• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUKURAN EFISIENSI RELATIF PERUSAHAAN YAKULT DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) DI WILAYAH SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGUKURAN EFISIENSI RELATIF PERUSAHAAN YAKULT DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) DI WILAYAH SURABAYA."

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUKURAN EFISIENSI RELATIF PERUSAHAAN YAKULT

DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

DI WILAYAH SURABAYA

SKRIPSI

OLEH :

DENI SUSANTO

0732015025

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan petunjuk dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan

Tugas Akhir yang berjudul PENGUKURAN EFISIENSI RELATIF

PERUSAHAAN YAKULT DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT

ANALYSIS (DEA) DI WILAYAH SURABAYA tanpa ada halangan dan rintangan

yang berarti.

Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S-1 di

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dalam penyelesaian laporan ini penulis tidak mungkin dapat bekerja

sendiri tanpa ada bantuan dari orang lain. Untuk itu penulis mengucapkan banyak

terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung

telah membantu:

1. Ir. Sutiyono, MMT. selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM. selaku Ketua Jurusan Teknik Industri

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya.

3. Ibu Enny Ariyani, ST, MT. selaku Dosen Pembimbing I Tugas Akhir.

4. Bapak Ir. Anang Fahrodji, MT. selaku Dosen Pembimbing II Tugas Akhir.

5. Seluruh Kepala Unit beserta jajarannya yang telah membantu memberikan

data-data yang dibutuhkan dalam penelitian Tugas Akhir.

6. Bapak, Ibu beserta semua keluarga yang selalu memberikan dukungan,

(3)

7. Terima Kasih Khusus dan sejuta kali terima kasih untuk Teman–teman TI

SORE ’07 yang terus memberikan semangat.

Serta pihak-pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan

satu-persatu, disini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan

pembaca, perusahaan serta lembaga pada umumnya.

Surabaya, 05 Januari 2012

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.4. Batasan Masalah ... 3

1.5. Asumsi ... 3

1.6. Manfaat Penelitian ... 4

1.7. Sistematika Penulisan... 4

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Efisiensi dan Efektivitas. ... 6

2.2 Produktivitas dan Efisiensi ... 7

2.3 Konsep Efisiensi Relatif ... 10

2.4 Data Envelopment Analysis (DEA) ... 14

2.4.1 Pengertian DEA ... 15

(5)

2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan DEA ... 18

2.4.4 Model Matematis DEA ... 19

2.4.5 Slack pada DEA ... 26

2.5 Aplikasi DEA ... 28

2.5.1 Peer Group ... 28

2.5.2 Identifikasi Operasi yang Efisien ... 29

2.5.3 Penetapan Target ... 29

2.6 Analisa Korelasi ... 30

2.6.1 Pengantar Analisis Korelasi ... 30

2.6.2 Asumsi pada Analisa Korelasi ... 31

2.6.3 Proses Dasar dari Analisis Korelasi ... 31

2.7 Analisa Cluster (Hierarchial Cluster) ... 32

2.8 Penelitian Terdahulu ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

3.2 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional ... 35

3.2.1 Identivikasi Variabel ... 35

2.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 36

3.3 Flow Chart Pemecahan Masalah ... 39

3.4 Metode Pengolahan Data ... 47

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1. Pengumpulan Data ... 50

(6)

4.1.2. Identifikasi Variabel yang Digunakan ... 51

4.1.3. Pengelompokan Input dan Output ... 51

4.1.4. Pengumpulan Data Input dan Output... 52

4.2. Pengolahan Data ... 54

4.2.1. Analisa Korelasi Faktor ... 54

4.2.2. Identifikasi Model Matematis DEA ... 55

4.2.3. Perhitungan Efisiensi Tiap DMU ... 58

4.2.4. Penentuan DMU Efisien dan Inefisien ... 58

4.2.5. Analisa Variabel DEA ... 59

4.2.6. Penentuan Peer Group ... 62

4.2.7. Perhitungan Target Input dan Output ... 66

4.2.8. Strategi Perbaikan dan Analisa Sensitivitas ... 74

4.2.9. Perangkingan DMU ... 78

4.3. Analisa dan Pembahasan ... 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 88

5.2. Saran ... 89

(7)

DAF TAR GAMBAR

2.1. Ilustrasi Efisiensi dan Produktivitas ... 8

2.2. Hubungan Efisiensi, Efektivitas Dan Produktifitas Peer Group ... 9

2.3. Sistem Produksi Dalam Industri ... 10

2.4. Peer Group ... 16

2.5. Ilustrasi Input Slack ... 27

2.6. Ilustrasi Output Slack ... 28

3.1. Flowchart Pemecahan Masalah ... 40

(8)

DAF TAR TABEL

2.1.Perbedaan Pendekatan Parametrik dan Non-parametrik dalam

Pengukuran Efisiensi Relatif ... 13

2.2. Scale Eficiency ... 39

4.1. Variabel-variabel yang Digunakan dalam Penelitian ... 51

4.2. Pengelompokan Variabel Input dan Output ... 51

4.3. Data Input dan Output Kantor Cabang Yakult wilayah Surabaya ... 53

4.4. Variabel Input dan Output yang Dianalisa Lebih Lanjut ... 55

4.5. Nilai Efisiensi Relatif (Technical Efficientcy) DMU ... 58

4.6. DMU yang Efisien dan Inefisien ... 59

4.7. Hasil Perhitungan DEA CRS Primal... 60

4.8. Besar Bobot Variabel DMU 5 ... 62

4.9. Hasil Clustering ... 63

4.10. Jarak Euclidean DMU ... 64

4.11. Peer Group DMU Inefisien ... 65

4.12. Nilai Variabel Optimal Model DEA CCR CRS Dual ... 67

4.13. Nilai Variabel Optimal Model DEA BCC VRS Dual ... 68

4.14. Nilai Scale Efficiencty ... 69

4.15. Target Perbaikan DMU 4 ... 73

4.16. Nilai Dual Price DEA CCR CRS Dual DMU 4 ... 75

4.17. Hasil Analisa Sensitivitas DMU 4 ... 78

4.20. Perankingan DMU ... 79

(9)

4.22. Nilai

=

k 1 j

ij ijv

w ... 81

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Analisa Korelasi dengan Software SPSS 17.00

Lampiran B Perhitungan DEA CCR CRS Primal dengan Software Lindo 6.1

Lampiran C Analisa Cluster dengan Software SPSS 17.00

Lampiran D Perhitungan DEA BCC CRS Dual dengan Software Lindo 6.1

Lampiran E Perhitungan DEA BCC VRS Dual dengan Software Lindo 6.1

(11)

ABSTRAKSI

Kemajuan di segala bidang telah menyebabkan perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat. Ritme kehidupan yang menuntut segala sesuatu serba cepat dengan waktu yang terbatas, menuntut adanya jenis makanan dan minuman instan dan sehat untuk memenuhi asupan gizi masyarakat setiap hari. Banyak hal yang dilakukan masyarakat untuk menjaga stamina tubuh agar kondisinya tetap baik, salah satunya dengan cara mengkonsumsi minuman-minuman kesehatan seperti yakult.

Di wilayah Surabaya terdapat enam kantor cabang Yakult, dengan berjalannya waktu kegiatan operasionalnya semakin lama semakin tidak efisien hal ini disebabkan salah satunya semakin tingginya biaya operasional dan pencapaian target penjualan yakult menurun, untuk itu perlu dilakukan analisa efisiensi produktivitas tiap-tiap kantor cabang sehingga perusahaan dapat melakukan langkah-langkah perbaikan secara berkesinambungan kearah peningkatan efisiensi tersebut. Hal penting dalam peningkatan efisiensi adalah penetapan target input dan output yang diperlukan bagi manajemen dalam melakukan monitoring setelah pengukuran kebutuhan pasar. Dengan menetapkan target, akan dapat dilakukan perbaikan input dan output untuk meningkatkan produktivitas tiap-tiap wilayah kantor cabang yang tidak efisien.

Dengan adanya masalah tersebut maka dilakukan penelitian dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) sehingga dapat diketahui efisiensi masing-masing kantor cabang Yakult yang ada di wilayah Surabaya dan menentukan strategi perbaikan bagi kantor cabang yakult yang inefisien.

Dari hasil penelitian, terdapat lima kantor cabang Yakult yang efisien di wilayah Surabaya yaitu Kantor Cabang Rungkut, Kantor Cabang Bubutan, Kantor Cabang Gubeng, Kantor Cabang Wiyung, dan Kantor Cabang Tambak Sari. Sedangkan kantor cabang yang tidak efisien yaitu Kantor Cabang Wonokromo. Variabel input yang perlu dikurangi adalah jumlah tenaga penjual dari 16 orang dikurangi menjadi 13 orang, jumlah staff dari 3 orang dikurangi menjadi 2 orang, jumlah absensi dari 51 hari dikurangi menjadi 40 hari, dan jumlah botol kembali dari 35.803 botol dikurangi menjadi 29.237 botol. Sedangkan variabel output yang perlu ditingkatkan adalah jumlah target penjualan sales dari 98,4 % menjadi 100,8 %, dan output yang tidak perlu ditingkatkan yaitu jumlah penjualan sebesar 1.249.775 botol.

(12)

ABSTRACT

Progress at all area has causesed life style change and society consumption pattern. Life rythm that demand everything completely fast with limited life, demand food kind existence and instant drink and well to fulfill society nutrient every day. Many matters that done society to watch over body power so that good permanent the condition, one of them by consuming well-being drinks like Yakult.

In Surabaya found six office of branch Yakult, with walk it the operational activity time longer more this matter inefficient is caused one of them more operating expenses height and sales target achievement Yakult decreased, for that necessary be done productivity efficiency analysis every office of branch so that company can do repair steps chronically towards efficiency enhanced. Important matter in efficiency enhanced target stipulating input and output that need for the management in do monitoring after market need measurement. With decide target, can be done repair input and output to increase productivity every office of branch area inefficient.

With problem existence so be done watchfulness by using Data Envelopment Analysis (DEA) method so that knowable efficiency each office of branch Yakult exist in area Surabaya and determine repair strategy for office of branch Yakult inefisien.

From watchfulness result, found five office of branch Yakult efficient at area Surabaya that is office of branch Rungkut, office of branch Bubutan, office of branch Gubeng, office of branch Wiyung, and office of branch Tambak Sari. While office of branch inefficient that is office of branch Wonokromo. Input necessary reduced seller energy total from 16 person reduced to be 13 person, total staff from 3 person reduced to be 2 person, attendance total from 51 days reduceds to be 40 days, and bottle total returns from 35.803 bottle reduceds to be 29.237 bottle. while output necessary increased sales target total from 98,4 % be 100,8 % and output unnecessary increased that is sale total as big as 1.249.775 bottle.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan di segala bidang telah menyebabkan perubahan gaya hidup dan

pola konsumsi masyarakat. Ritme kehidupan yang menuntut segala sesuatu serba

cepat dengan waktu yang terbatas, menuntut adanya jenis makanan dan minuman

instan dan sehat untuk memenuhi asupan gizi masyarakat setiap hari. Kesadaran

akan kesehatan terjadi seiring semakin tingginya mobilitas masyarakat akan

tuntutan dunia yang semakin maju. Banyak hal yang dilakukan masyarakat untuk

menjaga stamina tubuh agar kondisinya tetap baik, salah satunya dengan cara

mengkonsumsi minuman-minuman kesehatan seperti yakult.

Di kota Surabaya terdapat enam kantor cabang Yakult yang tersebar di

seluruh wilayah Surabaya. Sejalan dengan perkembangannya, kegiatan

operasional di kantor-kantor cabang tersebut semakin lama semakin kurang

efisien hal ini disebabkan karena semakin tingginya biaya operasional dan

pencapaian target penjualan Yakult menurun, untuk itu perlu dilakukan analisa

efisiensi produktivitas tiap-tiap kantor cabang sehingga perusahaan dapat

melakukan langkah-langkah perbaikan secara berkesinambungan kearah

peningkatan efisiensi tersebut. Hal penting dalam peningkatan efisiensi adalah

penetapan target input dan output yang diperlukan bagi manajemen dalam

melakukan monitoring setelah pengukuran kebutuhan pasar. Dengan menetapkan

target, akan dapat dilakukan perbaikan input dan output untuk meningkatkan

(14)

Dengan adanya masalah tersebut maka dilakukan penelitian dengan

menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) sehingga dapat

diketahui efisiensi masing-masing kantor cabang yakult yang ada di wilayah

Surabaya dan menentukan strategi perbaikan bagi kantor cabang Yakult yang

inefisien.

DEA merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam

pengukuran efisiensi perusahaan dengan kelebihan yaitu mengakomodasikan

banyak input maupun output dalam banyak dimensi, sehingga akan didapatkan

suatu pengukuran efisiensi yang lebih akurat sebagai langkah awal dalam

meningkatkan pemasaran. DEA diaplikasikan secara luas dalam evaluasi

performace pada institusi pendidikan, rumah sakit, cabang bank, production plan

dan lain-lain.

1.2 Per umu san Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang akan dibahas dalam

penelitian ini adalah “Berapa tingkat efisiensi bagi masing-masing kantor

cabang Yakult yang ada di wilayah Surabaya dan bagaimana strategi perbaikan

bagi kantor cabang yang inefisien”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian tentang permasalahan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui besarnya nilai efisiensi relatif dari masing-masing kantor cabang

Yakult di wilayah Surabaya.

(15)

1.4 Batasan Masalah

Agar dalam penulisan penelitian tugas akhir ini dapat mencapai sasaran

yang diharapkan maka diperlukan batasan terhadap masalah yang akan dibahas,

yaitu sebagai berikut:

1. Analisa dilakukan di enam kantor cabang Yakult yang berada di wilayah

Surabaya yakni Cabang Rungkut, Cabang Bubutan, Cabang Gubeng, Cabang

Wonokromo, Cabang Wiyung, Cabang Tambak Sari.

2. Data yang diolah yaitu data yang diperoleh selama periode bulan Januari 2011

sampai bulan Oktober 2011.

3. Analisa dibatasi pada aspek-aspek yang terlibat dalam model DEA yang

digunakan dalam penelitian.

4. Penyelesaian masalah dibatasi sampai hasil dari input dan output yang

diperoleh tentang efisiensi tiap kantor cabang Yakult yang diteliti.

1.5 Asumsi

Asumsi-asumsi yang diperlukan untuk menganalisa penelitian tugas akhir

ini adalah sebagai berikut:

1. Data input dan output yang dijadikan dasar model diperoleh dari pertimbangan

dan dianggap cukup mewakili untuk mengukur efisiensi dari enam kantor

cabang Yakult wilayah Surabaya.

2. Pengidentifikasi input dan output dilakukan oleh orang-orang yang

berkompeten dibidangnya.

3. Sumber daya yang ada di tiap kantor cabang Yakult wilayah Surabaya tersebut

(16)

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari peneilitan yang dilakukan adalah sebagai

berikut:

1. Dapat meningkatkan efisiensi bagi kantor cabang Yakult wilayah Surabaya

yang inefisien.

2. Dapat menjadi dasar bagi perusaahan dalam melakukan perbaikan-perbaikan

strategi pemasaran dan menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan.

3. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang metode DEA (Data

Envelopment Analysis).

1.7 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman atas materi-materi yang dibahas dalam

skripsi ini maka berikut ini akan diuraikan secara garis besar isi dari

masing-masing bab sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah dilakukannya

penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

batasan masalah dan asumsi, serta sistematika penulisan yang

digunakan dalam penelitian.

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang teori-teori yang melandasi setiap langkah

dalam penelitian. Teori tersebut digunakan sebagai acuan dalam

(17)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang langkah-langkah sistematis yang dilakukan

dalam penelitian. Langkah-langkah penelitian yang telah

ditetapkan tersebut merupakan suatu kerangka yang dijadikan

pedoman dalam melaksanakan penelitian.

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan tentang hasil pengukuran yang diperoleh,

lalu diolah dan dianalisa, serta selanjutnya dilakukan pemecahan

masalah.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-saran yang diambil

dari hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan

sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

(18)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Efisiensi Dan Efektivitas

Efisiensi adalah perbandingan atau rasio dari keluaran (output) dengan

masukkan (input). Efisiensi mengacu pada bagaimana baiknya sumber daya

digunakan untuk menghasilkan output.

Efektivitas adalah derajat pencapaian tujuan dari sistem yang diukur

dengan perbandingan atau rasio dari keluaran (output aktual) yang dicapai dengan

keluaran (output) standard yang diharapkan.

Efisiensi dapat dikatakan sebagai penghematan penggunaan sumber daya

dalam kegiatan organisasi, dimana efisiensi pada ‘daya guna’. Dengan efisiensi

dimaksudkan pemakaian sumber daya yang lebih sedikit untuk mencapai hasil

yang sama. Efisiensi merupakan ‘ukuran’ yang membandingkan rencana

penggunaan masukan (input) dengan realisasi penggunaannya. Efisiensi 100%

sangat sulit dicapai, tetapi efisiensi yang mendekati 100 % sangat diharapkan dan

konsep ini lebih berorientasi pada input daripada output.

Pencapaian suatu kumpulan hasil yang telah direncanakan merujuk kepada

efektivitas. Jadi pemakaian sumber daya disini tidak dipersoalkan. Dengan kata

lain, efektivitas berurusan dengan seberapa baik hasilnya tercapai, dimana

efektivitas merujuk pada ‘hasil guna’. Jadi efektivitas merupakan ukuran yang

menyatakan seberapa baik atau seberapa jauh sasaran (kualitas, kwantitas dan

waktu) telah tercapai. Nilai efektivitas dicerminkan oleh perbandingan nilai output

(19)

dicapai, makin tinggi tingkat efektivitasnya. Konsep efektivitas yang tinggi belum

tentu menunjukan efisiensi yang tinggi pula. Suatu proses dikatakan lebih efektif

bila dengan masukan (input) yang sama diperoleh keluaran (output) yang lebih

besar, hasil yang lebih baik atau dalam waktu lebih singkat.

2.2 Pr oduktivitas dan Efisiensi

Berdasarkan Sumanth (1985), produktivitas adalah perbandingan atau

rasio antara output dengan input. Dengan diketahui nilai index produktivitas,

maka akan diketahui pula seberapa efektif proses produksi yang telah digunakan

untuk meningkatkan output dan seberapa efisien pula sumber-sumber input yang

telah berhasil dihemat.

Selain pengertian produktivitas diatas, banyak definisi tentang

produktivitas telah bermunculan dimana antara satu dengan yang lain sangat

memungkinkan untuk memiliki perbedaan, namun secara umum terdapat tiga tipe

dasar dari produktivitas yang akan didefinisikan berikut :

1. Produktivitas Parsial (Partial Productivity)

Produktivitas parsial merupakan rasio dari output terhadap satu jenis input

tertentu. Sebagai contoh: produktivitas tenaga kerja (rasio dari output terhadap

input tenaga kerja), produktivitas material (rasio dari output terhadap input

material), ataupun produktivitas modal (rasio output terhadap input modal).

(Vincent Gaspersz, 1998)

2. Produktivitas Total Faktor (Total Factor Productivity)

Produktivitas total faktor merupakan rasio dari net output terhadap jumlah

(20)

dikurangi barang setengah jadi maupun service yang diberikan. (Vincent

Gaspersz, 1998)

3. Produktivitas Total (Total Productivity)

Produktivitas total merupakan rasio total output terhadap jumlah dari seluruh

faktor input yang ada. Produktivitas total merefleksikan dampak gabungan

dari semua input dalam memproduksi output. (Vincent Gaspersz, 1998)

Produktivitas dan efisiensi adalah dua konsep penting dalam mengukur

performance. Produktivitas seperti yang sudah dijelaskan diatas dapat

didefinisikan sebagai rasio output dengan input. Definisi ini mudah dan dapat

diterangkan dengan jelas oleh suatu kondisi produksi dimana ada satu output dan

satu input. Tetapi pada umumnya produksi memiliki multiple output dan input.

Efisiensi dapat didefinisikan sebagai tingkat penggunaan sumber daya yang

sebesar – besarnya (berhubungan dengan utilitas sumber daya).

Perbedaan efisiensi dan produktivitas dapat dengan mudah diilustrasikan

(21)

Produktivitas dari titik A dapat diukur dengan rasio DA/OD menurut definisi

produktivitas, dimana x-axis mempresentasikan input dan y-axis

mempresentasikan output. Dengan input yang sama, terlihat bahwa produktivitas

dapat ditingkatkan dari titik A ke titik B. Tingkat produktivitas yang baru

diberikan oleh perbandingan BD/OD. Sedangkan efisiensi titik A dapat diukur

dengan rasio produktivitas titik A ke titik B, yaitu dengan

OD / BD

OD / AD

. Garis tebal

pada gambar 2.1 disebut sebagai batas produksi. Semua titik pada batas produksi

adalah technical efficient, sedangkan titik diluar garis batas tersebut adalah

technically inefficient. Dari titik C merupakan titik maximum possible

productivity, yang disebut dengan Scale Efficiency, yang berhubungan dengan

perbedaan antara ukuran produksi ideal dengan ukuran produksi aktual.

Efisiensi membandingkan input sumber daya yang digunakan dan

efektivitas membandingkan output yang dicapai, maka produktivitas

membandingkan hasil yang dicapai dengan sumber daya yang digunakan. Secara

skematis ketiga hal tersebut diatas yaitu efisien, efektivitas dan produktivitas

dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Hubungan Efisiensi, Efektivitas Dan Produktivitas (Vincent

(22)

Hubungan antar ketiganya adalah sebagai berikut: Efisiensi s Efektivita daya sumber pengunaan Efisiensi tugas n pelaksanaa s Efektivita digunakan yang daya Sumber dicapai yang Hasil digunakan yang Input diperoleh yang Output tas Produktivi = = = =

(Sumanth, D. J; 1985, hal 7)

Berdasarkan definisi produktivitas diatas, system produksi dalam industri

dapat digambarkan dalam gambar berikut:

Gambar 2.3 Sistem Produksi Dalam Industri (Sumanth, D. J; 1985)

2.3 Konsep Efisiensi Relatif

Istilah efisiensi berasal dari bidang teknik yang dipakai untuk menunjukan

rasio antara keluaran (output) suatu sistem terhadap masukan (input) sistem

INPUT • Manusia • Mesin • Modal • Metode • Material • Energi • Informasi PROSES Proses Transformasi Nilai Tambah OUTPUT

Barang dan Jasa

PRODUKTIVITAS

Sistem Produksi Output/ Input

(23)

tersebut. Pengukuran – pengukuran dalam ilmu eksak tersebut selalu berpedoman

sutau situasi ideal dimana kuantitas output yang dihasilkan sama dengan kuantitas

input yang diberikan, atau rasionya tepat sama dengan 1 (satu). Efisiensi dalam

situasi ideal ini disebut efisiensi ideal (absolut) yang nilainya selalu 100%,

sedangkan efisiensi pada keadaan tidak ideal, maka efisiensi suatu obyek adalah

kemampuannya dalam kondisi normal dibandingkan dengan kondisi ideal.

Hal diatas hanya belaku untuk sistem yang pasti, seperti mesin, dimana

kondisi ideal dapat ditentukan berdasarkan asumsi–asumsi teoritis. Namun, untuk

sistem yang tidak dapat kondisi idealnya, yaitu sistem yang besar dan kompleks

dimana hubungan antar variabel tidak diketahui dengan pasti atau terlalu sulit

untuk diukur, misalnya organisasi, maka cara diatas tidak dapat diterapkan lagi.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka digunakan efisiensi relatif, yaitu

efisiensi suatu obyek diukur relatif terhadap efisiensi obyek – obyek yang sejenis.

Efisiensi relatif dipakai dengan alasan karena selain adanya kesulitan dalam

menentukan hubungan yang pasti antar variabel, juga karena lebih diinginkan

untuk diketahuinya efisiensi suatu obyek dalam konteks perbandingannya dengan

kompetitornya, daripada dengan efisiensi ideal yang tidak mungkin dicapai.jadi

dengan cara ini profil ideal tidak ditentukan sendiri oleh obyek yang

bersangkutan, tetapi dengan merujuk kepada obyek – obyek yang menghasilkan

kinerja terbaik / frontier (berada pada garis depan).

Terdapat peningkatan dalam pengukuran dan perbandingan efisiensi suatu

unit organisasi yang sama. Pengukuran efisiensi sederhana (rasio efisiensi) yang

sering digunakan didefinisikan sebagai berikut:

(24)

Rasio efisiensi diatas lebih banyak digunakan ketika sebuah unit atau

proses memiliki satu input atau proses dan satu output. Namun dalam

kenyataanya, sebuah proses atau unit organisasi memiliki berbagai input dan

output yang beragam.

Farrel (1962) mengembangkan pengukuran efisiensi relatif untuk sistem

yang memiliki multi input dan multi output. Fokusnya adalah pada pembuatan unit

empiris yang efisien, sebagai rataan bobot dari unit-unit efisien, yang digunakan

sebagai pembanding untuk unit yang inefficient. Perumusan rasio efisiensi Farrel

tersebut adalah: tertentu bobot dengan input jumlah tertentu bobot dengan output jumlah efisiensi=

dengan notasi yang digunakan sebagai berikut:

... ... 2 2 1 1 2 2 1 1 + + + + = j j j j x v x v y u y u

efisiensi ... (2-1)

dimana: u1 = Bobot untuk output 1

v1 = Bobot untuk input 1

y1j = Nilai dari output 1 dari unit j

x1j = Nilai dari input 1 dari unit j

Asumsi utama dari efisiensi Farrel adalah pengukuran efisiensi ini

membutuhkan pembobotan yang sama untuk tiap faktor yang menentukan

efisiensi dari semua unit. Permasalahan yang timbul adalah bagaimana

menentukan bobot tersebut. Sebuah unit organisasi mungkin saja memberikan

penekanan berbeda dengan unit yang lain dalam mengolah inputnya, sehingga

(25)

output. Hal ini berarti bobot untuk input dan output berbeda antara unit satu

dengan unit yang lain.

Ide Farrel kemudian dikembangkan oleh A. Charnes, W.W. Cooper dan E.

Rhodes dalam “European Journal of Operation Reseach” volume 2 (1978). Ini

merupakan publikasi pertama yang memperkenalkan Data Envelopment Analysis

(DEA) dan sejak itu DEA mulai menjadi alat baru management sains untuk

menganalisa efisiensi teknis Decision Making Units (DMU / unit pembuat

keputusan) pada DEA.

Decision Making Units (DMU) adalah merupakan unit yang dianalisa

dalam DEA. Penyebutan demikian dengan maksud unit yang dianalisa bisa berupa

perusahaan atau organisasi, baik yang komersial maupun non-komersial sampai

pada obyek apapun yangh melibatkan banyak input dan output dalam prosesnya.

Ada dua pendekatan utama dalam mengukur efisiensi relatif, yaitu

pendekatan parametrik dan non-parametrik. Berikut adalah perbandingannya :

Tabel 2.1 Perbedaan Pendekatan Parametrik dan Non-Parametrik

Pendekatan Parametrik Pendekatan Non-parametrik

Mengasumsikan adanya hubungan fungsional antara input dan output, walaupun dalam kenyataannya tidak ada fungsi yang benar – benar pasti

Mengasumsikan tidak adanya

hubungan fungsional antara input dan output

Tidak langsung membandingkan kombinasi output edngan kombinasi input

Membandingkan langsung kombinasi output dengan kombinasi input

Metode yang dipakai adalah Stochastic Frontier yang melibatkan ekonometrik

Metode yang dipakai adalah Data

Envelopment Analysis yang melibatkan program linier

Decision Making Unit (DMU) adalah merupakan unit yang dianalisa

(26)

perusahaan atau organisasi, baik yang komersial maupun non-komersial sampai

pada obyek apapun yang melibatkan banyak input dan output dalam prosesnya.

Dibawah ini adalah beberapa istilah dalam DEA beserta ilustrasinya yang

perlu diketahui terlebih dahulu sebelum melangkah ke pembahasan DEA.

1 . Input oriented measure (pengukuran berorientasi input)

Yaitu pengidentifikasian ketidakefisienan melalui adanya kemungkinan

untuk mengurangi input tanpa merubah output.

2 . Output oriented measure (pengukuran berorientasi output)

Yaitu pengidentifikasian ketidakefisienan melalui adanya kemungkinan

untuk menambah output tanpa merubah input.

3 . Constant Return to Scale (CRS)

Yaitu terdapatnya hubungan yang linier antara input dan output, setiap

pertambahan sebuah input akan menghasilkan pertambahan output yang

proporsional dan konstan. Ini juga berarti efisiensinya tidak akan berubah.

4 . Variable Return to Scale (VRS)

Merupakan kebalikan dari CRS, yaitu tidak terdapat hubungan linier antara

input dan output. Setiap pertambahan input tidak menghasilkan output yang

proporsional, sehingga efisiensinya bisa saja naik ataupun turun.

2.4 Data Envelopment Analysis ( DEA )

Data Envelopment Analysis adalah model analisa multi faktor

produktivitas untuk mengukur efisiensi dari sekelompok homogenuous Decision

(27)

2.4.1 Penger tian DEA

Data Envelopment Analysis (DEA) merupakan suatu alat penting yang

dapat digunakan untuk mengevaluasi dan memperbaiki kinerja suatu usaha

manufacturing atau jasa. DEA diaplikasikan secara luas dalam evaluasi

performance dan benchmarking pada institusi pendidikan, rumah sakit, cabang

bank, production plan dan lain – lain (Charnes et al.,1994). Efficiency score untuk

multiple output dan input dapat ditentukan sebagai berikut :

tInput JumlahBobo

tOutput JumlahBobo Score

efficienci =

DEA dapat berorientasi input maupun berorientasi pada output. Jika

berorientasi input maka dilakukan pengurangan (minimalis) dari penggunaan

input dengan level output ditetapkan konstan, dan jika berorientasi output, maka

dilakukan maksimalisasi dari output dengan level input ditetapkan konstan.

DEA menggunakan efficiency frontier (batas efisien) untuk menghitung

efisiensi dari suatu Decision Making Unit (DMU) dan menyediakan informasi

mengenai DMU mana yang tidak menggunakan input secara efisien. Untuk kasus

orientasi input dapat diilustrasikan sebagai berikut : Misal akan diukur Technical

Efficiency (TE) enam daerah yang masing – masing memproduksi suatu output

dengan mengunakan dua input X1 dan X2, dimana daerah A, B, dan C merupakan

daerah yang efisien karena mereka membentuk batasan produksi Q-Q’.

Sedangkan D, E, dan F merupakan daerah inefisien.

Dari gambar 2.4 di bawah ini terlihat bahwa daerah A dan B menjadi peer

group (kelompok daerah yang efisien yang berada diluar daerah efisien) dari

(28)

Untuk mengukur Technical Efficiency daerah inefisien (contoh daerah D)

didapatkan persamaan sebagai berikut :

OD ' OD D

TE = ... ( 2-2 )

2.4.2 Penggunaan DEA

DEA dapat digunakan lebih dari sekedar menentukan efisiensi relatif unit

yang dievaluasi, akan tetapi juga dapat digunakan untuk menentukan antara lain :

1. Peer Group

2. DEA mengidentifikasi sekelompok unit efisien yang digunakan sebagai

bencmark untuk improvement. Sebuah peer group memiliki kombinasi yang

sama dengan unit yang tidak efisien, sehingga bermanfaat dalam

mengidentifikasi faktor yang menyebabkan ketidakefisienan. Peer Group juga

akan memberikan contoh yang baik mengenai proses operasi untuk

meningkatkan performansi unit yang tidak efisien.

3. Identifikasi operasi yang efisien.

4. Identifikasi operasi yang efisien akan meningkatkan efisiensi unit yang relatif

(29)

diantara unit yang efisien terdapat unit yang lebih baik. Membedakan antara

unit yang relatif efisien untuk menemukan praktek operasi yang baik dapat

dilakukan, antara lain dengan adanya pembatasan bobot. Hal ini untuk

menjamin agar unit yang dinilai relatif efisien karena sifatnya yang relatrif

efisien bukan dari kombinasi bobotnya. Metode yang dapat digunakan antara

unit yang relatif efisien adalah cross efficiency matrix, distribusi input dan

output virtual dan pembatasan bobot.

5. Penentuan target.

6. Sebuah unit yang relatif tidak efisien harus menentukan target tertentu untuk

meningkatkan performansinya.

7. Prioritas peningkatan salah satu input atau output dengan menjaga agar input

atau output lain tidak terganggu.

8. Menentukan target ideal untuk unit tertentu.

9. Penentuan slack excess input dari inefficient DMU, yaitu menentukan berapa

kelebihan atau kekurangan input dari DMU yang tidak efisien , didapatkan

dari selisih antara target input dengan input yang dimiliki oleh DMU

inefficient.

10.Penentuan deficient surplus output dari inefficient DMU, yaitu untuk

menentukan berapa kelebihan atau kekurangan output dari DMU yang tidak

efisien, didapatkan dari selisih antara target output dengan output saat ini yang

(30)

2.4.3 Kelebihan dan Kekur angan DEA

Kelebihan DEA :

1. Dapat mengatasi multiple input dan multiple output

2. Tidak memerlukan asumsi dari bentuk fungsi hubungan input dan output.

3. DMU dapat dibandingkan secara langsung pada peer atau kombinasi peer,

sedangkan metode lain memerlukan rataan statistik unit lain.

4. Input dan output dapat memiliki unit yang berbeda atau dapat memiliki

banyak dimensi yang berbeda.

5. Mampu memberikan penilaian tunggal berupa penilaian efisiensi relatif

sejumlah DMU yang memiliki banyak input dan outputnya

Kekurangan DEA :

1. Karena DEA adalah teknik nilai ekstrem, error pengukuran dapat

menyebabkan masalah yang signifikan.

2. Bersifat sample specific (DEA berasumsi bahwa setiap input atau output

identik dengan unit lain dalam tipe yang sama).

3. DEA bagus untuk mengestimasi relatif efisiensi DMU, tetapi tidak absolut

efisiensi.

4. Karena DEA adalah non-parametrik, maka tes hipotesis statistik sulit

dilakukan.

5. Karena Linier Programming harus dipecahkan untuk setiap DMU, masalah ini

(31)

2.4.4 Model Matematis DEA

Ada dua dasar model DEA yang dikembangkan oleh ahli :

1. Model Costant Return to Scale (CRS).

2. Model Variabel Return to Scale (VRS).

2.4.4.1 Model Constant Return to Scale (CRS)

Model constant return to scale berasumsi bahwa setiap DMU telah

beroperasi pada skala optimal. Model awal yang digunakan dikenal dengan rasio

CCR, merupakan persamaan non linier sebagai berikut :

∑ = ∑ = = m 1

j j1 x . 1 j v s 1 r r1

y . 1 r u 1 h . v . u max

subject to : 1

m 1

j j1 x . 1 j v s 1 r r1

y . 1 r u ≤ ∑ = ∑

= for each unit i

0 j v , r

u ≥ ... (2-3)

Notasi yang umum digunakan dalam model DEA adalah :

Indeks : j : DMU, j = 1,..., n

r : output, r = 1,...., s

i : input, i = 1,..., m

Data : Yrj : nilai dari output ke-r dari DMU ke-j

Xij : nilai dari input ke-i dari DMU ke-j

ε : angka positif yang kecil ( 1 x 10-6 )

(32)

λj : bobot DMUj ( ≥ 0 ) terhadap DMU yang dievaluasi

Ur , Vi : bobot untuk output r, input i ( >ε )

hk : efisiensi relatif DMU yang dicari

Notasi Ur , Vi, sebagai bobot untuk output dan input dibatasi sama dengan

atau lebih besar dari sebuah nilai positif kecil ε, dalam praktek umumnya

digunakan 10-6. Nilai ε secara matematis dimaksudkan agar penyebut pada rasio

efisiensi pada sisi sebelah kiri formulasi (2-3), tidak pernah mencapai nilai nol.

Secara konseptual, penggunaan nilai ε adalah untuk menjamin semua input atau

output diperhitungkan dalam menentukan nilai efisiensi.

Persamaan (2-3) merupakan persamaan non-linier atau persamaan linier

fraksional, yang kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk linier sehingga

diaplikasikan dalam persamaan linier berikut :

1. Persamaan Primal model DEA CCR CRS berorientasi Input :

∑ = r rk Y r U k h max_i ik X i V : to _ subject ∑ −∑ r i 0 ij X i V rj Y r U ε ≥ i V , r

U ... (2-4)

Dimana : hk : efisiensi DMU yang dicari

Ur , Vi : bobot untuk output r, input i ( >ε )

Yrj : nilai dari output ke-r dari DMU ke-j

Xij : nilai dari input ke-i dari DMU ke-j

(33)

Tujuan persamaan (2-4) adalah untuk menentukan jumlah terbesar output

yang dibobotkan dari DMUk dengan menjaga jumlah dari input yang

dibobotkan pada suatu DMU agar rasio antara output yang dibobotkan dengan

input yang dibobotkan kurang dari atau sama dengan satu.

Setiap persamaan linier dapat dirumuskan sebagai sebuah persamaan

linier yang sepadan dengan menggunakan data yang sama. Persamaan linier

yang pertama disebut primal, dan yang kedua disebut dual, memberikan hasil

yang sama dengan informasi yang berbeda mengenai permasalahan yang

dimodelkan. Demikian juga dengan DEA, model dual dibangun dengan

memberikan variabel (variabel dual) untuk tiap pembatas dari model primal

dan membangun model baru dengan variabel – variabel tersebut. Pada kasus

DEA, menggunakan duality akan mengurangi jumlah konstrain dalam model.

2. Persamaan Dual dari model DEA CCR CRS berorientasi Input

Model dari dual CCR berorientasi input adalah sebagai berikut :

Minimize

      ∑ ++∑ − ε − θ = r i i s r s k k Z

=

+

+ r r j rj

rk

Y

s

Y

to

Subject

_

:

λ

0

∑ λ = − − − θ i 0 j ij X i s jk X k 0 i s , r s ,

j + − ≥

λ

θk tidak dibatasi ...(2-5)

Dimana : Zk adalah efisiensi dari DMU

(34)

θk : nilai hk ( efisiensi relatif ) DMU dari primal

λj : beban variabel tiap DMU

Fungsi tujuan dari persamaan (2-5) adalah untuk menemukan nilai

minimal untuk faktor θk yang mengindikasikan pengurangan proporsional

yang potensial untuk semua input DMUk. Fungsi tujuan juga mencari nilai

slack terbesar dalam semua dimensi input-output. Dengan kata lain persamaan

tersebut menemukan titik rujukan pada fungsi produksi empiris yang

menampilkan DMUk dalam karakter efisiensi terburuk. Pembatas model

menunjukan prinsip menutupi yang sudah dijelaskan sebelumnya. Unit jk

dikatakan efisien, jika nilai slack adalah nol dan θk adalah satu. Sedangkan

inefisien jika nilai θk kurang dari satu dan salah satu nilai slack mungkin

positif.

3. Persamaan dari model DEA CCR CRS berorientasi Output

Model berorientasi output adalah kebalikan dari model berorientasi input.

Oleh sebab itu, hasilnya juga harus dibalik / di-invers atau dipangkatkan

negatif satu. Bentuk model ini berlawanan dengan model input. Berikut adalah

dasar model rasio berorientasi output :

∑ ∑ = r rk Y r U i ij X i V k h _ imum min

(hk adalah efsiensi DMUk yang dicari)

1 r rk Y r U i ij X i V : to _ Subject ≥ ∑ ∑ ε ≥ r U , i

(35)

Dimana : hk : efisiensi DMU yang dicari

Ur,Vi : bobot untuk output r, input i ( >ε )

Yrj : nilai dari output ke-r dari DMU ke-j

Xij : nilai dari input ke-i dari DMU ke-j

Model ini juga masih berbentuk pecahan sehingga juga perlu diubah ke

bentuk linier biasa sebagai berikut :

4. Persamaan Primal dari DEA CCR CRS berorientasi Output

Minimize hk = ∑ViXij ( hk adalah efsiensi yang dicari)

UrYrj=1 : to _ Subject + ∑ − i 0 ij X i V r rj Y r U ε ≥ r U , i

V ... (2-7)

Dimana : hk : efisiensi DMU yang dicari

Ur,Vi : bobot untuk output r, input i ( >ε )

Yrj : nilai dari output ke-r dari DMU ke-j

Xij : nilai dari input ke-i dari DMU ke-j

ε : angka positif yang kecil (1 x 10-6)

Sedangkan model dualnya adalah sebagai berikut :

5. Persamaan Dual dari DEA CCR CRS berorientasi Output





+

+

=

+

r i i r k

k

s

s

Z

Maximize

_

θ

ε

(Zk adalah efisiensi DMUk)

(36)

∑ λ = − + + θ r 0 j rj Y r s rk Y k 0 i s , r s ,

j + − ≥

λ ... (2-8)

Dimana : Zk adalah efisiensi dari DMU

Sr+ : nilai slack dari output

Si- : nilai slack dari input

θk : nilai hk ( efisiensi relatif ) DMU dari primal

λj : beban variabel tiap DMU

2.4.4.2 Model Variabel Return to Scale ( VRS )

Asumsi Constant Return to Scale hanya tepat ketika semua unit

dioperasikan pada skala optimal. Namun, karena kompetisi yang tidak sempurna,

keterbatasan dana dan lain – lain, mungkin menyebabkan unit tidak beroperasi

secara optimal. Untuk mengatasi masalah ini, model DEA dengan Variable

Return to Scale (VRS) telah dikembangkan dimana variabel technical efficiency

yang dipengaruhi oleh scale efficiency pada model CRS akibat ada unit yang tidak

beroperasi secara optimal dapat diatasi. Hal ini dilakukan dengan menambah

konstrain konveksitas.

1. Persamaan Dual Model DEA BCC VRS Berorientasi Input

Minimize

      ∑ + +∑ − ε − θ =

r i i s r s k k Z

=

+

+ r r j rj

rk

Y

s

Y

to

Subject

_

:

λ

0

(37)

∑λ = j 1 j 0 i s , r s ,

j + − ≥

λ ...(2-9)

2. Persamaan Dual dari Model DEA BCC VRS berorientasi Output

Minimize

      ∑ ++∑ − ε + θ = r i i s r s k k Z

=

+

+ i i j ij

ik

X

s

X

to

Subject

_

:

λ

0

∑ λ = − + − θ r 0 j rj Y r s rk Y k ∑λ = i 1 i 0 i s , r s ,

j + − ≥

λ ...(2-10)

Perbedaan antara model CRS (2-3 s/d 2-8) dan model VRS (2-9 s/d 2-10)

adalah ditunjukan pada λj saat ini yang dibatasi sama dengan 1. Pada model VRS

ini ditambahkan sebuah kendala pada model VRS dual (model primal tidak

dibahas lagi karena membutuhkan penyelesaian yang lebih runit, yaitu lebih

banyak kendala, namun memberikan hasil yang sama dengan model dualnya).

Kendala yang ditambahkan adalah ∑λ =

j 1

j yang tidak terdapat pada model CRS.

Kendala ini mengakibatkan didapatkannya nilai efisiensi yang lebih tinggi

daripada model CRS, karena pada model CRS tidak hanya dihasilkan efisiensi

teknis murni tetapi juga mengikutsertakan skala ketidakefisienan (scale

(38)

Inilah efek dari menghilangkan batasan tersebut pada model CRS yang

mengharuskan DMU – DMU pada scale efficient. Sehingga konsekuensinya

model VRS mengijinkan variabel kembali pada bentuk skala dan hanya mengukur

technical efficiency untuk tiap DMU. Jadi, untuk DMU yang dipertimbangkan

menjadi efisien secara CCR, DMU tersebut harus memenuhi Scale Efficiency dan

Technical Efficiency. Sedangkan untuk DMU yang dipertimbangkan menjadi

efisien secara VRS, hanya membutuhkan efisien secara teknis (Technical

Efficiency).

2.4.5 Slack pada Data Envelopment Analysis (DEA)

Seperti yang diketahui pada pemrograman linier bahwa variabel slack

adalah variabel yang ditambahkan pada kendala pertidaksamaan lebih kecil dari

atau sama dengan (≤ ) untuk mengubah kendala tersebut menjadi bentuk

persamaan. Nilai variabel ini diinterprestasikan sebagai jumlah sumber daya yang

digunakan. Begitupun pada DEA variabel slack mewakili output yang under

production atau input yang over use, sehingga variabel slack dapat dinyatakan

sebagai peningkatan (improvement) yang dapat dilakukan untuk membuat DMU

tersebut efisien. Peningkatan dapat berupa penambahan output atau pengurangan

input. Slack hanya terjadi jika DMU diproyeksikan ke bidang frontier yang paralel

dengan sumbu koordinat.

Gambar 2.5 berikut memberikan ilustrasi tentang variabel slack pada

(39)

A

B

C

D B’ A’ X2/Y

X1/Y O

Gambar 2.5 Ilustrasi Input Slack (Coelli T. J., 1996)

Terdapat dua buah input (X1 dan X2) dan sebuah output (Y). DMU C dan

Defisien (=1) sehingga menjadi bungkus atau mendefinisikan frontier bagi DMU

A dan B yang tidak efisien (< 1). Nilai efisiensi teknis dari DMU A – OA’/ OA

dan DMU B = OB’/ OB. Terlihat bahwa ternyata titik A’ pada frontier masih bisa

dikurangi lagi penggunaan input X2 sebesar C-A’ tanpa terjadinya penurunan

jumlah output. Inilah yang dimaksud slack pada DEA. Pada sistem yang lebih

besar, dengan banyak DMU, input dan output, bisa terdapat input slack maupun

output slack.

Dengan penjelasan yang setara pada input slack, juga dapat memberi

penjelasan bagi gambar 2.6 yang mencontohkan output slack. Efsiensi teknis

DMU A =OA/OA’ dan DMU B = OB/OB’. Output slack terjadi pada DMU A

sebesar A’-C. Artinya untuk mencapai keefisienan, bagi DMU A selain harus

menambah dua jenis output Y1 dan Y2 sejumlah prosentasi yang masih kurang,

(40)

2.5 Aplikasi Data Envelopment Analysis (DEA)

Data Envelopment Analysis (DEA) dapat digunakan dalam berbagai cara

untuk memperbaiki produktivitas suatu unit dan untuk menentukan bagaimana

unit dapat menjadi lebih efisien. Beberapa pemakaian DEA tersebut antara lain :

peer group, identifikasi operasi yang efisien, penentuan target (target setting),

identifikasi strategi yang efisien dan memonitor perubahan efisien setiap waktu.

2.5.1 Peer Group

Untuk tiap unit yang tidak efisien, DEA dapat juga mengidentifikasikan

kumpulan unit efisien yang berhubungan sebagai peer groups. Tiap peer unit akan

efisien dengan kombinasi bobot dari unit yang tidak efisien. Pada model DEA

dual, komposisi unit efisien yang membentuk peer group dapat diketahui dari λ

yaitu bobot DMUj terhadap DMUk (DMU yang sedang dianalisa)

DEA memberikan pilihan bebas terhadap bobot input-output dimana dapat

(41)

orientasi input-output yang inefisien dan dengan melalui peer groupnya dapat

mengidentifikasi subset unit yang efisien. Peer group digunakan sebagai

perbandingan antara unit yang efisien dan unit yang inefisien. Peer unit akan

memberikan contoh operasi yang baik untuk meningkatkan produktivitas unit

yang inefisien.

2.5.2 Identifikasi Oper asi yang Efisien

Identifikasi pelaksanaan operasi yang efisien akan meningkatkan efisiensi

tidak hanya terhadap unit yang relatif inefisien, tetapi juga unit yang relatif

efisien. Unit yang efisien merupakan contoh operasi yang baik, namun bahkan

diantara unit yang efisien terdapat unit yang lebih baik. Membedakan antara unit

yang relatif efisien untuk menemukan praketek operasi yang baik dapat dilakukan,

antara lain dengan pembatasan bobot. Beberapa metode yang dapat digunakan

untuk membedakan antara unit yang relatif efisien adalah matriks antara efisiensi

(Cross efficiency matrix), distribusi input dan output virtual dan batasan bobot.

2.5.3 Penetapan Tar get

Data Envelopment Analysis (DEA) tidak hanya mengidentifikasikan unit

inefisien, tetapi juga derajat ketidakefisienannya. Analisa ini menjelaskan

bagaimana unit yang inefisien agar menjadi efisien.

Dalam situasi praktis, sangat diperlukan penetapan target bagi unit yang

relatif inefisien untuk memperbaiki produktivitas. Beberapa target memberikan

perbandingan yang kongrit dengan unit mana dapat memonitor produktivitasnya.

(42)

2.6 Analisa Kor elasi

Analisa Korelasi bertujuan untuk menentukan ada tidaknya hubungan

dalam dua variabel pada suatu data pengamatan, dan bagaimana serta arah

besarnya hubungan tersebut.

2.6.1 Pengantar Analisis Kor elasi

Pada prinsipnya, prosedur korelasi bertujuan untuk mengetahui dua hal

pada hubungan antar dua variabel :

1. Apakah kedua variabel tersebut memang mempunyai hubungan yang

signifikan.

2. Jika terbukti hubungan adalah signifikan, bagaimana arah hubungan dan

seberapa kuat hubungan tersebut. (Santoso, Singgih., Riset Pemasaran, 2002., hal 176).

Analisis korelasi adalah studi yang membahas tentang derajat hubungan

antara variabel-variabel, sedangkan yang dimaksud dengan koefisien korelasi

adalah ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat hubungan, terutama untuk

data kuantitatif.

Sedangkan uji Korelasi Faktor dilakukan untuk mengetahui hubungan

antara faktor, dimana suatu faktor tersebut dapat memiliki nilai yang tergantung

dari faktor yang lain sehingga faktor tersebut dapat diwakilkan. Analisa korelasi

juga berguna untuk mengetahui hubungan antara input-output, dimana

peningkatan dalam input seharusnya juga akan meningkatkan output. Analisa

korelasi faktor dilakukan dengan menggunakan Software SPSS 17.00, yaitu

Correlate Bivariate dimana parameter yang digunakan adalah nilai dari Pearson

(43)

Jika nilai Pearson Correlation mendekati 1 maka variabel yang diteliti

memiliki keterkaitan yang kuat dengan variabel pembanding. Semakin besar

angka korelasi mengidikasikan bahwa faktor yang terkait tersebut sangat

dipengaruhi oleh perubahan variabel pembanding karena memliki korelasi yang

kuat terhadap variabel pembanding sehingga kenaikan atau penurunan nilai

variabel ditentukan pula kenaikan atau penurunan nilai dari variabel pembanding.

2.6.2 Asumsi pada Analisa Kor elasi

Asumsi – asumsi terkait dengan korelasi yang harus dipenuhi pada analisis

korelasi adalah:

1. Besar korelasi atau korelasi antar independen variabel harus cukup kuat, misal

diatas 0,5.

2. Pengujian seluruh matrik korelasi (korelasi antar variabel), yang diukur

dengan besaran Pearson Correlation. digunakan pilihan Pearson. Pengujian

ini mengharuskan adanya korelasi yang signifikan diantara paling sedikit

beberapa variabel.

2.6.3 Pr oses Dasar dar i Analisis Kor elasi

Proses dasar analisis korelasi (Pearson Correlation) adalah meliputi:

1. Menentukan variabel apa saja yang akan dianalisis.

2. Menguji variabel – variabel yang telah ditentukan, dengan menggunakan

metode Pearson Correlation.

Dimana hipotesis untuk signifikansinya adalah sebagai berikut :

(44)

Hi : Ada hubungan (korelasi) antara dua variabel.

Dasar pengambilan keputusan Kriteria dengan melihat probabilitas:

a. Angka Sig.>0.05, maka Ho diterima.

b. Angka Sig.<0.05, maka Ho ditolak.

Secara teori, dikatakan bahwa angka korelasi akan berkisar diantara :

a. -1, berarti hubungan negatif sempurna.

b. 0, berarti tidak ada hubungan sama sekali.

c. +1, berarti hubungan positif sempurna.

Angka Pearson Correlation berkisar antara 0 sampai 1, dengan kriteria:

a. Korelasi antara 0 – 0.5, korelasi cukup kuat.

b. Korelasi antara 0.5-1, korelasi kuat.

3. Reduksi dan brainstorming dilakukan berdasarkan nilai korelasi faktor input

dan output, dimana faktor-faktor input dan output yang memiliki nilai korelasi

yang sangat kuat agar efektif diringkas menjadi satu faktor.

2.7 Analisis Cluster (Hierarchical Cluster)

Proses clustering dengan menggunakan prosedur hierarki didasari konsep

“treelike structure“. Konsep ini dimulai dengan menggabungkan dua obyek yang

paling mirip, kemudian gabungan dua obyek tersebut akan bergabung lagi dengan

satu atau lebih obyek yang paling mirip lainnya. Demikian seterusnya sehingga

ada semacam hierarki (urutan) dari obyek yang membentuk kelompok (cluster).

Urutan – urutan tersebut dapat dianalogikan seperti pohon (treelike) yang dimulai

(45)

logika proses clustering tersebut pada akhirnya akan menggumpal menjadi satu

cluster besar yang mencakup semua obyek.

Metode ini disebut sebagai metode agglomerasi (agglomerative Methods),

yaitu metode atau cara pembuatan cluster yang dimulai dari dua atau lebih

variabel yang paling mirip membentuk satu cluster, kemudian cluster memasukan

lagi satu variabel yang paling mirip. (S. Singgih, Tjiptono Affandi, 2002)

Pada proses penentuan peer groups dari unit yang tidak efisien, diperlukan

metode yang dapat membantu dalam pengelompokan dari unit-unit yang memiliki

karakteristik yang sama. Metode yang digunakan untuk ini adalah Hierarchical

Cluster Analysis (HCA). Konsep dasar dari HCA ini adalah proses clustering

dengan menggunakan hierarki didasari dengan konsep “treelike structure”.

Konsep ini dimulai dengan menggabungkan dua objek yang mirip

kemudian gabungan dua objek tersebut akan bergabung lagi dengan objek yang

satu atau lebih objek yang paling mirip lainnya .Secara logika proses clustering

tersebut akan membentuk satu cluster besar yang mencakup keseluruhan objek.

Metode ini disebut sebagai “agglomerative methods” yang akan digambarkan

secara diagram yang disebut sebagai dendogram. (S. Singgih, Tjiptono Affandi,

2002).

2.8 Penelitian Terdahulu

Studi yang meneliti tentang efisiensi bank telah banyak dilakukan pada

bank-bank syariah maupun bank-bank konvensional baik domestik maupun luar

(46)

1. Budi Sudaryanto (2006)

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis efisiensi enam TPI di Kabupaten

Pati. Penelitian tahun 2004 ini menggunakan DEA yang menggunakan 13

variabel input yang terdiri dari: Panjang Pendaratan, Luas Lantai Lelang,

Jumlah Kapal Bongkar per Hari, Jumlah Personalia TPI, Jumlah Alat

Tangkap, Jumlah Kapal, Jumlah Juru Lelang, Jumlah Juru Bongkar, Jumlah

Nelayan, Jumlah Bakul, Jumlah Basket, Jumlah Timbangan dan Jumlah

Gerobak. Variabel outputnya berupa nilai ramai dan omzet tiap TPI terhadap

produksi ikan Jawa Tengah. Hasil penelitian ini, dari enam TPI yang diteliti

terdapat dua TPI yang belum efisien dibandingkan dengan TPI lain yaitu TPI

Banyutowo dan TPI Puncel. (http: //www.google.com)

2. Farah Firani R (2009)

Penelitian ini bertujuan mengukur dan menganalisis efisiensi relatif delapan

Puskesmas di Surabaya selama periode pengamatan bulan april 2009 sampai

data-data yang diperlukan mencukupi. Metode analisis DEA digunakan dalam

penelitian ini, dengan variabel input yang terdiri dari: Jumlah Dokter Umum,

Jumlah Dokter Gigi, Jumlah Bidan, Jumlah Staff, dan Jumlah Paramedis.

Variabel outputnya adalah Jumlah Pasien Total, Jumlah Pasien Baru, Jumlah

Jenis Obat Medis, Jumlah Jenis Alat Medis, dan Jumlah Pendapatan

Pengobatan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat tujuh Puskesmas

yang efisien pada Puskesmas Wilayah Surabaya yaitu Puskesmas Banyu Urip,

Puskesmas Balongsari, Puskesmas Ketabang, Puskesmas Tambak Rejo,

Puskesmas Pucang Sewu, Puskesmas Jemursari, dan Puskesmas Medokan

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengumpulan data untuk penyusunan tugas akhir ini dilakukan pada

kantor-kantor cabang Yakult di wilayah Surabaya. Adapun kantor-kantor cabang

tersebut antara lain Cabang Rungkut, Cabang Bubutan, Cabang Gubeng, Cabang

Wonokromo, Cabang Wiyung, Cabang Tambak Sari. Waktu pengambilan data

dilakukan antara bulan Januari 2011 sampai bulan Oktober 2011.

3.2 Identifikasi Var iabel dan Definisi Oper asional

Dalam penyelesaian permasalahan pengukuran tingkat efisiensi dari

Decision Making Unit (DMU) yang diambil yakni Cabang Rungkut (DMU 1),

Cabang Bubutan (DMU 2), Cabang Gubeng (DMU 3), Cabang Wonokromo

(DMU 4), Cabang Wiyung (DMU 5), Cabang Tambak Sari (DMU 6). Dimana

dalam pengukuran tersebut penulis menggunakan pemecahan masalah dengan

model Data Envelopment Analysis (DEA) dengan harapan diketahui tingkat

efisiensi dari tiap–tiap DMU tersebut.

3.2.1 Identifikasi Var iabel

Mengidentifikasi variabel adalah mencari dan mengelompokkan variabel

yang berhubungan dengan pemecahan masalah. Variabel–variabelnya terdiri dari

(48)

1 . Variabel Terikat

Variabel terikat yang diteliti adalah efisiensi relatif masing-masing kantor

cabang Yakult di wilayah Surabaya.

2. Variabel Bebas

Varibel bebas yang diteliti adalah sebagai berikut:

Variabel Input

a. Jumlah tenaga penjual

b. Jumlah staff

c. Jumlah biaya operasional

d. Jumlah absensi

e. Jumlah produk cacat

Variabel Output

a. Jumlah penjualan

b. Jumlah target penjualan sales

c. Jumlah pendapatan penjualan

3.2.2 Definisi Operasional Var iabel

Definisi operasional variabel adalah penjelaskan dan penggambaran

tentang variabel-variabel yang sudah di tentukan untuk diteliti lebih lanjut.

1 . Variabel Terikat

Yaitu variabel yang nilainya tergantung dari variasi perubahan variabel

bebas. Variabel terikat yang diteliti adalah efisiensi relatif masing-masing

kantor cabang Yakult di wilayah Surabaya. Nilai efisiensi relatif DMU yang

(49)

untuk menghasilkan output semaksimal mungkin dari sejumlah input yang

digunakan.

2. Variabel Bebas

Yaitu variabel yang mempengaruhi variasi perubahan nilai variabel terikat,

meliputi :

Variabel Input.

a. Jumlah tenaga penjual

Merupakan jumlah karyawan sebagai tenaga penjual dari perusahaan

Yakult.

b. Jumlah staff

Merupakan jumlah staff yang melaksanakan administratif hasil

penjualan.

c. Jumlah biaya operasional

Merupakan jumlah biaya yang harus dikeluarkan tiap bulan sebagai

gaji karyawan, untuk biaya sewa gedung, lisrik, dan PDAM

diasumsikan sama tiap kantor cabang perusahaan Yakult wilayah

Surabaya.

d. Jumlah absensi

Merupakan total absen (tidak hadir kerja) tenaga penjual atau staff.

e. Jumlah produk cacat

Merupakan jumlah botol yang kembali dari pasar ke pusat dikarenakan

beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk kemasan atau isi kemasan

(50)

Variabel Output

a. Jumlah penjualan

Merupakan jumlah penjualan yang dihasilkan oleh tenaga penjual.

b. Jumlah target penjualan sales

Merupakan jumlah pencapaian penjualan sales dari tiap-tiap kantor

cabang Yakult di wilayah Surabaya.

c. Jumlah pendapatan penjualan

(51)

3.3 Flow Chart Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah dalam penilitian ini mengikuti alur sebagai berikut:

Mulai

Studi Kepustakaan Obser vasi

Per umusan Masalah

Tujuan Penelitian

Identifikasi Variabel

Pengumpulan Data

- Pemilihan Desecion Making Unit (DMU) - Pengelompokan Data.

• Input : J umlah Tenaga Penjual, J umlah Staff, J umlah Biaya Oper asional, J umlah Absensi, dan Pr oduk Cacat.

• Output : J umlah Penjualan, J umlah Tar get Penjualan sales, dan J umlah Pendapatan Penjualan.

Analisa Kor elasi

Per hitungan Model Matematis DEA

Per hitungan Efisiensi Relatif Tiap DMU

Penentuan DMU Yang Efisien dan Inefisien

Analisa Var iabel DEA

(52)

Gambar 3.1 Flow Chart Pemeca han Masalah

Penjelasan dari Flow Chart pemecahan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Mulai

Langkah ini merupakan studi pengenalan dari perusahaan yang menjadi

tempat penelitian. Dengan survey perusahaan, diharapkan dapat diketahui

permasalahan yang ada pada perusahaan.

2. Obser vasi Pendahuluan

Observasi pendahuluan merupakan langkah paling awal dalam tahap

identifikasi. Pada langkah ini dilakukan observasi terhadap kondisi riil sistem Efisien

?

Per angkingan Tiap DMU Ya

Tidak

Penentuan Peer Group

Per hitungan Tar get Input dan Output

Str ategi Per baikan DMU

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Sar an

(53)

yang akan diteliti untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai

permasalahan yang akan dibahas nantinya.

3. Studi Kepustakaan

Pada langkah ini pengekploitasian pemikiran teoritis dilakukan untuk

membantu proses identifikasi pada observasi pendahuluan. Studi literatur

dilakukan untuk mencari alternatif-alternatif cara penyelesaian terhadap

permasalahan yang ditemukan pada observasi pendahuluan dengan metode

yang tepat. Literatur dapat bersumber dari buku, jurnal penelitian, teks book

ataupun dari penelitian yang dilakukan sebelumnya.

4. Per umusan Masalah

Perumusan masalah disusun berdasarkan latar belakang dari masalah yang ada

dan kemudian ditentukan metode yang tepat dalam penyelesaian

permasalahan.

5. Tujuan Penelitian

Langkah selanjutnya setelah merumuskan masalah adalah menentukan tujuan

penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian yaitu mengetahui tingkat

efisiensi dan memberikan rencana perbaikan bagi DMU (Kantor Cabang) yang

inefisien.

6. Identifikasi Var iabel

Mengidentifikasi variabel–variabel yang berhubungan dengan pemecahan

masalah. Variabel–variabelnya terdiri dari variabel terikat dan variabel bebas.

(54)

7. Pengumpulan Data

Yang dimaksud dengan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

mengumpulkan data-data dari variabel input dan output yang telah ditentukan

pada masing-masing DMU (Kantor Cabang). Pengumpulan data dilaksanakan

dengan cara:

a. Observasi, yaitu cara pengambilan data dengan mengadakan

pengamatan langsung di lapangan.Dimana data yang diambil adalah

data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil

dokumentasi perusahaan dengan cara mengutip dari catatan – catatan

perusahaan meliputi output-input yang telah ditentukan.

b. Interview / Wawancara, yaitu cara pengumpulan dengan melakukan

tanya jawab secara langsung dengan pihak yang memiliki hubungan

langsung dengan permasalahan yang akan diteliti.

8. Pemilihan Decision Making Unit (DMU)

Decision Making Unit (DMU) adalah unit–unit yang akan diukur dan dianalisa

efisiensinya.

Gambar

Gambar 2.1 Ilustrasi Efisiensi dan Produktivitas (Daniel Saputra, 2004)
Gambar 2.3 Sistem Produksi Dalam Industri (Sumanth, D. J; 1985)
Tabel 2.1 Perbedaan Pendekatan Parametrik dan Non-Parametrik
Gambar 2.4 Peer Group (Coelli T. J., 1996)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Aturan semantic ini di tetapkan untuk setiap produksi dimana x adalah ruas kiri produksi sebuah parse tree yang menyertakan nilai-nilai atribut pada setiap node nya, dinamakan

komite madrasah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di

Untuk dapat memahami sistem hukum adat yang berlaku pada masyarakat Jawa khususnya mengenai pengangkatan anak dan keberadaan anak dalam keluarga termasuk

melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian Hubungan Pelanggan sesuai dengan bidang tugasnya ; dan.. membuat laporan Sub Bagian Rekening kepada Kepala

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK &amp; MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI

Sedangkan dari RCP 85 wilayah Selaparang hingga 50 tahun mendatang diproyeksikan secara umum mengalami trend yang menurun, kecuali untuk suhu rata – rata

Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang dapat disingkat SKPDLB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran

Penelitian dan pengembangan ini bertujuan untuk: (1) mengetahui validitas isi instrumen kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV SD; (2) mengetahui reliabilitas