dipengaruhi oleh orang tua. Indikator dimensi masculinity-femininity mencakup: peran ayah lebih dominan, perhatian yang lebih kepada anggota keluarga yang kuat, cita-cita pada anggota keluarga (laki-laki/perempuan), dan penghindaran perbedaan. Dimensi uncertainty avoidance menunjukkan sejauh mana pandangan anggota kelurga dalam menghadapi situasi yang tidak pasti. Indikator dimensi ini mencakup: sikap terhadap ketidakpastian hidup, dan penetapan aturan.

C. Program Studi

(34)

Dunia Usaha, dan Prodi Pendidikan Ekonomi-Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi (Insadha, 2005).

Setiap prodi mengembangkan upaya-upayanya melalui penawaran mata kuliah. Akhir-akhir ini muncul mata kuliah baru di beberapa prodi, yakni mata kuliah Kewirausahan. Bagi setiap prodi, baik yang berkaitan dengan ekonomi maupun non ekonomi, mata kuliah ini dianggap sebagai sesuatu yang penting untuk ditawarkan pada mahasiswa. Hal ini dikarenakan penawaran suatu mata kuliah sejalan dengan tujuan yang dirumuskan oleh prodi untuk menghasilkan lulusan yang berkompeten terhadap bidang ilmunya.

Tujuh prodi di Universitas Sanata Dharma yang menawarkan mata kuliah kewirausahaan adalah prodi manajemen, pendidikan akuntansi, pendidikan dunia usaha, sastra Indonesia, ilmu komputer, teknik informatika, dan farmasi-profesi apoteker. Masing-masing prodi tersebut memiliki rumusan tujuan yang berbeda-beda. Tujuan yang dirumuskan oleh prodi-prodi tersebut sebagai berikut:

1. Prodi Manajemen

Prodi Manajemen memfokuskan misinya untuk menyiapkan calon manajer profesional yang mampu mengelola dan mengembangkan perusahaan/lembaga tempat ia bekerja dengan ciri-ciri (Insadha, 2005:36): a. Berkepribadian matang dan berdedikasi tinggi

b. Beretika bisnis dengan tetap memperhatikan kepentingan organisasi c. Berwawasan global dan peduli terhadap lingkungan

(35)

2. Prodi Pendidikan Akuntansi

Tujuan pendidikan dan prospek lulusan prodi ini adalah menghasilkan tenaga kependidikan, baik guru maupun non guru yang profesional di bidang akuntansi dan manajemen untuk sekolah menengah umum maupun sekolah menengah kejuruan kelompok bisnis manajemen serta untuk berbagai dunia usaha. Kompetensi lain lulusan ini adalah menguasai prinsip dan sistem akuntansi secara manual maupun berbasis komputer, sehingga mereka dapat bekerja di perusahaan-perusahaan nasional maupun multinasional, perbankan, dan sebagainya (Insadha, 2005:36).

3. Prodi Pendidikan Dunia Usaha

Prodi Pendidikan Ekonomi bidang keahlian khusus Pendidikan Ekonomi Koperasi/Pendidikan Dunia Usaha (PDU) bertujuan menghasilkan tenaga kependidikan, baik guru maupun non guru yang profesional dibidang ekonomi untuk Sekolah Menengah Umum maupun Sekolah Menengah Kejuruan kelompok bisnis manajemen serta lembaga-lembaga pendidikan lain. Tujuan lainnya adalah menyiapkan lulusan untuk dapat menguasai ilmu ekonomi, manajemen, kewirausahaan, perkoperasian, akuntansi, dan praktek komputer yang memungkinkan lulusannya bekerja di dunia usaha maupun pemerintah (Insadha, 2005:35).

4. Prodi Sastra Indonesia

(36)

a. Menyiapkan pakar-pakar dalam bidang Ilmu Bahasa dan Sastra Indonesia yang memiliki kemampuan akademis yang tinggi

b. Menyiapkan praktisi dalam bidang aplikasi bahasa dan sastra sesuai dengan tuntutan era global dan perkembangan teknologi komunikasi yang modern

5. Prodi Ilmu Komputer

Prodi Ikom memiliki tujuan untuk menghasilkan sarjana sains yang menguasai struktur dan mekanisme kerja komputer, sehingga dapat membuat sistem komputer yang meliputi hardware dan software untuk mempermudah atau mengatasi berbagai persoalan dalam dunia bisnis, industri, pendidikan, perbankan, transportasi, dan lain-lain (Insadha, 2005:46).

6. Prodi Teknik Informatika

Rumusan tujuan prodi teknik informatika antara lain (Insadha, 2005:57): a. Para lulusan memiliki pola pikir sistematik, logis, dan koheren, serta

secara profesional mampu memanfaatkan teknologi informasi dalam lingkungan kerjanya

b. Para lulusan mampu bersikap positif dan mandiri dalam mengembangkan kemampuan ilmu teknik yang dimilikinya dan menerapkannya secara arif dan bijaksana untuk memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat

(37)

d. Para lulusan dapat bekerja dalam bidang perancangan , pelaksanaan, pengawasan, dan pengelolaan atas dasar konsep-konsep yang umum dibidang teknologi jaringan komputer atau teknologi basis data

e. Para lulusan dapat meningkatkan diri sesuai dengan profesi yang ditekuninya

f. Para lulusan memiliki bekal yang cukup untuk melanjutkan studi pada jenjang yang lebih tinggi

7. Prodi Farmasi-Profesi Apoteker

Tujuan yang dirumuskan pada prodi ini yakni menghasilkan Sarjana Farmasi dan Apoteker yang berjiwa Pancasila, berbudi luhur, mempunyai kemandirian dan kreativitas, memiliki keterampilan di bidang pelayanan kefarmasian, serta memiliki tekad untuk berpartisipasi aktif dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat (Insadha, 2005:63).

D. Jenis Pekerjaan Orang Tua

1. Pengertian pekerjaan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:488), pekerjaan didefinisikan sebagai sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah. Jika bentuk yang dilakukan bermacam-macam, maka ini disebut jenis pekerjaan. Spillane (1982:14) mengelompokkan jabatan/pekerjaan dalam sembilan (9) golongan antara lain:

(38)

2) Pedagang 3) Pegawai kantor 4) Pegawai sipil ABRI

5) Pemilik perusahaan / toko / pabrik / perikanan 6) Pemilik bus

7) Penggarap tanah 8) Pengawas keamanan 9) Petani pemilik tanah 10) Peternak

11) Tuan tanah b. Golongan B

1) Buruh nelayan 2) Buruh tani 3) Petani kecil 4) Penebang kayu c. Golongan C

1) ABRI 2) Guru SD 3) Kepala Bagian

4) Kepala kantor pos (cabang) 5) Manager perusahaan kecil 6) Pamong praja

(39)

8) Pegawai negeri (golongan IA – ID) 9) Supervisor / pengawas

d. Golongan D 2) Pensiunan

3) Tidak mempunyai pekerjaan tetap e. Golongan E

1) Guru (SMP, SMA) 2) Juru rawat

3) Pekerja sosial 4) Kepala sekolah 5) Kontraktor kecil

6) Pegawai negeri (golongan IIA – IID) 7) Perwira ABRI

8) Wartawan f. Golongan F

1) Buruh tidak tetap 2) Petani penyewa 3) Tukang/penarik becak g. Golongan G

1) Ahli hukum

2) Ahli ilmu tanah/ukur tanah 3) Apoteker

(40)

5) Dokter

6) Dosen/Guru besar 7) Gubernur

8) Insinyur

9) Kepala kantor pos (pusat) 10) Kontraktor besar

11) Manager perusahaan 12) Menteri

13) Pegawai negeri (golongan IIA ke atas) 14) Pengarang

15) Peneliti 16) Penerbang

17) Perwira ABRI (Mayor/Jendral) 18) Walikota/Bupati

h. Golongan H 1) Pembantu 2) Penjual keliling 3) Tukang cuci i. Golongan I

1) Artis/Seniman 2) Buruh tetap 3) Montir

(41)

5) Penjahit 6) Penjaga 7) Supir bus 8) Tukang kayu 9) Tukang listrik 10) Tukang mesin

Sementara itu, menurut Dewi (2004:32), pekerjaan dapat dibedakan menjadi dua (2) jenis, yaitu:

a. Pekerjaan pokok

Pekerjaan pokok adalah jenis pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang sebagai sumber utama dari penghasilan, yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sifat dari pekerjaan ini adalah tetap.

b. Pekerjaan sampingan

Pekerjaan sampingan adalah pekerjaan yang dimiliki atau dilakukan oleh seseorang sebagai pekerjaan untuk memperoleh penghasilan tambahan guna memenuhi kebutuhan hidup. Sifat dari pekerjaan ini adalah melengkapi pekerjaan pokok.

2. Pengertian orang tua

(42)

jawab orang tua sangat besar dalam sebuah keluarga. Dalam penelitian ini, penulis membedakan pekerjaan orang tua menjadi dua jenis, yakni berwirausaha dan tidak berwirausaha.

E . Kerangka Teoretik

1. Jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari kutur keluarga

Keluarga adalah tempat di mana kebanyakan orang menerima program budaya pertama mereka. Antar keluarga yang satu dengan lainnya pola pikir, kebiasaan-kebiasaan, dan tindakan yang ditanamkan oleh anggota keluarga (bapak, ibu, kakak, dll) kepada anaknya atau orang yang lebih muda berbeda-beda. Kultur yang tercermin pada hal-hal demikian memungkinkan diserap anak dan selanjutnya akan berpengaruh pada segala hal yang dikerjakan anak, termasuk berwirausaha. Kultur dapat diklasifikasikan ke dalam empat dimensi, yaitu: power distance,

individualism/collectivism, masculinity/femininity, dan uncertainty avoidance.

Dimensi power distance menunjukkan tingkat dimana kekuasaan anggota dalam keluarga didistribusikan secara berbeda. Dalam situasi

(43)

mengambil kontrol atas tindakan mereka sendiri. Oleh karena itu, jiwa kewirausahaan yang dimiliki anak tinggi, karena seorang anak selalu diharapkan oraang tuanya untuk dapat berperilaku aktif dan dapat membuat keputusan sendiri tanpa pengaruh dari orang tuanya.

Individualitas menunjukkan suatu kelompok (keluarga) dimana pertalian antar individu cenderung menghilang. Sementara dimensi kolektivitas menunjukkan suatu kondisi kelompok (keluarga) dimana individu-individu sejak lahir diintegrasikan secara kuat sehingga mereka memiliki sifat loyal terhadap kelompoknya. Dalam budaya individualis, anak-anak diharapkan dan didorong oleh orang tua untuk menghasilkan opini mereka sendiri. Oleh karena itu, semakin individualis maka semakin tinggi jiwa kewirausahaan pada anak. Orang tua bangga jika anak-anaknya pada usia awal sudah bekerja untuk menambah uang saku sehingga dapat memutuskan bagaimana membelanjakan uang mereka. Sebaliknya, semakin kolektif maka semakin rendah jiwa kewirausahaan pada anak. Hal ini disebabkan bukan hanya karena anak-anak tidak terbiasa belajar membuat opini, tetapi juga karena budaya yang bersifat loyal dalam membentuk sebuah kebersamaan.

(44)

dan tantangan (Suryana, 2003:13). Berdasarkan karakteristik tersebut, maka pembentukkan jiwa kewirausahaan anak lebih dominan ada pada budaya keluarga maskulin daripada feminin. Hal ini dikarenakan dengan memegang nilai ketegasan, baik laki-laki dan perempuan belajar untuk berambisi dan bersaing untuk sebuah tujuan. Alasan selain itu, menurut John W. Berry, etc dalam Psikologi Lintas Budaya: Riset dan Aplikasi adalah adanya penekanan terhadap tujuan-tujuan kerja, seperti ingin memiliki penghasilan.

Dimensi uncertainty avoidance menunjukkan sejauh mana pandangan anggota keluarga dalam menghadapi situasi yang tidak pasti. Keluarga dengan budaya penghindaran ketidakpastian yang tinggi akan merasa terancam dengan sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Oleh kerena itu, semakin tinggi dimensi uncertainty avoidancemaka semakin rendah jiwa kewirausahaan pada anak. Sebaliknya, semakin rendah dimensi

uncertainty avoidance pada sebuah keluarga maka semakin tinggi jiwa kewirausahaan anak, karena penghindaran ketidakpastian yang lemah cenderung akan diperoleh perasaan yang positif dalam melihat segala sesuatu.

(45)

2. Jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari prodi

(46)
(47)

membawa pengaruh bagi mahasiswanya untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan dalam dirinya. Begitu juga dengan faktor tenaga pengajar. Masing-masing tenaga pengajar, dalam hal ini dosen mempunyai metode mengajar yang berbeda-beda. Ada dosen yang berpedoman pada metode ceramah saja yang dirasa sudah cukup memadai untuk perkuliahan, ada juga dosen yang berpedoman pada metode ceramah atau pemberian teori, kemudian dilengkapi dengan penerapan dalam praktek di lapangan. Tujuan-tujuan yang telah dirumuskan pada setiap prodi, fasilitas, dan tenaga pengajar seperti diungkapkan di atas, berbeda pada setiap prodi yang menawarkan mata kuliah kewirausahaan. Hal-hal tersebut dapat berpengaruh pada jiwa kewirausahaan dari mahasiswa yang mengikuti mata kuliah kewirausahaan. Oleh karena itu, diduga bahwa pada prodi yang berbeda, jiwa kewirausahaannya juga berbeda.

(48)

gagal, tidak cepat puas, dan selalu berusaha lebih baik daripada sebelumnya. Sikap-sikap ini dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada diri seseorang. Hal ini berbeda dengan mahasiswa yang orang tuanya tidak berwirausaha. Mereka sebagai orang tua kurang memiliki sikap-sikap seperti di atas, dimana dalam kehidupan sehari-harinya sikap-sikap tersebut tidak selalu muncul dan dibiasakan pada anak. Berdasarkan pandangan di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa mahasiswa yang orang tuanya berwirausaha memiliki jiwa kewirausahaan yang berbeda dibandingkan dengan mahasiswa yang orang tuanya tidak berwirausaha.

F. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kerangka teoretik di atas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari kultur keluarga

2. Ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari program studi 3. Ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari pekerjaan

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus. Penelitian studi kasus adalah penelitian terhadap jenis obyek tertentu, dimana proses pengumpulan datanya menggunakan beberapa metode, kemudian dianalisis dan kesimpulan yang diambil hanya berlaku pada objek yang diteliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah di Universitas Sanata Dharma, Jl. Mrican, Tromol Pos 29 dan Jl. Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta

2. Waktu Penelitian

Penelitian diadakan pada bulan Desember 2006 – Februari 2007

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek yang diteliti adalah mahasiswa yang masih aktif dan telah mengikuti mata kuliah kewirausahaan di Universitas Sanata Dharma. 2. Objek Penelitian

(50)

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai karakteristik tertentu, yang diterapkan dalam penelitian untuk dipelajari, dianalisis, kemudian diambil kesimpulannya. Dalam penelitian ini, populasinya adalah seluruh mahasiswa yang masih aktif dan telah mengikuti mata kuliah kewirausahaan. Populasi berjumlah 975 responden.

2. Sampel

Jumlah sampel penelitian ini ditetapkan sebanyak 258 mahasiswa. Jumlah tersebut didasarkan pada tabel penentuan sampel dari populasi yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael (Sugiyono, 1999:81). Penelitian ini menggunakan dua teknik pengambilan sampel, yaitu teknik

purposive sampling dan proportional random sampling. Pertimbangan pengambilan sampel oleh peneliti adalah mahasiswa yang masih aktif dan telah mengikuti mata kuliah kewirausahaan. Sementara proportional random samplingditerangkan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Penulis menetapkan proporsi sampel yang diambil pada tiap-tiap prodi

sebesar 25% (258:1000). 1000 merupakan pembulatan dari 975

(51)

No. Prodi Jumlah mahasiswa Jumlah sampel

1. Manajemen 394 104

2. Pendidikan Akuntansi 164 43

3. Pendidikan Dunia Usaha 45 12

4. Sastra Indonesia 33 9

5. Ilmu Komputer 130 35

6. Teknik Informatika 51 13

7. Farmasi-Profesi Apoteker 158 42

E . Variabel Penelitian dan Pengukuran

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas atau independen adalah kultur keluarga, program studi, dan jenis pekerjaan orang tua, sedangkan jiwa kewirausahaan mahasiswa menjadi variabel terikat atau dependen.

1. Kultur keluarga

(52)

Indikator dimensi masculinity-femininity mencakup: peran ayah lebih dominan, perhatian yang lebih kepada anggota keluarga yang kuat, cita-cita pada anggota keluarga (laki-laki/perempuan), dan penghindaran perbedaan. Dimensi uncertainty avoidance indikatornya mencakup: sikap terhadap ketidakpastian hidup, dan penetapan aturan.

Untuk lebih jelas, penulis sajikan tabel operasionalisasi sebagai berikut:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Kultur Keluarga

No Dimensi Indikator Pertanyaan

Positif No.

Pertanyaan Negatif No. 1. Power Distance a. Kepatuhan

terhadap orang tua

a. Peran ayah lebih dominan

(53)

b. Perhatian yang Setiap pertanyaan disediakan 4 (empat) opsi jawaban. Adapun cara penentuan skor jawaban tersebut adalah sebagai berikut:

Pertanyaan

Positif Negatif

Jawaban Skor Jawaban Skor

Sangat setuju (SS) 4 Sangat setuju (SS) 1

Setuju (S) 3 Setuju (S) 2

Tidak setuju (TS) 2 Tidak setuju (TS) 3

Sangat tidak setuju (STS) 1 Sangat tidak setuju (STS) 4 2. Program studi

(54)

Prodi Manajemen diberi skor 1

Prodi Pendidikan Akuntansi diberi skor 2 Prodi Pendidikan Dunia Usaha diberi skor 3 Prodi Sastra Indonesia diberi skor 4

Prodi Ilmu Komputer diberi skor 5 Prodi Teknik Informatika diberi skor 6 Prodi Farmasi-Profesi Apoteker diberi skor 7 3. Jenis pekerjaan orang tua

Pekerjaan orang tua merupakan kegiatan mencari nafkah yang dilakukan oleh orang yang lebih tua untuk mencukupi kebutuhan hidup dirinya dan anaknya atau orang yang lebih muda. Dalam penelitian ini, dimensi jenis pekerjaan orang tua digolongkan menjadi dua indikator, yaitu berwirausaha dan tidak berwirausaha. Variabel pekerjaan orang tua ini terkategorikan variabel nominal, sehingga pemberian skor hanya bersifat membedakan dan tidak menunjukkan jenjang (klasifikasi).

Jenis pekerjaan orang tua yang berwirausaha diberi skor 1 Jenis pekerjaan orang tua yang tidak berwirausaha diberi skor 2 4. Jiwa kewirausahaan

(55)

berorientasi ke masa depan, pengambilan resiko yang wajar, menyukai tantangan dan kemajuan, berorientasi pada tugas dan hasil, kepemimpinan, mengembangkan sikap dan cara berpikir positif, memotivasi diri sendiri, disiplin, mengembangkan hubungan dengan orang lain, memiliki visi dan tujuan usaha yang jelas, rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukan, bersedia menanggung resiko waktu dan uang, dan mempunyai semangat untuk bersaing. Untuk lebih jelas, penulis sajikan tabel operasionalisasi sebagai berikut:

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Jiwa Kewirausahaan

Dimensi Indikator Pertanyaan

Kepercayaan diri 2, 4, 6, 9 Kreativitas, fleksibilitas, dan

inovasi

1, 3, 15, 30, 32, 34 Orientasi ke masa depan 20 Keberanian mengambil Orientasi pada tugas dan

hasil

12, 24, 29 Kepemimpinan partisipatif 7, 25, 28 Sikap dan cara pikir positif 31, 33 Motivasi diri sendiri 11

Disiplin 19, 22

Berketerampilan sosial 14

Kejelasan tujuan 21 8

Rasa tanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan

16, 17 Kesediaan tanggung jawab

risiko waktu dan uang

(56)

Setiap pertanyaan disediakan 4 (empat) opsi jawaban. Adapun cara penentuan skor jawaban tersebut adalah sebagai berikut:

Pertanyaan

Positif Negatif

Jawaban Skor Jawaban Skor

Sangat setuju (SS) 4 Sangat setuju (SS) 1

Setuju (S) 3 Setuju (S) 2

Tidak setuju (TS) 2 Tidak setuju (TS) 3

Sangat tidak setuju (STS) 1 Sangat tidak setuju (STS) 4

F . Metode Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Metode pengumpulan data dengan memberikan angket kepada responden. Angket atau kuesioner ini bersifat terbuka dan tertutup. Dalam kuesioner bersifat terbuka, responden mengisi identitas sesuai dengan keadaan dirinya, sedangkan dalam kuesioner bersifat tertutup, responden diminta memberi jawaban atau pendapat sesuai dengan pilihan yang telah disediakan. Dalam penelitian ini, kuesioner adalah alat utama dalam menghimpun data primer, yaitu untuk mengetahui jiwa kewirausahaan, program studi, pekerjaan orang tua, dan kultur keluarga yang dimiliki mahasiswa USD.

2. Dokumentasi

(57)

G. Teknik Pengujian Instrumen

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Untuk menguji validitas suatu instrumen, digunakan teknik korelasi

product momentdari Karl Pearson ( Suharsimi Arikunto, 2005:327):

2 2



2 2

rxy = koefisien korelasi yang dicari

N = banyaknya sampel yang diujicobakan

X = jumlah skor dalam sebaran X

Y = jumlah skor dalam sebaran X

XY  hasil kali skor X dan Y untuk setiap responden

Untuk menentukan apakah butir-butir pertanyaan instrumen penelitian valid atau tidak, maka digunakan ketentuan sebagai berikut :

a. Jika nilai r hitung suatu butir pertanyaan≥ r tabelnya, maka dikatakan bahwa butir pertanyaan tersebut adalah valid

b. Jika nilai r hitung suatu butir pertanyaan ≤r tabelnya, maka dikatakan bahwa butir pertanyaan tersebut adalah tidak valid

(58)

kewirausahaan dan kultur keluarga dinyatakan valid (lihat lampiran 5 halaman 122). Berikut disajikan hasil pengujiannya:

Tabel 3.3

Hasil Pengujian Validitas pada Variabel Jiwa Kewirausahaan

Variabel Pertanyaan no.

rhitung rtabel Keterangan

1 0,444 0,207 Valid

2 0,701 0,207 Valid

3 0,427 0,207 Valid

4 0,699 0,207 Valid

5 0,355 0,207 Valid

6 0,583 0,207 Valid

7 0,285 0,207 Valid

8 0,444 0,207 Valid

9 0,585 0,207 Valid

10 0,446 0,207 Valid

11 0,378 0,207 Valid

12 0,541 0,207 Valid

13 0,376 0,207 Valid

14 0,243 0,207 Valid

15 0,552 0,207 Valid

16 0,638 0,207 Valid

17 0,422 0,207 Valid

18 0,370 0,207 Valid

19 0,337 0,207 Valid

20 0,512 0,207 Valid

21 0,354 0,207 Valid

22 0,612 0,207 Valid

23 0,535 0,207 Valid

24 0,363 0,207 Valid

25 0,369 0,207 Valid

26 0,422 0,207 Valid

27 0,327 0,207 Valid

28 0,444 0,207 Valid

29 0,576 0,207 Valid

30 0,568 0,207 Valid

31 0,282 0,207 Valid

32 0,591 0,207 Valid

33 0,450 0,207 Valid

Jiwa

Kewirausahaan

(59)

Tabel 3.4

Hasil Pengujian Validitas pada Variabel Kultur Keluarga

Variabel Pertanyaan no.

rhitung rtabel Keterangan

1 0,960 0,207 Valid

2 0,960 0,207 Valid

3 0,493 0,207 Valid

4 0,761 0,207 Valid

5 0,732 0,207 Valid

6 0,960 0,207 Valid

7 0,384 0,207 Valid

8 0,732 0,207 Valid

9 0,658 0,207 Valid

10 0,429 0,207 Valid

11 0,570 0,207 Valid

12 0,493 0,207 Valid

13 0,482 0,207 Valid

14 0,960 0,207 Valid

15 0,667 0,207 Valid

16 0,960 0,207 Valid

17 0,493 0,207 Valid

Kultur Keluarga

18 0,960 0,207 Valid

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen (Sugiyono, 1999:111). Oleh karena itu jika instrumen valid, maka pasti juga reliabel. Uji reliabilitas mengindikasikan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Untuk menguji reliabilitas digunakan rumus Alpha (Suharsimi Arikunto, 2005:180) :

(60)

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal 2

b

 = jumlah varians butir 2

t

 = varians total

Hasil uji coba instrumen kemudian diinterpretasikan melalui tabel sebagai berikut:

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai r

Besar nilai r Interpretasi 0,800 – 1,000 Sangat tinggi

0,600 – 0,800 Tinggi

0,400 – 0,600 Cukup

0,200 – 0,400 Rendah

< 0,200 Sangat rendah

Hasil pengujian reliabilitas pada variabel jiwa kewirausahaan dan kultur keluarga dapat dilihat pada angka Cronbach’s Alpha sebesar 0,909 dan 0,948 (lihat lampiran 5 halaman 121). Nilai tersebut diinterpretasikan sangat tinggi. Dengan kata lain tingkat keterandalan dari instrumen variabel jiwa kewirausahaan dan kultur keluarga sangat tinggi, sehingga cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.

H. Teknik Analisis Data

1. Statistik Deskriptif

(61)

Variabel-variabel dalam penelitian ini akan dideskripsikan dengan memberi kriteria melalui Penilaian Acuan Patokan tipe II/PAN II (Masidjo, 1995:157). Selanjutnya akan dilakukan perhitungan rata-rata, median, modus, standar deviasi, dll.

2. Pengujian prasyarat a. Uji normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang terjaring berdistribusi normal atau tidak. Apabila data yang terjaring berdistribusi normal, maka analisis untuk pengujian hipotesis dapat dilakukan. Untuk mengetahui normalitas suatu data perlu dicek keberadaannya agar langkah-langkah selanjutnya dapat dipertanggungjawabkan. Uji normalitas ini menggunakan rumus

Kolmogorov-Smirnovsebagai berikut (Singgih Santoso, 2005:406): D = Fo(x) - F(x)

dengan keterangan :

D = deviasi atau penyimpangan

Fo(x) = distribusi frekuensi kumulatif teoritis

F(x) = distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi

(62)

tidak ada beda antara distribusi data yang dianalisis dengan distribusi teoritis sehingga sebaran data variabel adalah normal pada taraf signifikansi 5%.

b. Uji homogenitas

Pengujian ini digunakan untuk menguji kesamaan beberapa varians populasi yang berdistribusi normal. Dalam uji homogenitas ini, penulis menggunakan ujiBartlett(Sudjana, 1996:263):

ln10 = 2,3026, disebut logaritma asli dari bilangan 10

Dengan taraf nyata α 5%, hipotesis Ho ditolak jika X2 hitung ≥

X2(1-α)(k-1), dimana X2(1-α)(k-1) didapat dari daftar chi-kuadrat dengan peluang (1-α) dan dk=(k-1).

3. Pengujian hipotesis

(63)

parametrik yaitu Anova tidak dapat dilanjutkan dan diganti dengan statistik non parametrik, yaitu chi kuadrat. Langkah-langkah dalam uji chi kuadrat sebagai berikut (Sudjana, 1996:278):

a. Untuk menjawab masalah pertama 1) Merumuskan hipotesis

Ho : Tidak ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari kultur keluarga

Ha : Ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari kultur keluarga

2) Mencari nilai fh

  

R jumlah baris

K jumlah kolom

3) Mencari nilai chi kuadrat (2

)

fo = frekuensi yang diperoleh dari (diobservasi dalam) sampel fh = frekuensi yang diharapkan dalam sampel

4) Menentukan derajat kebebasan dan tingkat kepercayaan dk = (R-1)(K-1)

(64)

R = baris K= kolom

Kemudian ditentukan tingkat kepercayaan sebesar 95% 5) Menentukan kriteria keputusan

Ho diterima apabila 2hitung < 2tabel. Sebaliknya, jika 2hitung >

tabel

2

 maka Ha diterima

6) Pengujian besarnya ketergantungan

Setelah dihitung chi kuadrat (2) dan ditemukan ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, maka langkah selanjutnya adalah menghitung C (koefisien kontingensi) untuk dibandingkan dengan Cmaks

Uji ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen (besar kecilnya perbedaan). Caranya yaitu dengan nilai chi kuadrat diuji dengan koefisian kontingensi sebagai berikut:

C =

n

 2

2

 

dengan keterangan: C = koefisian kontingensi

2

 = hasil perhitungan chi square n = jumlah sampel

(65)

dengan koefisien kontingensi maksimum yang bisa terjadi. Nilai C maksimum dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Cmaks=

m m1

dengan keterangan:

Cmaks= koefisien kontingensi maksimum

M = harga minimum antara B dan K (yakni minimum antara banyak baris dan banyak kolom)

Semakin dekat nilai C dengan Cmaks, maka semakin besar

derajat hubungan antara faktor. Dengan kata lain, faktor yang satu makin berkaitan dengan faktor yang lain.

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap derajat hubungan yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.6 Interpretasi Nilai C

Nilai C Interpretasi

0,80 – 1,00 Sangat tinggi

0,60 - < 0,80 Tinggi

0,40 - < 0,60 Cukup

0,20 - < 0,40 Rendah

(66)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Perkembangan Universitas

1. Latar belakang

Rencana mendirikan suatu Perguruan Tinggi Keguruan lahir ketika Prof. Moh. Yamin, S.H. menjabat Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia. Sampai waktu itu, pendidikan khusus guru-guru SMTP/SMU dilaksanakan oleh kursus BI/BII yang didirikan di berbagai kota di Indonesia. Tetapi sewajarnyalah pendidikan yang amat penting itu diangkat ke taraf keguruan universiter dengan mempertahankan arah dan tujuannya sendiri, yaitu keguruan di sekolah menengah.

Selanjutnya kursus-kursus BI tersebut dianggap crash program,

(67)

Pada awalnya PTPG Sanata Dharma mempunyai empat jurusan, yaitu Bahasa Inggris, Sejarah, IPA, dan Ilmu Mendidik. Pembesar misi Societas Jesus menunjuk Pater Prof. Dr. Nicolaus Drijarkara, S.J. menjadi Dekan PTPG Sanata Dharma, sedangkan Wakil Dekan dipercayakan kepada Pater H. Loeff, S.J. Nama Sanata Dharma sendiri diciptakan oleh Pater K. Looymans, S.J., pejabat Departemen PP dan K di Kawali (Kantor Wali Gereja Indonesia). Aslinya, Sanata Dharma dibaca Sanyata Dharma. Nyata Dharma artinya ”kebaktian yang sebenarnya” atau ”pelayanan yang nyata”. Kebaktian itu ditujukan kepada tanah air, bangsa, dan Gereja (Pro Patria et Eclessia).

2. Perkembangan Selanjutnya

Untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan Pemerintah, dalam hal ini Kementerian P dan K tentang perubahan PTPG menjadi FKIP, maka PTPG Sanata Dharma pada bulan November 1958 berubah menjadi FKIP Sanata Dharma dan merupakan bagian dari Universitas Katolik Indonesia cabang Yogyakarta. Pada masa FKIP ini, Sanata Dharma berhasil memperoleh status DISAMAKAN dengan negeri berdasarkan SK Menteri PTIP No.1/1961, pada tanggal 6 Mei 1961 jo No.77/1962 tanggal 11 Juli 1962. Tetapi secara de facto FKIP-FKIP yang dibentuk dari PTPG tetap berdiri sendiri dan FKIP Sanata Dharma di Universitas Katolik Indonesia Cabang Yogyakarta hanyalah nama di atas kertas saja.

(68)

Sanata Dharma juga berubah menjadi IKIP Sanata Dharma berdasarkan SK Menteri PTIP No.237/B-Swt/U/1965. Surat Keputusan ini berlaku mulai tanggal 1 September 1965. Dalam masa IKIP tersebut, banyak hal berkembang di Sanata Dharma. Perkembangannya meliputi berbagai aspek, baik yang menyangkut pembangunan sarana fisik, administrasi, pengajaran dan penelitian maupun pengabdian pada masyarakat. IKIP Sanata Dharma dilengkapi dengan lembaga-lembaga pendukung, yaitu Pusat Penelitian Sanata Dharma, Pusat Pengabdian pada masyarakat, dan Pusat Komputer. Di samping itu, IKIP Sanata Dharma didukung pula oleh dua biro administrasi , yaitu Biro Administrasi Umum (BAU) dan Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK).

Pada bulan Juli 1979, IKIP Sanata Dharma melaksanakan program S1 (sebelumnya IKIP Sanata Dharma melaksanakan program Sarjana Muda dan Sarjana). Pada saat yang sama Depdikbud juga mempercayakan kepada IKIP Sanata Dharma untuk mengelola program Diploma I, II, dan III pada berbagai jurusan seperti Matematika, Fisika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPS, dan PMP. Berbagai program Diploma ini ditutup pada tahun 1990, dan selanjutnya dibuka program Diploma II PGSD.

(69)

program pendidikannya. Di samping tetap mempertahankan pendidikan guru dengan membuka Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Sanata Dharma juga membuka enam fakultas baru dan dua fakultas perubahan bentuk. Dengan demikian, fakultas-fakultas di Universitas Sanata Dharma mencakup FKIP, Fakultas Ekonomi, Fakultas MIPA, Fakultas Sastra, Fakultas Teknik, Fakultas Farmasi, Fakultas Psikologi, Fakultas Teologi, dan Fakultas Ilmu Pendidikan Agama (FIPA).

(70)

3. Pemimpin awal sampai sekarang

Sejak berdirinya hingga sekarang, Sanata Dharma pernah dipimpin oleh delapan orang Rektor, yaitu:

a. Prof. Dr. N. Drijarkara, S.J. : 1955 - 1967

b. Drs. J. Drost, S.J. : 1968 - 1976

c. Prof. Dr. A. M. Kadarman, S.J. : 1977 - 1984 d. Drs. F. X. Danuwinata, S.J. : 1984 - 1988

e. Drs. A. Tutoyo, M. Sc. : 1988 - 1993

f. Dr. M. Sastrapratedja, S.J. : 1993 - 2001 g. Dr. Paulus Suparno, S.J., MST : 2001 - 2006 h. Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J., M. Sc. : 2006 - sekarang

B. Visi, Misi, dan Tujuan USD

1. Visi

(71)

2. Misi

USD didirikan sebagai lembaga akademis yang menekankan perpaduan IPTEK dan nilai-nilai kemanusiaan, lembaga kritis masyarakat, lembaga yang menjunjung tinggi kebebasan akademis, lembaga pendidikan humanis dan dialogis yang mengembangkan segi intelektual, moral, emosional, dan spiritual mahasiswa secara terpadu, lembaga yang mendidik mahasiswa menjadi manusia yang utuh, kritis, dewasa, dan mamiliki kepekaaan sosial, lembaga yang memberikan pelayanan masyarakat, dan lembaga yang mempersiapkan tenaga kependidikan secara profesional.

3. Tujuan

(72)

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2006 – Februari 2007. Jumlah kuesioner yang dibagikan kepada responden adalah 258 buah. Dari jumlah tersebut, jumlah kuesioner yang kembali dan telah diisi secara lengkap oleh responden adalah 240 buah. Dengan demikian response rate dalam penelitian ini adalah 93%.

A. Deskripsi Data

1. Deskripsi Responden

a. Asal Program Studi (Prodi)

Di Universitas Sanata Dharma, mata kuliah kewirausahaan ditawarkan pada tujuh prodi, yaitu Manajemen, Pendidikan Akuntansi, Pendidikan Ekonomi, Sastra Indonesia, Ilmu Komputer, Teknik Informatika, dan Farmasi-Profesi Apoteker. Berikut disajikan tabel deskripsi responden berdasarkan asal prodi:

Tabel 5.1

Deskripsi Responden Berdasarkan Program Studi

No. Prodi Frekuensi Frek.Relatif

1 Manajemen 95 39,58%

2 Pendidikan Akuntansi 43 17,92%

3 Pendidikan Ekonomi 12 5%

4 Sastra Indonesia 9 3,75%

5 Ilmu Komputer 33 13,75%

6 Teknik Informatika 7 2,92%

7 Farmasi-Profesi Apoteker 41 17,08%

(73)

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dari prodi Manajemen berjumlah 95 orang atau sebanyak 39,58% dari jumlah sampel, responden dari prodi Pendidikan Akuntansi berjumlah 43 orang atau sebanyak 17,92% dari jumlah sampel, responden dari prodi Pendidikan Ekonomi berjumlah 12 orang atau sebanyak 5% dari jumlah sampel, responden dari prodi Sastra Indonesia berjumlah 9 orang atau sebanyak 3,75% dari jumlah sampel, responden dari prodi Ilmu Komputer berjumlah 33 orang atau sebanyak 13,75% dari jumlah sampel, responden dari prodi Teknik Informatika berjumlah 7 orang atau sebanyak 2,92% dari jumlah sampel, dan responden dari prodi Farmasi-Profesi Apoteker berjumlah 41 orang atau sebanyak 17,08% dari jumlah sampel. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini berasal dari prodi Manajemen.

b. Jenis Pekerjaan Orang Tua

Penulis membedakan jenis pekerjaan orang tua ke dalam kategori berwirausaha dan tidak berwirausaha. Berikut disajikan tabel deskripsi responden berdasarkan jenis pekerjaan orang tua:

Tabel 5.2

Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Orang Tua

No. Jenis Pekerjaan Manajemen PAK

Frek. Frek.Relatif Frek. Frek.Relatif 1.

(74)

No. Jenis Pekerjaan Pendidikan Ekonomi Sastr.Indonesia Frek. Frek.Relatif Frek. Frek.Relatif 1.

Jumlah 12 100% 9 100%

No. Jenis Pekerjaan Ilmu Komputer Teknik Informatika Frek. Frek.Relatif Frek. Frek.Relatif 1.

Jumlah 33 100% 7 100%

No. Jenis Pekerjaan Apoteker Jumlah

Frek. Frek.Relatif Frek. Frek.Relatif 1.

Jumlah 41 100% 240 100%

(75)

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pekerjaan orang tua responden dalam penelitian ini tidak berwirausaha.

2. Deskripsi Variabel Penelitian a. Jiwa Kewirausahaan

Tabel 5.3

Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa

Prodi

No. Interval Kategori Manajemen PAK

F Fr F Fr

Jumlah 95 100% 43 100%

Prodi

No. Interval Kategori Pend. Ekonomi Sastr. Indonesia

F Fr F Fr

Jumlah 12 100% 9 100%

Prodi

No. Interval Kategori Ilmu Komputer Tek. Informatika

F Fr F Fr

1 117 – 136 Sangat tinggi 1 3,03% 1 14,29%

2 101– 116 Tinggi 12 36,36% 6 85,71%

3 91 – 100 Cukup 12 36,36% 0 0%

4 81 – 90 Rendah 8 24,24% 0 0%

5 < 81 Sangat rendah 0 0% 0 0%

Jumlah 33 100% 7 100%

Prodi No. Interval Kategori Apoteker

Jumlah

(76)

Keterangan: F = Frekuensi Fr = Frekuensi relatif

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jiwa kewirausahaan dari 16 orang atau 6,67% terkategorikan sangat tinggi, 91 orang atau 37,92% terkategorikan tinggi, 90 orang atau 37,5% terkategorikan cukup, 34 orang atau 14,17% terkategorikan rendah, dan 9 orang atau 3,75% terkategorikan sangat rendah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki jiwa kewirausahaan yang terkategorikan tinggi. Hal ini didukung dengan hasil perhitungan nilai mean = 100,07, median = 100,21, modus = 100,60, dan standar deviasi = 11,42 (lihat lampiran 3 halaman 114).

b. Kultur Keluarga

1) Power Distance

Tabel 5.4

Kultur Keluarga pada DimensiPower Distance

Prodi

No. Interval Kategori Manajemen PAK

F Fr F Fr

1 14 – 16 Sangat kecil 0 0% 0 0%

2 12 – 13 Kecil 1 1,05% 0 0%

3 11 Cukup 5 5,26% 3 6,98%

4 10 Besar 12 12,63% 2 4,65%

5 <10 Sangat besar 77 81,05% 38 88,37%

Jumlah 95 100% 43 100%

Prodi

No. Interval Kategori Pend. Ekonomi Sastr.Indonesia

F Fr F Fr

1 14 – 16 Sangat kecil 0 0% 0 0%

2 12 - 13 Kecil 0 0% 0 0%

3 11 Cukup 1 8,33% 0 0%

4 10 Besar 1 8,33% 3 33,33%

5 <10 Sangat besar 10 83,33% 6 66,67%

Gambar

Tabel 3.1Operasionalisasi Variabel Kultur Keluarga
Tabel 3.2Operasionalisasi Variabel Jiwa Kewirausahaan
Tabel 3.3Hasil Pengujian Validitas pada Variabel Jiwa Kewirausahaan
Tabel 3.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

oeruoertNu,r

Undang- undang kepariwisataan yang bersifat nasional dan menyeluruh sangat diperlukan sebagai dasar hukum dalam rangka pembinaan dan penyelenggaraan kepariwisataan, khususnya

 Jumlah air yang dibutuhkan untuk membasahi keseluruhan luas permukaan agregat dipengaruhi oleh ukuran butir agregat, dimana hubungan antara luas permukaan agregat dengan ukuran

Dimana pada saat sinyal dengan frekuensi 50 Hz tersebut dicapai pada kondisi Ton duty cycle 1.5 ms, maka rotor dari motor akan berhenti tepat di tengah-tengah (sudut 0°/

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sedikit memberikan gambaran kapada perusahaan mengenai tanggapan dari konsumen terhadap toko yang menggunakan iklan mural, sehingga

Berdasarkan latar belakang tersebut, batasan masalah yang disajikan pada penulisan ini adalah untuk menyelesaikan masalah pemrograman non linear khususnya pemrograman kuadratik

14.2 Terhadap Dokumen Isian Kualifikasi terlambat yang disampaikan melalui pos/jasa pengiriman, Panitia Pengadaan Barang/Jasa Kantor Penanaman Modal Daerah membuka sampul luar

pandangan dunia tersebut dalam struktur teks dan struktur sosialnya. Pada kajian sastra bandingan telah dilakukan penelitian dengan objek yang. berbeda, tetapi tidak mengungkapkan