• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN FILM KARTUN ANGLING DHARMA NASKAH FILM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANCANGAN FILM KARTUN ANGLING DHARMA NASKAH FILM"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN FILM KARTUN “ANGLING DHARMA”

NASKAH FILM

OLEH

HUSSEIN MUHAMMAD SANUSI

09.12.3801

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

“AMIKOM”

YOGYAKARTA

2011

(2)

ANGLING DHARMA

Tokoh dan Karakter

1.

Angling Dharma

Seorang raja di Malowopati yang bijaksana, adil, dan bersifat

welas asih terhadap rakyatnya. Angling Dharma memiliki banyak

ilmu dan kesaktian.

2.

Batik Madrim

Mahapatih Malowopati, seorang patih yang sangat setia kepada

rajanya Angling Dharma, juga seorang mahapatih yang memiliki

kesaktian yang luar biasa.

3.

Naga Pertala

Guru Angling Dharma yang memberikan ilmu bisa mengerti bahasa

hewan pada angling dharma.

4.

Naga Gini

Istri Naga pertala yang suka berselingkuh.

5.

Dewi Setyawati

Istri Angling Dharma yang sangat setia, namun memiliki sifat

suka memaksakan kehendaknya pada Angling Dharma.

6.

Ki Demang

Seorang pedagang yang menrawat angling dharma ketika menjadi

burung belibiss, dia seorang yang gemar menangkap burung.

7.

Raja Darmowiseso

Seorang Raja yang bijaksana di kerajaan Bojonegoro.

8.

Dewi Sekarwangi

Anak perempuan dari Raja Darmowiseso, dia jatuh cinta pada

angling Dharma yang berubah menjadi burung Belibis.

(3)

Scene 1

Angling Darma merupakan seorang raja dari kerajaan Malowopati. Raja Angling Darma dan kerajaannya yang makmur serta sifat-sifatnya yang adil dan belas-asih kepada rakyatnya. Beristerikan Dewi Setyowati puteri Begawan Maniksutra (gurunya). Sampai pada suatu ketika terjadi hubungan Raja Angling Darma dengan permaisurinya kurang serasi. Raja pun pergi berburu untuk menghibur hati. Sepulang berburu Angling Darma melihat dua ekor ular, Naga Gini dan ular Tampar bersenggama. Karena tahu bahwa Naga Gini adalah isteri sahabatnya, Naga Pertala, Angling Darma membunuh dengan panah Sang Ular Tampar; malang, panah itu menyerempet ekor Naga Gini.

Angling Dharma

: (Dalam Hati)”Apa yang dilakukan Naga Gini bersama ular Tampar ?”. pasti mereka berselingkuh di belakang Naga Pertala. Lebih baik kubunuh ular Tampar untuk menjaga nama baik naga Pertala.(Sambil membidik ular tampar dengan anan busurnya).

Naga Gini

:

(menjerit)” Ahhhh.. Angling dharma,! Apa yang kau lakukan kepadaku, akan kuadukan semua yang keu perbuat pada suamiku ! (kabur meninggalkan angling dharma).

---

Scene 2

Angling Dharma pun pulang ke kerajaannya dengan perasaan yang tercampur aduk. Dewi Setyowati keluar menjemput kedatangan raja yang pulang dari berburu. Raja dan permaisuri memasuki peraduan, tetapi raja bermuka murung memikirkan hukuman yang akan dijatuhkan oleh Naga Pertala. Dewi Setyowati salah sangka terhadap sikap sang raja. Sang Dewi mengira Raja tidak sudi dengan dirinya. Untuk mencairkan suasana tersebut, diceritakanlah peristiwa terbunuhnya ular Tampar itu. Naga Gini memfitnah Angling Darma kepada lakinya bahwa Angling Darma sudah mencoba memperkosa dirinya. Tentu saja Sang Naga Pertala marah dan ingin menghancurkan Angling Darma. Ketika Sang Naga menyamar masuk menjadi udara, ia mendengar penuturan Angling Darma dengan sang permaisuri. Karena perbuatan Angling Darma dianggap menyelamatkan Naga Pertala dari malu, Sang Raja Mlowopati dihadiahi mukjizat seperti Nabi Sulaiman, yaitu mampu memahami bahasa semua binatang, dengan syarat tidak boleh diajarkan kepada siapapun.

Angling Dharma

:

“permaisuriku, aku sedang bingun dan khawatir, aku melihat naga gini dan ular tampar sedang berselingkuh di belakang naga pertala, aku berniat membunuh ular tampar, tapi justru mengenai ekor naga gini, aku khawatir dia akan memfitnahku”

Dewi Setyawati

:

“Sebaiknya engkau memberi tahukan yang sebenarnya kepada naga pertala suamiku, aku yakin dengan kekuatan batin yang dimilikinya, dia pasti akan mempercayaimu”.

Angling Dharma

:

“iya, aku juga berpikir begitu, sebaiknya kita tudur sekarang.

Naga pertala masuk ke dalam mimpi Angling Dharma.

(4)

Angling Dharma

:

(roh angling dharma keluar dari tubuhnya)” wahai guru naga pertala, maafkanlah semua kesalahan muridmu ini”.

Naga pertala

:

“ Aku sudah tau semuanya anakku, istriku yang bersalah, maafkan aku yang sudah berprasangka buruk padamu anakku. Mari, naiklah ke atas tubuhku, akan kuberikan sebuah ilmu kepadamu.”(merekapun pergi).

---

Scene 3

Tibalah angling dharma dan naga pertala ke sebuah tempat, disitu sang naga pertala mengungkapkan keinginannya untuk (melepaskan arwahnya untuk kembali pada sang pencipta).

Angling Dharma

:

“ wahai guru, ilmu apa yang hendak kau turunkan kepadaku ?”.

Naga pertala

:

“ Angling dharma anakku, sebenarnya aku hendak melakukan moksa, dan sebelum itu, aku akan menurunkan ilmu kepadamu, yang nantinya kau akan mengerti segala macam bahasa binatang, bersiap – siaplah anakku”.

Naga Pertalapun menurunkan ilmunya kepada angling dharma

.

Naga pertala

:

“Buka matamu anakku, kau sudah memiliki ilmuku”.

Angling Dharma

:

“terima kasih guru, akan kupakai ilmu ini untuk kebaikan”.

Naga pertala

:

“Tapi ingat anakku, jangan kau ajarkan ilmu ini kepada siapapun, sekarang kembalilah ke kerajaanmu”.

Angling Dharma

:

“Aku berjanji, aku tidaka akan mengajarkan ilmu ini kepada siapapun”.

---

Scene 4

Akhirnya Angling dharma kembali ke kerjaannya. Ketika Raja dan Ratu beradu, terdengarlah oleh Angling Darma percakapan dua ekor cicak yang mengajak pasangannya berbuat seperti Raja dan Ratu. Mendengar hal tersebut, Angling Darma tertawa. Setyowati tersinggung hatinya, dianggapnya Sang Raja mentertawakan dirinya yang tidak mampu melayani Sang Raja. Untuk mencairkan suasana, terpaksalah Sang Raja menceritakan ilmu dari sahabatnya, Naga Pertala. Akan tetapi di sinilah awal bencana itu . Dewi Setyowati meminta diajari ilmu memahami bahasa binatang itu, jika tidak, ia akan membunuh diri dengan cara terjun ke dalam api.

Dewi Setyawati

:

“Kanda, apa yang sedang kau tertawakan, apa kau mentertawakan aku yang tidak bisa memuaskanmu ?”.

(5)

Angling Dharma

:

“ Bukan dinda, aku sedang mentertawakan apa yang sedang dibicarakan kedua cicak itu, aku mendapatkan ilmu dari naga pertala sehingga aku bisa memahami bahasa binatang”.

Dewi Setyawati

:

“kalau begitu ajarkan ilmu itu kepadaku kanda”.

Angling Dharma

:

“maafkan aku dinda, aku sudah berjanji pada naga pertala untuk tidak mengajarkan ilmu ini pada siapapun”.

Dewi Setyawati

:

“ kalau kanda tidak mau mengajarkan ilmu itu padaku, aku lebih baik terjun ke dalam api yang berkobar !”.

---

Scene 5

Untuk menunjukkan cintanya, Raja ingin bunuh diri bersama. Ketika raja dan ratu telah siap di anjungan, api mulai marak, di bawah panggung ada dua ekor domba bertengkar: si jantan dipaksa oleh si betina untuk mengambilkan daun kelapa sebagai pengubat ‘nyidam’ hamilnya. Domba jantan menolak. Ketika domba betina mengancam hendak bunuh diri, bahkan si jantan menyuruh betinanya untuk melakukannya. Setelah domba betina mati dalam api, domba jantan pun lenyap karena keduanya adalah dewa yang menyamar. Mendengar domba jantan tidak mau ikut musnah dalam api, berubahlah pikiran sang Raja: Sang Isteri dibiarkan melompat sendiri. Dan Sang Raja pun sangat berduka dan berkata: Saya tidak akan kawin lagi jika tidak ada wanita yang menyamai Dewi Setyowati.

---

Scene 6

Janji Angling Darma tersebut didengar oleh Dewi Uma dan Dewi Ratih. Kedua-duanya lalu menguji keteguhan janji itu dengan cara menyamar menjadi nenek-nenek dan gadis cantik menyerupai Dewi Setyowati. Ketika melihat gadis cantik dekatnya, runtuhlah iman Sang Raja yang baru kehilangan permaisurinya itu. Seketika itu, Dewi Uma menghukum Angling Darma: ia harus meninggalkan istananya, dan kerajaannya akan tampak seperti hutan sehingga hukuman selesai.

Dewi Uma

:

“ Angling Dharma, kau sudah melanggar janjimu sendiri, maka kini engkau harus menjalani hukuman, kau harus meninggalkan kerajaanmu selama 10 tahun, dan selama kau menjalani hukuman, kerajaanmu akan terlihat seperti hutan”.

Angling Dharman :

“maafkan kesalahan hamba dewi, hamba akan menjalankan hukuman sesuai dengan kata – kata dewi demi menebus kesalahan”.

Dimulailah petualangan angling dharma meningggalkan kerajaannya.

(6)

Scene 7

Raja pun memulai pengembaraannya yang pertama di kerajaan Mloyopati. Angling Darma diberitahu oleh seorang nenek bahwa di sini tinggal tiga orang puteri raksasa yang cantik. Angling Darma ingin tahu keadaan gadis tersebut. Darah mudanya mendorongnya untuk memperisteri tiga orang gadis yang ternyata pemakan daging manusia. Ketika rahasia ketiga-tiga gadis itu terbongkar, mereka marah dan mengutuk Angling Darma menjadi burung Belibis.

---

Scene 8

Mendapatkan kutuk yang kedua kali, keyakinan diri sang raja mulai menurun. Sambil terbang, dikatakannya bahwa ia lebih baik mati. Sampailah burung Belibis ke desa Wonosari, Bojonegoro, tempat tinggal Demang Klungsur dan Geduk pembantunya. Terbetik dalam hati burung belibis untuk mengabdi kepada Geduk yang pada waktu itu sedang memasang jerat untuk menangkap burung. Secara sengaja kaki belibis dimasukkan ke jerat tersebut. Belibis dibawa kepada Ki Demang. Burung belibis menasihati Ki Demang untuk berhenti menjerat burung, meningkatkan pertanian, dan belajar menjadi pedagang telur burung belibis. Ki Demang menjadi kaya-raya dan kampungnya mulai dikenal orang.

Angling Dharma

:

“ (berkata dalam hati) aku akan mengabdi pada orang itu, semoga selama masa pengabdianku, aku akan kembali ke bentuk semula”. ---

Scene 9

Suatu hari Raja Darmowiseso, ayah Dewi Sekarwangi, mendapatkan ujian berupa dua orang rakyatnya berebut isteri bernama Bermani. Kedua-duanya mengaku asli bernama Bermana. Padahal salah satunya adalah palsu. Belibis mendengar kabar tentang persoalan raja Darmowiseso dari burung gagak. Belibis membujuk Ki Demang untuk mengambil bagian dalam sayembara mengungkap suami kembar tersebut. Belibis memberitahu suatu siasat kepada Ki Demang: “Siapa yang berhasil masuk ke dalam kendi ialah suami asli Bermani”. Dengan siasat itu, tertangkaplah suami palsu. Sebab tidak mungkin manusia biasa bisa masuk ke dalam kendi sekecil itu. Ki Demang diangkat menjadi Patih Jaksanegara.

---

Scene 10

Burung belibis menggoda Dewi Sekarwangi yang sedang duduk di taman. Dewi memerintahkan para pengiringnya menangkap belibis, tetapi tidak berhasil. Pulang ke istana sambil menangis karena menginginkan burung belibis. Patih Jaksanegara disuruh mencari belibis tersebut. Ki Patih berkata kepada raja bahwa dirinya mempunyai burung belibis putih. Burung Belibis menjadi kesayangan Dewi Sekarwangi. Burung

(7)

Belibis, Dewi Sekarwangi, dan para emban bersenang-senang sambil bermain tebak-tebakan (teka-teki) atau melantunkan tembang. Tembang yang dilantunkan berisi kehebatan, kegagahan, kebagusan rupa, dan kesaktian Angling Darma yang diaku sebagai tuan/ rajanya Si Burung. Dewi Sekarwangi terharu mendengar tembang Si Burung Belibis. Ketika makan bersama belibis, Dewi Srenggono bertanya mengapa tuannya dulu meninggalkan keratonnya. Belibis menjawab bahwa rajanya ditinggal mati bunuh diri oleh isterinya. Kali ini, Sang Burung memberitahu Sang Dewi tentang syarat-syarat memilih suami. Pada waktu Sang Dewi tidur, belibis menciuminya. Burung Belibis minta kepada Dewi untuk mencabut jambul (bulu di kepala). Tahulah Sang Putri bahwa burung belibis adalah Sang Angling Darma sendiri.

Angling Dharma

:

“Dinda dewi, akulah sebenarya raja angling dharma itu, aku menerima 2 kutukan sekaligus sehingga aku manjadi seperti ini, tapi karena ketulusan cintamu, aku bisa kembali seperti semula, terima kasih dinda dewi”.

Akhirnya sang belibis menghadap sang raja Bojonegoro, dan

mengakui semua yang menimpa dirinya.

---

Scene 11

Raja Darmawiseso justru sangat gembira karena tahu bahwa menantunya adalah raja termasyhur. Sang raja mengizinkan Angling Dharma menikah dengan dewi Sekarwangi. Pada saat yang bersamaan datang Batik madrim yang mendapat kabar dalam pencarian rajanya, bahwa Angling Dharma berada di negeri Bojonegoro.

---

Scene 12

Setelah perkawinan selesai, Angling Darma berkata kepada ayah mertuanya bahwa ia tidak bersedia menjadi raja. Kemudian ia berpamitan untuk meneruskan perjalanan, karena waktu hukuman/kutukan belum selesai.

Angling Dharma

:

“ kanda patih, kembalilah ke malowopati, aku harus meneruskan perjalanan untuk menghabiskan masa kutukanku, perintahlah malowopati selama kepergianku”.

Batik Madrim

:

“ tapi dinda prabu, bagaimana dengan kesemalamatan dinda prabu di perjalanan nanti ?”.

Angling Dharma

:

“ Jangan kuatir, aku akan kembali, itu janji seorang raja”.

Dewi Sekarwangi :

“ Aku akan menemanimu kanda, sampai selesai masa kutukanmu”.

(8)

Akhirnya Angling Dharma meneruskan perjalanannya ditemani istrinya dewi sekarwangi untuk menghabiskan masa kutukannya.Pada akhirnya nanti, angling dharma akan kembali ke kerajaannya Malowopati.

Referensi

Dokumen terkait

Teriring salam sejahtera untuk Bapak dan semoga Bapak Walikota senantiasa dalam keadaan sehat walafiyat dan diberi kelancaran dalam menjalankan tugas pemerintahan

(Wawancara dengan A.A. Gede Mayun Asmarateja, Tgl. Dengan demikian yang ditentukan di dalam memindahkan hak milik yang harus diserahkan kepada pembeli adalah suatu benda yang

Pengawasan (Controlling) dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaaan, menilai

Menganalisa dan mengkaji pengelolaan limbah B3 (reduksi, pewadahan, penyimpanan, transportasi, dan pengumpulan) yang dihasilkan dari bengkel kendaraan bermotor roda empat di

Berdasarkan tabel di atas, nilai Adjusted R Square sebesar 0,416 artinya variabel independen yang terdiri dari harga dan kualitas pelayanan dapat menjelaskan

Melakukan uploading data kayu untuk penerbitan SKSHHK Lanjutan rakit dan pont on ke aplikasi SIPUHH Online dengan mengacu pada Instruksi Kerja Uploading DKB- SKSHHK

11) Dalam mengadakan suatu pemilihan dengan menggunakan obyek 4 orang pedagang kaki lima untuk diwawancarai, maka untuk memilih 3 orang untuk satu kelompok. Agar mereka saling