• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hukum International terhadap Ti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Hukum International terhadap Ti"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Hukum International terhadap Tindakan Teror dari

ISIS di Afghanistan

Khoiril Huda

khoirilhudaws@students.unnes.ac.id

Abstrak

ISIS((Islamic State of Iraq and Syria) dideklarasikan oleh sekelompok orang yang mengklaim secara sepihak sebagai kekhalifahan Islam secara global segera mendapatkan reaksi dari berbagai pihak, ada yang menolak dan ada pula yang mendukungnya, ada yang menganggapnya sebagai ancaman dan ada pula yang menganggapnya sebagai harapan. Pihak yang menolak menganggapnya sebagai ancaman berasal dari sebagian besar umat Islam, termasuk para ulama dan pemimpin dunia Islam. Sedangkan pihak yang mendukung dan menganggapnya sebagai harapan berasal dari segelintir orang yang sejak awal telah mempunyai cita-cita untuk mendirikan kekhalifahan Islam secara global walaupun dengan menggunakan pendekatan kekerasan. Pihak yang menolak munculnya ISIS berasal dari komponen umat islam. Meskipun banyak umat islam yang mewacanakan pentignya khilafah islamiyah, namun mereka masuk kedalam barisan pihak yang menolak pendeklarasian ISIS. Alasan muslim geram dengan ISIS adalah cara yang digunakan kelompok ini jauh sekali dari ajaran Islam. Kelompok ISIS memakai cara yang mengedepankan kekerasan, ketidaktoleranan, dan sikap yang tidak beradab. Cita-cita dari ISIS dianggap tidak realistis oleh pihak ulama dan pemimpin Islam. Banyak negara Islam menyatakan untuk melakukan penguatan negaranya masing-masing, seperti umat muslim di Indonesia. Sedangkan, pihak yang mendukung adanya pendeklarasian ISIS adalah hanya sebagian orang dari negara-negara yang terkadang pengetahuan tentang islamnya masih kurang. Mereka berjumlah beberapa orang saja, tapi karena militansi dan sikapnya yang radikal mengharuskan agar tetap diwaspadai keberadaan dan aktifitasnya. Secara identifikasi, kelompok yang mendukung memiliki karakter yang hampir sama, yakni kecenderungan mempunyai pemahaman Islam dan ajaran agama yang kurang pas. Kelompok orang ini banyak yang mengarah kepada kelompok radikal bagi suatu negara.

Kata kunci: ISIS, Radikal, Kekerasan, Kejahatan Terorisme.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Kasus

(2)

Faktor anti barat menjadi akar yang kuat dalam mendorong lahirnya sikap radikal. Radikalisme agama yang tidak jarang kemudian melahirkan aktifitas kekerasan dan terorisme pada umumnya merupakan respons dan perlawanan terhadap kebijakan Amerika dan sekutunya terhadap kezaliman yang terjadi di negara-negara Islam. Kebijakan “perang melawan terorisme” yang selama ini digaungkan oleh Amerika dan sekutunya menimbulkan segregasi yang sangat nyata: siapa yang mendukung kebijakan tersebut merupakan sekutu bagi Amerika, sedangkan yang menolaknya dianggap sebagai musuh. Dengan kebijakan tersebut Amerika dan sekutunya memburu orang-orang yang dianggap sebagai teroris, bukan saja di negara mereka tapi juga di negara lain. Justifikasi terhadap apa yang kelompok ini lakukan, yaitu dengan mengatasnamakan jihad, tidak disetujui oleh para ulama. Kelompok ini memahami jihad hanya dengan arti perang (qital).

Menurut para ulama, jihad juga mempunyai makna lain, misalnya upaya sungguh-sungguh dalam melakukan perbaikan. Menurut para ulama, jihad selain mempunyai makna qital (perang), juga mempunyai makna ishlah (perbaikan). Salah satu penyebab terjadinya distorsi dalam memahami agama adalah pemahaman terhadap dalil al-Quran dan Hadis hanya secara harfiyah atau literer. Pemahaman terhadap dalil al-Quran dan Hadis hanya dengan Hadis (manthuq an-nash) ataupun dengan cara menggali lebih dalam makna tersebunyi dari dalil al-Quran dan Hadis (mafhum an-nash).

Pemahaman agama yang hanya didasarkan pada manthuq an-nash saja akan menimbulkan kekakuan dalam beragama. Karena agama Islam diturunkan oleh Allah subhanahu wata’ala sebagai agama terakhir, sehingga apapun peristiwa dan permasalahan yang muncul seiring dengan perkembangan zaman dapat dicarikan jawabannya dalam agama. Nash keagamaan (nushush syar’iyah) terbatas pada ayat quraniyah dan sunnah nabawiyah sedangkan permasalahan akan senantiasa muncul seiring dengan perkembangan zaman. Sehingga apabila pemahaman agama didasarkan hanya pada munthuq an-nash saja maka boleh jadi agama tidak akan bisa menjawab permasalahan yang muncul, karena tidak semuanya termaktub secara jelas di dalam nash. Suatu hal yang tidak mungkin menjawab semua persoalan yang muncul hanya terpaku dengan manthuq an-nash, karena nash sifatnya sangat terbatas sedangkan persoalan yang terjadi terus berkembang.

Menurut Mark Juergensmeyer, terorisme berasal dari bahasa Latin, “Terrere” yang berarti menimbulkan rasa geetar dan rasa cemas. Dalam bahasa Inggris “to terrorize” berarti menakut-nakuti. Terrorist berarti teroris, pelaku kejahatannya. Terrorism berarti membuat ketakutan atau kecemasan.1

Setelah munculnya ISIS, implikasi yang terjadi adalah Indonesia dan negara-negara muslim lainnya mengupayakan untuk melaksanakan counter terorism.2 Respon publik terhadap kekuasaan-ketakutan sebagai akibat yang ditimbulkan oleh terorisme merupakan bagian dari makna istilah tersebut, itulah defenisi aksi teroris yang kemudian diberikan oleh “kita”- mereka yang

1 Muhammad Nur Islami, 2017, Terorisme Sebuah Upaya Perlawanan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm.2.

2 Emil Mahyudin, “TANTANGAN INTELIJEN DALAM KONTRA-TERORISME DI INDONESIA: SUATU

(3)

menyaksikannya, orang-orang yang menjadi sasaran teror dan tidak oleh golongan yang mendukung aksi tersebut. Itulah kita atau lebih sering agen-agen publik kita, media massa-yang memberi label pada aksi-aksi kekerasan sebagai terorisme. Itulah aksi-aksi perusakan publik, dilakukan tanpa sebuah alasan militer, yang menebarkan ketakutan secara luas.3

Terorisme sesungguhnya adalah bagian dari perang. Seberapa buruk pun itu, perang adalah bagian dari peradaban manusia. Perang merupakan upaya terakhir manusia untuk mempertahankan hidup mereka melalui tindakan kekerasan secara massal yang melibatkan kekuatan militer dalam jumlah tertentu. Terorisme mempunyai karakteristik utama, yaitu penggunaan kekerasan yang meliputi pembajakan, penculikan, bom bunuh diri, dan lain sebagainya (Winarno, 2011:171). Menurut Konvensi PBB 1973 disebutkan bahwa terorisme adalah segala bentuk tindak kejahatan yang ditujukan langsung kepada negara dengan maskud menciptakan bentuk teror terhadap orang orang tertentu atau keolmpok orang atau masyarakat luas.4

Kronologi Kasus

ISIS muncul dengan semangat yang sama, resistensi terhadap kolonialisme Barat. Hal itu tidak terlepas dari pemahaman bahwa Islam pernah mengalami masa-masa kejayaan, zaman klasik Islam (650-1250/8 M.) Tetapi kini kejayaan itu hanyalah kenangan dan bagian dari sejarah, semuanya berawal karena direbut oleh Barat melalui penghancuran Baghdad dan perpustakaannya. Inilah awal kehancuran peradaban Islam. Kini pada abad ke-21, mereka menyadari bahwa dunia Islam sudah semakin jauh tertinggal dari Barat yang dulu merebut dan menghancurkan kejayaannya. Kini mereka sadar bahwa dunia Islam telah terjajah karena ketertinggalannya, terutama dalam hal keilmuan. Kini mereka tidak melihat ada inisiatif dari pemerintah (Indonesia) untuk mengejar ketertinggalan itu serta merebut kembali kejayaan yang pernah dimiliki. Itulah yang menyuburkan doktrin ‘kebenciannya’ yang tersebar dari hati ke hati anggota kelompoknya, sehingga meskipun negara berhasil membunuh Nurdin M. Top, Imam Samudra, serta berhasil menangkap Abu Bakar Baasyir, tetapi doktrin kebencian yang sudah terlanjur tersebar dari hati ke hati tidak mampu lagi dibendung. Inilah yang dikatakan oleh Malala Yousafzai bahwa senjata hanya berhasil membunuh para teroris, tetapi tidak mampu membunuh pahamnya.5

Militan ISIS melakukan teror ke Ibu Kota Afghanistan. Tiga pria bersenjata menyamar sebagai dokter dan menyerang rumah sakit militer terbesar di negara itu. Pengeboman di Rumah Sakit Sardar Daud Khan itu menewaskan sedikitnya 38 orang dan melukai lebih dari 70 orang. Dalam waktu enam jam, tiga pejuang ISIS menjadikan rumah sakit di kawasan Wazir Akbar Khan itu sebagai medan tempur. Bersenjatakan AK-47 dan sejumlah bahan peledak, mereka menyerbu rumah sakit yang mampu menampung 400 pasien rawat inap itu. Suara bom dan tembakan peluru saling bersahut-sahutan selama kejadian berlangsung. Teror ISIS kali ini dimulai dengan ledakan bom bunuh diri. Seorang pria yang berjalan kaki meledakkan dirinya di dekat pintu masuk, lalu ada tiga pria berjas putih dokter melepaskan tembakan ke segala arah. Sasaran tembak tiga militan itu lantai 3.

3 Mark Juergensmeyer, 2002, Teror atas Nama Tuhan, Kebangkitan Global Kekerasan Agama,

Nizam Press, Jakarta, hlm. 5-6.

4 Muhammad Nur Islami, op.cit.,hlm.3.

(4)

Kemenhan Afghanistan melaporkan bahwa teror di rumah sakit militer itu berakhir menjelang tengah hari. Setelah kejadian itu, kantor berita Amaq yang menjadi corong ISIS mengakui serangan mematikan tersebut merupakan perbuatan mereka. Sebelumnya pemerintah sempat menuding Taliban sebagai dalang serangan. UU Terorisme sejauh ini hanya berhasil menangkap atau bahkan membunuh tokoh-tokoh dan pemimpin dari kelompok-kelompok yang didakwa teroris, tetapi UU tersebut gagal dalam menghilangkan semangat kebencian dan semangat perlawanan (teror.) Densus 88 berhasil membunuh Nurdin M. Top, Imam Samudra, dan memenjarakan Abu Bakar Baasyir, tetapi doktrin dan ajaran ‘terorisme’ tidak pernah bisa dipadamkan di Indonesia dan dunia Islam secara luas. Malala Yousafzai, peraih hadiah Nobel Perdamaian, mengatakan “With guns, you can kill terrorists, with education you can kill terrorism.”6

Upaya yang semakin menumbuhkan benih-benih kebencian dan semangat perlawanan. Negara seharusnya membaca dan menangkap bahwa terorisme memunyai doktrin ‘kebencian’: benci terhadap negaranya yang mayoritas Islam terbelakang, benci terhadap negara dan sumber daya alamnya dikuasai oleh pihakpihak asing, benci terhadap pemimpinpemimpinnya melakukan tindakan yang tidak terpuji, korupsi, main perempuan, dan lain-lain. Ali Fauzi Manzi, mantan teroris, mengatakan bahwa target teroris ada dua. Pertama adalah far enemy (musuh yang jauh.) Cara yang ditempuh oleh teroris dengan menyerang far enemy ini adalah dengan menyerang simbol-simbol yang berbau Barat. Kedua adalah near enemy (musuh yang dekat.) Yang masuk dalam kategori near enemy di sini adalah polisi dan tentara karena kedua mereka dianggap menghalangi gerakan jihad untuk menyerang far enemy atau bahkan bekerjasama.7

Rumusan Masalah

Untuk memperoleh analisa kasus Teror dari ISIS di Afghanistan ini, akan dimunculkan beberapa rumusan masalah, diantaranya:

1. Bagaimana bahaya terorisme bagi suatu negara?

2. Bagaimana terorisme dalam perspektif hukum internasional?

3. Bagaimana cara yang mungkin dilakukan untuk mengurangi adanya terorisme di dunia?

PEMBAHASAN

Bahaya Terorisme bagi Suatu Negara.

Menurut para ulama Arab (Syaikh Dr. Najih Ibrahim & Syaikh Ali Hasan al-Halaby radikalisme/ terorisme mengatasnamakan Islam disebabkan 2 faktor utama; I. Paham Takfiri (Pengkafiran) II. Paham exstrim thd Jihad. Organisasi Teroris : Basque Fatherland & Liberty (ETA) , Comunist Party of India (CPI) Maoist , Revolutionnary Armed Forces of Columbia (FARC) , Irish Republican Army (IRA) , Al Qaeda. Berikut ini Jaringan Al-Qaeda: Afganistan ( Taliban ), Aljazair ( Al Qaeda Islamic Maghreb / Aqim ), Arab Saudi ( AQAP ), China ( ETIM ), Ethiopia ( Eritrean Islamic Jihad Movement ), Filipina ( Abu Sayaf Group / ASG ), Libanon ( Asbet Al Anshar ), Nigeria ( Boko Haram ), Somalia ( Asyabab ), Irak ( ISIS/ISIL ), Suriah ( Jabaah Al – Nusrah ), Malaysia + Indonesia (Jamaah Islamiah) JI – JAT – NII – MIB – MIT.

Sikap Negara-Negara Arab Thdp Radikalisme & Terorisme:

6 Sebuah ungkapan sangat popular sehingga tidak perlu dilacak sumber rujukannya karena

seakan sudah menjadi milik umum dan bersama.

(5)

I. Kerajaan Arab Saudi : Grand Mufti/Ketua Dewan Ulama Senior – Syaikh Abdul Azis bin Abdullah, menegaskan; “Pemikiran radikalisme & terorisme sama sekali bukan dari Islam, bahkan merupakan musuh Islam nomor satu. Kelompok tsb sbg perpanjangan Khawarij yg merupakan kelompok pertama yg keluar dari Islam karena sikap mereka yg mengkafirkan kaum muslim lainnya”. Raja Abdullah (29/06/2014), menyatakan; “Kita tdk akan biarkan sekelomok kecil teroris mempergunakan Islam utk kepentingan sendiri utk menakut-nakuti umat muslim ISIS/IS, Al-Qaeda, IM adalah organisasi Terlarang”. II. Qatar : Menlu Qatar, Dr. Khalid bin Mohamad Al Attiyah, menyatakan; “Tidak mendukung Pok ekstrimist termasuk ISIS dlm bentuk apapun”. III. Lebanon : Memerangi ISIS & Al-Nusrah (AQ) ISIS berideologi takfiri. IV. Yordan & Mesir : Syaikh Ali Hasan al-Halaby (Yordan) & Syaikh Dr. Najih Ibrahim (Mesir); “Radikalisme & Terorisme seperti AQ & ISIS bukan Islam, mereka menganut paham takfiri & jihad exstrim”. ISIS lebih berbahaya dari AQ. V. Pakistan : Syaikh Dr. Muh. Tahir ul Qadri; “Radikalisme & Terorisme ialah khawarij yg menganut paham takfiri”.

Dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, Bab I ketentuan umum, Pasal 1 ayat 1, menyebutkan bahwa Tindak Pidana Terorisme adalah segala perbuatan yang memnuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini. Perbuatan yang masuk kedalam kategori Tindak Pidana Terorisme diatur dalam ketentuan Bab III, pasal 6,7, bahwa setiap orang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme, jika: Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional, dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun.8

Setiap orang yang secara melawan hukum memasukkan ke Indonesia, membuat, menerima, mencoba memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan, atau mengeluarkan ke dan/atau dari Indonesia sesuatu senjata api, amunisi, atau sesuatu bahan peledak dan bahan-bahan lainnya yang berbahaya dengan maksud untuk melakukan tindak pidana terorisme, dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun.9

Setiap orang yang merencanakan dan/atau menggerakkan orang lain untuk melakukan tindak pidana terorisme sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12 dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup.10 Radikalisme Islam

merupakan sebuah proses politik yang mengancam dunia baik Islam maupun non-Islam sebagai sebuah gerakan politik keagamaan. Radikalisme memang bukan fenomena Islam saja, tetapi fenomena global yang melanda dunia ketika dunia (khususnya dunia Islam) dianggap tidak sesuai dengan apa yang

8 Ps. 6 UU No.15 Tahun 2003.

9 Ps. 9 UU No.15 Tahun 2003.

(6)

menjadi gagasannya. Itulah sebuah gagasan tentang sebuah ‘dunia idaman’ di masa lampau, dengan menjadikan apa-apa yang terjadi, dan yang ada sekarang dianggap tidak sesuai dengan ajaran kitābiyyah sehingga harus dirombak.

Terorisme dalam Perspektif Hukum Internasional.

ASEAN sendiri pada 13 Januari 2007 menandatangani The ASEAN Convention on Counter Terrorism (ACCT). ACCT mendefinisikan teorisme pada berbagai konvensi PBB yang mengkriminalisasikan aksi terorisme, seperti Convention for the Suppression of Unlawful Seizure of Aircraft 1970, Convention for the Suppression of Unlawful Acts Against the Safety of Civil Aviation 1971 dan Convention for the Suppression of Unlawful Acts Against the Safety of Maritime Navigation 1988.

Terorisme dari perspektif Hukum Internasional sebeanrnya bukanlah merupakan masalah sederhana. Masalah terorisme dalam perspektif Hukum Internasional ini dibahas dengan sistematika sebagai berikut:

1. Dalam pembahasan sejarah, dapat diamati bagaimana masing-masing aksi terorisme dapat dipahami maknanya sesuai dengan konteks terjadinya. 2. Peran PBB dalam menangani terorisme ini. Dengan PBB sebagai

organisasi induk, dibentuklah Badan Badan Utama PBB yang berhak membuat peraturan tersendiri namun tetap harus taat asas pada piagam PBB. Langkah-langkah apakah yang telah dilakukan PBB dalam menghadapi terorisme.

3. Terorisme merupakan suatu bentuk kejahatan/kekerasan yang melanggar HAM, maka akan dikaji apakah benar terorisme itu suatu bentuk kejahatan terhadap kemanusiaan (Crime Againts Humanity).

4. Terorisme akan dikaitkan dengan International Humanitarian Law (Hukum Perikemanusiaan Internasional/Hukum Perang). Meskipun terorisme tidak sama dengan perang, namun dampak dari terorisme itu berkaitan dengan aspek-aspek yang banyak persamaannya dengan suatu konflik bersenjata (Armed Conflict). Pada terorisme, seragnan yang ditujukan target adalah yang dapat dijadikan simbol (target antara) misalnya turis asing atau pejabat negara, atau perwakilan negara asing atau tempat-tempat yang merupakan simbol-simbol kemaksiatan seperti Cafe, diskotik, hotel dan sebagainya yang tak jarang dalam serangan teroris ini juga menimbulkan korban di kalangan orang sipil di luar target (seperti orang muslim yang kebetulan berada di sekitar lokasi teror.

Cara yang Mungkin Dilakukan untuk Mengurangi Adanya Terorisme di Dunia.

Persoalan terorisme berbeda dengan ‘perang antarnegara”. Dalam perang antar negara, yang berhadapan adalah antar angkatan bersenjata negara yang berperang. Aksi terorisme akhir-akhir ini dilakukan pada saat damai dan tidak harus berhadapan langsung dengan musuhnya (misalkan saja bom bunuh diri). Dalam perang antar negara, yang berhadapan adalah angkatan persenjatanya, sedang teroris yang menjadi sasaran utama dalah masyarakat sipil, karena sifat daripada serangannya random. 11

Terorisme sebagai isu keamanan international menuntut kerjasama antar negara untuk menghadapinya. Sejumlah organisasi internasional telah mendefinisikan terorisme sesuai dengan kepentingan bersama mereka.

(7)

Misalnya dalam The Agreement on Information Exchange and Establishment of Communication Procedures yang ditandatangani oleh Indonesia, Malaysia dan Filipina (The Trilateral Agreement) pada 7 Mei 2002, terorisme didefinisikan sebagai: “Any act of violence of threat thereof perpetrated to carry out within the respective territories of the Parties or in the border area of any of the Parties an individual or collective criminal plan with the aim of terrorizing people of threatening to harm them or imperiling their lives, honor, freedoms, security or rights or exposing the environment or any facility or public or private property to hazards or occupying or seizing them, or endangering a national resource, or international facilities, of threatening the stability, territorial integrity, political unity or sovereignty of independent States.”

Prinsip dasar hukum internasional yang melandasi tanggung jawab negara membuat suatu keadaan bahwa terhadap prinsip fundamental dari hukum internasional, negara atau suatu pihak yang dirugikan menjadi berhak untuk mendapat ganti rugi atas kerugian yang dideritanya. Oleh karena itulah suatu pertanggungjawaban megara akan berkenaan dengan penentuan tentang atas dasar apa dan pada situasi yang bagaimana negara dapat dianggap telah melakukan tindakan yang salah secara internasional.12 Negara

bisa dikatakan gagal dalam melindungi rakyatnya dari ‘ketakutan-ketakutan,’ terutama ketakutan dari gerakan-gerakan terorisme yang sewaktu-waktu dapat terjadi, dan korbannya sering kali adalah masyarakat sipil yang tidak berdosa. Dr. Zuly Qodir mengatakan bahwa selama sepuluh tahun (era kepemimpinan Susilo Bambang Yudoyono), pemerintah sudah menangkap 700 tersangka teroris, 60 lebih ditembak mati, termasuk para gembongnya. Namun seturut Zuly Qodir, persoalan terorisme tidak mudah diurai, apalagi dituntaskan sampai ke akarnya.

Peran negara-negara muslim dalam merespon permasalahan yang timbul dalam Konvensi Internasional tentang Hak Asasi Manusia dibutuhkan terkait tindakan terorisme. Negara-negara muslim telah meratifikasi instrument hukum internasional tentang HAM, termasuk juga Konvensi tentang terorisme; meskipun terdapa kontroversial antara pemahaman pandangan Barat dengan ajaran Islam terkait masalah HAM, negara-negara muslim telah meratifikasi Konvensi Internasional tentang HAM dan Konvensi tentang Terorisme, sebagai bagian dari hukum nasionalnya.13

Adapun tindakan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia sendiri sudah efektif dalam menangani kejahatan luar biasa ini, sehingga mengurangi penyebaran paham terorisme. Namun, tindakan yang dilakukan oleh DENSUS 88 anti teror Kepolisian Republik Indonesia, menyisakan permasalahan terkait dengan pelanggaran HAM korban dan juga keluarganya.

KESIMPULAN

Dari banyak defenisi yang dikemukakan oleh banyak pihak, yang menjadi ciri dari tindak pidana terorisme adalah:

1. Adanya rencana untuk melaksanakan tindakan tersebut. 2. Dilakukan oleh suatu kelompok tertentu.

3. Mengginakan kekerasan

4. Mengambil koban dari masyarakat sipil, dengan maksud mengintimidasi pemerintah.

12 Yudha Bhakti Ardhiwisastra, 2013, Hukum Internasional Bunga Rampai, P.T Alumni, Jakarta, hlm.4.

13 Jawahir Thontowi, “HAM di Negara-negara Muslim dan Realitas Perang Melawan Teroris di

(8)

5. Dilakukan untuk mencapai pemenuhan atas tujuan tertentu dari pelaku, yang dapat berupa motif sosial, politik ataupun agama.

Istilah hukum internasional yang lain adalah hukum transnasional, dimana hukum ini melintasi batas negara. Hukum transnasional mengatur bagaimana kejahatan-kejahatan internasional itu ditindak sebagaimana mestinya. Contohnya,terorisme, narkoba, genosida dan lain-lain. Pihak pemberontak dalam hukum perang bisa memperoleh kedudukan dan hak sebagai pihak ayng bersengketa dalam beberapa keadaan tertentu.14

Sedangkan terorisme merupakan pemberontak dan kelompok radikal yang ingin memecah belah suatu negara dengan memasukkan paham-paham radikal.

Beberapa upaya yang dilakukan untuk mengentas terorisme diantaranya melalui pendidikan karakter sesuai dengan masing-masing negara. Paham luar tidak boleh dicerna mentah-mentah. Pengupayaan deradikalisasi sehingga paham radikal tidak muncul lagi. Pencabutan kewarganegaraan WNI yang sengaja atau ikut terlibat sebagai anggota,fasilitator, dan pemberi dana bagi organisasi terorisme.

DAFTAR PUSTAKA

Ardhiwisastra, Yudha Bhakti., 2013, Hukum Internasional Bunga Rampai, P.T Alumni, Jakarta.

Islami, Muhammad Nur., 2017, Terorisme Sebuah Upaya Perlawanan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Juergensmeyer, Mark., 2002, Teror atas Nama Tuhan, Kebangkitan Global Kekerasan Agama, Nizam Press, Jakarta.

Kusumaatmadja, Mochtar., dan Etty R. Agoes, 2016, Pengantar Hukum Internasional,P.T Alumni, Jakarta.

Mahyudin, Emil., “TANTANGAN INTELIJEN DALAM KONTRA-TERORISME DI INDONESIA: SUATU PANDANGAN”, Journal of International Studies,

Vol.1,No.1, November 2016. Ps. 6 UU No.15 Tahun 2003.

Ps. 9 UU No.15 Tahun 2003. Ps.14 UU No.15 Tahun 2003.

Sahide , Ahmad, “ISIS Bagian dari Hubungan (Respon) Islam-Barat “, Ilmu Ushuluddin, Vol. 2, No. 4, Juli 2015.

Thontowi, Jawahir., “HAM di Negara-negara Muslim dan Realitas Perang Melawan Teroris di Indonesia”, Jurnal Ilmu Hukum Pandecta, Vol.8, No.2, Juli, 2013.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme

Winarno, Budi., 2011. Isu-isu Global Kontemporer,CAPS, Yogyakarta.

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Kami tidak bisa menyalahkan siapa-siapa, karena berhubungan dengan bahan baku maka sudah ketentuan pasar, dan yang namanya buah kan tidak bisa jika kita membeli

Setiap perusahaan selalu mengejar keuntungan guna kesinambungan produksi. Keuntungan yang diperoleh ditentukan pada penetapan harga yang ditawarkan. Harga suatu produk atau

Penelitian mengenai “Penggunaan Metode Analytic Hierarchy Process Dalam Seleksi Calon Karyawan Pada PT.Bank Syariah, data-data primer yang digunakan seperti kriteria–kriteria

Adapun metode yang digunakan dalam penyelesaian skripsi ini adalah dengan berbantuan Analisa ekonomi teknik untuk menentukan tarif per kWh kelayakan pembangunan

• Memberikan penghormatan kepada pejabat negara, pejabat pemerintahan, perwakilan negara asing dan/ atau organisasi internasional serta tokoh masyarakat tertentu, dan/atau tamu

Hendro Gunawan, MA

Pada akhirnya situs buku komputer ini digunakan sebagai petunjuk bagi penggunanya untuk mencari informasi mengenai

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan antara manajemen laba yang dilakukan sebelum dan sesudah perubahan tarif pajak penghasilan Badan dalam