• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penataan Sanitasi di Wilayah Kota Mejayan Sebagai Ibukota Kabupaten Madiun Yang Baru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Penataan Sanitasi di Wilayah Kota Mejayan Sebagai Ibukota Kabupaten Madiun Yang Baru"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah

Penataan Sanitasi di Wilayah Kota Mejayan Sebagai Ibukota Kabupaten Madiun Yang Baru

ANALISIS KEBIJAKAN SPASIAL

Achmad Kadariswan / NRP. 3314202803

Dosen:

Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg.

PROGRAM MAGISTER TEKNIK SANITASI LINGKUNGAN

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FTSP –ITS

(2)

Penataan Sanitasi di Wilayah Kota Mejayan Sebagai Ibukota Kabupaten Madiun Yang Baru

A. Pendahuluan

Pada tahun 2010 ditetapkan secara yuridis formal dalam Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2010 tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Madiun dari wilayah Kota Madiun ke wilayah Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun Provinsi Jawa Timur. Dalam awal perjalanan pemindahan pusat pemerintahan dari wilayah Kota Madiun ke wilayah Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun diusulkan oleh Bupati Madiun kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Madiun dengan surat Nomor 135.7/335/402.011/2009 tanggal 6 November 2009 perihal permohonan persetujuan pemindahan Ibukota Kabupaten Madiun dari wilayah Kota Madiun ke wilayah Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun, dan telah mendapatkan persetujuan dari DPRD Kabupaten Madiun sesuai dengan surat keputusan DPRD Kabupaten Madiun Nomor 13 Tahun 2009 tanggal 11 Desember 2009 tentang Persetujuan Pemindahan Ibukota Kabupaten Madiun dari wilayah Kota Madiun ke wilayah Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun dan Pemberian Nama Perkotaan Mejayan sebagai Nama Ibukota Kabupaten Madiun, diteruskan dengan surat Bupati Madiun Nomor 135.7/375/402.011/2009 tanggal 15 Desember 2009 kepada Gubernur Jawa Timur perihal usul pemindahan Ibukota Kabupaten Madiun dari wilayah Kota Madiun ke wilayah Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun, serta surat Gubernur Jawa Timur Nomor 135/844/011/2010 tanggal 18 Januari 2010 kepada Menteri Dalam Negeri perihal usul pemindahan Ibukota Kabupaten Madiun dari wilayah Kota Madiun ke wilayah Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun.

Sebagai pusat penyelenggaraan pemerintahan, Bagian Wilayah Perkotaan Mejayan (BWP) merupakan kawasan yang akan bertumbuh cepat sebagai pusat pelayanan perkotaan akibat berkembangnya kawasan strategis, yaitu jalan raya Mejayan-Madiun sepanjang 24 Km sebagai penghubung antara Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) Mejayan dengan pusat wilayah yakni Kota Madiun. Selain itu, Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) Mejayan juga dilalui oleh arus lalu lintas regional yang menghubungkan Kecamatan-kecamatan lainnya dengan pusat wilayah Madiun seperti Saradan, Pilangkenceng, Wonosari dan lainnya. Lebih jauh, Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) Mejayan juga dilalui oleh sistem jaringan jalan yang menghubungkan Surabaya-Ngawi-Jawa Tengah/Jogja. Bagian Wilayah Perkotaan

(3)

(BWP) Mejayan sendiri merupakan pusat kegiatan pendukung dari fungsi Kota Madiun dalam melayani wilayah Kabupaten Madiun khususnya distribusi dan koleksi barang dan jasa serta pelayanan umum (pemerintahan).

Dengan tumbuh dan berkembang cepatnya Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) Mejayan, baik secara fisik maupun non fisik, termasuk aktivitas perekonomian, sosial, budaya maka akan menjadi magnet yang menarik aktivitas wilayah sekitarnya. Perkembangan jumlah penduduk dan kebutuhan fasilitas akan meningkat yang diiringi dengan peningkatan perubahan fungsi ruang dan konversi lahan serta kondisi sanitasinya. Oleh karena itu diperlukan penataan sektor sanitasi (Air Minum, Air Limbah, Persampahan, Drainase) baik dari segi regulasi/kebijakan, kelembangaan, finansial, teknis, peran serta masyarakat sedini mungkin sebelum perkembangan perkotaan begitu pesat namun tidak diimbangi dengan pengelolaan sanitasinya dan nantinya akan menimbulkan masalah dikemudian hari.

B. Dasar Teori

Pengertian Kebijakan

Menurut Friedrich (dalam Wahab, 1997), kebijakan diartikan sebagai suatu tindakan yang mengarah kepada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan- hambatan tertentu, seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan. Definisi ini berarti pemerintah harus mempunyai kemampuan yang dapat diandalkan untuk merespon dan menanggulangi permasalahan yang dihadapi. Kebijakan publik merupakan “whatever governments choose to do or not to do” segala sesuatu yang dipilih oleh pemerintah, yang dikerjakan ataupun yang tidak dikerjakan (Dye dalam Winarno, 2002). Dan dinyatakan pula apabila pemerintah memilih untuk melakukan kebijakan publik, maka harus mengutamakan tujuan objektifnya dan merupakan tindakan keseluruhan, bukan hanya perwujudan keinginan pemerintah atau pejabat pemerintah saja.

Sedangkan pendapat Rose (dalam Winarno, 2002), tentang pengertian kebijakan publik adalah rangkaian pilihan yang kurang lebih saling berhubungan (termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak) yang dibuat oleh badan dan pejabat pemerintah, diformulasikan di dalam bidang-bidang itu sejak pertahanan, energi dan kesehatan sampai pendidikan, kesejahteraan dan kegagalan.

Sementara itu menurut Dunn (2000), kebijakan publik adalah pola ketergantungan yang kompleks dari pilihan-pilihan kolektif yang saling tergantung, termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak, yang dibuat oleh badan atau

(4)

kantor pemerintah. Kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud, ditetapkan oleh aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau persoalan (Anderson dalam Winarno, 2002). Beliau mengatakan bahwa konsep kebijakan mempunyai beberapa implikasi yaitu: 1) kebijakan publik berorientasi pada maksud dan tujuan, 2) kebijakan publik merupakan arah atau pola tindakan yang dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintah, 3) kebijakan adalah usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mengatur atau mengendalikan, bukan apa yang diinginkan oleh pemerintah, dan 4) kebijakan publik dalam bentuknya bersifat positif dan negatif. Selanjutnya Islamy (1994), mengemukakan, bahwa pembuat kebijakan tidak hanya ingin melihat kebijakannya telah dilaksanakan oleh masyarakat, tetapi juga ingin mengetahui seberapa jauh kebijakan tersebut telah memberikan konsekuensi positif dan negatif bagi masyarakat.

Pentahapan proses pembuatan kebijakan merupakan kegiatan yang tersususun, sebagaimana menurut Dunn (2000), sebagai berikut :

1) tahapan penyusunan agenda, 2) tahapan formulasi kebijakan, 3) tahapan adopsi kebijakan, 4) tahapan implementasi kebijakan, 5) tahapan penilaian kebijakan.

Kepadatan Penduduk dan Pemanfaatan Ruang Kota

Dalam Kongres Metropolis Sedunia (International Congress of the Word Association of Major Metropolis, Melbourne, Oktober 1990) dibahas enam masalah pokok yang umum dihadapi oleh kota-kota besar dunia yang begitu memusingkan para penata dan pengelola kota pada umumnya dan yang langsung dialami oleh penduduk kota, yaitu masalah-masalah yang mencakup:

1. Pertumbuhan penduduk perkotaaan yang tidak terkendali;

2. Perumahan rakyat dan sarana fisik dan sosial yang makin tidak memadai;

3. Lingkungan hidup dan kesehatan yang makin merosot;

4. Ekonomi kota dan kesempatan kerja yang makin tidak seimbang;

5. Lalulintas dan transportasi yang semakin langka;

6. Organisasi dan manajemen perkotaan yang makin tidak mampu.

Permasalahan-permasalahan di atas makin sulit diatasi karena pertumbuhan dan perkembangan prasarana dan sarana selalu lebih lambat daripada tuntutan kebutuhan penduduk kota. Perkembangan kebutuhan yang terus menerus meningkat dan berjalan cepat, hal mana sering mengakibatkan kemacetan di segala

(5)

bidang disertai dengan timbulnya berbagai masalah perkotaan yang masih sulit ditanggulangi dan diantisipasi sehingga akan berdampak bagi kehidupan penduduk perkotaan itu sendiri. Akibat kepadatan penduduk dapat dipastikan perumahan dan permukimanpun akan tumbuh padat sehingga menimbulkan masalah kemerosotan lingkungan, perumahan menjadi kumuh dan makin tidak layak huni. Prasarana pelayanan kota, seperti air, listrik dan sanitasi (pembuangan limbah) termasuk pengangkutan sampah akan makin terbebani dan tidak terkendali. Terjadinya konflik pemanfaatan lahan, contoh: jalan menjadi tempat bermain anak, jalur hijau jadi tempat usaha, dan lain-lain. Makin padatnya penduduk perkotaan makin menyulitkan penyediaan prasarana dan sarana fisik sosial dan kondisi lingkungan hidup perkotaan makin merosot. Daya dukung lingkungan bukan saja makin tidak memadai tetapi rusak akibat adanya polusi baik disebabkan sampah atau buangan limbah

Pengertian Sanitasi

Untuk pengertian dasar sanitasi memiliki beragam definisi yang menjelaskan hakikat dari sanitasi itu sendiri. Menteri Kesehatan Republik Indonesia dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor : 965/MENKES/SK/XI/1992 menyebutkan bahwa pengertian dari sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan.

Sanitasi itu sendiri merupakan perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia, sedangkan untuk pengertian dari sanitasi lingkungan, sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyedian air bersih dan sebagainya (Notoadmojo, 2003).

Kawasan Perkotaan Mejayan

Sebagai ibukota Kabupaten Madiun, Perkotaan Mejayan sudah

ditunjang oleh keberadaan beberapa fasilitas maupun kegiatan skala

kabupaten. Namun demikian, keberadaan Ibukota Kabupaten tidak sekedar

ketersediaan fasilitas pelayanan umumnya (perkantoran), namun juga

memerlukan langkah yang lebih jauh ke depan seperti penataan zona-zona

pemanfaatan ruang, sistem transportasi yang mampu memenuhi kebutuhan

(6)

internal maupun eksternal wilayah, serta penataan keterkaitan antar elemen perkotaan yang ada.

Sebagai Ibukota Kabupaten Madiun, kawasan Perkotaan Mejayan ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya yaitu :

a. Berada di jalan yang menghubungkan antara Kota Surabaya dengan Kota Solo

b. Topografi di kawasan perkotaan Mejayan ini relatif datar sehingga tidak memiliki batasan fisik dalam pengembangan perkotaan

c. Kondisi penggunaan lahan yang masih banyak lahan belum terbangun ini membuat suatu keunggulan tersendiri dalam proses pembangunan perkotaan namun demikian harus mengikuti kaidah lingkungan.

Berdasarkan Dokumen RDTRK Kab. Madiun dalam hal ini Perkotaan Mejayan dibagi dalam beberapa Sub Bagian Wilayah Perkotaan (SBWP). Untuk lebih SBWP dan blok pengembangan di wilayah perencanaan dapat dilihat pada tabel dan gambar peta berikut:

Tabel 1.

Pembagian Sub-BWP Perkotaan Mejayan

SBWP Nama Desa /

Kelurahan Fungsi Kegiatan Primer SBWP 1

(Wilayah Inti)

1. Kel. Krajan 2. Kel. Pandeyan 3. Kel. Bangunsari 4. Desa Mejayan 5. Desa Kuncen 6. Desa Klitik 7. Desa Purwosari 8. Desa Bajulan

 Pusat pemerintahan

 Perkantoran setingkat regional dan kecamatan

 Perkantoran eksisting, regional dan kecamatan (Kantor

kecamatan, PU Binamarga dan Ciptakarya, Telkom, KUA, Koramil, PDAM, Sub Terminal, Perkantoran Kabupaten, Sekolah kejuruan, Stadion/Kompleks Olah raga dan lain sebagainya)

 Perdagangan dan Jasa skala Regional dan Perkotaan Mejayan (Pasar Umum Mejayan, Pasar Baru, Pasar Burung), pertokoan grosir dan retail.

 Kesehatan Puskesmas dan kesehatan setingkat skala kecamatan (Puskesmas Mejayan)

 Faslitas umum lainnya, Lapangan Olah Raga, Balai

(7)

SBWP Nama Desa /

Kelurahan Fungsi Kegiatan Primer Latihan Kerja, serta Pendidikan skala wilayah (SLTA Kejuruan) baik formal maupun non formal.

 Peribadatan setingkat regional, Masjid Agung serta gereja

 Permukiman intensitas sedang - tinggi

SBWP 2 (Wilayah Pendukung

Barat)

1. Desa Ngampel 2. Desa Buduran 3. Desa Purworejo 4. Desa Wonoayu 5. Desa Kedungrejo 6. Desa Bulakrejo 7. Desa Tapelan

 Perdagangan dan Jasa Grosir

 Kesehatan berupa Rumah Sakit Umum Daerah Type C yang berada di Jalan A. Yani

 Pendidikan setingkat perguruan tinggi

 Perindustrian dan pergudangan skala menengah- besar

 Jasa dan perdagangan tersier (Bank, Kawasan pengembangan perekonomian, dealer

kendaraan, dan lain-lain) dan perdagangan grosir

 Pertanian (bercocok tanam tumpangsari)

 Permukiman intensitas sedang - tinggi

SBWP 3 (Wilayah Pendukung

Timur)

1. Desa Kaligunting 2. Desa Sidodadi 3. Desa Ngepeh 4. Desa

Bongsopotro

 Terminal yang nantinya melayani kegiatan pergerakan orang hingga antar provinsi

 Perdagangan dan Jasa setingkat Toko, Kios dan Warung, SPBU

 Perkantoran setingkat Desa

 Kesehatan setingkat BKIA, Apotik, Praktek Dokter dan Posyandu

 Pendidikan setingkat setingkat SLTP, SLTA SD dan TK

 Pertanian (bercocok tanam tumpangsari)

 Permukiman intensitas sedang - tinggi

SBWP 4 (Wilayah Pendukung

Selatan)

1. Desa Darmorejo 2. Desa Klecorejo 3. Desa Kaliabu

 Jasa dan perdagangan tersier (Bank, Kawasan pengembangan perekonomian, dealer

kendaraan, dan lain-lain) dan perdagangan grosir

 Permukiman intensitas sedang - tinggi

 Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)

(8)

SBWP Nama Desa /

Kelurahan Fungsi Kegiatan Primer

SBWP 5

(Wilayah Konservasi)

1. Desa Blabakan 2. Desa Wonorejo 3. Desa

Kebonagung

 Konservasi hutan produksi

 Permukiman intensitas rendah

 Pertanian (bercocok tanam tumpangsari)

Sumber : RDTRK Kab. Madiun Tahun 2012 - 2032

(9)

Gambar 1. Rencana Pembagian Sub BWP Ibukota Kab. Madiun Th. 2012 - 2032

(10)

Gambar 2. Rencana Pola Ruang Sub BWP 1 Ibukota Kab. Madiun Th. 2012 - 2032

(11)

Sedangkan untuk rencana jumlah penduduk dan kepadatannya berdasarkan Dokumen RDTRK Kabupaten Madiun dalam hal ini Perkotaan Mejayan bisa dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.

Rencana Persebaran Penduduk tiap SBWP Perkotaan Mejayan Tahun 2017-2032

SBWP Nama

Desa/Kelurahan

Luas Wilayah

(Ha)

Jumlah Penduduk (Proyeksi) 2017 2022 2027 2032

SBWP 1 (Inti)

Desa Kuncen 43,18 862 1007 1152 1298

Desa Klitik 205 4471 5224 5978 6732

Desa Purwosari 194,63 6353 7423 8494 9565

Kel. Pandean 47,08 3970 4640 5309 5978

Kel. Krajan 71,89 11138 13305 15728 18467 Kel. Bangunsari 132,46 5902 6897 7892 8887

Desa Mejayan 274,66 6655 7776 8898 10020

Desa Bajulan 173 4196 4904 5611 6319

Jumlah 1141,9 43547 51176 59062 67266

SBWP 2 (Pendukung

Barat)

Desa Tapelan 160,93 2146 2508 2870 3231

Desa Bulakrejo 173,07 2280 2664 3049 3433

Desa Buduran 231 3897 4554 5211 5868

Desa Purworejo 278 3448 4029 4610 5191

Desa Ngampel 197,45 4656 5441 6226 7011

Desa Wonoayu 150 2031 2374 2716 3058

Desa Kedungrejo 355 4586 5359 6132 6905

Jumlah 1545,45 23044 26929 30814 34697 SBWP 3

(Pendukung Timur)

Desa Bongsopotro 238 3130 3658 4186 4713

Desa Ngepeh 155 2833 3311 3789 4266

Desa Kaligunting 587,30 4373 5110 5847 6584

Desa Sidodadi 237,04 3825 4469 5114 5759

Jumlah 1217,34 14161 16548 18936 21322 SBWP 4

(Pendukung Selatan)

Desa Kaliabu 610,66 6782 7925 9068 10211

Desa Klecorejo 620,3 3940 4604 5268 5932

Desa Darmorejo 795,44 5303 6196 7090 7984 Jumlah 2026,40 16025 18725 21426 24127 SBWP 5

(Konservasi)

Desa Blabakan 585,15 2463 2878 3293 3709

Desa Wonorejo 696,88 4890 5714 6539 7363

Desa Kebonagung 622,51 5737 6704 7671 8638 Jumlah 1904,54 13090 15296 17503 19710 JUMLAH TOTAL 7835,63 109867 128674 147741 167122

Sumber : RDTRK Kabupaten Madiun

(12)

Tabel 3.

Rencana Kepadatan Penduduk tiap SBWP Perkotaan Mejayan Tahun 2017 – 2032

SBWP Nama

Desa/Kelurahan

Luas Wilayah

(Ha)

Kepadatan Penduduk (Proyeksi) 2017 2022 2027 2032

SBWP 1 (Inti)

Desa Kuncen 43,18 20 23 27 30

Desa Klitik 205 22 25 29 33

Desa Purwosari 194,63 33 38 44 49

Kel. Pandean 47,08 84 99 113 127

Kel. Krajan 71,89 155 185 219 257

Kel. Bangunsari 132,46 45 52 60 67

Desa Mejayan 274,66 24 28 32 36

Desa Bajulan 173 24 28 32 37

Jumlah 1141,9 51 60 70 80

SBWP 2 (Pendukung

Barat)

Desa Tapelan 160,93 13 16 18 20

Desa Bulakrejo 173,07 13 15 18 20

Desa Buduran 231 17 20 23 25

Desa Purworejo 278 12 14 17 19

Desa Ngampel 197,45 8 9 11 12

Desa Wonoayu 150 14 16 18 20

Desa Kedungrejo 355 13 15 17 19

Jumlah 1545,45 13 15 17 19

SBWP 3 (Pendukung

Timur)

Desa Bongsopotro 238 13 15 18 20

Desa Ngepeh 155 18 21 24 28

Desa Kaligunting 587,30 22 26 30 33

Desa Sidodadi 237,04 16 19 22 24

Jumlah 1217,34 17 20 24 26

SBWP 4 (Pendukung

Selatan)

Desa Kaliabu 610,66 11 13 15 17

Desa Klecorejo 620,3 6 7 8 10

Desa Darmorejo 795,44 7 8 9 10

Jumlah 2026,40 8 9 11 12

SBWP 5 (Konservasi)

Desa Blabakan 585,15 4 5 6 6

Desa Wonorejo 696,88 7 8 9 11

Desa Kebonagung 622,51 9 11 12 14

Jumlah 1904,54 7 8 9 10

JUMLAH TOTAL 7835,63 Sumber : RDTRK Kabupaten Madiun

C. Alasan Pemilihan Judul dan Lokasi

Latar belakang pemilihan judul dan lokasi di Kota Mejayan karena sebagai Ibukota Kabupaten Madiun yang baru dipastikan Perkembangan dan kebutuhan yang terus menerus meningkat dan berjalan cepat. Dengan tumbuh dan berkembang cepatnya Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) Mejayan, baik secara fisik maupun non fisik, termasuk aktivitas perekonomian, sosial, budaya maka akan menjadi magnet yang menarik aktivitas wilayah sekitarnya. Perkembangan jumlah penduduk dan kebutuhan fasilitas akan meningkat yang diiringi dengan peningkatan perubahan fungsi ruang dan konversi lahan. Permasalahan sanitasi akan timbul seiring dengan aktifitas pembangunan yang meningkat dengan bertambahnya penduduk dan akan

(13)

memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, apabila tidak dikelola dengan baik. Hal ini akan menyebabkan

adanya pencemaran lingkungan, menurunnya kualitas lingkungan dan estetika serta kemungkinan timbulnya penyakit sehingga merugikan masyarakat di sekitarnya. Sehingga dibutuhkan penaatan sanitasi diawal pembangunan agar kedepannya nanti tidak terjadi permasalahan terkait sanitasi di Kota Mejayan dan seiring perkembangan kota maka sanitasi bisa terkelola dengan baik dan memberikan kenyamanan bagi masyarakat dalam aktifitasnya sehari – hari.

D. Faktor Pendukung dan Penghambat Faktor Pendukung

Faktor pendukung dari penataan sanitasi di Kota Mejayan ini antara lain :

 Kota Mejayan menjadi Ibukota Kabupaten Madiun akan menjadi pusat pemerintahan dan pusat kegiatan baik perekonomian, sosial, budaya.

 Secara geografis Kota Mejayan letaknya strategis dilihat dari beberapa aspek sehingga sangat menguntungkan.

Faktor Penghambat

Ada beberapa kendala yang dihadapi oleh pemerintah kabupaten madiun dan pihak pendukung lainnya dalam menata sanitasi di seluruh wilayah Kabupaten Madiun umumnya dan di kawasan perkotaan Mejayan khususnya yaitu antara lain :

 Keterbatasan dana yang dibutuhkan untuk menata dan mengelola sanitasi

 Belum adanya perhatian penuh dari pemerintah daerah dalam pembangunan sanitasi yang berkelanjutan

 Belum adanya perda yang mengatur secara khusus di sektor sanitasi

 Keterbatasan SDM yang ada dalam pengelolaan sanitasi

 Peran masyarakat dan pihak swasta yang masih belum signifikan atau belum aktif terlibbat dalam kegiatan penataan dan pengelolaan bidang sanitasi

 Minimnya sistem perencanaan dan database yang jelas / memadai dalam bidang sanitasi dan tentunya sangat bermanfaat bagi pemerintah untuk menangani permasalahan sanitasi.

E. Pembahasan

Dalam perkembangan sesuai RTRW dan RDTRK Kabupaten Madiun Kota Mejayan Sebagai pusat penyelenggaraan pemerintahan, Bagian Wilayah Perkotaan Mejayan (BWP) merupakan kawasan yang akan bertumbuh cepat sebagai pusat

(14)

pelayanan perkotaan akibat berkembangnya kawasan tersebut.

Berangkat dari pemikiran tersebut, maka dalam pelaksanaan pembangunan Kabupaten Madiun khususnya Kota Mejayan harus betul-betul memberikan perhatian lebih besar kepada program peningkatan kualitas lingkungan hidup dan sekaligus mengantisipasi tumbuh dan berkembangnya permasalahan sosial dan peningkatan kualitas permukiman dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Satu diantara sekian masalah penting yang harus diprioritaskan dalam peningkatan kualitas lingkungan adalah pengelolaan sanitasi, baik sanitasi dalam kedudukan sebagai salah satu kegiatan sektoral yang menjadi bagian dari program pengelolaan lingkungan maupun sanitasi sebagai bagian dari sistem pengembangan kawasan di wilayah permukiman. Sebagai bagian dari pengelolaan lingkungan, peningkatan kualitas sanitasi di Kawasan ini lebih difokuskan kepada upaya peningkatan kualitas sanitasi yang berbasis masyarakat. Sedangkan sebagai subsistem pengembangan kawasan, peningkatan kualitas sanitasi di Perkotaan Mejayan difokuskan kepada penataan drainase lingkungan, pengelolaan persampahan dan dapat dicegahnya terkontaminasi air tanah dari limbah hasil kegiatan manusia khususnya di lingkungan pemukiman yang padat penduduk dan atau kawasan kumuh serta peningkatan kualitas, kuantitas dan kontinuitas penyediaan air minum bagi masyarakat.

Persampahan

Pola pembuangan sampah yang ada di Kabupaten Madiun dilaksanakan dengan sistem individual dan komunal yang sudah dilayani oleh sistem pengelolaan sampah umum, mulai dari pengumpulan, hingga pembuangan akhir, yang dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Lokasi TPA Kabupaten Madiun terletak di Desa Kaliabu Kecamatan Mejayan dan masuk dalam SBWP 4 di RDTRK Kabupaten Madiun. Lokasi ini merupakan penyangga dan berdekatan dengan SBWP 1.

Berdasarkan data eksisting di dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Madiun, TPA Kaliabu seluas 6 ha dan masih Berdasarkan hasil prediksi dan permasalahan yang ada, maka arahan pengembangan prasarana persampahan meliputi :

1. Umur TPA Kaliabu diperkirakan sampai Tahun 2023. Perlu adanya alternatif lokasi TPA baru, mengingat lokai TPA Kaliabu berdekatan dengan penetapan Kawasan Perkotaan Mejayan yang dipersiapkan menjadi Ibukota Kabupaten Madiun. Selain itu perlu juga alternatif lokasi TPA baru untuk wilayah Kabupaten Madiun bagian selatan. Ada beberapa alternatif lokasi pengembangan TPA baru namun perlu dilakukan studi lebih lanjut. Alternatif lokasi TPA sebagai berikut : 1) Lokasi TPA di Sareng dan Bader sebagaimana diungkapkan dalam RPJM

(15)

Kawasan Agropolitan Kabupaten Madiun, 2) Banjarsari Wetan yang merupakan aset pemerintah Kabupaten Madiun

2. Pemilihan lokasi baru untuk tempat pembuangan akhir harus sesuai dengan persyaratan teknis dan daya dukung lingkungan.

3. Pengurangan masukan sampah ke TPA dengan konsep reduce-reuse-recycle di sekitar wilayah sumber sampah dengan melakukan program persampahan berbasis masyarakat.

4. Pengolahan dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan sesuai dengan kaidah teknis.

5. Rehabilitasi dan pengadaan sarana dan prasarana persampahan, bergerak dan tidak bergerak.

6. Mengembangkan kemitraan dengan swasta dan kerjasama dengan kabupaten sekitarnya yang berkaitan untuk pengelolaan sampah dan penyediaan TPA.

Sementara itu dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 berimplikasi pada keharusan pemda menerapkan sistem sanitary landfill pada TPA yang dioperasikan. Di dalam Undang-Undang tersebut diamanatkan bahwa Pemerintah Daerah harus membuat perencanaan penutupan tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka paling lama 1 (satu) tahun dan diharuskan menutup tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka paling lama 5 (lima) tahun terhitung sejak berlakunya Undang-Undang tersebut. Dari kondisi persampahan eksisting Kabupaten Madiun yang masih menggunakan sistem open dumping dan berdekatan dengan kawasan perkotaan Mejayan maka diperlukan pengelolaan, kajian ulang, penataan kembali, dan didukung regulasi yang jelas dari TPA Kaliabu sesuai dengan RTRW dan RDTRK Kabupaten Madiun sehingga tidak akan menghambat dan menimbulkan permasalahan serta perkembangan perkotaan Mejayan.

Air Limbah

Jenis limbah yang ada di Kabupaten Madiun Khususnya Kota Mejayan di bedakan menjadi dua, yaitu limbah domestik (rumah tangga) dan limbah industri.

Sedangkan berdasarkan sistem pembuangan limbahnya menggunakan sistem setempat atau individual. Dalam jangka pendek, pengembangan sistem publik air limbah tidak memungkinkan untuk dikembangkan mengingat investasi yang cukup besar. Dengan demikian sampai dengan tahun 2029, penanganan air limbah lebih ditekankan pada pengoptimalan sistem yang sudah ada, dan mengembangkan sistem individual dan komunal yang sudah diarahkan pada sistem publik.

(16)

Arahan pengembangan pengelolaan sistem pembuangan air limbah di Kabupaten Madiun termasuk juga wilayah Kota Mejayan adalah sebagai berikut :

Berdasarkan standar, dengan kepadatan penduduk < 200 jiwa/ha, maka dipergunakan sistem pembuangan on site sanitation. Pada sistem ini pengelolaan limbah dilakukan oleh masing-masing rumah tangga / kegiatan. Komunal, secara bersama-sama oleh beberapa keluarga, yang biasanya berupa jamban jamak, MCK plus atau tangki septik komunal diterapkan pada wilayah-wilayah padat penduduk.

Menerapkan sistem limbah cair bercampur yaitu dengan memanfaatkan saluran atau selokan air hujan yang telah ada dengan cara merehabilitasi fungsi saluran atau meredesain saluran yang ada. Bagi kawasan baru dan perumahan atau real estate harus merehabilitasi saluran air hujannya dengan menggunakan sistem tercampur atau mendesain bagi yang belum terbangun. Dari kondisi dan arah kebijakan pengembangan pengelolaan air limbah yang menggunakan sistem on site maka dimungkinkan untuk membangun Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) serta mengeluarkan perda tentang pengelolaan itu serta sanksi tegas bagi kendaraan tangki pengangkut tinja yang membuang selain ke IPLT tersebut.

Di kawasan Kota Mejayan sebagian sudah di bangun sarana sanitasi untuk air limbah berupa MCK Plus yang bersumber dari dana alokasi khusus APBN dan dana pendamping APBD Kabupaten Madiun dalam program Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM). Kegiatan ini merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam hal air limbah sehingga diharapkan peran aktif masyarakat dimulai dari perencanaan, pembangunan, operasional, dan pemeliharaannya.

Adapun lokasi MCK plus yang terbangun sebanyak 5 lokasi yaitu : Kelurahan Krajan, Desa Ngampel, Desa Kaligunting, Desa Sidodadi, Desa Kaliabu.

Drainase

Sistem drainase di Kabupaten Madiun masih menggunakan sistem drainase gabungan, adalah sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan yang sama baik untuk air permukaan maupun air limbah yang diolah.

Penanganan pada sistem drainase di Kabupaten Madiun adalah :

1. Saluran primer : melalui program kali bersih, normalisasi dan perawatan lainnya

(17)

2. Saluran sekunder, saluran tersier dengan berbagai dimensi yang mengikuti sistem jaringan jalan

Berdasarkan data kejadian banjir dapat dilihat bahwa pada areal dimana akan dijadikan pengembangan Perkotaan Mejayan sebagai Ibukota Kabupaten Madiun sering terjadi genangan akibat banjir yang datangnya dari Kali Jeroan. Luas genangan ini akan semakin bertambah manakala lahan pertanian berubah menjadi lahan terbagun. Untuk mengatasi terjadinya banjir di daerah ini dan di daerah lainnya perlu disusun sistem drainase yang memadai. Pembangunan sistem drainase seyogyanya dilakukan secara terpadu. Pemerintah Kabupaten Madiun sampai saat ini masih berusaha untuk menuju kearah itu dengan melakukan kajian teknis dan pembuatan masterplan.

Air Bersih

Penyediaan dan pengelolaan air bersih di kawasan Ibukota Kabupaten Madiun terbagi dalam 2 (dua) sistem, yaitu sistem jaringan perpipaan yang dikelola oleh PDAM dan sistem air bersih yang diusahakan secara mandiri oleh masyarakat (HIPPAM/swakelola).

A. Sistem Swakelola Masyarakat (HIPPAM)

Pelayanan air bersih dengan sistem ini umumnya merupakan sistem pemenuhan kebutuhan air yang diperoleh langsung dari sumbernya yang dilakukan sendiri oleh masyarakat. Sumber air bersih bisa berasal dari air tanah dan air permukaan yang dimanfaatkan dengan mengambil langsung dari mata air, sungai, maupun dengan pembuatan sumur gali dan sumur pompa. Ada 2 desa berada di kawasan penyangga Ibukota Kabupaten Madiun yaitu Desa Kaliabu Kec. Mejayan dan Desa Kedungrejo Kec. Pilangkenceng. Arahan pengelolaan sistem air bersih oleh masyarakat adalah :

1. Pengembangan sistem pengelolaan jaringan air bersih perdesaan yang dikelola sendiri oleh masyarakat memerlukan pembinaan teknis dan kelembagaan dari instansi terkait.

2. Masyarakat membentuk kelompok HIPPAM untuk melakukan kegiatan sistem pengelolaan jaringan air bersih yang belum terlayani oleh PDAM di tingkat pedesaan.

B. Sistem Jaringan Perpipaan (PDAM)

Pelayanan dan pengelolaan sistem jaringan perpipaan air bersih di Kawasan Perkotaan Mejayan sebagian besar dilakukan oleh PDAM Kabupaten Madiun.

Distribusi air bersih dilakukan dengan menggunakan sistem jaringan pipa transmisi

(18)

dan distribusi yang berfungsi untuk mengalirkan air dari sumber air ke instalasi pengolahan/penampungan yang selanjutnya dialirkan oleh pipa distribusi ke pelanggan. Sistem operasi yang digunakan adalah sistem gravitasi (pengaliran) dan sistem pompa. Sistem gravitasi ini adalah sistem yang mengalirkan air sesuai dengan topografi dan kemiringan tanah. Sedangkan sistem pompa merupakan pengaliran air dari sumber air dengan bantuan alat (pompa).

Dasar penentuan kebutuhan air ini berasal dari proyeksi penduduk daerah pelayanan PDAM Kabupaten Madiun selama periode waktu perencanaan, jumlah cakupan pelayanan pada tahun terakhir, jumlah sambungan pelayanan (SR, HU/KU dan non domestik), rata-rata unit konsumsi air yang digunakan oleh setiap sambungan pelayanan dan prosentase kehilangan. Untuk meningkatkan pelayanan air bersih dengan menggunakan sistem jaringan perpipaan, maka beberapa arahan pengembangan sebagai berikut :

1. Diharapkan semua rumah tangga terlayani sistem penyediaan air bersih perpipaan.

2. Untuk sistem pendistribusian air bersih tetap menggunakan sistem yang ada, yaitu dengan sistem gravitasi dan sistem perpompaan sesuai kondisi topografi kota.

3. Untuk sumber air dapat menggunakan sumber air yang telah ada dan untuk memenuhi air bersih, dan apabila perlu debit pemakaian sumber air yang ada dapat ditambah.

4. Untuk mengatasi kebocoran terhadap jaringan perpipaan, maka dilakukan perbaikan pada jaringan yang telah rusak (penggantian pipa dan sistem sambungan), sehingga dapat meminimalkan nilai kebocoran sesuai dengan standart yang ada.

5. Untuk masyarakat golongan rendah, khususnya yang ada di kawasan padat perkotaan diupayakan dengan membuat kran umum atau sumur umum (hidran umum).

Dari kondisi dan permasalahan sanitasi yang telah di bahas diatas maka dari itu Pemerintah Kabupaten Madiun berusaha untuk menata, mengelola, serta melakukan / membuat dasar atau untuk pijakan kedepannya melalui penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS), Strategi Sanitasi Kota (SSK), Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) untuk wilayah Kabupaten Madiun dan khususnya untuk Kawasan Ibukota Kabupaten Madiun. Adapun program prioritas Kabupaten Madiun sebagai berikut :

(19)

a. Air Limbah

Prioritas pembangunan dan pengelolaan air limbah Kabupaten Madiun adalah:

 Dokumen perencanaan jangka panjang (Masterplan).

 Studi Kelayakan Sistem Pengelolaan Air Limbah terpusat skala Kota/Kawasan

 Studi AMDAL Sistem Pengelolaan Air Limbah terpusat skala Kota/Kawasan

 Perencanaan Detail (DED) Sistem Pengelolaan Air Limbah terpusat skala Kota/Kawasan

 Perencanaan Detail (DED) IPLT skala Kota/Kawasan

 Pembangunan IPAL Komunal

 Pembangunan IPLT

 Penyusunan Perda Pengelolaan Air Limbah

 Pembangunan BIOGAS ternak

 Pembangunan MCK komunal pada 16 desa/kelurahan

 Penyediaan sarana dan Prasarana pengolahan limbah industri tahu (Biogas)

 Kampanye dan sosialisasi mengenai air limbah

b. Persampahan

Prioritas pembangunan dan pengelolaan persampahan Kabupaten Madiun adalah:

 Penyusunan Masterplan Persampahan Skala Kab./Kota

 Penyusunan studi kelayakan persampahan (FS)

 Penyusunan DED TPA

 Operasional dan pemeliharaan persampahan

 Pengadaan alat berat

 Pengadaan container sampah

 Pengadaan gerobak sampah

 Pengadaan tong sampah pemilah

 Peningkatan TPA open dumping menjadi sanitary landfill

 Sosialisasi kesadaran masyarakat tentang pengolahan persampahan

 Penyusunan Perda tentang pengelolaan sampah

 Pelatihan Pengelolaan Sampah

 Penyediaan sarana pembuangan sampah (Tempat sampah terpilah u/ Sekolah)./

SD-SLTP

(20)

 Penyediaan sarana pembuangan sampah (Tempat sampah terpilah u/ Sekolah). / SLTA

 Pembangunan IPAL Komunal Ternak untuk Kelompok Peternak.

 Pelatihan Komposting.

c. Drainase

Prioritas pembangunan drainase Kabupaten Madiun adalah:

 Penyusunan Master plan drainase skala kabupaten

 Penyusunan Studi Kelayakan drainase

 Penyusunan DED drainase

 Pemeliharaan rutin saluran lingkungan permukiman kota Mejayan dan Dalopo

 Pembangunan Saluran Drainase Primer

 Pembangunan Saluran Drainase Sekunder

d. Air Minum

Prioritas pembangunan air minum Kabupaten Madiun adalah:

 Perpipaan Air Minum (dari Mata air/sumur bor)

 Pengembangan Sumber Air Baku

 Pengembangan Pelayanan

 Peningkatan Sarana Air Bersih

F. Daftar Pustaka

Winarno, B, 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Media Pressindo, Yogyakarta.

Wahab, S.A, 1997. Analisis Kebijaksanaan: dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Bumi Aksara, Jakarta.

Dunn, William, N, 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Edisi kedua, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Islamy, 1994. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Bumi Aksara, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut dapat dilihat dari hasil akhir penelitian dimana guru dapat menguasai indikator yang ada dalam menentukan metode pembelajaran dan mencari metode yang

Untuk mengetahui pengaruh perubahan sosial khususnya sikap maka digunakan analisis Skala Likert Hasil Penelitian menunjukkan bahwa tingginya pengaruh perubahan sosial

Selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta dan selaku dosen pembimbing I yang dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan

Implementasi Manajemen Pembiayaan dalam Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di Madrasah Aliyah Negeri 1 Bitung, Sulawesi Utara.. Feiby Ismail,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Kinerja Pegawai, Pengawasan Melekat dan Pengawasan Fungsional Terhadap Efektivitas

Endoskop tidak hanya berfungsi sebagai alat periksa tetapi juga untuk melakukan tindakan medis seperti pengangkatan polip, penjahitan, dan lain- lain. Selain itu,

[r]

Kaedah temu bual digunakan berdasarkan data kualitatif yang ditafsir.Hasil temu bual menunjukkan rakan sebaya, keluarga dan sekolah sama-sama mempengaruhi tingkah