• Tidak ada hasil yang ditemukan

KITAB ADIPARWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KITAB ADIPARWA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

K ITA B A D IP A RW A

Program digital ini dikembangkan untuk melestarikan dalam mendukung proses pelestarian sastra daerah di Indonesia. Hasil dari program digital ini berupa karya sastra Jawa yang disalin dalam bentuk teks digital format pdf. Semoga tujuan blog www.alangalangkumitir.wordpress.com adalah menjadi salah satu sumber digital karya-karya sastra Jawa dapat dibaca, ditelusuri atau diunduh oleh para sutrisna budaya ataupun masyarakat secara bebas.

Salam asah asih asuh. Nuwun.

=== @@@ ===

Kitab Adiparwa

Adiparwa adalah buku per tama atau bagian (par wa) per tama dari kisah Mahabhar ata.

Pada dasar nya bagian ini ber isi r ingkasan keselur uhan cerita Mahabhar ata, kisah-kisah mengenai latar belakang ceriter a, nenek moyang keluar ga Bhar ata, hingga masa muda Kor awa dan Pandawa).

Kisahnya ditutur kan dalam sebuah cer ita bingkai dan alur cer itanya meloncat-loncat sehingga tidak mengalir dengan baik.

Penutur an kisah keluar ga besar Bhar ata ter sebut dimul ai dengan per cakapan antara Bagawan Ugr asr awa yang mendatangi Bagawan Sonaka di hutan Nemisa.

Adiparwa ditutur kan seper ti sebuah nar asi. Penutur an isi kitab tersebut ber mula ketika Sang Ugrasr awa mendatangi Bagawan Sonaka yang sedang melakukan upacar a di hutan Nemisa.

Sang Ugr asr awa mencer itakan kepada Bagawan Sonaka tentang keber adaan sebuah kumpulan kitab yang disebut Astadasapar wa, pokok cer itanya adalah kisah per selisihan Pandawa dan Kor awa, ketur unan Sang Bhar ata.

(2)

Bagian-bagian kitab Adiparwa itu di antar anya: (di anyam dalam cer ita bingkai).

* Cer ita Begawan Ugr asr awa (Ugr açr awā) mengenai ter jadinya pemandian Samantapañcaka dan tentang ditutur kannya ki sah Mahabhar ata oleh Begawan Waisampayana (Waiçampāyana).

Kisah panjang ter sebut ditutur kan atas per mintaan mahar aja Janamejaya, r aja Hastinapur a, anak mendiang prabu Par ikesit (Parīkşit) dan cicit Pandawa. Begawan Waisampayana bermaksud menghibur sang mahar aja atas kegagalan kur ban ular (sar payajña) yang dilangsungkan untuk menghukum naga Taksaka, yang telah membunuh r aja Par iksit.

Selain itu sang Ugr asrawa juga menjelaskan r ingkasan delapan belas par wa yang menyusun Mahabhar ata; jumlah bab, seloka (çloka) dan isi dar i masing-masing parwa.

* Cer ita dikutuknya mahar aja Janamejaya oleh sang Sar ama, yang ber akibat kegagalan kur ban yang dilangsungkan oleh sang mahar aja.

* Cer ita Begawan Dhomya beser ta ketiga or ang mur idnya; sang Ar unika, sang Utamanyu dan sang Weda. Dilanjutkan dengan cer iter a Posya, mengenai kisah asal mula sang Uttangka mur id sang Weda ber musuhan dengan naga Taksaka. Oleh kar enanya sang Uttangka lalu membujuk Mahar aja Janamejaya untuk melaksanakan sar payajña atau upacar a pengor banan ular .

* Cer ita asal mula Hyang Agni (dewa api) memakan segala sesuatu, apa saja dapat dibakar nya, dengan tidak memilah-milah. Ser ta nasihat dewa kepada sang Rur u untuk mengikuti jejak sang Astika, yang melindungi par a ular dan naga dar i kur ban maharaja Janamejaya.

* Cer iter a Astika; mulai dari kisah sang Jar atkār u mengawini sang Nāgini (naga per empuan) dan ber anakkan sang Astika, kisah lahir nya naga dan gar uda, dikutuknya par a naga oleh ibunya agar dimakan api pada kur ban ular , per musuhan naga dengan gar uda, hingga upaya par a naga menghindar kan diri dar i kur ban ular .

(3)

* Cer ita asal-usul Raja Par ikesit dikutuk Begawan Çr unggī dan kar enanya mati digigit naga Taksaka.

* Cer ita pelaksanaan kur ban ular oleh mahar aja Janamejaya, dan bagaimana Begawan Astika mengur ungkan kur ban ular ini.

* Cer ita asal-usul dan sejar ah nenek moyang Kur awa dan Pandawa. Kisah Sakuntala (Çakuntala) yang melahir kan Bhar ata, yang kemudian menur unkan keluar ga Bhar ata. Sampai kepada sang Kur u, yang membuat tegal Kur uksetr a; sang Hasti, yang mendir ikan Hastinapur a; maharaja Santanu (Çantanu) yang ber putr a Bhîsma Dewabr ata, lahir nya Begawan Byasa (Byâsa atau Abiyasa) –sang pengar ang kisah ini– sampai kepada lahir nya Dhr estar astr a (Dhŗţarāstr a) –ayah par a Kur awa, Pandu (Pãņdu) – ayah para Pandawa, dan sang Widur a.

* Cer ita kelahir an dan masa kecil Kur awa dan Pandawa. Per musuhan Kur awa dan Pandawa kecil, kisah dang hyang Dr ona, hingga sang Kar na menjadi adipati di Awangga.

* Cer ita masa muda Pandawa. Terbakar nya r umah damar , kisah sang Bima (Bhîma) mengalahkan r aksasa Hidimba dan mengawini adiknya Hidimbî (Ar imbi) ser ta kelahiran Gatutkaca, kemenangan Pandawa dalam sayembar a Dr upadi, dibaginya negar a Hâstina menjadi dua untuk Kur awa dan Pandawa, pengasingan sang Arjuna selama 12 tahun dalam hutan, lahir nya Abimanyu (Abhimanyu) ayah sang Par iksit, hingga ter bakar nya hutan Kandhawa tempat naga Taksaka ber sembunyi.

Bahagian yg ter penting :

Mangkatnya Raja Par ikesit

Dikisahkan, ada seor ang Raja ber nama Par ikesit, puter a Sang Abimanyu, yang ber tahta di Hastinapur a. Beliau mer upakan ketur unan Sang Kur u, maka disebut juga Kur uwangsa.

Pada suatu har i, beliau ber bur u kijang ke tengah hutan. Kijang diikutinya sampai kehilangan jejak.

(4)

Hal ter sebut membuat Raja Par ikesit mar ah. Beliau mengambil bangkai ular , kemudian mengalungkannya di leher sang pendeta.

Puter a sang pendeta yang ber nama Srenggi, mengetahui hal ter sebut dar i penjelasan Sang Kr esa, kemudian ia menjadi mar ah.

Ia mengutuk Sang Raja, agar beliau wafat kar ena digigit ular , tujuh har i setelah kutukan diucapkan.

Setelah Sang Raja mener ima kutukan ter sebut, maka ia ber lindung di sebuah menar a yang dijaga dan diawasi dengan ketat oleh pr ajur it dan par a patihnya.

Di sekeliling menar a juga telah siap para tabib yang ahli menangani bisa ular .

Pada har i ketujuh, yaitu har i yang dir amalkan menjadi har i kematiannya, seekor naga yang ber nama Taksaka menyamar menjadi ulat pada jambu yang dihatur kan kepada Sang Raja.

Akhir nya Sang Raja mangkat setelah digigit Naga Taksaka yang menyamar menjadi ulat dalam jambu Raja Janamejaya mengadakan upacar a kor ban ular Setelah Mahar aja Par ikesit mangkat, puter anya yang ber nama Janamejaya menggantikan tahtanya. Pada waktu itu beliau masih kanak-kanak, namun sudah memiliki kesaktian, kepandaian, dan wajah yang tampan.

Raja Janamejaya dinikahkan dengan puter i dari Kerajaan Kasi, ber nama Bhamustiman. Raja Janamejaya memerintah dengan adil dan bijaksana sehingga dunia tenter am, setiap musuh pasti dapat ditaklukkannya. Ketika Sang Raja ber hasil menaklukkan desa Taksila, Sang Uttangk a datang menghadap Sang Raja dan mengatakan niatnya yang benci ter hadap Naga Taksaka, sekaligus mencer itakan bahwa penyebab kematian ayahnya adalah kar ena ulah Naga Taksaka.

Sang Raja meneliti kebenaran cer ita ter sebut dan par a patihnya membenar kan cer ita Sang Uttangka.

Sang Raja dianjur kan untuk mengadakan upacar a pengor banan ular untuk membalas Naga Taksaka.

(5)

mengundang par a pendeta dan ahli mantr a untuk membantu pr oses upacar a.

Melihat Sang Raja mengadakan upacar a ter sebut, Naga Taksaka menjadi gelisah. Kemudian ia mengutus Sang Astika untuk menggagalkan upacar a Sang Raja. Sang Astika menerima tugas ter sebut lalu pergi ke lokasi upacar a.

Sang Astika menyembah-nyembah Sang Raja dan memohon agar Sang Raja membatalkan upacar anya.

Sang Raja yang memiliki r asa belas kasihan ter hadap Sang Astika, membatalkan upacar anya. Akhir nya,

Sang Astika mohon dir i untuk kembali ke Nagaloka. Naga Taksaka pun selamat dar i upacar a ter sebut.

Wesampayana menutur kan Mahabhar ata

Mahar aja Janamejaya yang sedih kar ena upacar anya tidak sempur na, meminta Bagawan Byasa untuk mencer itakan kisah leluhur nya, sekaligus kisah Pandawa dan Kor awa yang ber tempur di Kur ukshetr a.

Kar ena Bagawan Byasa sibuk dengan ur usan lain, maka Bagawan Wesampayana disur uh mewakilinya.

Beliau adalah mur id Bagawan Byasa, penulis kisah besar keluar ga Bhar ata atau Mahābhār ata. Sesuai keinginan Raja Janamejaya, Bagawan Wesampayana menutur kan sebuah kisah kepada Sang Raja, yaitu kisah sebelum sang raja lahir , kisah Pandawa dan Korawa, kisah per ang di Kur ukshetr a, dan kisah silsilah leluhur sang r aja. Wesampayana mula-mula menutur kan kisah leluhur Mahar aja Janamejaya (Sakuntala, Duswanta, Bhar ata, Yayati, Pur u, Kur u), kemudian kisah buyutnya, yaitu Pandawa dan Kor awa.

Kisah Pr abu Santanu dan ketur unannya

Ter sebutlah seor ang Raja ber nama Pr atipa, beliau mer upakan salah satu ketur unan Sang Kur u atau Kur uwangsa, ber tahta di Hastinapur a.

(6)

Di antar a ketiga puter a ter sebut, Santanu dinobatkan menjadi Raja. Raja Santanu menikahi Dewi Gangga, kemudian ber puter a 8 or ang.

Tujuh puter anya yang lain ditenggelamkan ke sungai oleh istr inya sendir i, sedangkan puter anya yang ter akhir ber hasil selamat kar ena per buatan istr inya dicegah oleh Sang Raja.

Puter anya ter sebut ber nama Dewabrata, namun di kemudian hari ber nama Bhisma. Raja Santanu menikah sekali lagi dengan seor ang puter i nelayan ber nama Satyawati. Satyawati melahir kan 2 puter a, ber nama Chitrāngada dan Wicitr awir ya.

Chitrāngada mewar isi tahta ayahnya. Namun kar ena ia gugur di usia muda pada suatu per tempur an melawan seor ang Raja Gandhar va, pemer intahannya digantikan oleh adiknya, Wicitr awir ya.

Wicitr awir ya menikahi Ambika dan Ambalika dar i Kerajaan Kasi. Tak lama setelah per nikahannya, Wicitr awir ya wafat. Untuk memper oleh ketur unan, kedua janda Wicitr awir ya melangsungkan upacar a yang dipimpin oleh Bagawan Byasa. Ambika melahir kan Dr estarastr a yang buta sedangkan Ambalika melahir kan Pandu yang pucat. Atas anuger ah Bagawan Byasa, seor ang pelayan yang tur ut ser ta dalam upacar a ter sebut melahir kan seor ang puter a, ber nama Widur a yang sedikit pincang.

Dr estar astr a menikahi Gandar i kemudian memiliki ser atus puter a yang disebut Kor awa. Pandu menikahi Kunti dan Madr i. Kunti melahir kan Yudistir a, Bhima, dan Arjuna. Madr i melahir kan Nakula dan Sadewa. Ketur unan Pandu ter sebut disebut Pandawa.

Kisah masa kecil Pandawa dan Kor awa

Pandawa dan Kor awa hidup ber sama-sama di istana Hastinapur a. Bagawan Dr ona mendidik mer eka semasa kanak -kanak, ber sama dengan puter anya yang ber nama Aswatama.

(7)

Tingkah laku Bima yang tanpa sengaja mer ugikan par a Kor awa juga ser ing membuat Dur yodana dan adik-adiknya kesal.

Ter bakar nya r umah damar

Suatu har i Dur yodana ber pikir ia bersama adiknya mustahil untuk dapat mener uskan tahta Dinasti Kur u apabila sepupunya masih ada.

Mer eka semua (Pandawa lima dan sepupu-sepupunya atau yang dikenal juga sebagai Kor awa) tinggal ber sama dalam suatu ker ajaan yang ber ibukota di Hastinapur a. Akhir nya ber bagai niat jahat muncul dalam benaknya untuk menyingkir kan Pandawa lima beser ta ibunya.

Dr estar astr a yang mencintai keponakannya secar a ber lebihan mengangkat Yudistir a sebagai putr a mahkota tetapi ia langsung menyesali per buatannya yang ter lalu ter bur u-bur u sehingga ia tidak memikir kan per asaan anaknya.

Hal ini menyebabkan Dur yodana ir i hati dengan Yudistir a, ia mencoba untuk membunuh pandawa lima beser ta ibu mer eka yang ber nama Kunti dengan car a menyur uh mer eka ber libur ke tempat yang ber nama Ekacakr a.

Di sana ter dapat bangunan yang megah, yang telah disiapkan Dur yodana untuk mer eka ber libur dan akan membakar bagunan itu di tengah malam pada saat pandawa lima sedang ter lelap tidur .

Segala sesuatunya yang sudah dir encanakan Dur yodana dibocor kan oleh Widur a yang mer upakan paman dar i Pandawa lima.

Sebelum itu juga Yudistir a juga telah diingatkan oleh seor ang petapa yang datang ke dir inya bahwa akan ada bencana yang menimpannya oleh kar ena itu Yudistir a pun sudah ber waspada ter hadap segala kemungkinan.

Untuk per tama kalinya Yudistir a lolos dalam per angkap Dur yodana dan melar ikan dir i ke hutan r imba.

Pandawa mendapatkan Dr opadi

(8)

Sayembar a ter sebut memper ebutkan Dewi Dr opadi. Banyak ksatr ia di penjur u Bhar atawar sha tur ut menghadir i.

Par a Pandawa menyamar sebagai seor ang Brāhmana. Sebuah sasar an diletakkan di tengah-tengah ar ena, dan siapa yang ber hasil memanah sasaran ter sebut dengan tepat, maka i alah yang ber hasil mendapatkan Dr opadi. Satu-per satu ksatr ia maju, namun tidak ada satu pun yang ber hasil memanah dengan tepat. Ketika Kar na dar i Kerajaan Anga tur ut ser ta, ia ber hasil memanah sasar an dengan baik.

Namun Dr opadi menolak untuk menikahi Kar na kar ena kar na anak seor ang kusir yang tentu lebih r endah kastanya. Kar na kecewa tetapi juga kesal ter hadap Dr opadi.

Par a Pandawa yang diwakili oleh Ar juna tur ut ser ta. Ar juna ber pakaian seper ti Brāhmana. Ketika ia tampil ke muka, ia ber hasil memanah sasar an dengan baik, maka Dr opadi ber hak menjadi miliknya. Namun hal ter sebut menimbulkan ker icuhan kar ena seorang Brāhmana tidak pantas untuk mengikuti sayembar a yang ditujukan kepada golongan ksatria.

Ar juna dan Bima pun ber kelahi dengan par a ksatr ia di sana, sementar a Yudistir a, Nakula dan Sadewa melarikan Dr opadi ke r umah mer eka. Sesampainya di r umah, Pandawa berser u, "Ibu, kami datang membawa hasil meminta-minta". Kunti, ibu para Pandawa, tidak melihat apa yang dibawa oleh anak-anaknya kar ena sibuk dan ber kata, "Bagi dengan r ata apa yang kalian per oleh".

Ketika ia menoleh, alangkah ter kejutnya ia kar ena anak -anaknya tidak saja membawa hasil meminta-minta, namun juga seor ang wanita. Kunti yang tidak mau ber dusta, membuat anak-anaknya untuk ber bagai istr i

Ar juna mengasingkan dir i ke hutan

Par a Pandawa sepakat untuk membagi Dr opadi sebagai istr i. Mer eka juga ber janji tidak akan mengganggu Dropadi ketika sedang ber mesr aan di kamar ber sama dengan salah satu dari Pandawa.

Hukuman dar i per buatan yang menggangu adalah pembuangan selama 12 tahun.

(9)

Indr aprastha, seor ang pendeta masuk ke istana dan melapor bahwa per tapaannya diganggu oleh par a r akshasa.

Ar juna yang mer asa memiliki kewajiban untuk menolongnya, ber gegas mengambil senjatanya. Namun senjata ter sebut disimpan di sebuah kamar dimana Yudistir a dan Dr opadi sedang menikmati malam mer eka.

Demi kewajibannya, Ar juna r ela masuk kamar mengambil senjata, tidak mempedulikan Yudistir a dan Dr opadi yang sedang ber mesr aan di kamar . Atas per buatan ter sebut, Ar juna dihukum untuk menjalani pembuangan selama 12 tahun. Ar juna mener ima hukuman ter sebut dengan ikhlas.

Ar juna menghabiskan masa pengasingannya dengan menjelajahi penjur u Bhar atawar sha atau dar atan India Kuno.

Selama masa pengasingannya, Ar juna memiliki tiga istri lagi. Mer eka adalah: Subadra (adik Sri Kr esna), Ulupi, dan Citrangada.

Dar i hubungannya dengan Subadr a anaknya ber nama Ab imanyu. Dengan Ulupi anaknya ber nama Ir awan. Dengan Citr angada anaknya ber nama Babr uwahana.

Kisah lain dalam Kitab Adipar wa

Selain kisah Pandawa dan Kor awa, Sang Ugr asr awa juga menutur kan kisah lain kepada Bagawan Sonaka, yang ber bentuk cer ita bingkai, sehingga alur cer itanya campur an, tidak mengalir ke depan melainkan meloncat-loncat

Bagian penting cer ita

Kisah Bagawan Dhomya menguji tiga mur idnya

Dikisahkan seor ang Brāhmana ber nama Bagawan Dhomya, tinggal di Ayodhya. Beliau memiliki 3 murid, ber nama: Sang Utamanyu, Sang Ar unika, dan Sang Weda.

Ketiganya akan diuji kesetiaannya oleh Sang Gur u. Sang Ar unika disur uh ber sawah. Dengan ber hati-hati Sang Ar unika mer awat biji padi yang ditanamnya. Ketika biji-bijinya sedang tumbuh, datanglah hujan membawa air bah yang kemudian mer usak pematang sawahnya.

(10)

dan pematangnya jebol, maka ia mer ebahkan dirinya sebagai pengganti pematang yang jebol untuk menahan air . Kar ena kesetiannya ter sebut, Sang Ar unika diber ikan anuger ah kesaktian oleh Bagawan Dhomya.

Sementar a itu, Sang Utamanyu disur uh mengembala sapi. Sang Utamanyu tidak diper bolehkan untuk meminta-minta air kalau ia sedang haus saat mengembala sapi, maka ia menjilat susu sapi yang digembalanya. Hal ter sebut juga ditentang oleh Sang Gur u, maka Sang Utamanyu menghisap getah daun “ wadur i” untuk menghilangkan dahaga. Hal tersebut mengakibatkan matanya buta.

Ia tidak tahu jalan sehingga ter per osok ke dalam sumur ker ing. Sampai sor e, Sang Utamanyu tidak juga kembali pulang, gur unya menjadi cemas. Ketika dicar i, didapatinya Sang Utamanyu ber ada dalam sebuah sumur . Bagawan Dhomya kemudian mendengar kan cer ita Sang Utamanyu. Kar ena kesetiannya ter hadap kewajiban, Sang Utamanyu diber ikan mantr a sakti yang mampu menyemb uhkan penyakit oleh Bagawan Dhomya.

Sementar a itu, Sang Weda disur uh tinggal di dapur untuk menyediakan hidangan yang ter baik buat gur unya. Sang Weda selalu menur uti per intah gur unya, meski yang bur uk sekalipun. Segala per intah gur unya diker jakan dengan baik. Maka dari itu, Sang Weda dianugerahi segala macam ilmu pengetahuan, mantra Veda, dan kecer dasan.

Kisah Sang Winata dan Sang Kadr u

Dikisahkan ter dapat seor ang Mahar si ber nama Bagawan Kasyapa, puter a bagawan Mar ici, cucu Dewa Br ahma. Ia diber i oleh Bagawan daksa empat belas puter i. Keempat belas puter i ter sebut ber nama: Aditi, Diti, Danu, Ar isti, Anayusa, Kasa, Surabhi, Winata, Kadr u, Ir a, Parwa, Mr egi, Kr odhawasa, Tamr a.

(11)

Singkat cer ita, ser ibu butir tel ur milik Sang Kadr u menetas, dan lahir lah par a Naga. Yang ter kemuka adalah Sang Anantabhoga, Sang Wasuki, dan Sang Taksaka. Sementar a telur Sang Kadr u sudah menetas semuanya, telur Sang Winata belum menetas. Karena tidak sabar, maka telur nya dipecahkan. Ketika pecah, ter lihatlah seor ang anak yang bar u setengah jadi, bagian tubuh ke atas lengkap sedangkan dar i pinggang ke bawah tidak ada.

Sang anak mar ah kar ena ditetaskan sebelum waktunya. Anak ter sebut kemudian mengutuk ib unya supaya diper budak oleh Sang Kadr u ber lebih-lebihan. Kelak, saudar anya yang akan menetas akan menyelamatkan ibunya dar i per budakan. Anak ter sebut kemudian diber i nama Sang Ar una, kar ena tidak memiliki kaki dan paha. Sang Ar una menjadi sais (kuir ) ker eta Dewa Sur ya.

Kisah pemutaran Mandar agir i

Dikisahkan, pada zaman dahulu kala, par a Dewa, detya, d an r akshasa mengadakan r apat untuk mencar i tir ta amer ta (air suci).

Sang Hyang Nārāyana (Wisnu) mengatakan bahwa tir ta ter sebut ber ada di dasar laut Ksir a. Cara mendapatkannya adalah dengan mengaduk lautan ter sebut. Par a Dewa, detya, dan r akshasa kemudian menuju laut Ksir a. Untuk mengaduknya, Naga Wasuki mencabut gunung Mandar a (Mandar agiri) di pulau Sangka sebagai tongkat pengaduk. Gunung ter sebut dibawa ke tengah lautan.

Seekor kur a-kur a (Kur ma) besar menjadi penyangga/ dasar gunung ter sebut. Sang Naga melilit gunung ter sebut, kemudian par a Dewa memegang ekor nya, sedangkan r akshasa dan detya memegang kepalanya. Dewa Indr a ber dir i di puncaknya agar gunung tidak melambung ke atas.

Beber apa lama setelah gunung diputar, keluar lah Ar dhachandr a, Dewi Sr i, Dewi Lakshmi, kuda Uccaihsr awa, dan Kastubhamani. Semuanya ber ada di pihak par a Dewa. kemudian, munculah Dhanwantar i membawa kendi tempat tir ta amer ta.

(12)

mendekati para r akshasa dan detya.

Par a r akshasa-daitya yang melihatnya menjadi ter pesona, dan menyer ahkan kendi ber isi tir ta ter sebut. Wanita cantik itu kemudian per gi sambil membawa tir ta amer ta dan ber ubah kembali menjadi Dewa Wisnu.

Par a detya yang melihatnya menjadi mar ah. Tak lama kemudian ter jadilah per tempuran antar a par a Dewa dan r akshasa-detya. Kemudian Dewa Wisnu ter ingat dengan senjata chakr a-nya.

Senjata chakra kemudian tur un dar i langit dan menyambar -nyambar para r akshasa-detya. Banyak dar i mer eka yang lar i ter birit-bir it kar ena luka-luka. Akhir nya ada yang mencebur kan dir i ke laut dan masuk ke dalam tanah. Para Dewa akhir nya ber hasil membawa tir ta amer ta ke sur ga.

Kisah Sang Gar uda dan par a Naga

Dikisahkan, pada suatu har i Sang Winata dan Sang Kadr u, istr i Bagawan Kasyapa, mendengar kabar tentang keber adaan seekor kuda ber nama Uccaihsr awa, hasil pemutar an Gunung Mandar a atau Mandar agir i.

Sang Winata mengatakan bahwa warna kuda ter sebut putih semua, sedangkan Sang Kadr u mengatakan bahwa tubuh kuda ter sebut ber war na putih sedangkan ekor nya saja yang hitam. Kar ena ber beda pendapat, mer eka ber dua ber tar uh, siapa yang tebakannya salah akan menjadi budak. Mer eka ber encana untuk menyaksikan war na kuda itu besok sekaligus menentukan siapa yang salah.

Sang Kadr u mencer itakan masalah tar uhan ter sebut kepada anak-anaknya. Anak-anaknya mengatakan bahwa ibunya sudah tentu akan kalah, kar ena war na kuda tersebut putih belaka.

Sang Kadr u pun cemas kar ena mer asa kalah tar uhan, maka dari itu ia mengutus anak-anaknya untuk memer cikkan bisa ke ekor kuda ter sebut supaya war nanya menjadi hitam. Anak-anaknya menolak untuk melaksanakannya kar ena merasa per buatan ter sebut tidak pantas.

(13)

ibunya. Mer eka pun memer cikkan bisa ular ke ekor kuda Uccaihsrawa sehingga war nanya yang putih kemudian menjadi hitam. Akhir nya Sang Kadr u memenangkan tar uhan sehingga Sang Winata har us menjadi budaknya.

Sementar a itu, telur yang diasuh Sang Winata menetas lalu munculah bur ung gagah per kasa yang kemudian diber i nama Gar uda.

Sang Gar uda mencar i-car i kemana ibunya. Pada akhir nya ia mendapati ibunya diper budak Sang Kadr u untuk mengasuh par a naga. Sang Gar uda membantu ibunya mengasuh par a naga, namun par a naga sangat lincah ber lar i kesana-kemar i.

Sang Gar uda kepayahan, lalu menanyakan para naga, apa yang bisa dilakukan untuk menebus per budakan ibunya. Par a naga menjawab, kalau Sang Gar uda mampu membawa tirta amer ta ke hadapan par a naga, maka ibunya akan dibebaskan. Sang Gar uda menyanggupi per mohonan ter sebut.

Singkat cer ita, Sang Gar uda ber hasil menghadapi ber bagai rintangan dan sampai di tempat tir ta amer ta.

Pada saat Sang Gar uda ingin mengambil tir ta ter sebut, Dewa Wisnu datang dan ber sabda, “ Sang Gar uda, jika engkau ingin mendapatkan tir ta ter sebut, mintalah kepadaku, nanti pasti aku berikan” .

Sang Gar uda menjawab, “ Tidak selayaknya jika saya meminta kepada anda sebab anda lebih sakti daripada saya. Kar ena tir ta amer ta anda tidak mengenal tua dan mati, sedangkan saya tidak. Untuk itu, ber ikanlah kepada saya anuger ah yang lain” . Dewa Wisnu ber kata, “ Jika demikian, aku memintamu untuk menjadi kendar aanku, sekaligus menjadi lambang panji-panjiku” .

Sang Gar uda setuju dengan per mohonan ter sebut sehingga akhir nya menjadi kendar aan Dewa Wisnu. Kemudian Sang Gar uda ter bang membawa tir ta, namun Dewa Indr a tidak setuju kalau tir ta ter sebut diber ikan kepada par a naga. Sang Gar uda mengatakan bahwa tir ta ter sebut akan diberikan kalau par a naga sudah selesai mandi.

(14)

Par a naga pun mandi sesuai dengan syar at yang diber ikan, tetapi setelah selesai mandi, tir ta amer ta sudah tidak ada lagi kar ena dibawa kabur oleh Dewa Indr a. Par a naga kecewa dan hanya mendapati beberapa per cikan tir ta amer ta ter tinggal pada daun ilalang.

Par a naga pun menjilati daun ter sebut sehingga lidahnya ter sayat dan ter belah. Daun ilalang pun menjadi suci kar ena mendapat tir ta amer ta. Sementar a itu Sang Gar uda ter bang ke sur ga kar ena mer asa sudah menebus per budakan ibunya.

Bahasa dan sejar ah

Sebagaimana kisah induknya, Mahabhar ata, kitab Adiparwa ini semula dituliskan dalam bahasa Sanseker ta dan dianggap sebagai cer ita suci bagi pemeluk agama Hindu.

Tidak ter catat kapan per sisnya kisah ini masuk ke Indonesia. Akan tetapi, sebagaimana disebutkan dalam bagian pendahuluan Adipar wa ver si Jawa Kuna, kitab ini telah disalin ke dalam bahasa Jawa kuna atau juga dikenal sebagai bahasa Kawi pada masa pemer intahan Raja Dhar mawangsa Teguh (ker ajaan Kediri, tahun 991-1016) (Zoetmulder , 1994).

Pengar uh dalam budaya

Kitab Adipar wa yang diter jemahkan dar i Bahasa Sanseker ta ke Bahasa Jawa Kuno atau Bahasa Kawi, banyak digubah menjadi cer ita pewayangan.

Dalam kitab Adiparwa yang diter jemahkan dar i Bahasa Sanseker ta mungkin ter dapat per bedaan dengan lakon pewayangannya, yang kadang-kadang besar sekali, sehingga member i kesan bahwa segala sesuatunya ter jadi di Jawa.

Hal ini disebabkan oleh kecer dasan par a pujangga masa lampau yang mampu memindah alam pikiran par a pembaca atau pendengar nya dar i suasana India menjadi Jawa Asli.

(15)

Begitu pula dengan tokoh Pancawala (Pancakumar a). Jika dalam ver si aslinya mer eka ter dir i dar i lima or ang, maka dalam pewayangan mer eka dikatakan hanya satu or ang saja.

Menur ut Mulyono dalam ar tikelnya ber judul “ Dewi Dr opadi:Antar a kitab Mahabhar ata dan Pewayangan Jawa” ,

ia menyatakan bahwa ter jadinya per bedaan cer ita tentang Pancawala antar a kitab Mahabhar ata dengan cer ita dalam pewayangan Jawa kar ena pengar uh per kembangan agama Islam di tanah Jawa.

Hal ser upa juga ter jadi pada kisah Dewi Dr opadi dalam kitab Adiparwa. Jika dalam Adipar wa ia bersuami lima or ang, maka dalam pewayangan Jawa (yang sudah ter kena pengar uh Islam) Dr opadi hanya ber suami satu or ang saja.

Menur ut huk um Islam, seor ang wanita tidak boleh memiliki suami lebih dar i satu. Maka dar i itu, cer ita Dewi Dr opadi dalam kitab Mahabhar ata ver si asli yang ber cor ak Hindu menyalahi hukum Islam.

Untuk mengantisipasinya, para pujangga ataupun seniman Islam mengubah cer ita ter sebut agar sesuai dengan ajar an Islam.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Sekitar empat ratus lima puluh tahun setelah Sang Buddha parinibbāna, di saat bertahtanya Raja Vattagamini Abhaya, lima ratus bhikkhu Thera yang dipimpin oleh Bhikkhu Rakhita Thera,