• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Daerah Penelitian. 1. Kondisi Geografis Lokasi Penelitian. Sumber:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Daerah Penelitian. 1. Kondisi Geografis Lokasi Penelitian. Sumber:"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi Geografis Lokasi Penelitian

Sumber: http://sendang-wonogiri.desa.id Gambar 4.1 Peta Desa Sendang, Kabupaten Wonogiri

Desa Sendang merupakan salah satu dari 15 desa yang terletak di wilayah Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Desa Sendang berada pada titik koordinat bujur 110.892400° dan lintang -7.845530°.

Luas Desa Sendang sebesar 866,092 Ha atau 0,47% dari luas Kabupaten Wonogiri. Kondisi alam Desa Sendang termasuk daerah dengan topografi dataran tinggi atau pegunungan yang memiliki ketinggian ± 621 DPL. Desa Sendang memiliki curah hujan yang nilainya berkisar antara 200-300

(2)

mm/tahun, dengan keadaan tanah bergelombang dan suhu rata-rata sekitar 29%.

Desa Sendang berjarak sekitar 7 Km dari pusat Kota Wonogiri dan 150 Km dari Ibukota Provinsi Jawa Tengah, dengan batas-batas wilayah desa sebagai berikut:

 Sebelah Timur : Waduk Gajah Mungkur

 Sebelah Barat : Hutan Negara

 Sebelah Selatan : Desa Gumiwang Lor, Kecamatan Wuryantoro

 Sebelah Utara : Kelurahan Wuryorejo, Kecamatan Wonogiri

Wilayah Desa Sendang terdiri dari 12 dusun 7 Rw dan 27 Rt, dusun tersebut antara lain: Dusun Kedungareng, Dusun Sendang, Dusun Godean, Dusun Bendorejo, Dusun Jajar, Dusun Selopukang, Dusun Gondanglegi, Dusun Nglegong, Dusun Kolotoko, Dusun Sokogunung, Dusun Kembang, dan Dusun Prampelan.

Desa Sendang telah dikukuhkan menjadi desa wisata sejak tahun 2017.

Untuk itu, Desa Sendang sering disebut sebagai Desa Wisata Sendang. Akses untuk menuju destinasi desa wisata ini sudah baik dan memadai yaitu melalui jalan raya Wonogiri–Pracimantoro yang merupakan jalan raya provinsi penghubung Kota Solo dengan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada jalan tersebut juga tersedia transportasi umum seperti bus maupun angkot. Tersedia juga beberapa halte bagi wisatawan untuk menunggu transportasi umum.

(3)

2. Kondisi Demografi Lokasi Penelitian

Jumlah penduduk Desa Sendang pada tahun 2019 adalah 4.051 orang yang terdiri dari 2.045 orang perempuan dan 2.006 orang laki-laki. Tingkat kepadatan penduduk Desa Sendang adalah 4,67% orang/Ha.

Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Desa Sendang Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Tahun 2019

No Umur Jenis Kelamin

Jumlah Laki-Laki Perempuan

1. 0 – 6 tahun 379 378 757

2. 7 – 16 tahun 276 273 549

3. 17 – 25 tahun 208 214 422

4. 26 – 55 tahun 902 890 1792

5. 56 tahun keatas 241 290 531

Jumlah 2006 2045 4051

Sumber: Data Monografi Desa Sendang Tahun 2019

Berdasarkan tabel diatas, jumlah penduduk Desa Sendang pada tahun 2019 sebesar 4.051 orang dengan komposisi penduduk menurut rentang umur 0-6 tahun sebanyak 757 orang, umur 7-16 tahun sebanyak 549 orang, rentang umur 17-25 tahun sebanyak 422 orang, rentang umur 26-55 tahun sebanyak 1792 orang, dan umur 56 tahun keatas sebanyak 531 orang.

3. Kondisi Ekonomi Lokasi Penelitian

Berdasarkan laporan monografi Desa Sendang pada tahun 2019, kegiatan ekonomi Desa Sendang didominasi oleh lapangan usaha di bidang pertanian, perikanan dan perdagangan. Berikut merupakan grafik jumlah penduduk Desa Sendang yang bekerja menurut lapangan usaha tahun 2019:

(4)

Gambar 4.2 Jumlah Penduduk Desa Sendang yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha pada Tahun 2019

Sumber: Laporan Monografi Desa Sendang Tahun 2019

Berdasarkan grafik 4.2, lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan merupakan lapangan usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Desa Sendang. Kemudian lapangan usaha selanjutnya di dominasi oleh perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi. Lapangan usaha pertanian ini didukung oleh luasnya lahan persawahan, ladang, dan juga perkebunan yang mencapai angka 794,20 Ha, sedangkan lapangan usaha perikanan dan perdagangan didukung oleh letak Desa Sendang yang bersebelahan dengan Waduk Gajah Mungkur sehingga banyak masyarakat Desa Sendang yang memiliki usaha keramba untuk budidaya ikan. Budidaya ikan banyak didominasi ikan nila akan tetapi juga ada beberapa macam ikan lainnya, seperti:

ikan wader dan ikan patin. Hasil budidaya ikan ini diolah menjadi beberapa

1022 81

168 0 0

193 110 0

145

0 200 400 600 800 1000 1200

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum Kontruksi Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa…

Transportasi dan Komunikasi Keuangan, asuransi, dan usaha persewaan…

Jasa

Jumlah (orang)

(5)

produk olahan ikan yang dapat meningkatkan nilai tambah, seperti botok ikan, nugget ikan, abon ikan, krupuk ikan, ikan wader goreng, dan olahan ikan nila.

Bisnis olahan produk ikan ini di kembangkan oleh usaha kecil mandiri dimana pelakunya adalah ibu rumah tangga atau perempuan Desa Sendang. Untuk itu banyak kuliner yang ditawarkan di Desa Sendang. Kuliner tersebut dapat di jumpai di beberapa UMKM warung dan puluhan rumah makan yang berada di sepanjang jalan Dusun Kedungareng sampai Dusun Bendorejo atau di lokasi destinasi wisata.

Sumber: Data Monografi Desa Sendang, 2019

Gambar 4.3 Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Sendang

(6)

Berdasarkan gambar diatas, urutan pertama mata pencaharian penduduk Desa Sendang didominasi oleh petani yaitu sebanyak 953 orang dengan tingkat persentase sebesar 55,44%. Kedua, mata pencaharian sebagai buruh industri dengan banyak 168 orang dan persentase sebesar 9,77. Ketiga, mata pencaharian pedagang sebanyak 147 pedagang dengan persentase sebesar 8,55%. Keempat, mata pencaharian pengangukutan sebanyak 110 orang dengan persentase sebesar 6,40%. Kelima, mata pencaharian penambang batu padas sebanyak 81 orang dengan persentase sebesar 4,71%. Keenam, mata pencaharian nelayan sebanyak 69 orang dengan persentase sebesar 4,01%.

Ketujuh, mata pencaharian sebagai pegawai negeri sebanyak 37 orang dengan persentase sebesar 2,15%. Kedelapan, mata pencaharian sebagai pemilik warung makan dan restoran sebanyak 35 dengan persentase 2,04%.

Kesembilan, mata pencaharian sebagai pengusaha kecil sebanyak 20 orang dengan tingkat persentase sebesar 1,16%. Kesepuluh, mata pencaharian sebagai pemilik hotel/penginapan sebanyak 11 orang dengan persentase sebesar 0,64%, sedangkan terakhir, mata pencaharian lain-lain sebanyak 80 orang dengan persentase 4,65%.

Masyarakat Desa Sendang mempunyai potensi unggulan lokal sebagai salah satu kegiatan ekonomi pada tahun 2019, kegiatan ekonomi ini berupa pengolahan ikan dan beberapa usaha industri rumahan yang telah berjalan, seperti: tempe kripik dele, tempe kripik benguk, susu kedelai, kerajinan kain perca, seni lukis (Kamsuri), dan pembuatan sepatu (Yucko). Berdasarkan data

(7)

dari kelurahan, terdapat daftar UMKM sebanyak 60 dengan jenis dagangan atau usaha yang berbeda-beda antara lain:

Tabel 4.2 Jenis dan Jumlah UMKM yang Ada di Desa Sendang, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri Tahun 2019

No Jenis UMKM Pemilik / Pengelola

Perempuan Laki-Laki 1 Warung makan/

penjual olahan ikan

35 0

2 Pengrajin tempe kripik, tempe dele atau tempe benguk

8 0

3 Warung Kelontong 5 0

4 Alat-alat pancing 2 0

5 Bengkel Motor 0 2

6 Pom Mini 1 0

7 Penjahit 4 0

8 Kajang dan Dekorasi 1 0

9 Laundry 0 1

10 Sepatu handmade “Yucko” 0 Terdapat 1 pemilik, dan di bantu rekan tapi tidak di ketahui jumlahnya

Total 56 4

Sumber: Buku Profil Desa Sendang 2019

Berdasarkan tabel 4.2, jenis UMKM yang paling banyak dimiliki dan dikelola perempuan adalah usaha warung makan atau penjual olahan ikan yaitu sebanyak 35 orang, sedangkan jenis UMKM yang paling banyak di miliki atau dikelola laki-laki adalah usaha bengkel motor sebanyak 2 orang. Untuk jenis usaha lainnya, seperti bengkel, laudry, dan juga industri sepatu tidak terwakili perempuan.

Tingkat kesejahteraan keluarga masyarakat Desa Sendang terbagi menjadi 5 tahapan. Jumlah tahapan kesejahteraan masyarakat Desa Sendang paling

(8)

banyak berada pada tahapan keluarga sejahtera 1 yaitu mencapai 434 keluarga, sedangkan jumlah tahapan kesejahteraan masyarakat Desa Sendang paling sedikit berada pada tahapan keluarga sejahtera 3 plus yaitu sebanyak 9 keluarga.

Tabel 4.3 Kelompok Kesejahteraan Masyarakat Desa Sendang (2019)

No Kesejahteraan Keluarga Jumlah

1 Tahapan Keluarga Prasejahtera 245

2 Tahapan Keluarga Sejahtera 1 434

3 Tahapan Keluarga Sejahtera 2 358

4 Tahapan Keluarga Sejahtera 3 48

5 Tahapan Keluarga Sejahtera 3 plus 9

TOTAL 1094 keluarga

Sumber: Profil Desa Sendang, Tahun 2019 4. Kondisi Pariwisata Lokasi Penelitian

Desa wisata Sendang merupakan salah satu desa wisata di Wonogiri dengan klasifikasi desa wisata yang berbasis daya tarik buatan, budaya, dan kerajinan.

Untuk lebih jelasnya, berikut merupakan konsep 4A pariwisata di Desa Sendang:

Tabel 4.4 Konsep 4A Pariwisata di Desa Sendang

No. Konsep 4A Angka Satuan

1 Attration / atraksi:

buah - Tempat Rekreasi

a. Watu Cenik 1

b. Puncak Joglo 1

c. Menara Pandang 1

d. Waduk Gajah Mungkur 1

- Kebudayaan/kesenian

a. Kethek Ogleng 1

b. Karawitan 1

c. Seni Lukis 1

(9)

No. Konsep 4A Angka Satuan

d. Wayang 1

2 Amenity / amenitas:

buah

a. Kantor Pengelola 1

b. Pos Pembelian Tiket 1

c. SPBU/POM MINI 1

d. Warung Makan 35

e. Restoran 9

f. Toko Kelontong 5

g. Hotel 11

h. Tempat beribadah 3

i. Kamar mandi/WC 2

j. Parkir 2

k. Tempat Pembuangan Sampah (TPS) 2

l. Air Bersih 1

3 Accesibilitas/ aksesibilitas:

- -

a. Akses jalan baik

b. Terdapat transportasi umum seperti bus dan angkot

c. Terdapat rambu-rambu peringatan di ruas jalan

4 Ancilliary / Organisasi:

Desa Wisata Sendang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDES Sendang Pinilih) dibantu oleh Kelompok Sadar wisata (POKDARWIS) dan juga Karangtaruna

3 Organisasi

Sumber: Data Primer diolah 2021

Desa sendang mempunyai 4 atraksi yang tawarkan, selain beberapa atraksi diatas, desa wisata sendang memiliki beberapa potensi wisata yang masih tersimpan, untuk lebih detailnya berikut adalah data potensi yang masih tersimpan.

Tabel 4.5 Data Analisis Potensi yang Masih Tersimpan

No. Potensi Letak

1 Goa Watu Lumbung Dusun Godean 2 Kedung Lumbung Dusun Prampelan 3 Sawah Berundak Dusun Nglegong 4 Tebing Grejengan Dusun Godean

(10)

No. Potensi Letak

5 Song Banyu Dusun Nglegong

6 Song Kelir Dusun Nglegong

7 Song Pati Geni Dusun Nglegong 8 Song Gundeng Dusun Kolotoko

9 Song Tritis Dusun Kembang

10 Song Terbang dan Goa Gunung Gudig

Dusun Nglegong 11 Gunung Bale Dusun Prampelan 12 Rumah Piring Dusun Sendang

Sumber: Master Plan Desa Wisata Sendang, 2018

Potensi yang dimiliki Desa Sendang ini apabila dikelola dan dikembangkan dengan baik akan meningkatkan perekonomian masyarakat.

Dengan adanya berbagai pilihan destinasi yang ditawarkan akan meningkatkan jumlah pengunjung atau wisatawan yang datang. Hal ini berdampak baik terhadap perekonomian masyarakat di sekitar, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

B. Analisis Data 1. Umur

Data variabel umur diperoleh dari hasil kuesioner. Dari analisis diperoleh data umur perempuan yang bekerja di Desa Wisata, sebagai berikut:

Tabel 4.6 Distribusi Umur (Tahun)

No Umur Responden Frekuensi Prosentase

1 29-35 6 12

2 36-42 10 19

3 43-49 9 17

4 50-56 16 31

5 57-63 8 15

6 64-70 3 6

Total 52 100

Sumber: Data Primer diolah 2021

(11)

Berdasarkan tabel 4.6, karakteristik umur responden perempuan yang bekerja di Desa Wisata Sendang. Pada umur 29 hingga 35 tahun terdapat responden sebanyak 6 orang, pada umur 36 hingga 42 tahun terdapat responden sebanyak 10 orang. Kemudian pada umur 43 hingga 49 tahun terdapat responden sebanyak 9 orang, sedangkan pada umur 50 hingga 56 tahun sebanyak 16 orang. Pada umur 57 hingga 63 tahun terdapat responden sebanyak 8 orang. Terakhir, pada umur 64 hingga 70 tahun terdapat responden sebanyak 3 orang. Responden terbanyak terdapat pada rentang umur 50 hingga 56 tahun yaitu sejumlah 16 orang dengan persentase sebesar 31%, sedangkan responden dengan jumlah paling sedikit terdapat pada rentang umur 64 hingga 70 tahun yaitu hanya 3 orang dengan persentase sebesar 6%. Hal ini berarti 94,23% atau 49 responden termasuk dalam kategori umur produktif (15 - 64 tahun), artinya mereka masih memiliki potensi yang besar untuk menghasilkan pendapatan dan memberikan kontribusinya dalam pendapatan keluarga.

2. Curahan Jam Kerja

Data variabel curahan jam kerja diperoleh dari hasil kuesioner. Dari analisis diperoleh data curahan jam kerja perempuan yang bekerja di Desa Wisata. Data curahan jam kerja ditunjukkan dalam tabel, sebagai berikut:

Tabel 4.7 Distribusi Curahan Jam Kerja (Jam/Hari) No Curahan Jam Kerja Frekuensi Prosentase

1 6 2 4

2 7 10 19

3 8 12 23

4 9 14 27

(12)

No Curahan Jam Kerja Frekuensi Prosentase

5 10 9 17

6 11 1 2

7 12 4 8

Total 52 100

Sumber: Data Primer diolah 2021

Berdasarkan tabel 4.7, curahan jam kerja selama 9 jam sehari merupakan curahan jam kerja paling banyak respondennya yaitu sejumlah 14 orang dengan persentase sebanyak 27%. Sedangkan curahan jam kerja selama 11 jam sehari merupakan curahan jam kerja paling sedikit respondennya yaitu sejumlah 1 orang dengan persentase 2%. Hal ini berarti semakin banyak waktu yang tercurahkan dalam bekerja, maka sedikit waktu untuk keluarganya, begitupun sebaliknya.

3. Jumlah tanggungan keluarga

Data variabel jumlah tanggungan keluarga diperoleh dari hasil kuesioner.

Dari analisis diperoleh data jumlah tanggungan keluarga perempuan yang bekerja di Desa Wisata. Data jumlah tanggungan keluarga ditunjukkan dalam tabel, sebagai berikut:

Tabel 4.8 Distribusi Jumlah Tanggungan Keluarga (Orang) No Jumlah Tanggungan Keluarga Frekuensi Prosentase

1 1 8 15

2 2 15 29

3 3 13 25

4 4 10 19

5 5 6 12

Total 52 100

Sumber: Data Primer diolah 2021

(13)

Berdasarkan tabel 4.8, responden yang memiliki tanggungan keluarga berjumlah 2 orang merupakan responden paling banyak yaitu sejumlah 15 orang dengan persentase sebesar 29%, sedangkan responden yang memiliki tanggungan keluarga berjumlah 5 orang sebanyak 6 responden dengan persentase sebesar 12%. Hal ini berarti tidak ada keterkaitan bahwa semakin besar jumlah tanggungan keluarga maka semakin besar pula jumlah perempuan yang ikut bekerja untuk membantu keluarganya memenuhi kebutuhan.

4. Tingkat Partisipasi Perempuan Dalam Pengembangan Desa Wisata Data variabel tingkat partisipasi perempuan dalam pengembangan desa wisata diperoleh dari hasil kuesioner. Data tingkat partisipasi perempuan dalam pengembangan desa wisata ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.9 Distribusi Tingkat Partisipasi Perempuan Dalam Pengembangan Desa Wisata (Persen)

No Tingkat Partisipasi Perempuan Frekuensi Prosentase

1 di bawah 20 0 0

2 20 di bawah 40 24 46

3 40 di bawah 60 19 37

4 60 di bawah 80 7 13

5 80 di bawah 100 2 4

Total 52 100

Sumber: Data Primer diolah 2021

0% 20% 40% 60% 80% 100

%

Sangat Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat

Tinggi

0 24 19 7 2

(14)

Berdasarkan tabel 4.9, responden terbanyak yaitu 24 perempuan berada pada tingkat partisipasi rendah (20% dibawah 40%), sedangkan responden yang berada pada tingkat partisipasi sangat tinggi (80% dibawah 100%) sebanyak 2 responden. Hal ini berarti tingkat partisipasi perempuan dalam pengembangan desa wisata berada dalam kategori sedang cenderung rendah. Hal ini dikarenakan kurangnya partisipasi aktif dari masyarakat perempuan dan terbatasnya orang yang ditunjuk langsung oleh pemerintah desa untuk ikut serta dalam pengelolaan pengembangan desa wisata.

5. Tingkat Pendidikan

Data variabel tingkat pendidikan diperoleh dari hasil kuesioner. Dari analisis diperoleh data tingkat pendidikan perempuan yang bekerja di Desa Wisata. Data tingkat pendidikan di tunjukkan dalam tabel, sebagai berikut:

Tabel 4.10 Distribusi Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Frekuensi Prosentase

1 Tidak Sekolah 10 19

2 SD 17 33

3 SMP 11 21

4 SMA 14 27

Total 52 100

Sumber: Data Primer diolah 2021

Berdasarkan tabel 4.10, diketahui bahwa tingkat pendidikan responden perempuan di desa wisata dengan jumlah terbesar yaitu sebanyak 17 orang atau dengan persentase sebesar 33% menempati tingkat pendidikan SD, sedangkan responden dengan jumlah paling sedikit yaitu 10 orang atau dengan persentase sebesar 19% menempati tingkat pendidikan tidak sekolah. Hal ini menunjukkan

(15)

bahwa tingkat pendidikan perempuan yang bekerja di Desa Wisata sebagian besar SD (Sekolah Dasar) ke bawah (Tidak Sekolah).

6. Tingkat Kontribusi Perempuan dalam Pendapatan Rumah Tangga Data variabel tingkat kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga diperoleh dari hasil kuesioner. Data tingkat kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.11 Distribusi Kontribusi Perempuan dalam Pendapatan Rumah Tangga (Persen)

No Tingkat Kontribusi Perempuan Frekuensi Prosentase

1 25% - 50% (rendah) 4 12

2 51% - 76% (sedang) 21 39

3 77% - 102% (tinggi) 27 49

Total 52 100

Sumber: Data Primer diolah 2021

Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa responden terbanyak yaitu 28 perempuan berada pada tingkat kontribusi tinggi terhadap pendapatan rumah tangga dengan persentase sebesar 49%, sedangkan responden yang berada pada tingkat kontribusi sedang sebanyak 22 perempuan dengan persentase sebesar 39% dan pada tingkat kontribusi rendah sebanyak 7 orang dengan persentase sebesar 12%. Hal ini berarti tingkat kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga sebagian besar memiliki tingkat kontribusi yang tinggi yaitu pada rentang 75% hingga 100%.

(16)

7. Uji Validitas dan Reliabilitas a) Uji Validitas

Azwar dalam (Jogiyanto, 2004) mengartikan validitas sebagai sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner dengan mengkorelasikan skor yang diperoleh pada setiap item dengan skor total dari masing-masing atribut. Teknik korelasi yang digunakan adalah product moment, yaitu:

𝒓 = 𝑵 (𝚺𝑿𝒀) − (𝚺𝑿𝚺𝒀)

√(𝑵𝚺𝑿𝟐− (𝚺𝑿)𝟐(𝑵𝚺𝒀𝟐− (𝚺𝒀)𝟐) Keterangan:

r = koefisien korelasi antara item (x) dengan skor total (y) X = skor setiap item

Y = skor total

N = jumlah responden

Pengujian r yang digunakan dalam uji validitas adalah pengujian 2-tailed (2 arah). Pengambilan keputusan berdasarkan nilai rhitung > rtabel, dengan rtabel

sebesar 0,273 untuk df = 52-2 = 50; α = 5% maka item soal angket dinyatakan valid, dan begitupula sebaliknya.

Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas

No Item/Soal rhitung rtabel Keterangan

1 0,804 0,273 Valid

2 0,739 0,273 Valid

3 0,852 0,273 Valid

4 0,684 0,273 Valid

(17)

No Item/Soal rhitung rtabel Keterangan

5 0,526 0,273 Valid

6 0,840 0,273 Valid

7 0,632 0,273 Valid

8 0,236 0,273 Tidak Valid

9 0,502 0,273 Valid

10 0,182 0,273 Tidak Valid

11 0,577 0,273 Valid

12 0,847 0,273 Valid

13 0,857 0,273 Valid

14 0,496 0,273 Valid

15 0,535 0,273 Valid

Sumber: Data primer diolah 2021

Berdasarkan tabel 4.12, maka dapat dilihat bahwa item soal 1 hingga 7, item soal 9 dan item soal 11 hingga 15 menunjukkan hasil yang valid. Hal ini dikarenakan nilai korelasi rhitung menunjukkan hasil positif dan nilai rhitung setiap butir pertanyaannya lebih besar dibandingkan dengan nilai rtabel yang bernilai 0,279.

a) Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan akurasi dan ketepatan dari pengukurnya. Suatu pengukur dikatakan reliabel (dapat diandalkan) jika dapat dipercaya. Supaya dapat dipercaya, maka hasil dari pengukuran harus akurat dan konsisten (Jogiyanto, 2004). Untuk pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Cronbach’s Alpha, yaitu:

𝒓 = [ 𝒌

𝒌 − 𝟏] [𝟏 −𝝈𝒃𝑫 𝝈𝒕𝟐] Keterangan:

r = koefisien korelasi Alpha 𝜎𝑏𝐷 = variabel butir-butir

(18)

k = jumlah butir 𝜎𝑡2 = variabel total

Berikut merupakan tabel hasil uji reliabilitas : Tabel 4.13 Hasil Uji Reliabilitas No Cronbach’s Alpha Keterangan

1 0,892 Reliabel

Sumber: Data primer diolah 2021

Berdasarkan tabel 4.13, hasil uji reliabilitas yang dilakukan terhadap item pertanyaan di peroleh hasil bahwa Cronbach’s Alpha > 0,60 atau 0,892 > 0,60 yang berarti item pertanyaan dalam kuesioner tersebut dinyatakan reliabel dan memenuhi syarat.

8. Pemilihan Model

Pemilihan model regresi pada penelitian ini menggunakan uji MWD (MacKinnon, White and Davidson) untuk menentukan apakah model yang akan digunakan berbentuk linier atau log linier dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 : Y adalah fungsi linier dari variabel X (model linier)

Ha : Y adalah fungsi log linier dari variabel X (model log linier) Maka untuk kriteria pengambilan keputusan uji MWD adalah:

a. Apabila Z1 signifikan secara statistik maka model yang baik digunakan untuk penelitian adalah model log linier dan sebaliknya.

b. Apabila Z2 signifikan secara statistik maka model yang baik digunakan untuk penelitian adalah model linier dan sebaliknya.

(19)

Hasil uji MWD (MacKinnon, White and Davidson) dtunjukkan oleh tabel berikut:

Tabel 4.14 Hasil Uji MWD

Z1 Z2

t-statistik -0572 t-statistik 0,565

p-value 0,570 p-value 0,575

Sumber: olah data SPSS16

Dari hasil uji MWD maka menunjukkan bahwa nilai t-statistik Z1 sebesar - 0,572 dan siginifikan pada tingkat p-value 0,570 maka dapat disimpulkan bahwa Z1 tidak signifikan karena p-value lebih dari dari α yang digunakan yaitu 0,05 sehingga menerima H0 dan model yang tepat adalah linier. Sementara itu, nilai t-statistik Z2 sebesar 0,565 dan p-value sebesar 0,575 maka dapat disimpulkan bahwa Z2 tidak signifikan karena p-value kurang dari α yang digunakan yaitu 0,05 sehingga menerima Ha dan model yang tepat adalah log linier.

Tabel 4.15 Keputusan Uji MWD

Sumber: Widarjono (2013)

Jadi model terbaik yang digunakan dalam penelitian ini adalah model linier yang dinyatakan sebagai berikut:

𝑌 = 𝛽0+ 𝛽1𝑋1+ 𝛽2𝑋2+ 𝛽3𝑋3+ 𝛽4𝑋4+ 𝛽5𝐷1+ 𝛽6𝐷2+ 𝛽7𝐷3+ 𝑒 Hipotesis Nol

(H0)

Hipotesis Alternatif (Ha)

Tidak Menolak Menolak

Tidak Menolak

Model Linier dan Log

Linear Tepat Model Log Linier Tepat Menolak Model Log Linier Tepat Model Linier dan Log

Linier Tepat

(20)

Keterangan:

Y : Kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga (%) X1 : Umur (tahun)

X2 : Curahan jam kerja (jam/hari)

X3 : Jumlah tanggunggan keluarga (orang)

X4 : Tingkat partisipasi perempuan dalam pengembangan desa wisata (%) D1 : Dummy SD

D2 : Dummy SMP D3 : Dummy SMA β0 : Konstanta regresi, β1,.,β7 : Koefisien regresi

e : koefisien pengganggu/ error term

Untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini, berikut merupakan hasil persamaan regresinya:

𝑌 = −3,786 + 0,874 𝑋1 + 3,639 𝑋2 + 1,632 𝑋3 + 0,063 𝑋4 − 5,966 𝐷1− 0,080 𝐷2 − 6,428 𝐷3 se : (22,288) (0,329) (1,517) (1,965) (0,158) (6,251) (7,438) (8,911) t : (-0,170)** (2,657)* (2,399)* (0,831)** (0,395)** (-0,955)** (0,011)** (-0,721)**

F-stat : 4,334 R2 : 0,408 Sig. F : (0,001)* 𝑅 ̅2 : 0,314

(21)

Tabel 4.16 Hasil Regresi

Koefisien Regresi thitung Sig.

Konstanta -3,786 -0,170 0,866

X1 (Umur) 0,874 2,657 0,011

X2 (Curahan Jam Kerja) 3,639 2,399 0,021 X3 (Jumlah Tanggungan

Keluarga)

1,632 0,831 0,411 X4 (Tingkat Partisipasi

Perempuan dalam PDW)

0,063 0,395 0,695

D1 (Dummy SD) -5,966 -0,955 0,345

D2 (Dummy SMP) -0,080 0,011 0,991

D3 Dummy SMA) -6,428 -0,721 0,474

Fhitung 4,334 0.001

R Square 0,408

R Square Adjusted 0,314

Sumber: olah data SPSS16 9. Pengujian Statistik

Untuk menguji ketepatan model dan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial dan simultan, maka dilakukan uji sebagai berikut:

a. Uji Statistik t (secara parsial)

Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen yaitu umur (X1), curahan jam kerja (X2), jumlah tanggungan keluarga (X3), tingkat partisipasi perempuan dalam pengembangan desa wisata (X4), dan dummy tingkat pendidikan dummy SD (D1), dummy SMP (D2), dan dummy SMA (D3) terhadap variabel kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga (Y). Untuk melihat pengaruh masing-masing variabel independen tersebut dilakukan uji t dua arah (two tail test).

Hipotesis yang telah ditetapkan dalam uji t ini adalah:

1. H0 : β1 = 0 Variabel X1 tidak berpengaruh terhadap variabel Y

(22)

Ha : β1 ≠ 0 Variabel X1 berpengaruh terhadap variabel Kontribusi Y 2. H0 : β1 = 0 Variabel X2 tidak berpengaruh terhadap variabel Y

Ha : β1 ≠ 0 Variabel X2 berpengaruh terhadap variabel Y 3. H0 : β1 = 0 Variabel X3 tidak berpengaruh terhadap variabel Y

Ha : β1 ≠ 0 Variabel X3 berpengaruh terhadap variabel Y 4. H0 : β1 = 0 Variabel X4 tidak berpengaruh terhadap variabel Y

Ha : β1 ≠ 0 Variabel X4 berpengaruh terhadap variabel Y 5. H0 : β1 = 0 Variabel D1 tidak berpengaruh terhadap variabel Y

Ha : β1 ≠ 0 Variabel D1 berpengaruh terhadap variabel Y 6. H0 : β1 = 0 Variabel D2 tidak berpengaruh terhadap variabel Y

Ha : β1 ≠ 0 Variabel D2 berpengaruh terhadap variabel Y 7. H0 : β1 = 0 Variabel D3 tidak berpengaruh terhadap variabel Y

Ha : β1 ≠ 0 Variabel D3 berpengaruh terhadap variabel Y Dengan menggunakan α = 0,05 maka kriteria pengujian adalah:

a) Jika -(t tabel) ≤ t stat ≤ t tabel, maka H0 tidak ditolak artinya variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

b) Jika t stat < -(t tabel) atau t stat > t tabel, maka H0 ditolak artinya variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

t tabel  tα/2 = t0,05/2 ; df=n-k=52–7= 45  (0,025;45) t tabel = 2,014

(23)

Gambar 4.4 Daerah Terima dan Daerah Tolak Sumber: Gujarati dan Porter (2015) Hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat sebagai berikut:

a) Variabel Independen X1 (Umur)

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t-statistik untuk variabel X1

(umur) sebesar 2,657 dengan p-value sebesar 0,011 < 0,05. Pada derajat kepercayaan 95% dan df = 45, sehingga di peroleh nilai t-tabel sebesar 2,014. Maka nilai t-ststistik X1 > t-tabel atau 2,657 > 2,014. Hal ini berarti menolak H0 dan menerima Ha. Jadi, variabel X1 (umur) berpengaruh signifikan terhadap kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga.

Adapun bentuk pengaruhnya adalah positif yang ditunjukkan dengan nilai koefisien bernilai 0,874 artinya apabila umur naik 1 tahun, maka kontribusi perempuan akan naik sebesar 0,874%, variabel lain konstan.

b) Variabel Independen X2 (Curahan Jam Kerja)

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t-statistik untuk variabel X2

(curahan jam kerja) sebesar 2,399 dengan p value sebesar 0,021 < 0,05.

Pada derajat kepercayaan 95% dan df = 45, sehingga diperoleh nilai t-tabel sebesar 2,014. Maka nilai t-statistik X2 > t-tabel atau 2,399 > 2,014. Hal ini

daerah terima H0

daerah tolak daerah tolak

- t tabel (-2,014)

t tabel 2,014

(24)

berarti menolak H0 dan menerima Ha. Jadi, variabel X2 (curahan jam kerja) berpengaruh signifikan terhadap kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga. Adapun bentuk pengaruhnya adalah positif yang ditunjukkan dengan nilai koefisien bernilai 3,639 artinya apabila curahan jam kerja naik 1 jam, maka kontribusi perempuan akan naik sebesar 3,639%, variabel lain konstan.

c) Variabel Independen X3 (Jumlah Tanggungan Keluarga)

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t-statistik untuk variabel X3

(jumlah tanggungan keluarga) sebesar 0,831 dengan p-value 0,411 > 0,05.

Pada derajat kepercayaan 95% dan df = 45, sehingga diperoleh nilai -(t tabel) sebesar -2,014 dan t-tabel sebesar 2,014. Maka nilai -(t tabel) ≤ t stat

≤ t tabel atau -2,014 ≤ 0,831 ≤ 2,014. Hal ini berarti menerima H0 dan menolak Ha. Jadi tidak terdapat bukti secara statistik yang menunjukkan bahwa X3 (jumlah tanggungan keluarga) berpengaruh terhadap Y (kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga) pada tahun 2019.

d) Variabel Independen X4 (Tingkat Partisipasi Perempuan dalam Pengembangan Desa Wisata)

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t-statistik untuk variabel X4

(tingkat partisipasi perempuan dalam pengembangan desa wisata) sebesar 0,395 dengan p-value 0,695 > 0,05. Pada derajat kepercayaan 95% dan df

= 45, sehingga diperoleh nilai -(t tabel) sebesar -2,014 dan t-tabel sebesar 2,014. Maka nilai -(t tabel) ≤ t stat ≤ t tabel atau -2,014 ≤ 0,395 ≤ 2,014. Hal ini berarti menerima H0 dan menolak Ha. Jadi tidak terdapat bukti secara

(25)

statistik yang menunjukkan bahwa X4 (tingkat partisipasi perempuan dalam pengembangan desa wisata) berpengaruh terhadap Y (kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga) pada tahun 2019.

e) Variabel Independen Dummy Tingkat Pendidikan

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t-statistik untuk variabel dummy SD sebesar -0,955 dengan p-value 0,345 > 0,05. Pada derajat kepercayaan 95% dan df = 45, sehingga diperoleh nilai -(t tabel) sebesar -2,014 dan t- tabel sebesar 2,014. Maka nilai -(t tabel) ≤ t stat ≤ t tabel atau -2,014 ≤ - 0,955 ≤ 2,014. Kemudian, untuk variabel dummy SMP, diperoleh nilai t- statistik untuk variabel dummy SMP sebesar 0,011 dengan p-value 0,991 >

0,05. Pada derajat kepercayaan 95% dan df = 45, sehingga diperoleh nilai - (t tabel) sebesar -2,014 dan t-tabel sebesar 2,014. Maka nilai -(t tabel) ≤ t stat ≤ t tabel atau -2,014 ≤ 0,011 ≤ 2,014. Terakhir, untuk variabel dummy SMA diperoleh nilai t-statistik untuk variabel dummy SMA sebesar -0,721 dengan p-value 0,474 > 0,05. Pada derajat kepercayaan 95% dan df = 45, sehingga diperoleh nilai -(t tabel) sebesar -2,014 dan t-tabel sebesar 2,014.

Maka nilai -(t tabel) ≤ t stat ≤ t tabel atau -2,014 ≤ -0,721 ≤ 2,011. Hal ini berarti menerima H0 dan menolak Ha. Jadi, tidak terdapat perbedaan yang berarti antara kontribusi perempuan yang berpendidikan SD, SMP, dan SMA dengan yang tidak sekolah.

b. Uji F Statistik (secara simultan)

Pengujian secara simultan bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh secara simultan (bersama-sama) dari variabel independen

(26)

terhadap variabel dependen. Hipotesis yang telah ditetapkan dalam uji ini adalah:

H0 : β0 = β1 = β2 = β3 = β4

= β5 = β6 = β7

Semua variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen

Ha : β0 ≠ β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4

≠ β5 ≠ β6 ≠ β7

Semua variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen

Dengan menggunakan α = 0,05 maka kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

a) Jika F-stat < F-tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak b) Jika F-stat > F-tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima

Tabel 4.17 Penentuan F-tabel:

n1

(k-1)

n2

(n-k) F-tabel 7 – 1 = 6 (52-7) = 45 2,31 Keterangan:

n1 : df numerator n2 : df denumerator

k : jumlah parameter tanpa konstanta

Berdasarkan hasil regresi linier berganda dengan metode Ordinary Least Squares (OLS) diketahui bahwa F-statistik yaitu 4,334 dengan p- value sebesar 0,001 < 0,05. Sementara itu nilai F-tabel pada derajat keyakinan 95% dan n-k; k-l (45;6) adalah sebesar 2,31. Maka nilai F- statistik (4,334) > F-tabel (2,31) sehingga H0 ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa secara serentak/bersama-sama variabel umur, curahan

(27)

jam kerja, jumlah tanggungan keluarga, tingkat partisipasi perempuan dalam pengembangan desa wisata, dan variabel dummy tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga pada tahun 2019.

c. Adjusted R-Square (R̅2)

Untuk mengukur goodness of fit dari sebuah garis regresi digunakan Koefisien Determinasi (R-Square / R2), akan tetapi terdapat kelemahan R- Square yaitu ketika jumlah regresor di tambah, R-Square hampir selalu dan tidak pernah menurun atau penambahan sebuah variabel X tidak akan pernah menurunkan nilai R-Square (Gujarati & Porter, 2015). Untuk melengkapi kelemahan R-Square tersebut dapat menggunakan R2 yang disesuaikan atau Adjusted R-Squared (R̅2). Adjusted R Squared ini sudah mempertimbangkan jumlah variabel yang digunakan. Adjusted R-Squared akan menghitung setiap penambahan variabel dan mengestimasi nilai R- Square dari penambahan variabel tersebut. Apabila penambahan variabel baru ternyata memperbaiki model regresi maka akan meningkatkan Adjusted R-Squared dan sebaliknya.

Berdasarkan hasil regresi diperoleh nilai Adjusted R-Square sebesar 0,314 artinya setelah mengalami penyesuaian, sebesar 31,4% variasi variabel tingkat kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga dapat dijelaskan oleh variasi variabel umur, curahan jam kerja, jumlah tanggungan keluarga, tingkat partisipasi perempuan dalam pengembangan desa wisata dan variabel dummy tingkat pendidikan sedangkan sisanya

(28)

sebesar 0,686 atau 68,6% dijelaskan oleh variasi dari variabel lain di luar model.

10. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data yang bersangkutan berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hipotesis yang telah ditetapkan dari uji ini adalah:

H0 : Data residual terdistribusi normal Ha : Data residual tidak terdistribusi normal

Dalam uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat nilai Asymp. Sig. (2- tailed), jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) > α maka H0 diterima sehingga data terdistribusi normal dan sebaliknya jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) < α maka H0 ditolak. Adapun, hasil uji Kolmogorov sebagai berikut:

Tabel 4.18 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 52

Normal Parametersa

Mean .0000000

Std.

Deviation 14.50424783

Most Extreme Differences

Absolute .100

Positive .059

Negative -.100

Kolmogorov-Smirnov Z .721

Asymp. Sig. (2-tailed) .675

a. Test distribution is Normal.

Sumber: Print out SPSS16

(29)

Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai dari Asymp. Sig (2-tailed) pada variabel residual lebih besar dari α yang digunakan yaitu 0,05 atau 0,675 >

0,05 maka H0 diterima sehingga disimpulkan bahwa error term terdistribusi normal.

b. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Untuk mengetahui ada tidaknya herokedastisitas dapat dilakukan dengan cara melihat grafik plot antara nilai-nilai prediksi yang terstandarisasi (ZPRED) dengan nilai residual yang terstandarisasi (SRESID). Hipotesis yang telah ditetapkan dari uji ini adalah:

H0 : tidak ada heteroskedastisitas Ha : ada heteroskedastisitas

Jika yang terlihat dalam grafik plot antara (ZPRED) dengan nilai (SRESID) ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka H0

ditolak, dan jika dalam grafik plot antar prediksi variabel dependen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID) tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 sumbu Y, maka H0

diterima. Hasil pengujian ditunjukkan dalam gambar berikut:

(30)

Gambar 4.5 Scatterplot Uji Heterokedastisitas Sumber: Print out SPSS16

Berdasarkan gambar scatterplot diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka H0 diterima sehingga tidak ada heterokedastisitas.

c. Uji Multikolinieritas

Uji multikoliniearitas digunakan untuk menguji apakah terdapat hubungan linier yang sempurna atau pasti, di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Ada atau tidaknya multikolinieritas dapat diketahui dari koefisien korelasi masing-masing variabel bebas. Hipotesis yang telah ditetapkan dalam uji ini adalah:

H0 : tidak terdapat multikolinieritas Ha : terdapat multikolinieritas

(31)

Jika nilai koefisien korelasi > 0,8 maka H0 ditolak dan artinya terdapat multikolinieritas. Sebaliknya, jika nilai koefisien korelasi < 0,8 H0 diterima maka artinya tidak terdapat multikolinieritas.

Tabel 4.19 Matriks Korelasi Variabel Bebas:

X1 X2 X3 X4 D1 D2 D3

X1 1.000 -0.087 -0,104 -0,075 0.053 0.382 0.640 X2 -0.087 1.000 -0.197 -0.072 -0.179 -0.032 -0.144 X3 -0.104 -0.197 1.000 0.290 0.032 0.086 0.079 X4 -0.075 -0.072 0.290 1.000 0.052 -0.122 -0.226 D1 0.053 -0.179 0.032 0.052 1.000 0.525 0.465 D2 0.382 -0.032 0.086 -0.122 0.525 1.000 0.651 D3 0.640 -0,144 0,079 -0,226 0.465 0.651 1.000

Sumber: olah data SPSS16

Berdasarkan tabel 4.18 dapat diketahui bahwa nilai matriks korelasi (correlation matrix) dari semua variabel adalah kurang dari 0,8 sehingga H0

diterima yang artinya tidak terdapat multikolinieritas.

Selain itu untuk mengatahui ada tidaknya multikolinieritas pada model regresi adalah dengan melihat nilai Variance Inflating Factor (VIF). Jika nilai VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinieritas. Berikut merupakan tabel nilai VIF Uji Multikolinieritas:

Tabel 4.20 Hasil Uji Multikolinieritas:

No Variabel VIF Keterangan

1 Umur 2,240 tidak terjadi multikolinieritas 2 Curahan jam kerja 1,111 tidak terjadi multikolinieritas 3 Jumlah tanggugan keluarga 1,293 tidak terjadi multikolinieritas 4 Tingkat partisipasi

perempuan dalam PDW 1,314 tidak terjadi multikolinieritas 5 Dummy SD 1,884 tidak terjadi multikolinieritas 6 Dummy SMP 2,022 tidak terjadi multikolinieritas 7 Dummy SMA 3,423 tidak terjadi multikoliniertias

Sumber: Data primer diolah 2021

(32)

Berdasarkan tabel 4.19 diketahui bahwa nilai VIF pada masing-masing variabel bebas < 10 maka tidak terdapat multikolinieritas.

d. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji ada atau tidaknya kesalahan pengganggu pada periode tertentu dengan kesalahan pada periode sebelumnya dalam model regresi. Pengambilan keputusan tidak adanya autokorelasi dengan menggunakan Durbin Watson.

Hipotesis yang telah ditetapkan dalam uji ini adalah:

H0 : tidak terdapat autokorelasi Ha : ada autokorelasi

Tabel 4.21 Pengambilan keputusan ada tidaknya autorelasi:

No Hipotesis Nol Keputusan Jika

1 Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dL 2 Tidak ada autokorelasi positif No desicision dL ≤ d ≤ dU 3 Tidak ada korelasi negatif Tolak 4-dL < d < 4 4 Tidak ada korelasi negatif No desicision 4-dU ≤ d ≤ 4-dL 5 Tidak ada autokorelasi,

positif atau negative

Tidak ditolak dU < d < 4-dU Sumber: Ghozali, 2013

Berikut merupakan tabel nilai Durbin Watson untuk uji autokorelasi:

Tabel 4.22 Nilai Durbin Watson

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .639a .408 .314 15.4057 2.056

a. Predictors: (Constant), D3, X2, X3, D2, X4, D1, X1 b. Dependent Variable: Y

Sumber: Print out SPSS16

(33)

Berdasarkan hasil regresi linier berganda dengan metode Ordinary Least Square, diketahui nilai Durbin Watson sebesar 2,056. Untuk nilai n=52 dan k=7, nilai dL= 1,246 dan nilai dU= 1,875. Untuk melihat hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.6 Hasil Uji Autokorelasi Sumber: Data Primer diolah 2021

Berdasarkan gambar 4.6 diatas maka dapat diketahui nilai durbin watson diantara dU dan 4-dU atau dU (1,875) < d (2,056) < 4-dU (2,125) maka daerah tersebut diambil dengan kesimpulan tidak ada autokorelasi.

Ada autokorelasi

positif

Tidak dapat diputuskan

Tidak ada autokorelasi

(2,056)

Tidak dapat diputuskan

Ada autokorelasi negatif

0 dL(1,246) dU(1,875) 2 4-dU(2,125) 4-dL(2,754) 4

(34)

C. Pembahasan

Dalam analisis ini akan diamati pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Berikut ini adalah analisis secara ekonomi berdasarkan estimasi model yang digunakan:

1. Tingkat Partisipasi Perempuan Dalam Pengembangan Desa Wisata Sendang

Partisipasi merupakan keterlibatkan masyarakat dalam keseluruhan tahapan pengembangan, mulai dari proses perencanaan hingga pengawasan program pengembangan desa wisata (Dewi et al., 2013). Partisipasi perempuan dalam pengembangan desa wisata Sendang akan dijelaskan, sebagai berikut:

a) Partisipasi Perempuan Dalam Tahap Perencanaan

Indikator yang digunakan untuk menentukkan tingkat partisipasi perempuan dalam tahap perencanaan adalah keterlibatan dalam proses pendirian kelembagaan pengelola desa wisata, perumusan AD/ART, keikutsertaan dalam rapat perencanaan pengembangan dan penyampaian ide serta pengambilan keputusan terkait pengembangan desa wisata.

Tabel 4.23 Distribusi Frekuensi Tingkat Partisipasi Perempuan Dalam Tahap Perencanaan (persen) :

No Tingkat Partisipasi Perempuan Frekuensi Prosentase

1 di bawah 20 (Sangat Rendah) 1 2

2 20 di bawah 40 (Rendah) 35 67

3 40 di bawah 60 (Sedang) 8 15

4 60 di bawah 80 (Tinggi) 5 10

5 80 di bawah 100 (Sangat Tinggi) 3 6

Total 52 100

(35)

Sumber: Data Primer diolah 2021

Tabel 4.23 menunjukkan bahwa sebagian besar perempuan Desa Sendang berada pada tingkat partisipasi rendah yaitu sebanyak 35 perempuan dengan persentase sebesar 67%, mereka mengaku tidak terlibat dalam tahapan perencanaan pengembangan desa wisata. Hal ini dikarenakan, pemerintah desa hanya menunjuk 2 orang dari masing-masing RT sebagai kader perwakilan, dimana 2 orang perempan tersebut ditunjuk melalui organisasi Posyandu dan Kelompok Ibu-Ibu PKK. Hal ini berarti masyarakat lokal tidak bisa berpartisipasi aktif karena keputusan pemerintah desa bersifat top-down.

b) Partisipasi Perempuan Dalam Tahap Pelaksanaan

Indikator partisipasi perempuan dalam tahap pelaksanaan adalah keterlibatan perempuan dalam mengikuti rapat rutin dengan memberikan sumbangan berupa ide atau materi serta mengelola usaha-usaha pariwisata, seperti menjadi pengelola penginapan, pemilik sekaligus pengelola rumah makan, tour guide, dan pengelola atraksi yang di tawarkan dalam wisata.

Tabel 4.24 Distribusi Frekuensi Tingkat Partisipasi Perempuan Dalam Tahap Pelaksanaan (persen) :

No Tingkat Partisipasi Perempuan Frekuensi Prosentase

1 di bawah 20 (Sangat Rendah) 0 0

2 20 di bawah 40 (Rendah) 30 58

3 40 di bawah 60 (Sedang) 17 33

4 60 di bawah 80 (Tinggi) 5 9

5 80 di bawah 100 (Sangat Tinggi) 0 0

Total 52 100

Sumber: Data Primer diolah 2021

(36)

Tabel 4.24 menunjukkan bahwa dalam tahap pelaksanaan sebagian besar perempuan Desa Sendang berada pada tingkat partisipasi rendah yaitu sebanyak 30 perempuan dengan persentase sebesar 58%, mereka mengaku tidak terlibat dalam tahapan pelaksanaan pengembangan desa wisata karena yang ikut serta dalam rapat rutin hanyalah pemerintah desa, pengelola desa wisata, serta perwakilan kader yang ditunjuk langsung oleh kepala desa. Selain itu, keterlibatan perempuan dalam tahap ini kebanyakan terwujud dalam pengelolaan usaha-usaha berskala kecil atau sebagai pedagang di bidang kuliner, sedangkan untuk akomodasi atau penginapan kebanyakan kepemilikannya adalah orang luar desa Sendang. Dari total 11 hotel penginapan hanya satu hotel yang kepemilikannya warga asli Desa Sendang yaitu Hotel Puri Kamulyan dengan pemilik Bapak Bondan Sejiwan Bumo Aji.

c) Partisipasi Perempuan Dalam Tahap Evaluasi

Indikator yang digunakan dalam tahap ini ialah keterlibatan atau peran serta masyarakat dalam kegiatan monitoring serta penyusunan dan penyampaian laporan tahunan.

Tabel 4.25 Distribusi Frekuensi Tingkat Partisipasi Perempuan Dalam Tahap Evaluasi (persen) :

No Tingkat Partisipasi Perempuan Frekuensi Prosentase

1 di bawah 20 (Sangat Rendah) 30 58

2 20 di bawah 40 (Rendah) 9 17

3 40 di bawah 60 (Sedang) 4 8

4 60 di bawah 80 (Tinggi) 5 9

5 80 di bawah 100 (Sangat Tinggi) 4 8

Total 52 100

Sumber: Data Primer diolah 2021

(37)

Tabel 4.25 menunjukkan bahwa dalam tahap evaluasi, sebagian besar perempuan Desa Sendang berada pada tingkat partisipasi sangat rendah yaitu sebanyak 30 perempuan dengan persentase sebesar 58%, mereka mengaku tidak terlibat dalam tahapan evaluasi pengembangan desa wisata. Hal ini dikarenakan, dari awal perencanaan pengembangan yang dilakukan pemerintah bersifat top-down, sehingga masyarakat tidak memiliki hak untuk turut serta dalam tahapan evaluasi tersebut.

d) Partisipasi Perempuan Dalam Tahap Menikmati Hasil/Manfaat

Indikator partisipasi perempuan dalam tahap menikmati hasil atau manfaat adalah keberhasilan partisipasi masyarakatnya mulai dari tahap awal yaitu perencanaan hingga tahap implementasi atau pelaksanaan suatu proyek yang dapat dilihat dari adanya peningkatan keuntungan atau kesejahteraan hidup masyarakat desa.

Tabel 4.26 Distribusi Frekuensi Tingkat Partisipasi Perempuan Dalam Tahap Menikmati Hasil/Manfaat (persen) :

No Tingkat Partisipasi Perempuan Frekuensi Prosentase

1 di bawah 20 (Sangat Rendah) 8 15

2 20 di bawah 40 (Rendah) 7 14

3 40 di bawah 60 (Sedang) 7 14

4 60 di bawah 80 (Tinggi) 10 19

5 80 di bawah 100 (Sangat Tinggi) 20 38

Total 52 100

Sumber: Data Primer diolah 2021

Tabel 4.26 menunjukkan bahwa sebagian besar perempuan Desa Sendang berada pada tingkat partisipasi sangat tinggi yaitu sebanyak 20 perempuan dengan tingkat persentase sebesar 38%, mereka berpendapat bahwa sudah ada

(38)

peningkatan kesejahteraan hidup melalui peningkatan ekonomi setelah adanya desa wisata. Hal ini dikarenakan, banyaknya pengunjung yang datang pada tahun 2019 ke desa wisata Sendang yaitu mencapai 57.009 pengujung. Para pengunjung atau wisatawan melakukan kegiatan konsumsi terhadap kuliner atau makanan khas, cenderamata, oleh-oleh bahkan komponen penawaran yang tersedia di desa wisata. Dengan begitu, masyarakat dapat merasakan adanya manfaat serta peningkatan kesejahteraan hidup.

2. Pengaruh Umur terhadap Kontribusi Perempuan dalam Pendapatan Rumah Tangga

Berdasarkan model regresi yang digunakan, variabel umur berpengaruh positif dan signfikan terhadap kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga pada tahun 2019. Hasil tersebut menunjukkan bahwa jika umur naik sebesar 1 tahun yang tidak diikuti oleh perubahan variabel lainnya (cateris paribus) maka kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga naik sebesar 0,874%. Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis pada penelitian ini.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Noviani & Marhaeni (2019) dan Rahayu (2014) yang menyatakan bahwa umur berpengaruh positif dan signifikan terhadap kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga pada lokasi penelitian masing-masing.

Berdasarkan pengelompokannya, umur atau usia seseorang terbagi menjadi 2 yaitu usia produktif dan tidak produktif. Usia produktif merupakan pengelompokan penduduk dengan rentang usia 15 tahun hingga 64 tahun. Pada periode penelitian ini, umur perempuan di Desa Wisata Sendang hampir

(39)

semuanya berada pada kelompok produktif, hanya 3 perempuan dengan umur 66 tahun (2 orang) dan 68 tahun (1 orang) yang berada pada kelompok usia tidak produktif. Tabel berikut merupakan kategori umur menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2009).

Tabel 4.27 Kategori Umur Menurut Depkes RI (tahun) :

No Umur Jumlah Kategori Umur

1 26 - 35 6 Masa Dewasa Awal

2 36 – 45 12 Masa Dewasa Akhir

3 46 – 55 20 Masa Lansia Awal

4 56 – 65 11 Masa Lansia Akhir

5 > 65 3 Masa Manula

Sumber: Data Primer diolah 2021

Berdasarkan tabel 4.27, sebagian besar perempuan yang bekerja di Desa Wisata Sendang berada pada rentang umur 46 hingga 55 tahun yaitu sebanyak 20 perempuan, hal ini termasuk dalam kategori masa lansia awal menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Berdasarkan pernyataan yang disampaikan Ibu Triyanti pada tanggal 16 Juni 2021, yaitu:

“Sebelum Desa Sendang ditetapkan sebagai desa wisata mbak, kebanyakan masyarakat Desa Sendang terutama dusun Kedungareng RT 04 bekerjanya di proyek (Waduk Gajah Mungkur). Saya dulu juga berjualan disana mbak sejak tahun 1985, tapi setelah Desa Sendang ditetapkan menjadi desa wisata dan dibuka beberapa destinasi wisata baru, saya pindah lokasi tempat berdagangnya supaya dekat dengan rumah, sebenarnya bukan hanya saya saja yang pindah mbak, ada beberapa tetangga saya yang satu RT yaitu Bu Sudarmini, Bu Yatini, dan Bu Parsiani, sedangkan untuk RT sebelah setahu saya ada Bu Wahyuni yang punya “Warung Makan Ommah Ijo” itu juga pindah didekat rumahnya mbak”.

Berdasarkan pernyataan diatas, terlihat bahwa kebanyakan perempuan yang berkerja di Desa Sendang terutama menjadi pedagang sudah dilakukan sejak beberapa puluh tahun yang lalu. Hal ini menjadi alasan mengapa sebagian besar

(40)

perempuan yang bekerja di Desa Wisata Sendang berada pada rentang umur 46 hingga 55 tahun, selain hal tersebut terdapat pula beberapa pedagang yang melanjutkan usaha turun temurun keluarganya, hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan Ibu Sumiyati pada tanggal 5 Juni 2021, yaitu:

“Warung makan ini sebenarnya punya ibu saya mbak, sekarang yang mengelola saya karena beliau sudah tua. Nama ibu saya itu Bu Karni mbak makanya nama warung makan ini “Bothok Ikan Bu Karni” bukan nama saya, jadi saya hanya melanjutkan usaha turun temurun dari orang tua mbak. Selain saya, ada juga yang nama produknya memakai nama orang tua mereka, seperti produksi “Tempe Kripik Bu Hadi” itu dulu yang punya Bu Hadi mbak dan sekarang dikelola anaknya yang bernama Bu Suyatmi”.

Walaupun sebagian besar perempuan yang bekerja di Desa Wisata Sendang berada pada kategori masa lansia awal, umur mereka masih tergolong dalam usia produktif sehingga umur dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam melihat aktifitas seseorang dalam bekerja, dimana kondisi umur yang masih produktif, maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal.

Secara tidak langsung, semakin lama mereka berkerja atau semakin bertambahnya umur mereka maka semakin bertambah pula pengalaman yang diperoleh, sehingga dapat simpulkan bahwa bertambahnya umur dapat meningkatkan kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga dengan batasan usia produktif yang telah di tetapkan, karena dalam penelitian ini terdapat 3 usia yang masuk dalam kategori tidak produktif maka dapat dimaklumkan karena masih dalam angka berkepala 6 yaitu umur 66 tahun dan 68 tahun.

(41)

3. Pengaruh Curahan Jam Kerja terhadap Kontribusi Perempuan dalam Pendapatan Rumah Tangga

Berdasarkan model regresi yang digunakan, variabel curahan jam kerja berpengaruh positif dan signfikan terhadap kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga pada tahun 2019. Hasil tersebut menunjukkan bahwa jika curahan jam kerja naik sebesar 1 jam yang tidak diikuti oleh perubahan variabel lainnya (cateris paribus) maka kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga naik sebesar 3,639%. Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis pada penelitian ini. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dewi et al. (2017) dan Rende (2014) yang menyatakan bahwa umur berpengaruh positif dan signifikan terhadap kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga pada lokasi penelitian masing-masing.

Berdasarkan data penelitian, jumlah terendah jam kerja yang dicurahkan perempuan di Desa Wisata Sendang pada tahun 2019 adalah 6 jam/hari, sedangkan jumlah tertinggi jam kerja yang dicurahkan perempuan adalah 12 jam/hari. Jika curahan jam kerja, dilihat dari berapa jam/minggu, maka dapat dilihat melalui tabel berikut:

Tabel 4.28 Curahan Jam Kerja (jam/minggu)

No Curahan Jam Kerja Frekuensi Prosentase

1 12 1 2

2 40 1 2

3 42 1 2

4 49 10 19

5 56 11 21

(42)

No Curahan Jam Kerja Frekuensi Prosentase

6 63 14 27

7 70 8 15

8 77 1 2

9 84 5 10

Total 52 100

Sumber: Data primer diolah 2021

Tabel 4.28 diatas menjelaskan curahan jam kerja yang dihitung berapa jam per minggu menghasilkan angka yang berbeda-beda, hal ini di karenakan tidak semua perempuan berkerja setiap hari atau full dalam 1 minggu. Terdapat satu responden yaitu Ibu Suyekti yang hanya bekerja di hari libur Sabtu, Minggu dan hari libur Nasional saja sehingga jika dihitung jumlah jam yang dicurahkan hanya 12 jam/minggu dengan anggapan curahan jam kerjanya 6 jam/hari.

Sedangkan, Ibu Dwi Hananti yang bekerja pada hari Senin sampai Jum’at sehingga jika dihitung jumlah jam yang dicurahkan sebanyak 40 jam/minggu dengan anggapan curahan jam kerjanya 8 jam/hari. Untuk responden yang lainnya mengaku bahwa setiap hari mereka bekerja bahkan terdapat beberapa responden, antara lain: Ibu Darmini, Ibu Sulastri, Ibu Heny Maryatun, Ibu Sulastri, dan Ibu Tarni dengan jumlah jam kerja paling tinggi yaitu mencapai 84 jam/minggu dengan anggapan curahan jam kerjanya sebanyak 12 jam/hari.

Hal ini menandakan bahwa kebanyakan perempuan yang bekerja di Desa Wisata Sendang tidak terikat jam kerjanya, didukung oleh William A.

McEahern (2001) yang mengatakan bahwa pekerja mampu mengendalikan jumlah jam kerja mereka per minggu. Curahan jam kerja perempuan di Desa Wisata Sendang sangat fleksibel karena sesuai dengan keinginan mereka

(43)

sendiri. Mereka bebas memilih antara kerja separuh waktu atau kerja penuh waktu karena berada di sektor Informal. Pedagang perempuan di Desa Wisata Sendang menjual berbagai kuliner olahan ikan, seperti: botok ikan, nugget ikan, abon ikan, krupuk ikan, ikan wader goreng, dan olahan ikan nila serta beberapa hasil industri rumahan seperti tempe kripik dele, tempe kripik benguk, susu kedelai. Kuliner merupakan kebutuhan sehari-hari, akan tetapi disisi lain konsumen tidak dapat dipastikan kedatangannya, sehingga dengan jumlah jam kerja yang semakin banyak maka semakin besar peluang pedagang dalam memperoleh pendapatan yang lebih banyak. Semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin besar pula kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangganya.

4. Pengaruh Jumlah Tanggungan Keluarga terhadap Kontribusi Perempuan dalam Pendapatan Rumah Tangga

Berdasarkan model regresi yang digunakan, variabel jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh signfikan terhadap kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga pada tahun 2019. Hal ini ditunjukkan dengan tidak ada bukti secara statistik yang menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga berpengaruh terhadap kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hipotesis pada penelitian ini.

Berdasarkan data jumlah tanggungan keluarga di Desa Wisata Sendang pada tahun 2019 terlihat bahwa perempuan paling banyak memiliki tanggungan keluarga berjumlah 2 orang yaitu sebanyak 15 perempuan, sedangkan perempuan paling sedikit memiliki tanggungan keluarga berjumlah 5 orang

(44)

yaitu sebanyak 6 perempuan sehingga tidak ada keterkaitan yang menunjukkan bahwa semakin besar jumlah tanggungan keluarga maka semakin besar pula jumlah perempuan yang ikut bekerja untuk membantu keluarganya memenuhi kebutuhan. Berapapun jumlah tanggungan keluarganya, perempuan di Desa Wisata Sendang banyak yang memilih untuk bekerja. Orientasi mereka bekerja adalah karena ingin mencukupi kebutuhan, baik kebutuhan primer, sekunder, dan juga tersier. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan Ibu Sri Kartini pada tanggal 14 Juni 2021 yaitu:

“Perempuan di Desa Sendang banyak yang bekerja menjadi pedagang mbak hal ini bisa di lihat dari banyaknya warung makan yang dikelola perempuan di sepanjang jalan raya Kedungareng hingga Bendorejo. Kalau saya sendiri, alasan saya berdagang adalah untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari apalagi kondisinya saya sudah tidak punya suami mbak. Sebenarnya, kalau di bandingkan desa lain, pasti kebanyakan suaminya ya mbak yang bekerja, tapi kalau di Desa Sendang ini, kebanyakan perempuan juga ikut bekerja mbak.

Saya rasa, itu karena tuntutan dalam memenuhi kebutuhan soalnya kebanyakan pekerjaan yang dilakukan laki-laki disini didominasi oleh petani dan nelayan mba karena 2 pekerjaan tersebut tidak memiliki gaji bulanan yang tetap, maka menjadi faktor pendorong perempuan untuk bekerja agar kebutuhannya tercukupi”.

5. Pengaruh Tingkat Partisipasi Perempuan dalam Pengembangan Desa Wisata terhadap Kontribusi Perempuan dalam Pendapatan Rumah Tangga

Berdasarkan model regresi yang digunakan, variabel tingkat partisipasi perempuan dalam pengembangan desa wisata tidak berpengaruh signfikan terhadap kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga pada tahun 2019. Hal ini ditunjukkan dengan tidak ada bukti secara statistik yang menunjukkan bahwa tingkat partisipasi perempuan dalam pengembangan desa

(45)

wisata berpengaruh terhadap kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hipotesis pada penelitian ini.

Berdasarkan data tingkat partisipasi perempuan dalam pengembangan desa wisata Sendang jika dilihat secara keseluruhan dari tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan menikmati manfaat atau hasil, tingkat partisipasinya berada dalam kategori sedang cenderung rendah. Hal ini dikarenakan sektor pariwisata bukan sebagai sektor dominan dalam kegiatan ekonomi masyarakat Desa Sendang sehingga tingkat partisipasi perempuan dalam pengembangan desa wisata tidak akan berarti banyak dalam mempengaruhi kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga. Mata pencaharian penduduk desa di dominasi oleh sektor pertanian. Hal ini terbukti dalam data mata pencaharian pokok penduduk Desa Sendang pada tahun 2019, yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.29 Mata Pencaharian Pokok Penduduk di Desa Sendang pada tahun 2019:

No Mata Pencaharian Pokok Frekuensi Prosentase

1 Petani 953 55.44

2 Nelayan 69 4.01

3 Penambang Batu Padas 81 4.71

4 Buruh Industri 168 9.77

5 Pedagang 147 8.55

6 Pemilik Warung Makan dan Restoran 35 2.04

7 Pemilik Hotel / Penginapan 11 0.64

8 Pengangkutan 110 6.40

9 Pegawai Negeri 37 2.15

10 Buruh Usaha Jasa Hiburan & Pariwisata 8 0.47

11 Pengusaha Kecil 20 1.16

12 Lain-Lain 80 4.65

Jumlah 1719 100.00

Sumber: Data Monografi Desa Sendang, 2019

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan grafik hubungan pengembangan dengan waktu di titik C pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6, tanah tanpa perkuatan kolom T-shape, mengalami pengembangan

Jika berdasarkan hasil uji stasioneritas dengan menggunakan uji ADF menunjukkan data dari semua variabel belum termasuk data stasioner pada level 1 (0), atau

Bercerita semula tentang atau menolak pandangan dan ii.Mengemukakan alasan untuk menerima Tema: sesuatu teks dengan pendapat dalam perundingan bagi atau

Bab IV laporan hasil penelitian merupakan yang terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian serta analisis data, dan pembahasan tentang pengembangan dan

Kandungan residu spiramisin dalam daging ayam Sampel daging ayam yang diperoleh adalah 36 sampel yaitu 26 sampel diperoleh dari peternakan ayam dan 10 dari pasar tradisional..

Bagaimana cara merancang dan membangun sistem berbasis web yang dapat mengukur kinerja saham dengan menggunakan indeks sharpe dan membentuk portofolio optimal saham dengan

Upaya penyelesaian dalam perjanjian kerjasama jika terjadi sengketa dari penelitian yang telah dilakukan menerangkan bahwa dalam pasal 18 pada perjanjian tersebut telah diatur