1
PENGARUH SELF EFFICACY, FRAUD DIAMOND, DAN RELIGIUSITAS TERHADAP NIAT MELAKUKAN KECURANGAN AKADEMIK
Aprilia Wibowo
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
PENDAHULUAN
Pendidikan berdampak pada pembentukan karakter seseorang, baik itu di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat di mana seseorang dapat dididik agar bisa memahami norma-norma dalam kehidupan. Pendidikan menjadi bekal bagi seseorang dalam menghadapi dunia kerja di masa depan. Akan tetapi sekarang ini kecurangan merupakan permasalahan yang sering dijumpai baik di lingkungan sekolah, perguruan tinggi maupun lingkungan kerja. Penanaman nilai kejujuran dalam dunia pendidikan penting untuk ditanamkan pada generasi penerus bangsa untuk membangun moral bangsa (Prawira & Irianto, 2016).
Pada perguruan tinggi, diharapkan kedepannya mahasiswa dapat menjadi tenaga profesional dengan kualitas yang baik dalam ilmu, moral serta etika profesi.
Namun faktanya banyak mahasiswa yang lebih mementingkan hasil daripada proses untuk mendapatkan ilmu. Dalam evaluasi hasil belajar selama kuliah, keberhasilan mendapatkan IPK yang baik dapat menjadi tolak ukur nilai evaluasi. Dengan adanya tolak ukur ini dapat membuat mahasiswa menginginkan kelulusan dalam setiap mata kuliah serta pencapaian nilai yang baik. Adanya anggapan bahwa pekerjaan akan lebih mudah didapatkan jika lulus kuliah dengan nilai IPK yang baik atau cumlaude, dapat membuat mahasiswa akan berusaha mencapai nilai akademik yang diinginkan.
Pencapaian nilai yang baik, akan berhasil jika mahasiswa memiliki kemampuan dan niat yang besar demi mencapai hal yang diinginkan. Namun apabila kemampuan serta kemauan secara akademik kurang dikuasai dan dikembangkan oleh mahasiswa maka hal ini dapat menyebabkan terjadinya praktik kecurangan atau biasa disebut dengan kecurangan akademik (Nursani & Irianto, 2013). Apabila seseorang sudah melakukan
2
tindakan kecurangan maka akan sulit diubah karena telah menjadi kebiasaan (Zaini et al., 2016). Kecurangan merupakan tindakan yang melanggar aturan atau norma yang dilakukan oleh individu maupun kelompok. Menurut Andayani & Sari (2019) kecurangan yang terjadi pada perguruan tinggi umumnya dilakukan oleh mahasiswa yang biasa disebut dengan kecurangan akademik. Kecurangan akademik adalah tindakan tidak jujur dalam mengerjakan tugas dan tes karena menginginkan nilai tinggi didorong faktor kesempatan dan kesengajaan (Albrecht et al., 2012). Bentuk kecurangan akademik yang sering dijumpai dalam dunia akademik antara lain membuat catatan kecil saat hendak melakukan tes, menyalin jawaban dari internet tanpa mencantumkan sumber, dan bekerjasama dengan teman saat tes berlangsung.
Fenomena-fenomena kecurangan akademik masih dilakukan oleh kalangan mahasiswa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Indriani, 2019) pada salah satu universitas di Jawa Tengah menyatakan bahwa mahasiswa melakukan kecurangan akademik seperti meminta bantuan kepada orang lain untuk melakukan kecurangan akademik dengan prosentase 49%, mencontek dengan persentase 52%, plagiasi dengan persentase 54%, dan electronic cheating dengan persentase 55%. Adapun hasil survei kepada mahasiswa akuntansi oleh (Kristanto et al., 2021) yang menyatakan bahwa kecurangan akademik dilakukan oleh mahasiswa akuntansi dipengaruhi oleh faktor seperti keserakahan, kesempatan, serta pengungkapan. Dari hasil penelitian (Ramadhan & Ruhiyat, 2020) menyatakan fraud diamond berpengaruh positif signifikan terhadap kecurangan akademik. Terdapat 1,5% mahasiswa yang melakukan titip absen dipengaruhi tekanan dan kemampuan serta 3,9% mahasiswa yang melakukan tindakan plagiasi dipengaruhi rasionalisasi.
Dengan adanya kecurangan akademik membuktikan bahwa kejujuran merupakan hal yang perlu ditanamkan pada generasi penerus bangsa. Fenomena kecurangan akademik saat ini juga disebabkan karena adanya pandemi yaitu COVID- 19 yang menyebabkan kegiatan pembelajaran tidak dapat dilakukan secara tatap muka.
Hal ini dapat meningkatkan terjadinya kecurangan akademik karena tidak adanya pengawasan saat ujian serta kecanggihan teknologi yang membuat pelajar maupun mahasiswa lebih mudah melakukan kecurangan akademik. Pemilihan kriteria pada
3
penelitian ini dikhususkan pada mahasiswa akuntansi dikarenakan merupakan calon akuntan dimana seorang akuntan harus memiliki integritas dan independen. Mahasiswa harus memiliki integritas yang kuat serta penanaman nilai-nilai dalam menghindari kecurangan perlu diterapkan. Pemilihan sampel dikhususkan terhadap mahasiswa akuntansi karena mahasiswa akuntansi mendapat pendidikan mengenai audit dan di dalamnya terkandung materi mengenai fraud.
Terciptanya tindakan kecurangan adalah pembenaran dari elemen-elemen dalam konsep fraud triangle yang berkembang menjadi konsep fraud diamond. Konsep mengenai fraud triangle diperkenalkan oleh Cressey (1953). Dalam konsep fraud triangle terdapat faktor-faktor yang mendasari tindakan kecurangan seperti tekanan, peluang dan rasionalisasi. Konsep dari fraud triangle kemudian dikembangkan oleh Wolfe dan Hermanson (2004) dengan menambahkan faktor dasar yang melandasi adanya tindakan kecurangan yaitu kemampuan. Sehingga terbentuklah beberapa faktor yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan tindakan kecurangan yakni tekanan, kesempatan, rasionalisasi dan kemampuan yang dikenal dengan konsep fraud diamond. Tekanan merupakan suatu rasa terpaksa memenuhi kebutuhan karena terdapat kelemahan dari dalam diri seseorang yang mendorong melakukan kecurangan.
Kesempatan adalah suatu keadaan yang timbul karena terdapat kelemahan dalam sistem dan keadaan tersebut dimanfaatkan dengan kemampuan yang dimiliki.
Rasionalisasi merupakan rasa percaya seseorang bahwa kecurangan memiliki risiko dan mencari pembenaran jika melakukan tindak kecurangan. Kemampuan adalah keberanian yang dimiliki individu untuk melakukan tindakan kecurangan dengan memanfaatkan kesempatan yang ada. Suatu tindakan kecurangan dapat terjadi ketika seseorang memiliki kemampuan. Kemampuan untuk mendeteksi dan memahami peluang yang ada untuk dimanfaatkan dalam tindak kecurangan. Sifat dan kemampuan yang dimiliki seseorang merupakan hal yang berperan penting dalam timbulnya tindakan kecurangan dibandingkan dengan faktor yang ada pada fraud triangle (Artani
& Wetra, 2017). Penelitian ini menggunakan variabel fraud diamond untuk mengetahui secara lebih detail apakah komponen-komponen dalam fraud diamond dapat mempengaruhi mahasiswa dalam kecurangan akademik.
4
Suatu keyakinan seseorang secara akademik dapat terlihat dari rasa percaya diri yang dimiliki terhadap kemampuan akademik yang dimiliki. Kemampuan akademik mahasiswa dapat diterapkan secara maksimal apabila mahasiswa dapat mengimplementasikan materi perkuliahan dari dosen ketika mengerjakan tugas maupun ujian. Dengan kuatnya keyakinan mahasiswa atas kemampuan akademik yang dimiliki maka adapun faktor yang dapat dipertimbangkan dalam pengaruh seseorang dalam bertindak kecurangan yaitu self efficacy. Self efficacy merupakan keyakinan akan kemampuan diri sendiri untuk pencapaian tujuan ketika menghadapi kesulitan (Andriyana, 2019). Ketika mahasiswa memiliki tingkat self efficacy yang tinggi, maka semakin besar keyakinan mengenai kemampuan dalam mengerjakan tes maupun tugas tanpa bantuan dari orang lain. Ketika seseorang memiliki self efficacy dari dalam diri yang tinggi maka dapat mendorong pola berpikir untuk menerapkan kemampuan yang dimiliki. Maka dari itu penelitian ini hendak menguji apakah self efficacy mempengaruhi niat mahasiswa dalam melakukan tindakan kecurangan akademik.
Religiusitas menggambarkan ketaatan manusia kepada Tuhan dalam menjalankan agama dan mengimplementasikan ajaran agama yang didapat dalam kehidupan sehari-hari. Mahasiswa disiapkan agar nantinya dapat menjadi sumber daya manusia yang memiliki etika dan moral yang baik saat sudah bekerja. Maka dari itu penting bagi mahasiswa untuk dapat menerapkan nilai-nilai religiusitas dalam kegiatan perkuliahan. Menurut Zamzam et al. (2017) kecurangan sering terjadi akibat kurangnya kesadaran dalam beragama dengan baik. Mahasiswa dituntut untuk memiliki pemahaman intelektual serta pemahaman agama sebagai pengontrol tindakan agar sesuai dengan nilai ajaran agama dan nilai kebudayaan yang ada. Sehingga penelitian ini mengambil variabel religiusitas untuk menguji tingkat religi dari mahasiswa berkaitan dengan kecurangan akademik.
Penelitian oleh Andriyana (2019) mendapatkan hasil dimana self efficacy berpengaruh negatif terhadap kecurangan akademik. Sedangkan penelitian Prawira &
Irianto (2016) menyatakan bahwa komponen-komponen dalam fraud diamond berpengaruh positif terhadap kecurangan akademik. Sedangkan hasil penelitian Andayani & Sari (2019) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif variabel
5
kesempatan terhadap kecurangan akademik namun variabel tekanan, rasionalisasi, dan kemampuan tidak berpengaruh terhadap kecurangan akademik. Penelitian Herlyana et al. (2017) menyatakan bahwa religiusitas berpengaruh negatif terhadap kecurangan akademik.
Penelitian ini adalah pengembangan dari penelitian oleh Andayani & Sari (2019), Andriyana (2019) dan Herlyana et al. (2017) mengenai kecurangan akademik.
Perbedaan dalam penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu perbedaan variabel dan objek yang diteliti. Perbedaan variabel dalam penelitian ini bermaksud menggabungkan variabel independen dari penelitian Andriyana (2019) mengenai self efficacy, variabel independen dari penelitian Andayani & Sari (2019) mengenai fraud diamond, dan variabel independen dari penelitian Herlyana et al. (2017) mengenai religiusitas. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Herlyana et al. (2017) populasi penelitiannya yaitu seluruh mahasiswa pada Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja sedangkan penelitian ini membandingkan sampel dari mahasiswa program studi S1 akuntansi di universitas berbasis agama dan sekolah tinggi swasta nasional sebagai objek penelitian.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini memilih dua objek penelitian yaitu Universitas X (universitas swasta berbasis agama) dan Sekolah Tinggi Y (sekolah tinggi swasta nasional) untuk dibandingkan. Pemilihan kedua objek pada penelitian ini didasarkan dengan adanya perbedaan frekuensi kegiatan mahasiswa dari Universitas X dan Sekolah Tinggi Y. Dimana mayoritas mahasiswa dari Universitas X, kegiatan utama mahasiswa yaitu kuliah secara full time.
Mahasiswa dari Sekolah Tinggi Y, mayoritas kegiatan utama dari mahasiswa yaitu kuliah dan bekerja. Sehingga dengan adanya perbedaan ini, maka dapat melihat bagaimana persepsi mahasiswa dari kedua objek penelitian dalam menyikapi tindakan kecurangan akademik.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan maka rumusan masalah pada penelitian ini meliputi: (1) Apakah self efficacy berpengaruh terhadap niat mahasiswa dalam melakukan kecurangan akademik ? ; (2) Apakah tekanan berpengaruh terhadap niat mahasiswa dalam melakukan kecurangan akademik ? ; (3) Apakah kesempatan
6
berpengaruh terhadap niat mahasiswa dalam melakukan kecurangan akademik? ; (4) Apakah rasionalisasi berpengaruh terhadap niat mahasiswa dalam melakukan kecurangan akademik? ; (5) Apakah kemampuan berpengaruh terhadap niat mahasiswa dalam melakukan kecurangan akademik? ; (6) Apakah religiusitas berpengaruh terhadap niat mahasiswa dalam melakukan kecurangan akademik?. Tujuan penelitian yaitu untuk menguji pengaruh self efficacy, fraud diamond, dan religiusitas terhadap niat kecurangan akademik pada mahasiswa aktif S1 program studi akuntansi pada dua objek penelitian yaitu Universitas dan Sekolah Tinggi.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis bagi akademik.
Dimana dengan adanya penelitian ini dapat memperkuat penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan kecurangan akademik. Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat dapat memperluas ilmu pengetahuan, dan memberikan referensi bagi penelitian selanjutnya. Sedangkan manfaat praktisi dari hasil penelitian yaitu melatih kemampuan dalam berpikir kritis untuk menemukan solusi atas suatu permasalahan.
KAJIAN LITERATUR Self Efficacy
Menurut Bandura (1997) efikasi diri atau self efficacy merupakan kemampuan seseorang yang meyakinkan dalam melakukan tindakan untuk mendapatkan hal yang diinginkan. Self efficacy yaitu tingkat kepercayaan yang dimiliki seseorang dalam menyelesaikan ujian atau tugas yang akan dihadapi, sehingga dapat mengatasi rintangan dan mendapatkan hasil sesuai harapan dengan mendapat nilai maksimal.
Fraud Diamond
Menurut Wolfe & Hermanson (2004) konsep fraud diamond adalah komponen baru dalam penyempurnaan konsep fraud triangle. Unsur di dalam fraud triangle adalah tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi. Fraud diamond yaitu penyempurnaan dari fraud mode yang dikembangkan oleh Cressey yang meliputi tekanan, kesempatan, rasionalisasi, dan kemampuan.
7
Tekanan merupakan suatu rasa terpaksa memenuhi kebutuhan karena terdapat kelemahan dari dalam diri seseorang yang mendorong melakukan kecurangan.
Kesempatan adalah suatu keadaan yang timbul karena terdapat kelemahan dalam sistem dan keadaan tersebut dimanfaatkan dengan kemampuan yang dimiliki.
Rasionalisasi merupakan rasa percaya seseorang bahwa kecurangan memiliki risiko dan mencari pembenaran jika terbukti melakukan tindakan kecurangan. Kemampuan adalah keberanian seseorang yang meyakinkan saat hendak melakukan tindakan curang dengan kesempatan yang ada.
Religiusitas
Religiusitas berasal dari kata religi dimana mengandung arti yaitu sistem keagamaan dan kepercayaan seseorang. Religiusitas menggambarkan rasa percaya manusia kepada Tuhan dalam menjalankan agama. Religiusitas merupakan perwujudan sisi kehidupan manusia dalam beraktivitas. Dimana aktivitas yang berkaitan dengan keagamaan tidak hanya terjadi saat individu beribadah atau melakukan perilaku ritual saja, namun dapat dilakukan saat seseorang melakukan aktivitas lain yang dipengaruhi dengan kekuatan lahir (Zamzam et al., 2017).
Religiusitas mengukur kepatuhan seseorang dalam menjalankan ajaran agama yang dipercaya (Anisa, 2020).
Kecurangan Akademik
Menurut Albrecht et al. (2012) kecurangan akademik yaitu tindakan yang tidak jujur dalam mengerjakan tugas dan tes karena menginginkan nilai tinggi didorong faktor kesempatan dan kesengajaan. Dengan melakukan kecurangan akademik akan membuat seseorang tidak dapat menemukan kemampuan yang ada pada diri sendiri (Andayani & Sari, 2019). Menurut Yudiana & Lastanti (2017) kecurangan akademik adalah tindakan yang dapat menguntungkan mahasiswa dengan cara tidak jujur meliputi plagiarisme, mencontek atau memalsukan suatu hal dalam kaitannya dengan akademik. Tindakan curang dalam hal akademik tidak hanya merugikan diri sendiri akan tetapi dapat merugikan orang lain. Kecurangan akademik dapat berdampak
8
kepada karakter seseorang apabila terus dilakukan. Seseorang akan menjadi tidak jujur, tidak disiplin, kurang percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki.
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pengaruh Self Efficacy terhadap Niat Melakukan Kecurangan Akademik
Dalam hal akademik, self efficacy mengacu pada tingkat kepercayaan mahasiswa dalam rangka mencapai keberhasilan dalam menyelesaikan tugas yang berbasis pada kompetensi kinerja seseorang. Pudjiastuti (2012), Andriyana (2019), Rindiyani et al. (2019) dalam penelitiannya menyatakan bahwa self efficacy berpengaruh negatif terhadap kecurangan akademik. Efikasi diri merujuk pada suatu keyakinan dari dalam diri individu terhadap kemampuan dimiliki oleh individu tersebut untuk melakukan suatu hal dengan baik. Apabila seseorang memiliki keyakinan seperti ini maka semakin tinggi keyakinan seseorang pada dirinya untuk melakukan sesuatu dengan baik akan menurunkan niat dalam melakukan kecurangan. Dalam mempersiapkan ujian maupun tes, mahasiswa yang sudah mempersiapkan materi dengan baik maka akan membuat mahasiswa tersebut lebih yakin bisa mengerjakan soal tes.
H1: Self Efficacy berpengaruh negatif terhadap niat kecurangan akademik.
Pengaruh Tekanan terhadap Niat Melakukan Kecurangan Akademik
Prawira & Irianto (2016), Zaini et al. (2016), Ridhayana et al. (2018), Dewi &
Pertama (2020) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tekanan berpengaruh positif terhadap kecurangan akademik. Tekanan mampu mendorong niat seseorang berbuat kecurangan akademik. Apabila seseorang ingin mencapai hal tertentu yang dilatar belakangi oleh beberapa faktor, baik faktor eksternal maupun internal maka akan membuat seseorang melakukan kecurangan akademik. Faktor internal dapat timbul dari dalam diri mahasiswa seperti tugas yang menumpuk dan belum dikerjakan memunculkan rasa tertekan kemudian melakukan kecurangan akademik. Sedangkan faktor eksternal dapat berasal dari orang tua dimana orang tua mendorong mahasiswa untuk mendapatkan IPK yang tinggi sehingga mahasiswa terdorong untuk melakukan kecurangan akademik.
9
H2: Tekanan berpengaruh positif terhadap niat kecurangan akademik.
Pengaruh Kesempatan terhadap Niat Melakukan Kecurangan Akademik
Ketika seseorang menganggap bahwa keadaan aman maka mendorong tindakan kecurangan dengan asumsi kecurangan yang hendak dilakukan tidak akan terdeteksi.
Kemungkinan melakukan tindakan kecurangan akan semakin meningkat apabila kesempatan yang didapatkan meningkat. Prawira & Irianto (2016), Ridhayana et al.
(2018), Andayani & Sari (2019), Dewi & Pertama (2020) dalam penelitiannya menyatakan kesempatan berpengaruh positif terhadap kecurangan akademik. Salah satu penyebab kecurangan akademik yaitu adanya kesempatan dalam melakukan kecurangan contohnya seperti pengawas saat ujian tidak memperhatikan peserta ujian.
Pengawas ujian yang kurang memperhatikan mahasiswa dapat meningkatkan kesempatan mahasiswa untuk membuka catatan saat tes atau menyontek.
H3: Kesempatan berpengaruh positif terhadap niat kecurangan akademik.
Pengaruh Rasionalisasi terhadap Niat Melakukan Kecurangan Akademik
Rasionalisasi adalah tindakan membenarkan diri sendiri dengan beralasan tidak tepat atas tindakan yang tidak benar. Saat mahasiswa mendapati temannya berbuat kecurangan akademik tanpa diketahui oleh dosen pengajar membuat mahasiswa terdorong untuk melakukan tindakan yang sama (Anisa, 2020). Nursani & Irianto (2013), Prawira & Irianto (2016), Andrianus et al. (2019), Dewi & Pertama (2020) dalam penelitiannya menyatakan bahwa rasionalisasi pembenaran diri dalam melakukan kecurangan berpengaruh positif terhadap kecurangan akademik. Anggapan mengenai tindakan kecurangan akademik biasa dilakukan sehingga dapat membentuk pola pikir bahwa kecurangan akademik adalah hal yang wajar. Ketika mahasiswa menganggap bahwa kecurangan akademik seperti menyalin jawaban dari teman merupakan hal yang biasa dilakukan maka dapat meningkatkan niat melakukan kecurangan akademik.
H4: Rasionalisasi berpengaruh positif terhadap niat kecurangan akademik.
10
Pengaruh Kemampuan terhadap Niat Melakukan Kecurangan Akademik
Kemampuan seseorang dapat mempengaruhi tindakan kecurangan atau kecurangan tidak akan terjadi apabila kemampuan mengenai kecurangan tidak dimiliki oleh pelaku kecurangan. Nursani & Irianto (2013), Prawira & Irianto (2016), Artani &
Wetra (2017), Dewi & Pertama (2020) dalam penelitiannya menyatakan kemampuan berpengaruh positif terhadap kecurangan akademik. Saat individu memiliki tingkat kemampuan yang tinggi dalam memahami situasi saat hendak berbuat kecurangan akademik mendorong niat individu dalam berbuat kecurangan akademik. Mahasiswa yang mengenal karakter dosen pengajar maupun pengawas ujian akan lebih mudah untuk menemukan dalam melakukan tindakan kecurangan.
H5: Kemampuan berpengaruh positif terhadap niat kecurangan akademik.
Pengaruh Religiusitas terhadap Niat Melakukan Kecurangan Akademik
Religiusitas adalah kepercayaan seseorang kepada Tuhan dalam menjalankan agama. Penelitian yang dilakukan oleh Aziz & Novianti (2016), Herlyana et al. (2017), Zamzam et al. (2017), Ridhayana et al. (2018) menunjukkan bahwa religiusitas berpengaruh negatif terhadap kecurangan akademik. Dengan tingkat religiusitas tinggi membuat mahasiswa memiliki keyakinan dimana tindakan kecurangan merupakan tindakan yang salah sehingga dapat menimbulkan dosa. Ketika seseorang memiliki tingkat religiusitas yang tinggi maka niat dalam berbuat kecurangan akademik semakin rendah. Mahasiswa yang memiliki pengetahuan tentang tindakan kecurangan memahami bahwa segala jenis tindakan kecurangan, termasuk kecurangan akademik adalah hal yang tidak dibenarkan dalam agama karena termasuk perbuatan yang tidak jujur.
H6: Religiusitas berpengaruh negatif terhadap niat kecurangan akademik.
Pengaruh Self Efficacy, Fraud Diamond, dan Religiusitas terhadap Niat Melakukan Kecurangan Akademik
Self Efficacy kaitannya dalam hal akademik adalah keyakinan seseorang atas kemampuan yang dimiliki untuk menyelesaikan tugas dan tes. Fraud diamond terdiri atas tekanan, kesempatan, rasionalisasi, dan kemampuan yang dapat mendorong
11
seseorang melakukan tindakan kecurangan. Religiusitas kaitannya dengan akademik yaitu rasa percaya bahwa segala jenis kecurangan adalah tindakan yang salah dan dapat menimbulkan dosa termasuk tindakan kecurangan akademik. Ketiga komponen dalam penelitian ini merupakan variabel-variabel yang dapat mempengaruhi seseorang secara bersama-sama dalam melakukan suatu tindakan. Dalam penelitian ini dibahas secara lebih detail tentang pengaruhnya terhadap tindakan kecurangan akademik, baik itu mempengaruhi secara positif maupun negatif.
H7 : Self Efficacy, Fraud Diamond, dan Religiusitas berpengaruh simultan terhadap niat melakukan kecurangan akademik.
Model Penelitian
Gambar 1. Model Penelitian
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kuantitatif deskriptif dimana terdiri dari 6 variabel independen dan 1 variabel dependen. Terdapat variabel self efficacy, tekanan, kesempatan, rasionalisasi, kemampuan, dan religiusitas sebagai variabel independen. Kemudian niat melakukan kecurangan akademik sebagai variabel
12
dependen. Data primer didapatkan dari hasil penyebaran kuesioner melalui google form dengan kriteria responden yaitu mahasiswa akuntansi jenjang S1. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software yaitu IBM SPSS Statistic versi 23. Tujuan penelitian ini yaitu mendapatkan data empiris terkait beberapa faktor yang dapat mempengaruhi niat mahasiswa dalam melakukan kecurangan akademik.
Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini bermaksud untuk membandingkan dua subjek penelitian yaitu mahasiswa aktif strata 1 program studi akuntansi dari Universitas X (salah satu perguruan tinggi di Jawa Tengah) dan mahasiswa aktif strata 1 program studi akuntansi dari Sekolah Tinggi Y (salah satu perguruan tinggi di Jawa Tengah). Dalam penelitian ini, populasinya yakni mahasiswa aktif jenjang S1 program studi akuntansi dari Universitas X angkatan 2018-2020 dengan total populasi 589 mahasiswa sehingga total sampel yang didapat yaitu 239 mahasiswa. Sedangkan mahasiswa aktif jenjang S1 program studi akuntansi dari Sekolah Tinggi Y angkatan 2018-2020 dengan total populasi yaitu 82 mahasiswa sehingga total sampel yang didapat yaitu 68 mahasiswa.
Pemilihan populasi yaitu mahasiswa akuntansi angkatan 2018-2020 karena mahasiswa akuntansi pada angkatan tersebut sudah mengambil mata kuliah yang membahas lebih dalam mengenai kecurangan (fraud) seperti mata kuliah dalam rumpun audit dan sistem informasi akuntansi. Dengan pembelajaran yang didapat dari masing-masing mata kuliah tersebut, mahasiswa dianggap memiliki penilaian yang lebih mendalam mengenai tindakan kecurangan. Selain itu mahasiswa memiliki pengalaman yang lebih terkait kecurangan akademik saat menempuh jenjang pendidikan sebelumnya. Dimana dalam perkuliahan tugas dan tes yang semakin padat serta keinginan mahasiswa untuk tidak mengulang mata kuliah membuat mahasiswa berniat melakukan tindakan kecurangan akademik. Mahasiswa angkatan 2018-2020 dianggap memiliki perspektif yang lebih matang dalam menanggapi dan menyikapi tindakan kecurangan akademik karena lebih mengetahui apa saja dampak jika melakukan kecurangan akademik di universitas atau sekolah tinggi mahasiswa tersebut. Teknik yang digunakan untuk mengetahui jumlah sampel dilakukan dengan
13
perhitungan menggunakan slovin sampling. Skala pengukuran menggunakan skala likert dengan lima alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (5), Setuju (4), Netral (3), Tidak Setuju (2), Sangat Tidak Setuju (1).
Angkatan 2018-2020 Program Studi Akuntansi dari Universitas X
Angkatan 2018-2020 Program Studi Akuntansi dari Sekolah Tinggi Y
Keterangan : n : sample N : populasi e : error (5%)
Perhitungan sampel menggunakan rumus Slovin dengan tingkat error sebesar 5%
dengan hasil sampel pada Universitas X sebanyak 238 responden dan Sekolah Tinggi Y sebanyak 68 responden. Pada penelitian ini jumlah kuesioner yang disebarkan kepada Universitas X yaitu 589 responden dan 82 responden dari Sekolah Tinggi Y.
Sampel dari Universitas X didapatkan dengan cara mengirimkan kuesioner melalui google mail kepada populasi penelitian dari angkatan 2018, 2019, dan 2020 sehingga mendapatkan sampel yaitu 241 responden. Sampel dari Sekolah Tinggi Y didapatkan dengan cara mengirimkan kuesioner kepada ketua kelas masing-masing angkatan yaitu angkatan 2018, 2019, dan 2020 kemudian kuesioner diteruskan kepada mahasiswa yang lain sehingga memperoleh sampel sebanyak 69 responden.
14 Definisi Operasional Variabel
Tabel 1. Operasional Variabel
Variabel Definisi Operasional Variabel Indikator Self Efficacy
(X1)
Self efficacy merupakan suatu keyakinan akan kemampuan yang dimiliki individu dalam mengatur serta melakukan tindakan yang dilakukan untuk mendapatkan keinginannya (Bandura, 1997).
-Keyakinan dengan kemampuan akademik
-Keyakinan dengan jawaban yang dimiliki
-Keyakinan mempersiapkan tes maupun tugas
-Keyakinan dalam mencoba sesuatu yang sulit
- Motivasi belajar dari dalam diri Tekanan (X2) Tekanan merupakan rasa terdesak untuk
memenuhi kebutuhan dikarenakan dorongan oleh seseorang sehingga melakukan kecurangan (Wolfe &
Hermanson, 2004).
-Kurang memahami materi perkuliahan
-Tekanan dari orang tua -Tugas yang menumpuk -Soal yang sulit
Kesempatan (X3)
Kesempatan adalah suatu kondisi yang muncul akibat terdapat suatu kelemahan dalam sistem sehingga keadaan tersebut dimanfaatkan (Wolfe & Hermanson, 2004).
- Pengawasan tes tidak ketat - Melakukan copy paste - Tidak ada cek plagiasi - Sanksi tidak berat
Rasionalisasi (X4)
Rasionalisasi merupakan keyakinan seseorang bahwa setiap kecurangan akan memunculkan risiko dan mencari pembenaran atas tindakan yang diperbuat (Wolfe & Hermanson, 2004).
-Melakukan kecurangan akademik tidak akan merugikan orang lain -Menyalin tugas maupun tes karena mahasiswa lain juga melakukan hal serupa
15
-Membagi jawaban saat tes maupun tugas karena solidaritas -Melakukan copy paste dan plagiarisme karena merupakan hal biasa
Kemampuan (X5)
Kemampuan merupakan keberanian yang meyakinkan dari seseorang yang menunjukan bahwa individu tersebut dapat melakukan tindakan kecurangan (Wolfe & Hermanson, 2004).
-Kemampuan dalam memahami karakter dosen atau pengawas tes -Mampu memikirkan cara melakukan kecurangan akademik berdasarkan peluang
-Mampu menghilangkan rasa bersalah setelah melakukan kecurangan akademik
-Mampu menggunakan barang elektronik dan internet saat tes - Memiliki strategi khusus dalam melakukan kecurangan
Religiusitas (X6)
Religiusitas berasal dari kata religi dimana mengandung arti yaitu sistem keagamaan dan kepercayaan seseorang (Zamzam et al., 2017).
-Perbuatan kecurangan akademik adalah hal yang salah dan dilarang oleh agama
-Segala jenis tindak kecurangan termasuk kecurangan akademik dapat perhitungan di akhirat -Tidak melakukan kecurangan karena mendapat ajaran agama -Tidak melakukan kecurangan akademik karena sedang berpuasa
16 Kecurangan
Akademik (Y)
Tindakan kecurangan akademik merupakan tindakan tidak jujur dalam mengerjakan tugas dan tes karena menginginkan nilai tinggi didorong faktor kesempatan dan kesengajaan.
(Albrecht et al., 2012)
-Berkomunikasi dengan teman atau bekerja sama saat tes
-Menyalin jawaban dari internet/jurnal/buku tanpa mencantumkan sumber
-Mencari bocoran soal/jawaban sebelum tes
- Memberikan jawaban saat tes -Menyalin jawaban saat tes
Teknik Analisis Data
Data hasil penyebaran kuesioner akan diuji menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Uji statistik deskriptif adalah pengujian yang pertama kali dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum deskripsi data. Kemudian diuji validitas serta uji reliabilitas dengan tujuan yaitu mengetahui apakah alat ukur tepat dalam mengukur objek yang diteliti. Langkah selanjutnya yaitu uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, serta uji heteroskedastisitas. Tahap selanjutnya yaitu pengujian hipotesis meliputi uji T dan uji F.
Uji validitas mengukur validnya pertanyaan-pertanyaan dalam mengukur variabel yang akan diteliti. Dimana kriteria dalam uji validitas yaitu nilai sig (2-tailed) pada total konstruk < 0,05 sehingga pernyataan dapat dinyatakan valid. Sedangkan untuk uji reliabilitas, dilakukan untuk menguji data hasil pengukuran instrument dapat diandalkan. Kuesioner dapat dikatakan reliabel apabila alpha Cronbach > 0,6 (Ghozali, 2016).
Uji normalitas dilakukan untuk menguji pada model regresi setiap variabel apakah berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Apabila hasil pengujian menunjukkan signifikansi > 0,05 dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal (Ghozali, 2016). Uji normalitas dilakukan dengan uji scatterplot dimana data akan
17
dikatakan berdistribusi normal apabila titik-titik menyebar sejajar dengan variabel Y atau variabel dependen. Kemudian uji multikolinearitas bertujuan menguji apakah model regresi memiliki keterkaitan antar variabel independen. Apabila tidak terdapat korelasi antara variabel independen dan variabel dependen maka model regresi dinyatakan baik. Uji multikolinearitas menggunakan dengan VIF, jika nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,10 artinya bahwa data tidak terjadi masalah multikolinearitas (Ghozali, 2016). Uji heteroskedastisitas menguji apakah terdapat ketidaksamaan variance satu pengamatan ke pengamatan lain. Apabila terdapat variance dari residual tidak tetap maka disebut heteroskedastisitas dan jika tidak terjadi heteroskedastisitas maka model regresi dinyatakan baik (Ghozali, 2016).
Pengujian menggunakan uji T bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh parsial yang diberikan variabel X terhadap variabel Y. Sedangkan pengujian menggunakan uji F bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh simultan yang diberikan variabel X terhadap variabel Y. Pengujian menggunakan uji F, dapat diterima hasilnya apabila nilai signifikansi pengujian simultan < 0,05. Pengujian hipotesis dapat dilihat dari nilai koefisien regresi untuk mengetahui pengaruh variabel apakah bersifat positif atau negatif. Apabila nilai koefisiensi bernilai negatif maka menggambarkan adanya pengaruh negatif variabel independen terhadap variabel dependen dan sebaliknya. Uji statistik t dilakukan untuk mengukur pengaruh dari individual satu variabel independen untuk menerangkan variasi variabel dependen.
Dalam penelitian ini, menggunakan alpha 0,05 dengan membandingkan p-value.
Hipotesis diterima jika p-value < 0,05 dimana variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen dan hipotesis ditolak jika p-value > 0,05 dimana variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2016).
18 HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Responden
Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2. Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Prosentase
Laki-laki 69 22.26%
Perempuan 241 77.74%
Total 310 100%
Dalam hasil pengolahan data yang dikategorikan menurut jenis kelamin, jumlah terbanyak yaitu responden perempuan yaitu 241 responden sedangkan jumlah responden laki-laki yaitu 69 responden.
Universitas X
Deskripsi responden dari universitas dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 3. Responden Universitas X Berdasarkan Angkatan
Angkatan Jumlah Prosentase
2018 132 54.77%
2019 61 25.31%
2020 48 19.91%
Total 241 100%
Dalam hasil pengolahan data berdasarkan angkatan responden dari universitas, mayoritas responden merupakan angkatan 2018 berjumlah 132 responden, angkatan 2019 berjumlah 61 responden, serta angkatan 2020 berjumlah 48 responden.
Sekolah Tinggi Y
Deskripsi responden dari sekolah tinggi dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
19
Tabel 4. Responden Sekolah Tinggi Y Berdasarkan Angkatan
Angkatan Jumlah Prosentase
2018 18 26.08%
2019 30 43.48%
2020 21 30.43%
Total 69 100%
Dalam hasil pengolahan data berdasarkan angkatan responden dari sekolah tinggi, mayoritas responden merupakan angkatan 2019 berjumlah 30 responden, kemudian angkatan 2020 berjumlah 21 responden, serta angkatan 2018 berjumlah 18 responden.
Statistik Deskriptif
Deskripsi hasil statistik dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 5. Statistik Deskriptif
Variabel N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Self Efficacy 310 14 25 19,66 2,499
Tekanan 310 4 18 10,51 3,254
Kesempatan 310 5 23 12,21 3,714
Rasionalisasi 310 4 20 10,30 3,147
Kemampuan 310 5 25 13,44 3,631
Religiusitas 310 4 20 15,87 2,537
Kecurangan Akademik
310 5 25 15,89 4,380
Tabel di atas menjelaskan bahwa sampel dalam penelitian ini sebanyak 310 sampel.
Apabila dilihat dari variabel niat melakukan kecurangan akademik, data tersebut menunjukan nilai terendah sebesar 5, nilai tertinggi sebesar 25 dengan rata-rata 15,89 serta standar deviasi sebesar 4,380 dimana hal ini memiliki arti kurang dari rata-rata
20
sehingga dapat dikatakan bahwa nilai-nilai merata karena penyimpangan data yang terjadi rendah. Rata-rata untuk variabel self efficacy, tekanan, kesempatan, rasionalisasi, kemampuan, dan religiusitas lebih tinggi dibandingkan standar deviasi sehingga dapat dikatakan bahwa dalam penelitian ini penyebaran nilai merata karena penyimpangan data yang terjadi rendah. Pada hasil statistik deskripsi diatas dapat dilihat bahwa rata-rata untuk jawaban variabel self efficacy adalah 19,66, variabel tekanan sebesar 10,51, variabel kesempatan sebesar 12,21, variabel rasionalisasi sebesar 10,30, variabel kemampuan sebesar 13,44, variabel religiusitas sebesar 15,87, dan variabel kecurangan akademik sebesar 15,89. Dilihat dari jawaban kuesioner yang diberikan dapat dilihat bahwa nilai rata-rata jawaban yang diberikan cukup tinggi baik dari variabel X maupun variabel Y.
Uji Validitas dan Reliabilitas Data
Hasil uji validitas diperoleh data yang menyatakan bahwa data valid dimana nilai r hitung atau pearson correlation masing-masing variabel yaitu self efficacy, tekanan, kesempatan, rasionalisasi, kemampuan, religiusitas dan niat melakukan kecurangan akademik bernilai lebih besar dari nilai r tabel sebesar 0,113. Sedangkan untuk perolehan nilai alpha setiap variabel bernilai > 0,600. Hasil ini menjelaskan bahwa data bersifat reliabel sehingga dapat dilakukan untuk pengujian (lampiran).
Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas
Untuk mengetahui uji normalitas pengaruh variabel dapat dilihat dari grafik berikut:
Gambar 2. Uji Normalitas
21
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa pengujian normalitas menggunakan grafik scatterplot menunjukkan hasil dimana titik-titik ploting berada mengikuti garis diagonal sehingga hasil ini menunjukkan bahwa nilai residual berdistribusi normal.
2) Uji Multikolinearitas
Untuk mengetahui hasil uji multikolinearitas dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 6. Uji Multikolinearitas
Variabel Tolerance VIF
Self Efficacy .855 1,170
Tekanan .413 2,419
Kesempatan .354 2,903
Rasionalisasi .323 3,096
Kemampuan .585 1,710
Religiusitas .855 1,169
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas pada model regresi karena VIF kurang dari 10 serta angka tolerance lebih dari 0,10.
3) Uji Heteroskedastisitas
Untuk mengetahui hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat dari grafik scatterplot berikut:
Gambar 3. Uji Heteroskedastisitas
22
Output scatterplot di atas menunjukkan bahwa data diatas terbebas dari gejala heteroskedastisitas karena titik-titik data yang menyebar di bawah, di atas juga di sekitar angka 0.
Pengujian Hipotesis
Pengaruh Self Efficacy Terhadap Niat Melakukan Kecurangan Akademik
Pengaruh self efficacy terhadap niat melakukan kecurangan akademik dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 7. Pengaruh Self Efficacy Terhadap Niat Melakukan Kecurangan Akademik
Hasil Uji Hipotesis R Square B Sig. uji t
Universitas X 0,001 -0,051 0,662
Sekolah Tinggi Y 0,029 0,259 0,162
Tabel diatas menjelaskan bahwa nilai R Square Universitas X yaitu 0,001 yang artinya variansi niat melakukan kecurangan akademik yang dipengaruhi self efficacy sebesar 0,01%. Sedangkan nilai R Square Sekolah Tinggi Y yaitu 0,029 yang artinya variansi niat melakukan kecurangan akademik yang dipengaruhi self efficacy sebesar 0,29%. Pengujian variabel self efficacy pada Universitas X menghasilkan koefisien regresi bersifat negatif sebesar 0,051 dan nilai signifikansinya sebesar 0,662.
Sedangkan pengujian variabel self efficacy pada Sekolah Tinggi Y menghasilkan koefisien regresi bersifat positif sebesar 0,259 dan nilai signifikansi sebesar 0,162. Dari kedua sampel menunjukkan bahwa nilai signifikansi > 0,05 sehingga hipotesis ditolak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak dimana self efficacy tidak berpengaruh terhadap niat melakukan kecurangan akademik.
Pengaruh Tekanan Terhadap Niat Melakukan Kecurangan Akademik
Pengaruh tekanan terhadap niat melakukan kecurangan akademik dapat dilihat dari tabel berikut:
23
Tabel 8. Pengaruh Tekanan Terhadap Niat Melakukan Kecurangan Akademik
Hasil Uji Hipotesis R Square B Sig. uji t
Universitas X 0,120 0,466 0,000
Sekolah Tinggi Y 0,092 0,386 0,011
Tabel diatas menjelaskan bahwa nilai R Square Universitas X yaitu 0,120 yang artinya variansi niat melakukan kecurangan akademik yang dipengaruhi tekanan sebesar 12,0%. Sedangkan nilai R Square Sekolah Tinggi Y yaitu 0,092 yang artinya variansi niat melakukan kecurangan akademik yang dipengaruhi tekanan sebesar 9,2%.
Pengujian variabel tekanan pada Universitas X menghasilkan nilai koefisien regresi bersifat positif sebesar 0,466 dan nilai signifikansi sebesar 0,000. Sedangkan pengujian variabel tekanan pada Sekolah Tinggi Y menghasilkan koefisien regresi bersifat positif sebesar 0,386 dan nilai signifikansi sebesar 0,011. Dari kedua objek penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikansi < 0,05 sehingga hipotesis diterima. Hasil ini menunjukkan H2 diterima dan H0 ditolak artinya tekanan berpengaruh positif terhadap niat melakukan kecurangan akademik.
Pengaruh Kesempatan Terhadap Niat Melakukan Kecurangan Akademik Pengaruh kesempatan terhadap niat melakukan kecurangan akademik dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 9. Pengaruh Kesempatan Terhadap Niat Melakukan Kecurangan Akademik
Hasil Uji Hipotesis R Square B Sig. uji t
Universitas X 0,137 0,437 0,000
Sekolah Tinggi Y 0,140 0,360 0,002
Tabel diatas menjelaskan bahwa nilai R Square Universitas X yaitu 0,137 yang artinya variasi niat melakukan kecurangan akademik yang dipengaruhi kesempatan sebesar 13,7%. Sedangkan nilai R Square Sekolah Tinggi Y yaitu 0,140 yang artinya variasi niat melakukan kecurangan akademik yang dipengaruhi kesempatan sebesar 14,0%. Pengujian variabel kesempatan pada Universitas X menghasilkan nilai
24
koefisien regresi bersifat positif sebesar 0,437 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000.
Sedangkan pengujian variabel kesempatan pada Sekolah Tinggi Y menghasilkan koefisien regresi bersifat positif sebesar 0,360 dan nilai signifikansi sebesar 0,002. Dari kedua objek penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikansi < 0,05 maka hipotesis diterima. Hasil ini menunjukkan H3 diterima dan H0 artinya kesempatan berpengaruh positif terhadap niat melakukan kecurangan akademik.
Pengaruh Rasionalisasi Terhadap Niat Melakukan Kecurangan Akademik Pengaruh rasionalisasi terhadap niat melakukan kecurangan akademik dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 10. Pengaruh Rasionalisasi Terhadap Niat Melakukan Kecurangan Akademik
Hasil Uji Hipotesis R Square B Sig. uji t
Universitas X 0,155 0,548 0,000
Sekolah Tinggi Y 0,130 0,539 0,002
Tabel diatas menjelaskan bahwa nilai R Square Universitas yaitu 0,155 yang artinya variansi niat melakukan kecurangan akademik yang dipengaruhi rasionalisasi sebesar 15,5%. Sedangkan nilai R Square Sekolah Tinggi yaitu 0,130 yang artinya variansi niat melakukan kecurangan akademik yang dipengaruhi rasionalisasi sebesar 13,0% . Pengujian variabel rasionalisasi pada Universitas X menghasilkan nilai koefisien regresi bersifat positif sebesar 0,548 dan nilai signifikansi sebesar 0,000.
Sedangkan pengujian variabel rasionalisasi pada Sekolah Tinggi menghasilkan koefisien regresi bersifat positif sebesar 0,539 dan nilai signifikansi sebesar 0,002. Dari kedua objek penelitian menunjukkan nilai signifikansi < 0,05 maka hipotesis diterima.
Hasil ini menunjukkan H4 diterima dan H0 ditolak artinya rasionalisasi berpengaruh positif terhadap niat melakukan kecurangan akademik.
Pengaruh Kemampuan Terhadap Niat Melakukan Kecurangan Akademik Pengaruh kemampuan terhadap niat melakukan kecurangan akademik dapat dilihat dari tabel berikut:
25
Tabel 11. Pengaruh Kemampuan Terhadap Niat Melakukan Kecurangan Akademik
Hasil Uji Hipotesis R Square B Sig. uji t
Universitas X 0,162 0,485 0,000
Sekolah Tinggi Y 0,098 0,406 0,009
Tabel diatas menjelaskan bahwa nilai R Square Universitas X yaitu 0,162 yang artinya variansi niat melakukan kecurangan akademik yang dipengaruhi kemampuan sebesar 16,2%. Sedangkan nilai R Square Sekolah Tinggi Y yaitu 0,098 yang artinya variansi niat melakukan kecurangan akademik yang dipengaruhi kemampuan sebesar 9,8%. Pengujian variabel kemampuan pada Universitas X menghasilkan nilai koefisien regresi bersifat positif sebesar 0,485 dan nilai signifikansi sebesar 0,000. Sedangkan pengujian variabel kemampuan pada Sekolah Tinggi Y menghasilkan koefisien regresi bersifat positif sebesar 0,406 dan nilai signifikansi sebesar 0,009. Dari kedua objek penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikansi < 0,05 maka hipotesis diterima. Hasil ini menunjukkan H5 diterima dan H0 ditolak artinya kemampuan berpengaruh positif terhadap niat melakukan kecurangan akademik.
Pengaruh Religiusitas Terhadap Niat Melakukan Kecurangan Akademik
Pengaruh religiusitas terhadap niat melakukan kecurangan akademik dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 12. Pengaruh Religiusitas Terhadap Niat Melakukan Kecurangan Akademik
Hasil Uji Hipotesis R Square B Sig. uji t
Universitas X 0,001 0,065 0,512
Sekolah Tinggi Y 0,002 -0,065 0,743
Tabel diatas menjelaskan bahwa nilai R Square Universitas X yaitu 0,001 yang artinya variansi niat melakukan kecurangan akademik yang dipengaruhi religiusitas sebesar 0,01%. Sedangkan nilai R Square Sekolah Tinggi Y yaitu 0,002 yang artinya variansi niat melakukan kecurangan akademik yang dipengaruhi religiusitas sebesar 0,02%. Pengujian variabel religiusitas pada Universitas X menghasilkan nilai koefisien regresi positif sebesar 0,065 dengan nilai signifikansi sebesar 0,512. Sedangkan
26
pengujian variabel religiusitas pada Sekolah Tinggi Y menghasilkan koefisien regresi bersifat negatif sebesar 0,065 dan nilai signifikansi sebesar 0,743. Dari kedua sampel menunjukkan bahwa nilai signifikansi > 0,05 maka hipotesis ditolak. Hasil ini menunjukkan H0 diterima dan H6 ditolak artinya variabel religiusitas tidak berpengaruh terhadap niat melakukan kecurangan akademik.
Pengaruh Self Efficacy, Fraud Diamond, dan Religiusitas Terhadap Niat Melakukan Kecurangan Akademik
Tabel 13. Pengaruh Self Efficacy, Fraud Diamond, dan Religiusitas terhadap Niat Melakukan Kecurangan Akademik
Hasil Uji Hipotesis F Sig. Uji F
Universitas X 12,818 0,000
Sekolah Tinggi Y 3,211 0,008
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi untuk Universitas X yaitu 0,000 dan untuk signifikansi Sekolah Tinggi Y yaitu 0,008 dimana keduanya bernilai < 0,05 yang berarti hipotesis diterima. Sehingga H7 diterima yang artinya self efficacy, fraud diamond, dan religiusitas berpengaruh secara simultan baik pada Universitas X maupun Sekolah Tinggi Y.
Pembahasan
Hasil penelitian dari variabel self efficacy menunjukkan bahwa self efficacy tidak berpengaruh terhadap niat melakukan kecurangan akademik mahasiswa.
Penelitian oleh Artani & Wetra (2017) dan (Fadri & Khafid, 2018) sejalan dengan penelitian ini dimana self efficacy tidak berpengaruh terhadap niat melakukan kecurangan akademik. Hal ini menunjukkan bahwa efikasi diri yang dimiliki individu tidak selalu mempengaruhi niat untuk melakukan kecurangan akademik. Dalam hal kecurangan akademik pada universitas dan sekolah tinggi, ditemukan bahwa mahasiswa yang memiliki efikasi diri juga dapat memiliki persepsi tentang melakukan kecurangan akademik. Penelitian oleh Ashari et al. (2010) menyatakan adanya
27
keterkaitan antara tingkat self efficacy terhadap academic dishonesty tidak cukup kuat meskipun memiliki hubungan terbalik atau bersifat negatif. Berdasarkan penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tingginya self efficacy yang dimiliki mahasiswa tidak selalu memiliki keterkaitan atau korelasi langsung dengan niat melakukan tindakan kecurangan akademik. Hasil penelitian menyatakan bahwa nilai R Square di Universitas X sebesar 0,01% dengan nilai signifikansi 0,662 sedangkan nilai R Square pada Sekolah Tinggi Y yaitu sebesar 0,29% dengan nilai signifikansi 0,162.
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa niat mahasiswa melakukan kecurangan akademik pada kedua objek penelitian tidak dipengaruhi oleh variabel self efficacy.
Hasil penelitian variabel tekanan membuktikan bahwa variabel tekanan berpengaruh positif terhadap niat melakukan kecurangan akademik. Sejalan dengan penelitian oleh Prawira & Irianto (2016), Zaini et al (2016), Ridhayana et al (2018), Dewi & Pertama (2020) dengan hasil penelitian yaitu tekanan berpengaruh positif terhadap niat melakukan kecurangan akademik. Pengaruh positif tekanan terhadap niat melakukan kecurangan akademik memiliki arti yaitu ketika tekanan yang dimiliki mahasiswa tinggi, maka persepsi mahasiswa melakukan tindakan kecurangan akademik juga dapat terpengaruh dan semakin tinggi. Ketika mahasiswa merasa mendapatkan tekanan baik dari dalam diri maupun dari luar diri maka hal ini dapat mendorong niat mahasiswa tersebut untuk melakukan tindakan kecurangan akademik meskipun terdapat konsekuensi jika mahasiswa melakukan tindakan kecurangan akademik. Nilai R Square di Universitas X sebesar 12,0% dan nilai signifikansi 0,000 sedangkan nilai R Square pada Sekolah Tinggi Y yaitu sebesar 9,2% dengan nilai signifikansi 0,011. Niat mahasiswa melakukan kecurangan akademik dengan dipengaruhi oleh variabel tekanan pengaruhnya lebih besar pada Universitas X dengan signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dibanding dengan signifikansi pada Sekolah Tinggi Y yaitu 0,011.
Hasil penelitian variabel kesempatan membuktikan bahwa variabel kesempatan berpengaruh positif terhadap niat melakukan kecurangan akademik. Sejalan dengan penelitian Prawira & Irianto (2016), Ridhayana et al. (2018), Andayani & Sari (2019),
28
Dewi & Pertama (2020) yang menyatakan bahwa kesempatan berpengaruh positif terhadap niat melakukan kecurangan akademik. Ketika peluang atau kesempatan saat hendak melakukan kecurangan akademik tinggi, dapat mendorong niat melakukan kecurangan akademik. Ketika mahasiswa mengerjakan tes maupun tugas dan mahasiswa tersebut memiliki persepsi mengenai peluang untuk melakukan tindakan kecurangan akademik maka akan mendorong niat mahasiswa tersebut melakukan tindakan kecurangan akademik. Penelitian ini dilakukan ketika masa pandemi COVID- 19 dimana mahasiswa mengerjakan tes dan tugas secara online sehingga hal ini membuat peluang melakukan tindakan kecurangan semakin meningkat. Hal ini dikarenakan, perangkat yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, pengerjaan tes, dan pengerjaan tugas menggunakan media komunikasi seperti handphone dan internet sehingga memudahkan untuk mencari jawaban melalui media komunikasi tersebut.
Nilai R Square pada Universitas X sebesar 13,7% dan nilai signifikansi 0,000 sedangkan nilai R Square pada Sekolah Tinggi Y yaitu sebesar 14% dengan nilai signifikansi 0,002. Hal ini menunjukkan bahwa niat mahasiswa melakukan kecurangan akademik dengan dipengaruhi oleh variabel kesempatan pengaruhnya lebih besar pada Universitas X dengan signifikansi yaitu sebesar 0,000 lebih kecil dibanding dengan signifikansi pada Sekolah Tinggi Y yaitu 0,002.
Hasil penelitian variabel rasionalisasi membuktikan bahwa variabel rasionalisasi berpengaruh positif terhadap niat melakukan kecurangan akademik.
Sejalan dengan penelitian Nursani & Irianto (2013), Prawira & Irianto (2016), Andrianus et al. (2019), Dewi & Pertama (2020). Terdapat pengaruh positif variabel rasionalisasi terhadap terhadap niat melakukan kecurangan akademik. Ketika tingkat rasionalisasi mahasiswa tinggi maka niat melakukan tindakan kecurangan akademik juga semakin meningkat. Saat mahasiswa memiliki persepsi bahwa tindakan kecurangan akademik merupakan hal yang biasa dilakukan oleh mahasiswa dan adanya anggapan dimana banyak teman mahasiswa yang melakukan tindakan yang serupa maka akan mendorong niat melakukan kecurangan akademik. Hasil penelitian menyatakan bahwa nilai R Square di Universitas X sebesar 15,5% dan nilai signifikansi
29
0,000 sedangkan nilai R Square pada Sekolah Tinggi Y yaitu sebesar 13% dengan nilai signifikansi 0,002. Hal ini menunjukkan bahwa niat mahasiswa melakukan kecurangan akademik dengan dipengaruhi oleh variabel rasionalisasi pengaruhnya lebih besar pada Universitas X dengan signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dibandingkan signifikansi Sekolah Tinggi Y yaitu 0,002.
Hasil penelitian variabel kemampuan menunjukkan bahwa variabel kemampuan berpengaruh positif terhadap niat melakukan kecurangan akademik.
Sejalan dengan penelitian Nursani & Irianto (2013), Prawira & Irianto (2016), Artani
& Wetra (2017), Dewi & Pertama (2020) dengan hasil yang menunjukkan bahwa kemampuan berpengaruh positif terhadap niat melakukan kecurangan akademik.
Ketika mahasiswa memiliki persepsi mengenai kemudahan atau kesulitan yang dihadapi ketika berniat melakukan sesuatu. Semakin mahasiswa memahami situasi dan cara untuk melakukan tindakan kecurangan akademik maka, niat mahasiswa untuk melakukan tindakan kecurangan akademik juga semakin besar. Hasil penelitian menyatakan bahwa nilai R Square di Universitas X sebesar 16,2% dan nilai signifikansinya 0,000 sedangkan nilai R Square pada Sekolah Tinggi Y yaitu sebesar 9,8% dengan nilai signifikansi 0,009. Hal ini menunjukkan bahwa niat mahasiswa melakukan kecurangan akademik dengan dipengaruhi oleh variabel kemampuan pengaruhnya lebih besar pada Universitas X dengan signifikansi 0,000 lebih kecil dibanding dengan signifikansi Sekolah Tinggi Y yaitu 0,009.
Hasil penelitian variabel religiusitas membuktikan bahwa religiusitas tidak berpengaruh terhadap niat melakukan kecurangan akademik. Sejalan dengan penelitian Nusron & Sari (2021) dan Puspitasari (2018) dengan hasil penelitian yaitu religiusitas tidak berpengaruh terhadap kecurangan akademik mahasiswa. Religiusitas yang dimiliki mahasiswa tidak selalu memiliki korelasi langsung terhadap niat mahasiswa dalam melakukan kecurangan akademik. Didukung dengan pernyataan Skinner (1953) dalam Sofyan (2013) dimana suatu hukuman dapat mengurangi kemungkinan seseorang untuk melakukan sesuatu, namun sebuah hukuman dapat efektif apabila hukuman tersebut diberikan kepada individu setelah melakukan sesuatu dalam jangka
30
waktu pendek. Akan tetapi dalam aturan agama, hukuman akibat suatu perbuatan belum tentu dapat dirasakan langsung setelah individu melakukan suatu tindakan.
Seseorang dengan tingkat religiusitas yang tinggi juga dapat melakukan suatu tindakan kecurangan akademik dikarenakan hukuman berdasarkan aturan agama belum tentu terjadi dalam waktu dekat. Hasil penelitian menyatakan bahwa nilai R Square di Universitas X sebesar 0,01% dengan nilai signifikansi 0,512 sedangkan nilai R Square pada Sekolah Tinggi Y yaitu sebesar 0,02% dengan nilai signifikansi 0,743. Hasil ini dapat menggambarkan bahwa niat mahasiswa melakukan kecurangan akademik pada kedua objek penelitian tidak dipengaruhi oleh variabel religiusitas.
Berdasarkan hasil uji F dijelaskan bahwa nilai signifikansi untuk Universitas X yaitu 0,000 dan untuk signifikansi Sekolah Tinggi Y yaitu 0,008 dimana keduanya bernilai < 0,05 yang berarti bahwa terdapat pengaruh simultan self efficacy, tekanan, kesempatan, rasionalisasi, kemampuan, dan religiusitas terhadap niat melakukan kecurangan akademik pada mahasiswa di Universitas X. Sedangkan untuk Sekolah Tinggi Y, nilai signifikansinya yaitu 0,008 atau nilai signifikansi < 0,05 yang berarti bahwa terdapat pengaruh simultan self efficacy, tekanan, kesempatan, rasionalisasi, kemampuan, dan religiusitas terhadap niat melakukan kecurangan akademik pada mahasiswa di Sekolah Tinggi Y. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model penelitian dapat dikatakan fit dan hipotesis diterima yang artinya self efficacy, fraud diamond, dan religiusitas berpengaruh secara simultan baik pada Universitas X maupun Sekolah Tinggi Y.
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN Kesimpulan
Penelitian ini dapat menarik beberapa kesimpulan baik dari hasil yang diperoleh pada Universitas X maupun Sekolah Tinggi Y. Pertama, hasil penelitian menunjukkan bahwa self efficacy dan religiusitas tidak berpengaruh terhadap niat melakukan kecurangan akademik. Kedua, hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tekanan, kesempatan, rasionalisasi, dan kemampuan berpengaruh positif
31
terhadap niat melakukan kecurangan akademik. Ketiga, niat mahasiswa melakukan kecurangan akademik yang dipengaruhi oleh variabel tekanan, kesempatan, rasionalisasi, dan kemampuan pengaruhnya lebih besar pada Universitas X daripada Sekolah Tinggi Y. Keempat, variabel self efficacy, fraud diamond, dan religiusitas berpengaruh secara simultan baik pada Universitas X maupun Sekolah Tinggi Y.
Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan beberapa keterbatasan yaitu masih terdapat variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi niat dari mahasiswa untuk melakukan tindakan kecurangan akademik dikarenakan nilai R Square yang masih dibawah 20%. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat responden yang kurang menanggapi dengan serius pertanyaan kuesioner yang diberikan sehingga dan berdampak pada jawaban yang diberikan (mengisi secara serampangan). Keterbatasan lain pada penelitian ini yaitu pengambilan sampel penelitian yang masih dilakukan pada dua objek penelitian.
Saran Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian serta kesimpulan diatas, terdapat beberapa saran yang dapat disampaikan bagi mahasiswa, kelembagaan, dan penelitian selanjutnya.
Bagi mahasiswa diharapkan untuk lebih mengembangkan rasa percaya diri akan kemampuan akademik yang dimiliki sehingga praktik kecurangan akademik oleh mahasiswa dapat dihindari. Selanjutnya diharapkan bagi universitas diharapkan dapat mengembangkan sistem pengendalian yang didasarkan pada faktor-faktor penyebab kecurangan akademik menurut dimensi fraud diamond. Saran bagi penelitian selanjutnya diharapkan untuk dapat menambah variabel lain dalam penelitian seperti kerangka fraud pentagon, fraud hexagon dan daya saing. Penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat memperluas populasi penelitian dan memperbanyak jumlah sampel penelitian.