SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagia n Per syara tan Dalam Memper oleh Gelar Sar jana Ekonomi
Pr ogr am Studi Mana jemen
Oleh:
FURJ ATUL UDZMA
0712315073 / FE / EMFAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
Alhamdulillaahi robbila’alamiin, dengan mengucapkan puji syukur
kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ANALISIS KUALITAS
PRODUK TERHADAP KEUNGGULAN BERSAING DAN KINERJ A
PEMASARAN PADA UKM BATIK DI KOTA PEKALONGAN”.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian
persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan Manajemen pada
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan
dengan baik tanpa adanya bantuan, bimbingan, serta saran-saran dari berbagai
pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
terima kasih yang tidak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Muhadjir Anwar, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
5. Ibu Dra. Ec. Siti Aminah, selaku dosen wali yang telah memberikan
bimbingan selam menuntut ilmu di Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
6. Seluruh Dosen dan Staf Dosen yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
7. Kedua orang tua tercinta, terima kasih atas segala doa-doa yang telah
dipanjatkan demi kesuksesan anakmu, juga kepada saudara-saudara saya
terutama kakakku Fitrotul Aida sekalian yang telah membantu dalam hal
pembiayaan perkuliahan.
8. Suamiku tercinta MOH. ARIFUL HAQ WKN, terimakasih atas
dukungannya selama ini, juga kedua anakku KAMALUNA & NAFIDZ,
semoga Allah menjadikan kalian anak yang soleh & salihah.
9. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi
terselesaikannya Skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari isi maupun
penyajian Skripsi ini karena keterbatasan yang ada. Oleh karena itu saran dan
kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan
Surabaya, Maret 2014
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Rumusan Masalah ... 8
1.3.Tujuan Penelitian... 8
1.4.Manfaat Penelitian ... 9
BABII TINJ AUAN PUSTAKA 2.1.Penelitian Terdahulu ... 10
2.2.Landasan Teori ... 15
2.2.1.Pemasaran ... 15
2.2.1.1.Pengertian Pemasaran ... 15
2.2.1.2.Pengertian Manajemen Pemasaran ... 16
2.2.1.3.Konsep Pemasaran... 17
2.2.2.Strategi Pemasaran ... 19
2.2.3.Kualitas ... 20
2.2.3.1.Kualitas Produk ... 21
2.2.6.1.Keunggulan Biaya ... 29
2.2.6.2.Keunggulan Diferensiasi ... 30
2.2.6.3.Pengukur Keunggulan Bersaing ... 32
2.2.7.Hubungan Antar Variabel Penelitian ... 36
2.2.7.1.Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Kinerja Pemasaran ... 36
2.2.7.2.Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keunggulan Bersaing ... 37
2.2.7.3.Pengaruh Keunggulan Bersaing Terhadap Kinerja Pemasaran ... 38
2.3.Kerangka Konseptual ... 41
2.4.Hipotesis ... 41
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Definisi Operasional Variabel ... 42
3.1.1.Definisi Operasional Variabel ... 42
3.1.2.Pengukuran Variabel ... 47
3.2.Teknik Penentuan Sampel ... 49
3.2.1.Populasi ... 49
3.2.2.Sampel ... 49
3.3.Teknik Pengumpulan Data... 51
3.3.1.Jenis Data ... 51
3.3.2.Sumber Data ... 51
3.3.3.Pengumpulan Data ... 52
3.4.Uji Kualitas Data ... 53
3.4.1.Outlier ... 53
3.4.2.Uji Validitas ... 54
3.4.3.Uji Reliabilitas ... 54
3.5.Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 56
3.5.1.Analisis Data PLS (Partial Least Square) ... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Deskripsi Hasil Penelitian ... 75
4.1.1.Sejarah Batik Pekalongan ... 75
4.1.2.Deskripsi Karakteristik Responden ... 77
4.1.3.Deskripsi Kualitas Produk (X) ... 80
4.1.3.1.Performance (X1) ... 80
4.1.3.2.Reliability (X2) ... 82
4.1.3.3.Features (X3) ... 84
4.1.3.4.Estetika (X4) ... 85
4.1.4.Deskripsi Keunggulan Bersaing (Y)... 87
4.1.4.1.Deskripsi Harga (Y1) ... 88
4.1.4.2.Deskripsi Time To Market (Y2) ... 89
4.1.4.3.Deskripsi Inovasi Produk (Y3) ... 91
4.1.5.Deskripsi Kinerja Pemasaran (Z) ... 93
4.2.Analisis Data ... 95
4.2.1.Evaluasi Outlier ... 95
4.3.Analisis Partial Least Square ... 98
4.3.1.Evaluasi Model Pengukuran ... 98
4.3.1.1.Evaluasi Validitas ... 98
4.3.1.2.Average Variance Extracted ... 99
4.3.1.3.Uji Reliabilitas... 100
4.3.2.Evaluasi Model Struktural ... 102
4.3.3.Uji Kausalitas ... 103
4.4.Pembahasan... 105
4.4.1.Pengujian Hipotesis Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keunggulan Bersaing ... 105
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan ... 108
5.2.Saran ... 108
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 1.1 Data Top Brand Indeks Untuk Produk Batik ... 6
Tabel 1.2 Tabel Jumlah Pelanggan Pada Pusat Perdagangan Di Kota Pekalongan 2008-2013 ... 7
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Produk Yang Dihasilkan .... 78
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Karyawan ... 79
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat Usaha ... 79
Tabel 4.4 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Performance ... 81
Tabel 4.5 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Reliability ... 83
Tabel 4.6 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Features ... 84
Tabel 4.7 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Estetika ... 86
Tabel 4.8 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kinerja Pemasaran ... 88
Tabel 4.9 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Harga ... 90
Tabel 4.10 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Time To Market ... 91
Tabel 4.11 Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Inovasi Produk ... 93
Tabel 4.12 Residuals Statistik ... 96
Tabel 4.13 Residuals Statistik ... 97
Tabel 4.14 Outer Loading ... 98
Tabel 4.15 Average variance extracted (AVE) ... 100
Tabel 4.16 Composite Reliability... 101
Gambar 2.1 Rantai Nilai ... 29
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual... 41
Gambar.3.1 Langkah-langkah Anaisis Partial Least Square (PLS)... 60
Gambar.3.2 Diagram Jalur untuk Partial Least Square ... 63
Lampiran 1 Kuisioner
Lampiran 2 Tanggapan Responden Teradap Kualitas Produk (X), Kenggulan Bersaing
(Y), dan Kinerja Pemasaran (Z)
Oleh :
FURJ ATUL UDZMA
0712315073/FE/EM
ABSTRAKSI
Dunia perindustrian saat ini sedang berkembang sangat pesat. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya perusahaan dalam berbagai macam produksinya. Kondisi yang demikian menghadapkan suatu perusahaan pada berbagai macam masalah diantaranya adalah persaingan yang kian ketat. Perusahaan – perusahaan yang menawarkan produk sejenis semakin banyak. Peningkatan kualitas merupakan salah satu cara mempertahankan eksistensi produk dalam jangka panjang yang akan memberikan keuntungan bagi perusahaan dalam keunggulan daya saing.
Kualitas produk telah mendapat perhatian yang sangat besar karena kualitas produk merupakan faKtor yang vital dalam menciptakan superior value bagi pelanggan. Terciptanya superior velue bagi pelanggan merupakan batu loncatan bagi perusahaan untuk memperoleh keunggulan kompetitif ( Menon, Jaworski, dan Kohli, 1997. P 187). Keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan tersebut akan mempengaruhi kinerja pasar perusahaan (Droge, et.al, 1995. P 669-670).
Penelitian ini bertujuan menganalisis model konseptual Kualitas Produk kaitannya terhadap Keunggulan Bersaing dan Kinerja Pemasaran UKM Batik di kota Pekalongan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan menyebarkan kuisioner kepada 119 UKM yang berdomisili di kota Pekalongan. Setelah melewati tahap purposive sampling, maka sampel yang layak digunakan sebanyak 115 kuisoner. Untuk pengujian data menggunakan analisis Partial Least Square (PLS). Teknik pengukuran variabel menggunakan skala interval, dengan memakai metode perbedaan semantic (semantic differentials scale).
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dunia perindustrian saat ini sedang berkembang sangat pesat. Hal
tersebut ditandai dengan banyaknya perusahaan dalam berbagai macam
produksinya. Perusahaan-perusahaan yang menawarkan produk sejenis pun
semakin banyak. Kondisi yang demikian membuat perusahaan sering
dihadapkan pada berbagai masalah, diantaranya adalah persaingan bisnis.
Dengan berbagai cara akan dilakukan oleh setiap perusahaan untuk
mempertahankan produknya ditengah-tengah kondisi persaingan yang sangat
ketat. Salahsatunya adalah dengan cara meningkatkan kualitas dari produk
yang dihasilkan.
Disamping itu, tingkat selera konsumen yang semakin kritis membuat
perusahaan harus selalu peka terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen.
Persoalan ini juga membuat kualitas produk menjadi hal yang utama didalam
kondisi saat ini.
Memberikan kualitas produk yang unggul diharapkan dapat
memberikan nilai lebih/superior value untuk mewujudkan kepuasan
konsumen, disamping bertujuan memenuhi keinginan dan kebutuhan
merupakan batu loncatan bagi perusahaan untuk memperoleh keunggulan
kompetitif (Menon, Jaworski dan kohli, 1997. p 187).
Meiliki keunggulan kompetitif umumnya menunjukkan bahwa
organisasi memiliki satu atau lebih dari kemampuan berikut bila
dibandingkan dengan pesaing: harga yang lebih rendah, kualitas tinggi, dapat
diandalkan, dan kecepatan waktu pengiriman. Kemampuan ini, pada
gilirannya, akan meningkatkan kinerja keseluruhan organisasi (Mentzer et al,
2000). Begitu pula dengan kinerja pemasaran yang masuk dan menjadi salah
satu bagian dari kinerja organisasi . Hal ini telah digambarkan oleh Ferdinand
bahwa secara fungsional kinerja perusahaan akan tercermin pada hal-hal
berikut; pertama: kinerja mannajemen SDM yang ada, kedua: kinerja
manajemen operasi produksi, ketiga: kinerja manajemen pemasaran, keempat:
kinerja manajemen keuangan. Ringkasnya, keunggulan kompetitif yang
dimiliki perusahaan tersebut akan mempengaruhi kinerja pasar perusahaan
(Droge, et.al, 1995. P 669 - 670).
Lembaga pengendali mutu di AS “The American Society for Quality”
mendefinisikan mutu/kualitas sebagai sifat dan karakteristik total dari sebuah
produk atau jasa yang berhubungan dengan kemampuanya memuaskan
kebutuhan pelanggan (Kotler & Amstrong, 2001 hal 13).
Selain memiliki pengaruh terhadap keunggulan bersaing, kualitas
produk juga berpengaruh terhadap kinerja pemasaran. Banyak perusahaan
meningkatkan kinerja pemasaran dan untuk menjadi kompetitif. Investasi
kualitas dapat memberikan kepuasan pelanggan yang akhirnya dapat
meningkatkan volume pertumbuhan pelanggan (indicator kinerja pemasaran).
Memberikan kualitas yang tinggi akan menghasilkan kepuasan dan kesetiaan
pelanggan, sekaligus cara untuk mempertahankan dan meningkatkan volume
pelanggan. Menurut GE, John F. Welch Jr. (didalam Kotler & Amstrong,
2001 hal 310) “kualitas merupakan jaminan kami untuk mendapatkan
kesetiaan pelanggan, pertahanan terkuat kami melawan persaingan dari luar
negeri, dan satu-satunya jalan untuk mempertahankan pertumbuhan dan
pendapatan ”. Dengan demikian demikian kualitas yang tinggi akan
berpengaruh pada kinerja pemasaran dalam suatu organisasi. Sesuai dengan
yang dinyatakan dalam jurnal L Lahkal “Quality is expected to increase
market performance” kualitas dapat meningkatkan kinerja pemasaran (Buzzell
and Weirsema, 1981; Wagner, 1984; Jacobson and Aaker, 1987; Mann and
Kehoe, 1994) Dalam jurnal L Lakhal.
Perusahaan/Industri Besar (Large scale enterprise/IB) seringkali
dianggap sebagai motor utama penggerak perkembangan ekonomi. Meskipun
demikian, berbagai studi menunjukkan bahwa pengembangan industri besar
yang modern bukan merupakan cara yang terbaik bagi upaya pembangunan
ekonomi di Negara-negara sedang berkembang. Karena, industri besar yang
modern hanya memerlukan sejumlah kecil tenaga kerja terampil (high-skill
labour) sehingga gagal mengatasi problem pengangguran dari tenaga kerja
sedang berkembang. Pengembangan usaha kecil & menengah (UKM)
dipandang dapat mengatasi kelemahan ini. (Astuti & Widiatmoko, 2003).
Kekuatan ekonomi suatu Negara memiliki korelasi positif dengan
kontribusi usaha kecil dan menengah (UKM) terhadap perekonomian suatu
negara. Semakin besar kontribusi UKM terhadap perekonomian maka makin
kuat ekonomi Negara tersebut. Dan ketika keadaan perekonomian semakin
lesu akibat adanya krisis moneter, Usaha kecil dan menengah tetap mampu
bertahan. Fakta menunjukkan bahwa banyak negara bisa cepat bangkit atau
bahkan tidak terpengaruh oleh badai krisis karena ketangguahan UKM-nya.
Sejarah industri perbatikan Indonesia telah menempuh perjalanan yang
cukup panjang dan mampu melewati ruang waktu disegala zaman. Batik telah
menjadi warisan peradaban dunia. Selain hal tersebut, batik merupakan
warisan budaya Indonesia yang telah ditetapkan oleh UNESCO pada 2 oktober
2009 . Kini, hampir semua orang diseluruh penjuru dunia telah mengenal dan
bersinggungan langsung dengan batik. Mulai dari strata sosial di level paling
atas hingga masyarakat di kelas paling bawah. Mulai dari kualitas yang paling
mewah hingga kualitas yang paling rendah.
Batik Pekalongan bukan hanya terkenal di dalam negeri, tetapi juga
terkenal di mancanegara. Sudah sejak lama batik Pekalongan diekspor ke
sejumlah Negara, antara lain Singapura, Thailand, dan Amerika Serikat.
Sedemikian terkenalnya batik dari pekalongan, Jawa Tengah sehingga jenis
batik ini tidak berhenti hanya menjadi hasil kegiatan ekonomi, tetapi juga telah
Batik Pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya
pada ratusan pengusaha kecil (Usaha kecil-menengah), bukan pada segelintir
pengusaha bermodal besar (Industri besar). Sejak berpuluh tahun lampau
hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik Pekalongan dikerjakan
di rumah-rumah.
Meskipun demikian , sama dengan usaha kecil dan menengah lainnya
di Indonesia, usaha batik Pekalongan kini tengah menghadapi masa transisi.
Perkembangan dunia yang semakin kompleks dan munculnya pesaing baru
atau pesaing lama yang menjadi lebih dikenal oleh para pecinta Batik, seperti ,
Batik Solo, Batik Yogyakarta, Batik Sidoarjo, Batik Madura, Batik Cirebon,
dan berbagai macam batik dari daerah lain yang ada didalam negeri
menantang industri Batik Pekalongan untuk segera mentransformasikan
dirinya kearah yang lebih moderen.
Kini, batik Pekalongan tengah menghadapi persaingan ketat baik
tingkat nasional maupun tingkat internasional. Banyaknya macam produk
batik yang ditawarkan didalam negeri membuat batik Pekalongan bukan
merupakan satu-satunya pilihan yang mampu memenuhi kebutuhan dan
keinginan pelanggan khususnya para pecinta Batik. Ditambah lagi, dengan
adanya produk tekstil dari luar negeri yang terus mendesak pangsa pasar batik
Pekalongan. Padahal, produk yang mereka hasilkan bukan batik. Ini
dikarenakan orang luar negeri sesungguhnya tidak peduli apakah jenis tekstil
yang mereka beli itu batik atau bukan. (www.kompas.com, Download 28
Tabel 1.1
Data Top Brand Indeks
Untuk Produk Batik
Sumber: www.topbrand-award.com
Berdasarkan data TBI (Top Brand Indeks) diatasd apat dilihat bahwa,
merek batik yang termasuk kedalam Top Brand Indeks didominasi oleh merek
batik dari daerah Solo. Sedangkan merek-merek batik yang dihasilkan UKM
batik Pekalongan tidak termasuk dalam daftar TBI. Hal ini membukikan
bahwa batik Pekalongan masih belum unggul khususnya bila dibandingkan
dengan batik dari kota Solo.
Apa yang dihadapi industri batik Pekalongan saat ini tidak beda
jauh dengan persoalan yang dihadapi industri lainnya di Indonesia,
terutama yang berbasis pada pengusahan kecil dan menengah. Persoalan
itu, antara lain, berupa menurunnya daya saing. Daya saing yang menurun
akan berdampak pada turunnya kinerja pemasaran dimana pertumbuhan
pelanggan merupakan salahsatu indikatornya. Sesuai dengan pernyataan
Droge et.al (dalam tesis Lisda Rahmasari) bahwa keunggulan bersaing
yang dimiliki perusahaan melalui berbagai kompetensinya pada akhirnya
Merek Batik (Kota) TBI TOP
Batik Keris (Solo) 34,2% TOP
Kencana Ungu (Solo) 21,6% TOP
Danar Hadi (Solo) 18,3% TOP
Berikut ini adalah data jumlah pelanggan UKM batik kota Pekalongan.
Dilihat dari data pada tahun 2008 hingga tahun 2013terdapat penurunan
jumlah pelanggan batik pekalongan.
Tabel 1.2.
Data jumlah pelanggan
No Tahun J umlah pelanggan Pr osentase Penur unan
1 2008 1.205.468 -
2 2009 1.296.789 +7,57%
3 2010 1.348.985 +4,03%
4 2011 1.201.435 10,9%
5 2012 1.199.893 0,13%
6 2013 1.193.505 0,53%
Sumber : Disperindag Kota Pekalongan
Terkait dengan uraian diatas, fenomena penurunan jumlah
pelanggan secara terus menerus dari tahun 2010 -2013 adalah sebagai
gambaran terjadinya penurunan Kinerja Pemasaran UKM batik
Pekalongan yang dipengaruhi oleh turunnya daya saing UKM.
Permasalahannya adalah bagaimana cara meningkatkan jumlah
pelanggan sehingga kemampuan daya saing dan kinerja pemasaran UKM
batik Pekalongan akan meningkat. Strategi yang dibahas dalam penelitian
ini guna meningkatkan daya saing serta kinerja pemasaran adalah dengan
meningkatkan kualitas produk batik yang dihasilkan oleh UKM – UKM
Berangkat dari latar belakang yang terjadi di UKM Batik Pekalongan
tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang
“ANALISIS KUALITAS PRODUK TERHADAP KEUNGGULAN
BERSAING DAN KINERJ A PEMASARAN UKM BATIK DI KOTA
PEKALONGAN ”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka rumusan
masalah yang ditetapkan adalah sebagai berikut:
1. Apakah Kualitas produk mempunyai kontribusi dalam meningkatkan
Kinerja Pemasaran Usaha Kecil Menengah Batik di kota Pekalongan?
2. Apakah Kualitas produk mempunyai kontribusi dalam meningkatkan
Keunggulan Bersaing Usaha Kecil Menengah Batik di kota Pekalongan?
3. Apakah Keunggulan Bersaing mempunyai kontribusi dalam meningkatkan
Kinerja Pemasaran Usaha Kecil Menengah Batik di kota Pekalongan?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang permasalahan dan rumusan masalah, maka
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :.
1. Untuk menganalisis kontribusi Kualitas produk dalam meningkatkan
Kinerja Pemasaran Usaha Kecil Menengah Batik di kota Pekalongan.
2. Untuk menganalisis kontribusi Kualitas produk dalam meningkatkan
3. Untuk menganalisis kontribusi Keunggulan Bersaing dalam meningkatkan
Kinerja Pemasaran Usaha Kecil Menengah Batik di kota Pekalongan.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan akan didapat dari penelitian yang dilakukan
antara lain :
1. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai solusi alternative
perusahaan dalam meningkatkan keunggulan bersaing dan kinerja
pemasaran , sekaligus memperbaiki kualitas produk yang dihasilkan.
2. Bagi Peneliti
a. Memberikan tambahan wawasan awal bagi penulis dalam menerapkan
teori-teori yang telah diterima di perkuliahkan.
b. Dapat mengembangkan wawasan dan pelajaran untuk penelitian
selanjutnya.
3. Bagi Ilmu Pengetahuan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah dan
sebagai bahan pertimbangan serta sumbangan pemikiran bagi kalangan
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
1. L Lakhal (Journal of the Operational Research Sosi ety Vol.60 2009) hal:
637-6453. Dengan judul “Impact of quality on competitive advantage and
organizational performance”
Penelitian ini menerapkan dan mengembangkan konsep pada
kerangka kerja yang menghubungkan kualitas, keunggulan kompetitif,
dan kinerja organisasi. Data untuk studi ini dikumpulkan dari 74
perusahaan dan hubungan yang diusulkan dalam kerangka ini telah diuji
menggunakan struktural equation modelling.
Hasilnya menunjukkan bahwa semakin meningkat kualitas produk
dapat mengakibatkan semakin meningkat keunggulan bersaing dan
meningkatkan kinerja organisasi.
Kontribusi pada penelitian adalah untuk memberikan dukungan
empiris dampak langsung dan tak langsung pada kualitas produk
terhadap kinerja organisasi dan keunggulan kompetitif di Tunisia.
Sedangkan dalam penelitian skripsi ini, peneliti hanya ingin menguji
dampak kualitas produk dalam meningkatkan keunggulan bersaing, tanpa
melibatkan kinerja organisasi. Persamaan yang lain dalam penelitian ini
2. Devi Dwi Kartika Sari, (Ventura, vol 8, no. 2, Desember 2005) dengan
judul: “Pengaruh Customization, Basic Market Orientation, Competitive
Benchmarking Terhadap Kinerja Pemasaran Usaha Kecil Menengah
Sepatu/Sandal Di Wedoro, Waru Sidoarjo”. Sampel diambil dengan
menggunakan metode purposive sampling yang ditujukan untuk seluruh
usaha kecil yang bergerak dibidang sepatu/sandal di Wedoro,Waru,
Sidoarjo
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Customization,
Basic Market Orientation, Competitive Benchmarking Terhadap Kinerja
Pemasaran Usaha Kecil Menengah Sepatu/Sandal Di Wedoro, Waru
Sidoarjo.
Terdapat lima variabel yang terkandung dalam penelitian ini yaitu,
Customization, Basic market Orientation, dan Competitive benchmarking
sebagai variabel independent. Sedangkan Kinerja Pemasaran yang meliputi
variabel Satisfaction with Profit dan Customer Retention merupakan
variabel dependen.
Dengan menggunakan Structural Equation Model (SEM), hasil
pengujian menunjukkan:1) Customization berpengaruh signifikan terhadap
kinerja pemasaran, 2) Competitive benchmarking dan basic market
orientation berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemasaran.
3. Gendut Sukarno, (National Conference UKWMS Surabaya, 6 September
2008) dengan judul: “Peran Mass Customization Dan Basic Market
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis model konseptual Mass
Customization dan Basic Market Orientation terhadap Kinerja Pemasaran
Produk Merek “Viva” di Surabaya. Sample yang digunakan dalam
penelitian ini adalah counter atau pedagang/toko di Surabaya sebanyak
100.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah .
Equation Modeling [SEM], dan pengukuran modelnya adalah
Confirmatory Factor Analysis [CFA].
Dengan menggunakan AMOS 4.01 hasil pengujian menunjukkan
bahwa Mass Coustomization berpengaruh signifikan dan positif terhadap
kinerja pemasaran produk Merek “Viva” di Surabaya terbukti
kebenarannya. Demikian juga Basic Market Orientation berpengaruh
signifikan dan positif terhadap kinerja pemasaran Produk Merek “Viva”
diSurabaya terbukti kebenarannya.
4. Ginanjar Suendro, WWW.eprints.undip.ac.id/24072/1/GINANJAR,
dengan Judul: “Analisis Pengaruh Inovasi Produk Melalui Kinerja
Pemasaran Untuk Mencapai Keunggulan Bersaing Berkelanjutan”
Penelitian ini menganalisis faktor‐ faktor yang mempengaruhi inovasi
produk sebagai upaya mempengaruhi kinerja pemasaran untuk
peningkatan keunggulan bersaing berkelanjutan. Permasalahan riset
bersumber pada 2 (dua) hal yaitu pertama adalah research gap dari Baker
bersumber dari research problem yaitukurangnya inovasi produk (dari pra
survei).
Dari permasalahan diataslah yang mendasari dilakukan penelitian ini,
yaitu untuk mengetahui faktor‐faktor yang mempengaruhi inovasi produk
yang nantinya mempengaruhi kinerja pemasaran dan akhirnya pada
terbentuknya keunggulan bersaing berkelanjutan. Dalam penelitian ini
dikembangkan suatu model teoritis dengan mengajukan enam hipotesis
yang akan diuji denganmenggunakan Structural Equation Model (SEM)
dengan menggunakan software AMOS 16. Responden yang digunakan
dalam penelitian ini diambil dari responden pengusaha batik berjumlah
114responden.
Hasil dari pengolahan data SEM untuk model penuh telah memenuhi
kriteria goodness of fit sebagai berikut, nilai chi square =170,190;
probability = 0,067; GFI = 0,862; AGFI = 0,817; CFI = 0,979; TLI =
0,975; RMSEA = 0,040; CMIN/DF = 1,182. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa model ini layak untuk digunakan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa inovasi produk dapat ditingkatkan dengan meningkatkan orientasi pelanggan, orientasi pesaing dan koordinasi lintas
fungsi. Selanjutnya, inovasi produk yang semakin tinggi akan
mempengaruhi kinerja pemasaran dan selanjutnya meningkatkan
5. Lisda Rahmasari, www.eprints.undip.ac.id/14687/ dengan Judul: “Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Produk dan Dampaknya
Terhadap Keunggulan Bersaing Serta Kinerja Pemasaran”
Penelitian dilakukan atas dasar perbedaan pandangan penelitian/
research gap faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas produk dengan
objek penelitian di industi manufaktur Semarang. Tujuan dari penelitian
ini adalah menganalisis signifikasi factor-faktor yang mempengaruhi
kualitas produk dan dampaknya terhadap keunggulan bersaing serta
kinerja pemasaran.
Upaya perbaikan kualitas yang dilakukan secara terus menerus akan
meningkatkan keunggulan bersaing dan kinerja pemasaran melalui
pertumbuhan pelanggan. Variabel-variabel kualitas yang digunakan dalam
dalam penelitian ini adalah komitmen top management, tingkat focus pada
pelanggan, dan kualitas desain produk.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah . Equation
Modeling [SEM] dengan kriteria goodness-of-fit serta pengujian hipotesis
yang dilakukan dengan program AMOS 4.0. Data diperoleh melalui
wawancara terhadap 110 Top management perusahaan manufaktur di
Semarang sebagai sample dalam penelitian ini.
Berdasarkan hasil analisis konfirmatoi/Confirmatory Factor Analysis
pada pelanggan, dan kualitas desain produk dapat mempengaruhi kualitas
produk yang dihasilkan dan berdampak pada keunggulan bersaing serta
kinerja pemasaran.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pemasaran
2.2.1.1. Pengertian Pemasaran
Banyak orang mengira pemasaran hanya sekedar penjualan atau
periklanan. Namun, penjualan dan periklanan hanyalah puncak gunung es
pemasaran. Sekarang, pemasaran harus dipahami tidak dalam pengertian
lama- “katakan dan jual” –tetapi dalam pengertian baru yaitu memuaskan
kebutuhan pelanggan. Jika pemasar memahami kebutuhan pelanggan
dengan baik; mengembangkan produk yang mempunyai nilai superior; dan
menetapkan harga, mendistribusikan, dan mempromosikan produknya
dengan efektif, maka produk-produk ini akan terjual dengan mudah. Jadi,
penjulan dan periklanan hanyalah bagian dari “bauran pemasaran”
(“marketing mix”) yang lebih besar-satu set perangkat pemasaran yang
bekerja bersama-sama utnuk mempengaruhi pasar.
Menurut Kotler dan Amstrong pemasaran adalah suatu proses sosial
dan manajerial yang mermbuat individu dan kelompok memperoleh apa
yang mereka butuhkan dan inginkan, lewat penciptaan dan pertukaran
Dari dimensi strategi, Cravens (1996: 22) menjelaskan bahwa
pemasaran merupakan proses perencanaan dan penentuan konsep, harga,
promosi dan distribusi ide, barang atau jasa yang bertujuan menciptakan
pertukaran untuk mencapai tujuan individu maupun organisasi.
2.2.1.2. Pengertian Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran bukan hanya mencari pelanggan yang cukup
banyak untuk output perusahaan saat itu. Perusahaan memiliki suatu
tingkat harapan permintaan atas produk-produknya. Pada suatu saat
tertentu, mungkin saja tidak ada permintaan, permintaannya memadai,
permintaannya tidak teratur, atau terlalu bnayak permintaan, dan
manajemen pemasaran harus mencari cara untuk menghadapi semua
situasi permintaan yang berbeda-beda ini. Manajemen pemasaran tidak
hanya berhubungan dengan mencari dan meningkatkan permintaan, tetapi
juga mengubah atau bahkan menurunkan permintaan.
Dengan adanya hal tersebut, maka manajemen pemasaran
didefinisikan sebagai analisis, perencanaan implementasi, dan
pengendalian dari program-program yang dirancang untuk menciptakan,
membangun, dan memelihara pertukaran yang menguntungkan dengan
pembeli sasaran untuk mencapai tujuan perusahaan (Kotler dan Amstrong,
2.2.1.3. Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran pun semakin meluas. Kunci untuk mencapai
tujuan organisasional yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus
menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan,
menyerahkan , dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar
sasaran yang telah dipilih (Kotler 2006 : 16). Lebih jauh lagi Kotler
menjabarkan mengenai konsep pemasaran holistic (holistic marketing
concept). Konsep pemasaran ini berdasarkan pada pengembangan, desain,
implementasi program pemasaran, proses, dan aktifitas dari unit bisnis dan
interdependensinya. Cravens (1996: 10) mengungkapkan konsep
pemasaran menjadi pedoman penting dalam menjalankan bisnis dan
menciptakan keunggulan bersaing. Jika seseorang tidak menginginkan atau
membutuhkan barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan, maka
konsumen itu tidak akan membelinya. Konsep pemasaran terdiri dari tiga
elemen pokok:
a. Menjadikan kebutuhan dan keinginan konsumen menjadi tujuan bisnis.
b. Menentukan bagaimana organisasi akan memenuhi kebutuhan dan
keiginan tersebut.
c. Mengupayakan kemampuan perusahaan untuk menyajikan kepuasaan
bagi pelanggan dan mendapatkan keunggulan bersaing.
Kotler (2006: 16) juga menyebutkan bahwa konsep pemasaran
holistic terdiri atas empat komponen yakni: relationship marketing,
marketing. Relationship marketing bertujuan membangun tujuan jangka
panjang dengan pelanggan, pemasok distributor, dan mitra lain. Dalam
integrated marketing, pemasar menjalankan aktivitas pemasaran dan
menyusun program pemasaran terpadu untuk menciptakan,
mengkomunikasikan, dan menyampaikan nilai bagi konsumen.
Kesuksesan aktivitas pemasaran juga tergantung pada pekerja yang berada
dibalik aktivitas tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan koordinasi dan kerja
sama antar pekerja pemasaran sebagai upaya intern marketing agar mampu
melayani konsumen dengan baik. Sedangkan sosial responsibility
marketing ditujukan karena baik perusahaan maupun konsumen
merupakan bagian dari masyarakat.
Terlihat bahwa konsep pemasaran ini mempunyai perspektif yang
luas. Dimulai dengan mengenali dan membangun hubungan dengan para
stakeholder, menentukan aktivitas-aktivitas untuk menyajikan nilai,
kemudian mengkoordinasikan pekerja dalam melayani konsumen, dan
berinteraksi dengan lingkungan sdebagai bagian dari masyarakat. Salah
satu konsep dari pemasaran holistik adalah mengintegrasikan aktivitas
eksplorasi, penciptaan, dan penyampaian nilai yang bertujuan membangun
kepuasan jangka panjang dan kesejahteraan para stakeholder.
Meskipun konsep pemasaran ini terlihat mudah , namun tak semua
perusahaan berpedoman pada hal tersebut. Dengan melihat kebutuhan dan
yang bisa menjadi asset utama, maka secara otomatis perusahaan telah
menciptakan keunggulan bersaing.
2.2.2. Str ategi Pemasaran
Untuk mencapai kinerja yang optimal, diperlukan strategi bisnis
yang tepat. Strategi bisnis membahas bagaimana perusahaan mendapatkan
posisi dalam pasar, menarik dan mempertahankan keunggulan bersaing,
menjalankan operasi, dan mencapai target-target lainnya (Thompson 2003:
3). Strategi bisnis disusun berdasar perencanaan strategisnya untuk
membuat unit bisnis itu menjadi lebih menguntungkan dengan
mempertimbangkan prioritas pelanggan.
Dalam merencanakan perencanaan strategis, pemasar memegang
kendali penting. Perusahaan harus mempertimbangkan bauran pemasaran
produk yang dihasilkan serta kondisi pasar. Rencana pemasarn strategis
penting dalam mengembangkan tujuan-tujuan perusahaan dan strategi
pemasaran. Pemasaran strategis menentukan nilai yang ingin disampaikan
pada konsumen, meliputi segmentation, targeting, dan positioning.
Sedangkan penyampaian dan pengkomunikasian nilai tersebut,
dilaksanakan berdasar apa yang telah ditetapkan dalam rencana pemasaran
taktis.
Perusahaan hendaknya juga mengetahui bagaimana menyajikan nilai
bagi konsumennya. Salah satu cara adalah dengan meningkatkan kualitas
memberikan nilai tambah bagi pelanggan yang dapat menciptakan
kepuasan pelanggan. Pada akhirnya, hal tersebut akan membantu
perusahaan dalam meningkatkan keunggulan bersaingnya.
Strategi pemasaran menjelaskan bagaimana perusahaan mencapai
dan mempertahankan keunggulan bersaing serta membangun sinergi.
Dengan mengggali sumber daya yang dimiliki, perusahaan akan
mendapatkan keunggulan bersaingnya. Namun, sumber daya tersebut
harus bernilai bagi konsumen, unik dan sulit ditiru oleh pesaing.
Keunggulan bersaing tercapai ketika konsumen cenderung memilih barang
atau jasa perusahaan tertentu dibanding barang atau jasa pesaingnya.
2.2.3. Kualitas
Menurut American Sosiety of Quality Control, kualitas adalah
totalitas fitur dan karakteristik produk atau jasa yang mempengaruhi
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan yang dinyatakan atau disiratkan.
Definisi ini mengesankan bahwa suatu perusahaan telah memberikan
kualitas apabila produk dan jasanya telah memenuhi atau melebihi
keinginan, persyaratan, dan harapan pelanggan.
Goetsch Davis dalam Yamit,Z (2002: 8) membuat definisi kualitas
yang lebih luas cakupannya yaitu, kualitas merupakan suatu kondisi
dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Pendekatan yang
menekankan pada aspek hasil akhir, yaitu produk dan jasa tetapi juga
menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas lingkungan.
Sangatlah mustahil menghasilkan produk dan jasa berkualitas tanpa
melalui manusia dan proses yang berkualitas.
2.2.3.1. Kualitas Produk
Kotler dan Armstrong (2001: 354) arti dari kualitas produk adalah
kemampuan suatu produk untuk melaksanakan fungsinya, meliputi daya
tahan, keandalan, ketepatan, kemudahan operasional dan perbaikan, serta
atribut bernilai lainya.
Kualitas produk merupakan pemahaman bahwa produk yang
ditawarkan oleh penjual mempunyai nilai yang lebih yang tidak dimiliki
oleh produk pesaing. Oleh sebab itu perusahaan berusaha memfokuskan
pada kualitas produk dan membandingkanya dengan produk yang
ditawarkan oleh perusahaan pesaing. Akan tetapi, suatu produk dengan
penampilan terbaik atau bahkan dengan penampilan yang lebih baik bukan
lah merupakan produk dengan kualitas tertinggi jika tampilannya bukanlah
yang diinginkan dan dibutuhkan oleh pasar.
Berdasarkan perspektif kualitas, David Garvin dalam Yamit, Z
(2002: 10) mengembangkan dimensi kualitas produk kedalam delapan
dimensi yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan strategis bagi
1. Realibility (Realibilitas), yaitu suatu produk akan bekerja dengan
memuaskan atau tidak dalam jangka waktu tertentu. Realibilitas
berhubungan dengan jumlah kerusakan yang dialami pelanggan
sesudah pembelian suatu produk.
2. Durabilitas (Daya tahan), adalah berapa lama atau umur produk yang
bersangkutan bertahan sebelum diganti. Semakin besar frekuensi
pemakaian konsumen terhadap produk maka semakin besar pula
durabilitas produk.
3. Performance (Kinerja), berhubungan dengan karakteristik operasi
dasar dari sebuah produk.
4. Esthetics (Estetika), berhubungan dengan bagaimana penampilan
produk, bisa dilihat dari tampak, rasa, model/gaya, dan bentuk dari
produk.
5. Conformance (Konformasi), yaitu suatu tingkatan dimana suatu desain
produk dan karakteristik operasinya mendekati standar target.
6. Features (Fitur), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk
menyempurnakan fungsi produk atau menambah ketertarikan
konsumen terhadap produk.
7. Serviceability (Pelayanan), yaitu kecepatan atau kemudahan untuk
memperoleh reparasi produk.
8. Perceived quality (Kualitas yang dipersepsikan), pandangan kualitas
dan sesudah pembelian. Persepsi konsumen terhadap produk didapat
dari harga, merek, periklanan, reputasi, dan negara asal produk.
Menurut David Garvin dalam Yamit (2002: 10), mengidentifikasi
lima pendekatan perspektif kualitas produk yang dapat digunakan oleh
para praktisi bisnis, yaitu:
1. Transcendental Approach
Kualitas dalam pendekatan ini adalah sesuatu yang dapat dirasakan,
tetapi sulit didefinisikan dan dioperasionalkan maupun diukur.
Perspektif ini umumnya diterapkan dalam karya seni seperti seni
music, seni tari, seni drama dan seni rupa. Untuk produk dan jasa
perusahaan dapat mempromosikan dengan mengunakan
pernyataan-pernyataan seperti kelembutan dan kehalusan kulit (sabun mandi),
kecantikan wajah (kosmetik). Definisi seperti ini sangat sulit untuk
dijadikan sebagai dasar perencanaan dalam manajemen kualitas.
2. Product-based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini adalah suatu karakteristik atau atribut
yang dapat diukur. Perbedaan kualitas mencerminkan adanya
perbedaan atribut yang dimilliki produk secara objektif, tetapi
pendekatan ini tidak dapat menjelaskan perbedaan dalam selera dan
preferensi individual.
3. User-based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa
paling memuaskan preferensi seseorang atau cocok dengan selera
(fitness for used) merupakan produk yang berkualitas paling tinggi.
Pandangan yang subjektif ini mengakibatkan konsumen yang berbeda
memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda pula, sehingga
kualitas bagi seseorang adalah kepuasan maksimum yang dapat
dirasakannya.
4. Manufacturing-based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini adalah bersifat supply-based atau dari
sudut pandang produsen yang mendefinisikan kualitas sebagai sesuatu
yang sesuai dengan persyaratannya (conformance quality) dan
prosedur. Pendekatan ini berfokus pada kesesuaian spesifikasi yang
ditetapkan perusahaan secara internal. Oleh karena itu yang
menentukan kualitas adalah standar-standar yang ditetapkan
perusahaan, dan bukan konsumen yang menggunakannya.
5. Value-based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini adalah memandang kualitas dari segi
nilai dan harga. Kualitas didefinisikan sebagai “affordable excellence”.
Oleh karena itu kualitas dalam pandangan ini bersifat relative,
sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu
produk yang paling bernilai. Produk yang paling bernilai adalah
2.2.4. Produk
2.2.4.1. Pengertian Pr oduk
Kotler dan Armstrong (2001: 346), produk adalah segala sesuatu
yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli,
digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan kebutuhan.
Produk mencakup lebih dari sekedar barang berwujud (tangible)
saja, melainkan juga termassuk barang tak berwujud (intangible). Dalam
merencanakan penawaran produk perusahaan harus memperhatikan lima
tingkatan produk (five levels of produk). Menurut Kotler (2001:348),
produk terdiri dari lima tingkatan yakni : Core benefit, Generic product,
Expected product, Augmented produk, dan Potential product.
1. Core Benefit
Tingkat produk yang paling dasar, jasa atau manfaat fundamental yang
sesungguhnya dibeli konsumen. Pada tingkat ini perusahaan harus
memandang dirinya sebagai penyedia manfaat bagi konsumennya.
2. Basic Product
Pada tingkatan ini perusahaan telah merubah manfaat inti menjadi produk
dasar atau gambaran dasar dari suatu produk.
3. Expected Product
Pada tingkatan ini perusahaan menyiapkan sebuah produk yang
diharapkan, sebuah kumpulan atribut dan kondisi yang biasanya
diharapkan pembeli pada saat akan membeli produk.
Perusahaan menyiapkan produk tambahan yang memenuhi harapan
konsumen. Produk tambahan ini membuat perusahaan untuk melihat dari
sudut pandang konsumen secara utuh. Pada tingkat produk ini akan dinilai
oleh pembeli melalui manfaat tambahan yang ada dalam produk tersebut.
5. Potential Product
Adalah semua tambahan dan perubahan bentuk yang mungkin terjadi pada
produk dimasa yang akan datang, maksudnya yaitu kemungkinan produk
akan berkembang. Pada tingkat ini dimana perusahaan mencari berbagai
cara untuk memuaskan konsumen dan mencari pembedaan atas tawaran
mereka dengan pesaingnya.
2.2.4.2. Tahap-tahap Siklus Hidup Produk
Siklus hidup produk adalah suatu konsep penting yang memberikan
pemahaman tentang dinamika kompetitif suatu produk. Siklus hidup
produk dapat dibagi dalam empat tahap yaitu:
1. Perkenalan (introduction)
Suatu periode pertumbuhan penjualan yang lambat saat produk itu
diperkenalkan dipasar. Laba belum diperoleh pada tahap ini karena
biaya pengenalan produk sangat besar.
2. Pertumbuhan (growth)
Suatu periode penerimaan pasar yang cepat dan peningkatan laba yang
pesat.
Suatu periode dimana produk telah diterima oleh sebagian besar
pembeli potensial, diperlukan biaya pemasaran yang besar untuk
mempertahankan produk dalam menghadapi pesaing.
4. Penurunan (declaine)
Suatu periode ketika penjualan turun dan laba merosot.
2.2.5. Kinerja Pemasaran
Kinerja pemasaran merupakan konsep untuk mengukur prestasi
pemasaran suatu produk (Permadi, 1998) dalam jurnal Ginanjar.
Kinerja perusahaan merupakan konstruk (faktor) yang umum
digunakan untuk mengukur dampak dari sebuah strategi perusahaan.
Strategi perusahaan selalu diarahkan untuk menghasilkan kinerja baik
berupa kinerja pemasaran (seperti volume penjualan, porsi pasar/ market
share, tingkat pertumbuhan penjualan) maupun kinerja keuangan (seperti
ROI), (Ferdinand, 2006).
Secara fungsional, kinerja perusahaan akan tercermin pada kinerja
pemasaran. Perusahaan yang berkinerja baik akan nampak pada tingginya
kinerja manajemen pemasaran seperti tingginya volume penjualan,
tingginya market share serta, serta tingginya profitabilitas pemasaran
(Ferdinand, 2006).
Menurut Slater dan Nerver (1994) dikutip dari jurnal Sukarno
pemasaran adalah pertumbuhan pelanggan, pertumbuhan keuntungan, dan
Return On Investment (ROI).
2.2.6. Keunggulan Bersaing
Menurut Porter keunggulan bersaing adalah jantung kinerja
perusahaan dalan pasar bersaing. Keunggulan bersaing juga dapat
didefinisikan sebagai keunggulan suatu perusahaan dibanding pesaingnya
dalam hal biaya yang rendah dan deferensiasi.
Keunggulan bersaing berkaitan dengan cara bagaimana perusahaan
memilih dan benar-benar dapat melaksanakan strategi generik ke dalam
praktik (Porter, 1994). Semua bagian yang ada dalam organisasi, baik
yang berupa sumber daya maupun aktifitas, dapat menjadi keunggulan
bersaing melalui 3 alternatif strategi: cost leadership, differentiation, atau
focus. Dengan memperkenalkan suatu alat yang dikenal sebagai analisis
rantai nilai, manajemen dapat memisahkan aktifitas-aktifitas dasar yang
dilakukan oleh perusahaan, mulai dari aktivitas desain, proses produksi,
pemasaran sampai dengan jasa pelayanan setelah penjualan dan semua
kegiatan pendukung mulai dari manajemen sumber daya manusia,
infrastruktur, pembelian dan pengembangan teknologi (lihat gambar 1).
Porter memberikan sebuah perspektif baru dan praktis tentang strategi
bersaing dengan memperlihatkan bagaimana semua aktifitas dasar dan
aktifitas pendukung ini dapat dipadukan sehingga membentuk sinergi yang
Sehubungan dengan rantai nilai sebagai alat yang dapat
dipergunakan untuk menganalisis aktivitas-aktivitas dasar perusahaan,
maka keunggulan bersaing terbagi kedalam lima dimensi (Koufteros et al):
penetapan harga yang kompetitif, harga premium, nilai mutu kepada
konsumen, kemampuan dalam penyerahan produk, dan inovasi produk.
Dimensi keunggulan bersaing yang digunakan dalam penelitian ini adalah
harga, waktu pemasaran dan inovasi produk.
Gambar 2.1. rantai nilai
Sumber: M.E.Porter, 1994. Keunggulan Bersaing Menciptakan dan Mempertahankan Kinerja Unggul. Edisi Terjemah. Binarupa Aksara: Jakarta.
2.2.6.1. Keunggulan Biaya
Keunggulan biaya merupakan salah satu dari dua keunggulan yang
diperkenalkan oleh Porter. Keunggulan biaya memungkinkan perusahaan
INFRASTRUKTUR PERUSAHAAN M ANAJEM EN SUM BER DAYA PENGEM BANGAN TEKNOLOGI
PEM BELIAN
untuk menekan struktur biaya dibawah pesaing namun tetap
mempertahankan eksitensi barang atau jasanya dipasar. Dengan kata lain,
keunggulan biaya terjadi jika biaya kumulatif dalam melakukan aktivitas
nilai lebih rendah dari pesaing. Perusahaan bisa memilih strategi ini jika
barang atau jasa yang dihasilkan merupakan produk komoditas atau tidak
jauh berbeda dengan yang dihasilkan oleh pesaing.
Dengan unggul dalam biaya, perusahaan bisa mendapatkan
kinerja diatas rata-rata industrinya. Keuntungan didapat dari harga yang
sama atau bahkan lebih rendah karena biaya per unit murah. Selain itu,
dengan harga yang rendah perusahaan dapat meningkatkan penjualan dan
memperluas pangsa pasar, bahkan dapat dengan mudah memasuki pasar
baru. Strategi ini cocok digunakan bagi barang atau jasa yang
konsumennya sensitive terhadap perubahan harga.
2.2.6.2. Keunggulan Diferensiasi
Suatu perusahaan juga bisa meraih keunggulan bersaingnya dengan
melakukan diferensiasi. Membangun keunggulan diferensiasi berarti
menciptakan sesuatu yang unik dalam pasar. Melalui strategi ini, seluruh
kekuatan dan kemampuan perusahaan digunakan untuk menunjukkan cirri
yang berbeda dari pesaing di mana hal tersebut dinilai tinggi oleh
konsumen. Keuntungan diatas rata-rata bisa diperoleh perusahaan yang
unggul dalam hal diferensiasi. Perusahaan mempunyai kekuatan untuk
Diferensiasi dapat dikembangkan dengan melihat sumber keunikan
yang terdapat disepanjang rantai nilai. Tak hanya itu, dalam rantai nilai
pun akan bisa dieksploitasi differentiation driver lain sehingga peluang
untuk melakukan diferensiasi semakin besar. Perusahaan yang ingin
unggul dalam diferensiasi, harus mampu mengeksploitasi semua sumber
diferensiasinya namun tetap menjaga keunggulan biaya.
Diferensiasi dianggap memiliki daya tahan yang besar jika produk
yang ditawarkan sulit ditiru atau langka dipasar. Daya tahan tersebut
dibangun dari identifikasi sumber nilai yang tepat dan keunikan yang tidak
mudah ditiru oleh pesaing. Perusahaan juga perlu memperhatikan
diferensiasi yang diciptakannya. Tidak semua diferensiasi yang diciptakan
bernilai bagi konsumen.
Menurut Craven (1996: 18) untuk memperoleh keunggulan
bersaing, yang perlu diperhatikan adalah:
1. Prosesnya harus terfokus kepada konsumen.
2. Analisa kebutuhan atau keinginan yang sesuai segmen pasar.
3. Peluang untuk memperoleh manfaat, didapat dari selisih yang
diinginkan konsumen dengan usaha pesaing untuk memuaskan
mereka.
4. Peluang dapat diketahui dengan mencari atribut produk yang khusus,
dimana permintaan pembeli ada yang tidak terpuaskan.
5. Analisis kepuasan konsumen harus mengidentifikasikan
2.2.6.3. Pengukur Keunggulan Bersaing (Koufteros et al)
1. Harga
Secara sederhana, istilah harga dapat diartikan sebagai jumlah uang
(satuan moneter) dan/atau aspek lain (non-moneter) yang mengandung
utilitas/kegunaan tertentu yang diperlukan untuk mendapatkan suatu
produk.
Secara sederhana, istilah harga dapat diartikan sebagai jumlah uang
(satuan moneter) dan/atau aspek lain (non-moneter) yang mengandung
utilitas/kegunaan tertentu yang dipelukan untuk mendapatkan suatu
produk. (Tjiptono, Chandra & Dadi; 2008)
Harga memainkan peranan penting bagi perekonomian sacara
makro, konsumen, dan perusahaan. Bagi perusahaan, harga merupakan
satu-satunya elemen bauran pemasaran yang mendatangkan pendapatan
dibandingkan dengan bauran pemasaran lainnya (produk, distribusi dan
promosi). Harga produk adalah determinan utama bagi permintaan pasar
atas produk bersangkutan. Dengan demikian, harga memengaruhi posisi
bersaing dan pangsa pasar perusahaan (Tjiptono, Chandra & Dadi; 2008).
Dalam pasar oligopoly, misalnya, tingkat harga produk sebuah
perusahaan dapat memengaruhi volume penjualan para pesaingnya. Dalam
pasar yang lebih kompetitif dengan diferensiasi produk yang kurang
signifikan, strategi penetapan harga bisa jadi merupakan kunci
2. Kecepatan penciptaan pr oduk bar u (Time to mar ket)
Menurut L lahkal Time to market adalah “an organization is
capable of introducing new products faster than major competitors”. Jika
diterjemahkan, time to market adalah suatu perusahaan memiliki
kemampuan dalam memperkenalkan produk baru lebih cepat dari pada
para pesaingnya.
Berkaitan dengan time to market, urutan dalam memasuki pasar
(order of market entry) merupakan satu hal yang menarik yang patut kita
bahas.banyak manajer, konsultan, wirausahawan, maupun pakar
pemasaran yang meyakini bahwa kepeloporan pasar sangat krusial dan
menentukan kesuksesan sebuah perusahaan atau suatu merek dalam
bisnisyang digeluti. Kendati demikian, tidakn sedikit penelitian yang
menunjukkan bahwa pandangan semacam itu tidak sepenuhnya benar.
Istilah pionir mempunyai beberapa macam lingkup definisi. Salah
satunya adalah definisi yang lebih spesifik dikemukakan oleh Schnaars
(1994) yang merumuskan pionir sebagai perusahaan yang
memperkenalkan suatu produk ke pasar dan pertama kali menjualnya
dengan sukses. Jadi criteria pionir lebih ditekankan pada keberhasilannya
dalam memasarkan suatu produk pertama kali ke pasar baru.
Hingga saat ini banyak pelaku bisnis yang mendambakan posisi
pionir dalam setiap kategori produk yang dimasukinya. Pandangan ini
dilatarbelakangi hasil berbagai riset yang menunjukkan bahwa pionir pasar
kepemimpinan pasar (Robinson & Fornell, 1985; Urban, et al., 1986).
Sebagai contoh, perusahaan-perusahaan pionir seperti Coca-Cola,
Eastman, Kodax, Xerox, Hallmark, Campbell, dan Amazon.com
mendominasi pasar hingga saat ini.
Berbagai literatur pemasaran mengungkap paling tidak sembilan
aspek yang diyakini sebagai keunggulan pionir (Brown, 1997; D’Aveni,
1994; Jain, 2000; Robinson, 1988; Schnaars, 1994). Pertama, response
lags antara pionir pertama yang memasuki pasar dan perusahaan kedua
yang memasuki pasar memberikan kesempatan kepada pionir untuk
menjadi monopolis temporer dan meraup pendapatan substansial. Kedua,
pionir berkesempatan untuk mencapai skala ekonomis sebelum later
entrans (perusahaan atau merek yang masuk belakangan) masuk. Ini
dikarenakan pionir cenderung memiliki pasar yang dilayani lebih luas
dibandingkan para pesaingnya. Ketiga, pionir berpeluang membangun
loyalitas merek dan switching costs (baik ekonomis maupun psikologis)
terlebih dahulu, sehingga setiap pendatang baru harus bekerja keras guna
meyakinkan pelanggan agar bersedia beralih keproduknya. Dengan
demikian, pionir bisa mendapatkan loyalitas dari konsumen-konsumen
yang tergolong risk averse.
Keempat, pionir berpeluang mendapatkan citra dan reputasi positif
atas daya inovasi dan keprogresifannya dalam membuka pasar. Kelima,
terciptanya hambatan masuk bagi para later entrans bila pionir
mendominasi jaringan distribusi dan periklanan, sehingga hanya akan
tersedia tempat terbatas bagi para pendatang berikutnya.
Ketujuh, pionir dapat menciptakan standar produk, standar industri,
dan basis pelanggan yang berguna untuk mendukung penyempurnaan
produk selanjutnya. Dalam beberapa industri, seperti jasa telepon dan
Internet Service Provider (ISP), nilai sebuah perusahaan akan meningkat
seiring dengan bertambahnya jumlah pelanggan.. pada situasi seperti ini,
pionir biasanya memperoleh keunggulan kompetitif dibandingkan later
entrans. Kedelepan, pionir berpeluang untuk mempercepat proses
belajarnya dalam hal produksi dan teknologi dibandingkan para
pesaingnya. Kesembilan, pionir dapat mendominasi berbagai asset langka ,
seperti sumber daya alam, lokasi, dan rak pajangandi gerai ritel.
Implikasinya, dari kesembilan keunggulan diatas, pionir lebih berpotensi
mendapatkan keunggulan bersaing dalam industrinya.
3. Inovasi pr oduk
Inovasi merupakan salah satu alternative bagi organisasi untuk
berkembang dan bertahan hidup dalam lingkungan yang dinamis dan
bergejolak (Cottam,2001 dalam Hanny, 2005). Karenanya, suatu
perusahaan perlu menggiatkan aktivitas pemasaran dan inovasinya untuk
mendapatkan kinerja yang optimal. Perusahaan yang tidak mau
melakukan inovasi tentu akan tertinggal dari para pesaingnya.
Besar kecilnya inovasi yang dilakukan oleh suatu organisasi
Hurley et. al. (1998) berpendapat bahwa inovasi adalah kapasitas atau
kemampuan untuk memperkenalkan proses, produk atau jasa, atau ide baru
dalam organisasi. Melalui inovasi, perusahaan bisa menjadi proaktif dalam
mengeksplorasi peluang-peluang baru. Hult dan ketchen (2001)
menambahkan inovasi memberikan kontribusi pada posisi bersaing suatu
perusahaan yang pada akhirnya akan membawa perusahaan tersebut
mencapai keunggulan bersaing. Inovasi juga menjelaskan upaya
pembelajaran dan perubahan yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk
berkembang dan memasarkan produk barunya (Calantone dan Cavusgil,
2002).
2.2.7. Hubungan Antar Variabel Penelitian
2.2.7.1. Pengaruh Kualitas Pr oduk Terhadap Kinerja Pemasaran
Kinerja pemasaran, sebagai salah satu aspek dalam menentukan
kinerja bisnis perusahaan dapat meningkat apabila perusahaan mampu
memilih dan mengimplementasikan pendekatan yang tepat. Secara teoritis
terdapat banyak cara untuk mencapai dan melanggengkan kinerja
pemasaran . Salah satu diantaranya adalah teori yang dikemukakan oleh
Balakrishnan (1996), yang menyatakan, bahwa dengan berorientasi
terhadap pelanggan dan pesaing maka suatu perusahaan akan dapat
menigkatkan kinerjanya. Adapun memberikan produk yang berkualitas
adalah salah satu upaya yang berorientasi pada pelanggan. Dengan adanya
tetapi kualitas dapat menciptakan kepuasan bagi pelanggan. Kepuasan
pelanggan merupakan bentuk dari strategi yang berorientasi pada
pelanggan yang nantinya akan berpengaruh terhadap kinerja pemasaran
perusahaan.
Dengan kata lain, terdapat pengaruh positif antara kualitas produk
dan kinerja pemasaran. Berdasarkan penelitian L Lahkal, kualitas dapat
meningkatkan kinerja pemasaran, “Quality is expected to increase market
performance” kualitas dapat meningkatkan kinerja pemasaran (Buzzell
and Weirsema, 1981; Wagner, 1984; Jacobson and Aaker, 1987; Mann and
Kehoe, 1994).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas produk
mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja pemasaran, jika
kualitas produk meningkat maka kinerja pemasaran akan meningkat.
2.2.7.2. Pengaruh Kualitas Pr oduk Terhadap Keunggulan Bersaing
Secara konsisten memberikan kualitas yang superior akan
memungkinkan suatu perusahaan membangun sejumlah kekuatan penting
seperti rintangan masuk yang kompetitif, loyalitas pelanggan, produk yang
dibedakan, biaya pemasaran yang rendah, dan harga yang lebih tinggi.
Kualitas adalah totalitas fitur dan karakteristik produk atau jasa
yang mempengaruhi kemampuannya untuk memenuhi keinginan yang
dinyatakan atau yang tersirat (Kotler & Amstrong, 2001). Definisi kualitas
jasa suatu perusahaan telah memenuhi atau melebihi keinginan,
persyaratan, dan harapan pelanggan maka perusahaan tersebut telah
memberikan suatu kualitas.
Suatu kualitas dan service pelanggan dapat memberikan atau
menimbulkan rintangan masuk yang lebih tinggi terhadap persaingan.
Agar perusahaan mampu mengalahkan pesaingnya, perusahaan harus
dapat menawarkan produk dan service pelanggan yang lebih berkualitas
dan lebih baik dibandingkan para pesaingnya. Dengan kata lain, kualitas
produk yang lebih tinggi dan service yang lebih cepat, dapat dipergunakan
untuk memperoleh keunggulan bersaing (Supranto, 2003)
Dalam jurnal (Journal of the Operational Research Society, 2009)
oleh Lakhal menunjukkan bahwa perbaikan kualitas berperan penting
dalam meningkatkan keunggulan bersaing. Perusahaan dengan tinggat
kualitas produk yang tinggi akan mempunyai tingkat keunggulan bersaing
yang tinggi. Jadi, terdapat hubungan yang positif signifikan antara kualitas
produk dan keunggulan bersaing.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas produk
mempunyai pengaruh yang positif terhadap keunggulan bersaing, jika
kualitas produk tinggi maka keunggulan bersaung akan meningkat.
2.2.7.3. Pengaruh Keunggulan Bersaing Terhadap Kinerja Pemasaran.
Dengan menguasai tentang aspek-aspek keunggulan bersaing
diberikan, atau harga yang lebih rendah, ketepatan waktu dalam pemasaran
produk, dan inovasi produk. Maka akan berpengaruh terhadap kinerja pada
sebuah perusahaan terutama kinerja dalam aspek pemasaran yang meliputi,
tingkat pertumbuhan penjualan, volume penjualan, dan pertumbuhan
pelanggan.
Porter (1992) mengemukakan bahwa keunggulan bersaing pada
dasarnya tumbuh dari nilai atau manfaat yang dapat diciptakan perusahaan
bagi para pembelinya yang lebih dari biaya yang harus dikkeluarkan
perusahaan untuk menciptakannya. Nilai atau manfaat inilah yang sedia
dibayar oleh pembeli, dan nilai yang unggul berasal dari penawaran harga
yang lebih rendah ketimbang harga pesaing untuk manfaat setara atau
penawaran manfaat unik yang melebihi harga yang ditawarkan. Teori
porter tentang keunggulan bersaing ini merumuskan bahwa dengan adanya
keunggulan bersaing tentunya akan menciptakan kepuasan pelanggan.
Seiring dengan hal tyersebut maka pertumbuhan pelanggan akan
meningkat yang bersamaan dengan meningkatnya pertumbuhan penjualan
dan volume penjualan. Dengan meningkatnya ke tiga factor (pertumbuhan
pelanggan, volume penjualan, dan pertumbuhan penjualan) tersebut akan
berpengaruh positif terhadap kinerja pemasaran. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa keunggulan bersaing yang tinggi akan menciptakan kinerja
pemasaran yang tinggi pula. Sesuai dengan pernyataan Droge et.al (dalam
perusahaan melalui berbagai kompetensinya pada akhirnya dapat
mempengaruhi kinerja pemasaran.
Berdasarkan penelitian Ginanjar, ada pengaruh yang positif antara
keunggulan bersaing dengan kinerja pemasara.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keunggulan bersaing
mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja pemasaran, jika
2.3.Kerangka Konseptual
Gambar 2.2
Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis
Berdasarkan studi pustaka tersebut, maka dapat dibentuk hipotesa :
H1: Semakin tinggi Kualitas Produk yang dihasilkan, maka semakin
meningkat Kinerja Pemasaran UKM Batik Pekalongan.
H2: Semakin tinggi Kualitas Produk yang dihasilkan, maka semakin
tinggi Keunggulan Bersaing UKM Batik Pekalongan.
H3: Semakin tinggi Keunggulan bersaing yang dimiliki, maka semakin
tinggi Kinerja Pemasaran UKM Batik Pekalongan. H3 H2
Keunggulan ber saing (Y) Kualitas
pr oduk
(X)
Kiner ja pemasar an
(Z)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas, serta untuk lebih dapat
memahami isi dan agar konsep yang digunakan dalam penelitian ini dapat
diukur dan untuk menghindari penafsiran makna yang berbeda atau adanya
kesalahan dalam penafsiran konsepsi itu harus diberi definisi.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini diukur dengan skala interval
untuk mendapatkan tanggapan tentang kontribusi inovasi produk, merek,
dan kualitas produk dalam meningkatkan keunggulan bersaing pada
industri batik. Variabel-variabel dalam penelitian ini akan dianalisis
sebagai berikut :
3.1.1. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional menerangkan bagaimana mengukur atau
mengoperasikan suatu konsep. Adapun operasional dan variabel-variabel
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kualitas Produk (X)
Menurut American Society for Quality Control. Pada industri batik,
Batik yang berkualitas merupakan pemahaman bahwa batik tersebut tidak
tidak lebih dari 3%, harga sesuai dengan jenis bahan dan kesulitan dalam
membuat. Dalam penelitian ini ada 4 dimensi (dengan 9 indikator) yang
digunakan dari 10 dimensi kualitas produk menurut David Garvin dalam
Yamit, Z (2002: 10). Dimensi-dimensi tersebut meliputi :
1. Performance (Kinerja) adalah hal yang berkaitan dengan aspek
fungsional suatu barang dan merupakan karakteristik utama yang
dipertimbangkan pelanggan dalam membeli barang tersebut, meliputi:
a. Kain sebagai bahan baku utama Batik merupakan kain yang
nyaman untuk digunakan.
b. Proses pembatikan kain menggunakan bahan baku (lilin atau
malam) dan alat (canting atau mesin) yang berkualitas, sehingga
mampu menghasilkan batik-an yang indah dan rapih. Tenaga kerja
yang digunakan sudah ahli dan terlatih, sehingga kecil
kemungkinan terjadi kesalahan atau cacat pada produk kain batik
yang dihasilkan
2. Reliability (Kehandalan) adalah berkaitan dengan kemungkinan terjadi
kerusakan pada waktu pemakaian atau produk bekerja sangat
memuaskan sesuai janji produk.
a. Warna kain Batik tidak mudah luntur dan tahan lama
b. Kain tidak mengalami penyusutan atau sedikit penyusutannya