• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESESUAIAN OPERASIONAL POMPA PEMBUANGAN LUMPUR LAPINDO KE MUARA BERDASARKAN DEBIT KALI PORONG. Dandung Pamularno 1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KESESUAIAN OPERASIONAL POMPA PEMBUANGAN LUMPUR LAPINDO KE MUARA BERDASARKAN DEBIT KALI PORONG. Dandung Pamularno 1)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Teknik Sipil

Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Vol. I. No. 1 Oktober 2013

ISSN : 2339-0271

KESESUAIAN OPERASIONAL POMPA PEMBUANGAN LUMPUR LAPINDO KE MUARA BERDASARKAN DEBIT KALI PORONG

Dandung Pamularno 1)

1)Mahasiswa Pascasarjana, Magister Teknik Sipil, Uiversitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp. 0271-634524. Email: d_pamularno@yahoo.co.id Abstrak

Luapan lumpur Lapindo yang terjadi sejak 29 Mei 2006 telah menimbulkan masalah yang sangat kompleks, diantaranya daerah yang tergenang akibat luapan lumpur semakin bertambah,sementara lahan yang tersedia tidak memungkinkan untuk menampung genangan lumpur tersebut. Salah satu langkah yang diambil untuk mengurangi dampak meluasnya luapan lumpur tersebut adalah dengan mengalirkan luapan lumpur ke Kali Porong yang berjarak ± 25 km dari pusat semburan atau caldera. Kegiatan pembuangan lumpur ke Kali Porong juga perlu diperhatikan mengingat fungsi Kali Porong yang utama untuk mengalirkan air dari wilayah Surabaya dan sekitarnya ke muara atau laut pada musim penghujan. Agar kegiatan ini bisa berjalan secara optimal dan lancar terutama pada saat kemarau, maka perlu kajian untuk mengetahui debit minimum Kali Porong yang mampu membawa lumpur hingga ke Muara dengan masing-masing jumlah pompa yang bekerja yang mempengaruhi debit outflow lumpur. Selain itu perlu adanya upaya untuk menjaga profil debit air harian sungai unutk tahun berikutnya agar operasional pembuangan lumpur ke Muara lewat Kali Porong dapat di optimalkan dengan operasional pompa pada hari tersebut. Lokasi penelitian pada ruas kali porong yang merupakan outlet pembuangan lumpur Lapindo.Pada penelitian ini menggunakansampel lumpurdari kolam pengadukan lumpur, Desa Siring, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, kemudian dilakukan uji grain size pada sample lumpur. Data grain size dan geometri kali Porongdimasukkan pada model hec-rasdengan berbagai varian debit, yaitu 10 m3/dt-600 m3/dt. Hasil analisis berupa kapasitas angkutan massasedimen pada tiap cross section, nilai ini kemudian dibandingkan dengan load lumpur Lapindo selama satu hari sesuai dengan variant jumlah pompa yang bekerja yaitu 1-6 pompa dengan load 8.33-50 ton, setelah analisis debit minimum masing-masing pompa dilakukan analisis debit perdiksi harian pada tahun berikutnya agar dapat mengetahui jumlah pompa yang dapat dioptimalkan pada hari tersebut.

Hasil analisis merupakan satuan debit minimum yang menghasilkan kapasitas angkutan massa sedimen yang dapat menjamin angkutan sedimen hingga ke muara .

Debit minimum Kali Porong yang dibutuhkan untuk masing-masing pompa yang bekerja adalah 200 m3/dt untuk 6 pompa, 180 m3/dt untuk 5 pompa , 160 m3/dt untuk 4 pompa, 140 m3/dt untuk 3 pompa, 120 m3/dt untuk 2 pompa, 100 m3/dt untuk 1 pompa. Hasil analisis debit prediksi berupa debit harian pada tahun 2012 yang akan diselaraskan operasional pompa.

Kata kunci: Kali Porong, Lumpur Lapindo , Pompa, Debit 1. PENDAHULUAN

Luapan lumpur Lapindo yang terjadi sejak 29 Mei 2006 atau sudah lebih dari enam tahun yang lalu, yang berlokasi di desa Renokenongo, Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur.

Lumpur yang keluar dari sumur pengeboran banjar panji 1 milik PT Lapindo Brantas dari hari ke hari mengalami peningkatan dan diawali pada Juni 2006 sekitar 5000 meter kubik/hari meningkat menjadi 50.000 meter kubik/hari pada akhir tahun

2006 dan saat ini diperkirakan antara 100.000– 126.000 meter kubik/hari (BPLS.Co.id SekilasBPLS Desember 2008).

Berbagai upaya yang sudah dilakukan (injeksi, menutup lubang semburan dengan bola beton), namun belum bisa menghentikan semburaan lumpur. Tanggal 23 September 2009 Pemerintah mengeluarkan Perpres 40/2009 yang mengintruksikan kepada BPLS agar segera melakukan kegiatan pengaliran lumpur. Sasaran

(2)

kegiatan ini adalah untuk mengurangi potensi ancaman luapan lumpur lapindo dan untuk mencegah meluasnya peta area terdampak.

Kegiatan pengaliran luapan lumpur ke Kali Porong terus-menerus akan mengakibatkan Kali Porong penuh dengan endapan lumpur. Pada musim hujan pengaliran luapan lumpur ke Kali Porong dapat langsung hanyut ke hilir/muara, tetapi pada musim kemarau lumpur akan mengendap, mengering, dan mengeras. Sehingga dikawatirkan pada musim kemarau endapan lumpur yang mengeras akan menghambat aliran banjir Kali Porong dan air banjir akan meluap menggenangi wialayah disepanjang aliran Kali Porong .

Kondisi debit Kali Porong pada musim hujan yang cukup besar akan membantu proses penggelontoran endapan lumpur menuju ke muara, Disaat musim kemarau debit Kali Porong kecil dan bahkan nol akan membantu dalam menambah kemampuan kapasitas Kali Porong menampung endapan lumpur yang masuk ke sungai, kedua hal ini akan sangat membantu sebagai metode penanganan luapan lumpur. Namun bila terjadi kemarau panjang maka akan menambah jumlah endapan dan dapat juga menyulitkan proses menghanyutkan lumpur ke laut. Begitu pula apabila terjadi debit banjir melampaui debit rencana kapasitas Kali Porong, maka akan terjadi bencana banjir. Untuk menjamin keberlanjutan pembuangan lumpur ke Kali Porong baik musim hujan maupun kemarau maka Penulis akan menghitung debit minimum yang diperlukan di Kali Porong sesuai dengan jumlah operasional pompa yang bekerja agar lumpur tidak mengendap di Kali Porong dan menjaga debit Kali Porong guna menjamin keberlanjutan kegiatan pembuangan lumpur ke Kali Porong.

Data aliran sungai merupakan informasi penting dalam pengelolaan sumberdaya air. Debit puncak diperlukan untuk merancang bangunan pengendali banjir, adapun data debit aliran kecil diperlukan untuk perencanaan alokasi air untuk berbagai macam keperluan. Debit aliran rerara tahunan dapat memberikan gambaran potensi sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan dari suatu daerah aliran sungai. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada sifat aliran tetapi juga pada sifat butiran sedimen. Namun demikian, sifat yang paling penting adalah mengenai dimensi sedimen. Dalam beberapa studi mengenai sedimen menggunakan bentuk rerata untuk menggambarkan karateristik sedimen secara keseluruhan. Cara ini dapat dilakukan apabila bentuk, kepadatan, dan distribusi sedimen tidak terlalu bervariasi dalam

regim sungai.

Muatan layang (suspended load) diukur dengan menggunakan metode Toffaleti. Untuk mengukur angkutan muatan layang, diperlukan pengukuran debit air (Qw) dalam m3/det, dikombinasikan

dengan Grand size sedimen (X), dan menghasilkan debit sedimen dalam ton/hari.

Muatan dasar ini didasarkan pada prinsip bahwa angkutan sedimen sepanjang dasar sungai bervariasi secara langsung dengan perbedaan antara tegangan geser (shear stress) pada partikel dasar dan tegangan geser (shear stress) kritis yang diijinkan untuk partikel yang bergerak.

Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang diangkut oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah hasil dari proses pengendapan material-material yang diangkut oleh air sungai (Niniek Herawati, 2007).

Hasil analisis lumpur lapindo diketahui keseragaman butir (grain size) menggambarkan bahwa komponen terbesar adalah clay (sekitar 81,5%) yang berarti bahwa butiran lumpur sangat halus. Karena ukuran partikel sangat halus, maka sesama partikel dapat meyusun diri sangat rapat sehingga tidak mudah diintroduksi oleh molekul lain (misalnya molekul air). Tetapi dengan pengadukan, interaksi antar partikel akan terlepas, sehingga apabila ada aliran alir yang cukup kuat, secara perlahan lumpur akan tergerus.

Hasil uji terhadap pengendapan lumpur Lapindo dalam empat jenis media air yaitu air laut Selat Madura, air kali Porong, air muara kali Porong dan air lumpur memperlihatkan kecenderungan waktu pengendapan yang berbeda-beda, walaupun terdapat kondisi kecepatan pengendapan yang sama saat mendekati dasar.

Uji pengendapan yang dilakukan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan ini memberikan gambaran tentang karakter lumpur dalam media air dalam kondisi tanpa gangguan. Pada lima menit pertama lumpur lebih dahulu bergerak turun pada air Sungai Porong, pada air muara, lumpur mulai bergerak turun, sedangkan pada media air laut Selat Madura dan air lumpur belum terjadi pengendapan. Pada menit kesepuluh, lumpur telah bergerak pada semua media, dan pergerakan lumpur pada air kali Porong tetap lebih cepat, sedangkan pada air muara dan air lumpur hampir sama dan pada air laut lebih lambat. Namun setelah 40 menit kemudian menunjukkan kecenderungan kecepatan pengendapan yang sama dan melambat serta kekeruhan di bagian atas menghilang. Perlambatan tersebut dikarenakan seluruh materi lumpur sudah mulai mendekati dasar, sehingga tertahan oleh lumpur yang lebih

(3)

dahulu mengendap. Padahal, di laut dengan kedalaman air yang lebih besar, setelah 40 menit masih bergerak seperti pada menit awal hingga 20 menit berikutnya.

Hasil ini memberikan gambaran bahwa lumpur Porong memiliki karateristik bergerak ke arah dasar dan ini juga membuktikan bahwa berat jenis (BJ) lebih besar dari media semua jenis air yang diujicobakan (test laboratorium lumpur Lapindo

BJ=1,3 gr/cc).(http://www.mgi.esdm.go.id/2006 ,

pusat penelitian dan pengembangan geologi kelautan)

Lumpur yang mengendap dan mengering tidak mengalami reaksi kimia dan hanya mengalami proses fisika (pelepasan molekul air dari pori dan pengurangan jarak antar partikel lumpur). Apabila pada lumpur yang mengering diberikan air, maka air akan segera memasuki pori pori antar partikel lumpur, berarti akan terjadi pergerakan partikel lumpur. Karena gravitasinya besar, maka diperlukan energi yang cukup besar untuk mengalirkan lumpur.

Debit pembuangan adalah debit lumpur yang masuk ke Sungai Porong melalui pipa pembuangan. Perbandingan air dan lumpur pada pipa pembuangan ini adalah 80 % air 20 % lumpur, hal ini dilakukan agar pompa dapat dengan maksimal memompa lumpur keluar dari pipa pembuangan(BPLS.Co.id,2008).

Analisis Butiran Sedimen

Analisis ini digunakan untuk mengetahui karakter butiran sedimen yang terdapat pada aliran sungai. Sampel yang diperoleh dari lapangan dianalisis di laboratorium. Hal–hal yang perlu dianalisis meliputi:

Berat Jenis Lumpur (Specify Grafity) Analisis Hidrometer (Hydrometer Analysis) Analisis Saringan (Sieve Analysis) Klasifikasi Sedimen Berdasarkan Analisis Hidrometer dan Analisis Saringan.

Analisis Angkutan Sedimen

Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah metode Toffalety, metode ini baik digunakan pada sungai dengan material dasar sungai dengan diameter partikel antara 0,3 mm sampai dengan 0,93 mm, tetapi juga memberikan hasil yang cukup baik pada dimeter partikel lebih kecil dari 0,095 mm. Dalam persaman ini kedalaman sungai dibagi menjadi 4 zona: upper, middle, lower, dan bed zone.

Analisis Prediksi Debit Dengan Metode Multiplicative Decompotion

Analisis ini digunakan untuk memprediksi debit yang terjadi pada tahun berikutnya dalam

penelitian ini memprediksi 2 tahun berikutnya. Pada metode ini ada beberapa langkah yang hdebit di gunakan untuk mendapatkan nilai yang akan digunakan untuk persamaan yang digunakan memprediksi debit.

Yt = TRt x SNt + €t

Biasanya juga ditulis sebagai berikut Yt = TRt x SNt x CLt x Irt

dengan :

Yt : Data Observasi

TRt : Nilai dari Persamaan Time Series SNt : Faktor Moving Average

€t : Faktor Kesalahan CLt : Faktor cyclical periode data Irt :Faktor Centered Moving Average Menentukan Nilai Snt x irt

Nilai ini dihasilkan dengan cara calculation of

Moving Average, sehingga akan menghasilkan nilai

centered Moving Average (trt x clt). Nilai Snt x irt

merupakan hasil bagi antara yt dan trt x cl. Menentukan Nilai dt, b1, b0

Nilai ini dihasilkan dengan cara Deseasonalized

Seminar Demand dan nilainya dimasukkan kedalam

persamaan trt = bo + b1t. Menentukan Nilai Clt x IRt

Cara yang digunakan untuk mendapatkan nilai ini adalah the estimates of Clt x IRt, setelah menghasilkan nilai ini maka semua variable yang dibutuhkan untuk memprediksi debit telah len 2. METODE PENELITIAN

2.1. Lokasi Penelitian

Sungai Porong terletak di Kabupaten Sidoarjo dan bermuara di Selat Madura, Ruas Kali Porong yang diteliti dimulai dari lokasi pembuangan lumpur sampai muara.

2.2. Parameter dan Variable

Sesusai dengan tujuan penelitian dan analisis yang akan digunakan, maka ragam parameter yang terkait dalam analisis tercantum dalam Tabel berikut:

Parameter dan

Variable dalam analisis Keterkaitan Keterangan

Debit jam-jaman sungai

porong

Penelusuran

aliran sekunder Data

Profil sungai porong Penelusuran angkutan sedimen dan aliran sungai Data sekunder Karakteristik

butiran Angkutan sedimen Uji lab

Koefisien kekasaran n Manning sungai Penelusuran aliran sungai Diestimasi dan dikalibrasi

(4)

Pengumpulan Data yang diperlukan ada Data Primer (data sedimen yang masuk ke kali porong) dan Data Sekunder (debit harian, data penampang sungai, debit pembuangan lumpur ke kali porong yang disinkronkan dengan kemampuan pompa lumpur). Tahapan menentukan Q min yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

 Menentukan tinjauan pustaka yang terkait dengan penelitian ini.

 Merumuskan masalah yang akan dianalisis.  Mengumpulkan data primer dan data sekunder

yang akan digunakan dalam analisis

 Menentukan nilai Q sungai yang akan dipakai dalam analisis angkutan sedimen

 Analisis angkutan sedimen dengan metode

Toffaleti

Dari analisis peneliti akan mendapatkan area pada sungai yang terjadi pengendapan, apabila area pengendapan tersebut terjadi pada titik yang dizinkan maka debit yang ditentukan dapat peneliti gunakan sebagai debit minimum, apabila tidak maka nilai debit peneliti tambah pada kisaran 10 m3/s dan melakukan analisis ulang sampai mendapatkan area pengendapan pada titik yang diizinkan.

Tahapan menentukan jumlah operasional pompa yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

 Mengelompokkan data debit harian dari tahun 2006,2007, 2008, 2009,2010,2011.

 Mencari nilai persamaan dari debit 4 tahun untuk mendapatkan suatu persamaan yang akan digunakan untuk memprediksi Q 2011, dan disbandingkan dengan Q observasi 2011.  Deviasi atau kesalahan relative yang diizinkan

adalah 20 %, kalau lebih 20 % maka dicari kembali persamaan yang digunakan untuk memprediksi debit.

 Persamaan tersebut digunakan untuk memprediksi debit 2012. Nilai debit pada tahun 2012 dibandingkan dengan Q min yang dapat mengalirkan lumpur hingga kemuara dengan trialjumlah pompa.

 Mengetahui jumlah operasional pompa yang bekerja pada tahun 2012.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Pengujian Kadar Air Lumpur

Maksud dan tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui nilai kadar air lumpur yang merupakan perbandingan antara berat air yang dikandung Lumpur dengan berat kering lumpur, dinyatakan dalam persen.Pengujian kadar air lumpur lapindo yang dilakukan berdasarkan standar ASTM D 4643-

93. Dari hasil perhitungan diperoleh harga kadar

air (w) rata-rata sebesar 41.6697 %. 3.2. Pengujian Analisis Butiran

Maksud dan tujuan dari analisis saringan (sieve

analysis) ini adalah untuk menentukan distribusi

ukuran butir lumpur yang memiliki diameter lebih besar dari 0.075 mm (tertahan diatas saringan no 200 ASTM) dengan cara penyaringan.

Hasil Pengujian Grain size

Perhitungan Pengujian Analisis Saringan disajikan dalam Tabel. 4.4

Angkutan sediment berupa lumpur Lapindo yang keluar dari outlet pembuangan. Lumpur Lapindo dapat mengendap di sepanjang penampang sungai apabila debit pada kali Porong tidak mampu untuk membawa lumpur sampai kemuara.

Alat yang digunakan dalam pengaliran lumpur ini berupa Pompa, kapal keruk, pipa baja. Pompa berfungsi untuk memompa lumpur yang telah diencerkan kedalam pipa baja, kapal keruk berfungsi untuk mengaduk lumpur yang ada di kolam pengenceran, pipa baja digunakan untuk mengalirkan lumpur yang telah dipompa ke Kali Porong.

Debit minimum kali porong yang dianalisis adalah debit minimum yang mampu membawa lumpur lapindo hingga ke muara dengan berbagai percobaan jumlah pompa yang akan dioperasionalkan.

Hasil perhitungan kapasitas angkutan sedimen yang dapat membawa lumpur lapindo hingga ke muara menggunakan 6 pompa atau sama saja dengan load lumpur 50 ton, membutuhkan debit 200 m3/detik. Untuk 5 pompa atau sama saja dengan load lumpur 46.667 ton membutuhkan debit minimum 190 m3/detik.Untuk 4 pompa atau sama saja dengan

load lumpur 33.334 ton membutuhkan debit

minimum 160 m3/detik., 3 pompa atau sama saja dengan load lumpur 25.001 ton, membutuhkan debit 140 m3/detik. 2 pompa atau sama saja dengan

load lumpur 16.668 ton, membutuhkan 130

m3/detik. 1 pompa atau sama saja dengan load lumpur 8.333 ton, 1 pompa atau sama saja dengan

load lumpur 8.333 ton.Untuk 1 pompa atau sama

saja dengan load lumpur 8.333 ton, membutuhkan minimum debit 100m3/detik.

Pada analisis dicoba pengaliran lumpur ke kali Porong dengan berbagai pompa dan debit yang dapat mengalirkan load yang dihasilkan oleh pompa yang bekerja. Hubungan debit minimum dengan pompa yang bekerja juga dapat digunakan untuk memprediksi operasional pompa yang bekerja pada tahun beikutnya. Hubungan Qmin dan Pompa

(5)

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 1/1/2012 20/02/2012 10/4/2012 30/05/2012 19/07/2012 7/9/2012 27/10/2012 16/12/2012 D e b it  (m 3/d t) Tanggal 0 1 2 3 4 5 6 7 12/1/2012 2/3/2012 21/04/2012 10/6/2012 30/07/2012 18/09/2012 7/11/2012 27/12/2012 ju m la h  P o m p a Tanggal Gambar 1. Hubungan Pompa dan Qmin

Untuk menganalisa debit untuk Tahun yang akan datang digunakan untuk memprediksi debit yang terjadi pada tahun 2012 yang akan disesuaikan dengan pompa yang akan bekerja dan Qmin agar

kinerja pengaliran lumpur dapat optimal. Berikut langkah-langkah untuk menganalisis debit prediksi. Menentukan Nilai Snt x irt

Nilai ini dihasilkan dengan cara calculation of

Moving Average, sehingga akan menghasilkan nilai

centered Moving Average (trt x clt). Nilai Snt x irt

merupakan hasil bagi antara yt dan trt x clt, untuk

lebih detail dapat dilihat pada tabel L-2.1 dilampiran.

Menentukan Nilai dt, b1, b0.

Nilai ini dihasilkan dengan cara Deseasonalized

Seminar Demand dan nilainya dimasukkan kedalam

persamaan trt = bo + b1t. Hasil analisis dapat dilihat

pada tabel L-2.1 dilampiran. Menentukan Nilai Clt x IRt

Cara yang digunakan untuk mendapatkan nilai ini adalah the estimates of Clt x IRt, setelah menghasilkan nilai ini maka semua variable yang dibutuhkan untuk memprediksi debit telah lengkap. Hasil analisis ini dapat dilihat pada tabel L-2.1dilampiran.

Operasional Pompa Debit Pada Tahun ke n

Debit prediksi dapat menentukan pompa yang akan bekerja agar pengaliran lumpur dapat optimal. Pada penulisan ini penulis mencoba untuk memprediksi debit pada tahun 2012, yang mana pompa dapat bekerja pada musim penghujan, namun pada musim kemarau perlu adanyatambahan debit agar pompa dapat bekerja optimal.

Nilai debit pada Tabel 4-96 didapat dari hasil peramalan yyang mengunakan Metode

Multiplicative Decomposition, hasil debit tersebut

dibandingkan dengan nilai debit minimum dalam penggunaan jumlah pompa, sehingga didapatkan berapa jumlah pompa yang mampu digunakan pada

nilai debit ramalan tersebut, untuk lebih detail nilai debit dan jumlah pompa yang digunakan pada satu hari dalam satu tahun kedepan, dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3.

Pada Gambar 2 dapat dilihat pada Kali Porong mengalir debit yang cukup besar dari tanggal 1 Januari hingga 30 Mei sehingga pada waktu tersebut kali porong dapat mengalirkan lumpur dengan baik dengan menggunakan pompa secara optimal, sedangkan pada tanggal 01 juni hingga 10 Oktober debit Kali Porong debit Kali Porong tidak terlalu besar sehingga penggunaan pompa harus disesuaikan dengan debit tersebut.

Gambar 2 .Hubungan Tanggal dan Debit 2012 Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa berdasarkan debit prediksi yang terjadi pada tahun 2012, kita dapat memprediksi berapa jumlah pompa yang

beroperasi secara optimal sesuai dengan debit minimum yang disesuaik denga jumlah pompa.

(6)

4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

 Debit yang dapat menjamin sedimen terangkut hingga ke muara adalah 200 m3/dt untuk 6 pompa, 180 m3/dt untuk 5 pompa, 160 m3/dt untuk 4 pompa, 140 m3/dt untuk 3 pompa, 130 m3/dt untuk 2 pompa, 100 untuk 1 pompa.Hasil prediksi debit pada tahun 2012 dapat menentukan operasional jumlah pompa sehingga kelancaran pembuangan luapan lumpur dapat berjalan dengan optimal.

 Pada musim kemarau dimana saat debit kali porong tidak memenuhi jumlah debit minimum maka adanya strategi yang harus dilakukan agar operasi pembuangan lumpur berjalan dengan lancar yaitu penambahan debit atau pengendalian jumlah pompa/ kapal keruk.

4.2. SARAN

 Perlunya kajian perhitungan debit semburan lumpur yang terjadi saat ini, agar bisa diketahui optimasi jumlah kapal keruk / pompa yang dibutuhkan sesuai dengan input semburan lumpur yang terjadi.

 Perlu kajian tersendiri apakah memungkinkan apabila dibuatkan Open Channel dari mulai kolam lumpur menuju kali porong, hal ini akan lebih mudah dalam operasional dan pemeliharaan dibandingkan dengan cara mengalirkan dengan pompa.

Diperlukan sampel yang lebih mewakili keadaan lumpur, baik di semburan lumpur maupun disepanjang aliran Kali Porong dari outletpompa hingga muara khususnya pada musim kemarau

DAFTAR PUSTAKA

Ariathurai, R, 1985, Sediment Transport, Hydrologic Engineering Center Corps of Engineers, US Army Davis, California.

Bambang Triatmodjo, 1994, Hidraulika I, Beta Offset, Yogyakarta.

Bambang Triatmodjo, 1994, Hidraulika II, Beta Offset, Yogyakarta.

Sekilas BPLS, 2011, BPLS.Co.id, Surabaya

Chitra Hermawan, 2012, Debit Minimum Kali Porong untuk menjamin Angkutan Sedimen Sampai Kali Porong, Tugas Akhir S! Teknik Sipil Fakultas Teknik, UNS, Surakarta.

Chow, V, 1988, Handbook of Applied Hydrology, Mcgraw Hill Book Company.

Ferdian Agung Nugroho, 2009, Pengendalian

Sedimentasi di Saluran Irigasi Dengan Penempatan Benda Apung, Tugas Akhir S1

Teknik Sipil Fakultas Teknik, UNS, Surakarta. Haris Hernanto, 2011, Peranan Kali Porong Dalam

Mengalirkan Lumpur Sidiarjoke Laut, BPLS, Surabaya.

Niniek Herawati, 2007, Analisis Risiko Lingkungan

Aliran Air Lumpur Lapindo Ke Badan Air,Program Studi Magister Ilmu Lingkungan

Program Pasca Sarjana, Universitas Dipenogoro, Semarang.

Muhammad Mahmudianto, 2008, Pemodelan

Sedimen Waduk, Tugas Akhir S1 Teknik Sipil

Fakultas Teknik, UNS, Surakarta.

Strand dan Pemberton, 1982, Reservoir Sedimentation Technical Guideline for Bureau of Reclamation, Denver, Colorado

Vanoni, V.A, 1977, Sedimentation Engineering, The ASCE Task Committee, New York.

L.BOWERMANBRUCE,T.O’CONNELL

RICHARD, TIME SERIES AND

Gambar

Gambar 1. Hubungan Pompa dan Q min

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang melibatkan 87 mahasiswa psikologi UEU yang pernah mengikuti perkuliahan tatap muka dan mengambil maksimal 3-4 mata kuliah online per

Pengembangan pengelolaan kawasan peruntukan hutan dengan prinsip berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan pada kawasan peruntukan hutan di

Simbol signifikan adalah sejenis gerak isyarat yang hasnya dapat diciptakan manusia. Isyarat menjadi simbol signifikan bila muncul dari individu yang membuat

Dalam pengembangan pertanian yang ramah lingkungan, maka konsep darimana menghasilkan pupuk organik, bagaimana menerapkannya, bagaimana prosesnya dan

Metode pelaksanaan di proyek dengan analisa harga satuan bahan dan tenaga kerja tidak sesuai, karena pada pelaksanaan digunakan bahan yang praktis, beton ready

Dimensi yang lain menggambarkan dimensi kualitas proses yaitu atribut proses yang mencerminkan tingkat kualitas suatu proses dalam bentuk Process Measurement Framework

Puji syukur yang tak terkira karena penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Studi Deskriptif: Kebermaknaan Hidup pada Musisi Grunge Di Komunitas Jogja Grunge

Penyandang tuna daksa yang memiliki konsep diri positif berkaitan dengan persepsi fisik adalah mereka yang walaupun memiliki perbedaan fisik dari orang lain tetapi