• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Akhir Pengabdian Kepada Masyarakat (Pkm-Fakultas) Pembibitan Mangrove Di Pulau Biawak Kabupaten Indramayu Jawa Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Laporan Akhir Pengabdian Kepada Masyarakat (Pkm-Fakultas) Pembibitan Mangrove Di Pulau Biawak Kabupaten Indramayu Jawa Barat."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM-FAKULTAS)

PEMBIBITAN MANGROVE DI PULAU BIAWAK

KABUPATEN INDRAMAYU JAWA BARAT

Ketua : Syawaludin Alisyahbana Harahap, S.Pi., MSc./NIDN. 0023107608 Anggota : 1. Noir Primadona Purba, S.Pi., M.Si/NIDN. 0017018203

2. Donny Juliandri Prihadi, S.Pi., MSc./NIDN. 0012078006 3. Ankiq Taofiqurohman S, S.Si., M.Si/NIDN. 0003117906

4. Lintang Permata Sari Yuliadi, S.Kom., M.Si/NIDN. 0024028201

Dibiayai Oleh:

Dana Dipa BLU Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan

Universitas Padjadjaran Tahun Anggaran 2013

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

(2)

i 2. Ketua Pelaksana :

a. Nama : Syawaludin A. Harahap, S.Pi., MSc.

b. NIP : 19761023 200812 1 007

c. Pangkat/Golongan : Penata Muda Tingkat I/IIIb

d. Jabatan : Asisten Ahli

e. Fakultas/Program Studi : Perikanan dan Ilmu Kelautan / Ilmu Kelautan

3. Personalia

a. Jumlah Anggota Pelaksana : 4 orang

b. Jumlah Pembantu Pelaksana : 20 orang

1. Lokasi kegiatan : Pulau Biawak 2. Jangka Waktu Pelaksanaan : 1 bulan

3. Sumber dana : DIPA BLU Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

4. Total Biaya Kegiatan : Rp.

(3)

-ii PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga laporan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) ini dapat diselesaikan dan mudah-mudahan sesuai dengan yang diharapkan. PKM ini berjudul “Pembibitan Mangrove Di Pulau Biawak Kabupaten Indramayu Jawa Barat” dilakukan dengan maksud untuk menumbuhkan dan mengimplementasikan kesadaran terhadap konservasi lingkungan dan ekosistem terutama di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil kepada masyarakat baik kepada masyarakat kampus maupun masyarakat sekitar lokasi kegiatan. Selain itu, kegiatan ini dapat menambah pengetahuan dan menambah pengalaman bagi para peserta tentang bagaimana kondisi nyata di lokasi kegiatan. Diharapkan laporan kegiatan ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan kawasan kedepannya.

Pada kesempatan ini pula, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan ini terutama kepada Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad.

Kritik dan saran sangat diharapkan dari berbagai pihak untuk tindak lanjut kegiatan-kegitan kedepan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan stakeholder sebagai salah satu acuan dalam upaya pengelolaan sumberdaya ekosistem dan lingkungan yang ada di P. Biawak secara khusus dan Kabupaten Indramayu Jawa Barat pada umumnya secara optimal dan berkelanjutan.

Jatinangor, Desember 2013

(4)

iii

2.3 Rehabilitasi dan Konservasi Mangrove ... 7

III. MATERI DAN METODE PELAKSANAAN... 9

3.1 Kerangka Pemecahan Masalah ... 9

3.2 Realisasi Pemecahan Masalah ... 9

3.3 Khalayak Sasaran ... 9

3.4 Metode dan Tahapan Kegiatan ... 9

(5)

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Peta lokasi P. Biawak Kabupaten Indramayu. ... 3

Gambar 2. Photo Bersama Para Peserta Kegiatan. ... 10

Gambar 3. Propagul yang sudah ditanam di wadah polybag... 12

Gambar 4. Hamparan Mangrove dan Hutan Pantai yang Ada di P. Biawak ... 13

Gambar 5. Dermaga, Mess dan Mercu Suar yang ada di P. Biawak... 14

Gambar 6. Kapal-kapal nelayan yang singgah di P. Biawak ... 15

Gambar 7. Profil Propagul Rhizophora ... 16

(6)

v

Lampiran 1. Daftar Peserta Kegiatan Pembibitan Mangrove ... 21

Lampiran 2. Lokasi Penempatan Bibit Mangrove... 23

Lampiran 3. Aktifitas Kegiatan Pembibitan Mangrove di P. Biawak ... 24

Lampiran 4. Kegiatan Aksi Bersih Pantai di P. Biawak. ... 28

(7)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi

Pulau Biawak terletak di lepas pantai Laut Jawa, ± 40 km di sebelah utara pantai Indramayu pada posisi 05o56’002” LS dan 108022’015” BT, atau terletak 26 mil (50 km) di sebelah utara Indramayu (Gambar 1). Keadaan topografi datar, beberapa bagian pulau yang ditumbuhi mangrove tergenang air laut terutama pada saat pasang naik. Luas pulau ± 120 Ha, terdiri dari ± 80 Ha hutan bakau dan ± 40 Ha hutan pantai/darat. Panjang pulau dari timur ke barat ± 1 km dan dari utara ke selatan ± 0.5 km. Untuk menuju ke P. Biawak hanya bisa dengan menggunakan kapal nelayan dari pelabuhan Karangsong, dibutuhkan waktu sekitar 4 sampai 5 jam perjalanan untuk sampai di P. Biawak. Pulau Biawak merupakan daerah konservasi dan wisata yang dihuni 1 kepala keluarga. Karena keindahan alamnya yang masih terjaga, P. Biawak sering dijadikan daerah untuk destinasi wisata baik wisata hutan mangrove ataupun wisata bawah airnya. Selain itu, aktifitas nelayan yang berdekatan dengan P. Biawak menjadikan pulau ini sebagai tempat persinggahan sementara baik untuk hanya sekedar beristirahat sambil memperbaiki peralatan penangkapan maupun untuk berlindung dari cuaca buruk dilaut.

Secara umum wilayah pantai dan laut Kabupaten Indramayu berada pada pantai terbuka dan berhadapan langsung dengan Laut Jawa dan di wilayah ini

terdapat 3 buah pulau yaitu P. Biawak, P. Gosong dan P. Rakit Utara/ P. Candikian. P. Biawak merupakan pulau utama dari guus pulau ini dimana saat

(8)

Pemerintah pusat dan daerah telah menerbitkan bebeberapa surat keputusan mengenai status dan kebijakan dasar pengelolaan sumberdaya alam di gugus pulau ini yaitu sebagai berikut :

1) Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan nomor 595/Kpts-II/1997 tentang penunjukkan tanah seluas ± 934 (Sembilan Ratus Tiga Puluh Empat) hektar yang terletak di P. Biawak dan blok/ kelompok hutan cemara rambatan, Kecamatan Losarang dan Sindang, Kabupaten Daerah Tingkat II Indramayu, Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat menjadi kawasan hutan yang pengelolaaanya diserahkan kepada Perhutani.

2) Status pengelolaan sumber daya hayati alam laut di P. Biawak melalui Keputusan Bupati Indramayu Nomor: 556/kep.528-diskanla/2004 penetapan P. Biawak, P. Gosong dan P. Rakit Utara/ P. Candikian dan sekitarnya sebagai kawasan konservasi dan wisata laut. Kawasan konservasi dan wisata laut P. Biawak dan sekitarnya mengembangkan visi konservasi dan misi pelestarian, pendidikan dan ekonomi. Penataan kawasan konservasi dan wisata laut P. Biawak dan sekitarnya dibagi menjadi dua zone dengan kategori sebagai berikut:

A. Internal zone yang merupakan kawasan perlindungan habitat dan populasi sumberdaya hayati.

(9)

3

Gambar 1. Peta lokasi P. Biawak Kabupaten Indramayu.

1.2 Perumusan Masalah

Keberadaan pohon mangrove di sekitar P. Biawak memang sudah menunjukan hal positif, karena di sebagian besar pesisir P. Biawak sudah ditumbuhi dengan pohon mangrove yang baik. Namun ada di beberapa lokasi di P. Biawak yang belum ditanami mangrove. Hal ini tentunya harus kita waspadai, karena biasa saja dari beberapa titik lokasi yang tidak ada mangrovenya bisa mengindikasi bahwa terjadi kerusakan pohon mangrove akibat alam maupun imbas dari aktivitas manusia. Oleh karena itu harus adanya usaha agar pohon mangrove yang ada di P. Biawak tetap di lestarikan dan lokasi yang belum ditumbuhi pohon mangrove harus segera ditanami pohon mangrove.

(10)

mangrove ini akan bermanfaat untuk kegiatan penanaman mangrove kedepan bagi lingkungan pesisir yang belum ditanami pohon mangrove,

1.3 Tujuan dan manfaat

Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah melakukan pembibitan mangrove di P. Biawak. Hasil dari pembibitan mangrove ini diharapkan tersedianya pohon mangrove yang siap untuk ditanam di lokasi-lokasi yang di anggap perlu di kawasan ini sehingga lokasi tersebut akan produktif karena terdapat pohon mangrove sebagai komponen dari ekosistem mangrove itu sendiri. Kegiatan pembibitan mangrove ini juga merupakan bagian dari upaya melestarikan pohon mangrove yang ada di P. Biawak, mengingat bahwa mangrove sangat penting adanya untuk kawasan pesisir. Selain itu juga kegiatan ini membangun rasa peduli terhadap lingkungan pesisir bagi mahasiswa, dosen-dosen serta masyarakat yang turut andil dalam kegiatan ini.

(11)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mangrove

Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut, terutama di pantai yang terlindung, laguna dan muara sungai yang tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam (Kusuma et al. 2003). Menurut FAO, Hutan Mangrove adalah komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah pasang surut. Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis ” Mangue ” dan bahasa Inggris ” grove ” (Macnae 1968) . Dalam Bahasa Inggris kata mangrove digunakan baik untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang surut maupun untuk individu-individu jenis tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen dan hutan payau (bahasa Indonesia). Selain itu, hutan mangrove oleh masyarakat Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Penggunaan istilah hutan bakau untuk hutan mangrove sebenarnya kurang tepat dan rancu, karena bakau hanyalah nama lokal dari marga Rhizophora , sementara hutan mangrove disusun dan ditumbuhi oleh banyak marga dan jenis tumbuhan lainnya. Oleh karena itu, penyebutan hutan mangrove dengan hutan bakau sebaiknya dihindari (Kusmana et al. 2003).

(12)

larva berbagai biota laut. Kondisi seperti ini juga sangat penting dalam menyediakan tempat untuk bertelur, pemijahan dan pembesarkan serta tempat mencari makan berbagai macam ikan dan udang kecil, karena suplai makanannya tersedia dan terlindung dari ikan pemangsa. Ekosistem mangrove juga berperan sebagai habitat bagi jenis-jenis ikan, kepiting dan kerang-kerangan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi (Pramudji 2001).

Lebih lanjut, Pramudji (2001) menjelaskan bahwa secara fisik hutan mangrove juga mempunyai peranan sebagai pelindung kawasan pesisir dari hempasan angin, arus dan ombak dari laut, serta berperan juga sebagai benteng dari pengaruh banjir dari daratan. Tipe perakaran beberapa jenis tumbuhan mangrove (pneumatophore) tersebut juga mampu mengendapkan lumpur, sehingga memungkinkan terjadinya perluasan areal hutan mangrove. Disamping itu, perakaran jenis tumbuhan mangrove juga mampu berperan sebagai perangkap sedimen dan sekaligus mengendapkan sedimen, yang berarti pula dapat melindungi ekosistem padang lamun dan terumbu karang dari bahaya pelumpuran. Terciptanya keutuhan dan kelestarian ketiga ekosistem dari bahaya kerusakan tersebut, dapat menciptakan suatu ekosistem yang sangat luas dan komplek serta dapat memelihara kesuburan, sehingga pada akhirnya dapat menciptakan dan memberikan kesuburan bagi perairan kawasan pantai dan sekitarnya.

2.2 Kerusakan Ekosistem Mangrove

Data mengenai perkiraan luas kawasan mangrove di Indonesia sangat

beragam sehingga sulit untuk mengetahui secara pasti seberapa besar penurunan

luas kawasan mangrove tersebut. Meskipun mangrove tidak terlalu sulit untuk

dikenali dari data citra satelit dan kemudian dipetakan, namun untuk memperoleh

data yang memadai mengenai luas kawasan mangrove pada masa yang lalu dan

saat ini tidak terlalu mudah. Indonesia baru mulai mengumpulkan data mengenai

kawasan mangrove baru dimulai sejak tahun 1930-an (Kint 1934 dalam Noor et

al. 1999). Konversi dan hilangnya mangrove tampaknya bukan merupakan

(13)

7

dari 90 tahun yang lalu, Meindersma (1923) dalam Noor et al. (1999) telah

melaporkan sangat sulit untuk menemukan mangrove yang alami dan tidak

terganggu di Pulau Jawa, kecuali di Segara Anakan dan Teluk Pangong (dekat

selat Bali).

Aktifitas masyarakat yang memberikan sumbangan terbesar terhadap

menurunnya luas kawasan mangrove di Indonesia adalah pengambilan kayu untuk

keperluan komersial serta peralihan peruntukan untuk tambak dan kawasan

pertanian seperti padi dan kelapa bahkan sekarang sudah untuk kegiatan

perkebunan kelapa sawit. Penduduk juga memberikan sumbangan terhadap

penurunan luas mangrove di Indonesia. Seperti diketahui, penduduk setempat

telah memanfaatkan mangrove dalam kurun waktu yang lama, namun diyakini

bahwa kegiatan mereka tidak sampai menimbulkan kerusakan yang berarti pada

ekosistem ini. Akan tetapi, hal tersebut telah berubah dalam dekade terakhir ini

seiring dengan adanya pertambahan populasi penduduk, baik karena pertambahan

alami maupun perpindahan dari luar. Kegiatan masyarakat yang menyebabkan

hilangnya mangrove ini terutama adalah pemanfaatan kawasan mangrove untuk

pembangunan tambak. Fiselier et al. (1990) dalam Noor et al. (1999) bahkan

menyatakan: “Reklamasi untuk keperluan budidaya perikanan, pertanian dan

perkebunan tampaknya saat ini dianggap sebagai suatu kegiatan pembangunan

utama yang berlangsung di kawasan mangrove. Kegiatan reklamasi tersebut

sebenarnya berbiaya tinggi dan acapkali tidak berkelanjutan, serta sering

menimbulkan dampak yang kurang baik terhadap lingkungan. Keuntungan yang

dihasilkan sebagian besar diraup oleh mereka yang datang dari luar, dan hanya

sebagian kecil saja yang dinikmati oleh penduduk setempat, berupa hasil

penangkapan ikan dan pengumpulan hasil hutan yang dilaksanakan secara

tradisional”.

2.3 Rehabilitasi dan Konservasi Mangrove

(14)

mangrove Indonesia adalah pemanfaatan ekosistem mangrove yang harus diimbangi dengan kegiatan rehabilitasi dan konversi ekosistem mangrove harus dikendalikan sehingga tercapai prinsip no net loss.

(15)

9

III. MATERI DAN METODE PELAKSANAAN

3.1 Kerangka Pemecahan Masalah

Orientasi wilayah dilakukan untuk mengetahui lokasi yang tepat untuk dilakukan kegiatan pembibitan mangrove. Area sekitar dermaga serta kawasan pesisir pantai akan menjadi sasaran utama pelaksanaan kegiatan ini, sehingga diharapkan dapat mewakili kondisi tingkat kerapatan pohon mangrove yang ada di P. Biawak yang berkaitan dengan aktivitas wisatawan atau nelayan sekitar. Hal ini disebabkan oleh aktifitas Nelayan dan wisatawan serta pengaruh gangguan alam yang terjadi di P. Biwak. Solusi alternatif untuk masalah pohon mangrove di sepanjang pesisir P. Biawak akan menjadi fokus utama kegiatan ini.

3.2 Realisasi Pemecahan Masalah

Salah satu solusi alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan kegiatan penanaman bibit mangrove yang dapat melibatkan banyak orang. Kegiatan ini juga berpotensi untuk meningkatkan kesadaran nelayan dan wisatawan akan arti penting keberadaan pohon mangrove di P. Biawak. Selain itu, pemasangan spanduk dan pamflet tentang pelestarian pohon mangrove di lokasi tersebut juga akan membantu mengurangi aktivitas perusakan pohon mangrove di pesisir pantai tersebut.

3.3 Khalayak Sasaran

Lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat kegiatan adalah di pesisir pantai P. Biawak yang menjadi pusat aktifitas nelayan dan pariwisata di pulau ini. Tempat ini dipilih karena merupakan daerah konservasi dan daerah wisata. Adapun kelompok sasaran dari kegiatan ini adalah selain dosen dan mahasiswa adalah nelayan dan wisatawan yang ada di P. Biawak.

3.4 Metode dan Tahapan Kegiatan

(16)

yang terdiri dari dosen, mahasiswa, pengelola P. Biawak dan serta nelayan yang ada di P. Biawak (Gambar 2dan Lampiran 1).

Gambar 2. Photo Bersama Para Peserta Kegiatan.

Cara penanaman yang dilakukan di hutan mangrove berbeda dengan metode yang telah dilakukan sebelumnya terhadap pohon-pohon baik didataran maupun di pegunungan. Menurut Kitamura et al. (1997), pada umumnya penanaman mangrove dapat dilakukan dengan dua cara yaitu (1) dengan menanam langsung buah mangrove (propagul) ke lokasi penanaman dan (2) dengan cara persemaian bibit. Penanaman secara langsung berpotensi tingkat kelulushidupan yang rendah yaitu sekitar 20-30%. Hal ini karena faktor lingkungan serta predator yang mungkin menggangu tanpa adanya kontrol hingga propagul tersebut bisa menyesuaikan dengan lingkungannya. Sedangkan dengan cara persemaian dan pembibitan, tingkat kelulushidupannya relative tinggi yaitu sekitar 60-80%.

(17)

11

disediakan di dalam polybag. Untuk melakukan kegiatan pembibitan mangrove, secara umum ada beberapa hal utama yang harus menjadi perhatian dalam pelaksanaan kegiatan berikut ini:

1. Sebelum Kegiatan

- Koordinator kegiatan melakukan survey daerah yang tepat untuk dijadikan lokasi kegiatan pembibitan mangrove.

- Memperhatikan bahan-bahan logistik yang akan diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan, seperti sarung tangan, sekop kecil, polybagdll. - Mempersiapkan juga alat pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) di

lokasi kegiatan.

- Memastikan pula para peserta agar tahu apa yang harus dilakukan bila menghadapi masalah saat di lapangan dan prosedur yang telah di berikan saat briefing.

- Melakukan simulasi atau penjelasan tentang teknis kegiatan kepada para peserta.

- Melakukan pembagian kelompok agar mempermudah serta mengefisienkan waktu.

2. Selama Kegiatan

- Mempersiapkan tempat-tempat cek-poin untuk para peserta, termasuk semua kebutuhan logistik yang diperlukan.

- Menetukan zona atau area tempat persiapan pembibitan mangrove. - Melakukan pengambilan sampah seperti yang tercantum dalam ICC data

card.

- Memberikan apresiasi terhadap para peserta dalam berbagai bentuk, seperti stiker, kaos, topi, dll.

3. Setelah Kegiatan

- Mengumpulkan dokumentasi selama kegiatan berlangsung.

(18)

Langkah-langkah yang dilakukan di dalam kegiatan pembibitan mangrove ini adalah sebagai berikut:

1. Propagul dipanen dari tegakan mangrove yang telah memiliki buah yang telah siap untuk ditanam sebab propagul tersebut telah dibuahi pada saat masih dipohon dan istilah ini disebut dengan vivipari. Sebanyak 162 buah propagul dikumpulkan saat trackingdi sekitar P. Biawak.

2. Propagul kemudian ditancapkan ke dalam polybag yang telah diisi pasir sebelumnya dengan menancapkan propagul tersebut ke dalam pasir sedalam 15-20 cm atau 1/3 dari panjang propagul (Gambar 3).

3. Propagul yang sudah ditanam di dalam polybag kemudian diletakan pada posisi yang telah di tentukan lalu di bawa dari pesisir pantai ke lokasi dengan menggunakan rubber boat.

4. Peletakan bibit propagul harus sesuai dengan kondisi pesisir disana, pada saat pasang propagul tersebut tidak boleh tenggelam.

5. Propagul di letakan dengan jarak sekitar 20x20 cm.

Peserta terdiri dari mahasiswa Unpad, dosen FPIK Unpad, serta warga pengelola kawasan yang bersedia menjadi sukarelawan. Sebelum melakukan aktifitas pembibitan mangrove, peserta akan diberikan penjelasan awal mengenai teknis pelaksanaan pembibitan mangrove. Selain itu, peserta juga diberikan lembaran kuesioner sebagai pre-tes sebelum kegiatan dilaksanakan.

(19)

13

IV. HASIL KEGIATAN

4.1 Gambaran Lokasi Pembibitan

Kegiatan pembibitan mangrove ini dilakukan di Pulau Bompies atau P. Rakit dan lebih dikenal dikalangan nelayan dengan sebutan P. Biawak yang merupakan salah satu pulau yang menjadi destinasi wisata bahari yang ada di Jawa Barat. Luas pulau ini hampir sekitar 32 Ha dengan panjang garis pantai sekitar 4,88 km. Sepanjang pantai P. Biawak ditumbuhi oleh hutan pantai dan juga mangrove yang masih cukup rapat (Gambar 4). Disekitar mangrove terdapat sarang biawak dan biota laut lainnya.

Gambar 4. Hamparan Mangrove dan Hutan Pantai yang Ada di P. Biawak

(20)

Gambar 5. Dermaga, Mess dan Mercu Suar yang ada di P. Biawak

(21)

15

Gambar 6. Kapal-kapal nelayan yang singgah di P. Biawak

4.2 Pembibitan Mangrove

Pada survei yang telah dilakukan di P. Biawak, stasiun kegiatan pembibitan mangrove ini ditempatkan di lokasi bagian tenggara pulau yang dianggap sesuai untuk tumbuhnya bibit-bibit mangrove tersebut. Pembibitan mangrove pada lokasi tersebut berada di sebelah kiri dari dermaga P. Biawak. Penentuan lokasi penanaman bibit mangrove di daerah tersebut dikarenakan di daerah itu terdapat ruang yang belum di tanami mangrove dan mangrove yang rusak ataupun mati (Lampiran 2).

(22)

tipe buah bulat. Tipe propagul berbentuk bulat-lonjong-memanjang seperti pada jenis Avicennia dan Rhizophora dan tipe buah bulat berbentuk bulat dengan variasi bulat lancip seperti Sonneratia. Pada Kegiatan pembibitan mangrove ini, propagul yang ditanam adalah dari jenis Rhizophora (Gambar 7).

Gambar 7. Profil Propagul Rhizophora Sumber: Priyono (2010)

Peletakan bibit-bibit mangrove dibagi menjadi dua kelompok besar, satu kelompok berada di sebelah utara lahan kosong, lalu kelompok kedua berada di sebelah selatan lahan kosong, sehingga yang semula lahan tersebut kosong kini sudah ditempatkan bibit mangove. Hasil pembibitan mangrove ini diserahterimakan oleh wakil dari FPIK Unpad yaitu Bapak Noir P. Purba, M.Si kepada pihak pengelola P. Biawak yang diwakili oleh Pak Subur (Gambar 8).

(23)

17

kelestarian ekosistem yang ada di pesisir dan pulau-pulau kecil (Lampiran 5). Diharapkan dari rangkai kegiatan ini dapat meningkatkan kesadaran kita terhadap pentingnya menjaga kelestarian ekosistem dan mudah-mudahan kegiatan-kegiatan semacam ini terus dapat dilaksanakan secara berkelanjutan dan terus meningkat baik secara kuantitas maupun kualitasnya.

(24)

18 5.1 Kesimpulan

Secara keseluruhan dari kegiatan pembibitan mangove ini dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain :

1. Terdapat beberapa lokasi yang belum ditanami pohon mangrove walaupun kerapatan pohon mangrove di P. Biawak secara keseluruhan terbilang baik. 2. Secara umum lokasi yang belum ada pohon mangrovenya dimungkinkan

karena adanya aktivitas nelayan yang membuat pohon mangrove tidak ada serta kemungkinan karena aktivitas alam yang mempengaruhi pertumbuhan mangrove tersebut.

3. Belum adanya kesadaran dari masyarakat untuk menjaga serta melestarikan pohon mangrove pada tempat yang telah ditentukan.

5.2 Saran

Saran yang perlu disampaikan untuk dapat menjadi pertimbangan pada kegiatan-kegiatan selanjutnya yang berkaitan dengan kegiatan ini adalah:

1. Secara berkelanjutan perlu dilakukan kegiatan pembibitan mangrove serta penanaman mangrove yang sumber pohonnya berasal dari kegiatan pembibitan mangrove tersebut sekaligus melakukan monitoring terhadap bibit-bibit mangrove yang telah disemai sehingga tumbuh dan berkembang dengan baik.

2. Diperlukan penanganan mangrove terpadu di P. Biawak mengingat tidak adanya penanganan terhadap pohon mangrove sampai saat ini.

(25)

19

UCAPAN TERIMA KASIH

(26)

20

Katimura, S., C. Anwar, A. Chaniago, S. Baba. 1997. Buku Panduan Mangrove di Indonesia. Bali dan Lombok. Departemen Kehutanan Republik Indonesia dan Japan International Cooperation Agency.

Noor, Y. R,. M. Khazali, dan I. N. N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor.

Pramudji. 2001. Ekosistem Hutan Mangrove Dan Peranannya Sebagai Habitat Berbagai Fauna Aquatik. Jurnal Oseana.21 (4): 13-23. ISSN 0216-1877 Priyono, A. 2010. Panduan Praktis Teknik Rehabilitasi Mangrove di Kawasan

Pesisir Indonesia. KeSEMaT, Semarang Jawa Tengah Indonesia 50275. http://dprd.indramayukab.go.id/component/content/article/3-baru/9-pulau

biawak.html

(27)

21 LAMPIRAN

(28)
(29)

23

(30)
(31)

25

(32)
(33)

27

(34)
(35)

29

Gambar

Gambar 1. Peta lokasi P. Biawak Kabupaten Indramayu.
Gambar 2. Photo Bersama Para Peserta Kegiatan.
Gambar 3. Propagul yang sudah ditanam di wadah polybag
Gambar 4. Hamparan Mangrove dan Hutan Pantai yang Ada di P. Biawak
+5

Referensi

Dokumen terkait

Perumusan masalah yang akan dibahas adalah apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada nelayan di Kecamatan

Modifikasi dilakukan dengan Focus Group Discussion (FGD). Subjek dan populasi penelitian adalah siswa Kelas IX SMP Islam Diponegoro. Sampel penelitian adalah kelas IXC dan IXD.

Skripsi ini berjudul Pemikiran Jurgen Habermas tentang Pengetahuan dan Relevansinya Dengan Perkembangan Teologi Islam. Dua permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini

Tujuan dari penulisan ini adalah adalah membuat simulasi jam pendistribusian air yang efektif khusus untuk kecamatan Ngawen dengan bantuan program Epanet 2.0, sehingga diperoleh

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) untuk mengetahui kesiapsiagaan siswa Kelas II IPS SMAN 1 Cawas Kabupaten Klaten terhadap bencana gempabumi di Kabupaten Klaten,

Terhadap pendatang yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 dan pasal 47 Peraturan Daerah ini, Bupati Kabupaten Kotawaringin Timur berhak melakukan upaya

Mewarisi sebuah perusahaan merupakan hal yang wajar namun mengembangkannya menjadi sebuah kerajaan bisnis merupakan pencapaian luar biasa yang hanya bisa dilakukan oleh

Seluruh Dosen, Karyawan, dan Seluruh Civitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya yang telah memberikan semangat dan banyak membantu dalam penulisan skripsi