• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Jurusan Pendidikan Agama Islam

pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh:

MUHAMMAD ANIS NIM: 20100114082

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2022

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muhammad Anis

NIM : 20100114082

Tempat/Tgl. Lahir : 18 Juli 1995

Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas/Program : Tarbiyah dan Keguruan Alamat : Samata - Gowa

Judul Skripsi : Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Teknologi Informasi

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Samata, 14 Februari 2022 Penyusun,

Muhammad Anis NIM: 20100114082

(3)

iii

(4)

iv

KATA PENGANTAR

ِميِحهرلا ِنَم ْحهرلا ِ هاللَّ ِمْسِب

, ملعي ملام ناسنلإا ملع ملقلاب ملع يذلا لله دمحلا مانلأا ريخ ىلع ملاسلاو ةلاصلاو

دعب اما" ماركلا ىلوا هباحصأو هلآ ىلعو

"

Segala puja dan puji bagi Allah swt. seru sekalian alam, selawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad saw. para sahabat, keluarga serta para pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.

Sejak persiapan dan proses penelitian hingga pelaporan hasil penelitian ini terdapat banyak kesulitan dan tantangan yang dihadapi, namun berkat ridha dari Allah swt. dan bimbingan dari berbagai pihak maka segala kesulitan dan tantangan yang dihadapi dapat teratasi.

Penyusun mengucapkan permohonan maaf dan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada ayahanda Alm. Sumardin dan ibunda Hj. Sahri Nur tercinta yang dengan penuh cinta dan kesabaran serta kasih sayang dalam membesarkan, mendidik dan yang tak henti-hentinya memanjatkan doa demi keberhasilan dan kebahagiaan, Begitu pula penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Hamdan Juhannis M.A., Ph.D., Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. H. Mardan, M.Ag., Wakil Rektor I, Dr. H. Wahyuddin Naro, M.Hum., Wakil Rektor II, Prof. Dr. H. Darussalam Syamsuddin, M.Ag., Wakil Rektor III, dan Dr. H. Kamaluddin Abu Nawas, M.Ag.,Wakil Rektor IV UIN Alauddin Makassar.

2. Dr. H. A. Marjuni, S.Ag., M.Pd.I., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Dr.

M. Shabir U, M.Ag., Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. M. Rusdi, M.Ag., Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan, Dr. H.

(5)

v

Ilyas, M.Pd., M.Si., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, beserta seluruh stafnya atas segala pelayanan yang diberikan kepada penyusun.

3. Dr. H. Syamsuri, S.S., M.A. dan Dr. Muhammad Rusmin B., M.Pd.I., Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, karena izin, pelayanan, kesempatan, fasilitas, dukungan dan motivasi yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Dr. Muhammad Rusmin B., M.Pd.I., pembimbing I, dan Dr. Abudzar Al-Qifari., M.Pd.I., pembimbing II, yang dengan sabar membimbing dan selalu memberikan ide-ide cemerlang sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Drs. Mappasiara M.Pd.I., penguji I, dan Dr. Besse Ruhaya, M.Pd.I., penguji II, yang telah memberikan masukan dan saran yang membangun sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Dosen-dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen-dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam, Dr. La Ode Ismail M.Th.I., yang senantiasa memberikan motivasi dan masukan untuk menyelesaikan studi di kampus.

7. Rabiatul Adawiya, S.Pd. yang selalu memberikan semangat serta motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat Unit Laki-Laki AhlusSunnah (ULLAS), yang telah menemani saya merasakan jatuh bangun dalam dunia perkuliahan sampai pada tahap penyusunan skripsi yang dibuat.

9. Kakanda-kakanda, ayunda-ayunda, dan adinda-adinda pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam, Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam, Dewan Mahasiswa

(6)

vi

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, serta Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah membantu dalam proses penyelesaian.

10. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Alauddin Makassar angkatan 2014 terkhusus Keluarga Besar Jurusan Pendidikan Agama Islam 5-6, dan semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu yang telah banyak memberikan sumbangsinya kepada penyusun selama kuliah hingga penelitian skripsi ini selesai.

Penyusun berharap semoga amal baik semua pihak yang ikhlas memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini mendapatkan pahala dari Allah swt. Penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan karya selanjutnya. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Makassar, 14 Februari 2022 Penyusun,

Muhammad Anis NIM: 20100114082

(7)

vii DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... x

ABSTRAK ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1-13 A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ... 7

D. Tujuan dan Manfaat ... 8

E. Kajian Pustaka ... 9

BAB II TINJAUAN TEORETIS ... 14-42 A. Pendidikan Agama Islam ... 14

B. Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 19

C. Teknologi Informasi ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43-47 A. Jenis Penelitian ...43

B. Data dan Sumber ...43

C. Teknik Pengumpulan Data ...44

D. Teknik Keabsahan Data ...46

(8)

viii

E. Teknik Analisis Data ...46 BAB IV MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI ... 48-99 A. Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 48 B. Teknologi Informasi ... 69 BAB V PENUTUP ... 100-102 A. Kesimpulan ... 100 B. Implikasi Penelitian ... 101 DAFTAR PUSTAKA ... 103-105 RIWAYAT HIDUP ... 106

(9)

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN A. Transliterasi Arab-Latin

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada tabel berikut:

1. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

ا Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

ب Ba B Be

ت Ta T Te

ث s\a s\ es (dengan titik di atas)

ج Jim J Je

ح h}a h} ha (dengan titik di bawah)

خ Kha Kh ka dan ha

د Dal D De

ذ z\al z\ zet (dengan titik di atas)

ر Ra R Er

ز Zai Z Zet

س Sin S Es

ش syin Sy es dan ye

ص s}ad s} es (dengan titik di bawah)

ض d{ad d} de (dengan titik di bawah)

ط t}a t} te (dengan titik di bawah)

ظ z}a z} zet (dengan titik di bawah)

ع ‘ain ‘ apostrof terbalik

غ gain G Ge

ف Fa F Ef

ق Qaf Q Qi

ك Kaf K Ka

ل Lam L El

م mim M Em

ن Nun N En

و wau W We

هـ Ha H Ha

(10)

x

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’).

2. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Contoh:

ََفْيَك: kaifa

ََلْوَه : haula 3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

ء hamzah ’ apostrof

ى Ya Y Ye

Tanda Nama Huruf Latin Nama

ََا fath}ah A A

َ ا Kasrah I I

َ ا d}amah U U

Tanda Nama Huruf Latin Nama

َْىَى fath}ah dan

ya>’ Ai a dan i

َْوَـى fath}ah dan

wau Au a dan u

Harakat dan

Huruf Nama Huruf dan

Tanda Nama

ى

ﹶ ... اﹶ... fath}ah dan alif atau

ya>’ a> a dan garis di atas

ىى kasrah dan ya>’ i> i dan garis di atas و ى d}amah dan wau u> u dan garis di atas

(11)

xi Contoh:

ََتاَم : ma>ta ىَمَر : rama>

ََلْي ق : qi>la

َ تْو َيَ : yamu>tu 4. Ta>’ marbu>t}ah

Transliterasi untuk ta>’ marbu>t}ah ada dua, yaitu: ta>’ marbu>t}ah yang hidup atau mendapat harakat fath}ah, kasrah, dan d}ammah, transliterasinya adalah [t]. Sedangkan ta>’ marbu>t}ah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah [h].

Kalau pada kata yang berakhir dengan ta>’ marbu>t}ah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta>’marbu>t}ah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

Contoh:

َ لاَفْطََْلْاَ ةَضْوَر : raud}ah al-at}fal>

َ ةَل ضاَفْلاَ ةَنْـي دَمْلَا : al-madi>nah al-fa>d}ilah

َ ةَمْكْلَْا : al-h}ikmah 5. Syaddah (Tasdi>d)

Syaddah atau tasydi>d yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydi>d (َﹼ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.

Contoh:

ََانَّبَر : rabbana>

اَنْـيََّنَ : najjaina>

َ قَْلَْا : al-haqq

ََمِّع ـن : nu“ima

َ و دَع : ‘aduwwun

Jika huruf ىber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah (( maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah menjadi i>. َ ي ى

Contoh:

َ ي لَع : ‘ali> (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly)

ََرَع

َ ب : ‘arabi> (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby)

(12)

xii 6. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf لا(alif lam ma‘arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah.

Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).

Contoh:

َ سْمَّشلَا : al-syamsu (bukan asy-syamsu)

َ ةَلَزْلَّزلَا : al-zalzalah (bukan az-zalzalah)

َ ةَفَسْلَفْلَا : al-falsafah

َ دَلا بْلَا : al-bila>du 7. Hamzah

Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

Contoh:

ََنْو ر مَْأَت : ta’murun>

َ عْوَّـنلَا : al-nau‘

َ ءْيَش : syai’un

َ تْر م أ : umirtu

8. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia

Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata al-Qur’an (dari al-Qur’a>n), alhamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditrans-literasi secara utuh.

Contoh:

(13)

xiii Fi>Zila>l al-Qur’a>n

al-Sunnahqablal-tadwi>n 9. Lafz} al-Jala>lah(للها)

Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mud}a>f ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.

Contoh:

َ للهاَ نْي دdi>nulla>h للهَا بbilla>h

Adapun ta>’ marbu>t}ah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz} al- jala>lah, ditransliterasi dengan huruf [t].

Contoh:

َ ةَْحَْرَْ فَِْم ه

هالل humfi>rah}matilla>h 10. Huruf Kapital

Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). Contoh:

Wa ma> Muh}ammadunilla>rasu>l

Inna awwalabaitinwud}i‘alinna>si lallaz\i>biBakkatamuba>rakan Syahru Ramad}a>n al-laz\i>unzilafi>h al-Qur’a>n

Nas}i>r al-Di>n al-T{u>si>

Abu> Nas}r al-Fara>bi>

Al-Gaza>li>

Al-Munqiz\ min al-D}ala>l

(14)

xiv

Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibn (anak dari) dan Abu>

(bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh:

11. Daftar Singkatan

Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:

swt. = subh}a>nahu>wata‘a>la>

saw. = s}allalla>hu ‘alaihi wasallam a.s. = ‘alaihi al-sala>m

H = Hijrah

M = Masehi

SM = Sebelum Masehi

l. = Lahir tahun (untuk orang yang masih hidup saja) w. = Wafat tahun

QS …/…: 4 = QSal-Baqarah/2: 4 atau QSĀl ‘Imrān/3: 4 HR = Hadis Riwayat

Abu>al-Wali>d Muh}ammadIbn Rusyd, ditulis menjadi: Ibn Rusyd, Abu>al- Wali>d Muh}ammad (bukan: Rusyd, Abu>al-Wali>d Muh}ammadIbn) Nas}r H{a>mid Abu> Zaid, ditulis menjadi: Abu> Zaid, Nas}r H{a>mid (bukan:

Zaid, Nas}r H{ami>d Abu>)

(15)

xv ABSTRAK

Nama : Muhammad Anis

NIM : 20100114082

Jurusan/Fakultas : Pendidikan Agama Islam/Tarbiyah dan Keguruan

Judul :.Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Teknologi Informasi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan media pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis teknologi informasi. Subjek dalam penelitian ini adalah bahan-bahan dari kepustakaan yaitu buku-buku, kitab-kitab, jurnal ilmiah, hasil penelitian terdahulu dan sumber-sumber tulisan lain yang mengandung unsur dalam penelitian ini.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan yang meneliti tentang pemanfaatan media pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) berbasis teknologi informasi agar pendidik mampu menyampaikan pembelajaran secara efektif dan efisien guna menciptakan pembelajaran dengan kualitas yang lebih baik.

Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode dokumentasi.

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen itu bisa berbentuk tulisan misalnya catatan harian, cerita, biografi, peraturan, kebijakan, dan sebagainya. Teknik analisa data adalah penyuntingan, kategorisasi, dan penafsiran data.

Berdasarkan hasil dari pengamatan media pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis teknologi informasi yaitu proses pembelajaran di masa yang akan datang, peserta didik ke sekolah bahkan tidak perlu lagi menggunakan buku atau pena, tetapi menggunakan media berbasis teknologi seperti, internet yang di dalamnya terdapat sumber-sumber pembelajaran dan juga dapat menjadi media komunikasi antara pendidik dan peserta didik.

Sebagai pendidik, media pembelajaran Pendidikan Agama Islam perlu diadakan peningkatan yang berkesinambungan, apalagi tuntutan zaman yang terus berkembang dengan penggunaan teknologi informasi sebagai media harus

menyesuaikan tuntutan zaman yang semakin canggih.

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan adalah ujung tombak suatu negara. Tertinggal atau majunya sebuah negara, sangat tergantung kondisi pendidikannya. Semakin berkembang pendidikan suatu negara, maka semakin dan majulah negara tersebut, negara akan maju dan berkembang bila sektor pendidikan sebagai kunci pembangunan yang menjadi skala prioritas. Negara besar dan berkembang menyadari bahwa pembangunan sektor pendidikan sangat dinomorsatukan.1 Dalam dunia pendidikan perkembangan teknologi informasi mulai dirasa memiliki dampak yang positif karena dengan berkembangnya teknologi informasi dunia pendidikan mulai memperlihatkan perubahan yang cukup signifikan.2

Seiring dengan kemajuan teknologi yang global telah terpengaruh dalam segala aspek kehidupan baik di bidang ekonomi, politik, kebudayaan, seni dan bahkan di dunia pendidikan. Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia.3

1Taufik Nur Aziz, “Pengunaan Media pembelajaran (ICT) dalam Pembelajaran PAI”, Skripsi (Jakarta: Fak. Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2015), h. 21.

2Sudibyo Lies, Peranan dan Dampak Teknologi Informasi dalam Dunia Pendidikan di Indonesia (Sukoharjo: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Veteran Bangun Nusantara), h. 176.

3E. Smaldino Sharon, dkk., Teknologi Pembelajaran dan Media untuk Belajar (Jakarta:

Kencana, 2011), h.16.

(17)

Berbeda dengan proses pembelajaran tradisional yang mengandalkan guru sebagai sumber belajar yang pertama dan utama sedangkan sumber lain hanyalapelengkap kegiatan pembelajaran. Selama ini telah mengenal bahkan menggunakan beberapa bentuk teknologi pendidikan untuk membantu kegiatan- kegiatan pembelajaran. Beberapa alat tersebut misalnya OHP, LCD, Proyektor, penggunaan komputer, dan beberapa bentuk peralatan laboratorium. Munculnya alat bantu dalam teknologi pendidikan tersebut membawa nuansa baru terutama dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Sambutan masyarakat para pengguna teknologi pendidikan sangat besar, sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama teknologi ini sudah begitu familiar dalam membantu kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran.4

Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan cukup banyak dirasakan manfaatnya baik untuk kepentingan belajar mengajar maupun untuk kepentingan menejemen administrasi sekolah. Salah satu jenjang pendidikan yang mulai memanfaatkan perkembangan dalam teknologi informasi dan komunikasi adalah sekolah dasar. Sekolah dasar memiliki peranan penting dan strategis dalam menyelenggarakan pendidikan. Dapat dikatakan demikian karena melalui pendidikan dasar, peserta didik akan mulai mendapatkan pengalaman belajarnya.5

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sekolah dasar merupakan penentu keberhasilan belajar pada jenjang berikutnya. Diupayakan cara untuk

4Saifudin Sa’ad Udin, Inovasi pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2008), h.179-180.

5E. Smaldino Sharon, dkk., Teknologi Pembelajaran dan Media untuk Belajar, h. 17.

(18)

memaksimalkan kualitas peserta didik disekolah dasar.6 Kemajuan teknologi informasi dalam pendidikan yang mengunakan teknologi informasi, misalnya pendidikan yang berbasis internet umumnya disebut e-education. Informasi dalam dunia pendidikan saat ini adalah dengan munculnya e-learning.7

Pada era global ini, internet merupakan media yang sangat cepat dalam perkembangannya. Semua informasi tersedia di internet dan dapat diakses oleh siapa saja dengan mudah, fleksibel, cepat, dan akurat. Hal inilah yang melandasi adanya ide untuk memanfaatkan internet sebagai media pembelajaran dalam rangka memajukan pendidikan di Indonesia.8 Saat ini, penerapan e-learning di Indonesia belum begitu baik, hal itu karena besarnya biaya yang dibutuhkan dalam pengaplikasian e-learning. Tidak semua perguruan tinggi mengunakan e-learning dalam proses pembelajarannya.9 Penerapan e-learning di Indonesia akan berjalan dengan baik jika faktor yang mengahambatnya dapat teratasi. Pihak sekolah dan kampus harus berusaha membangun jaringan e-learning dan menarik minat peserta didik serta mahasiswa untuk menggunakannya dengan cara menyediakan fasilitas untuk pengunaan e-learning. Pihak peserta didik dan mahasiswa tidak lagi berpikir untuk tidak menggunakan e-learning karena hal itu sangat merugikan diri sendiri.10

Menurut Rusman dkk, e-learning memiliki karakteristik, antara lain (1) interactivity (interaktifitas); (b) independency (kemandirian); (c) acccessibility (aksesibilitas); (d) enrichment (pengayaan). Learning dapat didefinisikan sebagai

6Udin Saifudin Sa’ad, Inovasi Pendidikan, h. 179-180.

7Udin Saifudin Sa’ad, Inovasi Pendidikan, h. 182.

8Hamdani, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 112.

9Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, h. 113.

10Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, h. 113.

(19)

sebuah bentuk teknologi informasi yang diterapkan dibidang pendidikan dalam bentuk membuat sebuah transformasi proses pembelajaran yang ada di sekolah atau perguruan tinggi ke dalam bentuk digital yang menjembatani teknologi internet.

Penerapan teknologi informasi dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil pembelajaran. Pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi akan berjalan efektif jika peran pengajar dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator pembelajaran atau memberikan kemudahan pembelajaran belajar bukan hanya sebagai pemberi informasi. Proses pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Pembelajaran yang efektif dapat dikatakan pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi secara optimal dalam merupakan bimbingan dari pengajar untuk memfasilitasi pembelajaran yang efektif.

proses pembelajarannya sebagai alat bantu. Salah satunya pemanfaatan adalah dengan memanfaatkan e-learning.11

Melalui perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang mampu memberikan kontribusi sebagai sebuah media pembelajaran guna mengembangkan proses pembelajaran khususnya dalam mempelajari pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah. Dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi mampu mengolah, mentrasfer, dan memindahkan informasi keilmuan kita dengan efektif dan efisien serta memberikan kenyamanan belajar antara peserta didik dengan pendidik. Sehingga terciptanya hubungan yang dekat dengan peserta didik, mampu menghasilkan sistem pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah secara

11Harun Numiek Sulistio, “Efektifitas E-Learning Sebagai Media Pembelajaran (Studi Evaluasi Model Pembelajaran E-Learning SMK Telkom Sandhy Puta Purwokerto)”, Forum Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol. 3 no 1 (2013).

(20)

kondusif sesuai keinginan.12

Menurut Langeveld sebagaimana dikutip dalam Taufik Nur Aziz, pendidikan adalah memberi pertolongan secara sadar dan sengaja kepada anak (yang belum dewasa) dalam pertumbuhannya menuju arah kedewasaan dalam arti dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab susila atas segala tindakan menurut pilihannya sendiri.13 Pada mulanya media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu bagi guru untuk mengajar dan media yang digunakan pun baru sebatas alat bantu visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini mengunakan alat bantu dan media pembelajaran menjadi semakin luas interaktif, seperti adanya komputer dan internet.14

Oleh karena itu, ditemukan beberapa permasalahan yang dirasakan oleh para guru/pendidik yaitu, profesionalitas guru dan tenaga kependidikan masih belum memadai utamanya dalam bidang keilmuannya terhadap tenologi informasi. Guru saat ini tidak hanya gagap dalam beradaptasi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan fenomena sosial kemasyarakatan, tetapi masih ada guru yang hanya menjadi robot kurikulum pendidikan yang kurang minat untuk belajar mengembangkan.

Tugas guru dalam penyiapan bahan ajar, penggunaan metode dan media pembelajaran, dan implementasi dari strategi belajar mengajar senantiasa bergantung pada yang memberikan komando atau instruksi.15 Walaupun guru sudah mempunyai

12Taufik Nur Aziz, Pengunaan Media Pembelajaran (ICT) dalam Pembelajaran PAI, h. 27.

13Taufik Nur Aziz, Pengunaan Media Pembelajaran (ICT) dalam Pembelajaran PAI, h. 1.

14Taufik Nur Aziz, Pengunaan Media Pembelajaran (ICT) dalam Pembelajaran PAI, h. 244.

15Mintarsih Danumiharja, Profesi Tenaga Kependidikan (Yogyakarta: Deepublish, 2014), h. 13.

(21)

perencanaan pembelajarannya sendiri, tetapi profesi guru sebagai pendidik tersebut adakalanya seolah menghilang sebab mengikuti instruksi atau ketentuan dari komando.

Kemudian, dilihat dari antusias peserta didik dalam proses pembelajaran pun rendah ketika pembelajaran sedang berlangsung, ketika diminta untuk membaca, belajar, dan mengerjakan soal-soal latihan secara mandiri. Sehingga untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran, diperlukan adanya guru yang mampu menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan bagi peserta didik sehingga mudah dipahami dan bertahan lama dalam struktur kognitif peserta didik dan hasil belajar yang diperoleh pun maksimal.

Selanjutnya tentang harmonisasi hubungan guru, peserta didik, dan orang tua, tuntutan orang tua agar anak mendapat nilai yang memuaskan jika tidak diimbangi dengan pengertian dan bimbingan akan menjadi beban tersendiri. Diakui atau tidak, banyak orang tua yang kurang memperhatikan perkembangan dan kesulitan belajar anaknya di sekolah. Mereka tidak mau tahu perkembangan anak-anaknya, yang penting nilai anak bagus, mereka menyerahkan sepenuhnya kemajuan belajar anaknya kepada sekolah. apalagi orang tua yang sangat sibuk kemudian menyekolahkan anaknya ke sekolah favorit dengan biaya mahal, keadaan seperti ini disadari atau tidak telah membebani peserta didik dalam belajar.16

Pengaruh latar belakang sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar yang dimediasi oleh fasilitas belajar, yang mendasari pembelajaran berbasis online ini akan sangat memerlukan biaya yang cukup besar bagi orang tua dan peserta didik, karenanya terbambat oleh jaringan internet yang kurang memadai seperti

16Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, h. 112.

(22)

keberadaan sekolah di daerah terpencil, selanjutnya dari faktor biaya membeli paket data, fasilitas listrik yang kurang baik, tidak memiliki telepon genggam yang layak dipakai untuk tunjangan belajar peserta didik, dan yang terakhir kurangnya perhatian terhadap orang tua. Permasalahan ekonomi dalam keluarga akan sangat mengganggu kelancaran pendidikan bagi seorang anak. Banyak peserta didik yang terpaksa berhenti sekolah karena masalah biaya dan mereka harus mencari pekerjaan untuk membantu orang tua untuk memenuhi kebutuhan hidup, hal ini terjadi karena mereka tidak mampu membiayai sekolah.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tergerak untuk mengetahui lebih lanjut tentang hubungan antara teknologi informasi dengan pendidikan, apalagi di era saat ini terdapat media sosial yang sangat besar dan berpengaruh dalam peradaban manusia seperti, YouTube, WhatsApp dan Facebook, maka dalam hal ini penulis tertarik untuk mengambil judul tentang ”Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Teknologi Informasi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana media pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis teknologi informasi?

2. Bagaimana media sosial (Youtube, WhatsApp, dan Facebook) dapat dijadikan sebagai media pembelajaran Pendidikan Agama Islam?

3. Faktor apa yang menyebabkan kurangnya penggunaan teknologi informasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam?

C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

(23)

Fokus penelitian ini untuk menghindari terjadinya kekeliruan penafsiran pembaca terhadap variabel-variabel yang terkandung pada judul diberikan fokus untuk memperjelas variabel yang diteliti. Fokus penelitian dan deskripsi fokus dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

No. Fokus Penelitian Deskripsi Fokus

1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis teknologi informasi

Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang

memanfaatkan teknologi informasi

2. Media sosial sebagai media pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Media sosial (YouTube, WhatsApp dan

Facebook) yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran 3. Faktor yang menyebabkan kurangnya

penggunaan teknologi informasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Kecapakan pendidik dalam penggunaan teknologi informasi D. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang telah dituliskan di atas, maka penelitian ini

(24)

bertujuan:

a) Untuk mendeskripsikan pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis teknologi informasi.

b) Untuk mendeskripsikan media sosial (YouTube, WhatsApp, Facebook), dapat dijadikan sebagai media pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

c) Untuk mendeskripsikan faktor yang menyebabkan kurangnya penggunaan teknologi informasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

2. Manfaat Penelitian a) Secara teoretis

Diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan dan pengetahuan bagi seluruh civitas academica, memajukan kemajuan teknologi informasi di lingkungan pendidikan, meningkatkan hasil belajar melalui internet, dan memajukan dunia pendidikan.

b) Secara praktis

1. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan penulis dan dapat dijadikan sebagai sebuah rujukan yang lebih konkret apabila nantinya berkecimpung dalam dunia pendidikan.

2. Bagi lembaga UIN Alauddin Makassar sebagai dokumen yang dapat dijadikan sumbangan pemikiran dalam rangka meningkatkan kualitas calon pendidik khususnya untuk Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar.

3. Bagi pembaca umumnya, dapat dimanfaatkan untuk menambah wawasan tentang media pembelajaran PAI berbasis teknologi informasi.

E. Kajian Pustaka

(25)

Berdasarkan hasil penelusuran kajian pustaka yang dilakukan oleh penyusun, maka ditemukan beberapa hasil penelitian yang relevan dengan judul ini.hasil penelitian yang dimaksud.

1. Penelitian yang dilakukan oleh M. Husaini tahun 2014 IAIN Raden Intan Lampung, dengan skripsi berjudul Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Bidang Pendidikan (E-Education), dalam penelitiannya, peneliti menjelaskan tentang perkembangan teknologi informasi memberikan kemudahan berkomunikasi tukar informasi sehingga tempat, waktu dan jarak tidak lagi menjadi kendala.17 Perkembangan teknologi informasi yang sedemikian pesat tak lepas dari perkembangan teknologi komputer.

Kemajuan bidang komputer dan teknologi informasi ini juga memberikan dampak positif pada bidang pendidikan. Aplikasi bidang teknologi komputer dan teknologi informatika yang paling berpengaruh pada bidang pendidikan adalah pemakaian jaringan komputer dan internet. Persamaan penelitian ini dengan yang peneliti lakukan adalah sama-sama membahas tentang pembelajaran berbasis teknologi informasi, dan perbedaannya adalah penelitian ini membahas pemanfaatan teknologi informasi dalam bidang pendidikan (e-education), sedangkan peneliti membahas tentang Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Teknologi Informasi.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Yohannes Maryono Jamun, tahun 2018 Program Studi PGSD STKIP Santu Paulus, dengan skripsi berjudul: Dampak Teknologi terhadap Pendidikan. Dalam penelitiannya, peneliti menjelaskan tentang teknologi pembelajaran terus mengalami perkembangan seiring

17 M. Husaini, “Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Bidang Pendidikan (E-Education).”

(Skripsi 2014)

(26)

dengan perkembangan zaman.18 Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari kita sering jumpai adanya pemanfaatan dari perkembangan teknologi dalam dunia pendidikan, seperti yang sering dilakukan oleh guru atau dosen yaitu mengombinasikan alat teknologi dalam proses pembelajaran. Namun demikian, teknologi itu tidak hanya mendatangkan manfaat positif, melainkan juga akan dapat mendatangkan dampak negatif, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak positif dengan semakin terbuka dan tersebarnya informasi dan pengetahuan dari dan ke seluruh dunia menembus batas ruang dan waktu. Persamaan penelitian ini dengan yang peneliti lakukan adalah sama-sama membahas tentang pembelajaran berbasis teknologi informasi, dan perbedaannya adalah penelitian ini membahas dampak teknologi terhadap pendidikan, sedangkan peneliti membahas tentang media pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis teknologi informasi.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Oktaviani, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro 1440 H/2019 M, dengan skripsi berjudul Pengaruh Media Sosial terhadap Gaya Hidup Mahasiswa IAIN Metro. Dalam penelitiannya menjelaskan tentang untuk mengetahui dan mendeskripsikan pengaruh media sosial terhadap gaya hidup mahasiswa IAIN Metro. Metode penelitian yang peneliti gunakan adalah jenis penelitian lapangan (field research), bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data yang peneliti gunakan adalah sumber data primer, dan sumber data sekunder. Sumber data primer diperoleh dari Mahasiswa IAIN Metro. Sumber data sekunder diperoleh dari buku- buku,

18Yohannes Maryono, “Dampak Teknologi terhadap Pendidikan.” (Skripsi 2018)

(27)

internet dan kepustakaan lainnya. Metode pengumpulan data, peneliti menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Metode analisis data peneliti adalah reduksi data, menyajikan data, menyimpulkan data, dan verifikasi.19 Persamaan penelitian ini dengan yang peneliti lakukan adalah sama-sama membahas tentang kegunaan media sosial sebagai media pembelajaran, dan perbedaannya adalah penelitian ini membahas tentang pengaruh media sosial terhadap gaya hidup mahasiswa IAIN Metro, sedangkan peneliti membahas tentang media pembelajaran pendidikan agama Islam berbasis teknologi informasi.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Adriyanto DJ. Kasiaty, Universitas Negeri Gorontalo tahun 2018, dengan judul skripsi, Penerapan Teknologi Informasi dalam Proses Pembelajaran di SMK Negeri 1 Kota Gorontalo. Dalam penelitiannya menjelaskan tentang Penerapan e-learning dalam peningkatan mutu pembelajaran di SMK Negeri 1 Kota Gorontalo berada pada kategori baik 82.21%. Penerapan e-library dalam peningkatan mutu pembelajaran di SMK Negeri 1 Kota Gorontalo berada pada kategori baik 81.00 %.

Penerapan web-blog dalam peningkatan mutu pembelajaran di SMK Negeri 1 Kota Gorontalo berada pada kategori cukup baik 78.63 %.20 Persamaan penelitian ini dengan yang peneliti lakukan sama-sama membahas penerapan teknologi informasi dalam pembelajaran di kelas. Sedangkan perbedaannya terletak pada fitur media teknologi yang digunakan. Peneliti lebih ke media sosial YouTube, WhatsApp dan Facebook.

19Dewi Oktaviani, “Pengaruh Media Sosial terhadap Gaya Hidup Mahasiswa IAIN Metro.”

(Skripsi 2019)

20 Adriyanto DJ. Kasiaty. “Penerapan Teknologi Informasi dalam Proses Pembelajaran di SMK Negeri 1 Kota Gorontalo.” (Skripsi 2018)

(28)

5. Penelitian yang dilakukan oleh Alfian, UIN Alauddin Makassar tahun 2018, dengan judul penelitian Pengaruh Media Sosial terhadap Akhlak Karimah Peserta Didik di SMA Negeri 1 Polewali Mandar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh media sosial dalam membentuk akhlak karimah peserta didik di SMA Negeri 1 Polewali Mandar.21 Persamaan penelitian ini dengan yang peneliti lakukan yaitu sama-sama membahasas tentang media sosial. Perbedaannya penelitian ini lebih ke dampak atau pengaruh ke karakter atau akhlak karimah dari penggunaan media sosial. Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan penggunaan media sosial dalam kegiatan belajar mengajar atau proses pembelajaran.

Berdasarkan kajian penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang akan dilakukan oleh penulis memiliki perbedaan dengan hasil penelitian diatas.

Penelitian ini lebih banyak menyinggung tentang media pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis teknologi informasi.

21 Alfian, “Pengaruh Media Sosial terhadap Akhlak Karimah Peserta Didik di SMA Negeri 1 Polewali Mandar” (Skripsi 2018)

(29)

14 BAB II

TINJAUAN TEORETIS A. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata pendidikan berasal dari kata dasar didik yang artinya memelihara dan memberi latihan (ajaran).

Pendidikan sebagai kata benda berarti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.

Sedangkan menurut Rechey dalam bukunya Planning for Teaching, an Introduction, mengutip dari Abdullah Syahid menyatakan pengertian pendidikan sebagai berikut: Istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga masyarakat yang baru (generasi muda) bagi penuaian kewajiban dan tanggung jawabnya di dalam masyarakat. Adapun definisi Pendidikan Agama Islam menurut pendapat beberapa pakar adalah sebagai berikut:

Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani mengutip dari Abdullah Syahid dalam buku Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi bahwa Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. Dalam hal ini, pendidikan agama Islam merupakan suatu aktivitas yang disengaja untuk membimbing manusia dalam memahami dan menghayati

(30)

ajaran agama Islam serta dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain.1

Menurut Zakiyah Daradjat yang ditulis oleh Abdul Majid dan Dian Andayani mengkutip Abdullah Syahid, bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Di sini, pendidikan Agama Islam tidak hanya bertugas menyiapkan peserta didik dalam rangka memahami dan menghayati ajaran Islam namun sekaligus menjadikan Islam sebagai pedoman hidup.2

Jadi pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan guru dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk menyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam a) Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan artinya sesuatu yang dituju, yaitu yang akan dicapai dengan usaha atau kegiatan. Dalam bahasa Arab dinyatakan dengan gha>yat atau maqa>sid.

Sedangkan dalam bahasa Inggris, istilah tujuan dinyatakan dengan goal, purpose, atau objektive, suatu kegiatan akan berakhir, bila tujuannya sudah tercapai. Kalau tujuan tersebut bukan tujuan akhir, kegiatan selanjutnya akan segera dimulai untuk

1Elihami dan Syahid Abdullah, “Penerapan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Karakter Pribadi yang Islami”, Jurnal Pendidikan, Vol. 2 (2018).

2Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h.130.

(31)

mencapai tujuan selanjutnya dan terus begitu sampai kepada tujuan akhir.

Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.

Penekanan terpenting dari ajaran agama Islam pada dasarnya adalah hubungan antar sesama manusia yang sarat dengan nilai-nilai yang berkaitan dengan moralitas sosial itu. Sejalan dengan hal ini, arah pelajaran etika di dalam al-Qur’an dan serta tegas didalam hadits nabi mengenai diutusnya nabi adalah untuk memperbaiki moralitas bangsa Arab pada saat itu.

Oleh karena itu, berbicara agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi peserta didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat kelak.

Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan, pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Tujuan pendidikan merupakan hal yang dominan dalam pendidikan, rasanya penulis perlu mengutip ungkapan Breiter,

(32)

bahwa pendidikan adalah persoalan tujuan dan fokus. Mendidik anak berarti bertindak dengan tujuan untuk mempengaruhi perkembangan anak sebagai seseorang secara utuh.3

b) Fungsi Pendidikan Agama Islam

Sebagai suatu subjek pelajaran, Pendidikan Agama Islam mempunyai fungsi berbeda dengan subjek pelajaran yang lain. Ia dapat memiliki fungsi yang bermacam-macam, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai masing-masing lembaga pendidikan. Namun secara umum, Abdul Majid mengemukakan bahwa kurikulum Pendidikan Agama Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut:

1) Pengembangan, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah swt. yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

2) Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

3) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.

4) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan- kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

5) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia seutuhnya.

6) Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum, sistem dan

3Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, h.136.

(33)

fungsionalnya.

7) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.4 3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Secara umum, sebagaimana tujuan Pendidikan Agama Islam di atas, maka dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak dituju oleh kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yaitu:

a) Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam

b) Dimensi pemahaman atau penalaran intelektual serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam.

c) Dimensi penghayatan dan pengalaman batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan agama Islam.

d) Dimensi pengalaman, dalam arti bagaimana Pendidikan Agama Islam yang telah diimani, dipahami dan dihayati oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk pengalaman ajaran agama dan nilai-nilai dalam kehidupan pribadinya serta merealisasikan dalam kehidupan bermasyarakat, bangsa dan bernegara.

Sedang menurut Hasbi Ash-Shidiqi meliputi:

1) Tarbiyah jasmaniah, 2) tarbiyah aqliyah, dan 3) tarbiyah adabiyah.5

4Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, h.134.

5Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, h.138.

(34)

Dengan demikian, arti Pendidikan Agama Islam dan ruang lingkupnya di atas menjelaskan bahwa dengan pendidikan Islam berusaha untuk membentuk manusia yang berkepribadian kuat dan baik (Akhla>kul Kari>mah) berdasarkan pada ajaran agama Islam. Oleh karena itu, pendidikan Islam sangat penting sebab dengan pendidikan Islam, orang tua, atau guru sebisa mungkin mengarahkan anak untuk membentuk kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam.

B. Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Gerlach dan Ely sebagaimana dikutip dalam Azhar Arsyad, mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat- alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.6

Gagne mengutip pengertian media sebagaimana yang dikemukakan menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik yang dapat merangsangnya untuk belajar. Heinich dan kawan-kawan mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantarkan informasi- informasi antara sumber dan penerima. Jadi televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah

6Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2002), h. 1

(35)

media komunikasi.

Menurut Gerlach, secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Jadi dalam pengertian ini media bukan hanya perantara seperti TV, radio, slide, bahan cetakan, tetapi meliputi orang atau manusia sebagai sumber belajar atau kegiatan semacam diskusi, seminar, karyawisata, simulasi, dan lain sebagainya yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, mengubah sikap peserta didik, atau untuk menambah keterampilan.

Sejalan dengan pendapat di atas, Profesor Ely seperti yang dikutip Arief S.

Sadiman dalam kuliahnya di Fakultas Pasca Sarjana Malang tahun mengatakan bahwa pemilihan media seyogyanya tidak terlepas dari konteksnya bahwasanya media merupakan komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan. Karena itu, meskipun tujuan dan isinya sudah diketahui, faktor-faktor lain seperti karakteristik peserta didik, strategi belajar-mengajar, organisasi kelompok belajar, alokasi waktu dan sumber, serta prosedur penilaiannya juga perlu dipertimbangkan.

Dalam hubungan ini Dic dan Carey menyebutkan bahwa di samping kesesuaian dengan perilaku belajarnya, setidaknya masih ada empat faktor lagi yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu:

a) ketersediaan sumber setempat. Artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber- sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri.

b) Apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada dana, tenaga dan fasilitasnya.

c) Faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media yang

(36)

bersangkutan untuk waktu yang lama. Artinya bisa digunakan di manapun dengan peralatan yang ada di sekitarnya dan kapanpun serta mudah dijinjing dan dipindahkan.7

Yusuf Hadi Miarso mengutip dari Rohani, bahwa hal pertama yang harus dilakukan guru dalam penggunaan media secara efektif adalah mencari, menemukan, dan memilih media yang memenuhi kebutuhan belajar anak, menarik minat anak, sesuai dengan perkembangan kematangan dan pengalamannya serta karakteristik khusus yang ada pada kelompok belajarnya. Karakteristik ini antara lain adalah kematangan anak dan latar belakang pengalamannya serta kondisi mental yang berhubungan dengan usia perkembangannya.8

Rudy Bretz Mengutip dari Rohani, mengklasifikasi media menurut ciri utama media menjadi tiga unsur, yaitu suara, visual, dan gerak. Selanjutnya, klasifikasi tersebut dikembangkan menjadi tujuh kelompok, yaitu:

a) Media audiovisual gerak; merupakan media paling lengkap karena menggunakan media yang bersifat dapat didengar dan dilihat serta bergerak.

b) Media audiovisual diam; memiliki kemampuan audiovisual tanpa kemampuan gerak.

c) Media audio semi gerak; menampilkan suara dengan disertai gerakan titik secara linear dan tidak dapat menampilkan gambar nyata secara utuh.

d) Media visual gerak; memiliki kemampuan visual dan gerakan tanpa disertai suara.

7Rohani, Media Pembelajaran (Deli Serdang: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2019), h. 26.

8Rohani, Media Pembelajaran (Deli Serdang: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2019), h. 30.

(37)

e) Media visual diam; memiliki kemampuan menyampaikan informasi secara visual tetapi tidak menampilkan suara maupun gerak.

f) Media audio; media yang hanya memanipulasi kemampuan mengeluarkan suara saja.

g) Media cetak; media yang hanya mampu menampilkan informasi berupa huruf- huruf dan simbol-simbol verbal tertentu saja.9

Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan di atas dapat dipahami bahwa; Pertama, para ahli membatasi pengertian media, orang, bahan, teknologi, sarana, alat, dan saluran atau berupa kegiatan yang dirancang untuk terjadinya proses belajar. Kedua, para ahli membatasi pengertian media dengan pesan atau informasi yang dibawa atau disampaikan melalui perangkat (hardware) sebagaimana tersebut di atas. Ketiga, bahwa pesan yang dibawa diperuntukkan sebagai perangsang terjadinya proses belajar (bahan ajar).

2. Pengertian Pembelajaran

Menurut Abdul Majid mengutip dari Taufik Nur Aziz, Pembelajaran atau ungkapan yang lebih dikenal sebelumnya pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan peserta didik. Pembelajaran pada dasarnya rekayasa untuk membantu peserta didik agar dapat tumbuh kembang sesuai dengan maksud penciptaanya. Misalnya dalam pembelajaran di sekolah khususnya pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.10

Winkel mengutip dari Eveline Siregar dan Hartini Nara, bahwa Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar

9Rohani, Media Pembelajaran (Deli Serdang: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2019), h. 31.

10Taufik Nur Aziz, Pengunaan Media Pembelajaran (ICT) dalam Pembelajaran PAI, h. 205.

(38)

peserta didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami peserta didik.

Sementara Gegne mendefinisikan pembelajaran sebagai pengaturan peristiwa secara seksama dengan maksud agar terjadi belajar. Dalam pengertian lainnya, winkel mendefinisikan pembelajaran sebagai pengaturan dan penciptaan kondisi-kondisi ekstern sedemikian rupa, sehingga menunjang proses belajar siswa dan tidak menghambatnya.

Dari beberapa pengertian pembelajaran yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan beberapa ciri pembelajaran sebagai berikut:

a) Merupakan upaya sadar dan disengaja.

b) Pembelajaran harus membuat peserta didik belajar.

c) Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan.

d) Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses, maupun hasilnya.11

Aktifitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah/madrasah yang syarat dengan muatan nilai kehidupan islami, perlu diupayakan melalui perencanaan pembelajaran yang baik, agar dapat mempengaruhi pilihan, putusan dan pengembangan kehidupan peserta didik. Upaya membelajarkan peserta didik dapat dirancang tidak hanya dalam berinteraksi dengan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, melainkan berinteraksi dengan dengan menggunakan sumber belajar yang mungkin dapat dipakai untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.12

Menurut aliran behavioristik pembelajaran adalah usaha guru membentuk

11Siregar Eveline dan Nara Hartini, Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 12.

12Taufik Nur Aziz, Pengunaan Media Pembelajaran (ICT) dalam Pembelajaran PAI, h. 210.

(39)

tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus. Aliran kognitif mendefinisikan pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berfikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari. Adapun humanistik mendeskripsikan pembelajaran sebagai memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih bahan pelajaran dan cara me mpelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya. Salah satu sasaran pembelajaran adalah membangun gagasan saintifik setelah peserta didik berinteraksi dengan lingkungan, peristiwa, dan informasi dari sekitarnya. Pada dasarnya, semua peserta didik memiliki gagasan atau pengetahun awal yang sudah terbangun dalam wujud skema. Dari pengetahuan awal dan pengalaman yang ada, peserta didik menggunakan informasi yang berasal dari lingkungannya dalam rangka mengonstruksi interpretasi pribadi serta makna-maknanya.13

Sedangkan kutipan dari Alfauzan Amin bahwa pembelajaran darinya proses, cara, pembuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, yang mana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.14

3. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Media dapat diartikan perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach dan Ely mengatakan bahwa media jika dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang

13Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, h. 23.

14Alfauzan Amin, Model Pembelajaran Agama Islam di Sekolah (Yogyakarta: Samudra Biru, 2018), h. 41.

(40)

membangun kondisi yang membuat peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. dalam hal ini, pendidik, buku dan lingkungan sekolah bisa termasuk media. Namun secara lebih khusus pengertian media dalam proses pembelajaran cenderung oleh Suprapto bahwa media pembelajaran sebagai alat yang sangat efektif dalam membantu pendidik untuk mencapai tujuan yang diinginkan.15 Oemar Hamalik mengutip bahwa media pembelajaran adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan peserta didik dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.

Dalam penelitian kali ini peneliti lebih cenderung menggunakan definisi media pembelajaran dari Oemar Hamalik dengan alasan bahwa cakupannya lebih luas, tidak hanya dibatasi sebagai alat tetapi juga teknik dan metode sehingga dapat mencakup definisi dari para ahli pendidikan lainnya.16

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya- upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar, dan tidak menutup kemungkinan bahwa media harus disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Karena dukungan media yang tepat, tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik pula. Oleh karena itu, sebuah media pembelajaran akan mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara lengkap dan tepat sasaran, serta mempengaruhi hasil akhir dari proses pembelajaran tersebut. Pada zaman Nabi saw. sudah dikenal kegiatan belajar mengajar, sehingga kalau dilihat kembali pada zaman Nabi saw. sebenarnya media pembelajaran itu sendiri sudah ada dan sudah diaplikasikan oleh Rasulullah saw. Beliau dalam

15Moh. Zaiful Rosyid, dkk., Ragam Media Pembelajaran (Batu: Literasi Nusantara, 2019), h.3.

16Oemar Hamalik, Media Pendidikan (Bandung: Citra Aditya, 1989), h. 12.

(41)

mengajarkan ilmu pengetahuan kepada sahabat-sahabatnya tidak lepas dari adanya media sebagai sarana penyampaian materi ajaran agama Islam.17

Menurut Umi Rosyidah mengkutip dari M. Ramli, Media pembelajaran memiliki tiga peranan, yaitu peran sebagai penarik perhatian (intentional role), peran komunikasi (communication role), dan peran ingatan/penyimpanan (retention role). Media pembelajaran merupakan wahana penyalur atau wadah pesan pembelajaran. Media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Di samping dapat menarik perhatian peserta didik, media pembelajaran juga dapat menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam setiap mata pelajaran. Dalam penerapan pembelajaran di sekolah, guru dapat menciptakan suasana belajar yang menarik perhatian dengan memanfaatkan media pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan variatif, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan proses dan berorientasi pada prestasi belajar.

Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, guru perlu dilandasi langkah-langkah dengan sumber ajaran agama, sesuai firman Allah swt. dalam QS al-Nahl/16: 44.

َن ْوُرَّكَفَتَي ْمُهَّلَعَل َو ْمِهْيَلِإ َلِّزُن اَم ِساَّنلِل َنِّيَبُتِل َرْكِّذلا َكْيَلِإ اَنْلَزْنَأ َو

Terjemahnya:

kami turunkan kepadamu Al-Qur’an, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.18

Dengan demikian dalam masalah penerapan media pembelajaran, pendidik harus memperhatikan perkembangan jiwa keagamaan peserta didik, karena faktor

17M. Ramli “Media Pembelajaran dalam Perspektif Al-Qur’an dan Al-Hadits”, Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan, Vol. 13 no 23 (2015).

18Kementerian Agama RI, Terjemah Tafsir Perkata (Cet. I; Bandung: CV Insan Kamil, 2011), h. 272.

(42)

inilah yang justru menjadi media pembelajaran. tanpa memperhatikan serta memahami perkembangan jiwa anak atau tingkat daya pikir peserta didik, guna akan sulit diharapkan untuk dapat mencapai sukses.19

Metode pembelajaran yang ditetapkan guru memungkinkan peserta didik banyak belajar proses (learning by process), bukan hanya belajar produk (learning by product). Belajar produk pada umumnya hanya menekankan pada segi kongnitif, sedangkan belajar proses dapat memungkinkan tercapainya tujuan belajar dari segi kongnitif, afektif (sikap) maupun psikomotor (keterampilan). Gaaktif dan Riggs, dalam hal ini melihat pentingnya proses belajar peserta didik secara aktif dalam pembelajaran. Proses pembelajaran menurut guru dalam merancang berbagai metode pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran pada diri peserta didik. Kearifan dalam pembelajaran tercermin dari kegiatan, baik yang dilakukan guru maupun peserta didik dengan menggunakan ciri-ciri berikut:

a) Adanya keterlibatan peserta didik dalam menyusun atau membuat perencanaan, proses pembelajaran, dan evaluasi.

b) Adanya keterampilan intelektual-emosional peserta didik, baik melalui kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat, dan pembentukan sikap.

c) Adanya keikutsertaan peserta didik secara kreatif dalam menciptakan situasi yang cocok untuk berlangsungnya proses pembelajaran.

d) Guru bertindak sebagai fasilitator (pemberi kemudahan) dan koordinator kegiatan belajar peserta didik, bukan sebagai pengajar.

e) Biasanya menggunakan berbagai metode, media, dan alat secara bervariasi.20

19M. Ramli “Media Pembelajaran dalam Perspektif Al-Qur’an dan Al-Hadits”, Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan, Vol. 13 no 23 (2015).

20Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, h. 81.

(43)

Menurut Gegne dan Brings yang dikutip oleh Muhammad Yaumi, mendefinisikan pengertian dari media pembelajaran bahwa sebenarnya penyebutan media pembelajaran tidak memiliki makna yang standar. Kadang-kadang media merujuk pada istilah-istilah seperti Sensory Mode, Channel of Communication, dan Type of Stimulus. Beberapa istilah yang berkenaan dengan media pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Sensory Mode: alat indera yang didorong oleh pesan-pesan pembelajaran (mata, telinga, dan sebagainya).

b) Channel of Communication: atau indera yang digunakan dalam suatu komunikasi (visual, auditori, alat peraba, kinestetik, alat penciuman dan sebagainya).

c) Type of Stimulus: peralatan tapi bukan mekanisme komunikasi, yaitu kata-kata lisan (suara asli atau rekaman), penyajian kata (yang ditulis dalam buku atau yang masih tertulis di papan tulisan), gambar bergerak (video atau film.21

Marshall McLuhan, dalam Oemar Hamalik, berpendapat bahwa media adalah suatu ekstensi manusia yang memungkinkannya mempengaruhi orang lain yang tidak mengadakan kontak langsung dengan dia. Sesuai dengan rumusan ini, media komunikasi mencakup surat-surat, televisi, film dan telepon, bahwa jalan raya dan jalan kereta api merupakan media yang memungkinkan seseorang berkomunikasi dengan orang lain. Muhaimin mengutip EACT sebagaimana pendapatnya ialah bahwa sumber belajar dapat berupa pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar atau lingkungan. Berdasarkan uraian diatas, bahwa pemanfaatan

21Muhammad Yaumi, Media dan Teknologi Pembelajaran (Jakarta: Prenadamedia Grup, 2018), h. 7.

Referensi

Dokumen terkait

Pada terorisme, seragnan yang ditujukan target adalah yang dapat dijadikan simbol (target antara) misalnya turis asing atau pejabat negara, atau perwakilan negara asing

a. Pada indikator mengondisikan siswa agar siap mengikuti kegiatan pembelajaran, guru harus mengatur ketertiban siswa saat memasuki ruang kelas sehingga siswa

Sesuai dengan hasil perhitungan prosentase di atas dapat disimpulkan bahwa aktifitas belajar siswa di kelas kontrol pada materi agama Islam di SMA Al-Bakriyah Lomaer Blega

Dalam sistem pneumatik udara mampat yang dimasukan kedalam silinder harus dapat dikeluarkan kembali untuk dapat mengembalikan pada kedudukan semula. Untuk itu dalam sistem pneumatik

Disini dialog harus menyertakan semua pihak yang terlibat dalam konflik untuk megekplorasi perasaan mereka mengenai konflik dan pandangan mereka terhadap pihak yang

Sangiang Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka. Dampak-dampak yang ditimbulkan dari pernikahan dini di Desa Sangiang. Pola asuh yang diterapkan oleh pasangan pernikahan dini

Jika pernah, mengapa anda merubah mengkonsumsi jenis kopi bubuk biasa menjadi jenis kopi instan yang sekarang6. Sejak kapan anda mengganti minuman kopi bubuk biasa menjadi kopi

Peningkatan jumlah total hemosit udang windu pada hari ke-14 menunjukkan bahwa ekstrak kunyit putih yang diaplikasikan ke pakan memiliki kemampuan sebagai