• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya, di lingkungan hidup manusia dibutuhkan informasi yang sifatnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya, di lingkungan hidup manusia dibutuhkan informasi yang sifatnya"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya, di lingkungan hidup manusia dibutuhkan informasi yang sifatnya melengkapi kelangsungan hidup manusia. Informasi yang dibutuhkan bersifat aktual. Media merupakan saluran untuk sebaran informasi oleh pengiklan. Dalam era globalisasi yang terjadi dewasa ini berbagai informasi yang terjadi di seluruh dunia dapat diperoleh melalui berbagai media massa.

Berdasarkan jenisnya, media massa dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu : 1. Media cetak, misalnya surat kabar, majalah atau buku.

2. Media elektronika, misalnya televisi, radio, komputer, telepon, fax, internet, satelit komunikasi, dsb.

Majalah adalah produk pers yang didefinisikan sebagai kumpulan berita, artikel, cerita, iklan, dan sebagainya, yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran kuarto atau folio dan dijilid dalam bentuk buku, serta diterbitkan secara berkala, seperti seminggu sekali, dua minggu sekali atau sebulan sekali. Ada pula yang membatasi pengertian majalah sebagai media cetak yang terbit secara berkala, tapi bukan terbit setiap hari. Media cetak itu haruslah bersampul, setidak-tidaknya punya wajah, dan dirancang secara khusus. Selain itu, media cetak itu dijilid atau sekurang-kurangnya memiliki sejumlah halaman tertentu. Bentuknya harus berformat tabloid, atau saku, atau format konvensional sebagaimana format majalah yang kita kenal selama ini. Karakteristik majalah harus disesuaikan dengan selera pasar. (http://duamata.blogspot.com).

(2)

Pemasaran adalah peperangan antar produsen untuk memperebutkan persepsi konsumen. Demikian pentingnya persepsi di benak konsumen, sehingga bermacam-macam strategi dirancang perusahaan supaya produk atau mereknya bisa menjadi nomor satu dibenak konsumen dan persepsi seseorang mempengaruhi perilaku belinya (Prasetijo, 2005).

Pembaca menilai sebuah majalah melalui sampul depan. Cantik dan berkualitas itu yang akan menarik perhatian. Jika penghias sampul depan itu popular atau diminati, sudah tentu ada pembaca yang akan membeli. Tajuk-tajuk utama yang dipaparkan pada sampul depan juga memainkan peranan penting. Tajuk tersebut harus catchy, sesuatu yang baru atau lain dari yang lain. Perasaan ingin tahu tentang apa yang dikupas di balik tajuk-tajuk utama yang dipaparkan pada sampul depan, mempengaruhi mereka untuk membeli.

Penilaian tidak akan terhenti pada sampul depan. Selepas membeli, pembaca akan menilai juga setiap isi yang terkandung di dalam majalah. Penilaian yang terbaik apabila penggunaan gambar-gambar di dalam majalah adalah cantik dan berkualitas selain tata letak yang kreatif. Penulisan rencana atau kupasan isu yang berkualitas dan menarik memberi persamaan kepada ungkapan beauty with brain. Jika kesemuanya memenuhi citarasa pembaca, majalah itu akan dibeli lagi dan akan ditawarkan kepada yang lain.

Bukan mudah untuk menghasilkan sebuah produk yang berkualitas dan bermutu. Total product quality is multidimensional and includes customer acceptance as well as the mutual qualitative elements for conformance, performance and reliability (Marlin, 1999, vol.2). Apalagi apabila akan menjadikan sebuah produk itu laris di pasaran serta peningkatan jumlah pembeli yang menggunakan produk tersebut secara berterusan. Begitu juga penerbitan sebuah majalah. Ide dan kreatifitas itu penting untuk menghasilkan yang terbaik serta tampil berbeda dari yang lain.

CITACINTA lahir dari pemikiran Femina-Group. Femina dapat dikatakan mempelopori majalah perempuan dengan mottonya dari wanita, untuk wanita, dan oleh wanita ketika lahir

(3)

18 September 1972. Selama ini Femina Group dikenal fokus ke majalah-majalah gaya hidup dan wanita. Lihat saja produknya seperti Femina, Dewi, fit, Pesona, Ayahbunda, Gadis dan CITACINTA. Menyusul kemudian majalah lisensi seperti Parenting, Seventeen, PC Magazine, Men's Healt Indonesia dan Reader's Digest Indonesia. Karena pemikiran itu akhirnya CITACINTA terbit pertama kali pada tanggal 25 Maret 2000. CITACINTA merupakan bacaan untuk wanita single usia 20-30 tahun agar menjadi pribadi mandiri dan modern, namun tetap menghargai tradisi. CITACINTA juga solusi memantapkan identitas diri pembacanya. Hadir dua minggu sekali, dikemas dalam bahasa akrab dan tampilan segar. Adapun isi majalah tersebut adalah seperti cerita kampus, pemilihan wajah kampus, gaya dan cantik, solusi karier, dan sebagainya. Kebutuhan akan membaca bagi mahasiswa sangatlah diperlukan untuk mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan yang up to date. Untuk itu Penulis tertarik untuk meneliti pada mahasiswi jurusan manajemen, BINUS UNIVERSITY, angkatan tahun 2003-2005. Selain itu, majalah CITACINTA juga banyak dijual disekitar BINUS UNiVERSITY. Mulai tanggal 30 Agustus 2004 CITACINTA tampil lebih praktis dalam ukuran majalah yang didesain handy (bisa di bawa ke mana-mana dan masuk dalam tas) dengan isi dan informasi yang makin padat. CITACINTA melihat saat ini banyak merek majalah yang beredar seperti SPICE, CHICK dan masih banyak lagi merek-merek majalah sejenis yang menawarkan keunggulannya masing-masing. . Majalah CITACINTA sudah memiliki pangsa pasar yang cukup luas, hampir di setiap wilayah-wilayah besar di Indonesia menjadi target pasarnya.

Secara umum, persentase pembaca majalah CITACINTA paling besar di Jabodetabek. Dilihat dari jumlah majalah yang beredar setiap kali terbit per Januari 2006 mencapai 70.000 eksemplar dan terus berkembang, di tahun 2007 mencapai 82.500 eksemplar dan di tahun 2008 mencapai 90.000 eksemplar.

(4)

Kemajuan teknologi di bidang komunikasi dan informasi saat ini berkembang dengan sangat pesat. Sejalan dengan itu, peran media cetak semakin tergeser oleh media elektronik. Media elektronik merupakan alat penyampaian informasi yang paling cepat, efektif dan efisien dengan cakupan yang sangat luas. Salah satu media elektronik yang dapat menyampaikan berbagai informasi yang berkembang di dunia adalah melalui situs internet. Untuk itu, CITACINTA juga mengulas isi majalahnya melalui website-nya WWW.CITACINTA.COM. Jadi untuk para pembaca bisa dengan mudah mendapatkan isi bacaan dalam bentuk majalah atau dari website-nya.

Melalui internet, informasi apapun bisa kita dapatkan. Menurut website www.pintunet.com , CITACINTA mendapatkan rating 4,08 dengan 5 sebagai rating maksimumnya yang dinilai oleh beberapa pembaca.

Tabel 1.1 Opini Konsumen terhadap Majalah CITACINTA

Cita Cinta (Majalah Wanita)

Sangat Disarankan Nilai Overall=4.08)

Nilai Overall

4.1

Kualitas jurnalistik 3.8

Sampul, Tampilan dan Tata letak 3.8

Kualitas isi & informasi 3.8

Apakah menarik untuk dibaca? 4.2

Harga yang dibayarkan 3.8

sumber : www.pintunet.com

Dari tabel 1.1 dapat kita lihat dari beberapa perwakilan pembaca yang mengomentari tentang nilai keseluruhan tampilan majalah CITACINTA. Ada beberapa opini yang mengomentari tentang kualitas produk majalah CITACINTA, sebagian besar mengatakan bahwa mutu kertas kurang bagus jika beberapa kali dibaca dan isinya terlalu

(5)

banyak iklan. Hal ini cukup menjadi perhatian bagi perusahaan agar ke depannya kualitas majalah CITACINTA lebih baik lagi dan konsumennya tetap bertahan.

Untuk dapat meraih pangsa pasar yang seluas-luasnya, perusahaan harus menghasilkan produk yang berkualitas, yaitu yang sesuai dengan keinginan konsumen. Keputusan pembelian akan tercapai jika produk atau pelayanan telah sesuai atau bahkan melebihi kebutuhan atau harapan konsumen. Untuk itu tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengenai ”Analisis Pengaruh Kualitas Produk dan Persepsi Konsumen

terhadap Proses Keputusan Pembelian Majalah CITACINTA”.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Berapa besar pengaruh Kualitas Produk terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA?

2. Berapa besar pengaruh Persepsi Konsumen terhadap Proses Keputusan pembelian majalah CITACINTA?

3. Berapa besar pengaruh Kualitas Produk dan Persepsi Konsumen terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Kualitas Produk terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA.

2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Persepsi Konsumen terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA.

3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Kualitas Produk dan Persepsi Konsumen terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA.

(6)

1.4 Manfaat Penelitian

a) Bagi Perusahaan.

Hasil penelitian tentang “Analisis Pengaruh Kualitas Produk dan Persepsi Konsumen terhadap Proses Keputusan Pembelian Majalah CITACINTA”, diharapkan dapat bermanfaat dan dapat menjadi masukan bagi perusahaan agar CITACINTA terus bertahan di pasarnya dan lebih maju lagi untuk kedepannya.

b) Bagi Penulis.

Sebagai sarana dalam mengaplikasikan teori yang telah diterima selama perkuliahan, khususnya bidang Manajemen Pemasaran, sehingga penulis dapat menambah pengetahuan, memperluas wawasan dan menambah kemampuan dalam membuat tulisan ilmiah khususnya mengenai Analisis Pengaruh Kualitas Produk dan Persepsi Konsumen terhadap Proses Keputusan Pembelian Majalah CITACINTA.

(7)

BAB 2

LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pemasaran

Menurut Kotler dan Keller (2007, p6), Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Manajemen Pemasaran terjadi bila sekurang – kurangnya satu pihak pelaku pertukaran potensial berpikir tentang sarana – sarana untuk melaksanakan tanggapan yang diinginkan oleh pihak pertama itu dari pihak lain.

Menurut Stanton (Umar, 2005, p31), Pemasaran adalah keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan usaha, yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan, dan mendistribusikan barang – barang atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli, baik yang aktual maupun yang potensial.

Menurut David (2006, p179), Pemasaran dapat digambarkan sebagai proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa.

Menurut Durianto, et al (2004, p3), pemasaran dewasa ini merupakan pertempuran persepsi konsumen, tidak sekedar pertempuran produk. Beberapa produk dengan kualitas, model, serta kualitas yang relatif sama, dapat memiliki kinerja yang berbeda-beda di pasar karena perbedaan persepsi dari produk tersebut di benak konsumen.

(8)

Menurut Ries dan Trout (Prasetijo, 2005, p67), Pemasaran adalah peperangan antar produsen untuk memperebutkan persepsi konsumen, terhadap produk yang kita tawarkan. Demikian pentingnya persepsi di benak konsumen, sehingga bermacam-macam strategi dirancang perusahaan supaya produk atau mereknya bisa menjadi nomor satu di benak konsumen dan mempengaruhi perilaku belinya.

Adapun tujuan pemasaran adalah mengenal dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk cocok dengannya dan dapat terjual dengan sendirinya. Idealnya pemasaran menyebabkan pelanggan siap membeli sehingga yang tinggal hanyalah bagaimana membuat produknya tersedia. Sedangkan proses pemasaran terdiri dari analisa peluang pasar, meneliti dan memilih pasar sasaran, merancang strategi pemasaran, merancang program pemasaran, dan mengorganisir, melaksanakan serta mengawasi usaha pemasaran (http://hadisugito.fadla.or.id).

2.1.2 Konsep Pemasaran

Sumber : Simamora (2003, p 2)

Gambar 2.1 Konsep Inti Pemasaran

Nilai Kepuasan Nilai, Kepuasan pertukaran, transaksi, kemitraan Pasar Produk kebutuhan , keinginan, permintaan

(9)

1. Kebutuhan , Keinginan dan Permintaan

Ada perbedaan antara kebutuhan, keinginan dan permintaan. Kebutuhan manusia adalah keadaan dimana manusia merasa tidak memiliki kepuasan dasar. Kebutuhan tidak diciptakan oleh masyarakat atau pemasar, namun sudah ada dan terukir dalam hayati kondisi manusia. keinginan adalah hasrat akan pemuas tertentu dari kebutuhan tersebut. Keinginan manusia dibentuk oleh kekuatan dan institusi sosial. Sedangkan Permintaan adalah keinginan akan sesuatu yang didukung dengan kemampuan serta kesediaan membelinya. Keinginan menjadi permintaan bila didukung dengan daya beli. Perbedaan ini bisa menjelaskan bahwa pemasar tidak menciptakan kebutuhan; kebutuhan sudah ada sebelumnya. Pemasar mempengaruhi keinginan dan permintaan dengan membuat suatu produk yang cocok, menarik, terjangkau dan mudah didapatkan oleh pelanggan yang dituju. 2. Produk

Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan pelanggan. Pentingnya suatu produk fisik bukan terletak pada kepelikannya tetapi pada jasa yang dapat diberikannya. Oleh karena itu dalam membuat produk harus memperhatikan produk fisik dan jasa yang diberikan produk tersebut.

3. Nilai, Biaya dan Kepuasan

Nilai adalah perkiraan pelanggan tentang kemampuan total suatu produk untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap produk memiliki kemampuan berbeda untuk memenuhi kebutuhan tersebut, tetapi pelanggan akan memilih produk mana yang akan memberi kepuasan total paling tinggi. Nilai setiap produk sebenarnya tergantung dari seberapa jauh produk tersebut dapat mendekati produk ideal, dalam ini termasuk harga.

4. Pertukaran, Transaksi dan Hubungan

Kebutuhan dan keinginan manusia serta nilai suatu produk bagi manusia tidak cukup untuk menjelaskan pemasaran. Pemasaran timbul saat orang memutuskan untuk memenuhi

(10)

kebutuhan serta keinginannya dengan pertukaran. Pertukaran adalah salah satu cara mendapatkan suatu produk yang diinginkan dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai gantinya. Pertukaran merupakan proses dan bukan kejadian sesaat. Masing-masing pihak disebut berada dalam suatu pertukaran bila mereka berunding dan mengarah pada suatu persetujuan. Jika persetujuan tercapai maka disebut transaksi. Transaksi merupakan pertukaran nilai antara dua pihak. Untuk kelancaran dari transaksi, maka hubungan yang baik dan saling percaya antara pelanggan, distributor, penyalur dan pemasok akan membangun suatu ikatan ekonomi, teknis dan sosial yang kuat dengan mitranya. Sehingga transaksi tidak perlu dinegosiasikan setiap kali, tetapi sudah menjadi hal yang rutin. Hal ini dapat dicapai dengan menjanjikan serta menyerahkan mutu produk, pelayanan dan harga yang wajar secara kesinambungan.

5. Pasar

Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau keinginan tertentu serta mau dan mampu turut dalam pertukaran untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan itu. Istilah pasar untuk menunjukan pada sejumlah pembeli dan penjual melakukan transaksi pada suatu produk.

6. Pemasaran dan Pemasar

Pemasaran adalah keinginan manusia dalam hubungannya dengan pasar, pemasaran maksudnya bekerja dengan pasar untuk mewujudkan transaksi yang mungkin terjadi dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia. Pemasar adalah orang yang mencari sumber daya dari orang lain dan mau menawarkan sesuatu yang bernilai untuk itu. Kalau satu pihak lebih aktif mencari pertukaran daripada pihak lain, maka pihak pertama adalah pemasar dan pihak kedua adalah calon pembeli

(http://hadisugito.fadla.or.id).

(11)

2.1.3 Bauran Pemasaran

Menurut Kotler & Keller (2007, p23), Bauran Pemasaran telah didefinisikan sebagai perangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mengejar tujuan pemasarannya. McCarthy mengklasifikasikan alat – alat ini menjadi empat kelompok besar, yang disebut empat P tentang pemasaran : produk (product), harga (price), distribusi (place) dan promosi (promotion). Keputusan bauran pemasaran harus dibuat untuk mempengaruhi saluran dagang dan juga konsumen akhir.

1. Produk ( Product )

Menurut Umar (2005, p31), Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, untuk dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi suatu keinginan atau kebutuhan. Yang termasuk dalam produk selain berbentuk fisik juga jasa atau layanan. Produk dapat dibeda – bedakan kedalam beberapa macam. Untuk produk barang, misalnya dalam bentuk seperti mutu, ciri dan desain. Mutu produk menunjukan kemampuan sebuah produk untuk menjalankan fungsinya, ciri produk merupakan sarana kompetitif untuk membedakan produk perusahaaan dengan produk pesaing, sedangkan desain dapat menyumbangkan kegunaan atau manfaat produk serta coraknya.

2. Harga ( Price )

Menurut Umar (2005, p32), Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar menawar atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli.

(12)

3. Distribusi ( Place )

Menurut David (2006, p182), Distribusi mencakup pergudangan, saluran distribusi, cakupan distribusi, lokasi toko peritel, teritori penjualan, tingkat dan lokasi persediaan, alat transportasi, penjual partai besar, dan peritel.

Menurut Umar (2005, p34), Saluran distribusi yaitu sekelompok organisasi yang saling tergantung dalam keterlibatan mereka pada proses yang memungkinkan suatu produk atau jasa tersedia bagi pengguna atau konsumsi oleh konsumen atau pengguna industrial. 4. Promosi ( Promotion )

Pemasaran tidak hanya membicarakan mengenai produk, harga produk dan mendistribusikan produk, tetapi juga mengkomunikasikan produk ini kepada masyarakat agar produk itu dikenal dan ujung – ujungnya dibeli. Untuk mengkomunikasikan produk ini perlu disusun strategi Bauran Promosi yang terdiri dari periklanan (advertising), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat (public relation), dan penjualan perorangan (personal selling). (Umar, 2005, p35).

2.1.4 Produk

Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004, p166), Produk adalah barang atau jasa yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan konsumen.

Menurut Kotler dan Armstrong (2006, p7), Product is anything that can be offered to a market for attention, acquisition, use, or consumption that might satisfy a want or need. artinya bahwa produk merupakan sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi yang bisa memuaskan keinginan atau kebutuhan.

Menurut Mc. Carty (Simamora, 2003, p139), Produk yaitu suatu tawaran dari sebuah perusahaan dari sebuah perusahaan yang memuaskan atau memenuhi kebutuhan.

(13)

Menurut Purnawarman (2004), Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan pelanggan.

Menurut Kotler (2002, p18), Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan dalam standar internasional, produk adalah barang atau jasa yang berarti :

• Hasil kegiatan atau proses (produk wujud dan terwujud, seperti jasa, program komputer, desain, petunjuk pemakaian).

• Sesuatu kegiatan proses (seperti pemberian jasa atau pelaksanaan proses produksi). Pentingnya suatu produk fisik bukan terletak pada kepemilikannya tetapi pada jasa yang dapat diberikannya.

Menurut Angipora (2002, p26), Produk merupakan kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan seseorang atau lembaga untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar.

Dapat disimpulkan bahwa produk itu bukan hanya berupa barang nyata tetapi bisa berupa jasa, maka produk dapat memberikan kepuasan yang berbeda sehingga perusahaaan dituntut untuk lebih kreatif dan berpandangan luas terhadap produk yang dihasilkan.

Menurut Simamora (2003, p141), berdasarkan perilaku konsumen dalam membeli, selanjutnya produk konsumen terdiri dari :

• Convenience products adalah produk – produk yang pembeliannya sering, harus ada segera, dan usaha konsumen membanding-bandingkan produk sebelum memperoleh produk yang sesuai rendah. Biasanya, produk demikian harganya murah dan tersedia luas. Ada yang dibeli secara teratur, karena harus selalu ada. Misalnya, pasta gigi, kecap, dan garam. Ada juga yang pembeliannya bersifat spontan, tidak teratur dan tanpa terencana. Misalnya, permen, majalah (untuk yang tidak berlangganan).

(14)

• Shopping products adalah barang yang kalau pembeliannya, pembeli membanding-bandingkan karakteristik produk dengan produk lain dalam hal harga, kualitas, desain dan gaya, sebelum mengambil keputusan. Contohnya, pakaian, perabotan, dan barang-barang elektronik. Shopping products dapat dibedakan menjadi produk homogen (kualitas produk sama, pembeli hanya untuk membandingkan harga) dan heterogen (fitur produk lebih penting dari pada harga).

• Specialty products adalah barang yang memiliki karakteristik unik atau yang pembeliannya diasosiasikan dengan grup pembeli yang eksklusif, misalnya mobil ferrari, mobil pajero, jam tangan rolex. Harga tidak menjadi masalah, bagi pembeli semakin langka produk semakin tinggi nilainya.

• Unsought products merupakan barang-barang yang belum dikenal oleh pembeli atau yang sudah dikenal tetapi tidak pernah memikirkan untuk membelinya walaupun memilki kemampuan untuk membeli. Misalnya, produk-produk baru berupa laser anti maling untuk rumah, asuransi jiwa, atau pistol gas air mata. Menurut Tunggal (2005, p90), Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan kepada suatu pasar untuk perhatian, akuisisi, pemakaian, atau konsumsi untuk memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan.

Menurut Kotler (Tunggal, 2005, p91), mendefinisikan lima tingkatan untuk suatu produk, yaitu :

• Core product level adalah kebutuhan atau keinginan dasar yang dapat memuaskan konsumen dengan mengkonsumsi produk atau jasa tersebut.

• Generic product level adalah versi dasar dari produk yang memuat hanya atribut atau karakteristik yang secara mutlak diperlukan agar berfungsi tanpa membedakan fitur.

(15)

• Expected product level adalah sekumpulan atribut atau karakteristik, yang pembeli biasanya harapkan atau setuju ketika mereka membeli suatu produk. • Augmented product level, mencakup atribut produk tambahan, manfaat, atau

jasa yang berkaitan yang membedakan produk dari pesaing.

• Potential product level, mencakup seluruh tambahan dan transformasi yang dialami suatu produk pada akhirnya pada masa yang akan datang.

2.1.5 Kualitas Produk

Pada masa sekarang, kualitas tidak hanya merupakan usaha untuk memenuhi persyaratan spesifikasi yg telah ditentukan atau usaha untuk mengurangi produk yg rusak, tetapi lebih luas dari hal tersebut. Kualitas merupakan usaha menyeluruh yang meliputi setiap usaha perbaikan organisasi dalam memuaskan pelanggan (Bounds, 1994). Thomas Hugue (Hessel, 2003, p74), mengatakan : “what I call big for what others might call” total quality involves more than product quality. quality has come to include level of service to the customer, responsiveness to the customer, delivery performance, competitive pricing, comprehension or anticipation of where the customer is going the market-place all the thing that define your worth in the mind of the customer”.

Kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat, bahwa kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia atau tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.

Pengertian Kualitas menurut beberapa ahli (Yamit, 2005, p7):

1. W. Edwards Deming, kualitas dapat didefinisikan sebagai apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen.

(16)

2. Crosby, kualitas adalah nihil cacat, kesempurnaan dan kesesuaian terhadap persyaratan.

3. Juran , mutu merupakan kesesuaian terhadap spesifikasi.

4. Kotler, kualitas adalah total fitur dan karakteristik produk atau jasa yang mempengaruhi kemampuannya untuk memenuhi keinginan yang dinyatakan atau yang tersirat.

5. Tjiptono, kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

6. Garin dan Davis, kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia atau tenaga kerja, proses, dan tugas serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa kualitas adalah suatu standar mutu dimana setiap unsur saling berhubungan serta dapat mempengaruhi kinerja dalam memenuhi harapan pelanggan. Kualitas bukan hanya menekankan pada aspek hasil nilai akhir, yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas lingkungan. Sangatlah mustahil menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tanpa melalui manusia dan proses yang berkualitas.

2.1.5.1 Dimensi Kualitas Produk

Menurut Durianto (2004, p38), Dimensi Kualitas Produk adalah :

• Kinerja adalah dimensi paling dasar dan berhubungan dengan fungsi utama suatu produk. Konsumen akan kecewa jika harapan mereka atas dimensi ini tidak terpenuhi.

(17)

• Reliabilitas, hal yang berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam periode waktu tertentu.

• Feature (karakteristik produk), dapat dikatakan sebagai aspek sekunder. Karena perkembangan feature ini hampir tidak terbatas sejalan dengan perkembangan teknologi, maka feature menjadi target para produsen untuk berinovasi dalam rangka memuaskan pelanggan.

• Keawetan adalah dimensi kualitas produk keempat yang menunjukan suatu pengukuran terhadap siklus produk, baik secara teknis maupun waktu. Produk disebut awet kalau bertahan setelah berulang kali digunakan atau sudah lama sekali digunakan.

• Konsistensi. Dimensi ini menunjukan seberapa jauh suatu produk dapat menyamai standar atau spesifikasi tertentu.

• Desain adalah dimensi yang unik dan banyak menawarkan aspek emosional dalam mempengaruhi kepuasan pelanggan.

Menurut Juran (Nasution, 2004) Kualitas produk adalah kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan pengguanaan itu didasarkan atas 5 ciri utama berikut :

- teknologi, yaitu kekuatan atau daya tahan - psikologis, yaitu citra rasa atau status - waktu, yaitu kehandalan

- kontraktual, yaitu adanya jaminan

(18)

Kecocokan penggunaan suatu produk adalah apabila daya tahan penggunaannya lama, produk yang digunakan akan meningkatkan citra atau status konsumen yang memakainya, produknya tidak mudah rusak, adanya jaminan kualitas dan sesuai etika bila digunakan.

Kecocokan pengguanaan produk seperti dikemukakan di atas memiliki 2 aspek utama, yaitu ciri-ciri produknya memenuhi tuntutan pelanggan dan tidak memiliki kelemahan.

• Ciri-ciri produk yang memenuhi permintaan pelanggan

Ciri-ciri produk berkualitas tinggi apabila memiliki ciri-ciri produk yang khusus atau istimewa, berbeda dari produk pesaing dan dapat memenuhi harapan atau tuntutan sehingga dapat memuaskan pelanggan. Kualitas yang lebih tinggi memungkinkan perusahaan meningkatkan kepuasan pelanggan, membuat produk laku terjual, dapat bersaing dengan pesaing, meningkatkan pangsa pasar dan volume penjualan, serta dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi.

• Bebas dari kelemahan

Suatu produk berkualitas tinggi apabila didalam produk tidak terdapat kelemahan, tidak ada cacat sedikitpun.

Menurut Kotler dan Armstrong (2006, p299), Product quality is the ability of a product to perform its function, it includes the product’s several durability, reliability, precision, easy of operation and repair, and other valued attributes. Dari pengertian diatas, mutu produk adalah kemampuan produk untuk menampilkan fungsinya, hal ini termasuk waktu kegunaan dari produk, keandalan, kemudahan dalam penggunaan dan perbaikan dan nilai-nilai yang lainnya.

Dalam memasarkan suatu produk, kualitas harus diukur melalui sudut pandang konsumen terhadap kualitas produk itu sendiri, sehingga selera konsumen disini sangat

(19)

berpengaruh. Oleh karena itu dalam mengelola kualitas suatu produk harus sesuai dengan kegunaan yang diinginkan oleh konsumen. Kualitas produk merupakan salah satu cara untuk memenangkan persaingan di pasar. Kualitas produk dapat menciptakan suatu keunggulan bersaing pada suatu badan usaha. Setiap orang memilki cara pandang dan standar yang berbeda di dalam menilai barang atau jasa yang ditawarkan.

Berdasarkan teori tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas produk adalah kemampuan suatu produk dalam menjalankan fungsinya, yang merupakan suatu pengertian gabungan dari daya tahan, keandalan, ketepatan, kemudahan pemeliharaan serta atribut-atribut lainnya.

2.1.6 Persepsi Konsumen

Menurut Schiffman & Kanuk (2007, p136), individu bertindak dan bereaksi berdasarkan persepsi mereka, tidak berdasarkan realitas yang obyektif. Jadi, bagi pemasar, persepsi konsumen jauh lebih penting dari pada pengetahuan mereka mengenai realitas yang obyektif. Karena jika seseorang berpikir mengenai realitas, itu bukanlah realitas yang sebenarnya, tetapi apa yang dipikirkan konsumen sebagai realitas, yang akan mempengaruhi tindakan mereka, kebiasaan membeli mereka, kebiasaan bersantai mereka dan sebagainya. Dan, karena individu membuat keputusan dan mengambil tindakan berdasarkan apa yang mereka rasakan sebagai realitas, maka para pemasar perlu sekali memahami gagasan persepsi secara keseluruhan dan berbagai konsep yang berhubungan dengannya, sehingga mereka dapat lebih mudah menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian konsumen. Persepsi didefinisikan sebagai proses yang dilakukan individu untuk memilih, mengatur, dan menafsirkan stimuli ke dalam gambar yang berarti dan masuk akal mengenai dunia. Proses ini dapat menjelaskan sebagai “bagaimana kita melihat dunia di sekeliling kita”.

(20)

Menurut Prasetijo (2005, p67), dari definisi yang umum dapat dilihat bahwa persepsi seseorang akan berbeda dari yang lain. Cara memandang dunia luar sudah pasti dipengaruhi oleh sesuatu dari dalam maupun luar orang itu. Media massa dengan segala bentuknya dapat membentuk persepsi yang serupa antar warga kelompok masyarakat tertentu. Dalam hal pemasaran, pengaruh iklan di media massa, kemasan produk, papan reklame, dan sebagainya mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu produk atau merek.

Menurut Solomon (Prasetijo, 2005, p67), Persepsi sebagai proses di mana sensasi yang diterima oleh seseorang dipilah dan dipilih, kemudian diatur dan akhirnya diinterpretasikan. Sensasi datang dan diterima oleh manusia melalui panca indera, yaitu mata, telinga, hidung, mulut dan kulit yang disebut juga sistem sensorik. Input sensorik atau sensasi yang diterima oleh sistem sensorik manusia disebut juga dengan stimulus.

Menurut William J. Stanton dalam Setiadi (2003, p160) persepsi dapat didefinisikan sebagai makna yang kita pertalikan berdasarkan pengalaman masa lalu, stimulti (rangsangan-rangsangan) yang kita terima melalui lima indera. Sedangkan menurut Webster dalam Setiadi (2003, p160) persepsi adalah proses bagaimana stimuli-stimuli itu diseleksi, diorganisasi, dan diinterpretasikan. Persepsi kita dibentuk oleh tiga pasang pengaruh : 1. Karakteristik dari stimuli.

2. Hubungan stimuli dengan sekelilingnya. 3. Kondisi-kondisi di dalam diri kita sendiri.

Stimuli/stimulus adalah setiap bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi tanggapan individu. Kita merasakan bentuk, warna, suara, sentuhan, aroma, dan rasa dari stimuli. Perilaku kita kemudian dipengaruhi oleh persepsi-persepsi fisik ini. Para pemasar harus menyadari bahwa manusia-manusia terbuka terhadap jumlah stimuli yang sangat banyak. Karena itu, seorang pemasar harus menyediakan sesuatu yang khusus sebagai stimuli yang jika ia ingin menarik perhatian konsumen.

(21)

Sumber : Setiadi (2003, p161)

Gambar 2.2 Proses Perseptual

Persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbeda-beda. Oleh karena itu persepsi memiliki sifat subjektif. Persepsi yang dibentuk oleh seseorang dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya. Selain itu, satu hal yang perlu diperhatikan dari persepsi adalah bahwa persepsi secara subtansil bisa sangat berbeda dengan realitas. Gambar 2.2 menjelaskan mengenai bagaimana stimuli ditangkap melalui indera (sensasi) dan kemudian diproses oleh penerima stimulus (persepsi).

Dapat disimpulkan bahwa ada faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi orang. Faktor-faktor itu adalah :

- Faktor Internal • Pengalaman • Kebutuhan saat itu • Nilai-nilai yang dianutnya • Ekspektasi atau harapan

STIMULI − Penglihatan − Suara − Bau − Rasa Sensasi PERSEPSI Tanggapan Pemberi Arti Perhatian Indera Penerima Interpretasi

(22)

- Faktor Eksternal • Tampakan produk • Sifat-sifat stimulus • Situasi lingkungan

2.1.6.1 Persepsi Subliminal

Menurut Lefton (Prasetijo, 2005, p73), mengartikan persepsi subliminal sebagai persepsi terhadap stimulus yang diberikan di bawah tingkat ambang rangsang sehingga penerima tidak sadar akan adanya stimulus itu. Pengaruh melalui persepsi subliminal tidak mudah dibuat karena pemasar tidak mau menanggung risiko yang terlalu besar.

2.1.6.2 Persepsi dan Selektivitas

Persepsi adalah fenomena yang selektif. Karena kapasitas memori dalam otak manusia terbatas, maka seseorang cenderung menyaring stimulus yang dihadapi, memilah dan memilih stimulus yang mana akan disimpan dalam memori.

• Selective Exposure : Orang cenderung mengabaikan stimulus yang menyebabkan kekuatiran, ketidaknyamanan dan yang tidak penat. Pada umumnya, orang hanya tertarik pada stimulus yang dapat membantunya untuk mencapai tujuan (memenuhi kebutuhannya).

- Zipping : Memindah saluran pada saat iklan dalam interlude sebuah film atau secara kesayangan.

- Zapping : Sama sekali tidak mau melihat iklan, misalnya pada waktu membaca majalah.

- Muting : Mengecilkan atau mematikan volume (suara) televisi maupun radio pada waktu iklan.

(23)

• Selective Attention : Orang cenderung selektif dalam perhatiannya pada atau keterlibatannya dengan stimulus-stimulus yang berbeda.

• Selective Interpretation : Stimulus yang diterima akan diinterpretasikan secara aktif subyektif.

• Selective Retention : Untuk efisiensi orang melupakan, menyaring atau gagal untuk menyimpan stimulus yang prioritasnya rendah atau tidak penting. Hal ini sering disebut juga perceptual defense dan atau perceptual blocking.

Perhatian juga selektif dalam hal cara konsumen merespon stimulus yang dihadapi, seperti bila konsumen berada di gerai dengan banyak kategori produk yang dipajang. Berikut ini adalah gambaran perilaku mereka.

• Evoked Set adalah urutan merek yang spesifik dalam suatu kategori produk tertentu yang dipertimbangkan oleh konsumen pada waktu memilih produk untuk dibeli. Merek yang berada di deretan paling depan, pastilah produk yang pernah dibeli dan memuaskan dan paling sering digunakan.

• Input Set adalah merek-merek yang dikeluarkan dari pertimbangan konsumen. • Inert set adalah merek-merek yang dianggap tidak menarik karena tidak

memiliki manfaat-manfaat tertentu.

2.1.6.3 Dinamika Persepsi

• Sifat-sifat stimulus

Stimulus pemasaran termasuk ciri-ciri produk, atribut-atributnya, rancangan kemasan, nama merek, iklan (termasuk model, jenis kelamin, ukuran iklan dan sebagainya) dan posisi iklan atau waktu tayangnya serta lingkungan editorialnya.

(24)

Faktor stimulus yang penting dalam persepsi konsumen adalah :

- Contrast, merupakan salah satu sifat stimulus yang paling dapat menarik perhatian, menguatkan persepsi dengan menonjolkan perbedaan intensitas stimulus itu. Jadi, konsumen menerima stimulus yang berhubungan dengan konteksnya. Hal ini mendasari prinsip sosok dan latar.

- Closure (pengutuhan), adalah kecenderungan orang untuk mengisi, secara persepsi, bagian yang hilang dari stimulus yang tidak lengkap. - Proximity (kedekatan), menurut prinsipnya, benda atau artikel yang

berdekatan satu sama lain dalam wawasan waktu maupun ruang akan dipersepsi sebagai bagian-bagian yang berhubungan dari suatu pola atau konfigurasi.

- Similarity (grouping). dalam suatu konglomerasi stimulus, orang akan mempersepsi obyek-obyek yang kelihatan sama menjadi satu kelompok. - Ukuran, warna, posisi dan usia dari stimulus itu. Ukuran, warna dan

posisi produk dalam stimulus, atau dalam hal ini iklan, harus sesuai dengan positioning produk; sedangkan stimulus yang baru tentu saja akan lebih menarik perhatian dari pada yang sudah usang.

• Expectation (harapan)

Harapan ini dibentuk dari pengalaman sebelumnya, dari informasi yang dia peroleh melalui media massa dan dari kenalannya, atau juga dari apa yang dilihat, didengar dan diraba saat itu. Produk diberi kemasan dengan bahan, warna dan gambar tertentu. Semua itu merupakan sesuatu yang mengkondisikan prospek untuk membentuk ekspektasi.

(25)

• Motive

Motif adalah dorongan untuk memenuhi kebutuhan. Orang cenderung memasukkan stimulus yang cocok dengan motifnya ke dalam persepsinya. Semakin kuat kebutuhannya, semakin besar kecenderungan untuk mengabaikan stimulus yang tidak ada hubungannya dengan kebutuhan itu.

2.1.6.4 Pengaruh yang Mendistorsi Persepsi

• Physical Appearance. Orang cenderung suka pada kualitas yang mereka asosiasikan dengan orang-orang tertentu yang mirip dengan mereka dalam hal-hal tertentu yang relevan (dipersepsi sebagai orang yang mirip dia).

• Stereotype. Gambaran yang selalu ada dalam benak seseorang (stereotype) merupakan harapan orang tersebut akan terjadinya situasi-situasi khusus atau munculnya orang-orang tertentu atau kejadian-kejadian tertentu dalam suatu situasi.

• Sumber-sumber yang dihormati biasanya memberi bobot persepsi yang lebih. • Irrelevant cues. Membeli produk dalam jumlah banyak karena tertarik pada

hadiahnya yang imut.

• First impression atau kesan pertama . Perkenalan produk adalah tahap sangat penting yang akan masuk dalam persepsi konsumen.

• Jumping to Conclusions. Sering kali orang menyimpulkan, terutama dalam hal kinerja produk, sebelum melihat bukti-bukti yang relevan.

• Halo Effect adalah kesan umum (jelek maupun baik) yang diberikan pada interpretasi stimulus yang tidak penat.

(26)

2.1.6.5 Kualitas yang Dipersepsi

Pada umumnya, konsumen menentukan kualitas suatu produk berdasarkan pada berbagai macam isyarat informasi yang dihubungkan dengan produk tersebut.

• Isyarat intrinsik – ukuran, warna, rasa, atau aroma. Isyarat ini dianggap lebih rasional dan obyektif karena atribut itu merupakan stimulus yang dapat diterima oleh panca indera.

• Isyarat ekstrinsik - bersifat di luar (eksternal) produk seperti harga, citra toko atau citra produsennya. Di sinilah peran positioning menjadi penting sekali. Penelitian mengungkapkan bahwa konsumen sangat mempercayai harga sebagai indikator kualitas.

2.1.6.6 Resiko yang Dipersepsi Konsumen

Resiko selalu mengikuti setiap pengambilan keputusan; demikian juga keputusan beli. Resiko yang dipersepsikan konsumen mencakup;

• Functional risk atau performance risk, yaitu resiko bila produk tidak dapat memberikan kinerja seperti yang diharapkan. Resiko ini diatasi oleh penjual dengan memberikan after sales service, garansi, dan sebagainya.

• Physical Risk, yaitu resiko pada diri sendiri atau orang lain yang mungkin akan diakibatkan oleh produk.

• Financial risk, yaitu resiko bila produk tidak sesuai dengan harganya. dalam mengambil suatu program pendidikan, orang akan berpikir, sudah mahal-mahal membayar, susah belajarnya, apakah nanti mudah mendapatkan pekerjaan bila lulus.

• Social Risk, yaitu resiko yang ditimbulkan bila ternyata produk yang dipilih malah menimbulkan penghinaan dan menyebabkan perasaan malu.

(27)

• Psychological risk, yaitu resiko bila produk malah melukai ego konsumen.

• Time risk, yaitu resiko bila waktu yang dihabiskan untuk mendapatkan produk akan sia-sia karena kinerja produk tidak seperti yang diharapkan.

• Resiko legal, yaitu resiko terjadinya tuntutan hukum oleh pihak ketiga.

Pengaruh dari resiko-resiko yang dipersepsikan oleh konsumen itu tidak boleh diabaikan pemasar. Bila motivasi untuk mendapatkan produk cukup besar, untuk menghilangkan ketegangan yang dialami mereka akan berusaha meyakinkan diri bahwa resiko itu tidak sedemikian perilaku-perilaku berikut ini.

• Konsumen mencari informasi. Informasi yang didapat akan digunakan untuk mempertimbangkan penentuan alternatif-alternatif dan akhirnya dalam mengambil keputusan.

• Brand Loyalty. Konsumen memilih produk berdasarkan pengalaman penggunaan atau konsumsi produk di waktu-waktu yang lalu, yang pernah memberi kepuasan.

• Konsumen memilih berdasarkan brand image atau citra produk atau merek. • Konsumen membeli model yang paling mahal. Konsumen mempersepsi adanya

korelasi positif antara harga dan kualitas. Jadi kualitas adalah faktor penting dalam pembelian.

• Konsumen mencari jaminan, mencoba sebelum membeli dan sebagainya. Dalam hal ini peran opinion leaders (pemimpin pendapat) juga besar.

2.1.7 Konsep Perilaku Konsumen

Menurut Engel et al, (Umar, 2005, p49), Perilaku Konsumen didefinisikan sebagai suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan penyusuli tindakan

(28)

tersebut. Perilaku konsumen sangat menentukan dalam proses pengambilan keputusan membeli yang dimulai dari pengenalan masalah yaitu berupa desakan yang membangkitkan tindakan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhannya. Setelah itu mencari informasi tentang produk atau jasa yang dibutuhkan dengan mengevaluasinya dalam penyeleksian. Selanjutnya adalah keputusan pembelian dan diakhiri dengan perilaku setelah pembelian di mana membeli lagi atau tidak tergantung dari tingkat kepuasan yang didapat dari produk atau jasa tersebut.

Menurut David L.Loudon dan Albert J.Della Bitta (Simamora, 2003, p81), lebih menekankan perilaku konsumen sebagai suatu proses pengambilan keputusan. Mereka mengatakan bahwa perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan mengajak aktivitas individu dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau mengatur barang dan jasa.

Menurut Schiffman & Kanuk (2007, p136), individu bertindak dan bereaksi berdasarkan persepsi mereka, tidak berdasarkan realitas yang obyektif. Jadi, bagi pemasar, persepsi konsumen jauh lebih penting daripada pengetahuan mereka mengenai realitas yang obyektif. Karena jika seseorang berpikir mengenai realitas, itu bukanlah realitas yang sebenarnya, tetapi apa yang dipikirkan konsumen sebagai realitas, yang akan mempengaruhi tindakan mereka, kebiasaan membeli mereka, kebiasaan bersantai mereka dan sebagainya. Dan, karena individu membuat keputusan dan mengambil tindakan berdasarkan apa yang mereka rasakan sebagai realitas, maka para pemasar perlu sekali memahami gagasan persepsi secara keseluruhan dan berbagai konsep yang berhubungan dengannya, sehingga mereka dapat lebih mudah menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian konsumen. Menurut Schiffman dan kanuk (2007, p485), Keputusan adalah seleksi terhadap dua pilihan atau lebih. Dengan perkataan lain, pilihan alternatif harus tersedia bagi seseorang ketika mengambil keputusan.

(29)

Menurut Kotler dan Keller (2007, p214), faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah :

• Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku pembelian. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku paling dasar.

• Sosial. Selain faktor budaya, perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor – faktor sosial, seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial.

• Pribadi. Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup; pekerjaan, keadaan ekonomi.

• Psikologis. Satu perangkat proses psikologis berkombinasi dengan karakteristik konsumen tertentu untuk menghasilkan proses keputusan dan keputusan konsumen.

2.1.7.1 Proses Keputusan Pembelian

Menurut Kotler & Keller (2007, p235), Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal.

Menurut Simamora (2004, p15), suatu proses keputusan pembelian bukan sekedar mengetahui berbagai faktor yang akan mempengaruhi pembeli, tetapi berdasarkan peranan dalam pembelian dan keputusan untuk membeli.

Terdapat lima peran yang terjadi dalam keputusan membeli : 1. Pemrakarsa ( Initiator ).

(30)

2. Pemberi pengaruh ( Influencer ).

Orang yang pandangannya atau nasehatnya diperhitungkan dalam pengambilan keputusan akhir.

3. Pengambil Keputusan ( Decider ).

Seseorang yang pada akhirnya menentukan sebagian besar atau keseluruhan keputusan membeli, apakah jadi membeli, apa yang dibeli, bagaimana membeli, atau di mana membeli.

4. Pembeli ( Buyer ).

Orang yang melakukan pembelian nyata. 5. Pemakai ( User ).

(31)

Pengaruh Eksternal Pengambilan Keputusan Konsumen Perilaku Setelah Keputusan

Sumber : Schiffman dan Kanuk (2007, p493)

Gambar 2.3 Model Pengambilan Keputusan Konsumen

K

E

L

U

A

R

A

N

Pembelian 1. Percobaan 2. Pembelian ulang Evaluasi setelah pembelian

P

R

O

S

E

S

M

A

S

U

K

A

N

Usaha Pemasaran perusahaan 1. Produk 2. Promosi 3. Harga 4. Distribusi

Lingkungan Sosial Budaya 1. Keluarga

2. Sumber Informal 3. Sumber nonkomersial

lain

4. Kelas sosial

5. Subbudaya dan budaya

Pengenalan Kebutuhan Penelitian sebelum pembelian Evaluasi alternatif Bidang Psikologi 1. Motivasi 2. Persepsi 3. Pengetahuan 4. Kepribadian 5. Sikap Pengalaman

(32)

Model ini tidak dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai kerumitan pengambilan keputusan konsumen. Sebaliknya, dirancang untuk menyatukan dan menyelaraskan berbagai konsep yang relevan. Menjadi satu keseluruhan yang berati. Model tersebut memiliki tiga komponen utama yaitu, masukan, proses, keluaran.

1. Masukan

Komponen masukan dalam pengambiilan keputusan konsumen memilki berbagai pengaruh luar yang berlaku sebagai sumber informasi mengenai produk tertentu dan mempengaruhi nilai – nilai, sikap, perilaku konsumen yang berkaitan dengan produk. Yang utama dari berbagai masukan ini adalah :

• Masukan Pemasaran

Kegiatan pemasaran merupakan usaha langsung untuk mencapai, memberikan informasi, dan membujuk konsumen untuk membeli dan menggunakan produknya. Kegiatan strategi bauran pemasaran khusus yang terdiri dari produk itu sendiri (termasuk kemasan, ukuran, dan jaminannya): iklan di media massa, pemasaran langsung, penjualan personal dan berbagai usaha promosi lainnya; kebijakan harga, dan pemilihan saluran disribusi untuk memindahkan produk dari pabrikan kepada konsumen.

Akhirnya, dampak berbagai usaha pemasaran suatu perusahaan sebagian besar ditentukan oleh persepsi konsumen terhadap semua usaha ini. Jadi para pemasar harus senantiasa mewaspadai persepsi konsumen dengan mensponsori riset konsumen, daripada bergantung kepada dampak pesan-pesan pemasaran mereka yang diharapkan.

• Masukan Sosial budaya

Tipe masukan yang kedua, lingkungan sosial budaya, juga mempunyai pengaruh besar terhadap konsumen. Pengaruh kelas sosial, budaya, dan

(33)

subbudaya, walaupun kurang nyata merupakan faktor – faktor masukan penting yang dihayati dan diserap dan mempengaruhi bagaimana para konsumen menilai dan akhirnya menolak produk.

Dampak kumulatif usaha pemasaran setiap perusahaan : pengaruh keluarga, teman – teman dan para tetangga; dan aturan perilaku masyarakat yang ada semuanya merupakan masukan yang mungkin mempengaruhi apa yang dibeli para konsumen dan bagaimana mereka menggunakan apa yang mereka beli. 2. Proses

Komponen proses dalam model ini berhubungan dengan cara konsumen mengambil keputusan. Untuk memahami proses ini, kita harus mempertimbangkan pengaruh berbagai konsep psikologis. Bidang psikologis mewakili pengaruh dalam diri (motivasi, persepsi, pembelajaran, kepribadian dan sikap) yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan konsumen (apa yang mereka butuhkan, atau inginkan, kesadaran mereka terhadap berbagai pilihan produk, kegiatan mereka dalam pengumpulan informasi dan penilaian mereka mengenai berbagai alternatif). Tindakan pengambilan keputusan konsumen terdiri dari tiga tahap, yakni :

• Pengenalan kebutuhan

Menurut Schiffman dan Kanuk (2007, p494), pengenalan kebutuhan mungkin terjadi ketika konsumen dihadapkan dengan suatu ”masalah”. Di kalangan konsumen ada dua gaya pemahaman masalah atau pengenalan kebutuhan yang berbeda. Beberapa konsumen merupakan tipe keadaan yang sebenarnya, yang merasa bahwa mereka mempunyai masalah ketika sebuah produk tidak dapat berfungsi secara memuaskan. Sebaliknya, konsumen lain

(34)

adalah tipe keadaan yang diinginkan, dimana bagi mereka keinginan terhadap sesuatu yang baru dapat menggerakan proses keputusan.

• Penelitian sebelum pembelian

Penelitian sebelum pembelian dimulai ketika konsumen merasakan adanya kebutuhan yang dapat dipenuhi dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Ingatan kepada pengalaman yang lalu dapat memberikan informasi yang memadai kepada konsumen untuk melakukan pilihan sekarang ini. Sebaliknya, jika konsumen tidak mempunyai pengalaman sebelumnya, ia harus melakukan penelitian yang mendalam mengenai keadaan di luar dirinya untuk memperoleh informasi yang berguna sebagai dasar pemilihan.

Konsumen biasanya mencoba mengingat sebelum mencari berbagai sumber informasi eksternal mengenai kebutuhan yang berhubungan dengan konsumsi tertentu. Pengalaman yang lalu dianggap sebagai sumber informasi internal. Semakin besar kaitannya dengan pengalaman yang lalu, semakin sedikit informasi luar yang mungkin dibutuhkan konsumen untuk mencapai keputusan. Banyak keputusan konsumen yang didasarkan kepada gabungan pengalaman yang lalu dan informasi pemasaran dan nonkomersial. Tingkat risiko yang dirasakan juga dapat mempengaruhi tahap proses pengambilan keputusan.

Menurut Kotler & Keller (2007, p235), Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Kita dapat membaginya dalam dua tingkat. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan perhatian menguat. Pada tingkat itu sesorang hanya menjadi lebih peka terhadap informasi tentang produk. Pada tingkat selanjutnya, orang itu mungkin memasuki pencarian aktif informasi. Melalui pengumpulan informasi,

(35)

konsumen mengetahui tentang merek – merek yang bersaing dan keistimewaan merek tersebut.

Dalam tahap pencarian informasi dalam proses keputusan pembelian, mencari informasi yang relevan dari lingkungan luar untuk memecahkan masalah, atau dengan cara mengaktifkan pengetahuan dari ingatan yaitu,

Informasi Eksternal:

a Sumber atau informasi dari publik yaitu variasi tingkat produknya, harganya atau dikenal dengan laporan konsumen.

b Dominasi pemasaran yaitu iklan, website perusahaan dan para pelaku pemasaran.

Informasi Internal:

a Menggunakan ingatannya kembali pengalaman dalam menggunakan merek atau produk tersebut.

b Merasa cukup puas dengan produk yang sering digunakan. • Penilaian Alternatif

Rangkaian merek yang diminati. Dalam konteks pengambilan keputusan konsumen, rangkaian merek yang diminati mengacu pada merek-merek khusus yang dipertimbangkan konsumen dalam melakukan pembelian dalam kategori produk tertentu. Rangkaian merek yang diminati seorang konsumen dibedakan dari rangkaian merek tidak layak yang terdiri dari berbagai merek yang dikeluarkan konsumen dari pertimbangan pembelian karena dirasa tidak dapat diterima dan dari rangkaian merek yang tidak aktif, yang terdiri dari berbagai merek yang tidak menarik perhatian konsumen karena dirasakan tidak mempunyai keuntungan khusus apapun. Terlepas dari jumlah merek dalam suatu kategori produk, rangkaian merek yang diminati seorang konsumen

(36)

rata-rata cenderung sangat kecil, sering hanya terdiri dari tiga sampai lima merek. Tetapi penelitian menunjukan bahwa rangkaian merek yang dipertimbangkan konsumen meningkat jumlahnya jika pengalaman dengan suatu golongan produk bertambah.

Rangkaian merek yang diminati terdiri dari sedikit merek yang dikenal baik, diingat dan dirasakan dapat diterima oleh konsumen.

merek yang merek yang merek yang inert

tidak layak

diminati

Sumber : Schiffman & Kanuk (2007, p498)

Gambar 2.4 Rangkaian merek yang diminati sebagai bagian dari semua merek dalam kelas produk tertentu.

Semua merek yang tidak dikenal Semua merek yang dikenal Merek yang diabaikan Merek yang dianggap biasa Merek yang tidak dapat diterima Merek yang dibeli Merek yang tidak dibeli Merek yang dapat diterima Semua merek

(37)

Kriteria yang digunakan untuk menilai merek. Kriteria yang digunakan para konsumen untuk menilai merek yang merupakan rangkaian merek yang mereka minati biasanya dinyatakan dari sudut sifat-sifat produk yang penting. Jika perusahaan mengatahui bahwa para konsumen akan menilai berbagai alternatif, mereka kadang-kadang mengiklankan dengan cara menganjurkan kriteria yang harus digunakan konsumen dalam menilai pilihan produk atau jasa.

Menurut Schiffman dan Kanuk (2007, p501), ada juga cara untuk memudahkan konsumen dalam pengambilan keputusan dengan memberikan garis pedoman atau menjadikannya kebiasaan yang dikenal dengan kaidah keputusan.

Menurut Kotler & Keller (2007, p237), terdapat beberapa proses evaluasi keputusan, dan model – model terbaru yang memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang berorientasi kognitif. Yaitu model tersebut menganggap konsumen membentuk penilaian atas produk dengan sangat sadar dan nasional.

Beberapa konsep dasar akan membantu kita memahami proses evaluasi konsumen. Pertama, konsumen berusaha memenuhi kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen memandang masing – masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda – beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu.

3. Keluaran

Porsi keluaran dalam model pengambilan keputusan konsumen menyangkut dua kegiatan pasca – pembelian yang berhubungan erat yakni:

(38)

• Perilaku Pembelian

Menurut Schiffman dan Kanuk (2007, p506), Perilaku pembelian konsumen mempunyai tiga tipe yaitu:

o Pembelian percobaan, yaitu ketika konsumen membeli suatu produk atau merek untuk pertama kalinya dengan jumlah yang lebih sedikit dari biasanya, jadi pembelian percobaan ini merupakan tahap perilaku pembelian yang bersifat penjajakan di mana konsumen berusaha menilai suatu produk melalui pemakaian langsung.

o Pembelian ulang, yaitu berdasarkan percobaan yang dirasakan lebih memuaskan atau lebih baik dari merek – merek lain. Pembelian ulang biasanya menandakan bahwa produk memenuhi persetujuan konsumen bersedia untuk memakainya lagi dalam jumlah yang lebih besar.

o Pembelian komitmen jangka panjang, yaitu pembelian yang dilakukan konsumen yang biasanya beralih secara langsung dari penilaian terhadap komitmen jangka panjang (melalui pembelian), tanpa kesempatan untuk percobaan yang sesungguhnya. Biasanya untuk barang – barang yang paling tahan lama.

• Penilaian Pasca pembelian

Ketika konsumen menggunakan suatu produk, terutama selama pembelian percobaan, mereka menilai kinerja produk tersebut menurut berbagai harapan mereka. Ada tiga hasil penilaian yang mungkin timbul : (1) kinerja yang sesungguhnya sesuai dengan harapan yang menimbulkan perasaan netral ; (2) kinerja melebihi harapan, yang menimbulkan apa yang dikenal sebagai pemenuhan harapan secara positif ; dan (3) kinerja dibawah harapan, yang

(39)

menimbulkan pemenuhan harapan secara negatif dan ketidak puasan. Untuk masing-masing hasil ini, harapan dan ketidakpuasan konsumen mempunyai hubungan erat; yaitu, konsumen cenderung menilai pengalaman mereka terhadap harapan-harapan mereka ketika melakukan penilaian pasca pembelian.

Unsur penting dalam penilaian pasca pembelian adalah berkurangnya ketidak pastian atau keraguan konsumen mengenai pemilihan. Sebagai bagian dari analisis merupakan pemilihan yang bijaksana; jadi, mereka berusaha mengurangi ketidakcocokan kognitif pasca pembelian.

(40)

2.2 Kerangka Pemikiran PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN ( Y ) PENGENALAN KEBUTUHAN PENELITIAN SEBELUM PEMBELIAN EVALUASI ALTERNATIF PERILAKU PEMBELIAN PENILAIAN PASCA PEMBELIAN

PERSEPSI KONSUMEN (X2) SIFAT-SIFAT STIMULUSHARAPANMOTIF KUALITAS PRODUK (X1) • kinerja • reliabilitas • keawetan • desain MEDIA CETAK FEMINA-GROUP - MAJALAH CITACINTA -

(41)

2.3 Hipotesis

T – 1 : Untuk mengetahui besarnya pengaruh Kualitas Produk terhadap Proses

Keputusan Pembelian majalah CITACINTA.

Ho :Tidak ada pengaruh Kualitas Produk terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA.

Ha : Ada pengaruh Kualitas Produk terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA.

T – 2: Untuk mengetahui besarnya pengaruh Persepsi Konsumen terhadap Proses

Keputusan Pembelian majalah CITACINTA.

Ho :Tidak ada pengaruh Persepsi Konsumen terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA.

Ha : Ada pengaruh Persepsi Konsumen terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA.

T – 3 : Untuk mengetahui besarnya pengaruh Kualitas Produk dan Persepsi

Konsumen terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA. Ho : Tidak ada pengaruh Kualitas Produk dan Persepsi Konsumen terhadap

Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA.

Ha : Ada pengaruh Kualitas Produk dan Persepsi Konsumen terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA.

(42)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang dipergunakan adalah metode kausal. Menurut Umar (2005, p105), Desain Kausal berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya.

Pada penelitian ini menggunakan time horison cross section. Cross section adalah informasi dikumpulkan hanya pada suatu saat tertentu, dapat dilakukan dalam beberapa hari bahkan beberapa minggu atau karena situasi.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Tujuan Jenis dan Metode

Penelitian

Unit Analisis Time Horison

T – 1 Kausal - Survei Individu Æ Responden Cross Section T – 2 Kausal – Survei Individu Æ Responden Cross Section T - 3 Kausal - Survei Individu Æ Responden Cross Section Sumber : Hasil pengolahan Penulis, 2008

3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian

Definisi Operasional adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur (Indriantoro, 2002, p69). Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik.

(43)

Variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006, p31).

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Sub variabel Indikator Ukuran

Skala Pengukuran - Kinerja 1. Bahasa mudah dimengerti 2. Memberitakan sesuai fakta yang ada

- Reliabilitas

3. Content-nya berbobot

4. Terbit tepat waktu 5. Mudah didapat - Keawetan 6. Mutu kertas baik

7. Penjilidan rapih Kualitas

Produk (X1)

- Desain

8. Tata letak tulisan rapih

9. Penyelarasan warna yang catchy

Ordinal Likert - Sifat-sifat stimulus 1. Kontras 2. Ukuran di desain handy 3. motto sesuai dengan isi Persepsi Konsumen (X2) - Harapan 4. Beritanya up to date 5. Desainnya menarik 6. Bisa menjadi inspirasi Ordinal Likert

(44)

- Motif 7. Informasinya lengkap - Pengenalan

kebutuhan

1. Sadar akan adanya kebutuhan 2. Adanya masalah - Penelitian sebelum pembelian 3. Sumber informasi internal 4. Sumber informasi eksternal - Evaluasi

alternatif 5. Rangkaian merek yang diminati 6. Harga terjangkau - Perilaku

pembelian 7. Pembelian percobaan

8. Pembelian kembali Proses Keputusan Pembelian (Y) - Penilaian pasca pembelian 9. Harapan 10. Merekomendasikan kepada orang lain

Ordinal Likert

Sumber : Hasil pengolahan Penulis, 2008

3.3 Jenis dan Sumber Data Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan sumber data primer. Menurut Umar (2005, p130), Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan, seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner.

Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu data yang berupa angka atau data kualitatif yang dikuantitatifkan, yaitu hasil pengolahan kuesioner.

(45)

Tabel 3.3 Jenis dan Sumber Data

Tujuan Sumber Data Jenis Data

T – 1 Primer - Kuesioner Kuantitatif T – 2 Primer – Kuesioner Kuantitatif T - 3 Primer – Kuesioner Kuantitatif Sumber : Hasil pengolahan Penulis, 2008

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Durianto, et al. (2004, p14), Data merupakan sejumlah informasi yang dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan. Dalam penelitian ini memerlukan data dan berbagai informasi yang dapat diuji keabsahannya. Untuk itu dibutuhkan teknik pengumpulan data agar dapat membantu pencapaian hasil penelitian yang baik. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Data Primer.

Data Primer terdiri atas : ™ Survei.

Menurut Indriantoro (2002, p152), Metode survei merupakan metode pengumpulan data primer yang menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis. Metode ini memerlukan adanya kontak atau hubungan antara peneliti dengan responden penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan.

Ada dua teknik pengumpulan data dalam metode survei, yaitu : a. Wawancara

Menurut Indriantoro (2002, p152), Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survei yang menggunakan pertanyaan secara

(46)

lisan kepada subyek penelitian. Teknik wawancara dilakukan jika peneliti memerlukan komunikasi atau hubungan dengan responden.

o Wawancara Tatap muka

Menurut Indriantoro (2002, p153), Metode pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara komunikasi secara langsung (tatap muka) antara pewawancara yang mengajukan pertanyaan secara lisan dengan responden yang menjawab pertanyaan secara lisan. Wawancara tatap muka dapat dilakukan di tempat bekerja responden, di rumah responden, di pusat perbelanjaan, atau tempat lain.

Teknik ini memungkinkan bagi pewawancara untuk memahami kompleksitas menjelaskan maksud penelitian kepada responden.

b. Kuesioner

Menurut Indriantoro (2002, p154), Pengumpulan data penelitian pada kondisi tertentu kemungkinan tidak memerlukan kehadiran peneliti. Pertanyaan peneliti dan jawaban responden dapat dikemukakan secara tertulis melalui suatu kuesioner. Teknik ini memberikan tanggungjawab kepada responden untuk membaca dan menjawab pertanyaan.

2. Data Sekunder.

Menurut Umar (2005, p101), Melakukan penelitian terhadap kajian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Hasil kajian ini banyak dijumpai di jurnal – jurnal ilmiah, buku – buku dan lain – lain yang dapat dilihat di perpustakaan maupun di internet.

Menurut Indriantoro (2002, p147), Metode penelitian yang umumnya menggunakan data sekunder adalah penelitian arsip yang memuat kejadian masa lalu. Data sekunder, meskipun demikian umumnya tidak dirancang secara spesifik untuk memenuhi kebutuhan penelitian tertentu. Peneliti, oleh karena itu sebelum menggunakan data sekunder harus

(47)

melakukan evaluasi apakah data sekunder yang tersedia dapat memenuhi kebutuhan peneliti.

™ Kepustakaan

Menurut Indriantoro (2002, p150), Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder. Penelusuran data sekunder memerlukan cara agar penelitian data sekunder dapat dilakukan lebih cepat dan efisien. Untuk mencari data sekunder yang diperlukan dapat dimulai dengan penelusuran terhadap indeks bibliographic, yaitu indeks mengenai judul artikel, penulis, nama dan jenis penerbitan atau data indeks yang lain sesuai dengan klasifikasi desain dan metode penelitian.

3.5 Teknik Pengambilan Sampel

Menurut Simamora (2004, p36), Sampel adalah sebagian dari populasi yang dianggap mewakili populasi.

Menurut Sugiyono (2006, p73), Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Probability Sampling , tepatnya menggunakan metode Proportionate Stratified Random Sampling . Teknik ini digunakan karena populasi mempunyai anggota / unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Peniliti mengambil sampel mahasiswi Jurusan Manajemen, BINUS UNIVERSITY angkatan tahun 2003-2005.

3.6 Teknik Pengolahan Sampel

Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin (Kuncoro, 2007, p46) sebagai berikut:

1

.

2

+

=

d

N

N

n

(48)

Dimana:

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d2 = Presisi (ditetapkan 5% dengan tingkat kepercayaan 95%) n = 671 _

(671) (0,05²)+1

n = _ 671__ = 250,6 = 251 orang. 2,6775

Tabel 3.4 Proportionate stratified random sampling

Angkatan Anggota Sampel orang

2003 47 17,58 18

2004 214 80,05 80

2005 410 153,36 153

TOTAL 671 250,99 251

Sumber : Hasil pengolahan Penulis, 2008

Contoh pengolahan sampel berdasarkan Proportionate stratified random sampling (Kuncoro, 2007, p46) :

Angkatan 2003 = 47 : 671 x 251 = 17,58 = 18 Angkatan 2004 = 214 : 671 x 251 = 80,05 = 80 Angkatan 2005 = 410 : 671 x 251 = 153,36 = 153

3.7 Metode Analisis

Kegiatan yang cukup penting dalam keseluruhan proses penelitian adalah pengolahan data. Dengan pengolahan data dapat diketahui tentang makna dari data yang berhasil dikumpulkan. Dengan demikian hasil penelitianpun akan segera diketahui. Dalam

(49)

pelaksanaannya, pengolahan data dilakukan melalui bantuan komputer dengan software SPSS 13.0 ( Statistical Product and Service Solution).

3.7.1 Metode skala pengukuran construct ( untuk variabel yang akan diukur)

Menurut Indriantoro (2002, p97), Skala ordinal Æ skala pengukuran yang tidak hanya menyatakan kategori, tetapi juga menyatakan peringkat construct yang diukur. (cth ; penentuan dlm memilih kampus, dari pilihan ke 1 – pilihan ke 5 / pilihan akhir).

3.7.2 Metode skala pengukuran sikap

Menurut Sugiyono (2006, p86), Likert Æ Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Tabel 3.5 Skala pengukuran sikap

Jawaban Skor

Sangat setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Netral (N) 3

Tidak setuju (TS) 2

Sangat tidak setuju (STS) 1

Sumber : Sugiyono (2006, p86)

3.7.3 Variabel Demografi

Berikut ini merupakan profil responden yang terkait dengan beberapa variabel demografi dari penelitian yang dilaksanakan tentang ”Analisis Pengaruh Kualitas Produk dan Persepsi Konsumen terhadap Proses Keputusan Pembelian Majalah CITACINTA” , yang akan

(50)

mengambil sampel Mahasiswi Jurusan Manajemen, BINUS UNIVERSITY angkatan tahun 2003-2005.

3.7.4 Uji Validitas

Validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrumen dalam mengukur apa yang ingin diukur. Pada penelitian ini dilakukan validitas konstruk, yaitu suatu kuesioner yang baik harus dapat mengukur dengan jelas kerangka dari penelitian yang akan dilakukan. Pertama-tama yang dilakukan peneliti adalah mencari apa saja yang merupakan kerangka dari konsep tersebut. Dengan diketahuinya kerangka tersebut, seorang peneliti dapat menyusun tolak ukur operasional konsep tersebut. Mencari definisi-definisi konsep yang dikemukakan para ahli yang tertulis di dalam literatur. Untuk membantu penyusunan definisi dan mewujudkan definisi tersebut ke dalam bentuk yang operasional, peneliti disarankan untuk mendiskusikan konsep tersebut dengan para ahli yang kompeten di bidang tersebut. Kemudian pendapat para ahli dan peneliti dicari kesamaannya.

Uji validitas ini disarankan agar jumlah responden untuk uji coba, minimal 30 orang. Dengan jumlah minimal 30 orang ini, distribusi skor (nilai) akan lebih mendekati kurva normal. Pada uji validitas ini peneliti menggunakan Corrected Item-Total Correlation .

Untuk menguji validitas dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menentukan hipotesis

Ho= Skor butir berkorelasi positif dengan skor faktor H1= Skor butir tidak berkorelasi positif dengan skor faktor 2. Menentukan nilai r tabel

Untuk memperoleh r tabel dengan jumlah 30 orang, maka df=n-2= 30-2=28. Dengan tingkat kepercayaan 95%, diperoleh r tabel sebesar 0.31 .

(51)

3. Mencari r hasil

Masukkan data jawaban responden untuk diolah dengan software SPSS. Di sini r hasil untuk tiap item bisa dilihat pada kolom CORRECTED ITEM-TOTAL CORRELATION dari tampilan software SPSS.

4. Mengambil keputusan

Dasar pengambilan keputusan:

- Jika r hasil positif, dan r hasil>r tabel, maka butir tersebut Valid

- Jika r hasil tidak positif, dan r hasil < r tabel, maka butir tersebut Tidak Valid. Jika ada instrumen pertanyaan yang tidak valid, maka instrumen tersebut dibuang lalu diuji validitas kembali. Setelah pertanyaan dinyatakan semuanya valid, lalu dilakukan uji reliabilitas.

3.7.5 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang. Sangat disarankan agar jumlah responden untuk uji coba, minimal 30 orang. Dengan jumlah minimal 30 orang ini, distribusi skor (nilai) akan lebih mendekati kurva normal. Dalam program SPSS akan dibahas untuk uji yang sering digunakan penelitian adalah metode Alpha (Cronbach’s). Metode Alpha sangat cocok digunakan pada skor berbentuk skala (misal 1-4, 1-5).

Langkah yang dilakukan untuk uji reliabilitas adalah sebagai berikut : 1. Menentukan hipotesis

Ho= Skor butir berkorelasi positif dengan komposit faktornya. H1= Skor butir tidak berkorelasi positif dengan komposit faktornya.

Gambar

Gambar 2.2 Proses Perseptual
Gambar 2.3 Model Pengambilan Keputusan Konsumen
Gambar 2.4 Rangkaian merek yang diminati sebagai bagian dari semua merek  dalam kelas produk tertentu
Tabel 3.1 Desain Penelitian  Tujuan  Jenis dan Metode
+7

Referensi

Dokumen terkait

a) Data sekunder bahan hukum primer, yaitu bahan yang sifatnya mengikat masalah-masalah yang akan diteliti, berupa peraturan perundang-undangan yang berkitan dengan

Dari penegrtian diatas, dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan hasil pengeolahan data menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang menggambarkan suatu kejadian

[r]

Hasil pengolahan data melalui SPSS.22, terkait Persamaan regresi berganda dan estimasinya, dapat diketahui persamaan regresi berganda dalam penelitian ini adalah:

MATA Bisa menyebabkan iritasi mata pada orang yang rentan.. Efek spesifik

Kedelai yang diperjualbelikan oleh bapak Jamilan ternyata terjadi kenaikan harga, karena selain menjual tentunya bapak Jamilan juga menginginkan laba yang cukup,

Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan

Konsekuensi yang diharapkan klien dapat memeriksa kembali tujuan yang diharapkan dengan melihat cara-cara penyelesaian masalah yang baru dan memulai cara baru untuk bergerak maju