• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PRIA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN KB PRIA (VASEKTOMI) DI KECAMATAN PAKAL KOTA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PRIA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN KB PRIA (VASEKTOMI) DI KECAMATAN PAKAL KOTA SURABAYA."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara FISIP UPN “veteran” J awa Timur

Oleh :

Galih Dwi Saputr a

NPM : 0941010040

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

(2)

rahmat, berkat, dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Upaya Peningkatan Partisipasi Pr ia Dalam Mengikuti Kegiatan KB Pria (Vasektomi) Di Kecamatan Pakal Kota Sur abaya.”

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan kurikulum Program Studi Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dra. Susi Hardjati, M.AP selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun dalam pelaksanaan penyusunan Skripsi ini. Disamping itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosia dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur.

2. Dr. Lukman Arif, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur.

(3)

5. Pak Suharto, selaku ketua Paguyuban Siwalan Mesra 6. Ibu Muji, Selaku Anggota PLKB Kecamatan Pakal

7. Kedua Orang Tuaku yang telah memberikan semuanya, termasuk doa restu, kasih sayang, tuntunan, bimbingan, dorongan, semangat dan bantuan kepada penulis. Terima kasih atas segala sesuatunya selama ini, semua itu adalah yang terbaik buat penulis.

8. Kakakku (Ika dan Kuswandi) serta Keponakan (Ollan dan Nindy) yang telah menyayangi dan memberi semangat, terima kasih atas perhatiannya.

9. Teman-teman Jurusan Ilmu Administrasi Negara angkatan 2009 (Vera, Dinar, Rendi, anjar, Rerin, Andre, Indra, Septiyan) dan Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan.Akhir kata dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan khususnya bagi penulis dan bagi fakultas pada umumnya serta para pembaca.

Surabaya, Desember 2013

(4)

HALAMAN PERSETUJ UAN ...

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABSTRAKSI ... ix

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Rumusan masalah... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II : KAJ IAN PUSTAKA ... 11

2.1 Penelitian terdahulu ... 11

2.2 Landasan Teori ... 13

2.2.1 Konsep Partisipasi ... 13

2.2.2 Jenis-Jenis Partisipasi... 16

2.2.3 Pengertian Komunikasi ... 18

2.2.4 Pengertian Keterjangkauan Fisik... ... 18

2.2.5 Pengertian Keterjangkauan Pengetahuan... ... 19

2.2.6 Pengertian Keluarga Berencana... 19

(5)

3.2 Fokus Penelitian ... 28

3.3 Lokasi penelitian ... 29

3.4 Sumber Data ... 30

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.6 Analisa Data ... 33

3.7 Keabsahan Data... 36

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 39

4.1.1 Visi dan Misi Kecamatan Pangkal Kota Surabaya ... 39

4.1.2 Wilaya Administrasi Pemerintahan Kecamatan Pakal . ... 40

4.1.3 Struktur Dan Tugas Fungsi Jabatan Pegawai ... 41

4.1.4 Komposisi Pegawai Kecamatan Pakal ... 48

4.1.5 Kependudukan ... 50

4.1.6 Sejarah Paguyuban Siwalan Mesra ... 54

4.1.7 Struktur Motivator Kader Pria Dan Wanita. ... 55

4.1.8 Tugas dan Fungsi Jabatan Anggota Paguyuban ... 58

4.1.9 Keanggotaan Paguyuban Siwalan Mesra ... 61

4.2 Hasil Penelitian ... 63

4.2.1 Strategi Promosi Program KB Vasektomi ... 65

4.2.2 Strategi Pelayanan Program KB Vasektomi ... 76

4.2.2.1 Keterjangkauan Fisik ... 76

(6)

4.3.2.2 Keterjangkauan Pengetahuan ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 98

5.1 Kesimpulan ... 98

5.2 Saran ... 100

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Berfikir... ... 25

Gambar 2 Analisis Data Model Interaktif... 35

Gambar 3 Struktur Organisasi Kecamatan Pakal... 41

Gambar 4 Struktur Kader Motivator Perempuan... 56

Gambar 5 Struktur Kader Motivator Pria………. 57

Gambar 6 Struktur Pengurus Paguyuban Siwalan Mesra... 58

Gambar 7 Kartu Anggota Paguyupan ……… 63

Gambar 8 Contoh Brosur yang dibagikan………. 66

Gambar 9 Kegiatan Sosialisasi di Kecamatan Pangkal………. 66

Gambar 10 Kegiatan Konseling ……….. 67

Gambar 11 Kegiatan Pembagian Brosur……….. 68

Gambar 12 Pasar sebagai tempat promosi Vasektomi……….. 69

Gambar 13 Sentral PKL sebagai tempat promosi……….. 70

Gambar 14 Terminal sebagai tempat promosi……… 71

Gambar 15 Tempat Pelayanan di Pasar Benowo ……….. 77

(8)

Tabel 1.2 Peserta KB Aktif Di Kota Surabaya ... 4

Tabel 4.1 Komposisi Pegawai Berdasarkan Jabatan.... ... 45

Tabel 4.2 Kecamatan Pakal Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45

Tabel 4.3 Berdasarkan Tingkat Pendidikan... ... 46

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kecamatan Pakal Jenis Kelamin ... 47

Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 48

Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 49

Tabel 4.7 Komposisi penduduk Berdasarkan Agama Yang Dianut... . 50

Tabel 4.8 Komposisi Masyarakat Berdasarkan Pasangan Usia Subur ... 50

Tabel 4.9 Berdasarkan Alat Kontrasepsi Yang Digunakan ... 51

Tabel 4.10 Komposisi Anggota Paguyuban Berdasarkan jabatan... 60

Tabel 4.11 Anggota Paguyuban Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 60

(9)

Lampiran 1 Surat Keterangan Selesai Penelitian Lampiran 2 Gambar Brosur

(10)

ABSTRAKSI

GALIH DWI SAPUTRA, 2013, UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PRIA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN KB PRIA (VASEKTOMI) DI KECAMATAN PAKAL KOTA SURABAYA.

Penelitian ini didasarkan atas upaya pemerintah dalam meningkatkan program Keluarga Berencana yang dikhususkan untuk pria agar ikut berpartisipasi melalui KB yang telah disediakan guna membantu kesehatan reproduksi bagiwanita. Pemilihan alat kontrasepsi yang telah disediakan oleh pemerintah ada dua yang di kususkan untuk pria, yaitu kondom dan KB mantap yaitu Vasektomi. tujuan dilakukan kegiatan ini adalah untuk melihat bagai mana partisipasi pria di Kecamatan Pakal Kota surabaya.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan diskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi serta dokumentasi. Sampel atau informan dalam penelitian ini adalah anggota PLKB, ketua paguyuban, anggota paguyuban, dan masyarakat yang belum mengikuti Vasektomi. teknik menentukan informasi penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, dan analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis model interaktif (milles dan huberman). Keabsahan data dalam penelitian ini meliputi derajat kepercayaan, keteralihan, kebergantungan, dan kepastian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya peningkatan partisipasi pria dalam mengikuti kegiatan KB pria (Vasektomi) di kecamatan pakal kota surabaya belum optimal. Hal ini dibuktikan dari data statistik pada tahun 2012 jumlah peserta Vasektomi berjumlah 126 orang namun pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 14 orang saja. Hal ini dikarenakan tidak terlaksananya kegitan promosi dengan maksimal,berkurangnya jumlah calon akseptor dikarenakan telah terserap pada tahun 2012, banyaknya calon akseptor yang tidak memenui sarat kesehatan, kurangnya pemberian informasi yang memadai kepada calon aseptor, jarak dan transporttasi yang kurang memadai untuk di jangkau calon akseptor, materi yang diberikan kurang memadai didalam penyampaiannya, dan pemahaman dari calon akseptor yang kurang memadai.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah penduduk yang sangat

besar dalam keikut sertaan ber KB, Dari laporan jumlah kepesertaan ber KB per

tahun (BKKBN, 2005) disimpulkan bahwa angka kepesertaan KB tetap sama

sebesar 60,3%, maka jumlah penduduk Indonesia tahun 2015 menjadi sekitar

255, 5 juta jiwa. Jika kepesertaan ber KB turun 0,5 % per tahun, maka jumlah

penduduk Indonesia pada tahun 2015 meningkat menjadi 264,4 juta jiwa. Ini

berarti jumlah penduduk Indonesia akan semakin banyak.

Dengan semakin banyaknya jumlah penduduk di indonesia, maka akan

banyak menimbulkan semakin banyaknya pengangguran dan para gelandangan

yang tidak dapat ditangani oleh pemerintah. Maka pemerintah akan membatasi

jumlah penduduk yang akan semakin besar dan semakin tidak terkendalinya

jumlah penduduk.

Perkembangan laju peningkatan pertumbuhan penduduk di Indonesia sangat

mengkhawatirkan. Secara terus-menerus penduduk akan dipengaruhi oleh

jumlah kelahiran yang lebih tinggi dari pada jumlah kematian yang terjadi pada

semua golongan umur. Dengan demikian apabila peristiwa ini terus-menerus

(12)

Untuk menanggulangi masalah ini salah satu upaya yang dilakukan

pemerintah untuk meningkatkan sumber daya manusia di bidang kesehatan

khususnya kesehatan reproduksi maka dicanangkan program Keluarga

Berencana (KB).

Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengendalikan

laju pertumbuhan penduduk, maka pemeritah membuat suatu program yang

menjadi andalan bagi pemerintah yaitu Program KB. Keluarga Berencana

Nasional adalah program untuk membantu keluarga termasuk individu anggota

keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik sehingga dapat

mencapai keluarga berkualitas. Dengan terbentuknya keluarga berkualitas maka

generasi mendatang sebagai sumber daya manusia yang berkualitas akan dapat

melanjutkan pembangunan. Program Keluarga Berencana dalam pembangunan

berkelanjutan yang berwawasan kependudukan dapat memberikan kontribusi

dalam hal mengendalikan jumlah dan pertumbuhan penduduk juga diikuti

dengan peningkatan kualitas penduduk (BKKBN, 26:2007).

Tujuan dari program KB adalah untuk memenuhi permintaan masyarakat

akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, termasuk dalam

upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak serta penanggulangan

masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil yang

berkualitas (BKKBN, 19:2005).

Dalam hal ini pihak wanita yang menjadi sasaran utama untuk program

(13)

pilihan berKB yang diberikan oleh pemerintah agar pihak wanita dapat memilih

jenis-jenis KB yang diinginkan dan sesuai kebutuhan wanita tersebut. Dalam

hal ini pemerintah mengeluarkan jenis-jenis pilihan berKB yang bisa

dimanfaatkan oleh wanita seperti IUD, MOW, Implant, Suntik, dan pill,

jenis-jenis tersebut dapat dimanfaatkan oleh pihak wanita agar mau mendorong dan

mengikuti kegiatan KB yang menjadi program pemerintah guna mengurangi

angka pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat pada saat ini.

Program pemerintah tentang KB wanita awalnya berjalan dengan sesuar

rencana dapat dilihat dari tada BKKBN jawa rimur per Desember 2010 seperti

berikut :

Tabel 1.1

Peserta KB Aktif di Propinsi Jawa Timur

Jenis Kelamin Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012

Laki-laki 100.419 74.639 113.369

Perempuan 5.875.256 6.345.277 7.106.710

Jumlah 5.975.675 6.419.916 7.220.079

(14)

Tabel 1.2

Peserta KB Aktif di Kota Surabaya

Jenis Kelamin Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012

Laki-laki 1.044 8.330 18.452

Perempuan 1.128.941 2.441.714 3.971.849

Jumlah 1.329.985 2.750.044 3.990.301

Sumber : (Data Pencapaian KB PerMIX Kontrasepsi, BKKBN 2010, 2011, 2012)

Dengan data diatas maka program yang dicanangkan oleh pemerintah

berjalan dengan baik. Namun dengan berjalannya waktu maka banyak kendala

yang dihadapi oleh para wanita dengan mengikuti KB, seperti adanya jangka

waktu rutin dalam pemeriksaan atau penyuntikan KB, jika telat minum pill

akan menyebabkan kehamilan, jika pemasangan alat KB tersebut salah akan

menyebabkan kekagalan dan bahkan akan menyebabkan penyakit yang

ditimbulkan oleh KB (BKKBN, 2004 : 27)

Diharapkan peran pria lebih ditingkatkan lagi guna membantu program

perintah yang tidak hanya diperuntukkan untuk wanita saja. Karena pria juga

memiliki peranan yang penting didalam suatu hubungan keluarga.

Dengan meningkatnya partisipasi pria dalam ber-KB diharapkan

(15)

penanganan masalah kesehatan reproduksi yang pada akhirnya akan berdampak

pada penurunan angka kematian ibu dan bayi (BKKBN, 2005 : 29).

Data tersebut juga didukung dengan kutipan salah satu berita yang

diperoleh dari media online Health.kompas.com

J akar ta, Kompas - Minat kaum pria mengikuti program Keluarga Berencana rendah, baru 3,9 persen dari semua peserta KB aktif. Kendala bersumber dari persoalan budaya, kurangnya informasi, serta terbatasnya pilihan alat kontrasepsi bagi pria.

”KB masik dianggap urusan perempuan, padahal ini urusan bersama suami-istri,” kata mantan Kepala Bidang Kesertaan KB Pria Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Muhammad Bawardadi di Jakarta, Sabtu (27/10/2012).

Data BKKBN hingga September 2012 menyebut, ada 34,3 juta peserta KB aktif perempuan dan 1,4 juta peserta KB aktif pria. Jenis alat kontrasepsi untuk perempuan lebih beragam, seperti suntikan, pil, implan, IUD, dan tubektomi. Adapun alat kontrasepsi pria hanya kondom dan vasektomi. Penyebabnya, informasi tentang vasektomi sangat kurang. Vasektomi lebih banyak dilakukan pria dari kalangan ekonomi menengah-bawah yang punya anak banyak dan tak ingin punya anak lagi. Adapun di Malaysia, Banglades, dan Pakistan, vasektomi dikenalkan sejak lama. Metode ini dilakukan dengan mengikat saluran sperma sehingga sperma yang dihasilkan testis tidak terbawa saat ejakulasi. ”Hal ini tidak berbahaya karena tubuh akan mendaur ulang,” katanya.

sumber:http://health.kompas.com/read/2012/10/29/06125992/Minat.Pria.Pakai. Alat.Kontrasepsi.Rendah (tanggal akses 5 Juli 2013)

Penyebab rendahnya partisipasi pria pada saat ini di karenakan berbagai

faktor yang menjadi penyebab pria tidak menginginkan untuk mengikuti KB

vasektomi, Pengetahuan adalah salah satu faktor yang besar dalam

meningkatkan sikap pria untuk berpartisipasi dalam ber-KB. Upaya

meningkatkan pengetahuan melalui promosi vasektomi dengan berbagai media

dan bentuk diharapkan akan meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya

(16)

peserta vasektomi. Promosi tentang vasektomi yang berkelanjutan memang

harus dilakukan, mengingat pentingnya pengetahuan dan kesadaran pria

terhadap vasektomi (BKKBN, 2005: 27).

Faktor-faktor tersebut seperti kurangnya pengetahuan pria didalam ber-KB

karena kurangnya sosialisasi dan pemberitahuwan baik dari pihak BKKBN

maupun dari petugas yang ada di kecamatan masing-masing, ketakutan pihak

istri dikarenakan pihak pria takut melakukan hubungan suami istri dengan

orang lain, ketakutan suami di dalam melakukan operasi kecil yang menjadi

syarat untuk melakukan KB Vasektomi, kesalahan persepsi orang jika

vasektomi adalah dikebiri, dan ketakutan pria akan kegagalan didalam oprasi

yang dilakukan akan menyebabkan timbulnya penyakit didalam organ fital pria,

lemah sahwat, tidak bisa memuaskan istri, itulah penyebab yang terdapat di

masyarakat yang tidak mau mengikuti KB vasektomi. tidak hanya itu saja yang

menjadi rendahnya partisipasi pria, adapun sebagai berikut:

1. Adanya pandangan bahwa KB adalah urusan wanita atau istri

2. Tingginya unmeet need disebabkan , antara lain rendahnya kualitas dan

aksesibilitas terhadap informasi dan pelayanan KB, serta missed opportunity

pelayanan KB pada pasca persalinan.

3. Pilihan KB pria hanya ada dua, yang satu mempunyai stigma negatif (kondom),

yang satu operasi (vasektomi).

4. Penelitian terhadap kontrasepsi baru pria (suntik KB pria) sampai saat ini belum

(17)

5. Kurangnya dukungan dari pada toko tentang KB pria, yang seharusnya menjadi

contoh bagi masyarakat setempat. (BKKBN 2004: 10)

Hasil obserfasi yang di lakukan melalui wawan cara kepada ketua

paguyuban SIWALAN MESRAH yang ada di daerah pakal-benowo

“Masik banyak pria yang tidak tahu tentang vasektomi karena kurangnya sosialisasi baik dari petugas BKKBN dan petugas yang ada di perwakilan kecamatan. Pria masik berfikiran bahwa vasektomi tersebut sama dengan dikebiri, takut tidak bisa ereksi, takut karena di operasi dan di bedah nantik malah dihinggapi penyakit kelamin yang disebabkan karena operasi rang telah dilakukan, karna ketakutan tersebut maka banyak orang yang tidak mau mengikuti fasektomi. Dan dari istri ketakutannya yaitu suaminya main serong dengan wanita lain, lemah sahwat, tidak bisa memuaskan istri, dan takut terkena penyakit kelamin.”

(Wawancara dengan Bapak Harto, Selaku Ketua paguyuban SIWALAN MESRAH )

Maka diperlukannya upaya agar pria ber-KB karena demi mencegah

pertumbuhan penduduk yang semakin tahun upaya tersebut dapat dilakukan

dengan cara memberikan sosialisasi kepada masyarakat yang awam akan

ber-KB vasektomi.

Sebagaimana telah dirumuskan BKKBN (2005) sebagai upaya untuk

meningkatkan partisipasi pria dapat dilakukan dengan meningkatkan komitmen

dan penerimaan KB di masyarakat, meningkatkan keterjangkauan (akses), dan

meningkatkan kualitas pelayanan.

Perlu kerjasama dari berbagai kalangan dan golongan agar kegiatan berKB

tersebu dapat berjalan dengan baik, seperti peran BKKBN pusat dan BKKBN

(18)

media cetak, media elektronik, sepanduk, pamflet yang berisi himbauwan untuk

melakukan KB vasektomi. untuk BAPEMAS dan petugas yang berada di

lapangan guna untuk membantu dalam pendataan dan pelaksanaan kegiatan

yang dilakukan secara rutin.

Setiap kegitan harus dilakukan tidak hanya satu tahun sekali melinkan satu

tahun tiga sampai empat kali, dan diharapkan pihak pemerintah tidak

mencanangkan target didalam setiap kegiatan yang ada agar peminat dan

peserta KB vasektomi tidak merasa terabaikan. Setiap kecamatan harus ada

perkumpulan atau paguyuban yang mampu mengkordinir para peserta dan

mendata peserta yang ada, karena paguyuban perperan vital didalam pelaksanan

untuk mencari peserta KB vasektomi.

Karena partisipasi pria dalam mengikuti program KB merupakan tanggung

jawab pria dalam keterlibatan dan kesertaan ber KB dan Kesehatan Reproduksi,

serta prilaku seksual yang sehat dan aman bagi dirinya, pasangannya dan

keluarganya (BKKBN, 2009:18).

Bentuk nyata dari partisipasi pria tersebut adalah: sebagai peserta KB,

mendukung dan memutuskan bersama istri dalam penggunaan kontrasepsi,

sebagai motivator KB merencanakan jumlah anak dalam keluarganya

(19)

Namun kurang kesadaran bagi pria untuk berpartisipasi dalam

pelaksanannya membuat perencanaan ber-KB menjadi tidak seimbang. Metode

KB pria yang dapat digunakan adalah memakai kondom, koitus interuptus,

pantang berkala dan vasektomi sebagai kontrasepsi mantap (MOP) (BKKBN,

2002, p.217) sehingga dari latar belakang diatas penulis mengambil Judul

tentang Upaya Peningkatan Partisipasi Pria dalam Mengikuti Kegiatan KB Pria

(Vasektomi) di Kecamatan Pakal Kota Surabaya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka didapat rumusan masalah yang akan

di kaji adalah:

“Bagaimana Upaya Peningkatan Partisipasi Pria dalam Mengikuti Kegiatan KB

Pria (Vasektomi) di Kecamatan Pakal Kota Surabaya.”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masala diatas, maka tujuan penelitian yang akan dicapai

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Untuk Mengetahui Upaya Peningkatan Partisipasi Pria Dalam Mengikuti

(20)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Sebagai syarat memperoleh gelar sarjana pada program studi Ilmu

Administrasi Negara FISIP UPN “veteran” Jawa Timur

2. Bagi Instansi

Sebagai bahan Evaluasi terhadap temuan-temuan yang ada pada proses

penelitian sehingga dapat memperbaiki partisipasi pria dalam setiap program

(21)

BAB ll

KAJ IAN PUSTAKA

2.1Penelitian Ter dahulu

1. Budisantoso, 2009, Par tisipasi Pr ia Dalam Keluar ga Ber encana Di

Kecamatan J etis Kabupaten Bantul. J ur nal Pr omosi Kesehatan

Indonesia. Vol. 4 / No. 2 / Agustus 2009.

Penelitian ini didasarkan atas, rendahnya partisipasi pria dalam

pelaksanaan program KB. Tujuan penelitian, penelitian ini menggunakan

metode diskriptif dan analitik dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.

Dari hasil yang didapat adalah, partisipasi pria dalam KB sebagian

besar pada katagori tinggi yaitu 61%, sedangkan responden yang

mempunyai partisipasi dalam program KB rendah sebesar 39%.

Hubungan yang paling dominan adalah praktek istri terhadap partisipasi

pria dalam KB dengan nilai signifikasi 0,033. Nilai adjusted OR atau exp

(B) 13,213. Yang artinya praktik istri terhadap partisipasi pria dalam KB

dengan katagori cukup mempunyai kemungkinan 13 kali menyebabkan

pria dalam KB.

Sikap terhadap partisipasi pria dalam KB sebagian besar katagori

cukup yaitu 79%. Sikap kurang baik yang paling dominasi yaitu

seharusnya yang ikut jadi aseptor KB adalah hanya wanita (22%). Sikap

(22)

cukup yaitu 77%. Sikap isti terhadap partisipasi pria dalam KB yang

paling kurang baik terutama istri tidak mengijinkan suami mengikuti

program KB (42%). Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat

pendidikan, akses pelayanan terhadap partisipasi pria dalam KB dengan

partisipasi pria dalam KB.

2. Ma har yanti, Sr i Ha ndayani, 2010, Hubungan Karakter istik Suami

Dengan Keikutser taan Suami Menjadi Aseptor Leluar ga Ber encana

Di Wilaya Desa Kar angduwur Kecamatan Petanahan Kabupaten

Kebumen J awa Tengah. J ur nal KES MAS UAD Vol. 4, No 1,

September 2010.

Program keluarga berencana adalah suatu program yang dimaksutkan

untuk membantu para pasangan dan perorangan dan menjadi tujuan

produksi mereka. Tanggung jawab pria dalam hal KB sangat penting

dalam peran serta program keluarga berencana.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik

dengan rancangan penelitian cross sectional dimana setiap subjek

penelitian hanya akan dilakukan satu kali pengukuran terhadap status

karakter atau variabel subjek pada saat yang bersamaan. Penganbilan

sampel ini dilakukan melalui teknik sampel random sampling.

Tidak adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan

keikutsertaan suami menjadi aseptor KB di wilaya desa karangduwur

(23)

jumlah anak dengan keikutsertaan suami menjadi aseptor KB di wilaya

desa karangduwur dengan nilai sig (0,001<0,05), ada hubungan yang

siksifikan antara pendapatan dengan keikut sertaan suami menjadi aseptor

KB di wilaya desa karangduwur dengan nilai sig (0,005<0,05), tidak ada

hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan keikutsertaan suami

menjadi aseptor KB di wilaya desa karangduwur dengan nilai

sig(0,882>0,05).

2.2Landasan Teor i

2.2.1 Konsep Par tisipasi

Secara harfah, partisipasi berarti “turut berperan serta dalam

suatu kegiatan”, “ keikutsertaan atau peran serta dalam suatu kegiatan

“, ”peran serta aktif atau produktif dalam suatu kegiatan”. Partisipasi

didefinisikan secara luas sebagai “bentuk keterlibatan dan

keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukarela, baik karena

alasan-alasan dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya dalam keseluruhan

proses kegiatan yang bersangkutan” (Moeliono, 2004).

Menurut Bumberger dan shams (1989), terdapat dua

pendekatan mengenai partisipasi masyarakat. Pertama, partisipasi

merupakan proses sadar tentang pengembangan kelembagaan dan

pemberdayaan dari masyarakat yang kurang beruntung berdasarkan

(24)

mempertimbangkan adanya intervensi dari pemerintah dan LSM, di

samping peran serta masyarakat.

Kenyataan menunjukkan bahwa masik banyak yang

memandang partisipasi masyarakat semata-mata hanya sebagai

penyampaian informasi (public information), penyuluhan, bahkan

hanya sekedar alat public relation agar proyek tersebut berjalan tanpa

hambatan. Karenanya, partisipasi masyarakat tidak saja digunakan

sebagai sarana untuk mencapai tujuan, tetapi juga digunakan sebagai

tujuan (participation is an end itself).

Partisipasi dapat diartikan sebagai keikutsertaan seseorang

secara sukarela tanpa dipaksa (Sastopoetro 1988:37) Bahwa partisipasi

adalah keterlibatan spontan dengan kesadaran disertai tanggung jawab

terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan (Mubyarto

1985: 37), partisipasi adalah kesadaran untuk membantu berhasilnya

setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa berarti

mengorbankan kepentingan diri sendiri.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa, partisipasi

merupakan kegiatan keikutsertaan seseorang secara sukarela tanpa

adanya paksaan disertai dengan tanggung jawab terhadap kepentingan

kelompok untuk mencapai suatu tujuan.

Dalam hal ini program KB sangat diperlukan partisipasi aktif

(25)

Adapun pernyataan yang dikutip dari BKKBN mengenai partisipasi

masyarakat yaitu :

Partisipasi pria adalah tanggung jawab pria dalam keterlibatan

dan kesertaan ber KB dan Kesehatan Reproduksi, serta prilaku seksual

yang sehat dan aman bagi dirinya, pasangannya dan keluarganya

(BKKBN, 2009:36).

Bentuk nyata dari partisipasi pria tersebut adalah: sebagai

peserta KB, mendukung dan memutuskan bersama istri dalam

penggunaan kontrasepsi, sebagai motivator KB merencanakan jumlah

anak dalam keluarganya (BKKBN, 2009:37).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

partisipasi pria adalah tanggungjawab pria dalam keterlibatan

kesertaan ber-KB sebagai peserta KB untuk mendukung dan

memutuskan serta berperan aktif didalam kegiatan ber-KB secara rutin

sebagai motifasi KB merencanakan jumlah anak dalam keluarga.

Berdasarkan hal tersebut maka partisipasi pria menjadi penting

dalam program KB dan kesehatan reproduksi karena :

1. Pria adalah “partner” dalam reproduksi dan seksual,

sehingga sangat beralasan apabila pria dan wanita berbagi

(26)

mencapai kepuasan hidup seksual berbagai beban untuk

mencegah penyakit serta komplikasi KB dan kesehatan

reproduksi.

2. Pria bertanggung jawab secara sosial dan ekonomi

termasuk untuk anak-anaknya, sehingga keterlibatan pria

dalam keputusan reproduksi akan membentuk ikatan yang

lebih kuat diantara mereka dan keturunannya.

3. Pria secara nyata terlibat dalam fertilitas dan mereka

mempunyai peran yang penting dalam memutuskan

kontrasepsi yang akan dipergunakan istrinya, serta

dukungan kepada pasangannya terhadap kehidupan

reproduksinya seperti pada saat melahirkan dan setelah

melahirkan serta selama menyusui. (BKKBN 2004: 1-2).

2.2.2 J enis-J enis Par tisipasi

Ndaha (1990: 38), Berpendapat bahwa partisipasi masyarakat

dapat dipilih sebagai berikut:

1) Partisipasi dalam/ melalui kontak dengan pihak lain sebagai

awal perubahan sosial

2) Partisipasi dalam memperhatikan/menyerap dan memberi

tanggapan terhadap informasi, baik dalam arti menerima,

menerima dengan syarat, maupun dalam arti menolaknya

(27)

4) Partisipasi dalam pelaksanaan operasional

5) Partisipasi dalam menerima, memelihara, dan mengembangkan

hasil pembangunan

Pasaribu dan Simanjuntak (1986: 39), mengatakan bahwa

sumbangan dalam partisipasi dapat dirinci menurut jenis-jenisnya

sebagai berikut:

a. Partisipasi Buah Pikir

b. Partisipasi Tenaga

c. Partisipasi Harta Benda

d. Partisipasi Keterampilan dan Kemahiran

e. Partisipasi Sosial

Slamet (1994: 43), partisipasi masyarakatsebagai suatu

kegiatan nyata apabila terpenuhi faktor-faktor yang

mendukungnya, yaitu:

a. Adanya kesempatan, yaitu adanya suasana atau kondisi

lingkungan yang disadari oleh orang lain tersebut

bahwa dia berpeluangan untuk berpartisipasi.

b. Adanya kemauan, yaitu adanya sesuatu yang

mendorong/ menumbuhkan minat dan sikap mereka

(28)

memanfaat yang dapat dirasakan atas partisipasinya

tersebut.

c. Adanya kemampuan, yaitu adanya kesadaran atau

keyakinan pada dirinya bahwa dia mempunyai

kemampuan untuk berpartisipasi, bisa berupa pikiran,

tenaga, waktu, atau sarana dan material lainnya.

2.2.3 Penger tian Keluar ga Berencana

Keluarga berencana adalah suatu Program Sosial Dasar yang

sangat penting artinya bagi kemajuan suatu daerah. Program ini

memberikan konstribusi yang besar bagi Pembangunan Sumber Daya

Manusia (SDM) di masa kini dan yang akan datang. Dalam dasa warsa

terakhir ini telah banyak usaha yang dilakukan untuk dapat

menselaraskan antara Program keluarga Berencana dengan Kesehatan

Reproduksi sesuai dengan tuntutan masayarakat dan perkembangan

zaman. Pelaksanaan pelayanan Keluarga berencana yang berkualitas

dilandasai oleh Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang

perkembangan Kependudukan dan Pembangunan keluarga sejahtera.

Sejalan dengan itu kebijaksanaan pelayanan KB tidak hanya

berorientasi pada angka kelahiran namun berfokus pula pada

upaya-upaya pemenuhan permintaan kualitas pelayanan

(29)

Tujuan dari program keluarga berencana ini sendiri adalah

untuk meningkatkan kesejahteraan di dalam keluarga, yaitu sebagai

upaya untuk meningkatkan kualitas dan ketahanan masing-masing

dalam mengantisipasi setiap pengaruh negative yang mengancam

keutuhan keluarga sebagai unit terkecil yang paling utama dari

masyarakat. Hal ini seperti yang dikatakan di dalam buku Keluarga

Berencana dan Kontrasepsi (Hanafi Hartanto, 2004: 21).

Keluarga berencana adalah gerakan untuk membentuk keluarga

yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran (pusat

pembinaan dan pengembangan bahasa, 2004:472)

Pengertian KB Upaya peningkatkan kepedulian masyarakat

dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera

(Undang-undang No. 10/1992).

Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu seseorang

atau pasangan suami istri :

1. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan

2. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan

3. Mengatur jarak kehamilan

(30)

Dapat disimpulkan bahwa KB adalah upaya untuk

meningkatkan kepedulian masyarakat dengan cara menghindari

kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memeng

diinginkan, mengatur jarak kehamilan, menentukan jumlah anak dalam

keluarga.

2.2.4 Macam-Macam Alat Kontr asepsi

1) untuk wanita :

a. IUD adalah: merupakan alat yang dimasukkan ke dalam

wanita, diletakkan dalam kandungan rahim agar telur tidak

menempel sehingga tidak terjadi kehamilan.

b. PIL Adalah : suatu tablet kecil yang harus diminum oleh si ibu

setiap hari. Pil ini akan membuat tumbuhnya

tidakmenghasilkan sel telur.

c. Injeksi atau suntik adalah : ibu diberi injeksi setiap 3 bulan

sekali di pulat kesehatan masyarakat,yang akan berakibat

berhentinya produksi telur.

d. Metode oprasi wanita (MOW) adalah : operasi kecil sederhana

dilakukan untuk menghilangkan atau mengikat saluran yang

membawahi sel telur ke rahim.

(31)

a. Kondom adalah : kondom berguna untuk mencegah seperma

bertemu dengan sel telur wanita.

b. Metode operasi pria (MOP) adalah : operasi kecil yang

dilakukan untuk memotong saluran yang mengangkut seperma

ke penis. (BKKBN 2004: 57)

2.2.5 Penger tian Vasektomi

Vasektomi adalah tindakan pemotongan vas deferens (ductus deferens)

dengan maksut memutus kontinuitas transportasi seperma dari testis keluar,

sehingga terjadi azoospermi pada pria yang telah dilakukan vasektomi

(BKKBN 1996: 1)

Vasektomi merupakan suatu metode kontrasepsi yang sangat aman,

sederhana, dan sangat efektif. Dalam pelaksanaan operasi sangat singkat dan

tidak memerlukan anestesi umum. (BKKBN 2004: 5)

Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas pria

dengan jalan melakukan okulasi vasa deferensia sehingga alur transportasi

sperma terhambat dan proses fertilasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi.

(BKKBN 2005: 4)

2.2.6 Kentungan dan Ker ugian Vasektomi.

A. Keuntungan Vasektomi:

(32)

2. Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi.

3. Dapat digunakan seumur hidup.

4. Tidak menggangugu kehidupan seksual suami istri.

5. Tidak mengganggu produksi ASI (untuk kontap wanita).

6. Lebih aman (keluhan lebih sedikit)

7. Lebih praktis (hanya memerlukan satu kali tindakan)

8. Lebih efektif (tingkat kegagalannya sangat kecil)

9. Lebih ekonomis (hanya memerlukan biaya untuk sekali tindakan)

10. Tidak ada mortalitas/kematian.

11. Pasien tidak perlu dirawat di rumah sakit.

12. Tidak ada resiko kesehatan.

13. Tidak harus diingat-ingat, tidak harus selalu ada persediaan.

14. Sifatnya permanen.

B. Kerugian vasektomi:

1. Memerlukan operasi bedah

2. Prosedur ini hanya untuk pasangan yang sudah memutuskan untuk tidak akan

punya anak lagi.

3. Harus dengan tindakan pembedahan.

4. Harus memakai kontrasepsi lain (kondom) selama beberapa hari atau minggu

sampai sel mani menjadi negatif.

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 J enis Penelitian

Untuk memperoleh hasil yang baik dalam suatu penelitian, maka diperlukan

tekhnik-tekhnik tertentu secara ilmiah yang disebut Metode penelitian. Untuk

mencapai hal itu maka perlu dipelajari sehingga mencapai tujuan yang diinginkan.

Hal tersebut sangat penting karena metode penelitian akan dapat diperoleh data-data

dan informasi yang relevan serta valid dengan sebuah tujuan penelitian yang

diinginkan. Oleh karena itu, metode penelitian mempunyai peran yang sangat penting

dalam menentukan arah dari aktifitas penelitian sehingga tujuan yang diinginkan

dapat tercapai dengan maksimal.

Sesuai dengan judul dari penelitian ini, maka penelitian ini dinamakan

penelitian deksriptif yaitu mencoba menggambarkan secara mendalam dari suatu

obyek penelitian yang sesuai fakta-fakta yang ditemukan. Hal ini juga selaras dengan

pendapat Hadi (1993 : 03 ) mengatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan

bentuk penelitian yang bertujuan untuk melukiskan keadaan suatu objek atau

peristiwa tertentu tanpa maksud mengambil kesimpulan yangberlaku secara umum.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif dengan maksud member gambaran komprehensif dan mendalam terhadap

(34)

Secara teoritis, Eogdan dan Taylor dalam Moleong ( 2007 : 4) menjelaskan,

penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati. Menurut

pendapat tersebut, pendekatan penelitian ini diharapkan pada latar dan individu yang

dimasukkan kedalam variable atau hipotesis tetapi perlu memandangnya sebagai

bagian dari sebuah keutuhan.

Sejalan dengan defenisi diatas, Kirk dan Miller dalam Moleong ( 2007 : 4 )

mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu

pengetahuan social yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada

manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.

Hal tersebut juga selaras dengan pendapat Denzin dan Lincoln dalam

Moleong (2007 : 5) yang mengatakan penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menggunakan latar ilmiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan

dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.

Dari defenisi-defenisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penelitian

kualitatif adalah penelitian yang menggambarkan dan memahami fenomena tentang

apa yang dialami pada subjek penelitian , sehingga dapat mengambarkan secara jelas

fenomena fenomena seperti, perilaku, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya dengan

cara mendeksipsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks yang di

(35)
(36)
(37)
(38)

3.2 Fokus Penelitian

Penentuan fokus penelitian sangat diperlukan guna membantu pelaksanaan

penelitian , focus penelitian digunakan untuk menentukan apa saja yang akan dikaji

dari sebuah penelitian sehingga lebih jelas arah yang dinginkan. Jika penelitian di

tentukan tepat sesuai dengan tujuan dan masalah penelitian, maka penelitian yang

dilakukan akan terarah dan berhasi dengan baik.

Moleong ( 2007 : 94 ) menjelaskan, bahwa ada dua maksud tertentu yang

ingin dicapai peneliti dalam merumuskan masalah penelitian dengan jalan

memanfaatkan focus. Pertama, focus dapat membatasi studi, jadi dalam hal ini focus

akan membatasi bidang inkuiri sehingga peneliti tidak perlu kesana kemari untuk

mencari subjek penelitian. Kedua, penetapan focus itu berfungsi untuk memenuhi

criteria inklusi- eksklusi atau criteria masuk – keluar suatu informasi yang diperoleh

dilapangan. Jadi, dengan penetapan yang jelas dan mantap, seorang peneliti dapat

membuat keputusan yang tepat tentang data yang dikumpulkan dan mana yang

diperlukan dan mana yang tidak di butuhkan..

Adapun fokus dalam penelitian upaya meningkatkan partisipasi pria dalam

mengikuti kegiatan KB pria (vasektomi) di Kecamatan Pakal Kota Surabaya adalah :

1. Strategi promosi program vasektomi adalah:

strategi ini dilakukan oleh anggota PLKB dan Paguyban yang

dilakukan untuk memberi informasi, mempengaruhi, sikap dan perilaku PUS

dan provider akan citra ber-KB, kontrasepsi pria dan tempat pelayanan KB.

(39)

2. Strategi pelayanan vasektomi adalah:

Strategi yang dilakuakan oleh anggota PLKB dan Paguyugan guna

memberikan pelayanan dalam hal ini meningkatkan keterjangkauan dan

kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi bagi pria sehingga

diperlukan pelayanan KB dan kesehatan peproduksi yang memuaskan bagi

klien. Sumber : (BKKBN 2004: 18)

didalam strategi pelayan adapun dua strategi kusus yang harus

terpenuhi yaitu:

1. Keterjangkauan fisik

Strategi ini dimaksutkan agar tempat pelayan lebih muda

menjangkau dan dijangkau oleh masyarakat sasaran, khususnya

pria.

2. Keterjangkauan pengetahuan

Strategi ini bertujuan agar pria mengetahui tentang

pelayanan KB dan kesehatan reproduksi serta diman mereka dapat

memperoleh pelayanan tersebut. Sumber: (BKKBN 2004: 18-19)

2.3Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat yang digunakan oleh peneliti untuk

mendapatkan keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti guna memperoleh data

(40)

yang sesuai dengan fokus penelitian, maka peneliti memilih dan menetapkan lokasi

penelitian ini di Kecamatan Pakal Kota Surabaya.

Pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan secara disengaja (puposive) yaitu

lokasi yang dipilih dengan pertimbangan yang berkaitan dengan judul objek

penelitian yang dipilih.

Pemilihan lokasi penelitian itu dimaksudkan agar peneliti dapat lebih

memahami tentangperan PLKB dan paguyuban didalm menjaring minat pria agar

mau mengikuti KB vasektomi, yang mana perumusan masalah yang didapat dari

kurangnya partisipasi pria dalam mengikuti KB vasektomi sangat rendah, sehingga

hal ini dilakukan agar mengetahui bagaimana peran serta PLKB dan paguyuban

sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan program KB vasektomi

3.4 Sumber Data

Lofland dalam Moleond ( 2007 : 157 ) mengatakan, sumber data utama dalam

penelitian kualitatif adalah berasal dari informan yang berupa kata-kata dan tindakan.

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data adalah

tempat dimana peneliti menemukan data-data dan dokumen yang diperlukan untuk

penunjang penelitian.

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah : subyek dimana data

diperoleh dari informasi yang diperlukan berkenan dengan dengan penelitian ini yang

diperoleh melalui informan,peristiwa serta dokumen yaitu :

(41)

Informan dipilih berdasarkan purposive (purposive sampling ) yang didasarkan

pada subyek yangmenguasai permasalahan, memiliki data dan bersedia

memberikan data yang benar-benar relevan dan komprehensif dengan masalah

penelitian. Sedangkan informan yang selanjutnya diminta pula untuk menunjuk

orang lain yang dapat memberikan informasi yang mendukung fokus penelitian.

Adapun informan dalam penelitian ini adalah :

a. Ketua paguyuban siwalan mesra, kelurahan pangkal kecamatan benowo.

b. Anggota PLKB yang berada di kecamatan Pakal.

c. Masyarakat di kawasan kecamatan Pakal yang telah mengikuti program

vasektomi

d. Masyarakat di kawasan kecamatan Pakal yang belom mengikuti kegiatan

vasektomi.

2. Tempat atau peristiwa

Tempat atau peristiwa yang dimana fenomena ini terjadi atau yang pernah terjadi

berkaitan dengan fokus penelitian, tentang bagaimana peran PLKB dan

paguyuban dalam melaksanakan program vasektomi.

3. Dokumen

Dokumen disini adalah dipakai sebagai sumber data yang lain yang sifatnya

melengkapi data utama yang relevan terhadap masalah dan fokus penelitian.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan bagian terpenting dalam penelitian,karena hakekat dari

(42)

penelitian kebijakan pengumpulan data diperlukan suatu teknik pengumpulan data

dilapangan.

Dalam pengumpulan data, terdapat tiga proseskegiatan yang dilakukan dalam

penelitian ini, yaitu :

1. Wawancara atau interview

Menurut Bungin (2007 : 108 ), wawancara adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang

diwawancarai.

Wawancara jenis ini tidak dilaksanakan dengan struktur ketat, tetapi

dengan pertanyaan yang semakin memfokus pada permasalahan sehingga

informasi yang dikumpulkan cukup mendalam. kelonggaran semacam ini

mampu mendapatkan kejujuran informan untuk memberikan informasi

yang sebenarnya, terutama yang berkenan dengan perasaan, sikap, atau

pandangan mereka terhadap pelaksanaan kerjanya. Teknik wawancara

semacam ini dilakukan dengan semua informan yang ada pada lokasi

peneliti terutama untuk mendapatkan data valid guna menjawab

permasalahan penelitian.

Dalam penelitian ini yang diwawancarai adalah: Kepala

paguyuban siwalan mesra, kader paguyuban dan masyarakat sekitar

kecamatan Pakal.

(43)

Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengungkap dan

memperoleh deskripsi secara utuh dengan pengamatan langsung

kepada lokasi tempat dimana sasaran kegiatan vasektomi dilakukan di

kecamatan Pakal Kota Surabaya.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan untuk mendapat data sekunder

yang dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data pada kecamatan

benowo.

3.6. Analisa Data

Menurut Sugiyono (2005 : 85), analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara cacatan

laporan, dan dokumen, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih

mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga

mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka setelah data terkumpul, proses

selanjutnya adalah menyederhanakan data yang diperoleh kedalam bentuk yang

mudah dibaca, dipahami, dan diinterpresentasikan yang pada hakekatnya merupakan

upaya mencari jawaban atas permasalahan yang ada sesuai dengan tipe penelitian

deskriptif kualitatif. Karena itulah data yang diperoleh selanjutnya akan dianalisa

(44)

mengabstraksikan secara teliti setiap informasi yang diperoleh di lapangan, sehingga

diharapkan dapat diperoleh kesimpulan yang memadai.

Menurut Miles dan Huberman (1992:16) teknik analisis data kualitatif

meliputi tiga unsur alur kegiatan sebagai sesuatu yang terjadi pada saat sebelum,

selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar untuk membangun suatu

analisis, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan/verifikasi.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

dengan menggunakan Model Interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan

Huberman (2007:15-21). Dalam model ini terdapat beberapa komponen analisis,

yaitu sebagai berikut :

a. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data yang berupa kata-kata dan bukan

angka-angka. Data tersebut dikumpulkan melalui observasi , wawancara, dokumentasi.

b. Reduksi Data

Redusi Data diartikan sebagai proses pemilihan, perumusan, pemusatan

perhatiaan pada penyerderhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi data kasar

yang muncul dari cacatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu

bentuk analisa menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang

tidak perlu hingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan

diverifikasi. Data yang diperoleh dari lokasi penelitian atau data di lapangan

(45)

difokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan penelitian kemudian dicari tema

atau pola (melalui proses penyuntingan,pemberian kode dan pembuatan tabel).

c. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang telah tersusun secara

terpadu dan sudah dipahami yang memberi kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan mengambil tindakan.

d. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Penarikan kesimpulan dilakukan secara terus menerus sepanjang proses

penelitian sejak peneliti memasuki lokasi penelitian dan proses pengumpulan

data langsung. peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari pola, tema,

hubungan, persamaan, dan hal-hal yang sering timbul yang dituangakn dalam

kesimpulan.

Proses analisis data secara interaktif ini dapat disajikan dalam bentuk skema berikut :

Gambar 1.2

Analisis Data Model Inter aktif

Sumber : Miles dan Huberman, Terjemahan Rohidi (1992:20)

Pengumpulan Data

Penyajian Dat a

Penarikan

(46)

3.7 Keabsahan Data

Menurut Moleong (2007:324), untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness)

data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan

didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada 4 (empat) kriteria yang

digunakan,yaitu :

1. Derajat Kepercayaan (Credibility)

Penerapan kriterium derajat kepercayaan (kredibilitas) pada dasarnya

menggantikan konsep validitas internal dari non kualitatif. Kriterium

ini berfungsi untuk melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga

tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai dan,

mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan

jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang

diteliti.

Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Pengamatan secara terus menerus dan peneliti terjun langsung ke

lokasi penelitian untuk kepentingan pengumpulan data, sehingga

data yang diperoleh memiliki tingkat akurasi yang sangat tinggi.

Dengan pengamatan secara terus menerus, peneliti dapat

memperhatikan sesuatu lebih cermat, terperinci dan mendalam.

b. Membicarakan dengan orang lain, serta mendiskusikan hasil kajian

(47)

penelitian yang diterapkan. Pembicaraan ini antara lain bertujuan

untuk memperoleh kritik dan saran guna mendapatkan kebenaran

hasil penelitian.

c. Melakukan triangulasi, yaitu pengecekan kebenaran data tertentu,

dan membandingkan data yang diperoleh dari sumber lain, pada

berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yang berlainan dan

dalam penelitian ini metode tersebut digunakan untuk menguji data

para informan dengan dokumen yang ada. Dalam penelitian ini,

data yang diperoleh melalui tekhnik wawancara, pengamatan

lapangan, maupun penelususran dokumen senantiasa diolah,

disusun dan disekripsikan secara selaras yakni dibandingkan sesuai

fokus penelitian.

2. Keteralihan (transferality)

Keteralihan sebagai persoalanempiris bergantung pada kesamaan

antara konteks pengirim dan penerima. Untuk melakukan penglihan

tersebut seorang peneliti hendaknya mencaridan mengumpulkan

kejadian empiris tentang kesamaan konteks dengan demikian

penelitian bertanggung jawab untuk menyediakan data deskriptif

secukupnya jika ia ingin membuat keputusan tentang pengalihan

tersebut. Untuk keperluan itu peneliti harus melakukan penelitian kecil

(48)

Dalam penelitian ini, peneliti mencari dan mengumpulkan data

kejadian dan empiris dalam konteks yang sama. Dengan demikian

peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data dskriptif

secukupnya. Data ini berupa catatan-catatan lapangan,

peraturan-peraturan, petunjuk-petunjuk, laporan pelaksanaan dan wawancara

informan.

3. Kebergantungan (dependability) yaitu pemeriksaan terhadap

ketepatan pengumpulan dan analisa data untuk mengecek apakah hasil

penelitian ini benar atau salah, maka peneliti mendiskusikannya

dengan Dosen Pembimbing, melalui langkah ini akan diperoleh

banyak masukan demi kesempurnaan hasil penelitian.

4. Kepastian (confirmability) yaitu melakukan pemeriksaan yang cermat

terhadap seluruh komponen dan proses penelitian dab hasil penelitian.

Penelitian ini menekankan pada kepastian sumber data termasuk

waktu dan tempat penelitian serta logika penarikan kesimpulan dari

data yang ada dibawah pengawasan pembimbing, sehingga apabila

(49)

BKKBN

BKKBN, 2004. Hasil Rekapitulasi Program KB Aktif Di Wilaya Jawa Timur. Surabaya, BKKBN

BKKBN, 2004. Pemantauan Pasangan Usia Subur (PUS) Melalui Mini Servei Di Indonesia Tahun 2004 Jakarta: BKKBN

BKKBN, 2004. Peningkatan Akses Dan Kualitas Pelayanan KB. Bandung,

BKKBN

BKKBN, 2005. Pedoman Penggarapan Peningkatan Partisipasi Pria. Jakarta, BKKBN

BKKBN, 2005. Hasil Rekapapitulasi Program KB Aktif Di Wilaya Jawa Timur. Surabaya, BKKBN

BKKBN, 2007. Panduan Vasektomi Tanpa Pisau. Jakarta, BKKBN

BKKBN, 2007. Pemantauan Pasangan Usia Subur (PUS) Melalui Mini Servei Di Indonesia Tahun 2007. Jakarta: BKKBN

BKKBN, 2009. Peningkatan Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi Di Indonesia. Jakarta, BKKBN

BKKBN, 2009. Hasil Rekapitulasi Program KB Aktif Di Wilaya Jawa Timur. Surabaya, BKKBN

BKKBN-DEPAG RI, 1990, Umat Islam dan Gerakan Keluarga Berencana di Indonesia, Jakarta.

BKKBN ,2000, Pedoman Penggarapan Peningkatan Partisipasi Pria dalam Program KB dan Kesehatan Reproduksi yang Berwawasan Gender, Jakarta.

(50)

Maryati, 2002, Implementasi Kebijakan Redistribusi Penerimaan Restribusi TPI di Kota Pekalongan, Universitas Diponegoro, Semarang

Hanif, Hartanto, 2004. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta, Pustaka Sinar Harapan

Tangkilisan, 2005. Manajemen Publik. Jakarta, Gasindo

Moekijat, 1985, Analisa Kebijakan Publik, Mandar Maju, Bandung.

Dunn, William, N. 2003, Analisis Kebijakan Publik, PT Hanindita Graya Widya, Yogyakarta.

Ndaha, 1990. Pembangunan Masyarakat (Membangun Masyarakat Tinggal Landas). Jakarta, Rineka Cipta

Devis, K, 1985. Perilaku Dalam Organisasi, Edisi Ke Tuju Dalam Terjemahan. Jakarta, Erlangga

Hartanto, Hanafi, 2004. “ Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi”. cetaan Ke-5, Jakarta, Kencana

Slamet, Yulius, 1994. “ Pembangunan Masyarakat Partisipasi”. Surakarta, University Press

Soekanto, Soerjono, 1993. “ Sosiologi Suatu Pengantar”. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.

Hartini, Kerta sapoetra, 1992.”Perawatan Kesehatan wanita Dan Kader Kesehatan Masyarakat”. Jakarta, Dinas Kesehatan Nasional

Suharto Dan Irianto, 1989. ”Perawatan Kesehatan wanita Dan Kader Kesehatan Masyarakat”. Jakarta, Dinas Kesehatan Nasional

(51)

Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Leluarga Berencana Di Wilaya Desa Karangduwur Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Jurnal KES MAS UAD Vol. 4, No 1, September 2010.

Lestari, Amam, 2007, Persepsi Dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Program Keluarga Berencana (Penelitian Di Desa Panggungharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul). (Penelitian Dosen Muda), Universitas Negri Yogyakarta, Yogyakarta.

Puspita, Dyah,2011, Faktor-Faktor yang dampaknya Pada Kinerja Penyulu

Keluarga Berencana Dan Dampaknya Pada Kinerja Kader KB Di Tiga Kabupaten Atau Kota Di Provinsi Jawa Barat. (Tesis), Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor

Fitria, Devi, 2010, Partisipasi Laki-Laki Dalam Program KB (Studi Analisis Gender Tentang Partisipasi Laki-Laki Dalam Program KB di Kelurahan Serengan Kecamatan Serengan Kota Surakarta). Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Ekarini, Sri Madya, 2008, Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana Di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. (Tesis), Program Pascasarjana Universitas diponegoro, Semarang

Budisantoso, 2008, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana Di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul. (Tesis), Program Pascasarjana Universitas diponegoro, Semarang

Badan Per encana Pembangunan Nasional (BAPENAS), Prediksi Penduduk Indonesia Tahun 2025, Kompas, 3 Agustus 2005.

Universitas Diponegoro,1998, Survei Kebutuhan pengembangan KIE KB di Kabupaten Pemalang, BKKBN Propinsi Jawa Tengah, Semarang.

(52)

Tengah, Semarang.

Pia Widya Laksmi, dkk, 2004, Upaya Peningkatan Peserta KB MOP di Propinsi Jawa Tengah, Studi Kasus di Kabupaten Batang dan Kabupaten

Karanganyar, BKKBN Propinsi J awa Tengah, Semarang.

http: //www.kompas.com (diakses pada tanggal 11 Mei 2013)

http: //www. bkkbn.go.id (diakses pada tanggal 19 Mei 2013)

http: //www. Pikas.bkkbn.go.id (diakses pada tanggal 28 Mei 2013)

http: //www. wikipedia.com (diakses pada tanggal 9 Mei 2013)

http: //kependudukan. Siakad.go.id (diakses pada tanggal 16 Juni 2013)

http: //prov.bkkbn.go.id (diakses pada tanggal 4 juli 2013)

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2 Peserta KB Aktif di Kota Surabaya
Gambar 1.2 Analisis Data Model Interaktif

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui unjuk kerja dari sistem penggerak sumber radiasi dan penahan radiasi nuklir yang dibuat apakah sudah sesuai dengan yang

konstruksi Undang-undang Desa terhadap tidak membedakan antara desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah membuat sistem informasi untuk mengolah seluruh data terutama data siswa dan data nilai akademik di Sekolah Dasar

1. Sebagai tindakan sementara, terhadap individu yang terancam bahaya massa, atau bahaya korupsi politik yang ekstrim. Pembenaran pemberian suaka dalam hal ini,

- Pengamatan tidak merupakan bagian dari obyek yang diteliti, sehingga dapat melihat dengan tajam tanpa dipengaruhi oleh obyek yang diamati..

Hal tersebut sependapat dengan apa yang diteliti oleh Adam (2012) Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel kualitas

Reaktor merupakan tempat terjadinya reaksi kimia, perancangan atas alat ini sangat spesifik, tergantung pada: jenis reaksi yang terjadi ( homogen, heterogen, eksotermal,

Upaya penanggulangan illegal fishing yang dilakukan Satuan Kepolisian Perairan Resor Biak Numfor meliputi : upaya preventif (mengadakan penyuluhan hukum,